BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Penerjemahan a. Definisi Penerjemahan Penerjemahan umumnya didefinisikan sebagai pengalihan pesan, makna, atau ide dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Definisi penerjemahan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli. Larson (1998:3) memberikan pemahaman penerjemahan yang paling sederhana dengan mengatakan bahwa penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dilihat dari definisi tersebut belum memberikan gambaran jelas mengenai aspek-aspek apa saja yang dialihkan dalam proses penerjemahan. Berkaitan dengan ini, beberapa para ahli menggarisbawahi pentingnya aspek kesepadanan makna dalam penerjemahan. Catford (1980:20) mengatakan bahwa konsep penerjemahan merupakan kegiatan pergantian materi tekstual dalam suatu bahasa sebagai bahasa sumber (Bsu) dengan materi tekstual yang sepadan (equivalent) dalam bahasa sasaran (Bsa). Berdasarkan definisi tersebut, bahwa penerjemahan merupakan proses kegiatan tulis sehingga produknya juga dalam bentuk tertulis (teks). Catford menganggap penerjemahan adalah upaya pergantian teks atau bentuk semata. Sementara, teks suatu bahasa tidak dapat dialihkan begitu saja tanpa maksud pesan yang ada dibalik ungkapan tertentu, bahkan teks yang sepadan bisa memiliki 13 makna yang berbeda. Seperti pendapat Mounin dalam Newmark (1988:3)...translation cannot simply reproduce,or be, the original definisi tersebut maksudnya bahwa suatu proses penerjemahan tidak dianggap semata-mata menyampaikan ulang dan mempertahankan bentuk asli semata dari teks sumber, namun

2 12 banyak aspek yang harus dipertimbangkan penerjemah untuk mencari kesepadanan. Sementara itu, Nida dan Taber (1982:12) mengungkapkan bahwa translation consists of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source-language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style,. Bukan hanya memberikan pemahaman mengenai pentingnya kesepadanan makna, definisi tersebut juga menggarisbawahi mengenai pentingnya kesepadanan bentuk. Hal tersebut menurut Nida dan Taber dinamakan sebagai style. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kesepadanan bentuk yang dimaksudkan lebih ditekankan pada tataran makro karena perbedaan struktur bahasa sumber dan bahasa sasaran umumnya membuat kesepadanan bentuk pada tataran mikro menjadi sulit untuk direalisasikan. Disamping itu, aspek kesepadanan makna tetap menjadi prioritas utama dalam proses pengalihan pesan dalam penerjemahan. b. Proses Penerjemahan Setelah memahami konsep penerjemahan maka hal berikut yang akan dibahas adalah mengenai proses penerjemahan. Menurut Nababan (2003: 24) proses penerjemahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang penerjemah pada saat dia mengalihkan amanat dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Proses penerjemahan sangat penting, terutama bagi seorang penerjemah, sebab dalam proses penerjemahan inilah terdapat langkah-langkah yang harus diketahui oleh seorang penerjemah agar dapat menghasilkan penerjemahan yang baik dan berkualitas. Dalam setiap penyampaian makna dan pesan dari satu bahasa ke bahasa yang lain atau yang biasa dikenal dengan penerjemahan, ada beberapa proses yang harus dilalui untuk menghasilkan terjemahan tersebut. Nida dan Taber (1974:33) mengemukakan beberapa langkah yang harus dilakukan seorang penerjemah dalam proses penerjemahan yakni:

3 13 The second system of translation consists of a more eleborate procedure comprising the three step (1) analysis, in which the surface structure (i.e the message as given in language is analysed in terms of (a) the grammatical relationship and (b) the meaning of the words and combinating if words, (2) transfer, in which analysed material is transfered in the mind of the translator from language A to language B, and (3) restructuring, in which the transfered material is restructured in order to make final message fully acceptable in the receptor language. Dalam hal ini, Nida dan Taber (1974) menjelaskan bahwa terdapat tiga proses yang dilalui seorang penerjemahan, yang meliputi proses menganalisis teks bahasa sumber mencakup analisis tentang hubungan gramatikal dan makna kata. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pengalihan hasil analisis. Pada proses pengalihan ini, sifatnya tidak kasat mata sebab proses ini terjadi dalam benak seorang penerjemah atau dalam otak penerjemah. Lalu, proses yang terakhir, yaitu proses penyusunan kembali hasil pengalihan yang telah terjadi di dalam pikiran penerjemah agar mendapatkan suatu hasil terjemahan yang baik dan berkualitas serta dapat dipahami oleh pembaca. Tiga langkah yang dirumuskan Nida dan Taber (1982) dapat digambarkan pada bagan berikut ini: A (Source) B (Receptor) Analysis Restructuring Transfer Gambar 2.1 Proses Penerjemahan dari Nida dan Taber (1982: 33)

4 14 c. Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan secara sederhana merupakan gambaran yang tampak pada hasil terjemahan, terutama pada unit terkecil teks (unsur mikro). Molina dan Albir (2002) mengemukakan bahwa dengan melakukan analisis terhadap teknik penerjemahan yang ada dalam produk terjemahan, peneliti dapat mengetahui langkah-langkah yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan teks pada tataran mikro. Hal yang dimaksud dengan tataran mikro adalah kata, frasa, klausa, maupun kalimat. Molina dan Albir (2002) membedakan strategi dan teknik penerjemahan berdasarkan produk dan proses. Strategi merupakan suatu proses yang terjadi di dalam pikiran penerjemah ketika sedang menerjemahkan, yaitu ketika penerjemah menghadapi suatu masalah dan berusaha memecahkanya, sedangkan teknik penerjemahan merupakan hasil dari pilihan yang dibuat oleh penerjemah atau perwujudan strategi dalam mengatasi permasalahan pada tataran mikro yang dapat dilihat dengan membandingkan hasil terjemahan dengan teks sumber. Molina dan Albir (2002) menyatakan bahwa teknik penerjemahan mempunyai lima karakteristik: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan. 2. Teknik diklasifikasikan dengan perbandingan pada teks aslinya. 3. Teknik penerjemahan berdampak pada unit mikro teks. 4. Teknik penerjemahan tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu. 5. Teknik penerjemahan bersifat fungsional. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori teknik penerjemahan dari Molina dan Albir (2002). Alasan mengapa peneliti menggunakan teknik penerjemahan yang diusulkan Molina dan Albir (2002) dikarenakan teknik penerjemahan tersebut sangat terperinci dan jelas, memudahkan peneliti dalam mengklasifikasi setiap data yang diteliti.

5 15 Molina dan Albir (2002) dalam Meta XLVII, mengemukakan teknik penerjemahan meliputi: 1) Adaptasi (Adaptation) Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi adaptasi adalah To replace a ST cultural element with one from the target culture. Adaptasi merupakan teknik penerjemahan di mana penerjemah menggantikan unsur budaya yang mempunyai sifat yang sama dengan bahasa sasaran, dan unsur budaya tersebut akrab bagi pembaca sasaran. Sebagai contoh, dalam kalimat the film swept the world diterjemahkan menjadi film ini merambah dunia. Penerjemah memilih menerjemahkan swept menjadi merambah karena merambah lebih dikenal dalam budaya pembaca sasaran dan konsepnya mirip dengan bahasa sumber. 2) Amplifikasi (Amplification) Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi amplifikasi adalah To introduce details that are not formulated in the ST: information, explicative paraphrasing. Amplifikasi merupakan teknik penerjemahan yang mengungkapkan pesan secara eksplisit atau memparafrasa suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber. Penerapan teknik ini ditandai oleh adanya perubahan dari yang tersirat menjadi tersurat. Selain itu, penggunaan dari teknik ini ditandai oleh adanya penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada dalam teks bahasa sumber. Sebagai contoh, kalimat This is a Universe of Inclusion, not exclusion diterjemahkan menjadi Semesta ini adalah Semesta inklusif yang merangkul, bukan Semesta eksklusif yang menolak. 3) Peminjaman (Borrowing) Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi borrowing adalah To take a word or expression straight from another language. Peminjaman adalah teknik penerjemahan di mana penerjemah meminjam kata atau ungkapan dari bahasa sumber. Teknik ini dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: (a) pure borrowing atau tetap mempertahankan kata

6 16 bahasa sumber tanpa melakukan perubahan apapun, seperti contohnya harddisk diterjemahkan menjadi harddisk, sedangkan (b) naturalized borrowing atau meminjam kata bahasa sumber tetapi lafalnya sudah disesuaikan dengan pelafalan dalam bahasa sasaran, seperti contohnya meditation diterjemahkan menjadi meditasi. 4) Kalke (Calque) Molina dan Albir (2002:511) mendefinisikan Kalke sebagai berikut Literal translation of a region word or phrase: it can be lexical or structural. Kalke adalah teknik penerjemahan di mana penerjemah menerjemahkan frasa bahasa sumber secara literal baik secara lesikal maupun struktural. Contohnya, dalam bahasa Inggris He is the new assistant manager. Diterjemahkan menjadi Dia adalah asisten manajer yang baru. 5) Kompesasi (Compesation) Kompesasi merupakan teknik penerjemahan yang memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat lain dalam bahasa sasaran karena tidak dapat ditempatkan pada posisi yang sama seperti dalam bahasa sumber. Seperti yang dinyatakan Molina dan Albir (2002:511) To intoduce a ST element of information of stylistic effect in another place in the TT because it can not be reflected in the same place as in the ST. Contohnya dalam kalimat You can let your imagination go wild with a Vision Board di terjemahkan Melalui Papan Visi, Anda bisa membiarkan imajinasi mengembara sejauh mungkin 6) Deskripsi (Description) Menurut Molina dan Albir (2002:511) menyebutkan fungsi deskripsi adalah To replace a term or expressing with a description of its from or/ and function. Teknik ini merupakan teknik penerjemahan yang digunakan dengan cara menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Hal ini berbeda dengan amplifikasi yang mengeksplisitkan informasi yang masih implisit. Sebagai contohnya,

7 17 dalam kalimat You re bringing more of that into your life diterjemahkan menjadi Anda sedang mendatangkan lebih banyak kekhawatiran dan ketakutan ke dalam hidup. 7) Kreasi Diskursif (Discursive Creation) Kreasi diskursif merupakan teknik penerjemahan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar konteks. Teknik ini lazimnya digunakan dalam menerjemahkan judul buku atau film. Fungsi teknik penerjemahan kreasi diskursif adalah To establish a temporary equivalence that is totally unpredictable out of context (Molina & Albir 2002:511). Sebagai contoh, sebuah judul buku The Minangkabau Response To The Dutch Colonial rule in the Nineteenth Century diterjemahkan menjadi Asal-usul Elite Minangkabau Modem: Respons terhadap Kolonial Belanda XIX/XX. 8) Padanan Lazim (Established equivalent) Dalam Molina dan Albir (2002:511) dijelaskan fungsi dari teknik padanan lazim yaitu To use a term or expression recognized (by dictionaries or language in use) as an equivalent in the TL. Teknik padanan lazim ini penerapannya ditandai oleh penggunaan kata, istilah, atau ungkapan yang lazim ditemukan dalam kamus bahasa sasaran atau digunakan sehari-hari. Teknik padanan lazim mirip dengan penerjemahan harfiah. Contohnya dapat dilihat pada kalimat berikut Settle down, guys. Settle down. Diterjemahkan menjadi Tenanglah. Tenanglah 9) Generalisasi (Generalization) Generalisasi merupakan teknik penggunaan istilah yang lebih umum atau netral dalam bahasa sasaran. Dalam bahasa sumber seringkali mengandung istilah-istilah khusus yang sulit dipahami oleh pembaca sasaran. Untuk mengatasi masalah tersebut, penerjemah seringkali menggunakan teknik generalisasi, yakni dengan mengganti istilah yang sulit dipahami dengan istilah yang lebih umum. Seperti definisi dari Molina dan Albir (2002:511) sebagai berikut, To use a more general or

8 18 neutral term, sebagai contoh, kalimat money loves me diterjemahkan uang menyukai saya. 10) Amplifikasi linguistik(linguistic amplification) Amplifikasi linguistik merupakan teknik penambahan elemen linguistik sehingga terjemahannya menjadi panjang. Molina dan Albir (2002:511) menambahkan this is often used in consecutive intrepreting and dubbing. Dengan kata lain, teknik ini lebih sering diterapkan dalam pengalihan bahasa dan dubbing. Contohnya pada kalimat Listen. Stay away from him. You understand? diterjemahkan menjadi Dengarkan aku. Menjauhlah darinya! Kau paham? 11) Kompresi linguistik (Linguistic compression) Kompresi linguistik merupakan kebalikan dari amplifikasi linguistik. Pada teknik ini, dapat diterapkan dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahan teks film, dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Sebagaimana dinyatakan Molina dan Albir (2002:511) To synthesize linguistic elements in the TT. Sebagai contoh dalam kalimat berikut this mind is actually shaping the very thing that is being perceived diterjemahkan menjadi akal membentuk segala sesuatu yang ada. 12) Terjemahan harfiah (Literal translation) Terjemahan harfiah merupakan teknik penerjemahan suatu kata atau ungkapan secara kata perkata. Seperti yang diungkapan oleh Molina dan Albir (2002:511) tentang fungsi terjemahan harfiah, To translate a word or an expression word for word. Penerapan teknik ini ditandai oleh adanya penyesuaian struktur bahasa sumber dalam bahasa sasaran dan pemadanan yang dilakukan lepas konteks. Contohnya pada kalimat berikut Yeah, Tommy was a great scientist. yang diterjemahkan menjadi Ya, Tommy adalah seorang ilmuwan hebat 13) Modulasi (Modulation) Molina dan Albir (2002:511) menjelaskan fungsi teknik modulasi sebagai berikut, To change the point of view, focus or cognitive category

9 19 in relation to the ST; it can be lexical or structural. Teknik modulasi merupakan teknik pergantian sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif dari bahasa sumber. Pergantian sudut pandang bisa dalam bentuk struktural maupun lesikal. Contohnya pada kalimat Get outta here diterjemahkan Sudahlah. 14) Partikulasi (Particlarization) Teknik partikulasi merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Artinya, teknik ini ditandai dengan penggunaan kata yang lebih spesifik dan konkrit sebagai padanan dari kata bahasa sumber yang mempunyai makna umum. Sebagaimana yang disampaikan Molina dan Albir (2002:511), To use more precise or concrete terms sebagai contoh dalam kalimat She likes to collect jewelry. Diterjemahkan menjadi Dia senang mengoleksi kalung emas 15) Reduksi (Reduction) Teknik reduksi adalah kebalikan dari teknik amplifikasi. Teknik ini ditandai oleh adanya penghilangan sebagian unsur bahasa sumber di mana penghilangan itu dipandang tidak menimbulkan distorsi pesan secara keseluruhan. Molina dan Albir (2002:511), mendefinisikan fungsi dari teknik reduksi sebagai berikut, To surpress a ST information item in the TT. Reduksi adalah teknik mengimplisitkan informasi karena komponen maknanya sudah termasuk dalam bahasa sasaran. Contohnya berikut ini I didn t attract the car accindent diterjemahkan Saya tidak menarik kecelakanan. 16) Substitusi (Substitution) Substitusi merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah unsur linguistik menjadi paralinguistik (termasuk gerak tubuh atau gesture dan intonasi) dan sebaliknya. Teknik ini biasanya digunakan dalam pengalihbahasaan secara lisan. Seperti yang disampaikan Molina dan Albir (2002:511), To change linguistic elements for paralinguistic elements (intonations, gesture) or vice versa. Sebagai contoh, He puts his hand on heart diterjemahkan Dia mengucapkan terima kasih.

10 20 17) Transposisi (Transposition) Transposisi merupakan teknik pengubahan kategori grammatikal, misalnya dari verb menjadi adverb. Teknik ini sama dengan pergeseran kategori, struktur dan unit. Pengubahan susunan kata harus dilaksanakan penerjemah disebabkan struktur bahasa sumber berbeda dengan bahasa sasaran (obligatory). Sementara itu, pergeseran kategori dilakukan bila diperlukan (optional). Sebagaimana dinyatakan oleh (Newmark, 1988; Molina & Albir, 2002; Hoed, 2006) bahwa fungsi dari transposisi adalah To change a grammatical category. Sebagai contoh kalimat They have no control over outside circumstances diterjemahkan Mereka tidak dapat mengendalikan situasi dari luar dirinya. 18) Variasi (Variation) Teknik variasi dilakukan dengan mengubah unsur linguistik atau paralinguistik (intonasi, gesture) dengan yang mempengaruhi variasi bahasa misalnya pergantian gaya, dialek sosial, dialek geografis. Seperti disampaikan Molina dan Albir (2002:511), To change linguistic or paralinguistic elements (intonation, gesture) that affect aspects of linguistic variations changes of textual tone, style, social dialect, geographical dialected indicators for characters when adopting novels for children, etc. Teknik ini biasanya digunakan dalam menerjemahkan naskah drama. Contohnya Give it to me now! diterjemahkan menjadi Berikan barang itu ke gue sekarang!. d. Penilaian Kualitas Penerjemahan Kualitas terjemahan dapat diukur melalui tiga aspek penting, yaitu: keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Di dalam penelitian ini, hanya ada dua aspek yang akan dijadikan acuan, yakni keakuratan dan keberterimaan. Aspek-aspek ini menjadi pedoman bagi para penerjemah agar bisa menghasilkan terjemahan dengan tingkat keakuratan dan

11 21 keberterimaan yang tinggi. Faktanya, tidak jarang penerjemah menghadapi suatu keadaan yang membuatnya harus mengutamakan salah satu aspek sehingga mengorbankan aspek lainya. Situasi tersebut terjadi ketika penerjemah menemukan kesulitan dalam mencari padanan bahasa sumber maupun ketika penerjemah dihadapkan pada media dan jenis penerjemahan yang bervariasi. Nababan (2003; 86) mengemukakan bahwa penilaian terhadap mutu terjemahan terfokus pada tiga hal pokok, yaitu: (1) Ketetapan pengalihan pesan, (2) ketetapan pengungkapan pesan dalam bahasa sasaran, (3) kealamiahan bahasa terjemahan. Secara umum, keakuratan berkaitan dengan makna, sedangkan keberterimaan berkaitan dengan kaidah bahasa dan norma budaya. Penjelasan mengenai kedua variable kualitas terjemahan dipaparkan sebagai berikut: 1) Keakuratan atau Ketepatan (Accuracy) Istilah keakuratan (accuracy) menurut Shuttleworth dan Cowie (1997: 3) mengatakan bahwa keakuratan dalam penerjemahan merupakan suatu istilah dalam penilaian kualitas terjemahan yang merujuk pada kesepadanan bahasa sasaran dengan bahasa sumber. Jadi, keakuratan ini dapat dianggap sebagai kesesuaian atau ketetapan pesan yang disampaikan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Kesepadanan bahasa sumber dan bahasa sasaran adalah aspek paling penting dalam setiap kegiatan penerjemahan. Kesepadanan yang dimaksud bukanlah hanya kesepadanan dalam bentuk struktur bahasa (form) semata tetapi juga dalam hal makna (meaning). Kesepadanan pada tataran mikro tidak harus menjadi prioritas utama dalam proses penerjemahan. Meskipun, penerjemahan diharapkan mampu menghasilkan terjemahan yang dapat menyesuaikan ide dan pemikiran penulis asli pada terjemahan yang dihasilkan. Dengan demikian, pesan yang disampaikan penulis harus dapat disampaikan oleh penerjemah.

12 22 Lebih lanjut, menurut Nababan (2010) tingkat keakuratan pengalihan pesan ditetapkan oleh seberapa akurat isi pesan atau teks bahasa sumber dialihkan ke dalam bahasa sasaran. Penilaian keakuratan ini sangat penting karena tujuan penerjemahan adalah mencari padanan makna sedekat mungkin dengan teks bahasa sasaran. Penerjemah akurat jika makna yang disampaikan oleh penerjemah itu sepadan dengan makna dalam teks aslinya. Selain sepadan, menurut Machali (2000:110) menyatakan bahwa dari segi ketepatan ini dapat dilihat aspek linguistik (struktur gramatik), semantik, dan pragmatik. Dari pendapat tersebut terlihat bahwa keakuratan tidak hanya dilihat dari ketepatan pemilihan kata, tetapi juga ketepatan grammatikal, kesepadanan makna, dan pragmatik. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat akurasi adalah accuracy rating instrument yang dikemukakan Nababan (2004). Nababan mengadaptasi instrumen dari Nagao, Tsuji, dan Nakamura untuk mengukur tingkat akurasi tersebut berdasarkan tiga kriteria dengan skala 1 sampai 3. Lebih lanjut, Nababan dkk (2012) menentukan kriteria penilaian yang lebih sederhana berdasarkan pada kriteria penilaian accuracy rating instrument tersebut. Penilaian ini menggunakan skala 1 sampai 3 dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 2.1 Instrumen Penilaian Keakuratan Kategori Skor Parameter Kualitatif Terjemahan Akurat 3 Makna kata, frasa, klausa atau kalimat dalam bahasa sumber dialihkan secara akurat dalam bahasa sasaran, sama sekali tidak ada distorsi makna. Kurang Akurat 2 Sebagian besar makna kata, istilah teknis, frasa, klausa atau kalimat dalam bahasa sumber dialihkan secara akurat ke dalam bahasa sasaran. Namun, masih ada distorsi makna atau terjemahan makna ganda (taksa) ataupun reduksi yang mengganggu Tidak Akurat keutuhan pesan. 1 Makna kata,frasa, klausa atau kalimat bahasa sumber dialihkan secara tidak akurat dalam bahasa sasaran atau dihilangkan

13 23 2) Keberterimaan (Acceptability) Berbeda dengan keakuratan yang terfokus pada ketetapan pesan, keberterimaan lebih terkait dengan kewajaran. Aspek ini berkaitan dengan kealamiahan dan kelaziman suatu teks terjemahan. Teks hasil terjemahan haruslah disesuaikan dengan kaidah dan budaya pembaca atau pendengar sasaran. Nababan dkk (2012: 44) menjelaskan bahwa istilah keberterimaan merujuk pada apakah suatu terjemahan sudah diungkapkan sesuai dengan kaidah-kaidah, norma, dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran atau belum, baik pada tataran mikro maupun tataran makro. Semakin tinggi nilai keberterimaan, maka semakin dekat terjemahan dengan budaya bahasa sasaran. Berikut instrumen penilaian keberterimaan suatu terjemahan yang di sarankan oleh Nababan dkk (2012: 51). Penilaian ini menggunakan skala 1 sampai 3 dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 2.2 Instrumen Penilaian Keberterimaan Kategori Skor Parameter Kualitatif Terjemahan Berterima 3 Terjemahan terasa alamiah, istilah teknis lazim digunakan dan akrab bagi pembaca; frasa, klausa, dan kalimat yang digunakan sudah sesuai kaidahkaidah bahasa Indonesia. Kurang Berterima Tidak Berterima 2 Pada umunya terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan istilah teknis atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal. 1 Terjemahan tidak alamiah atau terasa seperti karya terjemahan; istilah teknis yang digunakan tidak lazim digunakan dan tidak akrab bagi pembaca; frasa, klausa, dan kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. 2. Pragmatik a. Pragmatik dan Penerjemahan Yule (1996: 3) menyebutkan 4 definisi pragmatik, yaitu 1) bidang yang mengkaji makna pembicara, 2) bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, 3) bidang yang mengkaji melebihi makna yang diujarkan, dikomunikasikan, atau terkomunikasikan oleh pembicara, dan

14 24 4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu. Di lain pihak, Nababan (1987: 2) mengemukakan pragmatik sebagai aturanaturan pemakaian bahasa yaitu, pemilihan bentuk bahasa dan penentuan maknanya sehubungan dengan maksud pembicara sesuai dengan konteks dan keadaanya. Sehubungan dengan itu, Levinson (dalam Rahardi, 2008;48) mengemukakan pragmatik merupakan studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dan konteksnya. Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang menelaah makna dengan tidak dapat lepas dari konteks di dalam suatu komunikasi. Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan lawan tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Di dalam penerjemahan terdapat transfer pesan. Penerjemah dalam mentransfer pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran penting untuk memperhatikan konteksnya, oleh karenanya penguasaan akan pragmatik akan sangat membantu dalam tugasnya. Contoh: Fairy Mary : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Tinker Bell (BSu) : Why are you counting? Tinkel Bell (BSa) : Mengapa kau berhitung? (Diambil dari Awang Wigantara, 2015: 31) Tuturan ini diambil dari salah satu tuturan Tinker Bell yang terdapat pada DVD. Jika penerjemah jeli memperhatikan konteksnya, maka dia tidak akan menerjemahkan you dengan kamu, melainkan dengan anda. Tuturan tersebut merupakan pertanyaan yang dilontarkan oleh Tinker Bell kepada Peri Mary di mana status Peri Mary lebih tinggi dari Tinker Bell. b. Tindak Tutur (Speech Act) Tindak tutur merupakan kegiatan menggunakan bahasa kepada lawan tutur dalam rangka mengkomunikasikan sesuatu (Kridalaksana,

15 :154). Makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tetapi juga ditentukan oleh aspek-aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek-aspek situasional komunikasi. Dalam menuturkan kalimat, seorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan mengucapkan kalimat itu. Ketika sesorang menuturkan kalimat, berarti ia menindakkan sesuatu. Leech (1993:19-20) membagi aspek-aspek situasi ujar menjadi lima macam yaitu: (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks sebuah tuturan, (3) tujuan sebuah tuturan, (4) tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (5) tuturan sebagai produk tindak verbal. Di sisi lain, Austin (dalam Thomas, 1995: 49) membagi tiga macam tindak tutur. Tindak tutur yang pertama adalah tindak lokusioner (locutionary acts) yaitu tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa dan kalimat itu. Tidak tutur ini disebut juga dengan the act of saying something. Tindak tutur yang kedua adalah tindak tutur ilokusioner (illocutionary acts) yaitu tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini disebut juga the act of doing something. Terakhir, tindak tutur yang ketiga adalah tindak perlokusi (perlocutionary acts) yaitu tindak tutur yang menimbulkan pengaruh atau efek kepada lawan tutur. Tindak tutur ini disebut dengan the act of affecting someone. Di antara ketiga jenis tindak tutur tersebut, tindak tutur ilokusioner menjadi kajian paling sentral dalam pragmatik. Teori inipun menjadi pijakan bagi beberapa ahli dalam mengembangkan kajian mengenai tindak tutur. Berpinjak dari teori tindak tutur ilokusi yang diungkapkan oleh Austin. Searle dalam Leech (1993: 164) menjabarkan tindak tutur ilokusioner sebagai berikut: 1. Asertif (Assertives) Tindak tutur asertif merupakan tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang dituturkan, misalnya, menceritakan, melaporkan, mengemukakan, menyatakan, mengumumkan, mengusulkan,

16 26 mengeluh. Tindak tutur asertif juga dapat diartikan sebagai tindak tutur yang berfungsi untuk menerapkan atau menjelaskan sesuatu apa adanya. Contoh: BSu : I can hear something rushing round the house, huffing and puffing. Bsa : aku mendengar suara berisik seperti dengusan dan embusan di sekeliling rumah. 2. Direktif (Directives) Tindak tutur direktif merupakan bentuk tindak tutur yang dimaksudkan oleh penutur untuk membuat pengaruh agar lawan tutur melakukan sesuatu tindakan, misalnya memohon, meminta, memberi perintah, menuntut, melarang, dan memberi nasehat. Contoh: BSu : Can I come Into your bed? Bsa : Bolehkah aku naik ketempat tidurmu? 3. Komisif (Commissives) Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang menyatakan janji atau penawaran, misalnya menawarkan, menawarkan diri, menjanjikan, berkaul, bersumpah. Contoh : BSu : I will finish my thesis soon. Bsa : Aku akan segara menyelesaikan tesisku. 4. Ekspresif (Expressives) Tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang berfungsi untuk menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang sedang dialami oleh lawan tutur, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, merasa ikut bersimpati, meminta maaf, memuji. Contoh : BSu : Congratulation on your graduation. Bsa : Selamat atas kelulusanmu.

17 27 5. Deklarasi (Declarations) Tindak tutur deklarasi merupakan tindak tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya memecat, membaptis, menikahkan, mengangkat, menghukum, memutuskan. Contoh: BSu : We find the defendant guilty Bsa : Terdakwa kami nyatakan bersalah c. Kesantunan 1. Definisi Kesantunan (Politeness) Kesantunan (politeness) merupakan suatu bagian dari budaya, adat, kebiasaan, etika, atau tata cara yang berlaku di masyarakat. Dengan kata lain, kesantunan merupakan suatu aturan yang terjadi di masyarakat mengenai perilaku manusia yang telah ditetapkan baik secara langsung maupun tidak langsung dan aturan tersebut telah disepakati bersama dalam suatu kelompok masyarakat tertentu sehingga kesantunan akhirnya menjadi bagian dari perilaku masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kesantunan (politeness) dapat dilihat dari beberapa aspek, yakni kesantunan sebagian dari etiket atau tata cara yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam kelompok masyarakat. Misalnya, dalam kelompok masyarakat tertentu bertamu sampai larut malam dapat dianggap tidak santun atau sopan. Dilihat dari hal tersebut, kesantunan bersifat sangat kontekstual. Artinya kesantunan yang berlaku pada suatu kelompok tertentu belum tentu berlaku juga pada kelompok masyarakat lainya karena setiap kelompok masyarakat memiliki tolak ukur yang berbeda-beda tentang kesantunan. Selain itu, kesantunan juga memiliki sifat bipolar yaitu hubungan dua kutub seperti hubungan antara anak dengan orang tua, pimpinan dengan bawahan, guru dengan murid, tuan rumah dengan tamu, dan sebagainya. Kesantunan dapat tercermin dalam cara berpakaian atau berbusana, cara berperilaku atau/ bertindak dan juga dengan cara bertutur atau berbahasa.

18 28 2. Kesantunan Berbahasa Kesantunan berbahasa dan etika berbahasa atau tata cara berbahasa merupakan dua hal yang berbeda, namun seringkali banyak yang menyamakan. Beberapa pakar mengajukan teori mengenai kesantunan berbahasa dengan pendekatan yang beragam. Akan tetapi, penelitian ini akan menggunakan teori kesantunan berbahasa yang diungkapan oleh Brown dan Levinson (1987) dengan alasan bahwa teori yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson (1987) membahas strategi kesantunan dengan lebih rinci dan klasifikasi yang lebih jelas. Teori kesantunan berbahasa Brown dan Levinson (1987: 61) didasarkan pada konsep face atau muka. Kedua linguis ini mendefinisikan muka sebagai citra diri yang bersifat umum yang dimiliki oleh setiap orang. Setiap orang dianggap memiliki dua jenis muka, yakni muka positif dan muka negatif. Muka positif berkenaan dengan citra diri setiap manusia untuk dihargai, diakui, disenangi, atau diterima oleh orang lain, sedangkan untuk muka negatif merujuk kepada citra diri setiap individu agar wilayah pribadinya tidak terganggu oleh orang lain. Berdasarkan teori tersebut, Brown dan Levinson (1987: 65-68) menyatakan bahwa tindak tutur dapat menjadi ancaman terhadap muka seseorang. Tindak tutur tersebut sebagai tindakan yang tidak menyenangkan atau tindak mengancam muka disebut juga dengan Face Threatening Acts/FTA. Oleh karenanya, dalam teori kesantunan Brown dan Levinson terdapat konsep tentang muka positif (positive face) dan muka negatif (negative face) maka kesantunan pun terbagi atas kesantunan positif (positive politeness) yang berguna untuk menjaga muka positif (positive face) dan kesantunan negatif (negative politeness) untuk menjaga muka negatif (negative face). Berkaitan dengan FTA, Nadar (2009: 33) menjelaskan bahwa tindakan yang mengancam muka dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni

19 29 tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur dan tindakan yang mengancam muka negatif lawan tutur. Tuturan yang mengancam muka positif lawan tutur diantaranya adalah mengkritik, menghina, ungkapan tidak setuju, dan lain-lain. Sementara itu, tindakan yang mengancam muka negatif antara lain: tuturan memerintah, meminta, menasihati, memberi peringatan, mengancam, berjanji, menawarkan, memuji, ungkapan perasaan benci atau marah terhadap lawan tutur. Dalam suatu aktivitas tuturan, tindakan mengancam muka dapat diatur dengan menerapkan strategi kesantunan berbahasa. Brown dan Levinson (1987: 60) menerapkan lima strategi kesantunan berbahasa untuk meminimalkan tindakan yang mengancam muka penutur atau lawan tutur, yaitu: a. Melakukan tindak tutur secara apa adanya (bald on record) Strategi bald on record berarti penutur melakukan tindak tutur secara langsung tanpa basa basi. Dalam strategi kesantunan ini, Brown dan Levinson (dalam Nadar, 2009: 37) mengatakan bahwa penutur bertanggung jawab penuh terhadap tindakan yang ia lakukan dan berharap bahwa tuturannya dapat dipahami oleh lawan tutur pada saat peristiwa tutur ini terjadi. Strategi ini biasanya berpola tuturan seperti Kerjakan X. Pada umumnya, jenis strategi bald on record yang diujarkan secara langsung, dipakai untuk aksi-aksi komunikasi yang memiliki pontensi ancaman muka terhadap lawan tuturnya paling rendah (least threatening acst). Misalkan, tuturan langsung tersebut diujarkan oleh dua orang sahabat, diujarkan pada situasi darurat, atau apabila penutur memiliki kekuasaan (power) atas lawan tuturnya yang berada dibawah kekuasaannya.

20 30 b. Melakukan tindak tutur dengan kesantunan positif (postive politeness) Brown dan Levinson (1987: 101) mengatakan bahwa kesantunan positif dilakukan dengan pendekatan yang mengesankan pada lawan tutur bahwa pada hal-hal tertentu juga memiliki keinginan yang sama dengan lawan tutur. Lebih lanjut, seorang penutur menerapkan kesantunan positif dengan maksud menunjukkan kedekatan dan hubungan baik terhadap lawan tutur (Jumanto, 2005:41). Strategi kesantunan positif (positive politeness) dipakai untuk aksi-aksi komunikasi yang tidak terlalu mengancam muka lawan tutur (less threatening acts). Misalkan, komunikasi di antara dua orang kenalan atau teman dalam suatu kelompok di mana antara penutur dan lawan tutur terdapat kesukaan yang sama sehingga tindakan yang berpotensi mengancam muka lawan tutur tidak begitu dominan. c. Melakukan tidak tutur dengan kesantunan negatif (negative politeness) Melakukan tindak tutur dengan kesantunan negatif berarti penutur menunjukkan adanya social brake atau jarak sosial antara penutur dan lawan tutur (Brown & Levinson 1987: 101). Strategi kesantunan negatif (negative politeness) disarankan untuk dipakai pada aksi-aksi komunikasi yang sangat berpotensi untuk mengancam muka lawan tutur (more threatening acts). Biasanya strategi ini dapat diterapkan dalam berkomunikasi dengan orang yang tidak begitu dikenal yang tidak ingin terganggu kebebasannya dan terbebani dengan perintah atau permintaan dari penutur. d. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (bald off record) Brown dan Levinson (1987: 211) mendefinisikan bald off record sebagai strategi kesantunan yang membuat penutur melakukan tidak tutur secara tidak langsung dengan maksud tidak ingin dianggap bertanggung

21 31 jawab secara penuh terhadap tindakan yang dilakukannya. Tuturan dalam bald off record dapat diinterprestasikan secara beragam oleh lawan tutur. Strategi ini diterapkan pada aksi-aksi komunikasi yang secara pasti akan mengancam muka lawan tutur (most threatening acts). e. Tidak melakukan tindak tutur apapun atau diam Pada strategi kesantunan ini, penutur memilih untuk tidak mengatakan apapun atau diam. Strategi kesantunan ini dilakukan karena besarnya kemungkinan mengancam muka jika tuturan tetap dilakukan. Strategi ini diterapkan manakala penutur ingin menghindari tindakan yang dapat mempermalukan lawan tutur, sehingga penutur lebih memilih untuk diam, akan tetapi tindakan diam atau tidak melakukan tindak tutur juga memiliki potensi mengancam muka lawan tutur karena merasa tidak dihargai. Saat penutur memilih untuk diam ketika penutur ingin menghindari tindakan yang dapat dipastikan akan mengancam muka dan mempermalukan lawan tutur. Ketika memilih untuk melakukan tindakan diam, sebenarnya penutur berharap lawan tutur memahami bahwa tindakannya dimaksudkan agar keduanya segera mengakhiri pembicaraan. Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang terancam mukanya. Berdasarkan teori di atas, peneliti akan mengunakan strategi kedua yaitu, strategi kesantunan positif (positive politeness), dikarenakan tuturan pada novel The Host banyak mengandung tuturan kesantunan positif. 3. Strategi Kesantunan Positif (Postive Politeness) Istilah kesantunan positif berasal dari Brown dan Levinson (1987). Mereka mengemukakan bahwa masalah kesantunan adalah masalah penyelamatan muka. Kesantuanan positif (postive politeness) berhubungan dengan muka positif lawan tutur. Muka positif berkenaan dengan keinginan agar apa yang dilakukan, apa yang dimiliki, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakini dihargai orang lain, dan diakui sebagai sesuatu yang baik, yang menyenangkan, dan sebagainya (Brown &

22 32 Levinson, 1987: 101). Dalam sebuah tuturan, muka positif ini (juga muka negatif) sewaktu-waktu dapat terancam. Artinya, ada kalanya penutur yang merasa tidak dihargai sehingga muka positifnya terancam. Jika hal ini terjadi, komunikasi itu pasti tidak dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang diharapkan. Untuk menghindari (atau setidak-tidaknya mengurangi) keterancaman terhadap muka positif tersebut, diperlukan kesantunan yang disebut dengan kesantunan positif. Kesantunan positif ini tentu dimaksudkan untuk melindungi muka positif, yang dilakukan dengan jalan menghargai petutur, baik terhadap apa yang dilakukan, apa yang dimiliki, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya. Kesantunan positif ini pada umumnya menekankan segi kedekatan, keakraban, solidaritas, persahabatan, dan hubungan baik antara penutur dan petutur. Strategi ini oleh Brown dan Levinson (1987: ) dirinci lagi menjadi lima belas macam sub-strategi dengan memberikan intonasi maupun penekanan melalui tuturannya: Sub-strategi 1: memberi perhatian pada lawan tutur dengan memperhatikan minat, keinginan, kelakuan, kebutuhan dan barang-barang lawan tutur (Brown & Levinson, 1987: 103). Berdasarkan strategi tersebut, penutur harus memperhatikan aspek-aspek yang terjadi pada lawan tutur seperti, memperhatikan perubahan diri yang terjadi pada lawan tutur, kepemilikan atas barang-barang yang dimiliki lawan tutur, dan segala hal yang membuat penutur memperhatikan dan mengakui hal yang diinginkan lawan tutur. Contohnya: Bsu: Will it help if I give you a ride? Bsa: Apakah membantu jika aku memberi tumpangan? (diambil dari novel The Host) Contoh di atas menunjukkan bahwa penutur ingin memuaskan keinginan lawan tutur. Penutur tahu bahwa lawan tutur khawatir akan kondisi adik lawan tutur yang ditinggalkan sendirian di tempat persembunyian sehingga penutur mencoba menawarkan tumpangan agar

23 33 lawan tutur dapat segera bertemu dengan adiknya. Hal tersebut membuat lawan tutur puas bahwa kebutuhannya diperhatikan. Sub-strategi 2: membesar-besarkan minat, persetujuan, simpati terhadap lawan tutur (Brown & Levinson, 1987: 104). Berdasarkan strategi di atas, penutur bermaksud untuk memenuhi wajah positif lawan tutur dengan melebih-lebihkan ketertarikan terhadap keadaan lawan tutur dengan memuji, menyatakan persetujuan, menyatakan simpati serta ketertarikan kepada lawan tutur. Dalam strategi ini, penutur biasanya menggunakan intonasi yang melebih-lebihkan, memberi tekanan pada tuturan, dan aspeknya lainya dari prosodic pada saat bertuturan dengan lawan tutur seperti, penggunaan intensifying modifiers. Contohnya: Bsu: Well, ain't that amazin'? There's something we could use around here. Mag's girl Sharon does the teaching for the three kids, but there's a lot she can't help with. She's most comfortable with math and the like. History, now. Bsa: Well, bukankah itu hebat?ada yang bisa kita manfaatkan di sini. Anak perempuan Mag, Sharon mengajari tiga anak, tapi banyak yang tidak bisa ditanganinya. Dia paling suka matematik dan sejenisnya. Nah, sejarah-. (diambil dari novel The Host) Contoh di atas menunjukkan bahwa penutur telah memenuhi wajah positif lawan tutur dengan menunjukkan bahwa penutur menyukai minat lawan tutur. Kata amazin merupakan kata yang membesar-besarkan persetujuan penutur karena penutur tahu bahwa lawan tutur menyukai mengajar. Sub-strategi 3: meningkatkan ketertarikan terhadap lawan tutur (Brown & Levinson, 1987: 106). Jadi, strategi ini adalah cara penutur untuk berkomunikasi dengan lawan tutur dengan mendramatisir peristiwa atau fakta. Strategi ini membuat penutur ingin membagi beberapa keinginannya sehingga dapat memperkuat minat yang dimiliki penutur pada saat terjadi percakapan antara lawan tutur dengan cara menciptakan suatu cerita yang bagus. Biasanya, pada strategi ini penutur menyelipkan ungkapan yang

24 34 menarik perhatian lawan tutur. Strategi ini adalah salah satu ciri biasa dari percakapan positif yang sopan karena bermaksud menarik lawan tutur ke tengah-tengah kejadian yang dibicarakan yang di lakukan secara metaforis yang terjadi pada tingkat tertentu, sehingga meningkatkan minat intrinsik mereka terhadapnya. Penggunaan sub-strategi ini terkadang juga menyelipkan sisipan ungkapan dan pertanyaan yang tujuannya membuat lawan tutur lebih terlibat interaksi. Contohnya: Bsu: They've got Kyle and Jared. We're dead without you. Bsa: Mereka punya Kyle dan Jared. Kami mati tanpamu. (diambil dari novel The Host) Contoh tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur bermaksud untuk menimbulkan ketertarikan agar lawan tutur mau mengikuti permintaannya. Penutur kekurangan orang untuk bermain sepak bola agar timnya menang penutur mencoba mendramatisir keadaan supaya lawan tutur tertarik untuk ikut bermain. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur mencoba menarik lawan tutur ke tengah-tengah kejadian tujuannya agar lawan tutur lebih terlibat interaksi. Sub-strategi 4: menggunakan penanda yang menunjukkan jati diri atau kelompok (Brown & Levinson, 1987: 106). Jadi, strategi ini merupakan salah satu cara dalam strategi kesantunan positif untuk membuat petutur menjadi bagian dalam suatu kelompok atau masyarakat tertentu. Biasanya, pada strategi ini dengan menggunakan bentuk sapaan yang intim, bahasa atau dialek kelompok yang mencirikan kedekatan personal, jargon, slang dan elipsis. Penyampaian untuk menjadi anggota sebuah kelompok dapat menggunakan banyak cara yang tidak terhingga. Hal tersebut membuat penutur secara implisit dapat mengklaim bidang yang sama dengan lawan tutur yang disampaikan melalui definisi kelompok tersebut. Contohnya: Bsu: Don't let 'em get you, honey. Bsa: Jangan biarkan mereka menangkapmu, sayang. (diambil dari novel The Host)

25 35 Pada contoh tuturan di atas, penutur mengunakan kesantunan positif dengan memakai penanda jati diri atau kelompok. Dalam tuturan di atas penutur dan lawan tutur adalah paman dan keponakan. Penutur menggunakan honey kepada lawan tutur agar meminimalkan FTA (saran). Tuturan tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa lawan tutur adalah bagian kelompok dari penutur. Sub-strategi 5: mencari dan mengusahakan persetujuan terhadap lawan tutur dengan mengulang sebagian tuturan lawan tutur untuk menunjukkan kesetujuannya (Brown & Levinson, 1987: 112). Berdasarkan strategi tersebut, bahwa persetujuan dapat dilakukan dengan perulangan sebagian atau seluruh tuturan apa yang dimaksud oleh lawan tutur dalam suatu percakapan untuk menunjukkan bahwa penutur telah mendengar secara tepat apa yang diucapkan lawan tutur. Pengulangan terjadi untuk menekankan persetujuan emosional dengan gagasan atau menekan minat dan kejutan. Strategi ini biasanya membuat penutur membicarkan hal-hal yang menjadi topiknya ketertarikan dan aman bagi lawan tutur. Contohnya: Bsu: Melanie : Maybe he told Aunt Maggie. Maybe she got better directions. Jared : Maybe, Bsa: Melanie: Mungkin Uncle Jeb menceritakannya kepada Aunt Maggie. Mungkin Aunt Maggie punya petunjuk-petunjuk lebih baik. Jared: Mungkin. (diambil dari novel The Host) Pada contoh tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur mencari kesepakatan dengan cara mengulang sebagian yang dikatakan oleh lawan tutur. Tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur berkerja sama dengan

26 36 lawan tuturnya dan lawan tutur pun puas karena penutur mendengarkannya. Sub-strategi 6: menghindari ketidaksetujuan terhadap lawan tutur dengan cara menunjukkan persetujuan (Brown & Levinson, 1987: 113). Berdasarkan strategi tersebut, penutur menghindari ketidaksetujuan pendapat dan berusaha menunjukkan ketidaksetujuan pendapat dengan cara sehalus mungkin agar tidak mengintimidasi lawan tutur. Pada strategi ini ada beberapa cara untuk menghindari ketidaksetujuan seperti, persetujuan pura-pura, persetujuan yang semu, berbohong untuk kebaikan, dan kata berpagar. Oleh karenanya, strategi ini merupakan keinginan penutur untuk sepakat atau menunjukkan kesepakatan terhadap lawan tutur yang mengacu pada mekanisme untuk berpura-pura. Penutur biasanya berpura-pura tampak setuju untuk menghindari perselisihan dengan cara berkata Ya. Tapi.... Contohnya: Bsu: Kyle : Why? You said you made sure. It's one of them. Jeb : Well, yes, she surely is. But it's a little complicated. Bsa: Kyle: Kenapa? Katamu kau sudah memastikan. Dia salah satu dari mereka. Jeb: Well, ya itu pasti. Tapi agak rumit. (diambil dari novel The Host) Pada contoh tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur menghindari ketidaksepakatan. Pada tuturan di atas penutur tidak setuju dengan keinginan lawan tutur. Lalu untuk memuaskan wajah positif lawan tutur, penutur menyetujui pendapat lawan tutur untuk mengurangi FTA terhadap lawan tutur. Sub-strategi 7: menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui basa-basi dan presuposisi (Brown & Levinson, 1987: 117). Pada strategi ini mempresuposisikan sejumlah persamaan antara penutur dan

27 37 petutur dengan mengurangi FTA ketika membicarakan topik yang tidak terkait sebelum menuju topik utama melalui sebuah percakapan yang menarik minat lawan tutur terhadap tuturan penutur. Penggunaan basa-basi saat melakukan percakapan yang dilakukan oleh penutur dengan lawan tutur adalah sebagai upaya penutur untuk menghabiskan waktu, sedangkan bagi lawan tutur sebagai upaya tanda persahabatan atau ketertarikan akan dirinya. Penutur menekankan minat umumnya atas lawan tutur, dan menunjukkan kepada lawan tutur bahwa penutur belum ingin melihat lawan tutur melakukan FTA (misal, membuat permintaan) bahkan keinginan hal tersebut tampak jelas dilakukan dengan membawa sebuah hadiah. Strategi ini di gunakan untuk menghaluskan permintaan atau meminta kesediaan. Contohnya: Bsu: I've wondered a lot what it's like getting caught, you know. Saw it happen more than once, come close a few times myself. What would it be like, I wondered. Would it hurt, having something put in your head? I've seen it done, you know. Bsa: Aku sering bertanya-tanya, bagaimana rasanya tertangkap-kau tahu, kan? Peristiwa itu pernah kusaksikan lebih dari satu kali, dan aku sendiri nyaris beberapa kali nyaris tertangkap. Aku ingin tahu bagaimana rasanya. Apakah menyakitkan, ketika mereka meletakkan sesuatu ke dalam kepalamu? Kau tahu, aku pernah melihat kejadiannya. (diambil dari novel The Host) Pada contoh tuturan di atas menunjukkan penutur melakukan strategi ini bermaksud untuk membuat lawan tutur tertarik akan topik yang dibicarakan sehingga lawan tutur lebih terlibat dalam berinteraksi yang diciptakan penutur. Penutur menganggap bahwa lawan tuturnya mengerti maksud tuturannya. Penggunaan tuturan you know menegaskan bahwa penutur ingin membuat persepsi yang dapat meningkatkan intensitas terhadap tuturan penutur. Strategi ini digunakan oleh penutur karena penutur ingin menyelamatkan muka positif lawan tuturnya Sub-strategi 8: menyatakan lelucon (Brown & Levinson, 1987: 124). Pada strategi ini lelucon terjadi karena latar belakang pengetahuan dan nilainilai timbal balik antara penutur dan lawan tutur maka lelucon dapat

28 38 digunakan untuk menekan latar belakang yang dibagikan atau nilai-nilai yang dibagikan. Lelucon merupakan salah satu teknik dasar kesantunan positif. Lelucon dapat meminimalkan FTA atas dasar permintaan. Penutur menggunakan lelucon untuk membuat lawan tutur menjadi nyaman saat penutur melakukan tuturan permintaan. Contohnya: Bsu: Just don't test me. I haven't shot anybody in a real long time, and I sort of miss the thrill of it. Bsa: Tapi jangan mengujiku. Aku sudah lama sekali tidak menembak orang dan aku agak merindukan kegairahan itu. (diambil dari novel The Host) Contoh tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur meminta lawan tutur untuk tidak menganggu tahanan yang sedang dalam perlindungan penutur. Penutur memperingatkan orang-orang yang melanggar perintahnya akan ditembak. Untuk meredakan situasi penutur berbicara sambil berkelakar sehingga meminimalkan FTA terhadap lawan tutur. Penutur menggunakan lelucon untuk tidak mempermalukan lawan tutur. Sub-strategi 9: mempresuposisikan bahwa penutur memahami keinginan lawan tuturnya dengan menyatakan bahwa penutur dan lawan tutur adalah kooperator (Brown & Levinson, 1987: 125). Strategi ini merupakan satusatunya cara menunjukkan bahwa penutur dan lawan tutur bekerja sama sehingga secara potensial meletakkan tekanan pada lawan tutur untuk bekerja sama dengan penutur dengan menegaskan atau menyiratkan pengetahuan akan keinginan lawan tutur dan kemauan untuk mencocokkan keinginan seseorang dengan mereka. Contohnya: Bsu: She is exceptional among our kind braver than most. Her lives speak for themselves. I think she would volunteer, if it were possible to ask her. Bsa: Dia luar biasa di antara bangsa kita lebih berani daripada sebagian besar kita. Kehidupan-kehidupan yang pernah dijalaninya membuktikan hal itu. Kurasa dia akan menawarkan diri, seandainya kita bisa menanyainya. (diambil dari novel The Host)

29 39 Tuturan di atas tersebut menyatakan bahwa penutur dan lawan tutur adalah kooperator. Penutur menegaskan atau mengimplikasikan pengetahuan tentang keinginan dan kemauan lawan tutur sebagai suatu keinginan bersama. Strategi ini digunakan oleh penutur karena penutur ingin memberikan kepuasan terhadap muka lawan tuturnya. Sub-strategi 10: membuat penawaran atau janji (Brown & Levinson, 1987: 125). Strategi ini bertujuan untuk memuaskan muka positif lawan tutur. Pada strategi ini, penutur memilih untuk menekankan kerja sama dengan lawan tutur dengan cara lain dikarenakan untuk meredam ancaman potensial dari beberapa FTA. Penutur dapat mengakui bahwa (dalam keadaan tertentu yang relavan) apapun yang diinginkan lawan tutur yang diinginkan penutur juga dan penutur akan membantu lawan tutur untuk mendapatkannya. Penawaran dan janji merupakan akibat alami dari pemilihan strategi ini. Contohnya: Bsu: I'll come back. I always come back Bsa: aku akan kembali. Aku selalu kembali. (diambil dari novel The Host) Contoh tuturan di atas menunjukkan strategi kesantunan positif berjanji. Penutur ingin memuaskan keinginan lawan tuturnya disebabkan lawan tutur khawatir bahwa penutur tidak kembali lagi padanya. Pada tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur mengetahui dan peka terdapat keinginan lawan tutur. Dengan tekanan pengulangan menunjukkan bahwa penutur ingin berkerja sama dengan lawan tutur. Sub-strategi 11: menunjukkan rasa optimisme beranggapan bahwa lawan tutur menginginkan atau membantu penutur mencapai keinginan penutur (Brown & Levinson, 1987: 126). Berdasarkan strategi tersebut, penutur menganggap keinginan lawan tutur sama dengan keinginan penutur dan penutur akan membantu lawan tutur untuk memperolehnya. Oleh karena itu, melalui asumsi penutur bahwa lawan tutur akan bekerja sama dengan penutur dikarenakan hal tersebut merupakan kepentingan yang saling menguntungkan. Contohnya:

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif kualitatif dan merupakan studi kasus terpancang. Disebut sebagai penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabang linguistik yang mempelajari tentang penuturan bahasa secara mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu ujaran

Lebih terperinci

digunakan paling banyak pada kedua fungsi ilokusi tersebut adalah padanan mapan. Sebanyak 26 data dengan teknik padanan mapan ditemukan pada fungsi

digunakan paling banyak pada kedua fungsi ilokusi tersebut adalah padanan mapan. Sebanyak 26 data dengan teknik padanan mapan ditemukan pada fungsi digilib.uns.ac.id 174 Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat diketahui bahwa data dengan jenis tuturan asertif merupakan jenis tuturan yang paling sering muncul. Sedangkan pada jenis tuturan ini, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN KESANTUNAN POSITIF DALAM NOVEL THE HOST KARYA STEPHENIE MEYER DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi sehari-hari. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat digunakan secara lisan maupun tulisan. Bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE Paramita Widya Hapsari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia paramitawh10@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan jurnal penelitian, ditemukan penelitian yang menganalisis mengenai penerjemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya.

Lebih terperinci

Bayu Dewa Murti Universitas Sebelas Maret

Bayu Dewa Murti Universitas Sebelas Maret ANALISIS TEKNIK DAN KEAKURATAN PENERJEMAHAN PADA TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM TEKS KOMIK NARUTO SHIPPUDEN EDISI KE-500 BERJUDUL KELAHIRAN NARUTO (NARUTO S BIRTH) Bayu Dewa Murti Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANALISIS STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR PERMINTAAN (REQUEST) DALAM NOVEL BREAKING DAWN DAN TERJEMAHANNYA AWAL YANG BARU (Kajian Terjemahan Dengan Pendekatan Teori Pragmatik) TESIS Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan serta penilaian kualitas terjemahan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA 1 Nurlaila, 2 Endang Purwaningsih, Hendro Firmawan nurlaila@staff.gunadarma.ac.id; e_purwaningsih@staff.gunadarma.ac.id;

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian penerjemahan dan metode penerjemahan yang akan digunakan untuk menganalisis data pada Bab 3. Seperti dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Penerjemahan Oleh:

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, komunikasi adalah jalan yang efektif dan dibutuhkan manusia untuk dapat bersosialisasi. Ada dua bentuk komunikasi yaitu verbal dan non-verbal.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Definisi Penerjemahan Sesungguhnya penerjemahan sudah cukup lama dikenal dalam komunikasi antarmanusia. Ada berbagai definisi penerjemahan sebagaimana telah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi dua bagian utama, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Subbab yang pertama, yakni hasil penelitian, memaparkan jawaban atas rumusan masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa tutur terjadinya atau berlangsung pada interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur;

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

Jika aku pernah melakukan itu, saya pikir saya akan mendapat serangan jantung! Tidak pernah mengalami kesulitan mendapatkan apa yang saya inginkan,

Jika aku pernah melakukan itu, saya pikir saya akan mendapat serangan jantung! Tidak pernah mengalami kesulitan mendapatkan apa yang saya inginkan, Heart Attack Putting my defenses up, Cause I don't wanna fall in love. Never put my love out on the line, Never said yes to the right guy, Never had trouble getting what I want, But when it comes to you

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule

BAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa menjadi alat komunikasi utama yang berperan sangat penting. Saat berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur

BAB I PENDAHULUAN. Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah address term adalah sebuah kata atau frasa yang ditujukan penutur kepada mitra tutur dalam suatu proses percakapan. Address term sering muncul dan dapat kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Lesson 31: Interrogative form of Will Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Reading (Membaca) Will it be sunny tomorrow? ( Apakah akan cerah besok?) Will you lend her the car? (Apakah kamu akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M., yang biasa disapa Ahok adalah seorang politisi yang memiliki fungsi dan kedudukan khusus di DKI Jakarta. Ahok dikenal sebagai seorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Komik Big Bad Wolf: The Baddest Day dan Terjemahannya

Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Komik Big Bad Wolf: The Baddest Day dan Terjemahannya Tindak Ilokusi Ekspresif Dalam Komik Big Bad Wolf: The Baddest Day dan Terjemahannya Gilang Fadhilia Arvianti FKIP Universitas Tidar gilangfadhilia@yahoo.com ABSTRACT This article focuses on analyzing

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MAKSIM PRINSIP KERJASAMA ( COOPERATIVE PRINCIPLE

PERBANDINGAN MAKSIM PRINSIP KERJASAMA ( COOPERATIVE PRINCIPLE PERBANDINGAN MAKSIM PRINSIP KERJASAMA (COOPERATIVE PRINCIPLE) DALAM TUTURAN MENJAWAB (ANSWERING) PADA DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN Paramita

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued)

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) Pelajaran 22: Menangani situasi yang serius (lanjutan) L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-22.

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK

ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK ANALISIS TERJEMAHAN TANGGAPAN ATAS PERTANYAAN DALAM NOVEL KITE RUNNER KE DALAM BAHASA INDONESIA: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK Ichwan Suyudi (Universitas Gunadarma) ichwan@staff.gunadarma.ac.id Agung Prasetyo

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) KAJIAN TERJEMAHAN IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL EAT PRAY LOVE (Kajian Terjemahan Dengan Pendekatan Pragmatik) Zulia Karini, S.S, M.Hum STMIK AMIKOM Purwokerto Jl Letjend Pol. Sumarto Watumas Purwokerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT

Maftuchah Dwi Agustina ABSTRACT ANALISIS KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENGANCAM MUKA NEGATIF MITRA TUTUR PADA TERJEMAHAN KUMPULAN CERITA PENDEK THE ADVENTURES OF SHERLOCK HOLMES Maftuchah Dwi Agustina uwiequw@gmail.com ABSTRACT

Lebih terperinci