PENGUKURAN DAN PENINGKATAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN DENGAN PENDEKATAN MODEL SCOR DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL, SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN DAN PENINGKATAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN DENGAN PENDEKATAN MODEL SCOR DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL, SURABAYA"

Transkripsi

1 PENGUKURAN DAN PENINGKATAN PERFORMANSI SUPPLY CHAIN DENGAN PENDEKATAN MODEL SCOR DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL, SURABAYA Ari Primantara dan Hari Supriyanto Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya ari_primantara@yahoo.com dan hariqive@ie.its.ac.id, ABSTRACT PT.Gunawan Dianjaya Steel (PT.GDS) is a plant that produces steel plate. Global competition among supply chain companies make price competition is no longer the main parameter. It takes a number of other parameters gave the added value to the customer. In this study applied Lean Six Sigma methods with the SCOR model. SCOR model is used as a model of supply chain performance measurement PT.GDS where critical performance indicators will be the focus of improvement with Lean Six Sigma methods. From the results of the study, three critical indicators SCOR model who became the focus of improvement with Lean Six Sigma is the inventory days of supply (supply chain assets), the make cycle time (responsiveness) and on-time delivery (reliability). Waste critical indicators contained in the inventory days of supply inventory slab while the waste is critical to make the indicators and on time delivery cycle time is waiting, not utilizing employee knowledge, skills and Abilities, excess inventory and transportation. Improvement based on the highest value on each improvement alternative. It was found that improvements in slab inventory conducted by the slab price forecast next year, improvements in indicators of the make cycle time, and ontime delivery time is done by determining the optimal preventive maintenance intervals on the work roll and backup roll hidroulic and training about the quality and specifications to the carrier plate inspection. Improvements made to reduce production lead time by 15% and inventory reductions of 10% slab. Key Words : Supply Chain, Lean Six Sigma, SCOR Model and Value Management ABSTRAK PT.Gunawan Dianjaya Steel (PT.GDS) merupakan pabrik yang memproduksi pelat baja. Persaingan global antar supply chain perusahaan membuat persaingan harga tidak lagi menjadi parameter utama. Dibutuhkan sejumlah parameter lain untuk meberikan nilai tambah kepada pelangan. Dalam penelitian ini diterapkan metode Lean Six Sigma dengan model SCOR. Model SCOR digunakan sebagai model pengukuran performansi supply chain PT.GDS dimana indikator performansi kritis akan menjadi fokus perbaikan dengan metode Lean Six Sigma. Dari hasil penelitian, tiga indikator kritis model SCOR yang menjadi fokus perbaikan dengan Lean Six Sigma adalah inventory days of supply (supply chain asset), make cycle time(responsiveness) dan on time delivery (reliability). Waste kritis yang terdapat pada indikator inventory days of supply adalah inventory slab sedangkan waste kritis pada indikator make cycle time dan ontime delivery adalah waiting, not utilizing employee knowledge, skill and abilities, excess inventory dan transportation. Perbaikan berdasarkan value tertinggi pada setiap alternatif perbaikan. Didapatkan bahwa perbaikan pada inventory slab dilakukan dengan melakukan forecast harga slab tahun depan, perbaikan pada indikator make cycle time dan ontime delivery dilakukan dengan menetukan waktu interval preventive maintenance yang optimal pada work roll dan hidroulic back up roll dan pelatihan mengenai kualitas dan spesifikasi pelat kepada operator inspeksi. Perbaikan yang dilakukan mengurangi lead time produksi sebesar 15% dan pengurangan inventory slab sebesar 10%. Kata Kunci : Supply Chain, Model SCOR, Lean Six Sigma, Value Management 1

2 1. Pendahuluan Persaingan perusahaan- perusahaan sangat ketat di era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini, pengenalan produk dengan daur hidup yang semakin pendek, dan meningkatnya harapan pelanggan telah memaksa perusahaanperusahaan bisnis untuk menginvestasikan dan memusatkan perhatian pada rantai pasok mereka (Simch- Levi dkk.,2003). Industri baja merupakan industri berat tradisional dimana harga dari komoditas produk adalah elastis. Hal ini menyebabkan berbagai pelaku rantai pasok menerapkan harga jual komoditasnya pada level dimana pasar dapat menerima. Selain itu hal ini disebabkan juga oleh diferensiasi produk baja sangatlah sulit dilakukan. Penurunan harga baja selama 5 tahun terakhir menyebabkan keuntungan yang didapatkan perusahaan rantai pasok industri baja semakin menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan berusaha memberikan nilai tambah (extra value) terhadap pelanggan dengan memperbaiki pelayanan pelanggan (customer service) dan menyediakan layanan tambahan (Potter dkk., 2004). Dewasa ini, metode perbaikan yang dominan dan sering digunakan pada akhirakhir ini adalah Lean Manufacturing, Six Sigma dan Supply Chain Operations Reference (SCOR) model. Ketiga metode ini dapat membantu perusahaan untuk memperbaiki proses bisnis. Pengalaman telah membuktikan bahwa SCOR baik sekali sebagai metode awal yang kemudian akan dilanjutkan dengan metode Lean Six Sigma dalam rangka pengembangan proyek perbaikan. Langkah awal dalam penggabungan ketiga metode ini adalah penerapan SCOR untuk mengembangkan inisiatif dan penentuan proyek perbaikan, kemudian Lean Six Sigma akan mengembangkan proyek perbaikan tersebut secara efektif (Smartwood, 2003). PT. Gunawan Dianjaya Steel (GDS) memproduksi lembaran pelat baja jenis hot roller carbon steel plates. Berdasarkan data bulan Oktober Desember 2009, nilai persentase rata- rata ketepatan order selesai sesuai dengan permintaan pelanggan (On Time Delivery) adalah sebesar 89.33% dan besar inventory slab (bahan baku pelat) mampu memenuhi hingga 86 hari. Apabila hal ini dibandingkan waktu siklus order sebesar bulan maka dapat dilihat bahwa persediaan slab PT.GDS berlebihan. Inventory dan On Time Delivery adalah salah satu indikator performansi Supply Chain menurut Beamon, Penelitian ini akan mengintegrasikan model pengukuran performansi PT. GDS dengan model SCOR, pengintegrasian ini dapat berujung pada penambahan parameter performansi ataupun penyederhanaan dimana hal ini akan disesuaikan dengan kondisi di PT. GDS. Hasil pengintegrasian ini akan dievaluasi oleh pihak manajemen untuk menentukan apakah parameter kinerja model SCOR yang akan diukur memiliki korelasi kuat dengan parameter kinerja perusahaan sekarang (existing). Hasil pengukuran kinerja model SCOR ini akan menunjukkan titik terlemah kinerja PT. GDS pada konsep manajemen rantai pasok. Titik terlemah ini akan dijadikan target perbaikan dengan menggunakan metode dan konsep Lean Six Sigma. Dimana metode ini memiliki langkah perbaikan yang terstruktur dan efisien. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengukur performansi Supply Chain perusahaan dengan metode SCOR, menentukan atribut performansi kritis pada Supply Chain perusahaan, mengidentifikasi waste pada indikator dan atribut performansi kritis dan penentuan waste berdasarkan kerugian yang didapatkan perusahaan, menganalisis dan mengidentifikasi penyebab terjadinya waste kritis dengan pendekatan Lean Six Sigma dan melakukan improvement berdasarkan value yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya waste. 2. Literatur Review Penelitian ini berdasarkan pada penelitian Febrina mengenai pengukuran performansi Supply Chain PT. Indofood Sukses Makmur (2002). Penelitian ini mengukur 5 aktivitas di dalam Supply Chain, yaitu : plan, source, make, deliver dan return. Penelitian ini menggunakan model SCOR tingkat satu sedangkan Rahayu (2009) melakukan penelitian mengenai pengukuran performansi Supply Chain di PT. Dirgantara Indonesia. Penelitian ini menggunakan model SCOR dengan indikator performansi tingkat dua. Penelitian ini juga menggunakan AHP untuk pembobotan indikator performansi. 2

