PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN - JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN - JAMBI"

Transkripsi

1 PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN - JAMBI OLEH DEDDY EFFENDI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 i RINGKASAN DEDDY EFFENDI. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di PT. Jambi Agro Wijaya, Sarolangun-Jambi. (Dibimbing oleh Jan Barlian dan Sudirman Yahya). Kegiatan magang telah dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit PT. Jambi Agro Wijaya unit perusahaan ARBV Bakrie Sumatera Plantation, Sarolangun-Jambi. Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Februari hingga bulan Juni Tujuan khusus kegiatan magang adalah untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis dan manajemen tentang pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit. Selain itu juga untuk mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit di perkebunan. Selama melakukan kegiatan magang penulis melaksanakan berbagai jenis pekerjaan teknis dan manajerial di lapangan mulai dari tingkat buruh harian lepas (BHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Kegiatan yang telah diikuti penulis selama di kebun pembibitan meliputi kegiatan penanaman kecambah, pemindahan dari pembibitan awal atau pre nursery (PN) ke pembibitan utama atau main nursery (MN), dan kegiatan-kegiatan pemeliharaan lainnya. Kegiatan yang dilakukan di divisi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Di kebun pembibitan PT. JAW, banyak jenis-jenis pekerjaan yang dilaksanakan setiap harinya. Bibit sawit yang ditanam harus mendapatkan penanganan yang baik agar menghasilkan bibit yang berkualitas. Untuk mendapatkan semua itu memerlukan kegiatan manajemen atau pengelolaan pembibitan yang baik. Beberapa masalah masih terdapat di kebun pembibitan PT. JAW ini. Masalah-masalah tersebut meliputi masalah teknis dan manajemen dalam pelaksanaan beberapa jenis pekerjaan. Masalah-masalah yang ditemukan seperti masalah pemilihan lokasi kebun pembibitan, adanya ketidakefektifan suatu sistem kerja yang diterapkan, kurang berjalannya fungsi pengawasan oleh mandor, serta beberapa perbedaan teknis dan manajemen yang diterapkan di lapangan dengan sumber pustaka yang baku, dan lain sebagainya. Beberapa masalah tersebut akan dianalisis secara kuantitatif sederhana dan dibahas dengan analisis deskriptif.

3 ii PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN - JAMBI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor OLEH DEDDY EFFENDI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 iii LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENGELOLAAN PEMBIBITAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. JAMBI AGRO WIJAYA, SAROLANGUN - JAMBI Nama : Deddy Effendi NRP : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pemimbing II Ir. Jan Barlian, M.Sc Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP Tanggal disetujui:

5 iv RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau pada tanggal 11 Oktober Penulis merupakan anak kedua dari 4 bersaudara dari Bapak Dahliasman Effendi dan Ibu Suminarti. Tahun 1999 penulis lulus dari SDN 1 Tembilahan, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMPN 1 Tembilahan. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 2 Tembilahan pada tahun Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis pernah aktif diberbagai organisasi mahasiswa yang ada di IPB. Tahun 2007/2008 penulis pernah menjadi staf Kewirausahaan pada himpunan profesi HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura) Faperta IPB. Tahun 2008/2009 penulis menjadi staf Fund Raising BEM A (Badan Eksekutif Mahasiswa) Faperta IPB.

6 v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu tugas akhir mahasiswa untuk memenuhi syarat kelulusan. Skripsi ini berisi hasil dan analisis dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan mahasiswa selama 4 bulan di perkebunan kelapa sawit PT. Jambi Agro Wijaya yang merupakan unit perkebunan ARBV Bakrie Sumatera Plantation. Penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua yang saya cintai dan saya sayangi yang jasa-jasanya tidak dapat terhitung nilainya. 2. Bapak Ir. Jan Barlian, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, M.Sc yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing skripsi saya dan memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak Ir. Adrial Lubis sebagai estate manager PT. JAW yang telah menerima kami dan memberikan suasana nyaman selama magang disana. 4. Asisten, staf dan karyawan di PT. JAW. Khusus buat Pak Haryono sebagai asisten di kebun pembibitan yang telah membimbing dan memberikan masukan kepada saya. 5. Teman-teman seperjuangan Agronomi dan Hortikultura Angkatan 42 yang saya banggakan. Demikian skripsi ini saya buat untuk digunakan sebagaimana mestinya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada yang membacanya. Akhir kata Assalamua alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Bogor, Januari 2010 Penulis

7 vi DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 4 TINJAUAN PUSTAKA... 5 Tujuan Pembibitan... 5 Persiapan Pembibitan... 5 Bahan Tanam... 6 Sistem Pembibitan... 6 METODE MAGANG... 9 Tempat dan Waktu... 9 Metode Pelaksanaan... 9 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi. 12 Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun Produksi dan Produktivitas Kebun Kondisi.. 16 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pemupukan Penunasan/Prunning Pengendalian Gulma Pengendalian Hama Ulat Api Pengangkutan dan Pemasangan Titi Panen Beton Sensus Buah Pemanenan Aspek Manajerial Pendamping Mandor Pendamping Asisten PEMBAHASAN Pemilihan Lokasi Pembibitan Daya Tumbuh Kecambah Asal Costarica Pertumbuhan Bibit Asal Costarica di Pembibitan Utama Seleksi Bibit Sistem Pekerjaan Harian Peranan Mandor dalam Menghadapi Masalah. 54

8 vii KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan.. 55 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 58

9 viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia Perkembangan Produksi Minyak Sawit di Indonesia Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal Kondisi Lahan dan Pertanaman PT. JAW Kebun Mentawak Produksi Tandan Buah Segar PT. JAW Kebun Mentawak Tahun Jumlah Tenaga Kerja HIP, SKU dan KHL di PT. JAW Kebun Mentawak Titik Ambang Batas Kritis Serangan Hama Ulat Api Alat-alat Panen Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 di PT. JAW Kebun Mentawak Daya Tumbuh Kecambah Asal Costarica di Pembibitan Awal Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit di MN Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Hasil Pekerjaan Tabur Mulsa... 53

10 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Tahapan Proses Produksi Kecambah dan Kegiatan Pembibitan Tahapan Fase Pertumbuhan Bibit Sawit hingga Siap Ditanam di Lapangan Kondisi Jalan di PT. JAW Sawit yang Condong dan Roboh A) Jalan dan Areal Pembibitan Utama, B) Areal Pembibitan Awal Struktur Organisasi PT. Jambi Agri Wijaya Kondisi Lahan PT. JAW Kecambah Sawit dari Costarica, Amerika Tengah A) Posisi Penanaman Kecambah yang Benar, B) Plumula yang Patah Proses Pembuatan Naungan Bibit yang Akan Dipindah Tanam ke Pembibitan Utama A) Bibit Kerdil (runt), B) Bibit Juvenil A) Defisiensi K, B) Defisiensi Boron Pemupukan Abu Janjang Kegiatan Penunasan Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Kegiatan SP3 TPH A) Dampak Serangan, B) Ulat Bulu dan Ulat Api Aplikasi Swingfog Penanaman Turnera subulata Pengangkutan dan Pemasangan Titi Panen Beton Teknis dan Tata Cara Penentuan Sample Pokok BBC Pemanenan TBS Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit di MN... 52

11 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta PT. JAW Kebun Mentawak Data Curah Hujan Kedalaman Gambut PT. JAW Kebun Mentawak Peta Pembibitan Kebun Mentawak Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di PT. Jambi Agro Wijaya Hasil Sebagain Sensus BBC di Blok C17 Divisi III Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di PT. Jambi Agro Wijaya Buku Kegiatan Mandor Perawatan Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di PT. Jambi Agro Wijaya... 70

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan yang dewasa ini sangat diminati untuk dikelola atau ditanam. Baik oleh pihak BUMN, perkebunan swasta nasional dan asing, maupun petani (perkebunan rakyat). Daya tarik penanaman kelapa sawit terletak pada keuntungan yang berlimpah karena kelapa sawit masih merupakan andalan sumber minyak nabati dan bahan agroindustri (Sukamto, 2008). Kelapa sawit merupakan tanaman yang mampu menghasilkan minyak tertinggi per satuan luasnya dibanding jenis tanaman lainnya. Tanaman kelapa sawit memiliki potensi minyak sekitar 6-7 ton/ha/tahun dan merupakan komoditi perkebunan yang begitu akrab dengan kehidupan petani bahkan dianggap sebagai salah satu mata pencaharian yang mampu mensejahterakan kehidupan pemiliknya (PPKS, 2003). Saat ini produksi CPO (Crude Palm Oil) Indonesia sekitar 17 juta ton per tahun. Dengan produksi ini, Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, berhasil menggeser kedudukan Malaysia yang produksinya mencapai 16 juta ton CPO per tahun, meskipun ada juga kebun-kebun kelapa sawit yang merupakan investasi perusahaan swasta Malaysia di Indonesia (Latif, 2008). Perkembangan luasan lahan perkebunan kelapa sawit dan produksi minyak sawit Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting atau penanaman di lapangan (PPKS, 2003). Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Dalam pengelolaan

13 2 pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan. Tabel 1. Perkembangan Luas Areal Kelapa Sawit di Indonesia Tahun Luas Areal (ha) PR PBN PBS Total *) **) Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta Tabel 2. Perkembangan Produksi Minyak Sawit di Indonesia Tahun Produksi Miyak Sawit (ton) PR PBN PBS Total *) **) Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, Deptan Keterangan: PR = Perkebunan Rakyat PBN = Perkebunan Besar Negara PBS = Perkebunan Besar Swasta *) : Data sementara, **) : Data perkiraan

14 3 Dalam prosesnya, untuk memperoleh sebuah bibit yang siap ditanam di lapangan itu harus melalui proses yang relatif panjang. Mulai dari pelepasan varietas oleh pemulia tanaman untuk dijadikan pohon induk, pengelolaan pohon induk, produksi TBS (calon benih), persiapan pengecambahan, proses pengecambahan, pembibitan awal, pembibitan utama, hingga persiapan bibit yang siap ditanam di lapangan. Skema tahapan proses produksi kecambah dan kegiatan pembibitan di lapangan dapat dilihat pada Gambar 1. Pelepasan Varietas Pengelolaan Pohon Induk Produksi TBS (Calon Benih) Persiapan Pengecambahan Proses Pengecambahan Persiapan Transplanting Bibit ke Lapangan Pembibitan Utama Pembibitan Awal Gambar 1. Skema Tahapan Proses Produksi Kecambah dan Kegiatan Pembibitan Secara normal, biji kelapa sawit tidak dapat berkecambah dengan cepat karena adanya sifat dormansi. Jika benih langsung ditanam di tanah atau pasir maka persentase daya tumbuh kecambah setelah 3-6 bulan hanya 50%. Untuk mematahakan dormansi benih dan meningkatkan persentase daya kecambah diperlukan perlakuan khusus dalam proses pengecambahan. Proses pengecambahan dan proses sebelumnya tidak dibahas lebih lanjut karena di kebun pembibitan PT. JAW tidak memproduksi kecambah sendiri, perusahaan langsung membeli kecambah sebagai bahan tanam kepada perusahaan penyedia kecambah. Alur atau tahapan fase pertumbuhan tanaman kelapa sawit dari buah segar sampai bibit kelapa sawit yang ditanam di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2. *) : Data sementara, **) : Data perkiraan

15 4 Buah Sawit Kecambah Bibit di PN (naungan) Bibit di Lapangan Bibit di MN Bibit di PN (tanpa naungan) Gambar 2. Tahapan Fase Pertumbuhan Bibit Sawit hingga Siap Ditanam di Lapangan Tujuan Tujuan umum kegiatan magang yang dilakukan adalah: Memperoleh pengalaman dan keterampilan bekerja secara nyata mengenai aspek teknis dan manajemen perkebunan kelapa sawit. Adapun yang menjadi tujuan khusus kegiatan magang ini adalah: Meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis dan manajemen pembibitan tanaman kelapa sawit. Mempelajari dan menganalisis kegiatan pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit di perkebunan. *) : Data sementara, **) : Data perkiraan

16 TINJAUAN PUSTAKA Tujuan Pembibitan Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting atau penanaman (PPKS, 2003). Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan. Dalam pengelolaan pembibitan diperlukan pedo man kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan. Persiapan Pembibitan Kegiatan pembibitan memerlukan suatu persiapan atau perencanaan agar proses pembibitan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. Beberapa perencanaan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan pembibitan seperti: 1. Pemilihan lokasi 2. Penentuan jumlah bibit yang dibutuhkan dan luas areal pembibitan 3. Penyediaan bahan tanaman 4. Sistem pembibitan yang digunakan (pre nursery dan main nursery) 5. Penyediaan media dan wadah tanam (polybag) 6. Penentuan teknik budidaya dan manajemen pembibitan. Pemilihan lokasi kebun pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan berikut: 1. Areal diusahakan memiliki topografi yang rata dan berada di tengah kebun 2. Dekat dengan sumber air 3. Memiliki akses jalan yang baik sehingga memudahkan dalam pengawasan 4. Terhindar dari gangguan hama, penyakit, ternak dan manusia.

