PENGGUNAAN METODE RUNGE-KUTTA (RK4) PADA. SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM SIKLOTRON PET 13 MeV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN METODE RUNGE-KUTTA (RK4) PADA. SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM SIKLOTRON PET 13 MeV"

Transkripsi

1 SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM SIKLOTRON PET 13 MeV Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Jl. Babarsari, Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta ABSTRAK SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM SIKLOTRON PET 13 MeV. Laju perubahan momentum proton dalam siklotron merupakan persamaan diferensial order satu dalam waktu sebagai fungsi gaya Lorentz yang dibangkitkan oleh medan listrik dan medan magnet dalam siklotron. Persamaan diferensial order satu ini dapat diselesaikan secara numerik dengan metode Runge-Kutta (RK4) dengan selang waktu dt yang tetap. Dibandingkan dengan penyelesaian secara numerik sebelumnya yaitu dengan selang jarak ds yang tetap, ternyata RK4 memberikan hasil yang lebih baik terutama pada linearitas kenaikan tenaga. Kata Kunci:Runge-Kutta (RK4), simulasi, lintasan proton, siklotron PET ABSTRACT APPLICATION OF RUNGE-KUTTA METHOD (RK4) IN PROTON BEAM TRAJECTORY SIMULATION IN A 13 MeV PET CYCLOTRON. The rate of change of proton momentum in a cyclotron is an ordinary or firstorder differential equation in time as a function of Lorenz force generated by electric and magnetic fields in the cyclotron. This ordinary differential equation can be solved numerically by using Runge-Kutta (RK4) method with constant time increment dt. Comparison with previous solution by using constant spatial increment ds, RK4 method yields better solution especially in the linearity of the energy increase. Keywords:Runge-Kutta (RK4), simulation, proton trajectory, PET cyclotron PENDAHULUAN PTAPB (Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan) BATAN mempunyai tugas dan fungsi mengembangkan teknologi akselerator, salah satunya adalah pengembangan siklotron 13 MeV untuk PET (DECY-13, Development of Experimental Cyclotron in Yogyakarta) yang direncanakan selesai tahun 2019[1]. Hal yang penting dalam disain siklotron adalah mengetahui bagaimana lintasan berkas proton sejak dari sumber ion hingga mengenai target. Lintasan berkas proton tersebut tergantung pada distribusi medan listrik pemercepat dan medan magnet di dalam siklotron, yang dapat dihitung dengan perangkat lunak Opera3D (dalam 3 dimensi) dengan modul Tosca (untuk medan magnet dan listrik) dan modul Soprano atau RELAX3D (untuk medan listrik). Simulasi lintasan dilakukan dengan program iterasi menggunakan perangkat lunak Scilab, yang merupakan perangkat lunak open source serupa Mathlab (komersial). Hasil simulasi lintasan dapat digunakan untuk memperkirakan apakah disain siklotron yang dibuat dapat berfungsi seperti yang diinginkan, maupun untuk memperbaiki disain yang telah dibuat. Simulasi lintasan berkas elektron dalam akselerator di PTAPB pernah dilakukan untuk akselerator searah (dc) linear [2] dengan perhitungan distribusi medan listrik (statis) menggunakan iterasi dengan metode SOR (Simultaneous Over Relaxation [3] atau Succesive Over Relaxation[4]). Dengan perangkat lunak Opera3D dan modul Tosca/Soprano perhitungan distribusi medan listrik ini juga dapat dilakukan. Simulasi lintasan berkas proton sudah dilakukan dengan perangkat lunak Scilab pada tahun 2012 untuk lintasan berkas H hingga mencapai tenaga sekitar 13 MeV. Simulasi lintasan dilakukan dengan menggunakan persamaan gerak F = dp/dt = mγdv/dt, F gaya Lorentz, p momentum, m massa, γ koreksi relativistik, t waktu, kecepatan v = ds/dt = v o + dv, dan posisi x = x o + vdt. Selang jarak ds dibuat tetap sesuai ketelitian data simulasi medan yaitu 1 mm. Hasil simulasi ternyata bentuk lintasan dan kurva kenaikan tenaga belum teratur (Gambar 1)[5]. SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM. SIKLOTRON PET 13 MeV 1

2 (a) (b) (c) Gambar 1. Hasil simulasi lintasan berkas H hingga mencapai tenaga sekitar 13 MeV[5]. (a) lintasan (hijau) dan posisi fase berkas (hitam), (b) kenaikan tenaga yang tidak linear terhadap putaran (biru), garis merah kenaikan tenaga maksimum, (c) simpangan vertikal (dalam mm). Simulasi lintasan juga dikembangkan untuk disain siklotron PET di Korea, yaitu dengan program pwheel [6] yang menggunakan penyelesaian numerik Runge-Kutta (RK4). Metode ini akan diterapkan pada program simulasi lintasan yang dikembangkan dengan menggunakan Scilab TEORI Perhitungan lintasan berkas ion muatan q kecepatan v didasarkan pada gaya Lorentz F yang diterima oleh partikel bermuatan dalam medan listrik E dan medan magnet B. Medan listrik E merupakan fungsi posisi (x,y,z) dan waktu (t), sedang medan magnet B merupakan fungsi posisi saja. Besar kedua medan ini dapat diperoleh dari simulasi perhitungan maupun dari pengukuran (mapping). Secara komponen persamaan gerak dapat dituliskan sebagai dp x /dt = F x = q(e x + v y B z v z B y ), dp y /dt = F y = q(e y + v z B x v x B z ), (1) dp z /dt = F z = q(e z + v x B y v y B x ). Penyelesaian masing-masing komponen persamaan (1) menggunakan metode Runge-Kutta orde-4 (RK4) adalah [7] (i = x,y,z) p i (t o + dt) = p io + (k i1 + 2k i2 + 2k i3 + k i4 )/6 (2) dengan k i1 = F i (t o, p o )dt, k i2 = F i (t o + dt/2, p o + k i1 /2)dt, k i3 = F i (t o + dt/2, p o + k i2 /2)dt, (3) k i4 = F i (t o + dt, p o + k i3 )dt. Setelah momentum baru p i diperoleh maka kecepatan v i = p i /γm dan posisi baru x i = x io + v i dt dapat ditentukan. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 : 1-8 TATA KERJA Program lintasan berkas H dibuat dengan Scilab seperti terlihat pada Lampiran III. Program tersebut memerlukan data kuat medan magnet yang dimasukkan dengan program loadb pada Lampiran I. Karena simetri, data kuat medan magnet ini cukup mencakup 1/8 dari seluruh kawasan medan yang berukuran 480 mm 480 mm 30 mm, yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak Opera3d dan modul Tosca [8]. Besar data binary sekitar 38 MB untuk masing-masing komponen B x, B y, dan B z. Data potensial listrik dengan potensial dee 40 kv terhadap ground juga dihitung dengan perangkat lunak Opera3d dan modul Tosca dimasukkan dengan program loadv12 dan loadv34 pada Lampiran II. Karena tidak simetris data meliputi seluruh kawasan medan yang berukuran 480 mm 480 mm 30 mm. Supaya ukuran data tidak terlalu besar, data potensial dibagi menjadi 4 kuadran, yaitu V1, V2 (dimasukkan dengan loadv12), V3, dan V4 (dimasukkan dengan load V34). Besar data binary sekitar 56 MB untuk masing-masing V1, V2, V3, dan V4. Medan listrik E x, E y, dan E z untuk masing-masing kuadran dihitung dari beda potensial pada ds = 1 mm ke arah masing-masing komponen medan. Berkas lintasan dimulai pada posisi lubang sumber ion x = 17,5 mm; y = 9 mm; z = 0. Kecepatan awal berkas diberikan berdasarkan kenaikan tenaga berkas setelah melintas 0,1 mm dari posisi awal, dengan arah gerak sesuai arah medan listrik pada posisi awal. Gerak, tenaga, dan posisi selanjutnya dihitung dengan menggunakan persamaan (1), (2), dan (3). Lintasan (hijau) diplot pada bidang XY, tenaga dan posisi vertikal diplot sebagai fungsi putaran. Karena siklotron bekerja pada harmonik 4, periode putaran sama dengan 4 periode frekuensi medan pemercepat. Posisi berkas pada tiap periode putaran 2