3 Hasil dari kedua penelitian ini berupa indikator performansi kritis pada Supply Chain perusahaan dan saran untuk perbaikan performansi Supply Chain. Penelitian Huang, dkk. (2005) yang termuat dalam jurnal Computers & Industrial Engineering. Membahas mengenai aplikasi model SCOR dan penggunaan SCOR Thread Diagram. Menurut Smartwood (2003), kombinasi Lean dan Six Sigma dapat menghasilkan perbaikan secara efektif, akan tetapi terdapat kelemahan utama dari pendekatan Lean Six Sigma. Kelemahan ini adalah pemilihan proyek perbaikan yang tidak terdefinisi dengan baik. Penentuan proyek perbaikan dilakukan secara subyektif. Dengan tujuan penelitian adalah untuk meningkatan performansi Supply Chain, maka kelemahan ini dapat dilengkapi oleh model SCOR sebagaimana dijelaskan Kent dan Attri (2009). Kent dan Attri menambahkan model SCOR pada pendefinisian permasalahan yang akan diperbaiki dengan metode Lean Six Sigma. Hal ini disebabkan model SCOR merupakan metodologi terstruktur untuk menentukan target perbaikan pada sistem Supply Chain 3. Metodologi Tahapan dari penelitian untuk meningkatkan performansi Supply Chain dengan pendekatan model SCOR dan Lean Six Sigma ini adalah sebagai berikut. Tahap pertama adalah pendefinisian (Define) permasalahan yang terjadi pada Supply Chain PT.GDS. Tahap ini diawali dengan penggambaran sistem Supply Chain PT.GDS dengan menggunakan geography map dan SCOR thread diagram. Kemudian dilakukan pengukuran performansi Supply Chain PT.GDS dengan lingkup pengukuran adalah di PT.GDS. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model SCOR. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa indikator performansi kritis di PT.GDS. Kemudian dilakukan identifikasi waste pada proses yang berkaitan dengan indikator performansi kritis. Identifikasi waste dilakukan berdasarkan 9 jenis waste. Tahap kedua adalah pengukuran (measure) waste berdasarkan besar frekuensi terjadinya waste dan pengeruhnya terhadap indikator performansi Supply Chain kritis. Setelah ditentukan Waste kritis, maka ditentukan pula Critical To Quality (CTQ) dari waste dan pengukuran kapabilitas waste berdasarkan nilai sigma. Tahap ketiga adalah analisis (analyze) mengenai penyebab dari waste kritis dengan mencari akar permasalahan dengan Root Cause Analysis (RCA) dan menghitung prioritas perbaikan yang harus dilakukan dengan nilai Risk Priority Number (RPN) di Failure Mode and Effect Analyze (FMEA). Akar permasalahan dengan nilai RPN tertinggiakan menjadi prioritas perbaikan Tahap terakhir adalah perbaikan (improve). Perbaikan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan performansi Supply Chain PT.GDS. 4. Pengumpulan dan Pengolahan data 4.1. Define Tahap ini berisi tentang gambaran umum perusahaan, gambaran Supply Chain perusahaan, penggambaran aliran informasi dan aliran fisik existing pada proses produksi di dalam perusahaan, pengukuran performansi Supply Chain PT. Gunawan Dianjaya Steel (GDS) dengan model SCOR, penentuan indikator performansi kritis dan identifikasi 9 waste pada indikator performansi kritis. Gambaran Umum Perusahaan Penggambaran sistem Supply Chain PT.GDS adalah sebagai berikut. Gambar 1. Geography Map of PT.GDS Supply Chain Kemudian jenis aktivitas Supply Chain yang terdapat di PT.GDS digambarkan dengan menggunakan SCOR thread diagram. Gambar 2. SCOR Thread Diagram 3