17 6 Bahan Tanaman Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin (PPKS, 2003). Akhir-akhir ini terjadi kekurangan pasokan kecambah sawit dari dalam negeri. Perusahaan-perusahaan yang ingin melakukan pengembangan terpaksa harus mendatangkan kecambah dari luar negeri. Beberapa negara yang dapat memenuhi permintaan kecambah dalam negeri seperti Malaysia, Papua Nugini, Costarica, dan lain-lain. Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon/ha di lapangan diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3-6 bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan dengan jadwal kedatangan kecambah. Sistem Pembibitan Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery). Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua tahap tediri dari pembibitan awal (pre nursery) selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil (babybag) dan pembibitan utama (main nursery) dengan polybag berukuran lebih besar (largebag).

18 7 Sistem pembibitan dua tahap banyak dilakukan perusahaan perkebunan karena memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu dalam persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama 2. Terjamin bibit yang akan ditanam ke lapangan karena telah melalui beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama 3. Seleksi yang ketat (5-10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah dan polybag besar di pembibitan utama. Pembibitan awal merupakan kegiatan pembibitan yang ditujukan agar bibit mendapatkan kondisi lingkungan tumbuh optimal dan terkendali. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada pembibitan awal seperti: 1. Persiapan dan pengolahan tanah (bedengan dan naungan) 2. Penanaman kecambah 3. Pemeliharaan pembibitan awal meliputi: penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, seleksi bibit, dan lain-lain 4. Pemindahan dan pengangkutan. Pada pembibitan awal diperlukan naungan agar kecambah tidak mengalami stress karena terkena sinar matahari langsung. Pemberian naungan diharapkan dapat mengurangi penerimaan intensitas cahaya matahari. Pengaturan naungan di pembibitan awal dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaturan Naungan di Pembibitan Awal Umur (bulan) Naungan (%) > 2.5 Naungan dihilangkan secara bertahap Sumber : PPKS

19 8 Pembibitan utama (main nursery) merupakan tahap kedua dari sistem pembibitan dua tahap. Di pembibitan utama bibit dipelihara dari umur 3 bulan hingga 12 bulan. Keberhasilan rencana penanaman di lapangan dan produksi di kemudian hari ditentukan oleh pelaksanaan pembibitan utama dan kualitas bibit yang dihasilkannya. Beberapa kegiatan di pembibitan utama seperti: 1. Persiapan dan pengolahan tanah 2. Penyediaan kebutuhan air dan instalasi penyiraman 3. Pemancangan atau pengajiran 4. Persiapan media tanam (pengisian tanah dan pembuatan lubang tanam pada polybag) 5. Penanaman bibit 6. Pemeliharaan pembibitan utama (penyiraman, penyiangan gulma, pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, seleksi bibit) 7. Persiapan bibit untuk penanaman (pemutusan akar dan transportasi).

20 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang telah dilaksanakan di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Jambi Agro Wijaya yang berlokasi di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Waktu kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai pada bulan Februari 2009 sampai dengan bulan Juni Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh data primer dan data sekunder. Metode langsung yang dilakukan adalah melakukan praktik kerja langsung di lapangan dengan turut bekerja aktif dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan atas izin perusahaan seperti menjadi karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping asisten, serta melakukan pengamatan dan diskusi. Pendekatan tidak langsung dilakukan melalui pengumpulan data-data di perkebunan berupa laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip-arsip kebun lainnya. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap semua kegiatan yang berlangsung di perkebunan. Kegiatan yang berlangsung tiap harinya dituliskan dalam jurnal harian selaku KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten. Data pengamatan lapangan difokuskan pada kegiatan pengelolaan pembibitan yaitu pada kegiatan pembibitan awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Beberapa pengamatan langsung yang dikumpulkan penulis sebagai data primer dalam pembahasan seperti: 1. Pengamatan tinggi, diameter batang, jumlah pelepah daun untuk bibit di MN Data tersebut digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit pada umur bibit tanaman yang berbeda. Tinggi tanaman diukur dengan meteran dari pangkal batang hingga ujung daun yang tertinggi dan telah diluruskan. Diameter batang diukur dengan jangka sorong sekitar 1 cm dari permukaan tanah dengan cara mengukur dua sisi batang yang berlawanan,

21 10 nilainya dijumlahkan lalu dirata-ratakan. Pelepah daun yang dihitung hanya daun yang berwarna hijau dan telah membuka sempurna. Artinya, pelepah yang anak daunnya belum terpisah dan pelepah yang kering (warna coklat) tidak dihitung. Data diambil dari 30 tanaman contoh dari masing-masing blok sebanyak 2 blok (Blok A4 umur 7 bulan dan Blok A13 umur 10 bulan) dan tiap blok dibagi menjadi 3 sub blok yang dijadikan sebagai ulangan. Pengamatan dilakukan dalam rentang waktu sebulan sekali selama kurang lebih 3 bulan dan diharapkan akan diperoleh data pertumbuhan vegetatif bibit pada umur 7, 8, dan 9 bulan untuk bibit pada Blok A4. Bibit yang berada di Blok A13 diharapkan akan diperoleh data pertumbuhan vegetatif bibit pada umur 10, 11, dan 12 bulan. Namun pada saat pengamatan, bibit di Blok A13 sudah disiapkan untuk pindah tanam ke lapangan (transplanting) pada umur 11 bulan lebih, sehingga data untuk umur 12 bulan tidak diperoleh. 2. Pengamatan terhadap jumlah bibit yang mati (busuk dan berwarna coklat) Data ini digunakan untuk mengetahui daya tumbuh kecambah yang didatangkan dari ASD Coctarica, Amerika Tengah. Dengan demikian, bisa diketahui kualitas dari kecambah itu sendiri serta upaya-upaya perbaikan dalam menekan angka kematian kecambah tersebut. Pengamatan dilakukan pada umur 2 MST pada seluruh bibit dalam bedengan (1000 bibit per bedeng) sebanyak 10 bedeng dari total sekitar 50 bedeng per blok. 3. Pengamatan terhadap hasil pekerjaan tabur mulsa Hasil pekerjaan tabur mulsa yang diamati adalah hasil dari pekerjaan yang dimandori oleh penulis dan juga mandor kebun untuk mengetahui seberapa efektif pemecahan masalah yang diberikan penulis sebagai mandor di lapangan. Data ini juga digunakan untuk menunjukkan perbedaan hasil yang diperoleh oleh pekerja setiap harinya karena menerapkan sistem pekerjaan harian tanpa target hasil. Penulis mencatat hasil pekerjaan di bawah pengawasan penulis selama 3 hari dan membandingkannya dengan hasil untuk jenis pekerjaan yang sama yang diawasi oleh mandor kebun, dimana data tersebut diambil dari laporan daily work selama 3 hari juga.

22 11 4. Pengamatan terhadap seluruh kegiatan teknis di lapangan Pengamatan langsung ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan teknis di lapangan yang berbeda dengan standar atau literatur yang ada. Perbedaan ini akan dibandingkan dengan standar atau literatur yang ada untuk kemudian dianalisis secara deskriptif. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data di perkebunan seperti laporan harian, laporan bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun. Kondisi dan kegiatan umum di perkebunan memerlukan data seperti: peta kebun, curah hujan, kondisi lahan dan tanaman, produksi dan produktivitas kebun, struktur organisasi dan lain-lain. Sementara untuk yang berhubungan dengan aspek khusus pengelolaan pembibitan diperlukan data skunder seperti: kondisi lahan pembibitan, kondisi bibit, umur bibit tanaman pada setiap blok atau areal pembibitan, hasil pekerjaan, serta data atau informasi lain yang diperlukan. Data tersebut dibutuhkan untuk menganalisis beberapa kegiatan di pembibitan, secara deskriptif dan dibandingkan dengan sumber pustaka yang baku.

23 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Lokasi kebun PT. Jambi Agro Wijaya (PT. JAW) terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Untuk masuk ke wilayah kebun bisa menggunakan kendaraan roda empat dengan waktu tempuh sekitar 2.5 jam dari Ibukota Kabupaten Sarolangun dengan kondisi jalan raya yang sedikit rusak. Kondisi jalan menuju lokasi kebun dari Kecamatan Pauh banyak yang rusak, jaraknya yaitu sekitar 65 km dan memakan waktu sekitar 1 jam. Secara geografis lokasi kebun PT. JAW Kebun Mentawak sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Pematang Kabo dan Dusun Lubuk Jering, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Gedang, Empang Benau dan Dusun Pangkal Bulian. sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Baru dan Dusun Semurung, sebelah Barat berbatasan dengan daerah transmigrasi Satuan Pemukiman C (SP C) dan Dusun Mentawak. Peta PT. JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 1. Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi Keadaan iklim PT. JAW termasuk dalam tipe iklim A sangat basah (Q=9.18%) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson. Curah hujan rata-rata tahunan dari tahun 1999 sampai 2008 adalah mm per tahun, dengan hari hujan rata-rata 104 hari dan lama bulan kering (BK) kurang dari 1 bulan per tahun. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi mencapai mm pada bulan Januari sedangkan curah hujan rata-rata bulanan terendah mm pada bulan Juni. Hari hujan rata-rata bulanan maksimum sebesar 13 hari terdapat pada bulan November dan minimum 5 hari pada bulan Juni. Data curah hujan disajikan pada Lampiran 2. Keadaan topografi di kebun ini pada umumnya adalah lahan datar karena hampir seluruh lahan terdiri atas tanah gambut. Jenis gambut termasuk ke dalam gambut ombrogen yang wilayahnya berada lebih tinggi daripada muka air sungai atau muka air tanah sehingga masukan hara hanya mengandalkan air hujan dan hasil perombakan bahan organik. Oleh karena itu, jenis gambut ini miskin unsur

24 13 hara (jenis oligotrofik). Berdasarkan tingkat kematangannnya, gambut ini tergolong dalam jenis hemik dengan tingkat mentahnya mencapai 50%. Ketinggian tempat PT. JAW berada pada 50 meter di atas permukaan laut. Kedalaman gambut berkisar antara 2-8 meter dengan sebaran yang berbeda tiap Divisi. Sementara itu tanah mineral terdapat pada Divisi VI Dusun Baru dan sebagian pada Divisi II, dengan luas tanah mineral 87.5 ha atau 2.21% dari luas lahan keseluruhan. Derajat keasaman tanah berkisar 3.7 dan 4.2. Berdasarkan jenis dan kedalaman gambut serta ph maka tingkat kesesuaian lahan termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S3. Kedalaman gambut PT. JAW Kebun Mentawak disajikan pada Lampiran 3. Kondisi Lahan dan Pertanaman Kebun PT. JAW terdiri atas enam divisi dan satu areal pembibitan. Total luas areal menurut SK/Hak Guna Usaha (HGU) adalah ha, dan luas areal fuso 340 ha. Luas areal masing-masing divisi adalah Divisi I seluas 659 ha, Divisi II seluas 568 ha, Divisi III seluas 620 ha, Divisi IV seluas 673 ha, Divisi V seluas 707 ha, Divisi VI seluas ha. Rata-rata satu divisi terdiri atas 17 blok dan mempunyai areal tempat pemukiman tenaga kerja SKU. Luas satu blok adalah 55 ha dengan lebar blok adalah 250 meter dan panjang blok 2200 meter (panjang blok tergantung pada kondisi lahan). Jumlah pasar tiap blok adalah 135 pasar dengan rata-rata luas satu pasar adalah 0.4 ha. Blok merupakan areal pertanaman yang terdiri pasar pikul arah Utara Selatan, pasar tengah sejajar dengan jalan koleksi (Collection road) dengan arah Timur Barat, sub jalan utama dan jalan utama (Main road) arah Utara Selatan. Masing-masing Blok dipisahkan oleh jalan dan parit. Parit primer sejajar dengan jalan utama sedangkan parit sekunder sejajar dengan jalan koleksi. Jalan merupakan sarana transportasi yang sangat penting dalam proses pengangkutan produksi TBS. Di PT. Jambi Agro Wijaya hampir seluruh lahan merupakan tanah gambut dan tentunya tidak bisa dilewati oleh kendaraan berat, maka untuk kegiatan transportasi, jalan dibuat dari timbunan tanah mineral, batu dan cangkang kelapa sawit agar permukaan tanahnya keras dan dapat dilewati oleh kendaraan berat. Kondisi jalan ini juga terdapat kelemahan, jika musim hujan

25 14 tanah akan menjadi becek dan licin serta bisa berlubang, dan akan menyebabkan ban kendaraan bisa terpuruk atau bahkan terbalik. Sebaliknya jika musim kemarau tanah akan berdebu. Hal ini akan mengganggu kegiatan produksi dan transportasi dalam pengangkutan TBS. Kondisi jalan di PT. Jambi Agro Wijaya dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kondisi Jalan di PT. JAW Kondisi areal pertanaman kelapa sawit tiap divisi umumya daratan dan hanya sebagian kecil rawa. Salah satu kendala dalam budidaya tanaman kelapa sawit di lahan gambut adalah kecilnya daya dukung tanah untuk berdiri kokoh sehingga tanaman mudah rebah dengan makin meningkatnya bobot tanaman di atas tanah dan adanya terpaan angin yang kencang. Keadaan ini akan menyebabkan tanaman roboh dan condong sehingga berakibat pada proses fotosintesis terganggu dan pertumbuhan gulma akan cepat karena mendapat penyinaran secara optimal. Gambar tanaman kelapa sawit yang roboh dan condong dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Sawit yang Condong dan Roboh