3 ini diplot pada lintasan berkas pada bidang XY, sehingga menunjukkan ketepatan fase berkas pada tiap putaran. Karena data medan magnet dan potensial listrik dalam ketelitian mm, maka nilai medan untuk tiap posisi dibulatkan ke nilai mm terdekat. Dalam perhitungan lintasan dengan pwheel digunakan interpolasi bspline 5-titik dan data potensial listrik mempunyai ketelitian 0,25 mm; 0,5 mm; 1 mm; 2 mm; dan 4 mm dalam ukuran [6]. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan variasi frekuensi medan pemercepat dan fase awal berkas, lintasan dan capaian tenaga terbaik diperoleh pada frekuensi sekitar 77,64 MHz dan fase awal 50. Selang waktu yang optimum untuk perhitungan dengan RK4 diperoleh dt = periode medan pemercepat/100. Hasil lintasan, kenaikan tenaga, dan simpangan vertikal dapat dilihat pada Gambar 2. Terlihat bahwa lintasan (hijau) lebih simetris, fase berkas (hitam) mendekati stabil untuk tiap putaran (a). Kenaikan tenaga linear dan 13 MeV dicapai pada sekitar putaran ke 89 (b) dan simpangan vertikal (z) mendekati stabil (c). Gambar 2. (c) simpangan vertikal (mm) Hasil simulasi lintasan berkas H hingga mencapai tenaga sekitar 13 MeV dengan RK4. Variasi fase awal memberikan rentang fase sebesar 16º (fase awal antara 37º dan 53º) yang memberikan lintasan dan kenaikan tenaga cukup baik hingga 13 MeV [9]. Sebagai perbandingan rentang fase pada siklotron KIRAMS-13 adalah sekitar 20º [10], sehingga desain DECY-13 masih perlu untuk dioptimasikan lebih lanjut. KESIMPULAN Penggunaan RK4 dalam simulasi lintasan berkas dalam siklotron DECY-13 telah dapat memberikan lintasan, fase berkas, dan linearitas kenaikan tenaga yang lebih baik dibandingkan dengan simulasi sebelumnya. Rentang fase 16º yang diperoleh perlu ditingkatkan dengan optimasi desain sistem pemercepat yang lebih baik. UCAPAN TERIMA KASIH (a) lintasan (hijau) dan posisi fase berkas (hitam) Salah satu penulis (Emy Mulyani) mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Riset dan Teknologi yang telah memberikan beasiswa program S2 ( ) sehingga dapat melaksanakan sebagian tugas yang dilaporkan pada makalah ini. DAFTAR PUSTAKA [1] ANONIM, Renstra BATAN , Badan Tenaga Atom Nasional (b) kenaikan tenaga yang linear terhadap putaran (biru), garis merah kenaikan tenaga maksimum [2] PRAMUDITA ANGGRAITA, dkk., Simulasi Lintasan Berkas Elektron dalam Tabung Pemercepat Mesin Berkas Elektron, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah PPNY-BATAN, Yogyakarta Mei 1998, hal SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM. SIKLOTRON PET 13 MeV 3

4 [3] HERMANTO, A., dkk., Solusi Numerik Persamaan Poisson Tiga Dimensi dengan Komputer Pribadi, Laporan Penelitian FMIPA- UGM, [4] BERNARD, M.Y., Particles and Fields: Fundamental Equations, dalam Focusing of Charged Particles, Vol. I, ed. A. Septier, Academic Press Inc., NY, [5] PRAMUDITA ANGGRAITA dkk., Optimasi Sistem Pemercepat Siklotron Pet 13 MeV dengan Simulasi Lintasan Berkas, Laporan Teknis, [6] YOON, M., Central Region Design and Beam Dynamics, BATAN Accelerator School, Yogyakarta, [7] LANDAU, R.H., PAEZ, M.J., BORDEIANU, C.C., A Survey Computational Physics, Princeton University Press, [8] PRAMUDITA ANGGRAITA dkk., Beam Tracking Simulation in the Central Region of a 13 MeV PET Cyclotron, AIP Conf. Proc. 1454, 178, [9] EMY MULYANI, Desain Central Region Siklotron Proton 13 MeV, tesis Program Studi S2 Ilmu Fisika Universitas Gadjah Mada, Agustus [10] AN, D.H., dkk., Beam Trajectory Simulations for KIRAMS-13 Cyclotron, Lab. Of Accelerator Development, KIRAMS, Seoul, Korea, CYC2004 _papers/20p05.pdf TANYA JAWAB Silakhuddin Apakah program komputer yang disajikan sama dengan program pwheel? Jika tidak sama, apakah kelebihan program ini dibandingkan dengan pwheel? Pramudita Anggraita Sama-sama memakai RK4, pwheel juga memakai bspline, program Scilab belum pwheel memakai resolusi medan ¼, ½, 1, 2 mm, program Scilab hanya memakai resolusi 1 mm. Bambang Siswanto Dengan menggunakan RK4 linearitas energinya sudah diperoleh, namun tidak mungkin berimpit dengan kondisi maksimum. Jadi berapa derajat maksimum yang diperbolehkan? Dalam penyimpangan tersebut masih dikatakan memenuhi syarat? Pramudita Anggraita Secara teori diberikan oleh faktor waktu transit sin(g/r)/(g/r), g = celah antara tepi dee dan tepi liner, r = ruji lintasan. Jika g rθ, faktor waktu transit ~ 0,99 pada sudut celah 30º (JJ Livingstone, Principle of Cyclic Particle Accelerators, hal ). LAMPIRAN I: Program loadb tic(); clear all stacksize('max'); //medan magnet (tesla) load('f:\simulasi\bx dat','b1'); load('f:\simulasi\by dat','b2'); load('f:\simulasi\bz dat','b3'); funcprot(0);tl=toc;//8s LAMPIRAN II: Program loadv12 dan loadv34 clear all stacksize('max') //medan listrik kuadran 3,4 (volt) load('f:\simulasi\v1gap30.dat','v1'); load('f:\simulasi\v2gap30.dat','v2'); funcprot(0) Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 : 1-8 4