4 Penggambaran proses produksi (aliran fisik) dan aliran informasi disajikan dengan menggunakan big picture mapping. Gambar 3. Aliran Fisik Proses Produksi Pelat Gambar 4. Aliran Informasi Proses Produksi Baja Pengukuran Performansi Supply Chain dengan model SCOR. Pengukuran performansi Supply Chain PT. Gunawan Dianjaya Steel (GDS) dilakukan dengan model SCOR. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan data. Pengukuran indikator performansi dilakukan dengan menggunakan data produksi pelat bulan Oktober Desember 2009 dan kuesioner. Kuesioner digunakan apabila tidak didapatkan data yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran performansi, kuesioner ini adakan diberikan kepada terhadap departemen yang berkaitan untuk indikator performansi. Adapun indikator performansi pada Supply Chain dengan model SCOR adalah sebagai berikut. Tabel 1. Atribut Performansi Supply Chain Tabel 2. Atribut dan Indikator Performansi Supply Chain Pengukuran performansi Supply Chain di PT. GDS dengan menggunakan model SCOR dimulai dengan pengukuran indikator performansi tingkat dua. Pengukuran indikator performansi tingkat dua ini akan disesuaikan dengan proses bisnis yang terjadi di PT.GDS, tidak semua indikator performansi dapat diukur, hal ini disebabkan oleh ketidaksesuaian dengan proses bisnis yang terjadi di PT. GDS. 4

5 Adapun hasil penyesuaian indikator performansi SCOR berdasarkan kondisi di PT.GDS adalah sebagai berikut. Gambar 7. Hasil Pembobotan Atribut Performansi dengan Expert Choice Berdasarkan perhitungan bobot metode Analytical Hierarchy Process (AHP) bantuan software Expert Choice dihasilkan bobot untuk setiap atribut sebagai berikut. Bobot ini akan digunakan dalam penentuan indikator performansi kritis PT.GDS, yaitu indikator yang memiliki gap terbesar dikalikan nilai terbobot atribut performansinya. Gap adalah selisih antara target dan pencapaian perusahaan yang telah dinormalisasi. Gambar 5. Indikator performansi PT.GDS Berdasarkan Model SCOR Penentuan Target Pencapaian SCOR di PT. GDS Performansi Supply Chain PT.GDS dilihat dari tingkat ketercapaian setiap indikator performansi SCOR model yang telah disesuaikan dengan proses bisnis di PT.GDS. Pencapaian indikator ini akan dibandingkan dengan target. Nilai target didapatkan dari nilai yang lebih tinggi antara target perusahaan dengan nilai median benchmarking SCOR 9.0 dari industri diskrit. Tabel 3. Bobot Atribut Performansi Supply Chain Tabel 4. Perhitungan Indikator Performansi Kritis Supply Chain Tabel 2. Target Pencapaian Indikator Performansi Berdasarkan Target Perusahaan dan SCOR Model. Pembobotan SCOR Pembobotan SCOR diterapkan pada bobot setiap atribut performansi (Reliability, Responsiveness, Agility, Cost dan Assets). Gambar 6. Input Geometric Mean di Expert Choice Gambar 6. Grafik Pareto Skor Indikator Performansi Dari grafik pareto didapatkan bahwa indikator performansi paling kritis adalah indikator make cycle time, Slab inventory dan On time delivery. Dengan prinsip pareto 80/40 maka indikator performansi kritis Supply Chain PT.GDS adalah make cycle time, Slab inventory dan On time delivery. Dimana indikator- indikator ini akan dianalisa dan dilakukan perbaikan dengan konsep Lean Six Sigma untuk meningkatkan performansi Supply Chain PT.GDS. Berdasarkan hasil brainstorming dengan manajemen dan studi 5

6 literatur didapatkan bahwa peningkatan performansi Supply Chain PT.GDS pada indikator make cycle time dan On time delivery adalah dengan mengurangi lead time pemenuhan pesanan pelat baja. Sedangkan peningkatan indikator slab inventory adalah dengan mengurangi lead time produksi pelat baja dan mengeliminasi excess inventory slab. Kemudian dilakukan identifikasi waste pada aktivitas yang berkaitan dengan indikator performansi sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 5. Peningkatan Performansi Supply Chain PT.GDS Berdasarkan identifikasi aktivitas pada proses produksi pelat, didapatkan bahwa % dari aktivitas total merupakan value adding activity, 41.67% merupakan necessary but non value adding activity, dan 35 % merupakan non value adding activity. Adanya non value adding activity sebesar 35% ini mengindikasikan terdapat waste pada proses produksi pelat PT.GDS. Pendefinisian Waste. 1. Environmental, Health and Safety (EHS) Jenis pemborosan yang terjadi karena kelalaian dalam memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan prinsip-prinsip EHS di PT.GDS. 2. Defect Pemborosan jenis defect didefinisikan sebagai pelat yang reject. Jenis pelat ini memiliki berpengaruh dalam lead time produksi pelat baja. Semakin banyak pelat yang reject maka semakin lama lead time produksi pelat baja. 3. Overproduction Jenis pemborosan ini berkaitan dengan produksi pelat yang melebihi dari permintaan pelanggan. Dalam proses produksi pelat, satu potong slab dapat menjadi empat enam lembar pelat sesuai dengan dimensinya. Apabila pemesanan pelat kurang dari empat atau lebih dari enam lembar pelat, maka PT.GDS akan memproduksi pelat lebih banyak dari permintaan pelanggan. 4. Waiting Jenis pemborosan ini berhubungan dengan loss time pada waktu proses produksi pelat. Jenis pemborosan pada proses produsi pelat terindikasi dengan adanya mesin, WIP, atau operator yang menganggur. Waste terindikasi terjadi di PT.GDS ketika terdapat kerusakan atau proses maintenace pada salah satu mesin. 5. Not Utilizing employees knowledge, skill and abilities Jenis pemborosan ini terjadi di PT.GDS ketika proses inspeksi pelat di stasiun cooling bed. Proses inspeksi dilakukan oleh tim inspeksi produksi. Apabila terdapat indikasi pelat yang diinspeksi termasuk kategori rework, maka tim akan memberikan tanda reselection pada pelat tersebut. Pelat pelat diberi tanda reselection tersebut akan dilakukan pengecekan ulang oleh supervisor quality control (QC). 6. Transportation Jenis pemborosan ini terjadi ketika terjadi terlalu banyak pergerakan material, operator dan informasi yang tidak perlu. Jenis pemborosan ini terjadi di lantai produksi ketika terjadi proses pemindahan pelat pada pengerjaan pelat defect (rework dan reject). 7. Inventory Jenis pemborosan ini di terjadi ketika terlalu banyak inventory (excess inventory). 8. Motion Jenis pemborosan yang disebabkan karena adanya gerakan-gerakan-gerakan operator yang tidak memberikan nilai tambah, seperti berpindah, mencari, dan berjalan. Jenis pemborosan ini terjadi disebabkan oleh lingkungan kerja yang kurang ergonomis. Stasiun kerja yang memungkinkan terjadinya waste motion adalah dividing shear. 9. Excess processing Jenis pemborosan ini didefinisikan didefinisikan sebagai proses tambahan yang tidak efisien atau tidak memberikan value added. Pemborosan ini terjadi pada pelat baja yang dikategorikan sebagai pelat rework Measure Pengukuran waste dilakukan secara kuantitatif dengan digunakannya data sekunder dan data primer. Data sekunder didapatkan dari data PT.GDS sedangkan data primer didapatkan dari pengamatan langsung di lantai produksi. 6