26 15 Tanaman di PT. JAW sudah memasuki fase Tanaman Menghasilkan (TM) yang terdiri dari tahun tanam 1995 (TM 11), tahun tanam 1996 (TM 10), tahun tanam 1997 (TM 9), tahun tanam 1998 (TM 8) dan tahun tanam 2002 (TM 4). Varietas bahan tanam kelapa sawit yang digunakan adalah varietas Tenera yang berasal dari Marihat dan Socfindo. Varietas yang berasal dari Marihat ditanam pada tahun tanam 1995, 1997, 1998 dan 2002 sedangkan yang berasal dari Socfindo ditanam pada tahun tanam Satu blok hanya terdapat satu jenis varietas dan tahun tanam yang sama kecuali pada blok B23 terdapat perbedaan tahun tanam (1997 dan 2002). Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan populasi 136 pokok per hektar. Data kondisi lahan dan pertanaman kebun disajikan dalam Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Kondisi Lahan dan Pertanaman PT. JAW Kebun Mentawak Uraian Luas Areal Divisi (ha) Total I II III IV V VI (ha) Tahun Tanam (TT) TT TT TT TT TT Sumber Varietas Socfindo Marihat Pembibitan Rawa Fuso Bengkel + gudang 1.00 Emplasment Total HGU Sumber : Kantor Pusat Kebun Produksi dan Produktivitas Kebun Produksi TBS di PT. Jambi Agro Wijaya dari tahun mengalami peningkatan. Data produksi tandan buah segar (TBS) di PT. JAW disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, produktivitas meningkat dari 6 tahun terakhir ini,

27 16 hal ini disebabkan oleh pertambahan umur tanaman yang ditandai dengan meningkatnya bobot janjang rata-rata (BJR). Tahun 2004 terjadi penurunan luas areal panen walaupun terjadi penambahan luas areal menghasilkan untuk tahun tanam Hal ini terjadi karena jumlah penambahan luas areal panen tidak seimbang dengan jumlah penurunan luas panen akibat luas areal fuso. Luas areal fuso disebabkan oleh jumlah rawa dan banjir akibat jumlah curah hujan yang tinggi. Luas areal fuso tahun 2004 adalah 340 ha, sedangkan penambahan areal panen untuk tahun tanam 2002 hanya sebesar ha. Demikian juga penurunan pada tahun 2007 dan tahun 2008 disebabkan oleh jumlah luas areal fuso yang semakin meningkat. Tabel 5. Produksi Tandan Buah Segar PT. JAW Kebun Mentawak Tahun Tahun Panen Luas (ha) Produksi TBS (kg) Estimasi Realisasi BJR (kg/jjg) Pencapaian terhadap estimasi (%) Produktivitas TBS (kg/ha) Sumber : Kantor Pusat Kebun Kondisi Kebun pembibitan PT. JAW berada di atas tanah gambut. Kebun ini berada di sebelah Selatan setelah Divisi VI dan di sebelah Timurnya adalah areal PT. EMAL A yang merupakan areal penanaman bibit tersebut. Luas total areal pembibitan ini adalah 30 ha dengan luas areal pembibitan awal 1 ha. Areal pembibitan utama terdiri dari 2 blok, Blok A yang berada di sebelah Utara dari jalan utama dan Blok B yang berada di sebelah Selatannya. Masing-masing blok terdapat sub blok yang dipisahkan oleh parit dengan lebar sekitar 1 m. Peta kebun pembibitan PT. JAW disajikan pada Lampiran 4. Kegiatan di kebun pembibitan PT. JAW sedang memasuki periode kedua. Periode pertama terdiri dari delapan tahap penanaman kecambah. Tahap pertama

28 17 dimulai tanggal 11 Mei 2008 dan diakhiri dengan tahap kedelapan pada tanggal 11 September 2008 dengan total kecambah yang tertanam sebanyak butir kecambah. Periode kedua terdiri dari tiga tahap penanaman kecambah. Tahap pertama dimulai tanggal 14 April 2009 dan diakhiri dengan tahap ketiga pada tanggal 2 Mei 2009 dengan total kecambah yang tertanam sebanyak butir kecambah. Areal kebun pembibitan PT. JAW dapat dilihat pada Gambar 5. A Gambar 5. A) Jalan dan Areal Pembibitan Utama, B) Areal Pembibitan Awal B Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT. Jambi Agro Wijaya merupakan salah satu unit perusahaan dari PT. Bakrie Sumatera Plantation (PT. BSP) dengan kepemilikan saham mencapai lebih dari 50%. Kegiatan administrasi yang dilakukan secara bertahap dari kantor divisi yang menjadi dasar kegiatan administrasi ke kantor pusat kebun, seterusnya berhubungan dengan pihak eksternal seperti: PT. EMAL A, PT. EMAL B, dan kantor pusat di Jambi dan Jakarta. Estate manager (EM) merupakan seorang pimpinan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun dan menjadi pemegang puncak keputusan. EM bertanggung jawab pada area manager (AM) atas segala kegiatan kebun seperti keadaan kebun, proses produksi, administrasi kebun, pengusahaan material, finansial, personalia dan termasuk dalam keamanan kebun. Seorang EM dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh asisten divisi, asisten bengkel dan gudang. Sedangkan asisten akan membawahi beberapa mandor yang langsung menangani pelaksanaan kegiatan di lapangan. Struktur organisasi perkebunan PT. JAW dilihat pada Gambar 6.

29 12 Estate Manager Senior Assistant Krani HRD Krani Estate Chief Accounting Ka. Gudang F.A. Divisi I - VI F.A. Divisi Pembibitan Assistant Civil / Survey Ka. PAM Assistant Traksi / Bengkel Krani Divisi Krani Divisi Krani Adm. PAM Krani Traksi Krani Bengkel Mandor Krani Buah Mandor Mandor Komandan Regu Mandor Gambar 6. Struktur Organisasi PT. Jambi Agri Wijaya

30 19 Status karyawan di PT. JAW ini terdiri dari 3 golongan yakni Hubungan Industrial Pancasila (HIP), Serikat Kerja Umum (SKU), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan HIP atau bulanan merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan prestasi dan dimasukkan dalam beberapa golongan, dan jika tidak kerja tapi izin maka tidak dipotong gaji. Biasanya yang termasuk karyawan HIP adalah asisten dan sebagian mandor. Karyawan SKU merupakan karyawan yang diangkat berdasarkan lama bekerja, jika tidak kerja dan izin maka tidak dipotong gaji sedangkan bila mangkir maka akan dipotong 2 hari kerja. Baik HIP maupun SKU mendapat bonus dan pesangon juga jatah beras tiap bulannnya. Sedangkan KHL adalah karyawan borongan yang bekerja pada waktu diperlukan dan tidak terikat dengan pihak kebun, jika tidak kerja maka tidak mendapatkan gaji dan bila kerja digaji berdasarkan gaji harian. Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja HIP, SKU dan KHL di PT. JAW Kebun Mentawak Uraian Kegiatan Status Karyawan Status Karyawan Uraian Kegiatan HIP SKU KHL HIP SKU KHL Kantor Mdr. Perawatan Gudang Mandor Panen Traksi Krn. Transport Bengkel Muat TBS Civil Driver Bibitan Operator MF Keamanan Operator Genset Accounting Pemanen Krn. Timbangan Perawatan Krani Divisi Nazir Musolla Mandor Satu Medis Total Sumber : Kantor Pusat Kebun Penentuan upah didasarkan oleh golongan, untuk HIP dan SKU penentuan upah didasarkan pada tingkat golongan dan kebijakan perkebunan. Penentuan upah untuk KHL dihitung berdasarkan jumlah HK yang dilakukan selama satu bulan dengan ketetapan 1 HK sebesar Rp (Rp untuk 5/7 HK). Hal ini sesuai dengan upah minimum regional (UMR) yang berlaku di daerah provinsi Jambi. Pemberian upah dilakukan sekali dalam satu bulan pada minggu pertama.

31 20 Tenaga kerja umumnya berasal dari daerah Jawa yang termasuk dalam penduduk transmigran dan penduduk asli sekitar (Jambi), sedangkan lainnya dari daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, dan lain-lain.

32 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai KHL adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang dilakukan di divisi meliputi kegiatan yang berhubungan dengan produksi dan pemeliharaan seperti: pemupukan, penunasan (prunning), pengendalian gulma, pengendalian hama ulat api, pengangkutan dan pemasangan titi panen beton, sensus buah dan pemanenan. Kegiatan yang diikuti penulis selama di kebun pembibitan seperti penanaman kecambah, pemindahan dari pembibitan awal atau pre nursery (PN) ke pembibitan utama atau main nursery (MN), dan kegiatan-kegiatan pemeliharaan lainnya. Untuk informasi lebih rinci mengenai kegiatan teknis yang pernah dilakukan penulis selama menjadi karyawan harian dapat dilihat pada Lampiran 5. Pembibitan Kegiatan yang ada di pembibitan awal seperti: pembuatan bedengan, pembuatan naungan, penanaman kecambah, konsolidasi, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, seleksi serta pemindahan dan pengangkutan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Kegiatan yang ada di pembibitan utama seperti: persiapan dan pengolahan tanah, pembuatan instalasi penyiraman, pemancangan (pengajiran), pengisian tanah ke polybag, pelangsiran polybag, pembuatan lubang tanam pada polybag, penanaman bibit, penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma), pemberian mulsa, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta persiapan bibit untuk transplanting ke lapangan. Pada umumnya, kondisi dan kegiatan teknis yang diterapkan di kebun pembibitan PT. JAW ini dilaksanakan sesuai dengan standar atau norma yang berlaku. Akan tetapi, masih terdapat beberapa perbedaan dan penyimpangan dalam pelaksanaannya. Perbedaan dan penyimpangan yang terjadi bisa menyebabkan permasalahan dan kerugian bagi perusahaan tersebut.

33 22 Pemilihan lokasi kebun. Kebun pembibitan PT. JAW berada di atas tanah gambut. Pemilihan lokasi ini menyebabkan beberapa perbedaan kegiatan teknis dan manajemen jika dibandingkan dengan kebun pembibitan yang umumnya berada di atas tanah mineral. Perbedaan ini bisa menyebabkan permasalahan baru dan peningkatan biaya produksi dan operasional bagi pihak perusahaan. Kondisi lahan kebun pembibitan PT. JAW yang berada di atas tanah gambut dapat di lihat pada Gambar 7. Gambar 7. Kondisi Lahan PT. JAW Bahan tanam. Bahan tanaman yang digunakan oleh PT. JAW adalah bahan tanam dalam bentuk kecambah (germinated seed) yang berasal dari perusahaan penyedia kecambah ASD Costarica, Amerika Tengah. Varietas kecambah ini adalah varietas Tenera hasil persilangan Dura Deli X Nigeria. Menurut PPKS (2003), bahan tanam yang telah banyak diusahakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah bahan tanam berupa kecambah yang berasal dari pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Perusahaan dalam negeri lainnya yang menyediakan kecambah kelapa sawit seperti: PT. Socfindo, PT. London Sumatera, PT. Asian Agri, dan lain-lain (Setyamidjaja, 2006). Pemilihan kecambah dari Coctarica ini diputuskan oleh manajemen unit ARBV BSP atas dasar tidak bisanya perusahaan-perusahaan kecambah dalam negeri untuk memenuhi permintaan kecambah perusahaan tersebut, sementara rencana pengembangan perusahaan harus segera dilakukan. Bentuk fisik kecambah dari Costarica, ini dapat dilihat pada Gambar 8.

34 23 Gambar 8. Kecambah Sawit dari Costarica, Amerika Tengah Penanaman kecambah. Dalam pelaksanaan penanaman kecambah, pekerja harus dapat membedakan antara bakal daun dan bakal akar. Bakal daun (plumula) ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan bakal akar (radikula) berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning dari bakal daun. Pada waktu penanaman harus diperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula menghadap ke atas dan radikula menghadap ke bawah. Proses penanaman harus dilakukan dengan hati-hati karena bakal akar dan bakal daun mudah patah. Di lapangan masih ditemukan beberapa kecambah dengan bakal akar atau bakal daun yang patah serta kesalahan dalam penanaman. Hal ini tentunya akan merugikan pihak perusahaan. Gambar 9 adalah posisi penanaman kecambah yang benar dan plumula yang ditemukan dalam kondisi patah sesaat setelah penanaman. A Gambar 9. A) Posisi Penanaman Kecambah yang Benar, B) Plumula yang Patah B

35 24 Pemberian naungan. Pemberian naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah bibit kelapa sawit terhadap sinar matahari secara langsung serta untuk menghindari terbongkarnya tanah di polybag akibat terpaan air hujan. Pada saat penanaman kecambah, proses pembuatan naungan berjalan dengan lambat. Kecambah yang tertanam mendapatkan sinar matahari langsung dengan waktu yang relatif lama. Sinar matahari langsung bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan pada kecambah muda tersebut. Gambar 10 adalah proses pembuatan naungan yang berjalan lambat, tanda panah dalam Gambar 10 menunjukkan regu penanam yang sudah jauh meninggalkan regu pembuat naungan. Jarak antara regu pembuat naungan dan regu penanam adalah bedengan berisi babybag yang sudah ditanam kecambah tetapi belum diberi naungan sementara waktu sudah menunjukkan pukul WIB. Gambar 10. Proses Pembuatan Naungan Pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Kegiatan pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama di kebun pembibitan PT. JAW dilakukan pada umur 5-6 bulan. Menurut PPKS (2003), pemindahan bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama dilakukan pada saat bibit berumur bulan dengan tinggi sekitar 20 cm, diameter batang 1.3 cm dan jumlah pelepah daun 3-4 helai. Gambar 11 adalah bibit sawit di kebun pembibitan PT. JAW yang baru akan dipindah tanam ke pembibitan utama. Dari papan lebel pada Gambar 11 diketahui bahwa tanggal tanam bibit tersebut adalah pada tanggal 5 Agustus 2008 sementara foto diambil penulis pada awal pelaksanaan magang sekitar bulan Februari. Hal ini berarti bahwa bibit yang akan dipindah tanam tersebut telah berumur sekitar 6 bulan.

