BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
|
|
- Sonny Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sebelum melakukan penelitian, ada beberapa sumber kajian yang dijadikan acuan dari penelitian ini yaitu hasil penelitian sebelumnya. Penelitian yang dimaksud yaitu sebagai berikut : Charlina (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Tuturan Imperatif dalam Bahasa Sidang meneliti tentang bentuk tuturan imperatif yang digunakan dalam bahasa sidang dan makna dari tuturan imperatif tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian Charlina adalah metode analisis deskriptif dengan teknik padan dan pendekatan pragmatik. Teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Rahadi tentang kalimat imperatif bahasa Indonesia. Hasil penelitiannya yaitu bentuk tuturan imperatif yang terdapat dalam bahasa sidang adalah imperatif biasa, imperatif halus, imperatif permintaan, imperatif larangan, imperatif harapan, imperatif suruhan, imperatif transitif dan imperatif tidak transitif. Makna yang terdapat dalam tuturan imperatif pada bahasa sidang adalah makna perintah, makna desakan, makna persilaan, makna imbauan, makna permintaan, makna larangan dan makna harapan. Perbedaan penelitian Charlina dengan penelitian ini adalah penelitian Charlina hanya menganalisis mengenai bentuk dan makna kalimat imperatif, sedangkan penelitian ini lebih mengacu pada strategi kesantunan yang digunakan dalam tuturan imperaktif tersebut. Penelitian Charlina dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui definisi dari kalimat imperatif. 11
2 12 Pradhana (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Kesahihan Kalimat Imperatif Bahasa Jepang dalam Drama Detektif Conan Spesial 1 menganalisis tentang bentuk dan tanda dari kalimat imperatif bahasa Jepang. Teknik dan metode penelitian yang digunakan adalah metode informal dengan teknik sadap. Teori yang digunakan adalah teori yang dikemukakan oleh Koizumi (1995) tentang kalimat imperatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kalimat imperatif bentuk perintah dalam bahasa Jepang ditandai dengan kata te kudasai, kalimat ajakan ditandai dengan verba ikoukei, kalimat permintaan atau permohonan ditandai dengan bentuk yarimorai. Selain itu kata kerja yang digunakan sebagai tanda kalimat imperatif adalah kata kerja aktif yang menunjuk pada suatu aktifitas tertentu. Suatu kalimat imperatif dapat dikatakan sahih apabila objek yang dikenai kata kerja imperatif sangat jelas. Perbedaan penelitian Pradhana dengan penelitian ini terletak pada objek penelitiannya. Pradhana lebih mengacu pada kesahihan sebuah kalimat imperatif sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada strategi kesantunan yang digunakan dalam tuturan imperatif dengan berpedoman pada teori kesantunan Brown dan Levinson. Penekanan terhadap strategi kesantunan yang digunakan menjadi kelebihan dalam penelitian ini. Penelitian Pradhana dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui bentuk dan tanda tuturan imperatif dalam bahasa Jepang. Puspitasari (2009) dalam skripsinya yang berjudul Penggunaan Strategi Kesantunan dalam Tuturan Direktif pada Novel Memoir of Geisya menganalisis tentang jenis-jenis strategi kesantunan yang digunakan dalam tuturan direktif. Penelitian Puspitasari menggunakan metode analisis deskripsi dengan beracuan