7 Berdasarkan pengukuran tiap- tiap waste berdasarkan frekuensi kejadian yang terdapat pada proses produksi pelat, didapatkan rekap keseluruhan waste sebagai berikut. Tabel 6. Frekuensi Terjadinya Waste Terhadap Waktu Produksi Kemudian dilakukan pembobotan besar efek tiap jenis waste terhadap lead time produksi pelat dengan AHP. Kemudian hasil bobot akan dikalikan dengan besar frekuensi untuk mendapatkan waste kritis terhadap lead time produksi pelat. Didapatkan bahwa waste kritis terhadap lead time produksi pelat adalah waiting, not utilizing employees knowledge, skill and abilities, transportation dan excess processing. Tabel 7. Skor Waste Kritis Pengukuran Kapabilitas Proses Produksi Pelat Kapabilitas proses menunjukan kemampuan dari suatu proses untuk menyelesaikan suatu target sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Dengan mengetahui kapabilitas dari suatu proses produksi, maka perusahaan dapat mengetahui kinerja pekerjaan terhadap target perusahaan. Kapabilitas dihitung dengan bantuan software Wizard Sigma Calculator dan perhitungan manual. Gambar 7. Pergeseran Nilai Sigma Waiting Gambar 8. Pergeseran Nilai Sigma Not Utilizing Employee Knowledge, Abilities and Skill Perhitungan Biaya Yang Ditimbulkan Oleh Waste Kritis Perhitungan biaya terhadap waste kritis dilakukan untuk mengetahui kerugian secara finansial dengan adanya waste terhadap PT.GDS. Adapun besar biaya akibat waste di PT.GDS adalah sebagai berikut. Tabel 8. Besar Biaya Akibat Waste di PT.GDS Identifikasi CTQ dari Waste Kritis Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa CTQ dari waste kritis adalah sebagai berikut. Tabel 9. CTQ Waste Kritis Gambar 9. Pergeseran Nilai Sigma Pelat Rework 5. Analisis dan Perbaikan 5.1. Analyze Analisis dilakukan dengan mencari akar permasalahan dengan Root Cause Analysis (RCA) dan menghitung prioritas perbaikan yang harus dilakukan dengan nilai RPN di Failure Mode and Effect Analyze (FMEA). Berikut adalah perhitungan nilai RPN dari setiap akar permasalahan waste kritis. Tabel 10. Risk Priority Number (RPN) 7

8 Berdasarkan nilai RPN, maka didapatkan akar permasalahan yang akan dilakukan perbaikan adalah sebagai berikut. 1. Inventory slab berlebih. 2. Penggantian work roll aus dan hidroulic back up roll bocor. ( 2. Pelatihan untuk satu orang karyawan PPIC yang memiliki job desk tambahan berupa forecast pembelian sebesar Rp ,00 Total biaya untuk alternatif ini adalah Rp ,00 Alternatif perbaikan untuk pengurangan Lead Time produksi pelat Tabel 12. Alternatif Perbaikan pengurangan Lead Time produksi pelat Gambar 10. Posisi Back Up Roll dan Work Roll Pada Mesin Rolling MIll 3. Operator salah mengklasifikasikan kualitas pelat. 4. Lebar dan ketebalan pelat yang dihasilkan dari proses rolling tidak sesuai spesifikasi Improve Tahap ini merupakan sekumpulan aktivitas untuk menentukan, menyeleksi, dan memilih beberapa alternatif perbaikan (improvement) untuk meningkatkan performansi perusahaan. Usulan perbaikan yang diberikan disesuaikan dengan hasil kondisi dari RPN yang terpilih, yaitu RPN tertinggi. Dari RPN tertinggi akan diberikan usulan perbaikan. Kemudian, membuat kombinasi dari alternatif perbaikan untuk selanjutnya dilakukan pemilihan berdasarkan performance, cost, dan value management. Alternatif perbaikan untuk pengurangan inventory slab berlebih Tabel 11. Alternatif Perbaikan Inventory Slab Perhitungan biaya Alternatif perbaikan yang menghasilkan biaya adalah pada jenis alternatif forecast harga slab dan penentuan besar pembelian slab berdasarkan hasil forecast harga slab. Adapun biaya dari alternatif ini adalah sebagai berikut. Alternatif perbaikan dengan penentuan waktu interval preventive maintenance yang optimum membutuhkan biaya setiap tahun sebagai berikut : 1. Pembelian software Minitab 16 sebesar $ 1.395,00 atau sebanding dengan Rp ,00 1. Penentuan Waktu Interval Optimum Preventive Maintenance Untuk Work Roll dan Hidroulic Back Up Roll. Penentuan waktu interval optimum berdasarkan ekspektasi umur pakai dari komponen tersebut. Ekspektasi umur pakai dapat diukur menggunakan MTTF (Mean Time to Failure). Semakin kecil nilai MTTF, maka semakin pendek umur komponen tersebut. Perhitungan MTTF menggunakan bantuan software Weibull ++. Dari perhitungan didapatkan bahwa MTTF untuk Work Roll adalah jam atau 3.6 hari sedangkan untuk Hidroulic Back Up Roll adalah Jam atau sebanding dengan hari. Perhitungan biaya Alternatif perbaikan dengan penentuan waktu interval preventive maintenance yang optimum membutuhkan biaya setiap tahun sebagai berikut : 1. Pembelian software Weibull ++ sebesar $ 1.791,00 (untuk pengguna baru) atau sebanding dengan Rp ,00 ( 2. Pelatihan satu orang karyawan PPIC yang memiliki job desk tambahan berupa analisa MTTF dan perhitungan mean life mesin atau komponen sebesar Rp ,00 3. Insentif lembur satu hari akibat pelatihan software Weibull sebesar Rp ,00 Total Biaya dari alternatif perbaikan adalah sebesar Rp ,00 8