36 25 Gambar 11. Bibit yang Akan Dipindah Tanam ke Pembibitan Utama Seleksi bibit. Di kebun pembibitan PT. JAW, kegiatan seleksi kurang terealisasi dengan baik. Kegiatan seleksi hanya dilakukan pada saat bibit di pembibitan awal dan saat persiapan bibit untuk transplanting ke lapangan saja. Bibit yang sudah menunjukkan gejala abnormal akan berpengaruh kepada pertumbuhannya di masa yang akan datang. Persentase hasil seleksi bibit dari pembibitan awal sampai dengan ditanam di lapangan biasanya berkisar %, tergantung dari jenis bibit dan rekomendasi dari institusi penghasil benihnya. Gambar 12 adalah bibit sawit abnormal yang masih ditemukan di kebun pembibitan PT. JAW. Bentuk dan ciri-ciri tanaman abnormal yang harus segera dibuang seperti: 1. Bibit yang tumbuh meninggi dan kaku (errected) dengan sudut pelepah yang kecil (tajuk tegak). Bibit dengan karakter seperti ini biasanya akan menjadi tanaman steril/ tidak berbuah. 2. Bibit yang permukaan tajuknya rata. Kondisi ini disebabkan pelepah muda tumbuh lebih pendek dari pelepah tua. 3. Bibit yang anak daunnya tidak membelah, sedangkan tanaman lain pada umur yang sama telah membelah sempurna. 4. Bibit yang terserang penyakit tajuk. Helai daun mengering dan tangkai pelepah membengkok. 5. Bibit dengan bentuk anak daun tidak sempurna seperti anak daun yang pendek-pendek (short leaflets).

37 26 A B Gambar 12. A) Bibit Kerdil (runt), B) Bibit Juvenil Pemupukan Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam kultur teknis budidaya tanaman kelapa sawit. Tujuan pemupukan adalah menjaga dan menambah ketersediaan unsur hara dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Semua tanaman di PT. JAW merupakan tanaman menghasilkan. Sehingga pemupukan yang dilakukan adalah untuk mendukung pertumbuhan generatifnya agar meningkatkan produksi tanaman serta menjaga pertumbuhannya. Di perkebunan PT. JAW, untuk mengetahui status hara terakhir yang ada pada tanaman untuk menentukan jumlah pupuk dan jenis hara apa yang dibutuhkan oleh tanaman perlu dilakukan analisis daun. Dalam penentuannya, kegiatan analisis tanah tidak digunakan, hanya analisis daun dan pengamatan secara visual saja. Pengambilan LSU ini mempunyai teknik atau tata cara yang telah ditentukan. Selama penulis magang di PT. JAW belum dilakukan analisis daun. Kegiatan pengambilan LSU baru akan dilakukan sekitar pertengahan Juni. Tanaman kelapa sawit akan memperlihatkan gejalanya jika mengalami kekurangan unsur hara tertentu. Gambar 13 adalah gambar pelepah tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur kalium dengan penampakan gejala menguning pada bagian tengah pelepah dan defisiensi unsur boron dengan penampakan gejala anak daun menjadi keriput atau keriting.

38 27 A B Gambar 13. A) Defisiensi K, B) Defisiensi Boron Rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pemupukan yang dipakai oleh PT. JAW mengaju kepada keputusan menejemen unit ARBV BSP yang tentunya atas dasar hasil analisis daun, perolehan produksi serta observasi lapangan. Dari data pemupukan tahun 2008 diketahui bahwa PT. JAW masih menggunakan pupuk anorganik sebagai sumber hara bagi tanaman. Beberapa jenis pupuk yang digunakan seperti Urea, MOP, ZnCOP, Kieserite, Rock Phospate, HGFB, Kaptan, ZnSO 4, Dolomit, dan CuSO 4. Sejak awal tahun 2009 pemupukan anorganik tidak pernah direalisasikan lagi kecuali pemupukan CuSO4. Hal ini merupakan hasil rekomendasi dari keputusan menejemen unit ARBV BSP. Selama magang, penulis jarang melakukan kegiatan pemupukan anorganik. Penulis hanya mengikuti kegiatan pemupukan abu janjang dan pemupukan CuSO 4. Dengan demikian, pembahasan selanjutnya hanya berhubungan dengan pemupukan abu janjang dan pemupukan CuSO 4. Pemupukan abu janjang (bunch ash). Abu janjang merupakan limbah padat dari kegiatan produksi CPO berupa janjang kosong buah yang mengalami proses pengabuan dan dapat dimanfaatkan untuk menyediakan hara bagi tanaman. Abu janjang ini digunakan karena mengandung unsur hara penting yang berguna bagi tanaman khususnya untuk tanaman kelapa sawit di daerah lahan gambut. Karena merupakan limbah hasil pengolahan CPO maka abu janjang ini relatif murah secara ekonomi sehingga hanya membutuhkan biaya operasional dan pengangkutan saja.

39 28 Pemupukan abu janjang dilakukan oleh pekerja borongan dengan jumlah tenaga kerja biasanya sebanyak 14 orang. Luas satu blok yaitu sekitar 550 ha ini biasanya membutuhkan 4 hari pemupukan. Aplikasi pemupukan dimulai dengan memasukan pupuk kedalam ember dengan berat sekitar lebih dari 12 kg yang diambil dari karung berisi pupuk yang telah ada dijalan koleksi. Ember yang berisi pupuk digendong dan dilangsir ke dalam barisan. Pemupukan dimulai dari pasar tengah menuju ke arah luar barisan (Utara- Selatan). Hal ini bertujuan agar pemupukan yang dilakukan dosisnya merata tiap pokok, artinya pokok di bagian pasar tengah mendapatkan dosis yang sama dengan pokok di tepi jalan. Jika dimulai dari tepi jalan, pupuk yang dilangsir dengan ember akan habis sebelum sampai di pasar tengah, dan biasanya pekerja malas untuk balik dan mengambil pupuk yang berada di tepi jalan sehingga dosis pada pokok terakhir akan sangat sedikit. Untuk kualitas hasil yang maksimal maka diperlukan mandor di pasar tengah dan di jalan koleksi. Gambar 14 adalah gambar kegiatan pemupukan abu janjang di PT. JAW. Kegiatan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14. Pemupukan Abu Janjang Pemupukan CuSO 4. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa atas keputusan menejemen unit ARBV BSP bahwa pemupukan di PT. JAW sejak tahun 2009 hanya menggunakan pupuk organik abu janjang. Namun pada saat penulis melaksanakan magang, selain pemupukan abu janjang juga dilakukan pemupukan CuSO 4 (Coppper Sulphate Pentahydrate CuSO 4 5H 2 O). Pada saat aplikasi pemupukan, dosis yang digunakan adalah dosis rekomendasi dari menejemen unit ARBV BSP yaitu sekitar 200 g/pokok. Aplikasi

40 29 pemupukan CuSO 4 ini dimulai dengan kegiatan memasukkan pupuk ke dalam ember dan membawanya ke dalam blok untuk kemudian ditabur. Pupuk ditebar dengan menggunakan mangkok ke daerah piringan dan membentuk pola V dengan jarak m dari pokok dan dimulai dari pokok terdepan menuju kedalam baris. Penunasan/Prunning Rotasi kegiatan penunasan adalah selang waktu 6 bulan (dua kali setahun) dengan basis 0.8 ha/hk (2 pasar/hk). Tenaga kerja penunasan merupakan tenaga kerja panen (SKU dan KHL), sehingga kegiatan penunasan erat hubungannya dengan kegiatan panen. Jika kegiatan panen tidak bisa dilakukan karena jumlah produksi sedikit maka sebagian tenaga kerja panen ditarik untuk kegiatan penunasan dan sebagian lagi tetap melakukan kegiatan panen agar basis panen tercapai untuk tiap pemanen. Teknis kegiatan penunasan adalah dengan memotong pelepah daun rapat ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) berbentuk tapak kuda dengan membentuk sudut 30 o terhadap garis horizontal. Alat yang digunakan untuk memotong pelepah adalah dodos, egrek dan kapak. Potongan miring ditujukan agar brondolan yang jatuh tidak tersangkut pada pelepah. Di perkebunan PT. JAW, jumlah pelepah optimum yang harus dipertahankan setiap pokoknya yaitu berkisar antara pelepah. Dalam pelaksanaannya, biasanya pekerja berpedoman kepada istilah songgo dua yaitu menyisakan dua pelepah sebagai penyangga buah. Kegiatan penunasan dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Kegiatan Penunasan

41 30 Selama mengikuti kegiatan magang penulis hanya mencoba kegiatan penunasan pada saat tenaga kerja sedang istirahat sehingga prestasi penulis untuk kegiatan penunasan hanya sebanyak 1 baris. Umumnya penulis berstatus sebagai mandor. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit berfungsi sebagai sanitasi, memudahkan pemeliharaan, taksasi dan panen. Gulma yang dominan tumbuh di areal perkebunan PT. JAW dari jenis paku-pakuan seperti Nephrolepis biserata, Pteridium esculentum, Stenochlaena palustris, bibit sapuan (brondolan buah yang tumbuh menjadi bibit) dan jenis gulma berdaun lebar lainnya yang menjadi ciri khas dari gulma daerah lahan gambut serta beberapa gulma jenis rumputrumputan dan teki yang tidak terlalu dominan dan kebanyakan hanya tumbuh pada pinggir jalan utama. Kegiatan pengendalian gulma di kebun PT. JAW ini dilakukan secara manual dan kimiawi dengan sasaran gulma di piringan, pasar pikul, serta TPH. Gambar 16 adalah gambar gulma yang tumbuh di areal pertanaman kelapa sawit. Gambar 16. Gulma di Perkebunan Kelapa Sawit Pengendalian gulma secara kimiawi. Kegiatan yang termasuk dalam pengendalian secara kimiawi seperti semprot piringan, semprot pasar pikul dan semprot TPH (SP3 TPH), semprot gawangan, semprot semak, wiping alang-alang, semprot alang-alang, dan oles anak kayu. Kegiatan pengendalian gulma SP3 TPH dilakukan menggunakan alat sprayer knapsack solo dengan volume 15 liter. Nozzle yang digunakan adalah

42 31 nozzle jenis polyjet berwarna biru, hitam dan merah untuk membentuk semprotan kipas. Rotasi pengendalian gulma ini adalah 2 kali setahun. Dosis dipengaruhi oleh kondisi kerapatan gulma dan iklim. Dosis yang digunakan untuk kegiatan SP3 TPH rata-rata setiap divisi adalah liter/hektar dengan konsentrasi 3.3 ml/liter air. Karena yang dominan adalah jenis gulma berdaun lebar, maka untuk pengendaliannya menggunakan herbisida kontak non-sistemik dengan merek dagang Gramoxone 276 SL dengan bahan aktif Paraquat Diklorida 276 g/liter. Pada saat di gudang herbisida yang akan dibawa ke divisi sudah dicampur Ally 20 WDS dan dilakukan pengenceran dengan perbandingan Gramoxone : Ally : air adalah 20 liter : 1 kg : 20 liter. Hal ini ditujukan untuk mencegah peyimpangan penggunaan Gramoxone tersebut karena Gramoxone yang sudah mengalami pengenceran kurang laku lagi untuk dijual kembali Teknis kegiatan SP3 TPH dimulai dari pengambilan pestisida yang telah dicampur di gudang oleh mandor perawatan/spraying. Kegiatan SP3 TPH ini dilakukan oleh beberapa tim, dimana masing-masing tim terdiri atas tiga orang dengan rincian satu orang membawa galon (tempat air sebagai pelarut) dan dua orang melakukan aplikasi semprot. Jumlah tim tergantung oleh tenaga kerja yang tersedia, biasanya terdiri dari 3 tim. Rata-rata satu pasar membutuhkan 4 knapsack namun tergantung pada kondisi gulma dan jalan. Norma kerja untuk perawatan adalah 2 ha untuk 5/7 HK. Teknik penyemprotannya dimulai dari gulma yang berada dalam pinggir parit, kemudian pada TPH dan masuk pada piringan dan pasar pikul. Air yang digunakan adalah air hitam yang mengalir pada parit. Gambar 17. Kegiatan SP3 TPH

