KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL. (Skripsi) Oleh MOHAMAD HAEKHAL MAHESSA KADRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL. (Skripsi) Oleh MOHAMAD HAEKHAL MAHESSA KADRI"

Transkripsi

1 KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL (Skripsi) Oleh MOHAMAD HAEKHAL MAHESSA KADRI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

2 ABSTRAK KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN PERILAKU MERPATI TINGGI LOKAL JANTAN DAN BETINA Oleh Mohamad Haekhal Mahessa Kadri Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi karakteristik kualitatif merpati tinggi (warna bulu, bentuk kepala, bentuk ekor, bentuk badan, bentuk mata, bentuk sayap, bentuk paruh dan bentuk kaki pada merpati tinggi lokal jantan dan betina); 2) mengidentifikasi perilaku bergerak merpati tinggi (terbang, menggelantung, berjalan, berkelahi), dan perilaku kawin (pejantan mendekati betina, menelisik, dan bercumbu). Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2015 di Jalan Rawa Subur no 49, Enggal Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan eksploratif deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap karakteristik merpati dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal jantan dan betina bervariasi: bentuk kepala (tipe bulat, tipe jenong, dan tipe perkutut), bentuk paruh (tipe rambon dan tipe lancip), bentuk tubuh (tipe jantung pisang dan tipe bola), bentuk bulu ( renggang dan pendek) dan frekuensi dan waktu relatif bergerak yang paling tinggi pada merpati tinggi lokal adalah terbang, sedangkan perilaku kawin adalah menyelisik. Kata kunci: Karakteristik, perilaku, merpati tinggi lokal jantan dan betina

3 KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL Oleh Mohamad Haekhal Mahessa Kadri Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN Pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015

4

5

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, pada 26 April 1993 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. Herman Kadri Rusdi, SE. dan Ibu Raden Erria Mariyani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Bandar Lampung pada 2005, sekolah menengah pertama di SMP Kartika II 2 Bandar Lampung pada 2008, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN tertulis. Selama masa studi, penulis pernah tergabung dalam organisasi kampus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian periode Penulis tergabung sebagai Ikatan Muli Mekhanai Provinsi Lampung priode , Ikatan Muli Mekhanai Tulang Bawang dan tergabung dalam Ikatan Muli Mekhanai Lampung Utara serta penulis tergabung dalam Penyanyi Profesional Lampung priode

7 Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-nya segala sesuatu (Q.S. Al Ikhlas ayat 2) Bukan hidup yang semakin sulit, tetapi kita manusialah yang semakin lemah menghadapi hidup. Berbaiksangka akan lebih baik (Mohamad Haekhal Mahessa Kadri) Jangan tanyakan apa yang diberikan negara kepadamu, tetapi tanyakanalah apa yang telah kamu berikan ke negaramu (Ir. Soekarno) Tiada hasil yang menghianati usaha (Moh. Haekhal Mahessa Kadri)

8 Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt Saya persembahkan mahakarya yang sederhana ini sebagai bentuk bakti dan terimakasih kepada: Kedua orangtuaku tercinta, Kakak Anggi, Alif, Chika, keluarga besar Rusdi Hasan dan Raden Erria Manaf untuk segala doa, dukungan, cinta, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini yang mengiringi langkah kakiku dalam menelusuri hidup Sahabat, teman, dan orang-orang yang senantiasa memberikan motivasi selama pembelajaran sampai akhir masa studi Serta... Almamater tercinta yang saya cintai dan banggakan serta turut dalam pembentukan pribadi saya menjadi lebih dewasa dalam berpikir, berucap, dan bertindak

9 SANWACANA Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Karakteristik Merpati Tinggi Lokal Jantan dan Betina. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dian Septinova, S.Pt. M.T.A. --selaku Dosen Pembimbing Utama yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman; 2. Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S --selaku Dosen Pembibing Anggota yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pembelajaran; 3. Ibu Dr. Ir. Riyanti --selaku Dosen Penguji yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman; 4. Bapak Dima Iqbal Hamdani selaku Dosen Pembimbing Akademik--yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan; 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian-yang telah memberikan izin; 6. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. selaku Ketua Jurusan Peternakan yang telah memberikan motivasi dan dukungan; 7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pembelajaran dan pemahaman yang berharga;

10 8. Ayah, Mama, Kakak Anggi, Adek Alip, Adek Chika, Mbah Eni, Mbah Anaf, Om Edi, Om Arim, Tante Eva, Tante Iin, Binga, Bunga, Tanika, Mikhail, Bintang beserta keluarga besarku Rusdi Hasan dan Raden Erria Manaf atas segala limpahan kasih sayang, nasehat, motivasi, dan doa yang tiada henti hentinya selalu tercurah bagi penulis. 9. Fery Efata Zebua, selaku sahabat seperjuangan dalam penelitian ini yang tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan lawan bertukar pikiran yang luar biasa; 10. Sahabat terkasih; Lana Asfaradilla, Vikky Zulyzar, Rendra Dio Rahmanda, Doni Hidayat, Indri E Lutfia, Siti Ecca Rizky, Mika, Aji Adzmi, Dewi Mezzo, Serli Silvia, Rendi Koyim, Rizky aa, Afierda Ginna, Dian Pertiwi, Agung Prasatio, Dona Arian, Irfan, Vino, Rama, Juanda, Rachman Axcerefi, Aji, Putu, Edwin, Dimas, Fauzan, Atika Zahra, Lisa, Dina, Linda, Septia, Restu, Okta, Imah, Angkatan 2011 dan teman teman KKN Terimakasih berkat dorongan kalian dan doa doa yang telah kita panjatkan bersama; 11. Seluruh pihak yang ikut terlibat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Bandar Lampung, 2015 Mohamad Haekhal Mahessa Kadri

11 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah... 1 B. Tujuan Penelitian... 4 C. Kegunaan Penelitian... 5 D. Kerangka Pemikiran... 5 E. Hipotesis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Merpati B. Karakteristik Kualitatif Merpati Tinggi Lokal C. Indikator Perbedaan Karakteristik Merpati Tinggi Lokal D. Perilaku Merpati Tinggi Lokal III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian... 31