9 2. Pelatihan terhadap operator inspeksi Alternatif perbaikan adalah : 1. Pelatihan mengenai jenis jenis cacat permukaaan pelat dan toleransi dimensi pelat. Pelatihan ini dilakukan di ruang supervisor Quality Contol, dengan pengisi materi adalah supervisor QC. Pelatihan ini dirancang pada 2 jam pada setelah jam kerja supervisor QC berakhir (16.00). dilakukan pada pukul hingga Program Last 15 minute education (LIME). Program ini berisikan tentang pembelajaran pada 15 menit terakhir jam kerja, pembelajaran ini dilakukan dengan melakukan inspeksi bersama pada pelat yang ada di cooling bed langsung bersama dengan supervisor QC (pada setiap jam aktif supervisor QC). Perhitungan biaya Adapun perhitungan biaya dari alternatif perbaikan diatas adalah : 1. Biaya Insentif lembur bagi operator yang mengikuti pelatihan (4 operator setiap shift x 3 shift kerja = 12 orang). Dengan besar insentif tiap operator Rp ,00 2. Biaya insentif lembur bagi supervisor QC (pelatihan dilakukan tiga kali karena terdapat 3 shift kerja operator). Dengan besar insentif setiap kali pelatihan Rp ,00 Total biaya dari alternatif ini adalah Rp ,00 3. Perancangan sistem alat pengukur ketebalan pelat Perbaikan ini dilakukan dengan adalah merancang alat pengukur ketebalan pelat pada saat rolling. Alat ini akan menggunakan display digital dan penambahan alarm suara Gambar 11. Sistem Perancangan Alat Pengukur Penurunan Work roll. Gambar 12. Tampilan penunjuk ketebalan pelat sebelum perbaikan dan usulan perbaikan Perhitungan biaya Adapun perhitungan biaya dari alternatif perbaikan diatas adalah : 1. Biaya Insentif lembur bagi operator yang mengikuti pelatihan (3 operator setiap shift x 3 shift kerja = 9 orang). Dengan besar insentif tiap operator Rp ,00 2. Biaya alat Rp ,00 Total biaya adalah Rp ,00 Perhitungan Value Alternatif Perbaikan. Penilaian ini berdasarkan pada konsep value management. Value diperoleh dari perbandingan antara performansi dibagi dengan biaya. Tabel 13. Value Alternatif Perbaikan Inventory Tabel 14. Value Alternatif Perbaikan Pengurangan Lead Time Produksi Pelat. Berdasarkan perhitungan value didapatkan bahwa untuk indikator performansi supply chain inventory, perbaikan yang dilakukan : Forecast harga slab tahun depan Perhitungan penentuan pembelian slab tahun depan Indikator performansi supply chain pengurangan lead time produksi, perbaikan yang dilakukan : Penentuan waktu interval optimum preventive maintenance untuk work roll dan back up roll Pelatihan kepada operator inspeksi mengenai jenis pelat dan spesifikasinya Penambahan alat pada mesin rolling mill berupa tampilan digital dan alarm bunyi. 9