43 32 Prestasi kerja penulis dalam kegiatan SP3 TPH adalah 1 pasar dimana prestasi pekerja adalah 4 pasar dan umumnya penulis sebagai mandor spraying. Kendala yang dihadapi penulis saat melakukan kegiatan SP3 TPH ini adalah sulitnya untuk memasuki areal karena kondisi tanah gambut dan gulma tergolong berat. Semprot semak dari gulma golongan rumput digunakan herbisida sistemik yaitu herbisida dengan nama dagang Smart jenis AS (Amiphosat Starane), dengan bahan aktif glyphosate. Dosis yang digunakan tiap divisi biasanya adalah liter/ha, dengan konsentrasi sekitar ml/liter air. Dosis ini tergantung dari kerapatan gulma dan iklim. Norma kerja kegiatan ini yaitu 2 ha/hk. Pelaksanaan teknis kegiatan semprot semak ini sama dengan pelaksanaan SP3 TPH. Pengendalian gulma alang-alang dilakukan secara kimia dengan kegiatan semprot alang-alang dan wiping. Kegiatan wiping menggunakan herbisida Smart dengan dosis dan konsentrasi yang sama. Perbedaan teknis kegiatan semprot dan wiping alang-alang terdapat pada kondisi populasi gulma tersebut, jika pertumbuhan alang-alang sporadis atau terpencar-pencar maka kegiatan pengendalian yang dilakukan adalah wiping, sedangkan bila terdapat dominansi alang-alang sebaiknya dilakukan dengan kegiatan semprot alang-alang. Kegiatan wiping dilakukan dengan mengusap gulma dengan tangan yang dilapisi kain. Pengendalain secara kimia lain yang juga digunakan adalah oles anak kayu. Oles anak kayu menggunakan herbisida cair dengan merek dagang Garlon dengan dosis 250 ml/ha. Aplikasi oles anak kayu garlon dicampur dengan solar dengan perbandingan 1 : 18 (1 liter Garlon dan 18 liter solar). Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan membabat anak kayu dengan tinggi sekitar 30 cm dari permukaan tanah, pada bagian anak kayu yang terpotong dioleskan campuran garlon dengan menggunakan kuas atau kain. Penulis tidak mendapatkan prestasi kerja pada kegiatan wiping dan oles anak kayu. Untuk memperoleh data ini penulis hanya melakukan kegiatan wawancara. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual yang dilakukan PT. JAW adalah dengan kegiatan seperti babat total/slashing, babat selektif, dan dongkel anak kayu (DAK). Kegiatan babat total dan dongkel anak kayu sudah mempunyai standar norma kerja yang berlaku. Namun, untuk

44 33 kegiatan babat selektif belum mempunyai standar norma kerja, karena kegiatan ini baru pertama kali diterapkan dan akan segera dibuat standar norma kerjanya. Penulis tidak melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual ini, data mengenai kegiatan ini diperoleh dengan wawancara. Pengendalian Hama Ulat Api Hama yang paling berbahaya yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah hama ulat api dan ulat kantong. Serangan hama ulat ini adalah dengan memakan daun kelapa sawit, sehingga tanaman sawit mengalami kehilangan daun (defoliasi) yang berdampak langsung terhadap penurunan produksi. Gambar 18 adalah gambar tanaman sawit yang telah diserang hama ulat api. A B Gambar 18. A) Dampak Serangan, B) Ulat Bulu dan Ulat Api Sensus ulat api. Sebelum melakukan pengendalian hama ulat api, sebaiknya dilakukan kegiatan sensus ulat api terlebih dahulu. Kegiatan sensus ulat api bertujuan untuk mengetahui populasi hama sedini mungkin atau jumlah larva per pelepah, mengetahui persentase larva yang hidup dan mati serta mengetahui stadium hidup hama ulat api tersebut. Prosedur sensus ulat api dan ulat kantong di PT. JAW adalah sebagai berikut: 1. Setiap blok dibuat baris sensus dengan jarak antar baris atau selang 10 baris 2. Tiap baris sensus dibuat titik pokok sensus dengan jarak pokok sensus adalah setiap 5 pokok 3. Hal yang dicatat dalam sensus adalah jenis dan jumlah ulat

45 34 4. Ada atau tidak ada serangan hama, sensus harus tetap dilakukan 5. Sensus dilakukan pada pelepah 9-25 karena ulat lebih aktif pada daun tersebut. Berdasarkan data dari kantor Divisi V pada bulan Januari 2009, serangan ulat api terjadi di Blok A17 dan Blok A18. Jenis ulat api yang dominan adalah dari jenis Setora nitens, populasi rata-ratanya mencapai 8 ekor per pelepah. Sebaran ulat api di Blok A18 terjadi dari pasar 38-70, Blok A17 dari pasar dan berkonsentrasi pada pasar tengah. Konsep pengendalian hama ulat api dimulai dari pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup, serta mengetahui bagian paling lemah dari seluruh siklus hidup hama itu sendiri. Bagian yang dinilai paling lemah dari siklus hama merupakan titik kritis karena akan menjadi dasar acuan untuk pengambilan keputusan pengendaliannya. Titik ambang batas kritis serangan hama ulat api dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Titik Ambang Batas Kritis Serangan Hama Ulat Api Rata-rata jumlah ulat per pelepah Tingkat serangan Setora nitens Thosea bisura Thosea assigna Ploneta diducta Darna trima TBM TM TBM TM TBM TM Ringan <1 <1 <7 <15 <15 <35 Sedang Berat >5 >5 >10 >20 >25 >50 Tingkat serangan Langkah yang perlu diambil Ringan Monitoring perkembangannya secara visual Sedang Sensus 2x sebulan dan monitoring perkembangannnya Berat Sensus 2x sebulan dan tindakan pengendalian Sumber: Kantor Divisi V (Lima) Berdasarkan Tabel 7 dan data sensus ulat bulan Januari 2009 di Blok A17 dan Blok A18 maka tingkat serangan hama ulat api terutama Setora nitens termasuk dalam tingkat serangan berat yaitu 8 ekor per pelepah. Pengendalian

46 35 hama ulat api yang dilakukan di PT. JAW adalah dengan melakukan pengendalian secara manual, kimiawi dan biologi. Pengendalian ulat api secara manual. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara pengutipan atau pengambilan langsung terhadap ulat api tersebut. Biasanya pengendalian ini dilakukan jika serangan masih ringan dan skala kecil, tanamannya juga masih muda, dan belum terlalu tinggi. Pelaksanaan kegiatan kutip ulat api dan kutip cocoon (kepompong) biasanya dilakukan oleh tenaga kerja harian wanita. Tenaga kerja ini harus menggunakan celana panjang, baju lengan panjang, sarung tangan, alat penjepit untuk mengambil ulat dari daun, dan ember yang berisi air. Ulat api dan cocoon hasil kutipan dikumpul menjadi satu dan dikubur dalam satu lubang. Pengendalian dengan cahaya (light trap). Pengendalian dengan perlakuan cahaya (light trap) ini merupakan pengendalian hama serangga ulat api pada saat ulat api dalam fase imago (kupu-kupu) yang aktif di malam hari dan tertarik terhadap cahaya. Pengendalian dilakukan pada waktu sore hari sekitar pukul WIB. Teknis pelaksanaan light trap ini dilakukan dengan pemasangan sumber cahaya berupa lampu yang digantung di atas bejana berisi solar. Sumber cahaya tersebut akan meyoroti dan menerangi jalan sehingga imago dari ulat api ini akan tertarik dan menuju sumber cahaya dan menabrak lampu, sehingga akan jatuh ke bawah mengenai solar. Selanjutnya, serangga tersebut tidak bisa terbang kembali atau bisa juga langsung ditangkap dengan tangan. Pengendalian secara kimiawi/ Swingfog. Aplikasi swingfog merupakan salah satu pengendalian ulat api dan ulat bulu secara kimiawi dengan menggunakan alat pembuat asap yang disebut swingfog. Alat ini akan melakukan pengasapan terhadap campuran solar dan pestisida dengan merek dagang Decis. Decis merupakan insektisida kontak dengan gejala yang ditimbulkan berupa lemas dan mengganggu sistem saraf pada serangga jika terkena kontak dengan insektisida ini. Solar digunakan untuk menempelkan insektisida pada daun sehingga lebih tahan lama berada di daun. Daun yang sudah terkontaminasi insektisida jika dimakan oleh ulat api maka ulat api tersebut akan mati.

47 36 Dosis yang digunakan adalah berupa perbandingan decis dengan solar adalah 1:10, artinya 1 liter Decis harus dicampur kedalam 10 liter solar. Kapasitas penampungan swingfog adalah 8 liter. Jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 3 orang yang terdiri dari 2 orang mengangkut alat dan 1 orang membawa galon isi campuran Decis dan solar. Selama magang, penulis mengikuti kegiatan ini di Divisi V Blok A17. Gambar 19 adalah gambar kegiatan aplikasi swingfog. Gambar 19. Aplikasi Swingfog Pengendalian secara biologi. Pengendalian hama ulat api secara biologi selain efektif juga ekonomis dan aman. Beberapa tanaman yang secara alami menjadi inang serangga predator yang dapat menekan populasi ulat api adalah Turnera subulata, Antigonon leptopus, Borreria latifolia, Ageratum conyzoides dan lain-lain. Di PT. JAW pengendalian secara biologi dilakukan dengan penanaman tanaman Turnera subulata yang merupakan tanaman inang predator ulat api seperti serangga Sycanus sp. Gambar 20 adalah gambar tanaman Turnera subulata yang ditanam di pinggir jalan koleksi yang ada di hampir semua divisi. Gambar 20. Penanaman Turnera subulata

48 37 Pengangkutan dan Pemasangan Titi Panen Beton Titi panen merupakan jalan yang menghubungkan areal panen ke TPH karena dipisahkan oleh parit. Mulai tahun 2009, titi panen di PT. JAW sedang dilakukan betonisasi. Titi panen yang masih terbuat dari kayu diganti menjadi titi panen yang terbuat dari beton. Titi panen yang rusak akan menyebabkan terganggunya kegiatan produksi dan pemeliharaan kelapa sawit. Pada saat penulis melaksanakan magang, kegiatan betonisasi titi panen masih terdapat di beberapa blok pada semua divisi. Titi panen yang terbuat dari kayu umumnya dilakukan penggantian tiap 6 bulan sekali, dengan betonosasi diharapkan dapat bertahan lama dan lebih ekonomis meskipun biaya investasinya lebih mahal. Titi panen beton dibuat dari campuran semen, pasir, kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3 dengan volume 0.16 m 3. Panjang titi panen adalah 500 cm, lebar 20 cm dengan berat sekitar kg. Titi panen beton yang akan dipasang adalah titi panen yang telah benar-benar kering atau matang. Proses kegiatan pemasangan dan pengangkutan titi panen beton dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21. Pengangkutan dan Pemasangan Titi Panen Beton Pemasangan titi panen beton memerlukan jumlah tenaga kerja yang cukup banyak karena titi beton ini cukup berat. Pemasangan dilakukan secara manual yaitu dengan mengangkat secara bersama-sama titi panen beton dengan menggunakan titi panen kayu sebagai fondasi yang menjembataninya. Pemasangan dilakukan dengan memindahkan posisi titi panen dari tepi jalan membentang parit. Di perkebunan PT. JAW, satu titi panen beton digunakan untuk menjembatani 3 pasar, dimana titi panen ini diletakkan pada pasar kedua.

49 38 Sensus Buah Sensus buah yang dilakukan di PT. JAW Kebun Mentawak dikenal dengan istilah sensus buah hitam (black bunch cencus / BBC). Tujuan kegiatan BBC ini adalah untuk mengetahui jumlah produksi TBS untuk empat bulan yang akan datang. Teknis kegiatan sensus buah ini dimulai dari kegiatan penentuan pokok kelapa sawit yang akan diambil datanya. Sample pokok kelapa sawit diambil pada tiap sepuluh baris dan dimulai pada baris ke-5. Seluruh pokok kelapa sawit pada baris yang telah ditentukan dicatat jumlah buah yang masuk dalam kriteria sedangkan pokok sawit yang mati diberi tanda silang. Buah yang termasuk kriteria BBC adalah buah yang memiliki warna hitam dan mengkilat mulai dari buah kopi (brondolan sawit yang berukuran seperti buah kopi) sampai buah mentah (buah merah dan matang tidak termasuk dalam sensus buah). Teknis dan tata cara penentuan sample pokok BBC disajikan pada Gambar 22. Gambar 22. Teknis dan tata cara penentuan sample pokok BBC Jumlah tenaga kerja yang diperlukan adalah 3 orang untuk menyelesaikan 2 blok. Selama kegiatan BBC berlangsung, penulis berstatus sebagai mandor dan KHL. Hasil BCC yang dilakukan penulis sebagai KHL di Divisi III Blok C17 tahun tanam 2002 adalah 1825 TBS dengan jumlah pokok sample BBC yaitu 454 pokok, sehingga rata-rata jumlah janjang tiap pokok adalah 4.02 TBS. Hasil sebagian sensus BBC di Blok C17 Divisi III disajikan pada Lampiran 6.