12 ii B. Bahan Penelitian C. Alat Penelitian D. Metode Penelitian E. Peubah yang Diamati 1. Karakteristik Kualitatif Perilaku Merpati F. Analisis Data G. Pelaksanaan Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik merpati tinggi lokal B. Karakteristik perilaku V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Karakteristik bentuk kepala merpati tinggi jantan dan betina Karakteristik warna mata merpati tinggi jantan dan betina Karakteristik bentuk paruh merpati tinggi jantan dan betina Karakteristik bentuk tubuh merpati tinggi jantan dan betina Karakteristik bentuk bulu sayap merpati tinggi jantan dan betina Karakteristik warna bulu pada merapti tinggi jantan dan betina Total frekuensi dan waktu bergerak merpati Perilaku bergerak merpati tinggi lokal jantan dan betina Perilaku kawin merpati tinggi lokal Waktu relative perilaku kawin merpati jantan dan betina Tabel pencatatan suhu harian... 68

14 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Merpati kepala jenong Merpati kepala kotak Merpati kepala perkutut Merpati kepala bulat Merpati mata hitam Merpati mata kuning Merpati mata merah Merpati mata putih Merpati mata hijau Merpati mata selewah Paruh jenis rambon Paruh jenis trypes Paruh jenis runcing Bentuk sayap merpati tinggi lokal Bentuk dada O Bentuk dada V Bentuk ekor merpati tinggi lokal Warna bulu teritis... 24

15 19. Warna bulu gambir Warna bulu perumpung Warna bulu megan Warna bulu blorok Warna bulu belantong Warna bulu lampik Warna bulu comres Merpati tinggi lokal betina Merpati tinggi lokal jantan Percumbuan merpati jantan dan betina lokal Tingkah laku merpati minum Tinggah laku merpati makan... 31

16 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu jenis burung yang sudah lama dipelihara dan dibudidayakan oleh para penggemar burung. Burung merpati adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah terbang di udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi dengan baik serta burung merpati mampu terbang hingga sekitar km/jam dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km (Pigeon, 2002). Merpati tinggi banyak diminati karena lebih popular dibandingkan dengan merpati balap. Keadaan ini juga menujukkan merpati tinggi lebih cerdas dibandingkan dengan merpati balap. Merpati tinggi mampu terbang mencapai 150 meter di atas permukaan tanah berbeda dengan merpati balap yang hanya mampu terbang mencapai 5 meter di atas permukaan tanah. Nilai ekonomi merpati balap lebih rendah dibandingkan dengan merpati tinggi lokal sehingga merpati tinggi lokal saat ini lebih berkembang dibandingkan merpati balap lokal.

17 2 Burung merpati merupakan tipe burung yang mudah dirawat dan untuk mendapatkan bibitnya sangatlah mudah untuk ditemui karena merpati banyak dijual di pasar burung di Indonesia. Namun, untuk membudidayakan burung merpati, diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dan perilaku pejantan dan indukan supaya menghasilkan keturunan unggul (Pigeon, 2002). Memilih karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal tidaklah mudah, hal ini Diperlukan pemahaman mengenai indicator karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal yang unggul. Pemilihan karakteristik merpati tinggi lokal dapat meliputi bentuk dan warna mata, bentuk kepala, bentuk sayap, warna bulu, dan bentuk tubuh, sedangkan perilaku merpati meliputi perilaku kawin dan bergerak. Menurut hasil pengamatan yang telah penulis pelajari, bentuk mata merpati tinggi lokal yang baik adalah berbentuk oval dengan iris mata yang berwara putih dan warna mata merah terang, karena mata berwarna merah terang memiliki tahan cuaca panas sehingga memiliki kemungkinan resiko hilang yang kecil. Oleh sebab itu, pecinta merpati tinggi lebih banyak yang memilih merpati tinggi dengan iris yang berwarna putih dan mata berwarna merah terang. Pengetahuan mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku (kawin dan bergerak) merpati tinggi lokal sangatlah penting, namun sampai saat ini informasi mengenai karakteristik dan perilaku (kawin dan bergerak) merpati tinggi masih sangat terbatas. Dalam hal ini pentingnya mengetahui tentang karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal sebagai suatu landasan dalam menetukan karakteristik dan perilaku

18 3 merpati tinggi lokal. Beragamnya karakteristik dan perilaku pada merpati perlu diketahui karena dengan ini dapat menentukan merpati tinggi lokal yang unggul untuk pemeliharaan (Sutejo, 1998). Karakteristik kualitatif pada merpati tinggi lokal berbagai macam meliputi bentuk tubuh, mata, paruh, sayap, dan warna bulu yang beragam, sedangkan perilaku merpati tinggi lokal meliputi perilaku kawin dan bergerak. Di Bandar Lampung tingkat kegemaran pada merpati tinggi cukup beragam, namun masih banyak yang belum mengetahui pemahaman mengenai karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku mengenai merpati tinggi lokal sebagai ilmu baru. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. mengidentifikasi tentang karakteristik kualitatif merparti tinggi lokal (bentuk kepala, warna mata, bentuk paruh, bentuk tubuh, bentuk sayap) jantan dan betina. 2. mengidentifikasi perilaku bergerak merpati tinggi (terbang, menggelantung, berjalan), dan perilaku kawin (pejantan mendekati betina, menelisik, dan bercumbu).

19 4 C. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku merpati tinggi lokal sehingga dapat dijadikan landasan ilmu pengetahuan baru di bidang peternakan dan sebagai dasar pengembangan budidaya merpati tinggi lokal. D. Kerangka Pemikiran Merpati lokal adalah merpati yang telah dibudidayakan sejak dulu yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, sport, lomba, pertunjukan, dan bahkan untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Merpati lokal berbeda dengan merpati import yang biasanya lebih mengutamakan keindahan dan keunikan (Salis, 2002). Pengembangan merpati lokal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah karakteristik fenotip. Sifat fenotip adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organism yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya (Warwidi, 1990). Sifat fenotip dibedakan atas sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang dapat ditentukan dengan cara melihat tanpa perlu adanya pengukuran sedangkan sifat kuantitatfif adalah sifat yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bentuk satuan.