3 13 pada teori kesantunan Brown dan Levison. Hasil dari penelitiannya menunjukkan bahwa strategi kesantunan yang sering digunakan dalam tuturan direktif adalah strategi langsung tanpa basa-basi, serta strategi yang jarang digunakan adalah strategi tidak langsung. Perbedaan penelitian Puspitasari dengan penelitian ini yang sekaligus menjadikan kelebihan dari penelitian ini adalah selain menganalisis tentang strategi kesantunan pada tuturan imperatif, penelitian ini juga menganalisis tentang faktor penyebab digunakannya strategi kesantunan dalam tuturan imperatif tersebut, sedangkan penelitian Puspitasari hanya membahas strategi kesantunannya saja. Penelitian Puspita dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengetahui mengenai teori kesantunan. 2.2 Konsep Berikut ini beberapa konsep atau beberapa definisi dasar yang dijadikan acuan dalam penelitian. Pemaparan konsep-konsep bertujuan untuk menyamakan persepsi dari istilah-istilah yang digunakan Strategi Kesantunan Dalam melakukan suatu tuturan kesantunan sangatlah diperlukan untuk mempertimbangkan perasaan orang lain yang terlibat didalam pertuturan. Untuk menjaga perasaan atau menjaga suatu tuturan agar tetap dalam batas kesantunan diperlukanlah strategi kesantunan. Strategi kesantunan merupakan bentuk tindakan atau cara yang dipilih dan dijadikan acuan dalam melakukan tuturan agar sebuah tuturan menjadi santun dan sesuai dengan situasi tuturnya (Gunarwan,
4 :264). Menurut Brown dan Levinson (1987) strategi kesantunan merupakan cara atau tindakan yang meminimalkan pengancaman terhadap muka seseorang. Muka yang dimaksud adalah citra diri dari si petutur maupun penutur Tuturan Imperatif Tuturan imperatif merupakan tuturan yang mengandung maksud memerintah atau meminta mitra tutur agar melakukan sesuatu sebagaimana yang diinginkan si penutur. Tuturan imperatif ini berkisar diantara suruhan yang sangat keras, permohonan yang halus dan juga larangan (Chaer, 2010:18). Dalam bahasa Jepang tuturan imperatif disebut dengan meirei hatsuwa ( 命令発話 ) didefinisikan sebagai tuturan yang di dalamnya terdapat makna memerintah, meminta, mengajak dan lain-lain (Iori, 2000:146). Kalimat memerintah menggunakan verba mereikei, partikel yo dan zo. Kalimat meminta atau memohon menggunakan verba bentuk te dan verba bentuk te yang ditambahi dengan kudasai, choudai, kureru, kureruka serta moraeruka. Selain itu juga bisa menggunakan verba bentuk kamus (jishoukei) dengan menghilangkan ru kemudian ditambah nasai, serta menggunakan verba potensial dan mengganti ru dengan ro. Kalimat larangan menggunakan verba kinshikei yaitu berupa kata kerja bentuk kamus dengan penambahan na. Kalimat ajakan menggunakan bentuk maksud (ikoukei). Kalimat ajakan menggunakan kata mashou dan masenka. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah semua tuturan imperatif, baik berupa perintah, permohonan, larangan maupun ajakan. Tetapi tuturan imperatif ini dibatasi hanya tuturan yang diujarkan oleh Conan dan Kaitou Kid saja.
5 Muka Positif (Positive Face) Muka positif adalah keinginan semua penutur agar wajah atau citra diri mereka disenangi dan diterima lawan bicara. Muka positif mengacu pada hal kesolidaritasan, pengakuan dari lawan tutur, ketidakformalan dan kesetaraan golongan (Brown dan Levinson, 1987:65) Muka Negatif (Negative Face) Muka negatif adalah keinginan semua penutur agar wajah atau citra diri mereka dihargai dengan diberikan kebebasan dari tekanan atau keharusan melakukan sesuatu. Muka negatif ini mengacu pada kemandirian, kebebasan bertindak, tiada tekanan dari lawan tutur dan adanya penghormatan lawan tutur terhadap kemandiriannya (Brown dan Levinson, 1987:65). 