50 39 Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan memotong tandan buah yang termasuk dalam kriteria panen, dan mengangkut buah ke tempat pengumpulan hasil (TPH). Setiap tiga pasar terdapat satu TPH yang terletak di bagian pinggir jalan koleksi. Keberhasilan panen dan produksi sangat bergantung pada bahan tanam yang digunakan, tenaga pemanen, keterampilan pemanen, sistem panen yang digunakan, kelancaran sarana transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti organisasi panen yang baik, keadaan areal dan insentif yang diberikan. Gambar 23. Pemanenan TBS Taksasi panen. Taksasi panen merupakan kegiatan sensus TBS yang bertujuan untuk memperkirakan jumlah produksi yang akan dipanen besok. Kegiatan ini bisaanya dilakukan oleh mandor panen dan dapat digunakan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan angka kerapatan panen (AKP). Pada saat magang berlangsung, penulis melakukan kegiatan sensus di Divisi VI untuk mengetahui produksi panen besok, AKP, jumlah buah yang tertinggal, jumlah buah yang busuk dan lain-lain. Hasil taksasi panen di Divisi VI Blok B21 dengan luasan 49 ha, diperkirakan jumlah produksi TBS besok adalah kg dengan BJR 8.5 kg/janjang dengan AKP 1 : 4, artinya setiap 4 pokok kelapa sawit terdapat 1 TBS. Rotasi panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada seksi panen yang sama. Sistem rotasi panen yang digunakan di perkebunan PT. JAW Divisi V adalah rotasi 6/7 yaitu terdapat 6 seksi panen dan dipanen di seksi yang sama setelah 7 hari.

51 40 Hanca panen. Sistem hanca panen di PT. JAW adalah sistem hanca giring tetap (perpaduan antara hanca tetap dan hanca giring). Pada sistem hanca giring tetap, pemanen diberi hanca dengan luasan yang ditentukan dan bersifat tetap. Jika hancanya telah selesai dipanen, pemanen bisa digiring oleh mandor untuk pindah ke hanca berikutnya yang belum selesai terpanen. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja panen karena terdapat pemanen yang tidak bekerja, maka pemanen yang lain dapat mengambil hancanya. Sistem hanca giring tetap ini bertujuan untuk memudahkan mandor dalam pengawasan dan kemungkinan hanca yang tidak terpanen kecil dan lebih bersih. Sistem hanca untuk panen juga tergantung pada umur tanaman tersebut. Jika umur tanaman kelapa sawit masih muda buahnya masih kecil dan bobotnya kurang sehingga diberi luasan hanca yang lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua. Rata-rata setiap pemanen mendapat hanca panen 2 ha/hk atau 5 pasar dimana luas satu pasar adalah 0.4 ha. Kebutuhan tenaga pemanen. Kebutuhan tenaga pemanen biasanya ditentukan berdasarkan jumlah pekerja per luas seksi panen untuk setiap hari panen. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan seksi panen, angka kerapatan panen (AKP), bobot janjang rata-rata (BJR), populasi pohon per hektar, dan kapasitas pemanen per hari. Rata-rata jumlah tenaga kerja dalam satu divisi mencapai 22 orang SKU sedangkan sisanya adalah KHL yang jumlahnya tergantung dari jumlah produksi TBS yang akan di panen. Alat-alat panen. Alat panen yang digunakan untuk memotong TBS dari pokoknya digunakan dodos dan egrek. Dodos digunakan untuk memotong TBS pada tanaman yang masih berumur sekitar 3-8 tahun, sedangkan setelah berumur lebih dari 8 tahun digunakan egrek karena batang tanaman sudah mencapai tinggi yang telah mencapai lebih dari 3 meter. Alat-alat panen disediakan oleh pihak perusahaan. Tabel 8 adalah alat-alat yang sering digunakan dalam pelaksanaan panen di perkebunan PT. JAW.

52 41 Tabel 8. Alat-alat Panen No. Nama Alat Kegunaan 1. Dodos Pemotong tandan buah pada tanaman yang masih pendek 2. Egrek Pemotong tandan buah pada tanaman yang sudah tinggi 3. Angkong Alat angkut TBS dan Brondolan dari pasar pikul ke TPH 4. Gancu Alat angkut TBS dari pokok ke pasar pikul dan ke angkong 5. Kapak Memotong tandan buah yang panjang 6. Karung Tempat brondolan 7. Batu asah Pengasah dodos, egrek, kapak dan lain-lain 8. Lainnya Karet, bambu. Sumber: Hasil Pengamatan di Lapangan Kriteria panen dan kualitas buah. Kriteria panen akan menentukan tingkat mutu dari TBS dan mutu Crude Palm Oil/CPO yang akan dihasilkan. Kriteria panen yang ada di PT. JAW Kebun Mentawak berdasar atas warna buah dan brondolan yang jatuh. Pada saat panen puncak, kriteria yang diterapkan adalah 2 brondolan artinya buah yang dipanen harus masak ditandai dengan jatuhnya brondolan minimal dua brondol di areal piringan atau pokok tanaman. Sedangkan pada kondisi sedikit buah, kriteria yang dipakai adalah membrondol satu atau minimal buah yang berwarna kuning kemerahan (belum membrondol). TBS yang telah dipanen, pada hari itu juga harus segera diangkut ke PMKS (Pabrik Minyak Kelapa Sawit). Buah sawit yang tidak terangkut kualitasnya akan menurun karena kandungan ALB (asam lemak bebas) buah tersebut akan meningkat. TBS yang tidak terangkut ini dikenal dengan istilah buah restan. Pelaksanaan kegiatan panen. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pelaksanaan kegiatan panen adalah memanen semua TBS yang termasuk ke dalam kriteria panen, mengutip bersih semua brondolan, menyusun pelepah yang dipotong pada gawangan mati, mengangkut TBS ke TPH dan menyusunnya. Gagang TBS yang terlalu panjang harus dipotong, ukuran panjang maksimal TBS adalah sekitar 3 cm yang diukur dari permukaan buah sampai sisi potongan yang miring. Ujung gagang diberi nomor kode pemanenan untuk pengecekan oleh mandor panen.

53 42 Pemanenan TBS dilakukan dengan cara mempertahankan pelepah daun yang berada tepat di bawah tandan buah, yang dikenal dengan istilah curi buah. Selain untuk mempertahankan kondisi buah tetap dalam keadaan songgo dua (satu buah disangga oleh 2 pelepah), sistem curi buah juga bertujuan untuk mempertahankan jumlah minimal pelepah daun dalam satu pokok tanaman kelapa sawit (efisiensi tajuk). Saat melakukan kegiatan panen, penulis hanya mampu memanen sekitar 20 TBS per hari, sedangkan prestasi rata-rata pemanen adalah 120 TBS per hari, dan pada umumnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor panen. Premi dan denda panen. Pemanen berstatus sebagai pekerja SKU dan KHL. Pemenen tidak mendapatkan upah bulanan secara khusus apabila ia tidak bekerja karena mangkir dan tidak izin. Pemanen akan menerima upah apabila ia bekerja, izin atau sakit. Pemanen harus memenuhi basis borong panen jika keadaan buah tersedia. Jika buah tidak tesedia maka pemanen diberikan toleransi tetapi hanca panennya memang harus benar-benar bersih atau tidak ada lagi buah matang yang tertinggal. Pemanen akan memperoleh premi apabila jumlah TBS yang didapat melebihi basis yang telah ditentukan. Ketentuan premi berbeda tiap tahunnnya dan didasarkan atas perbedaan tahun tanaam. Ketentuan basis dan premi tiap tahun tanam di PT. JAW disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Ketentuan Basis Borong dan Premi Tahun 2009 di PT. JAW Kebun Mentawak No. Tahun Tanam TM Basis Borong (kg/hk) Premi Over (Rp/kg) Sumber : Kantor Pusat Kebun Basis borong biasanya ditentukan oleh tahun tanam tanaman tersebut yang di dalamnya menyangkut komponen produktivitas TBS (kg/ha). Premi ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja pemanen agar lebih memacu dirinya untuk

54 43 meningkatkan jumlah TBS yang dihasilkan. Sedangkan untuk meningkatkan perhatian akan pentingnya kegiataan panen yang berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas CPO yang dihasilkan maka diterapkan sistem denda. Denda panen berupa sanksi yang ditujukan pada pemanen yang apabila melakukan kesalahan atau penyimpangan dari norma kerja yang sudah ditetapkan. Beberapa jenis denda panen seperti: buah mentah yang dipanen Rp /TBS, brondolan yang tertinggal di pokok Rp. 500/pokok, buah matang yang tidak di panen Rp /TBS, gagang TBS terlalu panjang Rp. 250/janjang, pelepah yang tidak pada tempatnya Rp. 250/pelepah. Untuk pemberian sanksi ini kurang terlalu diterapkan oleh mandor panen karena beberapa alasan. Aspek Manajerial Pendamping Mandor Mandor merupakan karyawan tingkat non staf yang bertugas membantu asisten dalam menjalankan pekerjaan kebun baik secara teknis maupun administratif. Mandor merupakan orang yang berhubungan langsung dengan karyawan dan bertugas langsung di lapangan serta bertanggung jawab kepada asisten. Mandor yang ada pada setiap divisi terdiri dari: mandor I, mandor panen, krani buah, krani transport, mandor perawatan dan krani divisi, sedangkan di kebun pembibitan mempunyai 4 orang mandor. Selama penulis berstatus sebagai pendamping mandor, penulis pernah bertugas di kebun pembibitan dan di divisi seperti menjadi mandor pemupukan di pembibitan utama, mandor konsolidasi, mandor tabur mulsa, mandor panen, mandor penyemprotan, krani transport, dan lain sebagainya. Untuk informasi lebih rinci tugas manajemen yang pernah dilakukan penulis selama berstatus sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 7. Mandor mempunyai beberapa peranan seperti: 1. Merencanaan kegiatan teknis yang akan di lakukan seperti kebutuhan fisik, biaya dan tenaga kerja 2. Mengawasi dan mengorganisasi pelaksanaan teknis pekerjaan di lapangan 3. Membuat laporan hasil pekerjaan yang dilakukan dan menganalisisnya 4. Memotivasi karyawan.

55 44 Mandor dan krani di kebun pembibitan. Mandor di kebun pembibitan berjumlah 4 orang (termasuk didalamnya mandor I yang berstatus SKU) yang status mandornya dapat dirangkap sesuai dengan jenis pekerjaan yang sedang dilakukan pada hari tersebut. Seorang mandor bisa mengawasi dua hingga tiga jenis pekerjaan. Jumlah mandor yang ada di kebun pembibitan ini masih dinilai kurang mengingat banyaknya jenis pekerjaan yang harus diawasi setiap harinya. Di kebun pembibitan juga mempunyai seorang krani berstatus KHL yang mengurusi masalah administrasi kebun pembibitan. Krani pembibitan mengerjakan laporan LHPU dan Daily Work Program And Realitation. Jenis pekerjaan khusus seperti: penanaman kecambah, pengangkutan bibit, dan lainnya, krani pembibitan juga harus membuat laporan yang diperlukan. LHPU dibuat berdasarkan laporan dari Daily Work Program And Realitation. Sedangkan Daily Work berasal dari hasil laporan kegiatan masing-masing mandor. Mandor I. Jabatan mandor I langsung berada di bawah asisten untuk mengontrol semua jenis pekerjaan yang dilakukan. Mandor I berkewajiban membuat rencana kerja harian dan bertanggung jawab secara langsung terhadap pekerjaan mandor-mandor dan karyawan. Seperti halnya asisten, mandor I juga mengawasi seluruh pekerjaan yang dilakukan dan memastikan kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan norma kerja yang ditetapkan. Mandor I harus aktif menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan dan harus dapat mencari solusinya, misalnya masalah angkutan panen, buah restan, dan lain-lain. Mandor panen. Mandor panen adalah orang yang bertanggung jawab dalam kegiatan panen yang dibantu oleh krani buah dan krani transport. Tugas mandor panen adalah mengawasi kegiatan panen agar berjalan dengan baik. Mandor panen juga mempunyai tugas untuk menentukan hanca panen dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Mandor panen juga secara tidak langsung bertanggung jawab terhadap kualitas TBS yang dipanen seperti tingkat kematangan buah, buah busuk, buah matang yang tertinggal di pokok, brondolan yang tertinggal serta memastikan tangkai buah TBS pendek. Mandor panen pada setiap divisi ada dua orang yang merupakan karyawan non staf tingkat SKU. Setiap harinya, mandor panen harus membuat laporan hasil kegiatan panen yang selanjutnya akan dibukukan oleh krani divisi dalam bentuk

56 45 laporan panen harian (LPH). Beberapa data yang harus dilaporkan seperti: blok yang dipanen, luas panen, rotasi panen, jumlah tenaga kerja (SKU dan KHL), jumlah tandan per TPH, jumlah brondolan yang dipanen. Mandor panen harus aktif mengawasi ke dalam hanca untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan oleh pemanen. Krani transport. Krani transport merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pengangkutan TBS dari TPH ke PMKS termasuk kendala yang terjadi selama perjalanan. Bersama dengan Mandor I bertugas untuk menyediakan truk pengangkut sesuai dengan buah TBS yang dihasilkan. Setelah memastikan jumlah truk pengangkut yang dibutuhkan, kegiatan pengangkutan dilakukan bila kegiatan panen selesai. Krani transport membawahi 3 orang pemuat TBS ke dalam truk. Laporan hasil kerja dari krani transport berupa nota angkut buah (NAB) yang berisi informasi tentang jumlah tandan yang diangkut (BJR atau kg) dan penimbangan TBS. Mandor perawatan. Mandor perawatan merupakan karyawan non staf yang termasuk dalam SKU. Setiap divisi memiliki dua orang mandor perawatan, yang terdiri dari satu mandor perawatan umum dan satu mandor spraying. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam kegiatan pemeliharaan adalah pemupukan, pengendalian gulma, pemeliharaan jalan dan jembatan, pemeliharaan TPH dan pengendalian hama dan penyakit. Tugas mandor umumnya sama pada setiap jenis pemeliharaan yaitu mempersiapkan tenaga kerja, bahan yang dibutuhkan dan pengawasan terhadap kegiatan di lapangan serta melaporkan hasil kegiatan dalam bentuk Buku Mandor Perawatan. Lampiran 8 adalah form Buku Kegiatan Mandor Perawatan. Selama kegiatan magang berlangsung, penulis bersama mandor perawatan melakukan kegiatan pemeliharaan dan berstatus sebagai mandor perawatan. Prestasi penulis sebagai mandor perawatan sama dengan prestasi mandor perawatan lainnya. Krani divisi. Kantor divisi merupakan salah satu pusat administrasi kebun terkecil dan menjadi sumber data langsung di lapangan. Krani bertanggung jawab mengurusi masalah administrasi kantor yang diperoleh dari kegiatan di lapangan. Beberapa hal yang menjadi tanggung jawab krani meliputi laporan yang masuk