20 5 Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal dapat dibedakan dengan melihat dari warna bulu, warna paruh, warna iris, warna kulit, bentuk kepala, bentuk paruh, dan bentuk dada (Pigeon, 2002). Pentingnya mengetahui merpati jantan dan betina lokal karena pada merpati tinggi jantan lokal akan diterbangkan dengan jarak berkilo kilo meter untuk dipergunakan sebagai nilai seni yang nantinya akan kembali atau pulang ke rumah asalnya maupun kandangnya sedangkan merpati betina hanya menunggu merpati jantan untuk kembali kerumah atau kandangnya tanpa di lepaskan atau di terbangkan (Hatmono, 2001). Merpati merupakan kelompok aves yang memiliki dua aspek penting didalamnya yang meliputi karakteristik dan perilaku (Pigion, 2002). Untuk mengetahui merpati jantan dan merpati betina tinggi lokal dapat dilihat dari aspek karakteristik kualitatif meliputi bentuk kepala, warna bulu, bentuk tubuh, bentuk sayap, bentuk ekor, bentuk paruh dan warna iris, sedangkan untuk membedakan merpati jantan dan merpati betina tinggi lokal dapat dilihat dari aspek perilaku meliputi perilaku bergerak dan perilaku kawin. Karakteristik merpati tinggi jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup jelas dapat diketahui melalui permukaan kepala, tulang kaki, leher dan jari kaki. Pada merpati tinggi jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat, lehernya besar dan cenderung kaku, serta jari kakinya panjang. Adapun pada burung merpati tinggi betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya terlihat kecil dan lemas serta jari kakinya cendrung pendek (Mulyana, 2005).

21 6 Merpati jantan dan betina lokal dapat dibedakan pula dari aspek perilaku. Perilaku adalah semua gerakan atau perubahan gerak, termasuk perubahan dari bergerak ketidak bergerak (Tanudimadja, 1978). Merpati merupakam satwa yang paling aktif terutama pada lingkungan yang baru, dimana sering terlihat melakukan aktivitas bergerak dengan cara memanjat, lompat, berjalan, terbang, dan berkelahi. Oleh karena itu, aktivitas tersebut menjadi parameter dalam pengamatan perilaku pada merpati tinggi lokal. Merpati analog dengan burung bayan dan burung lovebird, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap karakteristik dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal yang meliputi: - bentuk kepala -warna iris -bentuk sayap dan -bentuk paruh Yonathan (2003) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran kepala merpati dapat memengaruhi kemampuan terbang. Kepala yang besar menyebabkan kemampuan terbang merpati menjadi lamban. Kepala merpati yang baik memiliki ukuran yang provesional dengan bentuk tubuh dan leher. Menurut Sutejo (1998), terdapat kesamaan pada bentuk kepala merpati betina lokal dengan bentuk kepala burung bayan yaitu ukuran kepala betina yang lebih pipih kedalam sedangkan untuk pejantan ukuran kepala lebih condong keluar.

22 7 Warna iris merpati jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat ukuran pupil, merpati jantan dapat membesar sedangkan merpati betina tidak dapat membesar hal ini sama terjadi terhadap burung lovebird ras hijau (Elien,2001). Bentuk sayap pada merpati terdapat 10 lembar bulu utama hal ini sama dengan semua jenis unggas aves lainnya, namun dapat dibedakan dalam memilih pejantan dan betina. Merpati betina memiliki ukuran sayap yang lebih pendek dan tipis sedangkan merpati jantan memiliki ukuran sayap yang lebih tebal dan panjang (Yonathan, 2003). Bentuk paruh pada merpati tinggi merupakan jenis paruh bengkok yang notabene sama dengan jenis burung lovebird namun terdapat perbedaan ukuran, pada burung merpati paruh pada merpati betina lebih pedek dan tumpul sedangkan paruh merpati jantan lebih panjang dan runcing hal ini sama terjadi dalam membedakan bentuk paruh jantan dan betina pada burung lovebird (Yahya, 2004). Perbedaan perilaku merpati jantan dan betina hampir sama dengan jenis aves lainnya, pada perilaku bergerak merpati jantan lebih dominan terbang dibandingkan berjalan sedangkan pada merpati betina lebih sering diam dikandang dan berjalan hal ini serupa dengan burung bayan, sedangkan untuk perilaku kawin merpati jantan selalu berada di posisi atas ketika melakukan perkawinan sedangkan merpati betina berada dibawah hal ini sama terjadi dengan semua jenis burung (Yonathan, 2003).

23 8 E. Hipotesis Terdapat perbedaan karakteristik dan perilaku merpati tinggi jantan dan merpati tinggi betina.

24 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung merpati Merpati adalah burung yang banyak digemari baik kalangan muda maupun tua di seluruh dunia. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah terbang tinggi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama (Soeseno, 2003). Grizmek (1972) menyatakan bahwa merpati dapat dijumpai di seluruh bagian bumi, kecuali bagian kutub. Hal ini ditunjukan dengan ditemukan fosil fosil burung merpati di benua Eropa dan Amerika. Menurut Tyne dan Berger (1976), merpati terdapat di seluruh bagian bumi kecuali di benua Amerika bagian Utara dan Selatan serta beberapa kepulauan Oceanian. Pigeon (2002) mengatakan bahwa merpati berasal dari Asia beberapa juta tahun lalu. Di Indonesia, rata-rata merpati adalah hasil perkawinan silang antara ras Yansson (hidung besar) dan Delbar (jambul) dari Belgia dengan ras unggulan lainnya. Seekor merpati betina umumnya bertelur sebanyak dua butir.

25 10 Telur tersebut dierami oleh merpati jantan dan betina secara bergantian. Anak burung merpati dapat terbang dalam jarak yang dekat pada usia 60 hari. Untuk menjadi merpati unggulan, merpati terlebih dahulu harus dilatih oleh pelatih khusus. Pelatihan baru dapat dilakukan untuk merpati yang berusia tujuh bulan (Rasyaf, 1982). A. Karakteristik Kualitatif Merpati Tinggi Lokal Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal adalah suatu ukuran ciri khas dari merpati tinggi lokal yang menyangkut perbedaan dari bentuk tubuh, warna bulu, bentuk kepala, bentuk paruh, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk leher, bentuk sayap, bentuk ekor, yang mencakup nilai ekstrinsik keseluruhan dari merpati tinggi lokal (Yahya, 2004). 1. Bentuk kepala Burung merpati tinggi lokal memiliki bentuk kepala besar dengan batok kepala yang lebih tinggi dari pada batok kepala belakang yang memiliki derajat kemiringan antara pangkal hidung dengan atas batok kepala sebesar derajat (Sutejo, 1989). Menurut Sutejo (1989), merpati tinggi lokal mampu memiliki derajat kemiringan hingga 90 derajat, namun bentuk kepala seperti ini jarang dimiliki oleh pecinta merpati tinggi lokal karena kontrol merpati tinggi lokal kurang baik saat akan melalukan pendaratan dari ketinggian di atas permukaan udara. Merpati lokal yang memiliki kemiringan bentuk kepala drajat dapat mendarat dengan baik saat merpati akan turun dari ketinggian, selain itu merpati dengan bentuk

26 11 kepala seperti ini mempunyai tingkat kecerdasan untuk mengingat yang lebih baik (Grizmek, 1972). Menurut Yonatan (2003), terdapat jenis jenis bentuk kepala merpati tinggi lokal diantaranya : a. bentuk kepala jenong ; b. bentuk kepala perkutut ; c. bentuk kepala kotak ; d. bentuk kepala bulat. Gambar 1. Merpati kepala jenong Gambar 2. Merpati kepala perkutut Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Gambar 3. Merpati kepala kotak Gambar 4. Merpati kepala bulat Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

27 12 Terdapat perbedaan karakteristik bentuk kepala pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin sedangkan merpati tinggi betina permukaan kepalanya terlihat rata dan halus (Tanudimandja, 1978). 2. Warna iris mata Mata adalah senjata utama bagi merpati tinggi lokal untuk menentukan penglihatan jarak jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan merpati sangat di pengaruhi oleh warna iris mata yang nantinya akan memengaruhi pada kecepatan terbang (Noor, 2000). Iris adalah diafragma muscular yang terletak di depan lensa yang berfungsi mengontrol jumlah cahaya yang masuk mata (Wikipedia, 2013). Pupil terletak di tengah iris mata yang terbuka dan berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya kedalam rongga mata. Bentuk pupil yang sempurrna akan memengaruhi kemampuan pupil membesar dan mengecil untuk mengukur jarak dan melihat tujuan dari pendaratan terbang merpati tinggi (Sutejo, 1998). Menurut Sutejo (1998), burung merpati tinggi lokal memiliki berbagai macam warna mata diantaranya berwarna merah, berwarna kuning berpaduan dengan oren, berwarna putih berpaduan dengan merah, berwarna hitam, berwarna hijau berpaduan dengan merah dan berwarna selewah (mata kiri dan mata kanan berbeda warna). Burung merpati tinggi lokal mempunyai cincin lingkar mata yang menempel pada kedua bola mata dengan warna kehijauan (Rasyaf, 1982).

28 13 Gambar 5. Merpati iris mata hitam Gambar 6. Merpati iris mata kuning Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Gambar 7. Merpati iris mata merah Gambar 8. Merpati iris mata putih Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

29 14 Gambar 9. Merpati iris mata hijau Gambar 10. Merpati iris mata selewah Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, Bentuk paruh Berbagai bentuk paruh merpati tinggi lokal mempunyai kelebihan dan kelemahan, Noor (1991) menyatakan paruh berperan untuk menentukan jalan pulang merpati. Menurut Yonathan (2003), ada beberapa macam jenis paruh pada merpati yaitu sebagai berikut : a. Paruh rambon Paruh merpati tinggi yang berukuran besar, panjang, dan menggembung. Paruh tersebut dapat dikatakan paruh jenis rambon (turunan dari merpati pos), paruh yang berbentuk seperti ini mempunyai warna kapur pekat dan pangkal paruh bagian bawah menjorok kebagian belakang. b. Paruh trypes Paruh merpati tinggi yang berukuran besar dan pendek. Paruh tersebut dapat dikatakan paruh jenis trypes, hidung merpati jenis ini memiliki warna kapur yang

30 15 pekat akan tetapi terlihat garis garis samar sejajar berwarna kemerah merahan diseluruh bagian hidungnya, dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang. c. Paruh runcing Paruh merpati tinggi yang berukuran kecil, runcing dan lancip. Paruh tersebut dapat dikatakan sebagai jenis paruh runcing, paruh berbentuk ini bila mempunyai warna kapur pekat dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang. Apabila pada pangkal hidung berbentuk lurus, burung merpati ini hanya dapat melewati jarak terbang yang pendek. Dari ketiga jenis jenis paruh merpati tinggi lokal dapat dikatakan bahwa paruh yang berukuran kecil, runcing dan lancip merupakan jenis paruh unggulan yang baik. Gambar 11. Paruh jenis rambon Gambar 12. Paruh jenis trypes Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

31 16 Gambar 13. Paruh jenis runcing Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Terdapat perbedaan karakteristik bentuk paruh pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan paruh lebih terlihat kering dan lancip sedangkan paruh pada merpati tinggi betina lebih tipis dan panjang serta ujung paruh lebih melengkung kebawah (Sutejo, 1998). 4. Bentuk sayap merpati tinggi lokal Sayap merupakan sarana gerak untuk merpati terbang (Sutejo, 1989). Menurut Elien (2001), bentuk melengkung pada sayap merpati menghasilkan permukaan atas lebih cembung dan permukaan bawah sedikit cekung atau malah sama sekali rata. Perbedaan kecepatan angin di bawah dan di atas permukaan udara menghasilkan perbedaan pada tekanan udara. Tekanan udara pada permukaan atas lebih kecil sehingga terjadi daya dorong dari bawah permukaan ke atas permukaan sayap

32 17 sehingga badan merpati mengalami daya angkat melawan gravitasi bumi (Soeseno 2003). Menurut Noor (2002), terdapat jenis jenis sayap yang baik pada merpati lokal. a. Bahu sayap pada merpati harus kuat dan lentur (jangan kaku) hal ini diharapkan sayap dapat bervariasi saat melakukan penerbangan. b. Bulu sayap pada merpati tebal dan kencang tidak bergelombang dan memiliki jarak antar bulu sayap satu ke bulu sayap lainnya disertakan bulu ujung yang meruncing. c. Tulang bulu sayap besar, kuat dan lentur pada ujung permukaan bulu hal ini dapat mempengaruhi kualitas merpati saat proses pendaratan. Suara kepakan sayap, bila di perhatikan suara kepakan sayap merpati tentunya berbeda. Suara kepakan merpati yang sudah terbang akan terdengar lebih ringan dibandingkan dengan merpati yang sudah terbang tinggi, sedangkan sayap merpati yang jarang terbang akan terdengar lebih berat (Yonathan, 2003). Gambar 14. Bentuk sayap merpati tinggi lokal Sumber : Koleksi pribadi, 2015

33 18 Terdapat perbedaan karakteristik bentuk sayap pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan sayap lebih tebal dengan bagian bulu syap yang lebih lebar dan panjang, berbeda dengan merpati tinggi betina permukaan sayap lebih tipis dan bagian bulu sayap lebih kecil hal ini membedakan bahwa kecepatan terbang merpati jantan lebih unggul di bandingkan merpati tinggi betina. 5. Bentuk dada merpati tinggi lokal Menurut Mosca (2000), bentuk dada merpati lokal terdapat berbagai macam bentuk yaitu berbentuk huruf V (kalau dilihat dari depan), dan yang berbentuk O, serta berbentuk elips mendatar. Bentuk dada merpati tinggi yang berhuruf O biasanya akan turun kencang dari arah manapun, berbeda dengan merpati yang berbentuk dada huruf V biasanya kecepatan turun merpati sedikit melambat. Gambar 15. Bentuk dada O Gambar 16. Bentuk dada V Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

34 19 Terdapat perbedaan karakteristik bentuk dada pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan dada lebih lebar dan bulat sedangkan merpati tinggi betina memiliki bentuk dada yang lebih pipih dan kecil. 6. Bentuk ekor Ketebalan dan bentuk ekor merpati sangat memengaruhi ketajaman saat melakukan pedaratan. Bulu ekor merpati mempunyai 12 helai atau lembar yang berfungsi mengatur saat merpati berjalan atau terbang saat merpati akan turun, hal ini sangat perlu diperhatikan agar merpati dapat terbang dengan jarak yang jauh (Sutejo 1998). Menurut Cartmill (1991), bulu ekor merpati terdiri dari bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian bawah. Bulu ekor mempunyai peran yang penting ketika merpati terbang, bulu ekor digunakan ketika merpati akan meluncur dan berhenti. Ekor merpati saat mengembang digunakan untuk mengerem ketika sayapnya tidak lagi dikepakan. Ekor merpati juga dapat digunakan untuk mementukan arah terbang merpati (Ellien, 2001). Gerak bulu ekor a. Ekor merpati saat bekur yang mempunyai kecepatan atau bulu ekornya merapat dengan cepat biasanya dimiliki oleh merpati yang memiliki pinggang rapat, dan ini sangat memengaruhi kemampuan turun pada merpati tinggi. b. Ekor merpati yang selalu megar atau terlihat jarak jatrak dari bulu ekornya, akan mempunyai kemampuan turun yang kalah baik bila dibandingkan dengan tipe yang pertama (Mosca, 2000).

35 20 Gambar 17. Bentuk ekor merpati tinggi lokal Sumber : Koleksi pribadi, Warna bulu pada merpati Merpati memiliki bulu halus yang tampak mengkilat seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila merpati dilihat sepintas bulu merpati berminyak dan apabila di siram air sulit menempel (Sutejo, 1998). Noor (1996) menyatakan bahwa bulu burung merpati terdiri atas dasar warna hitam, coklat, dan merah. Ketiga warna tersebut akan membentuk variasi warna lain yaitu warna megan, prumpung, blantong, blorok, tritis, hitam, dan gambir (Salis, 2002).

36 21 Soesono (2003) menyatakan merpati pada umumnya memiliki berbagai macam warna dan sebutan bagi merpati, berikut ini nama nama serta penjelasan mengenai warna dan sebutan pada merpati tinggi lokal. a. Tritis Tritis adalah sebutan untuk merpati berwarna hitam didominasi dengan warna abu abu dan di bagian sayap terdapat warna kecoklatan yang menyerupai garis. b. Gambir Gambir adalah sebutan untuk merpati berwarna coklat muda, bulu bulu merpati dipenuhi dengan warna coklat muda diseluruh permukaan tubuh. c. Megan Megan adalah sebutan untuk merpati berwarna biru dengan didominasi warna hitam di bagian ekor dan sayap. d. Perumpung Perumpung adalah sebutan untuk merpati berwarna coklat tua, hampir di setiap permukaan tubuhnya di dominasii dengan warna coklat tua. e. Blorok Blorok adalah sebutan untuk merpati yang didominasi dengan 2 sampai 3 warna pada seluruh permukaan tubuh merpati. Warna ini dihiasi oleh warna yang tidak menyeluruh melaikan hanya campuran totol totol dibagian tubuh merpati. f. Belantong Blantong adalah sebutan untuk merpati berwarna putih didominasi oleh warna lainnya yaitu, megan, gambir, prumpung, atau hitam.

37 22 g. Lampik Lampik adalah sebutan untuk merpati yang memiliki warna bulu sayap putih dengan didominasi warna lain yaitu, megan, perumpung, gambir, atau hitam. h. Combres Combres adalah sebutan warna merpati yang memiliki corak putih di bagian kepala dan sekitar mata dengan didominasi warna lain seperti gambir. Gambar 18. Warna bulu tritis Gambar 19. Warna bulu gambir Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Gambar 20. Warna bulu prumpung Gambar 21. Warna bulu megan Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

38 23 Gambar 22. Warna bulu blorok Gambar 23. Warna bulu blantong Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Gambar 24. Warna bulu lampik Gambar 25. Warna bulu comres Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015

39 24 8. Warna kulit pada merpati tinggi lokal Menurut Yahya (2004), merpati memiliki bentuk kerangka yang berongga dengan tulang yang berbobot sangat ringan. Menurut Sutejo (1998), merpati tinggi lokal memiliki daging yang gembur dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih namun memiliki warna yang berbeda. C. Indikator Perbedaan Karakteristik Merpati Tinggi Lokal Jantan dan Betina Perbedaan karakteristik merpati tinggi jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup jelas dapat diketahui melalui permukaan kepala, tulang kaki, leher dan jari kaki. Pada merpati tinggi jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat, lehernya besar dan cenderung kaku, serta jari kakinya panjang. Pada burung merpati tinggi betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya terlihat kecil dan lemas serta jari kakinya cendrung pendek. Menurut Tanudimandja (1978), membedakan merpati jantan dan betina dapat dibedakan pula dengan cara memegang badan merpati dengan benar, posisikan badan horizontal, lalu luruskan leher merpati secara vertikal, bila bentuk leher dari kepala sampai badan sama sama besar dapat dipastikan merpati jantan namun bila bentuk leher merpati agak menyempit ditengah adalah merpati betina dan warna bulu leher merpati jantan lebih berkilau dibandingkan merpati betina.

40 25 Gambar 26. Merpati tinggi lokal betina Gambar 27. Merpati tinggi lokal jantan Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 D. Perilaku Merpati Tinggi Lokal Perilaku merpati adalah suatu bentuk aktivitas merpati yang melibatkan fungsi fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara aktivitas keturunan dengan pengalaman individu dalam menangani atau menghadapi suatu objek (Wikipedia, 2013). Menurut Elien (2001), terdapat beberapa perilaku merpati tinggi lokal diantaranya, (1) perilaku bergerak (2) perilaku ingestif dan, (3) perilaku kawin. 1. Perilaku bergerak merpati tinggi lokal Perilaku adalah semua gerakan atau perubahan gerak, termasuk perubahan dari bergerak ketidak bergerak (Tanudimadja, 1978). Merpati merupakam satwa yang paling aktif terutama pada lingkungan yang baru, dimana sering terlihat melakukan aktivitas bergerak dengan cara memanjat, lompat, berjalan, terbang, dan berkelahi. Oleh karena itu, aktivitas tersebut menjadi parameter dalam pengamatan perilaku pada merpati tinggi lokal.

41 26 Saat merpati tinggi berjalan biasanya merpati hanya menggunakan keempat jarinya tanpa telapak kakinya akan mempunyai kemampuan terbang yang lebih panjang dan lama dari pada merpati yang menapakkan telapak kakinya saat berjalan. Saat bekur ekor merpati yang mempunyai kecepatan merapat dengan cepat biasanya dimiliki oleh merpatiyang memiliki pinggang rapat. Hal ini sangat memengaruhi kemampuan turunnya, sedangkan ekor merpati yang selalu megar akan mempunyai kemampuan turun yang kurang baik (Tanudimadja, 1978). Merpati yang terlihat punggung dan pinggangnya mengebul tanpa berpunuk dengan sayap merpati dan tampak menggantung, biasanya memiliki gaya terbang dengan kekuatan terbang yang kencang dan kekuatan turun yang baik (Suprapti, 2003). 2. Perilaku kawin (seksual) merpati tinggi lokal Perilaku seksual pada merpati, merpati akan melakukan percumbuan saat melakukan perkawin dengan diawali pejantan akan membunyikan suara suara untuk menarik perhatian betina, setelah itu merpati pejantan mulai menciumi betina hingga menaiki betina tersebut setelah itu merpati jantan dan betina akan terbang bersama sama (Yonathan, 2003). Merpati tinggi lokal termasuk jenis burung yang setia terhadap pasangannya dan berdeda dengan burung lainnya. Merpati akan setia pada satu pasangannya saja kecuali merpati tersebut mati ataupun hilang. Merpati termasuk golongan burung yang tidak bisa hidup sendiri, ia selalu ingin berpasangan atau berkelompok (Yonathan, 2003).

42 27 Gambar 29. Percumbuan merpati jantan dan betina lokal Sumber : Koleksi pribadi, Perilaku makan dan minum (ingestif) merpati tinggi lokal Jadwal makan merpati biasanya dilakukan pada waktu siang hari dan sore hari dengan pemberian jagung madura dan campuran beras merah serta pemberian kacang tanah untuk meningkatkan gizi merpati. Pemberian minum dilakukan secara adlibitum dengan mencampurkan vitamin pada air minum tersebut (Salis, 2002). Merpati merupakan jenis burung yang kuat, merpati tahan tidak mengkonsumsi makan sampai 3 hari lamanya namun pemberian minum harus dilakukan secara terus menerus, hal ini karena merpati tidak memiliki kelenjar keringat sehingga merpati akan tahan tidak mengkonsumsi makan dibandingkan tidak minum (Salis, 2002).

43 28 Gambar 30. Tingkah laku merpati minum Gambar 31. Tingkah laku merpati makan Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Sumber : Koleksi pribadi, 2015 Perilaku diam yang dilakukan oleh merpati tinggi lokal terdiri dari tiga jenis aktivitas yaitu bertengger, berjemur, dan istirahat. Merpati yang baru datang, umumnya lebih banyak beraktivitas diam sambil mengawasi keadaan sekitar. Oleh karena itu pada saat bertengger, kedua matanya terbuka sambil mengangkat kepala lalu mengarahkan mata dan telinga kesegala arah (Ringga, 2000).

44 29 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2015 di jalan Rawa Subur no 49, Enggal Tanjung Karang Pusat. Bandar Lampung. B. Bahan Penelitian Penelitian ini menggunakan 8 pasang burung merpati tinggi lokal dengan kisaran umur 8 bulan 2 tahun, 2 pasang digunakan untuk mengamati perilaku merpati tinggi lokal dan 6 pasang digunakan untuk mengamati karakteristik merpati tinggi lokal. Merpati yang digunakan tersebut berasal dari peternak merpati yang berada di Bandar Lampung dengan kisaran umur 1 tahun. C. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis dan mencatat kegiatan selama penelitian; stopwatch untuk menghitung setiap aktivitas yang dilakukan oleh merpati jantan dan betina lokal; kandang, tempat pakan dan minum digunakan untuk meletakan merpati sebagai tempat tinggal dan wadah makan dan minum merpati; kamera dan video recorder untuk mengamati aktivitas

45 30 merpati; sawangan untuk menandai antara merpati jantan dan betina. Jenis kandang yang digunakan adalah jenis kandang terbuka yang terbuat dari teriplek dan bambu. D. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan adalah metode survey dengan melalui pengamatan secara langsung terhadap karakteristik merpati dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal. E. Peubah yang diamati a. Karakteristik kualitatif merpati tinggi jantan dan betina lokal meliputi ( bentuk kepala, bentuk dan warna iris, bentuk paruh, bentuk sayap, bentuk dada, bentuk ekor, dan warna bulu). b. Perilaku merpati - Perilaku bergerak (terbang, menggelantung, berjalan, dan berkelahi) Aktivitas menggelantung adalah kegiatan merpati jantan dan betina untuk lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Aktivitas berjalan termasuk dalam perilaku bergerak yang dilakukan untuk memperoleh pakan, air, dan pasangan (Tanudimadja, 1978). - Perilaku kawin (mendekati betina, menyisik, dan bercumbu) Perilaku merpati tinggi lokal meliputi aktivitas mendekati jantan dan betina bagi yang jantan, menelisik dan bercumbu (Soesono, 2003).

46 31 F. Analisis data 1. Data karakteristik kualitatif yang diperoleh, diteliti dan dihitung frekuensi relatifnya dengan menggunakan rumus Sudjana (1992). Frekuensi relatif = Jumlah suatu karakteristik Jumlah sampel Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. 2. Data untuk setiap perilaku ( bergerak dan kawin) Dihitung dengan menggunakan rumus Sudjana ( 1992). Rata rata perilaku = Jumlah aktivitas/jumlah kandang/jumlah burung Jumlah hari Jumlah frekuensi suatu aktivitas Frekuensi relatif = x 100% Jumlah frekuensi seluruhnya Jumlah waktu suatu aktivitas Waktu relatif = x 100% Jumlah waktu seluruhnya Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif. G. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian. a. Mempersiapkan kandang untuk merpati yang akan diteliti. b. Mempersiapkan makanan berupa jagung dan beras merah serta mempersiapkan wadah tempat makan dan minum.

47 32 c. Memasang dua buah video recorder didua titik yaitu dibagian depan dan disudut kandang. d. Mempersiapakan kamera dan alat tulis. e. Memilih merpati sebanyak 8 pasang dengan kisaran umur yang sama. Pelaksanaan pengamatan a. Sebelum pengamatan merpati dilakukan pelatihan agar merpati hapal terhadap kandangnya masing masing. b. Memberikan tanda kepada merpati jantan berupa sawangan ( alat yang dapat bunyi apabila terkena angin ) di bagian bulu ekor. c. Memasang 2 vidio recorder di 2 titik bagian kandang. d. Melakukan pelatihan terhadap asisten untuk membantu melakukan pengamatan. e. Melakukan pencataan mengenai karakteristik dan perilaku merpati jantan dan betina lokal, meliputi karakteristik warna bulu, bentuk kepala, ekor badan, mata, sayap, paruh dan kaki serta mengamati perilaku yang meliputi perilaku bergerak, tingkah laku seksual dan perilaku makan dan minum merpati. f. Mulai melakukan pengamatan perilaku pukul sampai selama 12 hari.

48 50 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal jantan dan betina diperoleh sebagai berikut : bentuk kepala (tipe bulat 50 %, tipe jenong 33,33 %, dan tipe perkutut 16,67 %), bentuk paruh (tipe rambon 66,67 % dan tipe lancip 33,33%), bentuk tubuh (tipe jantung pisang 100%), bentuk bulu ( renggang dan pendek 100%), warna mata kuning 66,67 %, dan mata merah 33,33 %). 2. Frekuensi dan waktu relatif bergerak yang paling tinggi pada merpati tinggi lokal adalah terbang (69,93 %) sedangkan perilaku kawin adalah menyelisik (57,2 %). B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak terhadap karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal jantan dan betina. 2. Dibutuhkan kamera video yang memiliki memori internal yang besar serta baterai pengganti ketika batu baterai habis.

49 51 DAFTAR PUSTAKA Blakely, J. dan D. A. Bade Ilmu Peternakan. Terjemahan; B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Bokhari, S. A Starting a Squab Business. Bokhari. com Cartmill, A.M Raising Pigeons. Kansas Pigeon Association Poultry. Diakses tanggal 3 Maret 2015 Changjaya Merpati Tinggi. abadi.comnatural Darya, S. N Feeding of Breeding Flocks. Research Paper Hubbel Farm. Canada. Magma. Ca/laded/feeding. htm diakses tanggal Elien, L Mengamati Cara Terbang Burung. Diakses tanggal 3 Maret 2015 Frans Pengalaman dengan Merpati. merpati/artikel11.asp Diakses tanggal 4 Maret 2015 Grzimek, B Anima Life Ancylopedia. Bird II (8). Van nostrand Reinhold Co.,New York-Cincinnaati-Toronto-Melbourne. Hardjosubroto.W Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia. Jakarta Hatmono.H Beternak Merpati. Penebar Swadaya. Jakarta Marshall, R Feeding. Birdhealth.com/pigeon diakses tanggal Mosca, F Basic Pigeon Genetik. Diakses tanggal 4 Maret 2015 Noor, R.R Genetika Ternak. PT Penebar Swadaya Jakarta.

50 52 Noor, R.R Genetika Ternak. PT Penebar Swadaya Jakarta. Nowland, W Squab Raising. Fifth Edition. Animal Poultry. New South Wales Departement of Agriculture. Australia. Pigeon Pigeon Facts. http// Diakses tanggal 4 Maret 2015 Radiopoetro Zoologi. Erlangga. Jakarta Rasyaf, M Beternak Burung Dara. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Salis. R Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeseno, A Memelihara dan Beternak Burung Merpati. PT Penebar Sw Adaya. Jakarta Sutejo Merpati Tinggi. PT Penebar Swadaya. Jakarta Tanudimadja School of Environmental Conservation Management. Ciawi, Bogor. Tyne, J. V and A.J Berger Fundamentals of Ornithologi. Second Edition. A Willey Interscience Publication. John Willey and Sons. New York-London- Sidney-Torontalo Wikipedia Penglihatan Burung. burung. Diakses tanggal 7 Maret 2015 Yahya, H Keajaiban Desain Alam. Diakses tanggal 8 Maret 2015 Yonathan, E Merawat dan Memilihn Merpati Tinngi. Agromedia Pustaka. Jakarta

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL. (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA

PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL. (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL (Skripsi) Oleh FERY EFATA ZEBUA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016 ABSTRAK PERBEDAAN KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Lokasi Penelitian Suhu dan kelembaban lokasi penelitian diamati tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Rataan suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): 244-248, Agustus 216 PERBEDAAN KARAKTERISTIK TUBUH MERPATI TINGGI JANTAN DAN MERPATI BALAP JANTAN LOKAL Different Characteristics of The Male Body and Columba

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rawamangun Selatan, Gg. Kana Tanah Merah Lama, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan empat bulan, yaitu mulai bulan Agustus sampai

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa 22 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang penangkaran lovebird Jl. Pulau Senopati Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF MERPATI BALAP TINGGIAN DAN MERPATI BALAP DASAR JANTAN IDENTIFICATION OF QUANTITATIVE TRAITS ON MALE "TINGGIAN" AND SPRINT RACING PIGEONS Dimas Aji S*, Dani Garnida**,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN Ricky

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat pun semakin beragam. Beternak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI. Oleh M.

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI. Oleh M. IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF PADA ITIK LOKAL (Anas platyrhyncos), ENTOK (Cairina moschata) DAN TIKTOK JANTAN SKRIPSI Oleh M. AZHAR NURUL HUDA FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mega Bird and Orchid farm, Bogor, Jawa Barat pada bulan Juni hingga Juli 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Merak hijau 2.1.1 Taksonomi Grzimek (1972) menyatakan bahwa klasifikasi merak hijau jawa (Pavo muticus muticus) sebagai berikut : Kingdom Phyllum : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV

PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV PEMBAHASAN Penggunaan Kamera IR-CCTV Kendala utama penelitian walet rumahan yaitu: (1) rumah walet memiliki intensitas cahaya rendah, (2) pemilik tidak memberi ijin penelitian menggunakan metode pengamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari hewan lain. Beberapa burung memiliki

Lebih terperinci

Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati

Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati Erna Winarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jln. Stadion Maguwoharjo No. 22 Sleman, Yogyakarta E-mail:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat. LOVEBIRD Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Order : Psittaciformes Superfamily : Psittacoidea Family : Psittaculidae Subfamily : Agapornithinae Genus : Agapornis Species: 1. Agapornis Personatus

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT HASNELLY Z. dan RAFIDA ARMAYANTI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF ITIK LOKAL DI USAHA PEMBIBITAN ER DI KOTO BARU PAYOBASUNG KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI

KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF ITIK LOKAL DI USAHA PEMBIBITAN ER DI KOTO BARU PAYOBASUNG KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF ITIK LOKAL DI USAHA PEMBIBITAN ER DI KOTO BARU PAYOBASUNG KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI Oleh: CHARLLY CHARMINI ARSIH 0910611005 Diajukan Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar PERFORMA PRODUKSI PUYUH PETELUR (Coturnix-coturnix Japonica) HASIL PERSILANGAN WARNA BULU HITAM DAN COKLAT THE PRODUCTION PERFORMANCE OF LAYING QUAIL (Coturnix-coturnix Japonica) COME FROM BLACK AND BROWN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH

KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH KECEPATAN TERBANG BURUNG MERPATI BALAP LOKAL (TIPE TINGGIAN) SKRIPSI RIDWANSYAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRACT The Flight Speed

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa domba sapudi merupakan salah satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda Standar Nasional Indonesia Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...i Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Penangkaran UD Anugrah Kediri, Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juni-Juli 2012.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO

PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO Kampus Kreatif Sahabat Rakyat PERILAKU HARIAN SEPASANG BURUNG NURI TALAUD (EOS HISTRIO) DI KANDANG PENELITIAN BPK MANADO Anita Mayasari, Diah I. D. Arini, Melkianus S. Diwi, Nur Asmadi Ostim Email : anita.mayasari11@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet

HASIL. Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan. Nesting room di dalam rumah walet HASIL Penggunaan Kamera IR-CCTV pada Pengamatan Perilaku Walet Rumahan Pengamatan perilaku walet rumahan diamati dengan tiga unit kamera IR- CCTV. Satu unit kamera IR-CCTV tambahan digunakan untuk mengamati

Lebih terperinci

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG HASNELLY Z., RINALDI dan SUWARDIH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4 Pangkal Pinang 33134 ABSTRAK

Lebih terperinci

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com)

Maine Coon Published on KucingKita.com (http://www.kucingkita.com) Sejarah Maine Coon adalah salah satu ras kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras ini berasal dari negara bagian Maine (Amerika serikat). Berbagai mitos dan legenda berhubungan dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa PENDAHULUAN Latar Belakang Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa pulang anak kambing dari hasil buruannya. Anak-anak kambing

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai

Lebih terperinci

Kucing MAINE COON (American Snughead)

Kucing MAINE COON (American Snughead) Kucing MAINE COON (American Snughead) Kucing Maine Coon merupakan kucing berbadan besar yang anggun dan indah. Kucing Maine Coon ini merupakan kucing yang terbentuk secara alamiah. Sesuai namanya, ras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan lokal, yang penampilannya mirip Etawah tetapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Ciamis, Jawa Barat Kabupaten Ciamis merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki luasan sekitar 244.479 Ha. Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

Enceng Sobari. Trik Jitu menangkarkan Lovebird. Sang Burung Primadona

Enceng Sobari. Trik Jitu menangkarkan Lovebird. Sang Burung Primadona Enceng Sobari Trik Jitu menangkarkan Lovebird Sang Burung Primadona i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB II BURUNG LOVEBIRD.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Peternakan Ayam Buras Agribisnis adalah kegiatan manusia yang memanfaatkan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Agribisnis, dengan perkataan lain, adalah

Lebih terperinci

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi JURNAL PETERNAKAN VOLUME : 01 NO : 01 TAHUN 2017 ISSN : 25483129 1 Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas Aisyah Nurmi Dosen Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa sapi peranakan ongole

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Penangkaran Rusa Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi (PPPKR) yang terletak di Hutan Penelitian

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi PETUNJUK PRAKTIS i PENGUKURAN TERNAK SAPI POTONG Penyusun : Awaluddin Tanda Panjaitan Penyunting : Tanda Panjaitan Ahmad Muzani KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur puyuh utama di Indonesia. Dalam satu tahun puyuh ini mampu menghasilkan 250 sampai 300 butir

Lebih terperinci

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma

Ayo Belajar IPA. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1. Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VI semester 1 Elisabeth Sekar Dwimukti Universitas Sanata Dharma Peta Konsep Ciri khusus mahkluk hidup 1. Mencari makan 2. Kelangsungan hidup 3. Menghindari diri dari Hewan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Puyuh Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan terhadap burung puyuh. Mula-mula ditujukan untuk hewan kesenangan dan untuk kontes

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN

PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PENGARUH INDEKS BENTUK TELUR TERHADAP DAYA TETAS DAN MORTALITAS ITIK MAGELANG DI SATUAN KERJA ITIK BANYUBIRU SKRIPSI Oleh MUHAMMAD AULIA RAHMAN PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN

Lebih terperinci