5 clear all stacksize('max') //medan listrik kuadran 3,4 (volt) load('f:\simulasi\v3gap30.dat','v3'); load('f:\simulasi\v4gap30.dat','v4'); LAMPIRAN III: Program lintasan berkas dengan menggunakan RK4 clear x1;clear y1;clear z1;clear t2;clear T1;clear X;clear Y;clear F; stacksize('max') e= *10^-19;mp= *10^-27;me= *10^-31; c= *10^8;a=1000;ds=0.001; t=0;bx=0;by=0;//waktu awal, pusat B f=-50;f1=f*%pi/180;//fase awal (derajat) n=40000;//banyaknya titik lintasan, 84s ff=77.64;omf=2*%pi*ff*10^6;//frekuensi RF harmonik 4 (MHz),frek sudut (Hz) mp=mp+2*me;//massa proton -> massa H- x=0.0175;y=0.009;z=-0.000;//posisi awal (m), kuadran 1 x1(1)=x*a;y1(1)=y*a;z1(1)=z*a;//posisi awal (mm) xr=round(x*a);yr=round(y*a);zr=round(z*a);//indeks awal Ex=-(V1(xr+2,yr+1,zr+16)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds;//medan listrik Ey=-(V1(xr+1,yr+2,zr+16)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds;//pada posisi Ez=-(V1(xr+1,yr+1,zr+17)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds;//sumber ion E=(Ex^2+Ey^2+Ez^2)^(0.5);T=E*ds/10;T1(1)=T/10^6;//T awal (MeV) v=abs((2*e*t/(mp))^(0.5))//perkiraan kecepatan awal berkas gam=mp/(1-v^2/c^2)^0.5;p=gam*v;//pusa relativistik px=-p*ex/e;py=-p*ey/e;pz=-p*ez/e;//pusa awal searah E (negatif) function [fx, fy, fz]=fp(ex, Ey, Ez, Bx, By, Bz, px1, py1, pz1, t1, dt) s=sin(omf*t1+f1); Ex=Ex*s; Ey=Ey*s; Ez=Ez*s;//medan listrik fx=e*(ex+(py1*bz-pz1*by)/gam); fy=e*(ey+(pz1*bx-px1*bz)/gam); fz=e*(ez+(px1*by-py1*bx)/gam);//f(t,p) endfunction N=0;T1(2)=0; for i=2:n; xr=round(x*a);yr=round(y*a);zr=round(z*a);//indeks awal medan listrik if (x>=0&y>=0) then Ex=-(V1(xr+2,yr+1,zr+16)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds; Ey=-(V1(xr+1,yr+2,zr+16)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds; Ez=-(V1(xr+1,yr+1,zr+17)-V1(xr+1,yr+1,zr+16))/ds;end if (x<=0&y>=0) then Ex=-(V2(xr+481,yr+1,zr+16)-V2(xr+480,yr+1,zr+16))/ds; Ey=-(V2(xr+481,yr+2,zr+16)-V2(xr+481,yr+1,zr+16))/ds; Ez=-(V2(xr+481,yr+1,zr+17)-V2(xr+481,yr+1,zr+16))/ds;end if (x<=0&y<=0) then Ex=-(V3(xr+481,yr+481,zr+16)-V3(xr+480,yr+481,zr+16))/ds; Ey=-(V3(xr+481,yr+481,zr+16)-V3(xr+481,yr+480,zr+16))/ds; Ez=-(V3(xr+481,yr+481,zr+17)-V3(xr+481,yr+481,zr+16))/ds;end if (x>=0&y<=0) then Ex=-(V4(xr+2,yr+481,zr+16)-V4(xr+1,yr+481,zr+16))/ds; Ey=-(V4(xr+1,yr+481,zr+16)-V4(xr+1,yr+480,zr+16))/ds; Ez=-(V4(xr+1,yr+481,zr+17)-V4(xr+1,yr+481,zr+16))/ds;end //medan magnet Bx=B1(abs(xr)+1+bx,abs(yr)+1+by,abs(zr)+1)*sign(x)*sign(z); SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM. SIKLOTRON PET 13 MeV 5

6 By=B2(abs(xr)+1+bx,abs(yr)+1+by,abs(zr)+1)*sign(y)*sign(z); Bz=B3(abs(xr)+1+bx,abs(yr)+1+by,abs(zr)+1); dt=1/(100*ff*10^6);//interval waktu t1=t;px1=px;py1=py;pz1=pz; [fx,fy,fz]=fp(ex,ey,ez,bx,by,bz,px1,py1,pz1,t1,dt) k1x=dt*fx;k1y=dt*fy;k1z=dt*fz;//k1 t1=t+dt/2;px1=px+k1x/2;py1=py+k1y/2;pz1=pz+k1z/2; [fx,fy,fz]=fp(ex,ey,ez,bx,by,bz,px1,py1,pz1,t1,dt) k2x=dt*fx;k2y=dt*fy;k2z=dt*fz;//k2 t1=t+dt/2;px1=px+k2x/2;py1=py+k2y/2;pz1=pz+k2z/2; [fx,fy,fz]=fp(ex,ey,ez,bx,by,bz,px1,py1,pz1,t1,dt) k3x=dt*fx;k3y=dt*fy;k3z=dt*fz;//k3 t1=t+dt;px1=px+k3x;py1=py+k3y;pz1=pz+k3z; [fx,fy,fz]=fp(ex,ey,ez,bx,by,bz,px1,py1,pz1,t1,dt) k4x=dt*fx;k4y=dt*fy;k4z=dt*fz;//k4 px=px+(k1x+2*k2x+2*k3x+k4x)/6;vx=px/gam;x=x+vx*dt;//pusa & posisi baru py=py+(k1y+2*k2y+2*k3y+k4y)/6;vy=py/gam;y=y+vy*dt; pz=pz+(k1z+2*k2z+2*k3z+k4z)/6;vz=pz/gam;z=z+vz*dt;t=t+dt; x1(i)=1000*x; y1(i)=1000*y;z1(i)=1000*z;//x,y,z in mm v=(vx^2+vy^2+vz^2)^0.5;ga=(1-v^2/c^2)^-0.5;gam=ga*mp;//faktor & massa relativistik T1(i)=(ga-1)*mp*c^2/(-e*10^6);t2(i)=t*10^6*ff/4;//T(MeV), turn number E(i)=(Ex^2+Ey^2+Ez^2)^0.5;F(i)=E(i)*sin(omf*t+f1);//E dalam V/m tn=(omf*t+f1-%pi/2)/(8*%pi);z=abs(round(tn)-tn); if (Z<0.001) then N=N+1;X(N)=x1(i);Y(N)=y1(i);end end subplot(221) a1=100; isoview(-a1,a1,-a1,a1); plot(x1,y1,'g');//lintasan berkas //dees xd=[ ]; yd=[ ]; //CR1 (liner1) xl1=[ ]; yl1=[ ]; //CR2 (liner2) xl2=[ ]; yl2=[ ]; //CR3 (liner3) xl3=[ ]; yl3=[ ]; //puller1 xp1=[ ]; yp1=[ ]; //puller2 xp2=[ ]; yp2=[ ]; xbg=[ Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 : 1-8 6

7 ]; ybg=[ ]; //beam guide 1 xbg1=[ ]; ybg1=[ ]; //beam guide 2 xbg2=[ ]; ybg2=[ ]; //head sumber ion xhs=[ ]; yhs=[ ]; //batang sumber ion xts=[ ]; yts=[ ]; //liner xl1=[ ]; yl1=[ ]; xl2=[ ]; yl2=[ ]; xl3=[ ]; yl3=[ ]; //hills xh1=[ ]; yh1=[ ] xh2=[ ]; yh2=[ ]; xh3=[ ]; yh3=[ ]; xh4=[ ]; yh4=[ ]; //Central pole/bump SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON DALAM. SIKLOTRON PET 13 MeV 7

8 xcp=[ ]; ycp=[ ]; xb=[ ]; yb=[ ]; plot(xbg2,ybg2,'b'); plot(xd,yd,'b',xl1,yl1,'r',xl2,yl2,'r',xl3,yl3,'r');plot(xbg,ybg,'b') plot(xb,yb,'m');plot(xts,yts,'b');plot(xhs,yhs,'b'); plot(xh1,yh1,'m',xh2,yh2,'m',xh3,yh3,'m',xh4,yh4,'m'); plot(xl1,yl1,'b',xl2,yl2,'b',xl3,yl3,'b');plot(xbg1,ybg1,'b'); plot(xp1,yp1,'b',xp2,yp2,'b');plot(x,y,'black'); title("h- trajectory (mm) RK4"); a=gca(); // Handle on axes entity a.x_location = "origin"; a.y_location = "origin"; subplot(224) plot(t2,z1,'b'); xtitle('vertical movement', 'turn number', 'z (mm)'); subplot(223) plot(t2,t1,'b',t2,t2*0.16,'r');//t vs putaran, T maks xtitle( 'Energy (MeV)', 'turn number', 'E (MeV)'); subplot(222) plot(t2,f/10^6,'b'); xtitle('electric Field Strength', 'turn number', 'E (MV/m)'); funcprot(0) Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya Vol. 15, Oktober 2013 : 1-8 8

SIMULASI LINTASAN BERKAS ION ISOTOP- ISOTOP KARBON DALAM SIKLOTRON DECY-13

SIMULASI LINTASAN BERKAS ION ISOTOP- ISOTOP KARBON DALAM SIKLOTRON DECY-13 Simulasi Lintasan Berkas Ion Isotop-Isotop Karbon Dalam Siklotron DECY-13 (Pramudita Anggraita) SIMULASI LINTASAN BERKAS ION ISOTOP- ISOTOP KARBON DALAM SIKLOTRON DECY-13 ION BEAM TRAJECTORY SIMULATION

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON

PERHITUNGAN ORBIT AWAL BERKAS PROTON PADA CENTRAL REGION SIKLOTRON ISSN 1411-1349 Volume 13, Januari 2012 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email : pramudita@batan.go.id ABSTRAK. Telah dilakukan perhitungan

Lebih terperinci

SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN PROGRAM PWHEEL

SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN PROGRAM PWHEEL SIMULASI LINTASAN BERKAS PROTON SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN PROGRAM PWHEEL Emy Mulyani **, Arief Hermanto **, Pramudita Anggraita * * Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN ** Pascasarjana

Lebih terperinci

DESAIN AWAL KOMPONEN CENTRAL REGION SIKLOTRON PROTON 13 MEV

DESAIN AWAL KOMPONEN CENTRAL REGION SIKLOTRON PROTON 13 MEV 72 ISSN 0216-3128 Emy Mulyani, dkk. DESAIN AWAL KOMPONEN CENTRAL REGION SIKLOTRON PROTON 13 MEV Emy Mulyani, Taufik, Rian Suryo Darmawan Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl.Babarsari Kotak

Lebih terperinci

SIMULASI LINTASAN BERKAS UNTUK OPTIMASI POSISI TARGET DARI KELUARAN SISTEM EKSTRAKSI BERKAS SIKLOTRON PROTON DECY-13

SIMULASI LINTASAN BERKAS UNTUK OPTIMASI POSISI TARGET DARI KELUARAN SISTEM EKSTRAKSI BERKAS SIKLOTRON PROTON DECY-13 SIMULASI LINTASAN BERKAS UNTUK OPTIMASI POSISI TARGET DARI KELUARAN SISTEM EKSTRAKSI BERKAS SIKLOTRON PROTON DECY-13 Idrus Abdul Kudus*, Taufik Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BATAN, Jalan Babarsari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS DESAIN MAGNET SIKLOTRON DENGAN BCALC DAN GENSPEO

PERBANDINGAN ANALISIS DESAIN MAGNET SIKLOTRON DENGAN BCALC DAN GENSPEO PERBANDINGAN ANALISIS DESAIN MAGNET SIKLOTRON DENGAN BCALC DAN GENSPEO Taufik*, Arief Hermanto*, Pramudita Anggraita**, Slamet Santoso**, Emy Mulyani** *Jurusan Fisika, FMIPA, UGM, Jl. Sekip utara **PTAPB-BATAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (target 20 Ne alami + 19 F alami untuk pengemban/carrier). 18 F kemudian disintesis menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Data sensus penduduk tahun 2010 menyatakan penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa, dari jumlah ini sebanyak 671.353 jiwa (0,28% dari jumlah penduduk) didiagnosis

Lebih terperinci

SIMULASI AWAL SISTEM MAGNET SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN SUPERFISH DAN OPERA-3D

SIMULASI AWAL SISTEM MAGNET SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN SUPERFISH DAN OPERA-3D Simulasi Awal Sistem Magnet Siklotron 13 MeV menggunakan Superfish dan Operas-3D (Taufik, et al) SIMULASI AWAL SISTEM MAGNET SIKLOTRON 13 MeV MENGGUNAKAN SUPERFISH DAN OPERA-3D Taufik *, Rian Suryo Darmawan

Lebih terperinci

SIMULASI APLIKASI SIKLOTRON UNTUK PERTANGGALAN RADIOKARBON ( 14 C)

SIMULASI APLIKASI SIKLOTRON UNTUK PERTANGGALAN RADIOKARBON ( 14 C) Volume 14, November 2012 ISSN 1411-1349 PERTANGGALAN RADIOKARBON ( 14 C) Pramudita Anggraita dan Wisjachudin aisal Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Email: pramudita@batan.go.id, wisjach@ahoo.com

Lebih terperinci

EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON

EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON EKSPERIMEN UJI PADA DAYA TINGGI DARI HEAD SUMBER ION UNTUK SIKLOTRON Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Yogyakarta 55281 Email: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ALIGNMENT SISTEM MAPPING UNTUK MAGNET SIKLOTRON DECY-13

ALIGNMENT SISTEM MAPPING UNTUK MAGNET SIKLOTRON DECY-13 198 ISSN 0216-3128 Idrus A.K, dkk ALIGNMENT SISTEM MAPPING UNTUK MAGNET SIKLOTRON DECY-13 Idrus Abdul Kudus, Taufik dan Kurnia Wibowo Pusat Sains dan Teknologi Akselerator, BATAN Jalan Babarsari Kotak

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER FISIS SISTEM EKSTRAKTOR SIKLOTRON 13 MeV UNTUK PET

PERHITUNGAN PARAMETER FISIS SISTEM EKSTRAKTOR SIKLOTRON 13 MeV UNTUK PET PERHITUNGAN PARAMETER FISIS SISTEM EKSTRAKTOR SIKLOTRON 13 MeV UNTUK PET Widdi Usada, Ihwanul Aziz Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb Jogjakarta 55010,

Lebih terperinci

Simulasi ADCRC (Active Disturbance Rejection Controller) dan kendali PD pada Model Cavity Siklotron DECY 13

Simulasi ADCRC (Active Disturbance Rejection Controller) dan kendali PD pada Model Cavity Siklotron DECY 13 Simulasi ADCRC (Active Disturbance Rejection Controller) dan kendali pada Model Cavity Siklotron DECY 13 Agus Dwiatmaja, Adha Imam Cahyadi, Prapto Nugroho Program Studi Pascasarjana S2 Teknik Elektro,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI DAN KURVA B-H BAHAN LOW CARBON STEEL PT. KRAKATAU STEEL MENGGUNAKAN VSM DAN EDX UNTUK KEPERLUAN DESAIN MAGNET SIKLOTRON 13-MeV

ANALISIS KOMPOSISI DAN KURVA B-H BAHAN LOW CARBON STEEL PT. KRAKATAU STEEL MENGGUNAKAN VSM DAN EDX UNTUK KEPERLUAN DESAIN MAGNET SIKLOTRON 13-MeV Volume 13, Januari 2012 ISSN 1411-1349 ANALISIS KOMPOSISI DAN KURVA B-H BAHAN LOW CARBON STEEL PT. KRAKATAU STEEL MENGGUNAKAN VSM DAN EDX UNTUK KEPERLUAN DESAIN MAGNET SIKLOTRON 13-MeV Taufik 1), Emy Mulyani

Lebih terperinci

PENENTUAN PARAMETER KOMPONEN PERANGKAT UJI SUMBER ION SIKLOTRON

PENENTUAN PARAMETER KOMPONEN PERANGKAT UJI SUMBER ION SIKLOTRON PENENTUAN PARAMETER KOMPONEN PERANGKAT UJI SUMBER ION SIKLOTRON Silakhuddin, Slamet Santosa dan Sunarto Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN email: silakh@batan.go.id ABSTRAK PENENTUAN PARAMETER

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN PELUANG PAPARAN RADIASI RESIDU PADA KOMPONEN SIKLOTRON PROTON 13 MeV

ESTIMASI SEBARAN PELUANG PAPARAN RADIASI RESIDU PADA KOMPONEN SIKLOTRON PROTON 13 MeV Volume 15, Oktober 213 ISSN 1411-1349 Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jln. Babarsari Kotak Pos 611 ykbb Yogyakarta 55281 Email : silakh@batan.go.id ABSTRAK PADA KOMPONEN SIKLOTRON PROTON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini permintaan siklotron komersial untuk terapi proton dan produksi isotop semakin meningkat. Produksi isotop ini digunakan untuk kebutuhan PET (Positron Emission

Lebih terperinci

Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTA-BATAN) Yogyakarta sebagai lembaga pemerintah non departemen memiliki tugas

Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTA-BATAN) Yogyakarta sebagai lembaga pemerintah non departemen memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan besar di berbagai ilmu bidang di seluruh dunia, salah satunya pada bidang kedokteran yang memanfaatkan bahan tenaga

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII

SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII SOAL LATIHAN PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 PEKAN VIII 1. Tumbukan dan peluruhan partikel relativistik Bagian A. Proton dan antiproton Sebuah antiproton dengan energi kinetik = 1,00 GeV menabrak proton

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRI ANODA DALAM OPTIMASI DESAIN SUMBER ION PENNING UNTUK SIKLOTRON

ANALISIS GEOMETRI ANODA DALAM OPTIMASI DESAIN SUMBER ION PENNING UNTUK SIKLOTRON Analisis Geometri Anoda Dalam Optimasi Desain Sumber Ion Penning Untuk Siklotron (Silakhuddin) ANALISIS GEOMETRI ANODA DALAM OPTIMASI DESAIN SUMBER ION PENNING UNTUK SIKLOTRON Silakhuddin Pusat Teknologi

Lebih terperinci

KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB

KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB KOMPUTASI NUMERIK GERAK PROYEKTIL DUA DIMENSI MEMPERHITUNGKAN GAYA HAMBATAN UDARA DENGAN METODE RUNGE-KUTTA4 DAN DIVISUALISASIKAN DI GUI MATLAB Tatik Juwariyah Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPONEN DEE SIKLOTRON PROTON 13 MEV

PERANCANGAN KOMPONEN DEE SIKLOTRON PROTON 13 MEV Rian Suryo Darmawan, dkk. ISSN 0216-3128 65 PERANCANGAN KOMPONEN DEE SIKLOTRON PROTON 13 MEV Rian Suryo Darmawan, Slamet Santosa Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl.Babarsari Kotak Pos 6101

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Variasi Bentuk Geometri Potensial Penghalang pada Kasus Difusi Plasma dengan Metode Particle-In-Cell (PIC)

Studi Pengaruh Variasi Bentuk Geometri Potensial Penghalang pada Kasus Difusi Plasma dengan Metode Particle-In-Cell (PIC) Studi Pengaruh Variasi Bentuk Geometri Potensial Penghalang pada Kasus Difusi Plasma dengan Metode Particle-In-Cell (PIC) Muliady Faisal1,a), Acep Purqon2,b) 1 Magister Sains Komputasi, FMIPA ITB 2 Fisika

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG MAGNET PENGANALISIS PADA IMPLANTOR ION DENGAN SIMULATOR SUPERFISH DAN OPERA-3D

PERANCANGAN ULANG MAGNET PENGANALISIS PADA IMPLANTOR ION DENGAN SIMULATOR SUPERFISH DAN OPERA-3D 56 PERANCANGAN ULANG MAGNET PENGANALISIS PADA IMPLANTOR ION DENGAN SIMULATOR SUPERFISH DAN OPERA-3D Taufik, Suprapto, Silakhuddin Pusat Teknologi Akselerator Proses Bahan, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.

Theory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari

Lebih terperinci

ANALISIS PROBLEM ELEKTROSTATIK PADA SUMBER ION MULTICUSP MENGGUNAKAN PROGRAM SUPERFISH 7

ANALISIS PROBLEM ELEKTROSTATIK PADA SUMBER ION MULTICUSP MENGGUNAKAN PROGRAM SUPERFISH 7 ANALISIS PROBLEM ELEKTROSTATIK PADA SUMBER ION MULTICUSP MENGGUNAKAN PROGRAM SUPERFISH Silakhuddin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan ABSTRAK ANALISIS PROBLEM ELEKTROSTATIK PADA SUMBER ION MULTICUSP

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Pokok ahasan Medan Magnetik Abdul Waris Rizal Kurniadi Noitrian Sparisoma Viridi Topik Pengantar Gaya Magnetik Gaya Lorentz ubble Chamber Velocity

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE

ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE ANALISIS SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA IRADIATOR ELEKTRON PULSA (IEP) DENGAN VARASI GEOMETRI ELEKTRODA PEMFOKUS MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Arum Sekar 1, Suprapto 2, Fuad Anwar 3 1 Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL KONSTRUKSI TERHADAP HASIL SIMULASI DARI ISOKRONUS MAGNET SIKLOTRON DECY-13

PERBANDINGAN HASIL KONSTRUKSI TERHADAP HASIL SIMULASI DARI ISOKRONUS MAGNET SIKLOTRON DECY-13 Perbandingan Hasil Konstruksi Terhadap Hasil Simulasi Dari Isokronus Magnet Siklotron DECY-13 (Idrus Abdul Kudus, dkk.) p-issn: 1410-6957, e-issn: 2503-5029 http://ganendra.batan.go.id PERBANDINGAN HASIL

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN. Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN AKSELERATOR PARTIKEL BERMUATAN Pusat Sains dan Teknologi Akselerator Badan Tenaga Nuklir Nasional Alasan dikembangkan AKSELERATOR: Partikel akselerator diteliti dan dikembangkan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,

Lebih terperinci

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Prodi Fisika FMIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. ANALISIS PENGARUH TEGANGAN EKSTRAKSI PADA SIMULASI LINTASAN BERKAS ELEKTRON PADA MESIN BERKAS ELEKTRON 300 kev / 20 ma DI PSTA-BATAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMION 8.1 Andy Saktia Warseno 1, Fuad Anwar 1,

Lebih terperinci

SIMULASI LINTASAN PARTIKEL BERMUATAN (PROTON) DI DALAM CYCLOTRON

SIMULASI LINTASAN PARTIKEL BERMUATAN (PROTON) DI DALAM CYCLOTRON SIMULASI LINTASAN PARTIKEL BERMUATAN (PROTON) DI DALAM CYCLOTRON Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Fisika Disusun Oleh: Dewi Sri Wulansari NIM. 05620013

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR Heri Sudarmanto, Untung Margono -BATAN, Babarsari, Yogyakarta 55281 E-mail: ptapb@batan.go.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PEMBUATAN PROGRAM KONVERSI DATA MEDAN MAGNET HASIL SIMULASI TOSCA KE PROGRAM BCALC MENGGUNAKAN COMI DAN SCILAB

PEMBUATAN PROGRAM KONVERSI DATA MEDAN MAGNET HASIL SIMULASI TOSCA KE PROGRAM BCALC MENGGUNAKAN COMI DAN SCILAB PEMBUATAN PROGRAM KONVERSI DATA MEDAN MAGNET HASIL SIMULASI TOSCA KE PROGRAM BCALC MENGGUNAKAN COMI DAN SCILAB Emy Mulyani, Rian Suryo Darmawan, Agus Dwiatmaja -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 Email:emymulya@batan.go.id;

Lebih terperinci

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8

KEMAGNETAN. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-8 MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-8 CAKUPAN MATERI 1. MAGNET 2. FLUKS MAGNETIK 3. GAYA MAGNET PADA SEBUAH ARUS 4. MUATAN SIRKULASI 5. EFEK HALL

Lebih terperinci

Penyelesaian Numerik Model Ayunan Terpaksa Menggunakan Metode Exponential Time Differencing (ETD) dan Karakteristik Dinamika

Penyelesaian Numerik Model Ayunan Terpaksa Menggunakan Metode Exponential Time Differencing (ETD) dan Karakteristik Dinamika Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF) 56 Penyelesaian Numerik Model Ayunan Terpaksa Menggunakan Metode Exponential Time Differencing (ETD) dan Karakteristik Dinamika Halim Hamadi 1, Fahrudin Nugroho

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Xpedia Fisika DP SNMPTN 05 Doc. Name: XPFIS9910 Version: 2012-06 halaman 1 Sebuah bola bermassa m terikat pada ujung sebuah tali diputar searah jarum jam dalam sebuah lingkaran mendatar dengan jari-jari

Lebih terperinci

SIMULASI PERJALANAN AMPLOP BERKAS AKSELERATOR ION ENERGI MEDIUM

SIMULASI PERJALANAN AMPLOP BERKAS AKSELERATOR ION ENERGI MEDIUM ISSN 1410-6951 SIMULASI PERJALANAN AMPLOP BERKAS AKSELERATOR ION ENERGI MEDIUM Sigit Hariyanto, Slamet Santosa Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan

Pendahuluan. Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1 Pendahuluan Tujuan perkuliahan Setelah mempelajari bab 1 ini, mahasiswa diharapkan 1. Mengetahui gambaran perkuliahan. Mengerti konsep dari satuan alamiah dan satuan-satuan dalam fisika partikel 1.1.

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM PROTEKSI DAN INTERLOCK MESIN SIKLOTRON DECY-13

RANCANGAN SISTEM PROTEKSI DAN INTERLOCK MESIN SIKLOTRON DECY-13 MESIN SIKLOTRON DECY-13 Saminto, Slamet Santoso Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb Yogyakarta 55281, Tel. (0274) 484436, Fax. (0274) 487824 E-mail : saminto@batan.go.id

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

PRODUKSI ARUS ION DARI HEAD SUMBER ION EKSPERIMEN UNTUK SIKLOTRON 13 MeV

PRODUKSI ARUS ION DARI HEAD SUMBER ION EKSPERIMEN UNTUK SIKLOTRON 13 MeV PRODUKSI ARUS ION DARI HEAD SUMBER ION EKSPERIMEN UNTUK SIKLOTRON 13 MeV Silakhuddin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan, BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 611 ykbb, Yogyakarta 55281 email : ptapb@batan.go.id

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 Page 2 Telah dilakukan pembuatan penguat pendorong generator RF untuk siklotron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Atom Pion Atom pion sama seperti atom hidrogen hanya elektron nya diganti menjadi sebuah pion negatif. Partikel ini telah diteliti sekitar empat puluh tahun yang lalu, tetapi

Lebih terperinci

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D SK004 Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2011 (SKF 2011) Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D Fadjar Fathurrahman*, Suprijadi Haryono Abstrak Dalam makalah ini akan dilaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Yogyakarta sedang meneliti dan mengembangkan sistem pengukuran medan magnet untuk alat siklotron.

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 12 April 2017 Materi 1 Relativitas, Galileo vs Einstein 2 Relativitas Simultanitas 3 Relativitas Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta

ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER Oleh: Supardi Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian tentang gejala chaos pada pendulum nonlinier telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul karena adanya pertumbuhan yang tidak normal pada sel jaringan tubuh. Disebut tidak normal, karena sel-sel tumbuh dengan cepat dan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII

BAHAN AJAR 4. Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII BAHAN AJAR 4 Medan Magnet MATERI FISIKA SMA KELAS XII GAYA LORENTZ Pada percobaan oersted telah dibuktikan pengaruh arus listrik terhadap kutub magnet, bagaimana pengaruh kutub magnet terhadap arus listrik

Lebih terperinci

Copyright all right reserved

Copyright  all right reserved Latihan Soal UN SMA / MA 2011 Program IPA Mata Ujian : Fisika Jumlah Soal : 20 1. Gas helium (A r = gram/mol) sebanyak 20 gram dan bersuhu 27 C berada dalam wadah yang volumenya 1,25 liter. Jika tetapan

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas.

BAB 1 PENDAHULUAN. perumusan persamaan integral tidak memerlukan syarat awal dan syarat batas. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak masalah nyata di alam ini yang dapat dibuat model matematikanya. Persamaan diferensial adalah salah satu model matematika yang banyak digunakan pada

Lebih terperinci

KALKULASI PEMBENTUKAN RADIONUKLIDA PADA KOMPONEN SUMBER ION SIKLOTRON

KALKULASI PEMBENTUKAN RADIONUKLIDA PADA KOMPONEN SUMBER ION SIKLOTRON Abstrak KALKULASI PEMBENTUKAN RADIONUKLIDA KALKULASI PADA KOMPONEN PEMBENTUKAN SUMBER ION RADIONUKLIDA SIKLOTRON PADA KOMPONEN SUMBER ION SIKLOTRON Silakhuddin Pusat Teknologi Akselerator Silakhuddin dan

Lebih terperinci

SIMULASI TRANSPOR BERKAS ION DALAM AKSELERATOR SAMES J 2.5

SIMULASI TRANSPOR BERKAS ION DALAM AKSELERATOR SAMES J 2.5 SIMULASI TRANSPOR BERKAS ION DALAM AKSELERATOR SAMES J 2.5 Sigit Hariyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju - BATAN ABSTRAK SIMULASI TRANSPOR BERKAS ION DALAM AKSELERATOR SAMES J 2.5. Telah

Lebih terperinci

2 A (C) - (D) - (E) -

2 A (C) - (D) - (E) - 01. Gaya F sebesar 12 N bekerja pada sebuah benda yang masanya m 1 menyebabkan percepatan sebesar 8 ms -2. Jika F bekerja pada benda yang bermassa m 2 maka percepatannya adalah 2m/s -2. Jika F bekerja

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK

PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK PENYELESAIAN PERSAMAAN SCHRODINGER TIGA DIMENSI UNTUK POTENSIAL NON-SENTRAL ECKART DAN MANNING- ROSEN MENGGUNAKAN METODE ITERASI ASIMTOTIK Disusun oleh : Muhammad Nur Farizky M0212053 SKRIPSI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si.

Inti Atom dan Penyusunnya. Sulistyani, M.Si. Inti Atom dan Penyusunnya Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Eksperimen Marsden dan Geiger Pendahuluan Teori tentang atom pertama kali dikemukakan oleh Dalton bahwa atom bagian terkecil dari

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persoalan yang melibatkan model matematika sering kali muncul dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Persoalan yang melibatkan model matematika sering kali muncul dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komputasi 2.1.1. Metode Analitik dan metode Numerik Persoalan yang melibatkan model matematika sering kali muncul dalam berbagai ilmu pengetahuan, seperti dalam bidang fisika,

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus Teori Relativitas Khusus Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso102.wordpress.com 18 April 2017 Agus Suroso (FTETI-ITB)

Lebih terperinci

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 23,24 Februari 2016

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 23,24 Februari 2016 Magnetostatika Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 23,24 Februari 2016 Agus Suroso (FTETI-ITB) Magnetostatika 23,24 Feb 2016 1 / 28 Materi Definisi gaya

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Version : 0-06 halaman 0. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,8 mm (B) 4,90 mm (C) 4,96 mm (D) 4,98

Lebih terperinci

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1. Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh-

Lebih terperinci

Teori Relativitas Khusus

Teori Relativitas Khusus Teori Relativitas Khusus Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso102.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 2017 Daftar Isi 1 Relativitas,

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I PETUNJUK UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I DR. IR. ISTIARTO, M.ENG. KAMIS, 8 JUNI 017 OPEN BOOK 150 MENIT 1. Saudara tidak boleh menggunakan komputer untuk mengerjakan soal ujian ini.. Tuliskan urutan/cara/formula

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Fisika Kuantum - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0799 Version: 2012-09 halaman 1 01. Daya radiasi benda hitam pada suhu T 1 besarnya 4 kali daya radiasi pada suhu To, maka T 1

Lebih terperinci

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA

UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA UJI FUNGSI SISTEM PEMAYAR MESIN BERKAS ELEKTRON 300 KEV/20 MA Rany Saptaaji, Sukaryono, Suhartono dan Sumaryadi, BATAN Jl. Babarsari POB 6101 Ykbb, Telp. (0274) 488435, Yogyakarta 55281 ABSTRAK UJI FUNGSI

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Medan Magnet Menggunakan LabVIEW, CONTROLLER NI crio-9022, dan DTM-151 Digital Teslameter

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Medan Magnet Menggunakan LabVIEW, CONTROLLER NI crio-9022, dan DTM-151 Digital Teslameter IJEIS, Vol.5, No.2, October 2015, pp. 133~144 ISSN: 2088-3714 133 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Medan Magnet Menggunakan LabVIEW, CONTROLLER NI crio-9022, dan DTM-151 Digital Teslameter Musaffiriyan

Lebih terperinci

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa

SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus

FISIKA SMA MODUL. Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus FISIKA MODUL SMA Tim Akademik - PT Rezeki Lancar Terus 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA PASAL 72 KETENTUAN PIDANA SANKSI PELANGGARAN 1. Barang siapa dengan sengaja

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

Disain Arus Vortex sebagai Gerbang Logika Dasar

Disain Arus Vortex sebagai Gerbang Logika Dasar Disain Arus Vortex sebagai Gerbang Logika Dasar Hari Wisodo 1,2, Pekik Nurwantoro 1, Agung Bambang Setio Utomo 1 1 Jurusan Fisika FMIPA UGM, Yogyakarta, Indonesia 2 Jurusan Fisika FMIPA UM, Malang, Indonesia,

Lebih terperinci

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan

TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016. Pendahuluan. Identitas Tugas. Disusun oleh : Latar Belakang. Tujuan TUGAS KOMPUTASI SISTEM FISIS 2015/2016 Identitas Tugas Program Mencari Titik Nol/Titik Potong Dari Suatu Sistem 27 Oktober 2015 Disusun oleh : Zulfikar Lazuardi Maulana (10212034) Ridho Muhammad Akbar

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Komputasi Gerak Benda Jatuh Relativistik dengan Variasi Percepatan Gravitasi dan Gesekan Menggunakan Bahasa Reduce

Komputasi Gerak Benda Jatuh Relativistik dengan Variasi Percepatan Gravitasi dan Gesekan Menggunakan Bahasa Reduce Komputasi Gerak Benda Jatuh Relativistik dengan Variasi Percepatan Gravitasi dan Gesekan Menggunakan Bahasa Reduce Tri Hartanti dan Arief Hermanto Jurusan Fisika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

JURNAL INFORMATIKA HAMZANWADI Vol. 2 No. 1, Mei 2017, hal. 20-27 ISSN: 2527-6069 SOLUSI PERSAMAAN DIRAC UNTUK POTENSIAL POSCH-TELLER TERMODIFIKASI DENGAN POTENSIAL TENSOR TIPE COULOMB PADA SPIN SIMETRI

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi: Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga

Lebih terperinci

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan:

Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p. Menghasilkan: Merasakan: KEMAGNETAN Menu hari ini (2 minggu): Medan dan Gaya Magnet Medan Gravitasi Listrik Massa m Muatan q (±) Menghasilkan: Merasakan: Tinjau juga Dipol p Menghasilkan: Merasakan: Magnet Batang Kutub sejenis

Lebih terperinci

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM

FISIKA MODERN DAN FISIKA ATOM MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-14 CAKUPAN MATERI 1. TEORI RELATIVITAS KHUSUS. EFEK FOTOLISTRIK 3. GELOMBANG DE BROGLIE 4. ATOM HIDROGEN 5. DIAGRAM

Lebih terperinci

FI-2283 PEMROGRAMAN DAN SIMULASI FISIKA

FI-2283 PEMROGRAMAN DAN SIMULASI FISIKA FI-2283 PEMROGRAMAN DAN SIMULASI FISIKA MODUL RBL Peraturan RBL 1. RBL dilakukan dalam kelompok. Setiap kelompok boleh memiliki anggota max. 2 orang yang berada pada shift praktikum yang sama. 2. Setiap

Lebih terperinci

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017

Magnetostatika. Agus Suroso. Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung. 20 Februari 2017 Magnetostatika Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung 20 Februari 2017 Agus Suroso (FTETI-ITB) Magnetostatika 20 Feb 2017 1 / 28 Materi Definisi gaya Lorentz

Lebih terperinci

PEMBUATAN PEMANDU BERKAS ION SPEKTROMETER MASSA. Pusat Penelitian Nuklir Vogyakarta ABSTRAK

PEMBUATAN PEMANDU BERKAS ION SPEKTROMETER MASSA. Pusat Penelitian Nuklir Vogyakarta ABSTRAK PEMBUATAN PEMANDU BERKAS ION SPEKTROMETER MASSA Sutadji Sugiarto Pusat Penelitian Nuklir Vogyakarta ABSTRAK Pad a pengukuran kandungan suatu unsur dalam suatu bahan dengan spektrometer massa bahan diionisasi

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS

KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS By: DR. Ibnu Mas ud KUMPULAN SOAL SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2011/2012 SEKOLAH MENENGAH ATAS A. OPTIKA FISIS 1. Jarak antara garis terang ke dua ke pusat pada percobaan Young adalah 4 mm. Jarak antara

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul Haerul Jusmar Ibrahim 1,a), Arka Yanitama 1,b), Henny Dwi Bhakti 1,c) dan Sparisoma Viridi 2,d) 1 Program Studi Magister Sains Komputasi,

Lebih terperinci

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA.

Jurnal MIPA 37 (2) (2014): Jurnal MIPA. Jurnal MIPA 37 (2) (2014): 192-199 Jurnal MIPA http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jm PENYELESAIAN PERSAMAAN DUFFING OSILATOR PADA APLIKASI WEAK SIGNAL DETECTION MENGGUNAKAN METODE AVERAGING Z A Tamimi

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2008 Fisika

UN SMA IPA 2008 Fisika UN SMA IPA 2008 Fisika Kode Soal P67 Doc. Name: UNSMAIPA2008FISP67 Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Tebal pelat logam diukur dengan mikrometer skrup seperti gambar Tebal pelat logam adalah... (A) 4,85

Lebih terperinci