57 46 maupun yang keluar seperti absensi mandor, bon permintaan barang dan laporan hasil kegiatan dari masing-masing mandor. Di setiap divisi, kegiatan tetap yang harus diselesaikan tiap hari adalah Laporan Harian Hasil Panen (LHHP), Laporan Harian Perawatan dan Umum (LHPU), Daily Work Program And Realitation (Program dan Realisasi Kerja Harian) dan Daily Cost (Pengeluaran Harian). Untuk laporan tutup buku (setiap bulan) krani harus merekap laporan harian dan membuat daftar absensi karyawan SKU dan KHL. LHHP dibuat berdasarkan laporan dari Daily Work Program And Realitation. Sedangkan Daily Work berasal dari hasil laporan kegiatan masingmasing mandor. Masalah manajemen yang penulis temukan pada saat menjadi pendamping mandor di pembibitan adalah kurangnya disiplin dan adanya pemborosan waktu yang dilakukan oleh KHL akibat kurangnya pengawasan oleh mandor terhadap KHL tersebut. Pada saat penulis menjadi mandor untuk jenis pekerjaan tabur mulsa, penulis menemukan suatu masalah dan pemborosan waktu yang dilakukan oleh KHL. Dari total 10 pekerja dibagi menjadi 3 regu yang terdiri dari: 1 orang yang memasukkan cangkang ke dalam karung, 3 orang pelangsir karung ke lapangan dan 6 orang sebagai penabur cangkang ke dalam polybag. Dalam pelaksanaannya, penulis mendapati suatu masalah dan dimana 6 orang regu penabur cangkang selalu lebih dulu selesai menghabiskan cangkang dalam karung yang sudah dilangsir oleh 3 orang pelangsir. Regu pelangsir selalu kalah cepat dengan regu penabur. Selama menunggu pelangsir membawa karung yang berisi cangkang, para penabur duduk sambil beristirahat dan tentunya ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia. Pendamping Asisten Asisten merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dan hal-hal penting lainnya dalam suatu luasan areal tertentu (divisi). Asisten bertanggung jawab kepada asisten senior (asisten kepala) dan estate manager. Tugas asisten meliputi seluruh kegiatan manajemen seperti: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan pengevaluasian.

58 47 Di divisi, asisten memimpin briefing pagi kepada para mandor dan bisa juga bersamaan langsung dengan karyawan. Hal yang dibahas dalam briefing bersama mandor adalah membahas hasil kegiatan sebelumnya dan pembagian tenaga kerja. Asisten melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan setiap harinya seperti mengontrol kegiatan panen, kegiatan pemeliharaan dan lain-lain. Asisten pembibitan mengawasi seluruh pekerjaan yang ada di kebun pembibitan. Setelah melakukan pengawasan, selanjutnya asisten akan menyelesaikan tugas administrasi di kantor divisi. Tugas manajemen yang pernah dilakukan penulis selama berstatus sebagai pendamping asisten dapat dilihat pada Lampiran 9. Pada saat menjadi pendamping asisten, penulis menemukan masalah terhadap sistem pekerjaan yang diterapkan di kebun pembibitan. Di kebun pembibitan, ada dua jenis sistem pekerjaan yaitu: sistem pekerjaan borongan dan sistem pekerjaan harian (dengan target hasil dan tanpa target hasil). Sistem pekejaan harian tanpa target hasil merupakan sistem pekerjaan yang hanya berdasarkan lamanya waktu bekerja yaitu 7 jam, sementara kuantitas hasil yang dicapai kurang diperhitungkan. Beberapa jenis pekerjaan yang termasuk kedalam sistem pekerjaan harian tanpa target hasil seperti: tabur mulsa, penyiangan gulma, konsolidasi, seleksi di pembibitan awal, dan lain-lain. Sistem pekerjaan harian tanpa target hasil dinilai kurang efektif karena dapat menyebabkan penyimpangan dan pemborosan waktu yang dilakukan oleh KHL.

59 48 PEMBAHASAN Pemilihan Lokasi Pembibitan Lahan pembibitan di PT. JAW berada di atas tanah gambut yang berbeda dengan lahan pembibitan yang umumnya dilakukan oleh perusahaan lainnya yang berada di atas tanah mineral. Hal ini akan menyebabkan beberapa perbedaan dan permasalahan baru terhadap kegiatan teknis budidaya dan manajemen tenaga kerjanya yang telah ditemukan penulis seperti: 1. Permukaan areal lahan gambut tidak bisa rata seluruhnya karena banyaknya sisa-sisa bagian tumbuhan yang masih berserakan. Hal ini akan menyebabkan banyak polybag yang miring atau bahkan tumbang sehingga memerlukan kegiatan konsolidasi yang menambah biaya. 2. Media tanam berupa tanah mineral dari lapisan top soil harus didatangkan dari luar areal kebun PT. JAW bekerja sama dengan masyarakat Dusun Baru untuk memanfaatkan tanah yang dimilikinya. Biaya tanah dan transportasi yang cukup besar harus dikeluarkan. Jika di lahan tanah mineral, media tanam langsung diambil dari hasil perataan tanah top soil oleh bulldozer di lahan pembibitan tersebut (Pahan, 2007). 3. Tanah mineral juga harus didatangkan untuk penimbunan pembuatan jalan utama serta sarana lainnya. Jika di lahan tanah mineral hanya perlu perataan dan pengerasan tanah saja. 4. Perlu kegiatan langsir polybag untuk menempatkan polybag yang telah diisi tanah yang berada di jalan utama ke titik-titik areal di pembibitan utama. Di lahan tanah mineral, kegiatan pengisian dan penyusunan polybag langsung dilakukan di lapangan atau areal pembibitan (Pahan, 2007). Daya Tumbuh Kecambah Asal Costarica Kecambah yang ditanam oleh PT. JAW adalah kecambah varietas Tenera hasil persilangan Dura Deli X Nigeria. Kecambah ini merupakan kecambah yang berasal dari perusahaan penyedia kecambah ASD Costarica, Amerika Tengah. Pertumbuhan dan vigor bibit sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam,

60 49 morfologi kecambah, dan cara penanamannya (Pahan, 2007). Daya tumbuh kecambah yang telah ditanam dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Daya Tumbuh Kecambah Asal Costarica di Pembibitan Awal Blok Kecambah Kecambah Total kecambah Daya Tumbuh Mati (butir) Hidup (butir) (butir) (%) A A A A A A A A A A A Rata-rata Sumber: Pengamatan di lapangan Dari data Tabel 10, diketahui bahwa daya tumbuh kecambah Costarica pada pengamatan 2 MST cukup tinggi yaitu sekitar 95.57%. Namun, dengan angka kematian 4.43% dan mengingat mahalnya harga kecambah sawit yaitu sekitar Rp /kecambah, maka perusahaan akan mengalami kerugian yang cukup besar. Beberapa faktor penyebab kematian kecambah seperti: faktor yang berasal dari kecambah itu sendiri, faktor lingkungan, serta perlakuan selama penanaman dan pemeliharaan. Beberapa hal yang harus diperhatikan seperti ditemukannya kecambah dengan plumula dan atau radikulanya yang patah pada saat proses penanaman. Penanaman kecambah seharusnya dilakukan secara hati-hati, karena plumula dan radikula kecambah mudah patah. Pada saat pelaksanaan penanaman, pekerja kurang hati-hati karena ingin cepat selesai. Faktor yang diakibatkan oleh kesalahan manusia (human error) itu bisa dikurangi dengan cara memberikan

61 50 pengawasan yang lebih oleh mandor pada saat proses penanaman berlangsung. Pengawasan yang dilakukan oleh mandor masih kurang mengingat jumlah mandor yang ada di kebun pembibitan PT. JAW ini jumlahnya juga kurang. Faktor penting yang harus diperhatikan lainnya seperti terlambatnya proses pembuatan naungan terhadap kecambah yang sudah ditanam pada bedengan. Kecambah yang terkena sinar matahari langsung dengan waktu yang relatif lama di siang hari dimungkinkan akan mengalami stress lingkungan panas dan bisa menggangu pertumbuhan kecambah muda tersebut. Menurut PPKS (2003), kecambah umur bulan di pembibitan awal harus segera diberi naungan dengan kerapatan naungan 100% untuk mencegah kecambah menerima sinar matahari langsung. Tenaga kerja pembuat naungan sebaiknya ditambah agar seluruh bedengan yang telah ditanam dapat dinaungi dengan segera atau bedengan yang sudah ditanam kecambah diberi penutup sementara. Pertumbuhan Bibit Asal Costarica di Pembibitan Utama Di kebun pembibitan PT. JAW kegiatan pindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama dilakukan pada umur 5-6 bulan karena bibit yang digunakan adalah bibit yang berasal dari Costarica, Amerika Tengah. Bibit yang berasal dari Costarica ini memiliki keunggulan dimana pertambahan tinggi batangnya lambat serta mempunyai luasan tajuk yang relatuf lebih sempit. Tabel 11 dapat menunjukkan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit yang berasal dari Costarica, Amerika Tengah. Sedangkan Tabel 12 adalah standar pertumbuhan bibit kelapa sawit menurut PPKS (2003). Tabel 11. Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit di MN Umur Tinggi (cm) Diameter (cm) Jumlah Pelepah (bulan) Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Rata-rata Stdev Sumber: Pengamatan di lapangan

62 51 Tabel 12. Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Umur (bulan) Jumlah pelepah Tinggi bibit (cm) Diameter batang (cm) Sumber : PPKS Dari Tabel 11 dan Tabel 12 dapat diketahui bahwa tinggi bibit hasil pengamatan pada bibit berumur 7 bulan yaitu cm sedangkan tinggi bibit pada standar pertumbuhan dari PPKS saat berumur 3 bulan yaitu 20.0 cm. Perkiraaan tinggi bibit saat kegiatan pindah tanam yaitu pada umur 5-6 bulan berkisar cm. Hal inilah yang menyebabkan kegiatan pindah tanam bibit yang berasal dari Costarica ini dilakukan pada saat bibit berumur 5-6 bulan yang memiliki pertumbuhan tinggi yang sama dengan standar pertumbuhan dari PPKS pada saat bibit berumur 3 bulan, dimana bibit ini sudah siap untuk dipindah tanam dari pembibitan awal ke pembibitan utama. Perbedaan pertumbuhan dari kedua jenis sumber tersebut sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang dimungkinkan menjadi penyebabnya adalah seperti faktor genetik bibit itu sendiri, perlakuan selama pemeliharaan, kondisi lingkungan sekitar kebun, dan lain sebagainya. Gambaran umum pertumbuhan vegetatif bibit sawit dari ASD Costarica, Amerika Tengah dapat dilihat pada Gambar 24.

63 52 Gambar 24. Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit di MN Seleksi Bibit Di kebun pembibitan PT. JAW, kegiatan seleksi kurang terealisasi dengan baik. Kegiatan seleksi hanya dilakukan pada saat di pembibitan awal dan saat persiapan transplanting bibit ke lapangan saja. Menurut Pahan (2007), seleksi di pembibitan awal dilakukan 2 tahap, yaitu pada umur 4-6 minggu (tahap pertama) dan pada saat sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Seleksi di pembibitan utama dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat bibit berumur 6 bulan, 8 bulan dan saat bibit akan dipindah tanam ke lapangan. Menurut PPKS (2003), kegiatan seleksi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan pada saat ditemui bibit abnormal di luar waktu yang telah ditetapkan. Kurang terealisasinya kegiatan seleksi di kebun pembibitan PT. JAW akan mengakibatkan kerugian kepada perusahaan tersebut. Bibit yang termasuk dalam kriteria abnormal tidak akan berproduksi optimal sementara biaya pemeliharaan untuk bibit tersebut terus dikeluarkan. Menurut PPKS (2003), bibit yang pertumbuhannya meninggi akan dan kaku (errected) dengan sudut pelepah yang kecil (tajuk tegak) biasanya akan menjadi tanaman steril/tidak berbuah. Sebaiknya kegiatan seleksi dapat direalisasikan dengan baik, bibit yang termasuk dalam kriteria abnormal sebaiknya segera dimusnahkan agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi pihak perusahaan.