10 6. Kesimpulan Dari penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Atribut performansi kritis pada Supply Chain PT.GDS adalah reliability, responsiveness dan asset. 2. Indikator performansi kritis adalah delivery performance to customer commit date (On time delivery), make cycle time (lead time produksi pelat) dan inventory days of supply (slab inventory). 3. Waste pada on time delivery dan lead time produksi pelat adalah waiting, not utilizing employee, knowledge, skill and abilities, transportation dan excess processing. Sedangkan waste pada inventory days of supply adalah inventory slab 4. Penyebab terjadinya waste kritis waste waiting, transportation dan excess processing adalah work roll aus, hidroulic back up roll bocor dan indikator pengukur ketebalan pelat kurang ergonomis. Untuk jenis waste not utilizing employee, knowledge, skill and abilities disebabkan oleh pengetahuan operator inspeksi pelat kurang memadai. Sedangkan untuk waste inventory disebabkan oleh ketidak pastian harga slab. 5. Berdasarkan value, perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan performansi indikator on time delivery dan lead time produksi pelat adalah penentuan interval preventive maintenance yang optimum pada work roll dan hidroulic back up roll, pelatihan mengenai kualitas pelat dan spesifikasi pelat dan penambahan alat tampilan digital ketebalan pelat pada saat proses rolling. Perbaikan yang dilakukan untuk meningkatkan performansi indikator inventory adalah forecast harga slab tahun depan dan perhitungan mengenai keputusan pembelian slab. Kristen Petra Surabaya. Huang, S. H., Sheoran, S, K., dan Keskar, H. (2005). Computer- assisted supply chain configuration based on supply chain operations reference (SCOR) model. Computers & Industrial Engineering 48, Kent, Douglas, Attri, Kent. (2009). SCOR, Lean, and Six Sigma Supply Chain Synergy. Potter, A., Manson, R., Naim, M., Lalwani, C., (2004). The evolution towards an integrated steel supply chain: A case study from the UK. International Journal of Production Economics 89, PT. Gunawan Dianjaya Steel. (2008). Company Profile Book. Surabaya. Rahayu, Dina, RR. (2009). Pengembangan Model Pengukuran Kinerja Supply Chain (Studi kasus: Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara Indonesia). Tesis. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Simchi- Levi, D., Kaminsky, P., dan Simchi- Levi, E. (2003). Designing & managing the Supply Chain: Concepts, Stategies & Case Studies. McGraw- Hill, 1221 Avenue of the America, New York, NY Smartwood. (2003). Using Lean, Six Sigma, and SCOR To Improve Competitiveness. Referensi Beamon, M. Benita. (1999). Measuring Supply Chain Performance. University of Cincinnati, Ohio. United States of America. Febrina, Maria. (2002). Pengukuran Performansi Supply Chain Di PT. Indofood Sukses Makmur, Bogasari Flour Mills. Surabaya. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Industri. Universitas 10

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang 1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Persaingan perusahaan-perusahaan sangat ketat dalam era globalisasi ini yang menghendaki perdagangan bebas. Persaingan yang sengit dalam pasar global sekarang ini,

Lebih terperinci

PENGUKURAN PERFORMANSI PROSES INTI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE

PENGUKURAN PERFORMANSI PROSES INTI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE PENGUKURAN PERFORMANSI PROSES INTI SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) DENGAN PENDEKATAN PERBAIKAN LEAN SIGMA (Studi Kasus di PT Gatra Mapan Malang) PERFORMANCE MEASUREMENT IN THE CORE PROCESS OF SUPPLY

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan dalam hal untuk meningkatkan produktivitasnya harus mempunyai sistem produksi yang baik dengan proses yang terkendali agar dapat memberikan output yang sesuai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 %

OVER PRODUCTION. Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % OVER PRODUCTION Toleransi 15 % Prosentase pernah mencapai 16 % No Tipe Pemborosan TL 1 TL 2 TL 3 TL 4 RATA-RATA RANKING 1 Produk Cacat (Defect) 3 3 2 2 2.5 1 2 Waktu Tunggu (Waiting) 1 1 1 0 0.75 6 3 Persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan konsumen merupakan faktor yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, persaingan semakin ketat sehingga industri yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa harus dapat unggul dalam pasar. Kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan landasan atau acuan agar proses penelitian berjalann secara sistematis, terstruktur, dan terarah. Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Kata Kunci Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Lean Six Sigma, Root Cause Analysis (RCA), Value Engineering, Waste

Kata Kunci Failure Mode and Effect Analysis (FMEA), Lean Six Sigma, Root Cause Analysis (RCA), Value Engineering, Waste 1 Reduksi Waste Dan Peningkatan Kualitas Pada Proses Produksi Roll Gilingan Tebu Dengan Pendekatan Metodologi Lean Six Sigma Hysmi Ramadan Adi Nugroho, dan H. Hari Supriyanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN LEAN THINKING UNTUK MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. SIERAD PRODUCE SIDOARJO SKRIPSI Oleh : BOBBY ALEXANDER NPM 0732010020 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Pendahuluan. I.1 Latar belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap yaitu,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lean dan Six sigma merupakan dua metodologi perbaikan yang berbeda satu sama lain dalam hal target, fokus maupun metode yang digunakan. Dalam perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk

PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk PENDEKATAN KONSEP LEAN MANUFAKTUR DALAM PENINGKATAN EFISIENSI PADA SISTEM PRODUKSI KACA DI PT. ASAHIMAS FLAT GLASS, Tbk P r o p o s a l P e n e l i t i a n T u g a s A k h i r DOSEN PEMBIMBING : YUDHA

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V)

SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) SIMULASI VALUE STREAM UNTUK PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI PELUMAS (Studi Kasus LOBP PT. PERTAMINA UPMS V) Rika Ajeng Priskandana, I Nyoman Pujawan Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari pembobotan yang dilakukan terhadap pemborosan (waste)

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto.

Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo. Michael Hartanto. Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Pendekatan Lean Sigma Pada Divisi Produksi Di Hollywood Plastik, Sidoarjo Michael Hartanto Teknik Industri, Universitas Surabaya Raya Kalirungkut, Surabaya 60293

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start

Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil Azizi Start Reduksi waste Pada Produksi kacang garing Dengan pendekatan lean six sigma Menggunakan Metode FMEA (study kasus pada PT.Dua Kelinci) Dosen Pembimbing :H. Hari Supriyanto, Ir.MSIE Diusulkan Oleh : Aqil

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DENGAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE (SCOR) MANAJEMEN DI PT.GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : YOHANES NURSIS AGUNG JATMIKO NPM : 0532010207

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI PENGURANGAN WASTE PADA PROSES PRODUKSI BENANG KARET DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DI PT. INDUSTRI KARET NUSANTARA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM :

SKRIPSI. Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN NPM : PENGUKURAN KINERJA SUPPY CHAIN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SCOR DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) DI PT LOTUS INDAH TEXTILE INDUSTRIES SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : DONNY BINCAR PARULIAN ARUAN

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM

PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM 1 PENERAPAN LEAN SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI DENGAN MEMPERHATIKAN FAKTOR LINGKUNGAN STUDI KASUS : PT LOKA REFRACTORIES WIRA JATIM Aditya Yanuar Dwi Pradita, Hari Supriyanto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi tas. Proses produksi tas di PT. EMPI dilakukan melalui beberapa tahap,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI PENERAPAN LEAN SIX SIGMA CONCEPT UNTUK PERBAIKAN LINI PRODUKSI H HARISUPRIYANTO Industrial Engineering Department Faculty of Industrial Technology Sepuluh Nopember Institute of Technology Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define

BAB V ANALISA. 5.1 Analisa Tahapan Define 5.1 Analisa Tahapan Define BAB V ANALISA 5.1.1 Analisa Diagram SIPOC(Supplier Input Process Output Customer) Dari hasil penggambaran Diagram SIPOC, terlihat informasi elemenelemen yang terlibat langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

JURNAL REKAYASA DAN MANAJEMEN SISTEM INDUSTRI VOL. 3 NO. 3 TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS BRAWIJAYA ANALISIS KINERJA PROSES INTI SUPPLY CHAIN PERUSAHAAN BERDASARKAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (Studi Kasus di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk) ANALYSIS PERFORMANCE OF CORE PROCESSES

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012 MENGURANGI AKTIVITAS-AKTIVITAS YANG TIDAK BERNILAI TAMBAH UNTUK MEMPERBAIKI ALIRAN PROSES PENERAPAN COMPUTERIZED MAINTENANCE MANAGEMENT SYSTEM (CMMS) DENGAN PENDEKATAN LEAN THINKING Chauliah Fatma Putri,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY

IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY IDENTIFIKASI PROSES PRODUKSI UNTUK MEREDUKSI NON VALUE ADDING ACTIVITY DAN DEFECT PADA PRODUK SEPATU DENGAN METODE LEAN SIX SIGMA DI PT.CITRA HARAPAN SEMESTA KRIAN SKRIPSI Oleh : RAKHMAT WIRA YUDHA NPM.

Lebih terperinci

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA

STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA STUDI PENGENDALIAN KUALITAS PINTU KAYU DENGAN MENGGUNAKAN METODE LEAN SIX SIGMA Tuti Sarma Sinaga 1 1 Teknik Industri, Universitas Sumatera Utara Medan Masuk: 6 Juni 2015, revisi masuk: 4 Juli 2015, diterima:

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI

PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI PENDEKATAN LEAN SIGMA SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE PADA PROSES PENGEMASAN INDUSTRI FARMASI Arif Rahman, Nasir Widha Setyanto, Putri Kartika Riesky Syahindri Program Studi Teknik Industri, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian Metode Penelitian merupakan deskripsi dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama proses penelitian dilaksanakan yakni

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan

KATA PENGANTAR. rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang -Nya. Sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir (skripsi) yang berjudul Analisa

Lebih terperinci

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang)

EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang) EVALUASI PROSES PRODUKSI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMASI WASTE DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT Temprina Media Grafika Malang) PRODUCTION PROCESS EVALUATION TO MINIMIZE WASTE USING LEAN

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA SUPPLY CHAIN DI PT XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCOR Dimas Satria Rinaldy, Patdono Suwignjo Manajemen Industri, Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MELALUI REDUKSI WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN RISK DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA

PENINGKATAN KUALITAS MELALUI REDUKSI WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN RISK DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA PENINGKATAN KUALITAS MELALUI REDUKSI WASTE MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN RISK DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL SURABAYA Ria Asyrofa dan Ir. Hari Supriyanto, MSIE Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma F295 Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan dan perkembangan zaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk di samping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka menguraikan teori dan bahan penelitian yang akan dijadikan landasan dan kerangka berpikir untuk melakukan kegiatan penelitian yaitu tugas akhir. 2.1. Kualitas Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian.

BAB I PENDAHULUAN. Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki tahun 1990, Lean Production System yang lahir dari Toyota production system (TPS) sangat populer di dunia perindustrian. Dimana tujuan dari sebuah

Lebih terperinci

DEVIS ZENDY NPM :

DEVIS ZENDY NPM : PENERAPAN LEAN MANUFACTURING GUNA MEMINIMASI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT. KHARISMA ESA ARDI SURABAYA SKRIPSI Oleh : DEVIS ZENDY NPM : 0732010126 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, perkembangan dunia usaha mengalami persaingan yang begitu ketat. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut perusahaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS

TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE LEAN SIGMA UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA QUALITY, COST DAN DELIVERY PRODUK SUNVISOR ASSY DI PT. APM ARMADA AUTOPARTS Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia Divisi Industri Teknik Karet (INKABA) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis produk teknik berbahan baku utama karet, salah satunya adalah produk karet damper.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 berikut:

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG)

MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) 1 MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN BANK DENGAN PENDEKATAN LEAN SIX SIGMA DAN VALUE (STUDI KASUS : BNI CABANG KOTA MALANG) Yanuar Tri Nanda Perkasa dan Hari Supriyanto Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Penelitian tentang penerapan Value Stream Maping ini dilakukan di PT. XYZ, Plant Daan Mogot. Untuk itu penulis akan membahas sekilas

Lebih terperinci

Wiwik Sulistiyowati Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Wiwik Sulistiyowati Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Sidoarjo PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI SERVQUAL, LEAN DAN SIX SIGMA UNTUK MENGEMBANGKAN METODE PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN (STUDI KASUS : PT. PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR, APJ SURABAYA SELATAN-UPJ NGAGEL)

Lebih terperinci

ISKANDAR ZULKARNAIN Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto

ISKANDAR ZULKARNAIN Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto ISKANDAR ZULKARNAIN 2510.100.086 Dosen Pembimbing: H. Hari Supriyanto LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI TANGKI UNTUK MEREDUKSI WASTE DENGAN PENDEKATAN PENGUKURAN PERFORMANSI PODUKSI (STUDI KASUS: CV.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBOROSAN PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk. SURABAYA SKRIPSI

ANALISIS PEMBOROSAN PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk. SURABAYA SKRIPSI ANALISIS PEMBOROSAN PADA LANTAI PRODUKSI DENGAN METODE LEAN MANUFACTURING DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk. SURABAYA SKRIPSI Disusun Oleh : MOCH.TAUFIK RIYADI NPM : 0732010131 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING

UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UPAYA PENGURANGAN PEMBOROSAN DALAM MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING Arik Hariyanto 1) dan Dwi Iryaning Handayani 2 Jurusan Teknik Industri Universitas Panca Marga Probolinggo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap perusahaan harus dapat bersaing secara global baik di pasaran nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi banyak sekali industri manufaktur yang berdiri dengan menghasilkan produk yang sejenis. Kondisi seperti ini mengakibatkan terjadinya persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Persaingan yang dihadapi industri manufaktur dalam hal merebut pasar semakin pesat. Setiap perusahaan hendaknya meningkatkan kualitas perusahaannya dengan

Lebih terperinci

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas

Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 660J Untuk Meningkatkan Produktivitas Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Juni 03, pp.-8 ISSN 30-495X Usulan Lean Manufacturing Pada Produksi Closet Tipe CW 0J Untuk Meningkatkan Produktivitas Ridwan Mawardi, Lely Herlina, Evi Febianti 3,,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean

BAB I PENDAHULUAN. performansinya secara terus menerus melalui peningkatan produktivitas. Lean BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Tingkat persaingan di dunia usaha yang semakin tinggi menuntut setiap perusahaan berperan sebagai penghasil nilai (value creator), dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian untuk pemecahan masalah dimana setiap pembahasan diuraikan dalam bentuk tahapan terstruktur. Tahapan penelitian

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR

PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR PENGUKURAN KINERJA PENJADWALAN PRODUKSI PADA IKM TEKSTIL BAJU MUSLIM XYZ DENGAN METODE SCOR Mariyatul Qibtiyah 1), Nunung Nurhasanah 2), Widya Nurcahayanty Tanjung 3) 1),2),3 ) Teknik Industri, Universitas

Lebih terperinci

Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk

Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk Analisis Peta Kendali U Pada Proses Pembuatan Plat Baja di PT. Gunawan Dianjaya Steel Tbk Dias Ardha P 1311 030 032 Dosen Pembimbing Dr. Sony Sunaryo, M.Si PROGRAM STUDI DIPLOMA III Jurusan Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Agronesia (Divisi Industri Teknik Karet) merupakan perusahaan manufaktur industri pengolahan yang memproduksi berbagai jenis produk karet teknik untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan memang seringkali mengalami masalah untuk mengubah berbagai budaya yang terjadi di dalam anggota organisasinya. Berbagai masalah seringkali muncul

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA SCOR PADA PERENCANAAN BAHAN BAKU DI IKM TPT ABC DAN XYZ DENGAN PENDEKATAN OBJECTIVE MATRIX Meliantika 1), Widya Nurcahaya Tanjung 2), Nunung Nurhasanah 3) 1)2)3) Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

INCREASING QUALITY OF THE INFUS PRODUCTION PROCESS USING LEAN SIX SIGMA APPROACH IN PT. OTSUKA INDONESIA

INCREASING QUALITY OF THE INFUS PRODUCTION PROCESS USING LEAN SIX SIGMA APPROACH IN PT. OTSUKA INDONESIA INCREASING QUALITY OF THE INFUS PRODUCTION PROCESS USING LEAN SIX SIGMA APPROACH IN PT. OTSUKA INDONESIA Student Name : KOSARI PENI NRP : 2505 100 017 Department : Industrial Engineering FTI-ITS Lecturer

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum

Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Analisis Perbaikan UKM X dengan Pendekatan Lean Manufacture Guna Mereduksi Waste di Lantai Produksi Aluminum Sulung Rahmawan Wira Ghani 1, Sudjito Soeparman 2, Rudy Soenoko 3 Program Magister Teknik Dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini dunia perindustrian berkembang semakin pesat dan mengakibatkan persaingan antar perusahaan yang semakin ketat. Kondisi ini menuntut dihasilkannya produk atau jasa yang lebih baik, lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Waktu siklus Pengukuran waktu adalah kegiatan mengamati pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja atau oleh operator serta mencatat waktu-waktu kerjanya baik waktu setiap elemen maupun

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Tingginya persaingan bisnis di berbagai bidang industri, telah meningkatkan daya saing perusahaan menjadi penting dalam hal efektifitas dan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: A-530 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 A-530 Penerapan Metode Lean Gainsharing Dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Kinerja Karyawan Dengan Meningkatkan Produktivitas Maria Ulfa dan Moses

Lebih terperinci

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service

Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service Petunjuk Sitasi: Sugiono, S., Himawan, R., & Fadla, A. (2017). Analisis Pemborosan pada Unit Pelayanan Kesehatan Poliklinik dengan Pendekatan Lean Service. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F178-183).

Lebih terperinci

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study

Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Penurunan Waste Intra pada Transportation Process Menggunakan Value Stream Mapping: A Case Study Maria Natalia 1, Nyoman Sutapa 2 Abstract: The thesis discusses the value added and non-value added of the

Lebih terperinci

PENERAPAN LEAN THINKING GUNA MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT X SIDOARJO SKRIPSI

PENERAPAN LEAN THINKING GUNA MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT X SIDOARJO SKRIPSI PENERAPAN LEAN THINKING GUNA MENGURANGI WASTE PADA LANTAI PRODUKSI DI PT X SIDOARJO SKRIPSI Oleh : R. ARDIAN PRADHANA 0732010009 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland)

PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) PENERAPAN METODE LEAN SIX SIGMA PADA PROSES PRODUKSI BAN DALAM MOBIL (Studi Kasus Pada PT. United Kingland) Rahmi Maulidya, Andri Bagio Satrio dan Rico Susanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dalam usaha peningkatan produktivitas, perusahaan harus mengetahui kegiatan yang dapat meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan jasa)

Lebih terperinci