2.3 Kerangka Teori Penelitian ini menggunakan teori strategi dan skala kesantunan dari Brown dan Levinson (1987). Strategi kesantuan digunakan untuk membedah fenomena kebahasaan dalam rumusan masalah yang pertama. Skala kesantunan digunakan untuk membedah fenomena kebahasaan dalam rumusan masalah yang kedua. Fenomena kebahasaan yang dimaksud yaitu tuturan imperatif dan faktor penyebab digunakannya strategi kesantunan tersebut dalam manga Meitantei Konan vs Kaitou Kiddo karya Aoyama Goushou Teori Kesantunan Menurut Brown dan Levinson (1987) dalam bukunya yang berjudul Politeness:Some Universals in Language Usage mengemukakan bahwa terdapat
6 16 lima strategi kesantunan dalam bertutur yakni bertutur terus terang tanpa basa-basi (bald on record), bertutur terus terang dengan basa-basi menggunakan kesantunan positif, bertutur terus terang dengan basa-basi menggunakan kesantunan negatif, bertutur secara tidak terang-terangan atau samar-samar (off record) dan strategi bertutur didalam hati atau diam saja Strategi Langsung Tanpa Basa-Basi Menurut Brown dan Levinson (1987) strategi langsung tanpa basa-basi ini merupakan strategi dalam bertutur dengan melakukan tindakan mengancam muka untuk menyatakan sesuatu dengan jelas. Alasan dipilihnya strategi ini karena penutur ingin melakukan FTA secara maksimum. Alasan lainnya adalah keaadaan saat terjadi pertuturan juga dapat menjadi penyebab dipilihnya strategi ini. Misalkan ketika pertuturan terjadi dalam keadaan yang sangat genting, dalam hal ini keefisienan tuturan sangat diutamakan. Dengan demikian penutur dapat melakukan tuturan dengan mengabaikan muka mitra tuturnya pada saat itu. Strategi ini biasanya digunakan oleh penutur dan mitra tutur yang telah mengenal dengan baik, misalkan antara teman dan antar anggota keluarga. Berikut adalah contoh tuturan langsung tanpa basa-basi. 1). I want some beer Tuturan di atas diutarakan oleh penuturnya secara langsung dalam bentuk keinginan dengan menggunakan kata want yang berarti ingin. Tuturan di atas berpotensi mengancam muka mitra tuturnya, karena penutur tidak mempedulikan muka mitra tuturnya.
7 Strategi Kesantunan Positif Menurut Brown dan Levinson (1987:101) strategi kesantunan positif merupakan strategi melakukan FTA dengan cara penyelamatan muka atau menjaga muka positif mitra tutur. Muka positif yang dimaksud adalah citra diri atau martabat dari mitra tutur yang terkait dengan nilai solidaritas, ketidakformalan, dan keinginan untuk diakui baik oleh orang lain. Dalam melakukan FTA tersebut, penutur memberikan kesan memiliki keinginan yang sama dengan mitra tutur untuk menunjukkan persahabatan dan keakraban diantara mereka. Ada beberapa substrategi untuk melakukan strategi ini salah satunya adalah dengan menggunakan pemarkah identitas bahwa antara penutur dan mitra tutur berasal dari kelompok yang sama dan memiliki keinginan serta pandangan yang sama. Strategi ini digunakan untuk menunjukkan keakraban kepada lawan tutur yang bukan orang dekat penutur, sehingga dapat mempermudah dalam berinteraksi. Strategi ini juga berfungsi untuk pelancaran hubungan sosial dengan orang lain. Berikut adalah contoh tuturan menggunakan strategi kesantunan positif. 2). Let s have a beer Tuturan di atas menyiratkan bahwa petutur dan mitra tutur merupakan satu kelompok yang sama, yaitu sama-sama suka minum. Pada tuturan tersebut terdapat kata let s yang berarti ayo. Kata ini menunjukkan adanya keakraban diantara penutur dan mitra tutur. Sehingga efek kesantunannya dianggap sejajar. Tuturannya terkesan mengajak untuk meminum bir bersama-sama.
8 Strategi Kesantunan Negatif Menurut Brown dan Levinson (1987:129) strategi kesantunan negatif merupakan strategi menyelamatkan muka negatif mitra tutur untuk mempertahankan kebebasan bertindak mitra tutur. Muka negatif yang dimaksud adalah citra diri mitra tutur untuk melakukan tindakan secara bebas tanpa adanya tekanan dari pihak lain. Dalam melakukan strategi ini penutur mengakui dan menghormati muka negatif mitra tuturnya. Dalam penggunaannya juga ada beberapa substrategi yang hendaknya dijadikan acuan oleh penutur diantaranya dengan menggunakan ungkapan yang tidak langsung atau memerintah dengan menggunakan kalimat tanya. Hal ini bertujuan untuk menghindari ancaman terhadap muka mitra tutur, selain itu penutur juga dapat menggunakan kata hormat seperti permintaan maaf dan ucapan terima kasih. Berikut adalah contoh tuturan menggunakan strategi kesantunan negatif : 3). Whould it be possible for me to have a beer? Tuturan di atas menggunakan strategi kesantunan negatif, hal ini terlihat dalam tuturan kesatunan diungkapkan dengan penggunaan pagar yaitu berupa kata would it yang berarti apakah. Dalam tuturan tersebut kesantunan diungkapkan dengan menggunakan kalimat tanya serta penggunaan kata possible yang menunjukkan penutur memberikan pilihan kepada mitra tutur Strategi Kesantunan Tidak Langsung Menurut Brown dan Levinson (1987:211) strategi kesantunan tidak langsung merupakan strategi penggunaan FTA secara tidak langsung dengan
9 19 membiarkan mitra tutur memutuskan atau menafsirkan maksud dari tuturan penutur. Strategi kesantunan ini biasanya disampaikan dengan menggunakan isyarat, metafora dan mengatakan secara tidak jelas apa yang dimaksud. Strategi ini digunakan jika penutur ingin melakukan tindakan mengancam muka namun tidak ingin bertanggung jawab atas tindakan tersebut. Berikut contoh tuturan yang menggunakan strategi kesantunan tidak langsung. 4). It s so hot. It makes you really thirsty Tuturan di atas menggunakan kesantunan tidak langsung terlihat pada isyarat yang dikirimkan penutur sangat kuat yaitu dengan penggunaan kata thirsty yang bisa diasosiasikan keinginan meminum sesuatu oleh mitra tutur Strategi Kesantunan Bertutur Dalam Hati Menurut Brown dan Levinson (1987:227) strategi kesantunan ini adalah strategi kesantunan yang tidak mengancam muka mitra tutur atau strategi tanpa melakukan FTA. Strategi ini direalisasikan dengan diam atau tidak melakukan tuturan Skala Kesantunan Menurut Brown dan Levinson (1987:76) ada tiga faktor sosial yang menyebabkan digunakannya strategi kesantunan yaitu kekuasaan, jarak sosial dan tingkat pembebanan. Ketiga faktor tesebut disebut sebagai skala kesantunan yang dipaparkan sebagai berikut.
10 Kekuasaan (Power) Merupakan pernyataan hubungan yang menyatakan seberapa besar seseorang dapat memaksa orang lain tanpa kehilangan muka (rasa malu). Kehilangan muka yang dimaksud disini adalah kehilangan muka positif maupun muka negatif (Brown dan Levinson, 1987:76). Kekuasaan disini merupakan kedudukan asimetrik antara penutur dan lawan tutur. Misalnya, di dalam kelas saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, dosen memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa. Jadi pertuturan yang terjadi disini tidak akan menyebabkan muka seseorang terancam Jarak Sosial (Social Distance) Merupakan ukuran kontak sosial antara penutur dan mitra tutur. Kontak sosial yang dimaksud disini adalah hubungan antara penutur dengan mitra tutur sesuai konteks. Antara penutur dan mitra tutur mengenal satu sama lain (Brown dan Levinson, 1987:77). Selain itu parameter perbedaan umur, jenis kelamin dan latar belakang sosial budaya juga menentukan kesantunan seseorang. Semakin tinggi umur seseorang maka akan semakin santun tingkat pertuturannya. Sebaliknya orang yang masih muda cenderung tingkat kesantunan tuturannya semakin rendah. Orang yang berjenis kelamin perempuan juga cenderung lebih santun dibandingkan dengan orang yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan menyukai sesuatu yang bernilai seni dan kelembutan dikehidupannya sehari-hari. Latar belakang sosial budaya juga memiliki peranan penting dalam menentukan tingkat kesantunan seseorang. Orang yang
11 21 berpendidikan tinggi akan memiliki tingkat kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan rendah Tingkat Pembebanan (Degree of Imposition) Tingkat pembebanan merupakan status relatif jenis tuturan yang tidak terlalu mengancam muka. Yang dimaksud disini adalah tuturan yang dilakukan kemungkinan adanya pengancaman terhadap muka mitra tutur sedikit (Brown dan Levinson, 1987:77). Status relatif ini juga berlaku untuk penutur dan petutur. Sebagai contoh misalnya ketika seorang ibu ingin meminta tolong kepada tetangganya untuk menjaga anaknya akan menggunakan kesantunan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan seorang ibu yang meminta tolong kepada tetangganya untuk memberi tahu waktu arisan dimulai.
BAB I PENDAHULUAN. hubungan baik dengan mitra tutur saat melakukan tuturan. Maka pada saat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan merupakan realisasi budaya yang tercermin dalam berbagai bentuk ungkapan yang berfungsi sebagai pralambang sistem budaya dan sistem sosial. Pada dasarnya dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana
Lebih terperinciSTRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN
STRATEGI KESANTUNAN PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN Sri Mulatsih Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT Kesantunan berbahasa merujuk pada keaadaan yang menunjukkan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Masyarakat tutur merupakan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian ini
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, peneliti melakukan pembatasan masalah dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU
REALISASI KESANTUNAN PRAGMATIK IMPERATIF KUNJANA RAHARDI DALAM RUBRIK SURAT PEMBACA PADA MAJALAHCAHAYAQU Netty Nurdiyani Politeknik Negeri Semarang nettynurdiyani@ymail.com Abstrak Surat pembaca merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya
Lebih terperinciBentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep
Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciSTRATEGI KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM MANGA MEITANTEI KONAN VS KAITOU KIDDO KARYA AOYAMA GOUSHOU
SKRIPSI STRATEGI KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM MANGA MEITANTEI KONAN VS KAITOU KIDDO KARYA AOYAMA GOUSHOU OLEH NI NENGAH SRI WAHYUNI 1201705029 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan memberikan informasi kepada sesama. Dalam hal ini, keberadaan bahasa diperlukan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki
Lebih terperinciTINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV
TINDAK TUTUR EKSPRESIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DALAM DIALOG BERITA BEDAH EDITORIAL MEDIA INDONESIA DI METRO TV SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu 1) realisasi tindak tutur petugas penerangan dengan masyarakat di kelurahan, 2) alas
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA
TINDAK TUTUR DAN STRATEGI KESANTUNAN DALAM KOMENTAR D ACADEMY ASIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang paling utama bagi manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, semua aspek kehidupan di dunia baik itu dalam dunia ekonomi, politik, sosial budaya dan teknologi, menyadarkan bahwa komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS. DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik)
TINDAK TUTUR DIREKTIF DAN STRATEGI KESANTUNAN BERBAHASA DAI PADA WACANA DAKWAH DIALOGIS DI TELEVISI (Suatu Pendekatan Pragmatik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI TK NUSA INDAH BANUARAN PADANG Oleh: Winda Elmita 1, Ermanto 2, Ellya Ratna 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
324 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini berjudul Strategi Tindak Tutur Direktif Guru dan Respons Warna Afektif Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Kajian pragmatik dan implikasinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Levinson (1987: 60) disebut dengan FTA (Face Threatening Act). Menurut Yule
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia dikenal adanya bahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama kehidupan bermasyarakat yang menuntut manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu berinterasi dengan orang lain. Dalam melakukan interaksi manusia harus menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Lebih terperinciTINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM
TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL SYAIR MUNAJAT CINTA KARYA NOVIA SYAHIDAH ARTIKEL ILMIAH YULIANA PUTRI NPM 11080016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, manusia akan melakukan sebuah komunikasi. Saat berkomunikasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita semua menerima pendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari hubungan satu sama lain. Ketika berinteraksi dengan orang lain, manusia
Lebih terperinciKESANTUNAN IMPERATIF BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII
Muhammad Saleh, Baharman / Kesantunan Imperatif Buku Teks Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Pertama Kelas VII 562 KESANTUNAN IMPERATIF BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VII 1 Muhammad
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah
BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Pengantar Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah didapatkan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dan disarankan untuk penelitian selanjutnya.
Lebih terperinciJENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA. Woro Retnaningsih IAIN Surakarta
JENIS TINDAK TUTUR GURU DAN RESPON SISWA DALAM KBM DI SMPN SURAKARTA Woro Retnaningsih IAIN Surakarta woro_solo@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tindak tutur jenis apa saja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai makhluk individual
Lebih terperinciKRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL
KRITIK DALAM MASYARAKAT JAWA: SEBUAH KAJIAN PEMBERDAYAAN FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA KONTROL SOSIAL Edy Jauhari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga, Surabaya Mahasiswa Pascasarjana UNS Surakarta
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto, ditemukan tuturan yang menaati maksim-maksim kesantunan bertutur yang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini. bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini mengkaji realisasi dan strategi penolakan siswa terhadap permintaan guru dalam interaksi di kelas. Temuan serta pembahasan penelitian yang telah dikemukakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi sehari-hari yang digunakan oleh manusia. Dengan bahasa seseorang juga dapat menyampaikan pikiran dan perasaan secara tepat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA
UPAYA PENINGKATAN KESADARAN PEDAGANG KAKI LIMA DI SEPANJANG PANTAI PADANG DALAM HAL KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK KEMAJUAN PARAWISATA Gusdi Sastra dan Alex Dermawan Fak. Sastra Universitas Andalas Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.
Lebih terperinciTINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG
25 TINDAK TUTUR IMPERATIF DALAM BAHASA SIDANG Charlina dkk.* Dosen FKIP Universitas Riau Pekanbaru Abstrak: Penelitian ini menganalisis Tindak Tutur Imperatif dalam Bahasa Sidang. Aspek yang dianalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena berbahasa mencakup komprehensi maupun produksi maka sebenarnya anak sudah mulai berbahasa sebelum
Lebih terperinciKESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA
KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH NELLY S SITOHANG NIM 060701040 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk berkomunikasi dengan bahasa asing khususnya bahasa, kemampuan untuk memilih jenis ungkapan yang tepat sangat penting. Dalam bahasa, ungkapan disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan
Lebih terperinciDIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY
1 DIRECTIVE SPEECH ACT OF POLITENESS STRATEGY OF PARTICIPANS ON THE MEETHING OF BEM FKIP RIAU UNIVERSITY Eli Mandari 1, Charlina 2, M.Nur Mustafa 3 fidearly@gmail.com. No. HP. 085263570873 charlinahadi@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pragmatik sebenarnya adalah ilmu yang memperhatikan pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya menguasai dari segi kata atau kalimatnya saja.
Lebih terperinciPRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER ABSTRAK
PRINSIP KERJA SAMA, IMPLIKATUR PERCAKAPAN, DAN KESANTUNAN ANTARA GURU DAN SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SEKOLAH MASTER oleh Erha Aprili Ramadhoni, Totok Suhardiyanto Program Studi Indonesia,
Lebih terperinciKESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN
KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. yang dapat mengancam muka orang lain, maka penting sekali bagi pengiklan
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pesan persuasif dalam wacana iklan merupakan salah satu bentuk dari tindak tutur direktif atau impositif yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain untuk membeli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini media sosial twitter banyak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk memperoleh informasi maupun untuk berkomunikasi. Pengguna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK
KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut. 1. Jenis tindak tutur dalam iklan kampanye
Lebih terperinciREALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI
REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat memberikan contoh dalam memahami kalimat perintah. Kalimat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai
Lebih terperinciBAB 3 METODELOGI PENELITIAN. dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif,
BAB 3 METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang sesuai dengan tujuan dan sifat masalahnya, maka penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut
Lebih terperinciSTRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARA CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH JAWA BARAT TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji strategi komunikasi politik calon gubernur dan wakil gubernur Jabar periode 2013-2018 yang direalisasikan dengan tindak tutur dan kesantunannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Mardalis (2010, hlm. 24) adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Di dalam penelitian bahasa umumnya harus dipertimbangkan
Lebih terperinciANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat S-1
ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA NOVEL PERAHU KERTAS KARYA DEWI LESTARI ARTIKEL PUBLIKASI Guna Mencapai Derajat S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh: ERNI FITRIANA A. 310090015
Lebih terperinciTabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV
digilib.uns.ac.id Tabel 1 Tindak Tutur Mengkritik dalam Acara Sentilan Sentilun di Metro TV No. Jenis Tindak Tutur Nomor Data Jumlah data Mengkritik A. Mengkritik Langsung 1. Penilaian Negatif 01, 02,
Lebih terperincidiperoleh mempunyai dialek masing-masing yang dapat membedakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sosial kemasyarakatan, santun berbahasa sangat penting peranannya dalam berkomunikasi. Tindak tutur kesantunan berbahasa harus dilakukan oleh semua pihak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa
Lebih terperinciKESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA
Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 13 KESANTUNAN BERBAHASA DALAM INTERAKSI INSTRUKSIONAL GURU SD DI SURABAYA ABSTRAK Agung Pramujiono Nunung Nurjati pram4014@yahoo.com nunung.nurjati@gmail.com Universitas
Lebih terperinciREALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN
REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan untuk menyampaikan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan untuk menyampaikan sebuah maksud agar sesuatu yang diiginkankan terjadi, tapi penyampaian maksud penutur tersebut kadang pula
Lebih terperinciBENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin mampu memenuhi segala
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai makhluk sosial manusia tidak mungkin mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri. Di sinilah diperlukan interaksi antarmanusia. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
BAB I PENDAHULUAN Di dalam pendahuluan ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan beberapa definisi kata kunci
Lebih terperinciJurnal Penelitian Program Pascasarjana
PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR MEMERINTAH SISWA SMP NEGERI 13 KERINCI ARTIKEL SUDARLI IDRIS NPM.12100118512011 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS BUNG HATTA 2015 1 PERSEPSI STRATEGI KESANTUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa. ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai hal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari Bahasa Asing memerlukan usaha yang cukup serius, karena terdapat perbedaan yang signifikan dengan bahasa ibu pembelajar yang didasari oleh berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang informasi yang dituturkan oleh komunikator memiliki maksud terselubung. Oleh karena itu, setiap manusia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen
64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan metode penelitian, teknik serta instrumen penelitian, data dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. 3.1 Metode Penelitian Untuk
Lebih terperinciRealisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa
REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA
ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia. Manusia berbahasa setiap hari untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah suatu kebutuhan, artinya berbahasa merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi sosial atau alat komunikasi manusia. Dalam berkomunikasi, manusia saling menyampaikan informasi berupa pikiran, gagasan, maksud, perasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang. Pendefinisian kalimat, baik segi struktur, fungsi, maupun maknanya banyak ditemukan dalam buku-buku tata
Lebih terperinciABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,
ABSTRACT: KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF MAHASISWA KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU ANGKATAN 2007 Oleh: Rika Ningsih This research
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, hal tersebut kiranya tidak perlu diragukan lagi. Bahasa tidak hanya dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan sosial dalam masyarakat. Kesantunan berbahasa sendiri merupakan pengungkapan gagasan, ide atau pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan seseorang. Oleh karena
Lebih terperinciKESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA
KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh EKANA FAUJI A 310 080 133 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 UNIVERSITASS
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya
Lebih terperinciTHE ANALYSIS OF STRATEGY OF POLITENESS IN MANGA DETECTIVE CONAN 81 st EDITION
THE ANALYSIS OF STRATEGY OF POLITENESS IN MANGA DETECTIVE CONAN 81 st EDITION Hardianti Ningsih Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia hardianti.bee@gmail.com ABSTRACT The study
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif dengan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan secara berturut-turut tentang desain penelitian, sumber data dan data penelitian, teknik pengumpula data, dan prosedur dan teknik analisis data. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,
Lebih terperinciKALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI
KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa
Lebih terperinci