64 53 Menurut PPKS (2003), perbedaan pertumbuhan bibit di pembibitan utama dapat disebabkan oleh faktor genetis dan perbedaan kultur teknis yang diterima masing-masing bibit. Kegiatan seleksi diharapkan hanya pada tanaman abnormal yang disebabkan oleh pengaruh faktor genetik saja, sehingga diusahakan tidak terdapat kesalahan kultur teknis yang dapat meyebabkan timbulnya tanaman abnormal. Dalam penentuan tingkat pertumbuhan bibit normal harus mengacu kepada standar pertumbuhan dari masing-masing persilangan. Sistem Pekerjaan Harian Di kebun pembibitan PT. JAW, kegiatan-kegiatan dibedakan kedalam dua jenis sistem pekerjaan yaitu: sistem pekerja borongan dan sistem pekerjaan harian (dengan target hasil dan tanpa target hasil). Dari hasil pengamatan di lapangan, jenis pekerjaan harian tanpa target hasil ini dinilai kurang efektif karena dapat menyebabkan penyimpangan dan pemborosan waktu yang dilakukan oleh KHL. Hasil pekerjaan yang diperoleh juga berbeda-beda setiap harinya padahal untuk jenis pekerjaan yang sama. Tabel 13 dapat menunjukkan hasil pekerjaan tabur mulsa yang yang berbeda-beda setiap harinya. Tabel 13. Hasil Pekerjaan Tabur Mulsa Pengawas Hasil Jumlah Pekerja Hasil Per Pekerja (polybag) (orang) (polybag) Mandor Mandor Mandor Penulis Penulis Penulis Sumber: Pengamatan di lapangan Pada saat jam kerja, banyak waktu yang dihabiskan untuk istirahat padahal belum masuk waktu istirahat karena KHL merasa tidak ada kewajiban untuk menyelesaikan pekerjaan dengan targetan tertentu, mereka hanya berkewajiban bekeja selama waktu kerja 7 jam. Penyebab lain juga disebabkan oleh kurangnya

65 54 pengawasan yang dilakukan oleh mandor, dengan jumlah mandor yang relatif kurang dan rasa sosial sesama manusia yang terlalu tinggi meyebabkan rendahnya kuantitas hasil yang dicapai. Peranan Mandor dalam Menghadapi Masalah Dalam sistem manajemen, peranan seorang mandor yang berada langsung di bawah asisten sangatlah dibutuhkan untuk membantu proses pengawasan berjalannya suatu pekerjaan. Selain harus disiplin seorang mandor juga dituntut untuk bisa menganalisis masalah-masalah yang terjadi di lapangan serta diharapkan dapat menemukan solusi untuk pemecahan masalahnya. Karena dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan banyak sekali penyimpangan yang terjadi, terutama pemborosan waktu yang dilakukan oleh pekerja. Adanya penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan disebabkan oleh kurangnya rasa disiplin dari karyawan itu sendiri serta kurangnya pengawasan dan inisiatif dari mandor untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di lapangan. Pada saat penulis menjadi mandor untuk pekerjaan tabur mulsa, penulis menemukan permasalahan dan penyimpangan. Pada saat kegiatan tabur mulsa sedang berlangsung, ada ketidakefektifan dalam pembagian jumlah pekerja setiap regunya yang dapat menyebabkan penyimpangan dan pemborosan waktu. Penulis mencoba untuk memecahkan masalah ini dengan cara mengurangi jumlah regu penabur mulsa dan memasukkannya ke dalam regu pelangsir. Hasil yang diperoleh cukup memuaskan dan terjadi peningkatan dalam kuantitas hasil taburan sedangkan kualitasnya sama. Hasil pekerjaan taburan mulsa yang dimandori oleh penulis setelah memecahkan masalah yang terjadi dengan hasil yang dimandori oleh mandor kebun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 13.

66 55 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Beberapa hal yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut: 1. Secara umum, pengelolaan pembibitan di PT. Jambi Agro Wijaya sudah berjalan dengan baik meskipun masih terdapat beberapa masalah yang terjadi di lapangan. 2. Pemilihan lokasi kebun pembibitan PT. JAW yang berada di atas tanah gambut bisa meningkatkan biaya produksi dan operasional jika dibandingkan dengan kebun pembibitan yang dikelola diatas tanah mineral. Selain itu, pengelolaan pembibitan di lahan gambut memerlukan teknik khusus dan manajemen pengelolaan yang sedikit berbeda dengan kebun pembibitan yang dikelola di atas tanah mineral. 3. Perkiraan pertumbuhan tinggi bibit asal Costarica pada umur 5-6 bulan hampir sama dengan pertumbuhan tinggi bibit berdasarkan standar pertumbuhan dari PPKS yaitu berkisar cm. Berdasarkan pertumbuhan tinggi yang relatif sama ini maka kegiatan pindah tanam dari kedua sumber bibit ini dilakukan pada umur tanaman yang berbeda. 4. Kematian kecambah di pembibitan awal bisa disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya seperti faktor dari kesalahan manusia (human error) yang kurang hati-hati pada saat proses penanaman berlangsung sehingga menyebabkan plumula dan atau radikula pada kecambah menjadi patah. Selain itu, kecambah yang belum diberi naungan, mendapat sinar matahari langsung dalam waktu yang relatif lama sehingga memungkinkan akan mengganggu pertumbuhan kecambah muda tersebut. 5. Jenis pekerjaan harian tanpa target hasil yang diterapkan untuk beberapa jenis pekerjaan di pembibitan masih kurang efektif karena bisa meyebabkan penyimpangan dan pemborosan waktu yang dilakukan oleh KHL akibat tidak adanya target hasil yang harus dicapai. Selain itu, pengawasan yang dilakukan oleh mandor pada saat pelaksanaan kegiatan di lapangan masih kurang seiring dengan jumlah mandor yang ada dikebun pembibitan PT. JAW juga sedikit.

67 56 Saran Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan seperti: 1. Kegiatan pembibitan sebaiknya dikelola di atas tanah mineral yang ada di Dusun Baru PT. EMAL A yang masih dalam satu unit perusahaan Bakrie Sumatera Plantation. 2. Lambatnya proses pembuatan naungan dapat diatasi dengan cara menambah jumlah pekerja pembuat naungan atau dengan memberi naungan sementara. 3. Jenis pekerjaan harian tanpa target hasil yang diterapkan sebaiknya diberikan targetan hasil atau dengan cara meningkatkan pengawasan. 4. Jumlah, pengawasan, dan inisiatif seorang mandor sebaiknya lebih ditingkatkan agar pekerjaan di lapangan berjalan dengan baik.

68 DAFTAR PUSTAKA Ditjenbun Luas areal dan produksi perkebunan seluruh Indonesia menurut menurut pengusahaan. [27 Desember 2009]. Latif, S Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 290 hal. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hal. PPKS Budidaya Kelapa Sawit. Dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra (Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. Setyamidjaja, D Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta. 127 hal. Sukamto, ITN Kiat Meningkatkan Produktivitas dan Mutu Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. 84 hal.

69 LAMPIRAN

70 Lampiran 1. Peta PT. Jambi Agro Wijaya Kebun Mentawak

71 Lampiran 2. Data Curah Hujan PT. JAW Kebun Mentawak. Sumber: Kantor Pusat Kebun PT. JAW Keterangan: HH : Hari Hujan (Hari) Q = Rata-rata BK x 100% CH : Curah Hujan (mm) Rata-rata BB BB : Bulan Basah (>100 mm) Q= 9.18 % BK BL : Bulan Kering (<60 mm) : Bulan Lembab ( mm)

72 Lampiran 3. Peta Kedalaman Gambut

73 Lampiran 4. Peta Lokasi Mentawak

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi

KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Keadaan Iklim, Tanah, dan Topografi KEADAAN UMUM KEBUN Letak Geografis Lokasi kebun PT JAW terletak di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Wilayah kebun dapat diakses dalam perjalanan darat dengan waktu tempuh sekitar

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG PT Bina Sains Cemerlang merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Bukit Pinang Estate (BPE), Sungai Pinang Estate (SPE), dan Sungai Pinang Factory (SPF). Masing-masing

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Sejarah Perusahaan Sejarah perusahaan PT Jambi Agro Wijaya berawal dari didirikannya perusahaan perkebunan kelapa sawit oleh (Sie Tan Hook) STH grup yaitu perusahaan keluarga

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada secara geografis terletak di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Konsep pengembangan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun 12 KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Lokasi Kebun PT Aneka Intipersada (PT AIP) merupakan suatu perseroan terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989. Dalam manajemen Unit PT Aneka Intipersada Estate

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH ORGANIK INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. SOCFIN INDONESIA, KEBUN TANAH GAMBUS, LIMA PULUH, BATU BARA, SUMATERA UTARA Oleh : GUNTUR SYAHPUTRA PURBA A 34104049 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai KHL adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Wilayah Administratif KEADAAN UMUM Wilayah Administratif Lokasi PT Sari Aditya Loka 1 terletak di Desa Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jarak antara perkebunan ini dengan ibukota Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG KONDISI UMUM LOKASI MAGANG PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SIME DARBY GROUP, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN oleh HULMAN IRVAN A24052646

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR. BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT i LAPORAN TUGAS AKHIR BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS - PASAMAN SUMATRA BARAT Disusun oleh : DEDE SARFAWI HARAHAP NBP. 0801111021 Telah

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG Letak Geografis Perkebunan kelapa sawit Gunung Sari Estate (GSE) PT. Ladangrumpun Suburabadi (LSI) berada di wilayah Desa Bayansari, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 11 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT. Panca Surya Agrindo terletak di antara 100 0 36-100 0 24 Bujur Timur dan 100 0 04 100 0 14 Lintang Utara, di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BENIH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacquin) DI PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MARIHAT, SUMATERA UTARA RANI KURNILA A24052666 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Angsana Estate (ASE) adalah salah satu kebun kelapa sawit PT Ladangrumpun Suburabadi (LSI). PT LSI merupakan salah satu anak perusahaan dari PT Minamas Gemilang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate LAMPIRAN 59 60 Lampiran 1. Jurnal Harian Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Divisi III Teluk Siak Estate Tanggal Uraian Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar...(Satuan/HK)... 11 Februari 2012 Orientasi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif 12 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Tambusai Estate terletak di antara 100 0 37-100 0 24 Bujur Timur dan 1 0 04-1 0 14 Lintang Utara yang terletak di Desa Tambusai Utara, Kecamatan Tambusai Utara,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN

METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN 54 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di PT. BAKRIE PASAMAN PLANTATIONS SUMATERA BARAT. PT. Bakrie Pasaman Plantations ini bernaung dibawah PT. Bakrie

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 MALYA ARIS MAYA HASIBUAN A

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 MALYA ARIS MAYA HASIBUAN A 1 MANAJEMEN TENAGA KERJA PANEN KELAPAA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MENTAWAK PT JAMBI AGRO WIJAYA, BAKRIE SUMATERA PLANTATION, SAROLANGUN, JAMBI MALYA ARIS MAYA HASIBUAN A24050070 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm

Ukuran Plot: 50 cm x 50 cm Lampiran 1. Bagan dan Plot Penelitian 1 2 3 a U b L 1 M 0 L 1 M 2 L 2 M 1 L 3 M 0 L 3 M 2 L 3 M 0 a = 40 cm (jarak antar blok) L 2 M 0 L 2 M 2 L 0 M 2 S b = 20 cm (jarak antar plot) L 0 M 1 L 3 M 0 L 3

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio. Jika analisis menggunakan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah 18 KONDISI UMUM KEBUN Letak Geografis Kebun PT. Ladangrumpun Suburabadi merupakan perusahaan yang mengelola tiga unit usaha yaitu : Angsana Estate (ASE), Gunung Sari Estate (GSE), dan Angsana Factory (ASF).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR EVALUASI DAN UPAYA PERBAIKAN SISTEM PRODUKSI KELAPA SAWIT DITINJAU DARI ASPEK PEMELIHARAAN TM DI PT JAMBI AGRO WIJAYA KEBUN MENTAWAK, AIR HITAM, SAROLANGUN, JAMBI FAUZAN A24053780 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan TINJAUAN PUSTAKA Bahan Tanaman (Bibit ) Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan menghasilkan pada 3 4 tahun

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat

Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1. Jurnal Mingguan Kegiatan Magang PPKS Marihat No Tanggal Uraian Kegiatan Divisi/ Lokasi Pembimbing 1 01/03/10-05/03/10 Tiba di PPKS Marihat, Sumatera Utara. Penjelasan mengenai

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

Tujuan TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 2 Pembibitan merupakan kegiatan teknis budidaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang berkualitas. Kegiatan pemeliharaan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembibitan.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A

PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A PRODUKSI TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TM-9 PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK INJEKSI BATANG (II) Oleh AJI NUGRAHA A34104040 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Layout Penelitian P1(a) P4 (2) P3 (a) P1 (b) P5 (a) P4 (b) P3 (1) P3 (a) P5 (a) P4 (1) P2 (2) P3 (2) P1 (a) P4 (a) P2 (1) P4 (a) P1 (2) P3 (1) P4 (1) P3 (2) P4 (b) P2 (b) P4 (2) P2

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

NANI WIJAYANTI A

NANI WIJAYANTI A MANAJEMEN PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SERUYAN PT INDOTRUBA TENGAH, MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN TENGAH NANI WIJAYANTI A24100064 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung.

KATA PENGANTAR. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Lembar Isian Kerja ini baik langsung maupun tidak langsung. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Lembar Isian Kerja yang berjudul Manajemen Penyiapan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci