BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan"

Transkripsi

1 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Industri Kerajinan Aneka Rotan Industri kerajinan Aneka Rotan terletak di Desa Luwo o, yakni salah satu desa di Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo sekitar 7-8 km dari pusat Kota Gorontalo. Desa tersebut berbatasan dengan beberapa desa dan kecamatan lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Bulango Kecamatan Telaga Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tenggela Kecamatan Tilango, sebelah Timur berbatasan Desa Bulila Kecamatan Telaga dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Buhu Kecamatan Telaga Jaya. Terdapat Sungai Bulango yang merupakan penghubung perbatasan antara Desa Luwo o dengan Desa Bulila Kecamatan Telaga. Berikut peta Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Gambar 4. Peta Desa Luwo o Sumber: Data kantor Desa Luwo o Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Dari data yang dikemukakan di atas, dapat dilihat pada peta Desa Luwo o sehingga mempermudah masyarakat luas untuk mengetahui lokasi industri kerajinan Aneka Rotan. Lokasi industri tersebut merupakan lokasi yang cukup strategis. Hal ini didukung oleh adanya jaringan transportasi di Gorontalo seperti

2 36 kendaraan bermotor, maupun kendaraan angkutan umum yang memudahkan masyarakat luas untuk menempuh lokasi tersebut. Dilihat dari jarak, aksesibilitas industri tersebut tergolong rendah, karena jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota yang merupakan tempat untuk memasarkan produk seperti yang dipaparkan Tamim dalam (Herliani, 2003: 7). Meskipun aksesibilitas pada industri kerajinan aneka rotan rendah, namun transportasi antara kedua tempat tersebut baik, sehingga waktu tempuh menjadi lebih singkat. Dalam konteks ini aksesibilitas kerajinan tersebut termasuk tinggi. Menurut data yang ada di kantor Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo pada tahun 2012, luas wilayah desa ini 86,57 ha/m² yang terbagi menjadi luas perkebunan 22,6 ha/m², perkantoran 0,25 ha/m², persawahan 1 ha/m², kuburan 1,5 ha/m², permukiman 55 ha/m², pekarangan kosong 2,66 ha/m² dan prasarana umum lainnya 4 ha/m2 (dokumen 2012, tidak diterbitkan). Di desa tersebut luas wilayahnya dipadati dengan permukiman warga. Selain dari itu, sebagian merupakan lahan perkebunan dengan hasil berupa tanaman jagung. Di desa ini, tidak terdapat tumbuhan rotan karena tidak adanya hutan ataupun tempat untuk pembudidayaan tumbuhan rotan. Dari data di atas, nampaknya eksistensi kerajinan rotan di desa Luwo o tidak terkait langsung dengan keadaan alam di desa tersebut, karena tumbuhan rotan tidak terdapat di desa ini. Tumbuhan rotan yang digunakan sebagai bahan baku diperoleh dari daerah lain seperti di pasar tradisional Tapa Bone Bolango dan para perotan di daerah Suwawa, Paguyaman dan Kotamobagu, guna mendukung eksistensi kerajinan rotan di Desa Luwo o. Bisa ditegaskan bahwa

3 37 tumbuh-kembangnya suatu jenis kerajinan tidak selalu terkait dengan kondisi alam sebagai penyedia bahan baku. Terkait dengan keadaan penduduk, menurut data yang ada di kantor kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo pada tahun jumlah penduduk Desa Luwo o meningkat dari 2902 jiwa menjadi 3091 jiwa, dengan jumlah laki-laki 1508 dan perempuan 1583 dari 873 kepala keluarga. Masyarakat di desa ini hampir seluruhnya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Menengah Atas atau sederajat bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Mata pencaharian penduduk di desa tersebut terdiri dari petani, buruh, Pengawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, karyawan, tukang, nelayan, peternak, pengrajin, sopir angkutan dan pengemudi bentor (dokumen Kantor kecamatan Telaga Jaya 2012, tidak diterbitkan). Data kependudukan di atas menunjukkan bahwa penduduk di desa tersebut menekuni berbagai profesi, salah satunya sebagai pengrajin. Meskipun tidak ditemukan presentase penduduk yang menekuni bidang kerajinan, akan tetapi dengan adanya pengrajin di desa tersebut jelas merupakan sumber daya manusia yang mendukung eksistensi berbagai sektor di desa Luwo o, termasuk kerajinan Aneka Rotan yang berlokasi di desa tersebut. Di Desa Luwo o terdapat industri kecil dan menengah yang terdiri satu industri rumah makan, tiga industri kue dan lima industri kerajinan. Aneka Rotan merupakan salah satu industri kerajinan milik bapak Alfian Nggule yang terletak di jalan Teknik Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. Usaha ini dirintis Alfian Nggule sejak tahun 2002, yang didasari oleh keinginan

4 38 untuk lebih mandiri dan didukung pengalaman serta keterampilan yang dimiliki, selama bekerja dengan orang tuanya dibawah payung industri rotan Sepakat. Data di atas menunjukkan bahwa berdirinya industri kerajinan Aneka Rotan sejak tahun 2002 sampai saat ini karena dengan adanya keinginan untuk lebih mandiri serta didukung pengalaman dan ketrampilan yang telah dimiliki. Secara tidak langsung dengan adanya industri Aneka Rotan ini mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitarnya. Seiring berjalannya waktu, industri kerajinan Aneka Rotan memperoleh legalitas dari pemerintah dalam bentuk Surat Izin Tempat Usaha (SITU) pada tahun 2009 dengan no 503/KTP/2887/PK/VI/2009. Adapun tujuan dari industri kerajinan Aneka Rotan sebagai berikut: a. Mewujudkan perusahaan rotan yang mandiri. b. Meningkatkan kapasitas dan kualitas produk yang dihasilkan. c. Memperluas jaringan kemitraan pada pemasaran. d. Meningkatkan ketrampilan dan kesejahteraan pengrajin (karyawan) Adanya kebijakan pemerintah berupa surat izin tempat usaha dapat mempermudah industri kerajinan aneka rotan memperoleh bantuan Dinas Perindustrian dan Perdagangan provinsi Gorontalo pada tahun Selain itu, adanya SITU juga menambah keyakinan para konsumen untuk membeli produk pada industri tersebut, akan tetapi industri wajib untuk membayar pajak. Untuk memfokuskan pembagian kerja pada industri kerajinan Aneka Rotan juga memiliki struktur organisasi yang dibuat dari tahun 2002 dan belum

5 39 mengalami perubahan hingga saai ini. Berikut struktur organisasi pada industri kerajinan Aneka Rotan: Gambar 5. Struktur organisasi industri kerajinan Aneka rotan Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juli 2013 Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 22 Juli 2013 pukul 09.30), adapun tugas dari masing-masing pembagian kerja sebagai berikut: a. Pemimpin bertugas untuk mengelola, memantau dan mengontrol perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan. b. Sekretaris memilki tugas dalam mengelola administrasi khususnya yang berkaitan dengan dokumentasi industri kerajinan Aneka Rotan. c. Bendahara mengelola administrasi keuangan dan pembukuan industri kerajinan Aneka Rotan. d. Bagian pengadaan bahan baku memiliki tugas untuk membeli semua bahan baku untuk pembuatan produk. e. Bagian produksi bertugas untuk mengontrol proses pembuatan produk dalam mememuhi permintaan atau pemasaran dari konsumen melalui bagian pemasaran.

6 40 f. Bagian pemasaran memiliki tugas memperkenalkan atau mempromosikan produk Aneka Rotan kepada konsumen hingga transaksi jual beli. Dari informasi itu, dengan adanya pembagian tugas kerja pada industri kerajinan Aneka Rotan maka tenaga kerja (pengrajin) dapat mengefisienkan waktu kerja, mempermudah dalam mempertanggung jawabkan tugas masingmasing, juga saling menjaga hubungan kerja antara sesama tenaga kerja demi keberlangsungan industri kerajinan Aneka Rotan. Dengan demikian, manajemen yang diterapkan industri tersebut dapat terorganisir dengan baik. Selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan di Desa Luwo o Kecamatan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo, akan digolongkan menjadi 2 periode. Periode I dimulai sejak tahun dan periode II dimulai sejak tahun Pembagian periode ini didasarkan adanya perubahan bahan baku yang digunakan, jenis/bentuk produk yang dihasilkan, keterlibatan pengrajin/karyawan dan pemasaran produk yang mengalami perkembangan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Kerajinan Rotan Priode I ( Tahun ) Bahan Baku Menurut Milki (salah satu karyawan industri kerajinan Aneka Rotan), rotan merupakan salah hasil hutan yang ada di Gorontalo memiliki sifat yang kuat dan mudah dibentuk sehingga dapat digunakan untuk bahan baku kerajinan. Rotan yang biasa digunakan untuk bahan kerajinan yaitu rotan asalan/mentah dan rotan fitri. Rotan asalan yang terdiri dari rotan batang, tohiti, umbul dan ikat. Rotan fitri

7 41 yaitu rotan yang sudah diolah dengan mesin dan sudah siap dianyam. Adapun harga bahan rotan asalan/mentah dijual perbatang kecuali untuk rotan ikat dijual per ikat yang terdiri dari 100 batang, dan untuk bahan siap anyam yaitu rotan fitri yang dijual perkilogram (wawancara, Senin 17 Juni 2013 pukul 16.30). Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara, Senin 17 Juni pukul 09.15), pada periode ini rotan asalan/mentah di peroleh dari pasar tradisional Tapa, Bone Bolango. Selain di Tapa, petani hasil hutan rotan dari Suwawa, Paguyaman dan Kotamobagu juga menawarkan langsung ke tempat-tempat industri kerajinan rotan. Rotan fitri yang merupakan bahan baku rotan siap anyam diperoleh pada pengolahan rotan Belaniko di kelurahan Dulomo kota Gorontalo. Selain bahan baku rotan, bahan pendukung lainnya seperti kayu ring diperoleh dari tempat penjualan kayu serta bahan seperti amplas, politer, tiner, kertas dan lain-lain diperoleh atau dibeli di toko bangunan yang ada disekitaran Talaga dan Kota Gorontalo. Bahan-bahan baku dan pendukung lainnya tidak setiap bulan dibeli namun tergantung kebutuhan (kegunaan). Alfian Nggule menegaskan, berikut bahan baku yang digunakan pada industri kerajinan Aneka Rotan yaitu rotan batang yang biasa digunakan untuk kerangka kursi dan meja. 1 rotan batang memiliki panjang 4 meter, berdiameter 3-4 cm dengan sekali membeli sebanyak batang, seperti nampak pada gambar berikut:

8 42 Gambar 6. Rotan batang FotoS: Peneliti, 17 Juni 2013 Rotan tohiti yaitu rotan yang biasa digunakan untuk menunjang pembuatan kerangka kursi dan meja, sedangkan rotan umbul yang lebih lentur dari rotan tohiti biasa digunakan untuk pembuatan gagang keranjang dan kerangka beberapa miniatur. Kedua jenis rotan ini memiliki diameter 1-2 cm dan panjang 4 meter. Untuk pengadaan bahan tersebut, industri kerajinan Aneka Rotan membeli masing-masing sebanyak 750 batang untuk sekali pembelian. Gambar 7. Rotan umbul Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Rotan ikat dijadikan lilitan yang berfungsi sebagai pengikat pada produk kerajinan. Rotan ikat memiliki ukuran sebesar pensil hingga jari kelingking orang

9 43 dewasa dan setiap ikatnya terdiri dari 100 ujung, untuk sekali membeli sebanyak 1-2 ikat. Rotan ikat ini nampak pada gambar berikut: Gambar 8. Rotan ikat Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Rotan fitri untuk sekali beli sebanyak 800 kg, rotan ini merupakan bahan utama untuk anyaman dan yang paling halus serta elastis dibandingkan dengan rotan lainnya yang digunakan pada industri kerajinan Aneka Rotan. Gambar 9. Rotan fitri Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Menurut Milki, rotan asalan dan rotan fitri adalah rotan yang sudah siap pakai. Dimana proses pengolahan rotan tersebut yaitu melalui perancangan, pembentukan dan finishing akhir sehingga menjadi produk yang siap untuk dipasarkan (wawancara, Kamis 31 September 2013 pukul 16.40).

10 44 Berdasarkan data tersebut, dapat dianalisis bahwa rotan adalah salah satu hasil hutan yang ada di povinsi Gorontalo, yang dapat digunakan sebagai bahan baku kerajinan. Dengan keberadaan rotan di provinsi ini memudahkan para pengrajin untuk mendapatkan bahan anyaman. Kemudahan untuk memperoleh bahan baku merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung eksistensi dan perkembangan industri kerajinan. Demikian halnya dengan industri kerajinan Aneka Rotan yang memanfaatkan keberadaan rotan sebagai bahan baku kerajinan. Berdasarkan telaah pustaka (Sugiarti, 1982: 5), rotan memiliki sifat yang kuat dan kokoh sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel. Demikian halnya, pada Industri kerajinan Aneka Rotan menggunakan rotan sebagai bahan baku anyaman yang memiliki sifat kuat dan kokoh. Rotan tersebut merupakan salah satu dari bahan baku alami yang dianyam menjadi kursi, keranjang dan sejenisnya. Dilihat dari proses pengolahan bahan baku dilakukan oleh industri kerajinan Aneka rotan yang pengolahan bahan mentah maupun bahan setengah jadi yang selanjutnya diproses menjadi suatu produk. Meskipun pengolahan yang dilakukan termasuk pada proses pengolahan bahan rotan ketiga atau olahan sekunder. Industri tersebut mampu menghasilkan sebuah produk yang diminati konsumen. Proses pengolahan bahan baku yang ketiga seperti dalam pemaparan Januminro (2000: ), proses ketiga pengolahan bahan rotan adalah pengolahan bahan rotan jadi/siap pakai. Dimana hasil dari pengolahan bahan mentah maupun bahan setengah ini selanjutnya diproses dengan melakukan

11 45 perancangan, pembentukan/pembuatan dan finishing kemudian menjadi produk yang siap dipasarkan. Berdasarkan klasifikasi industri kerajinan Aneka Rotan termasuk pada industri sekunder, karena berdasarkan telaah pustaka Kristanto (2004:157), Industri sekunder yaitu industri yang mengubah barang setengah jadi menjadi barang jadi. Selain itu, menurut Sanusi (2012: 198) industri sekunder yaitu yang mengolah lebih lanjut hasil olahan industri primer berupa produk setengah jadi menjadi produk barang jadi. Dengan demikian dapat ditegaskan, bahwa salah satu penyebab eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan tahun , karena kemudahan memperoleh bahan baku berupa rotan baik rotan mentah maupun rotan setengah jadi. Beragam jenis rotan tersebut, bahkan ditawarkan langsung oleh pencari rotan dari berbagai wilayah ke tempat produksi kerajinan Aneka Rotan Pengrajin/Tenaga Kerja Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk membuat suatu barang. Barang yang dimaksudkan ialah produk kerajinan dari bahan baku rotan. Menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juli 2013 pukul 09.45), keterampilan yang dimiliki pengrajin mayoritas diperoleh dari warisan orang tua. Pengrajin di periode ini ada yang keluar dan kemudian digantikan orang lain, akan tetapi industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap sebanyak 7 orang. Pengrajin tersebut memiliki tanggung jawab dalam bidangnya masing-masing, seperti dibagian pembuatan kerangka, menganyam, dan finishing

12 46 akhir dengan upah borongan. Adapun upah para pengrajin pada periode I menurut Alfian Nggule berkisar antara Rp ,- sampai Rp sesuai dengan hasil pekerjaan pengrajin. Berikut nama-nama pengrajin/tenaga kerja pada industri kerajinan Aneka Rotan: Tabel 4.1 Daftar nama pensgrajin/tenaga kerja periode I industri kerajinan aneka rotan. Tahun No Nama Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan 1 Ajis Kasim 23 Thn SLTA Finishing Aktif Hamzah 54 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 30 Thn STM Anyaman Aktif Oman 24 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 37 Thn STM Kerangka Aktif Odik 21 Thn SMP Finishing Aktif Anong 32 Thn SMA Jok bantalan Aktif Ajis Kasim 24 Thn SLTA Finishing Aktif Hamzah 55 Thn SD Kerangka Aktif Abulah 31 Thn STM Anyaman Aktif Oman 25 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 38 Thn STM Kerangka Aktif Halit 48 Thn SMP Finishing Aktif Sain 48 Thn SMP Jok bantalan Aktif Hamzah 56 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 32 Thn STM Anyaman Aktif Oman 26 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 39 Thn STM Kerangka Aktif Asis 32 Thn SD Finishing Aktif Paksi 19 Thn SMP Jok bantalan Aktif Une 36 Thn SMA Anyaman Aktif Hamzah 57 Thn SD Finishing Aktif Abdullah 33 Thn STM Kerangka Aktif Oman 27 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 40 Thn STM Kerangka Aktif Asis 33 Thn SD Finishing Aktif Paksi 20 Thn SMP Jok bantalan Aktif Une 37 Thn SMA Anyaman Aktif Hamzah 58 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 34 Thn STM Anyaman Aktif Oman 28 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 41 Thn STM Kerangka Aktif Asis 34 Thn SD Finishing Aktif Paksi 21 Thn SMP Jok bantalan Aktif Une 38 Thn SMA Anyaman Aktif Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 35 Thn STM Anyaman Aktif Oman 29 Thn SD Anyaman Aktif 2007

13 47 4 Ismail 42 Thn STM Kerangka Aktif Asis 35 Thn SD Finishing Aktif Paksi 22 Thn SMP Jok bantalan Aktif Kadir 43 Thn SLTA Anyaman Aktif 2007 Sumber : Data Peneliti 2013 Dari data pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan periode I, pengrajin tersebut ada yang keluar dan digantikan dengan pengrajin lainnya. Meskipun demikian, industri kerajinan Aneka Rotan memiliki pengrajin tetap sebanyak 7 orang. Berdasarkan jumlah tenaga kerja pada industri kerajina Aneka Rotan maka industri ini termasuk pada industri kecil, karena industri tersebut mempekerjakan tenaga kerja diantara 5 sampai 19 tenaga kerja (Saleh, 1986:4). Dilihat dari segi usia pengrajin tersebut dominan berusia dewasa, dalam hal ini kekuatan fisik untuk melakukan pekerjaan masih tergolong baik. Selain itu, tingkat pendidikan yang ditempuh pengrajin tidak sesuai dengan bidang pekerjaannya (Keterampilan). Namun keterampilan yang dimiliki pengrajin diperoleh dari warisan turun-temurun. Keberadaan pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan dapat menghasilkan produk yang lebih baik. Hal tersebut, merupakan salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembembangan industri kerajinan Aneka rotan Produk Produk ialah berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin dan dapat diperjualbelikan. Berdasarkan hasil wawancara dari Alfian Nggule (Sabtu,29 Juli 2013 pukul 17.00), produk pertama kali dibuat adalah kursi Bia, seiring berjalannya waktu produk yang dihasilkan semakin bertambah dengan proses pengerjaan sebagai berikut:

14 48 a. Desain, dilihat dari pola maupun gambar yang sudah disediakan. b. Menyiapkan bahan baku, seperti rotan asalan biasanya digunakan sebagai kerangka maupun pengikat pada kursi, meja dan sejenisnya. Berikut gambar kerangka kursi dari bahan rotan asalan. Gambar 10. Kerangka kursi Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 c. Menganyam, untuk bahan menganyam menggunakan rotan fitri dengan proses anyaman pada kerangka yang telah dibentuk, dianyam penuh maupun sebagian pada kerangka produk tersebut dengan menggunakan jenis anyaman sasak maupun kepang. Berikut ini gambar sebagian dari kerangka kursi sedang dianyam. Gambar 11. Kerangka Kursi sebagian sudah dianyam Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 d. Proses memperbaiki anyaman yang masih terlihat kasar.

15 49 e. Finishing yaitu melakukan pengecetan dengan menggunakan politur dan langkah selanjutnya penjemuran produk. Berikut ini gambar proses finishing. Gambar 12. Proses finishing Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Lebih lanjut menurut beliau, produk-produk yang dihasilkan pada periode ini ialah kursi, aneka keranjang, kap lampu, dan miniatur. Sebagian besar dari produk tersebut merupakan produk yang pernah beliau (Alfian Nggule) buat ketika masih membantu pekerjaan sang ayah. Produk tersebut memiliki ukuran dan bentuk berbeda sesuai selera para konsumen. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa produk yang dihasilkan pada periode I: a. Kursi Tamu dan Kursi Teras/Kursi Santai. 1) Kursi Tamu Beringin Kursi beringin terdiri dari 4 kursi dengan 1 meja kaca dan dua kursi ukuran sama. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk ini adalah semua bahan baku rotan dan bahan pendukung yang dibutuhkan. Pengerjaan kursi dengan cara dianyam pada bagian tertentu, jenis anyaman yang digunakan anyaman sasak. Sedangkan pengerjaan pada meja yaitu merangkai bahan rotan asalan hingga menjadi kerangka meja, selanjutnya pada

16 50 bagian atas meja dipasang kaca dengan menghabiskan waktu selama delapan hari. Berikut gambar kursi beringin. 2). Kursi Tamu Kakak Tua Gambar 13. Kursi tamu beringin Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Kursi tamu selanjutnya dengan nama Kakak Tua cara pengerjaan, bahan dan waktu yang digunakan sama dengan kursi sebelumnya (kursi beringin), namun kursi ini memiliki bentuk dan ukuran yang sama antara 1 dengan yang lain. Seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 14. Kursi tamu kakak tua Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni ). Kursi Tamu Sandiwal

17 51 Kursi tamu 1 set yang berbentuk setengah bulat ini, terdiri 1 kursi ukuran lebar, 2 kursi ukuran sama dengan ukuran lebih pendek dan1 tempat duduk berbentuk bangku. Bahan yang digunakan lebih banyak rotan fitri dibandingkan dengan rotan asalan lainnya. Pengerjaannya membutuhkan waktu 2 minggu, dengan proses anyaman penuh pada bagian kursi, sedangakan untuk meja hanya pada bagian pinggir serta bagian bawah yang berfungsi sebagi tempat buku. Berikut gambar kursi setengah bulat: 3) Kursi Tamu Segi Empat Gambar 15. Kursi tamu Sandiwal Foto Repro: Peneliti, 17 Juni set kursi tersebut terdiri dari 4 kursi berbentuk segi empat dan ukuran sama dengan meja berbentuk kotak. Bahan-bahan yang digunakan untuk produk ini adalah rotan fitri, beberapa rotan asalan dan bahan pendukung lainnya yang dibutuhkan. Cara membuatnya dengan menganyam ¾ pada badan kursi dan ¼ pada meja. Desain meja tidak memiliki rak yang berfungsi untuk menyimpan koran atau majalah dengan proses pengerjaannya memakan waktu selama 2 minggu, untuk lebih jelasnya terdapat pada gambar berikut:

18 52 4) Kursi Teras Bentuk Bia Gambar 16. Kursi tamu segi 4 Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Jenis kursi Bia merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari industri kerajinan Aneka Rotan, terdiri dari 2 buah kursi dan satu buah meja. Kursi teras ini lebih banyak menggunakan rotan fitri dibandingkan rotan asalan ditambah bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi. Cara pengerjaan 1 set produk dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi dan meja. Waktu yang digunakan untuk mengerjakan produk ini sekitar 1 minggu. Berikut gambar kursi teras/santai bentuk Bia: seperti nampak pada gambar di bawah ini: Gambar 17. Kursi teras/santai (Bia) Sumber: Data industri keraijinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

19 53 5) Kursi Teras Bentuk Kipas Jenis kursi ini merupakan salah satu kursi teras yang dihasilkan oleh industri kerajinan Aneka Rotan. Terdiri dari 2 buah kursi sama bentuk dan ukuran dengan mengunakan meja berbentuk bundar. Kursi teras ini mengunakan bahan baku rotan dengan bahan pendukung lain, kecuali kayu ring dan alas kaki kursi. Cara pengerjaan 1 set produk dianyam dengan membutuhkan waktu kerja selama 1 minggu. Berikut kursi teras/santai bentuk kipas: b. Aneka Keranjang Gambar 18. Kursi teras/santai (kipas) Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Produk selanjutnya yang diproduksi oleh industri kerajinan Aneka Rotan yaitu aneka keranjang, dengan model memakai penutup dan tidak berpenutup yang sesuai dengan fungsi keranjang tersebut. Keranjang-keranjang tersebut dibuat dengan menggunakan bahan baku rotan fitri dan rotan ikat. Bahan-bahan pendukung seperti: kaca, busa, kayu ring, dan alas kaki tidak dipergunakan pada produk tersebut. Pengerjaan keranjang tergantung tingkat kerapatan anyaman dan ukuran/besar produk. Berikut aneka keranjang yang diproduksi oleh industri kerajinan Aneka Rotan pada periode I:

20 54 1) Keranjang Buah Keranjang buah ini, terdiri dari bentuk oval, segi empat dan bentuk hati dengan menggunakan bahan seperti rotan fitri dan rotan umbul. Cara membuat produk ini dengan menggunakan jenis anyaman kepang pada badan keranjang, untuk bagian pegangan keranjang menggunakan rotan umbul. Proses pengerjaannya membutuhkan waktu selama ± 2 jam, seperti nampak pada gambar di bawah ini. Gambar 19. Keranjang buah tanpa penutup bentuk persegi 4 Foto: Peneliti, 11 Juni 2013 Gambar 20. Keranjang buah tanpa penutup bentuk oval Foto: Peneliti, 11 Juni 2013

21 55 2) Keranjang Tempat Sampah Gambar 21. Keranjang buah tanpa penutup bentuk hati Foto: Peneliti, 11 Juni 2013 Keranjang ini berbentuk bulat tanpa menggunakan penutup dengan bahan utama rotan fitri. Proses pengerjaannya menggunakan jenis anyaman sasak, anyaman tersebut dibuat sangat rapat sehingga tidak terlihat ruangan pada badan produk tersebut. Waktu penyelesaian jenis produk ini ± 3 jam. Berikut gambar keranjang tempat sampah: Gambar 22. Keranjang tempat sampah tanpa penutup Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 11Juni ) Keranjang Tempat Pakaian Bentuk keranjang yang terakhir pada periode ini adalah keranjang tempat pakaian kotor. Keranjang berbentuk bulat dan berpenutup, dengan bahan utama

22 56 rotan fitri ditambah bahan pendukung lainnya. Cara pengerjaan sebuah produk ini di anyam dengan membutuhkan waktu ± 5 jam. Berikut gambar tempat pakaian: c. Kap Lampu Gambar 23. Keranjang tempat pakaian kotor Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 11 Juni 2013 Selain kursi dan aneka keranjang, pada periode ini industri kerajinan Aneka Rotan juga memproduksi kap lampu. Kap lampu ini terdiri dari kap lampu duduk dan gantung. 1) Kap Lampu Gantung Bentuk kap lampu gantung yaitu bulat dan bahan yang digunakan dalam membuat produk tersebut adalah rotan fitri dan rotan ikat serta bahan pendukung lain. Adapun cara pembuatanya yakni rotan fitri dianyam ¾ pada badan kap lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan rotan fitri sehingga terdapat celah pada produk tersebut, sedangkan untuk rotan ikat hanya digunakan pada gantungan kap lampu tersebut. Berikut gambar lampu gantung:

23 57 2) Kap Lampu Duduk Gambar 24. Kap lampu gantung Foto: Peneliti, 11 Juni Kap lampu duduk berbentuk persegi 5 dengan dudukan kaki berbentuk segi tiga. Bahan yang digunakan adalah rotan fitri, rotan ikat dan bahan pendukung lainnya seperti lampu, dll. Rotan fitri digunakan untuk menganyam bagian atas dan dudukan kap lampu tersebut, sedangkan bagian batang/ tangkai ± 2 hari, seperti tampak pada gambar berikut ini: d. Miniatur Gambar 25. Kap lampu duduk Foto: Peneliti, 11 Juni Miniatur merupakan produk selanjutnya yang diproduksi pada industri kerajinan Aneka Rotan periode I. Miniatur berukuran 10x10cm dengan diameter

24 58 sekitar 8 cm. Bahan baku yang digunakan rotan fitri dan rotan umbul dan bahan pendukung. Miniatur tersebut dikerjakan selama 3 hari, dengan tujuan menggambarkan bentuk sebuah benda. Miniatur tersebut tampak pada gambar di bawah ini: Gambar 26. Aneka bentuk miniatur Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 11 Juni 2013 Berdasarkan temuan penelitian, dapat dianalisis bahwa industri kerajinan Aneka Rotan memproduksi berupa pengubahan dari bahan alam yaitu rotan menjadi barang kerajinan seperti kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur. Barang tersebut merupakan hasil dari keterampilan tangan dengan cara dianyam. Produk tersebut dikerjakan melalui pembuatan desain hingga finishing akhir. Pengerjaan produk tersebut membutuhkan waktu yang berbeda sesuai dengan besar dan jenis anyaman yang digunakan. Berdasarkan telaah pustaka Anton Gerbono (2009: 37-38) jenis anyaman yang biasa digunakan pera pengrajin yaitu anyaman sasak, anyaman kepang dan anyman pita. Ternyata pengrajin industri kerajinan Aneka Rotan pada periode I, hanya menggunakan jenis anyaman sasak dan kepang. Anyaman tersebut menambah nilai keindahan pada produk industri kerajinan Aneka Rotan. Selain

25 59 itu, jenis anyaman yang digunakan dapat menghasilkan lebih dari satu poduk, hal ini mendukung eksistensi dan perkembangan industri kerajinan Aneka Rotan. Industri kerajinan Aneka Rotan yang menghasilkan berupa barang yaitu kursi, keranjang, kap lampu, dan miniatur, maka industri ini dapat digolongkan dalam industri kecil. Hal ini berdasarkan teori tentang industri kecil seperti dijelaskan Akmal (2006:24) bahwa industri kecil adalah suatu usaha dalam perekonomian yang merupakan proses yang bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa. Selain dari itu, industri kerajinan Aneka Rotan dapat digolongkan dalam industri kecil kerajinan, karena berdasarkan telaah pustaka tentang penggolongan industri kecil berdasarkan produk (DISPERINDAG, 2012), industri tersebut menghasilkan produk berupa kerajinan. Adanya sistem produksi yang teratur dan berkesinambungan hingga mampu meningkatkan beragam jenis produk kerajinan rotan, merupakan faktor pendukung yang menjadikan industri kerajinan Aneka Rotan memiliki eksistensi dan makin berkembang sejak tahun Pemasaran Hasil Produk Dari hasil wawancara dengan Alfian Nggule selaku pemilik industri kerajinan Aneka Rotan, pemasaran yang dilakukan melalui beberapa cara diantaranya melalui Show Room Sepakat yang merupakan milik orang tuanya yang terletak di jalan Agus Salim Kelurahan Limba U2 Kota Gorontalo, melalui brosur, dan menjalin kerja sama dengan DISPERINDAG Provinsi Gorontalo. Lebih lanjut beliau menjelaskan, kerja sama dilakukan dengan DISPERINDAG Provinsi Gorontalo dalam bentuk keikutsertaan kegiatan-

26 60 kegiatan seperti perlombaan cipta desain handycraft se-provinsi Gorontalo pada tahun 2005, dan mengikuti pameran produk ekspor Indonesian Solo Exhibition di Shiaghai Cina pada tahun Melalui hal tersebut pemasaran produk industri kerajian Aneka Rotan hingga ke daerah Manado, Makasar, Palu, Jaya pura, bahkan ke negara Australia dan Italia, (wawancara Sabtu, 19 Juni 2013 pukul 16.15). Dari data yang dipeloleh, pemasaran yang dilakukan pada industri kerajinan Aneka Rotan tidak hanya ditempat industri tersebut melainkan dalam bentuk kerja sama dengan instansi lain. Hal ini sangat membantu proses pemasaran produk industri kerajinan Aneka Rotan hingga keluar daerah Gorontalo. Ditinjau dari segi pemasaran yang dilakukan industri kerajinan Aneka Rotan, maka industri tersebut termasuk pada kelompok industri sentra, seperti yang dijelaskan oleh Saleh (1986: 50), industri Sentra adalah kelompok industri dari segi usahanya mempunyai skala yang sangat kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokkan kawasan produksi yang terdiri dari kelompok unit usaha yang menghasilkan barang sejenis dan ditinjau dari segi target pemasaran, umumnya menjangkau pasar yang lebih luas, sehingga peranan pedagang perantara atau pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol. Adanya sistem pemasaran dan segmen yang dituju pada industri keajinan Aneka Rotan, maka terjadi suatu proses sosial dimana didalamnya individu tersebut dapat menciptakan apa yang diinginkan, seperti dijelaskan Kotler (2009: 6). Dengan demikian, salah satu faktor pendukung eksistensi dan perkembangan telah dilaksanakan oleh industri tersebut.

27 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Kerajinan Rotan Periode II (Tahun ) Bahan Baku Menurut Milki, pada periode ini terjadi kelangkaan dan kenaikan harga bahan baku rotan yang disebabkan oleh adanya kebijakan pemerintah dengan meniadakan bahan baku rotan ekspor. Sehingga mengakibatkan beberapa industri pengolahan bahan baku rotanpun tutup, seperti Belaniko yang terletak di Kota Selatan, Kelurahan Dulomo. Hal ini mengharuskan Alfian Nggule membeli bahan baku rotan siap anyam (fitri) yang diperoleh dari CV. Surya Sakti di Ulapato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo. Sementara untuk rotan asalan diperoleh dari kota Gorontalo (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 15.30). Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 19.30), pada periode II selain perpindahan pengadaan bahan baku rotan, terjadi juga pengembangan bahan baku yang digunakan yaitu perpaduan antara rotan dan eceng gondok. Eceng gondok ini merupakan salah satu bahan yang dapat membantu menanggulangi kelangkaan bahan rotan pada industri kerajinan Aneka Rotan. Berikut ini gambar eceng gondok yang belum diolah. Gambar 27. Eceng gondok yang belum diolah Foto: Peneliti, 8 Juni 2013

28 62 Eceng gondok diambil langsung dari Danau Limboto dengan jarak tempuh 2 km dari industri kerajinan Aneka Rotan. Eceng gondok yang dapat diolah yaitu eceng gondok yang sudah berwarna hijau tua dengan tinggi sudah mencapai 50 cm. Proses pengolahannya adalah dibersihkan, kemudian dikeringkan, dan selanjutnya eceng gondok yang sudah kering diikat-ikat/kepang. Berikut ini adalah gambar eceng gondok yang sudah kering: Gambar 28. Eceng gondok kering Foto: Peneliti, 20 Juni 2013 Eceng gondok yang sudah kering tersebut selanjutnya dikepang dan dikombinasikan dengan rotan. Pada tahun 2009 Alfian Nggule tidak lagi mengambi langsung eceng gondok di Danau Limboto, melainkan dari nelayan di danau tersebut. Berikut ini nampak gambar eceng gondok yang sudah diikat/kepang: Gambar 29. Eceng gondok ikat (kepang) Foto: Peneliti, 20 Juni 2013

29 63 Dari hasil penelitian, dapat dianalisis bahwa penggunaan bahan baku pada industri kerajinan aneka rotan mengunakan 2 diantara dari bahan baku anyaman yang alami yaitu rotan dan eceng gondok. Berdasarkan telaah pustaka Sugiarti (1982: 8) mengemukakan bahwa rotan memiliki sifat yang kuat dan kokoh, sehingga sangat awet untuk bahan anyaman atau meubel. Tanaman eceng gondok adalah tanaman gulma atau jenis tanaman liar di air. Orang lebih mengenal eceng gondok (Eichhornia Crassipes) dari suku Pontederianceae sebagai gulma air atau taman penggangu yang mudah sekali tumbuh dan sangat sulit untuk diberantas. Tanaman eceng gondok jika dilihat secara sekilas merupakan tanaman pengganggu dan tidak berguna. Keberadaan tanaman ini yang tumbuh di rawa-rawa dan danau yang menyebabkan perairan air dapat tersumbat. Namun jika tanaman itu berada di tangan orang kreatif dengan adanya sentuhan seni, maka tanaman tersebut dapat berguna dan memiliki nilai jual. Tanaman eceng gondok setelah berada ditangan orang yang kreatif dengan sentuhan seni dapat dibuat menjadi suatu produk kerajinan. Produk kerajinan tersebut seperti tas, sandal, tempat tisu, alas duduk bahkan kursi, mengacu hal tersebut disebutkan oleh Marianto (dalam Seminar Nasional Seni Kriya 2009: ). Selain itu, pengolahan bahan baku setengah jadi menjadi barang jadi industri tersebut termasuk pada industri sekunder, Hal tersebut disebutkan oleh Kristanto (2004: 157). Bahan baku pada periode II yang digunakan untuk produksi mengalami kenaikan harga, berimbas pula pada harga barang yang diproduksi. Peningkatan harga bahan pada industri kerajinan tersebut nampak pada tabel di bawah ini:

30 64 Tabel 4.2 Harga bahan baku periode I dan II industri kerajinan aneka rotan No Nama Bahan Periode I Periode II 1 Rotan batang Rp /batang Rp /batang 2 Rotan tohiti Rp /batang Rp /batang 3 Rotan umbul Rp /batang Rp /batang 4 Rotan ikat Rp /ikat Rp /ikat 5 Rotan fitri Rp /kg Rp /kg 6 Eceng gondok - Rp /kg Sumber: Data peneliti Dari daftar harga di atas, menunjukkan bahwa harga barang meningkat dua kali lipat bahkan ada yang lima kali lipat dari periode I. Selain kenaikan harga bahan tersebut, terjadinya kelangkaan bahan baku pada industri kerajinan Aneka Rotan, berimbas pada pemindahan pengadaan bahan baku serta harga bahan yang meningkat. Namun, hal ini dapat ditanggulangi oleh industri kerajinan aneka rotan dengan mengkombinasikan bahan baku yang digunakan yaitu rotan dengan eceng gondok. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa, terjadinya kelangkaan rotan dan diiringi oleh kenaikan harga yang mengganggu eksistensi kerajinan Aneka Rotan disiasati dengan pemanfaatan eceng gondok. Dalam hal ini Aneka Rotan mampu beradaptasi dalam pemanfaatan bahan baku. Kemampuannya untuk pemanfaatan eceng gondok berdampak luas, tidak hanya dalam menghasilkan produk yang lebih variatif, tetapi juga turut membantu memecahkan masalah lingkungan dan penyerap tenaga kerja, yaitu termanfaatkannya eceng gondok yang mengotori Danau Limboto dan terberdayakannya nelayan sebagai penyedia bahan baku yang tentu saja akan menambah penghasilan mereka Pengrajin/Tenaga Kerja

31 65 Pengrajin adalah orang yang memiliki keterampilan tangan untuk membuat suatu barang. Menurut Oman (wawancar Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 15.25) barang yang dimaksudkan ialah hasil produksi dari bahan rotan, eceng gondok maupun kombinasi kedua bahan tesebut. Beberapa pengrajin pada priode 1 masih setia bekerja sampai saat ini. Tahun-tahun pertama priode ke-2 jumlah pengrajin meningkat 2 kali lipat dari priode sebelumnya. Hal ini desebabkan oleh pesanan yang meningkat dan kombinasi bahan baku yang digunakan sehingga membutuhkan tambahan tenaga kerja. Kemudian 3 tahun terakhir priode II jumlah pengrajin mengalami penurunan, menjadi 7 orang karyawan tetap dan 7 karyawan tidak tetap. Karyawan tetap adalah mereka yang setiap hari membuat produk kerajinan dari bahan baku rotan dan eceng gondok, meskipun tanpa pesanan. Karyawan tidak tetap ialah mereka yang dipanggil apabila pekerjaan pada industri kerajinan Aneka Rotan sedang menumpuk dan membutuhkan penyelesaian yang cepat. Lebih lanjut menurut beliau, bertambahnya pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan dengan kondisi ruangan kerja yang kurang memungkinkan, menyebabkan sebagian menyelesaikan produknya di rumah masing-masing. Setelah produknya selesai, para pengrajin tersebut mengantarkan hasilnya ke industri kerajinan Aneka Rotan dengan upah borongan. Menurut Milki (wawancara Jumat, 21 Juni 2013 pukul 16.15) bahwa upah pengrajin bekisar dari Rp ,- sampai dengan Rp ,- upah tersebut tergantung dari orderan dan produk yang dihasilkan oleh pengrajin/tenaga kerja. Hal ini

32 66 dibenarkan oleh Alfian Nggule yang merupakan pimpinan pada industri kerajinan Aneka Rotan. Dilihat dari pendapatan para pengjarin pada industri kerajinan Aneka Rotan tersebut, teryata dapat mencapai Upah Minimum Pekerja yang telah di tetapkan oleh Gubernur Gorontalo nomor 433/12/XI/2012 sebesar Rp ,- juta perbulan pada tahun Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa industri Aneka Rotan tersebut dapat dikatakan mampu mensejahterakan para pengrajinnya. Lebih lanjut menurut Alfian Nggule (wawancara Senin, 17 Juni 2013 pukul 10.15), sebelum menjadi karyawan tetap ataupun borongan, para pengrajin terlebih dahulu diberi keterampilan awal oleh pemilik industri ini. Tergantung pada bidang yang ditekuni, seperti ikat-mengikat/mengepang eceng gondok yang sudah kering, proses menganyam dan finishing akhir. Pemberian keterampilan tersebut didasarkan dengan pengalaman yang telah diperoleh dari mengikuti Diklat Instruktur Meubel Rotan selama 1 bulan (1992), menjadi instruktur di beberapa Industri pengolahan rotan di Desa Boe, Rainis dan Lirung di Kabupaten Sangihe Talaud Sulut ( ), dan mengikuti magang di PT. GIMEX Co Gunung Bawakaraeng (1997) Ujung Pandang. Latar belakang pendidikan pengrajin juga berbeda-beda, mulai dari tamatan SD, SMP, hingga SMA. Hal ini dijadikan dasar oleh Alfian Nggule untuk memberikan keterampilan awal sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Berikut daftar nama-nama pengrajin/karyawan di industri kerajinan Aneka Rotan pada masa ini.

33 67 Tabel 4.4 Daftar nama pengrajin/tenaga kerja periode II industri kerajinan Aneka Rotan. Tahun No Nama Pengrajin Usia Pendidikan Keahlian Keterangan 1 Hamzah 60 Thn SD Kerangka Aktif Abdulah 36 Thn STM Anyaman Aktif Oman 35 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 29 Thn STM Kerangka Aktif Asis 36 Thn SD Finishing Aktif Paksi 24 Thn SMP Jok bantalan Aktif Kadir 44 Thn SLTA Anyaman Aktif Pulu 20 Thn SMP Finishing Aktif Susan 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuyun 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Atik 44 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Acet 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Tina 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Ida 17 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuni 38 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Hamzah 61 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 37 Thn STM Anyaman Aktif Oman 36 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 30 Thn STM Kerangka Aktif Asis 37 Thn SD Finishing Aktif Paksi 25 Thn SMP Jok bantalan Aktif Pulu 21 Thn SMP Finishing Aktif Susan 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuyun 19 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Atik 45 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Tina 26 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Ida 18 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuni 39 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Iten 28 Thn SLTA Finishing Aktif Suma 52 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Leli 57 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Janah 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Milki 35 Thn SMP Anyaman Aktif Enpi 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Hamzah 62 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 38 Thn STM Anyaman Aktif Oman 37 Thn SD Anyaman Aktif Asis 38 Thn SD Finishing Aktif Paksi 26 Thn SMP Jok bantalan Aktif Yuyun 20 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Atik 46 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Tina 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuni 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Iten 29 Thn SLTA Finishing Aktif Milki 36 Thn SMP Anyaman Aktif Ismail 31 Thn STM Kerangka Aktif Noval 25 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif Ili 25 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif 2011

34 Zarah 40 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Sati 40 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif Vera 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yanti 27 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Dedi 18 Thn SLTA Finishing Aktif Hamzah 63 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 39 Thn STM Anyaman Aktif Oman 38 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 39 Thn SD Kerangka Aktif Paksi 27 Thn SMP Jok bantalan Aktif Yuyun 21 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Atik 47 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Tina 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Iten 30 Thn SLTA Finishing Aktif Milki 37 Thn SMP Anyaman Aktif Noval 26 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif Sati 41 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif Dedi 19 Thn SLTA Finishing Aktif Yuni 41 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yanti 28 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Hamzah 64 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 40 Thn STM Anyaman Aktif Oman 39 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 40 Thn SD Kerangka Aktif Paksi 28 Thn SMP Jok bantalan Aktif Atik 48 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Tina 29 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuni 42 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Milki 38 Thn SMP Anyaman Aktif Dedi 20 Thn SLTA Finishing Aktif Noval 27 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif Sati 42 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif Iman 19 Thn SMP Finishing Aktif Hamzah 65 Thn SD Kerangka Aktif Abdullah 41 Thn STM Anyaman Aktif Oman 40 Thn SD Anyaman Aktif Ismail 41 Thn SD Kerangka Aktif Paksi 29 Thn SMP Jok bantalan Aktif Atik 49 Thn SD Kepang eceng gondok Aktif Tina 30 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Yuni 43 Thn SMP Kepang eceng gondok Aktif Milki 39 Thn SMP Anyaman Aktif Dedi 21 Thn SLTA Finishing Aktif Noval 28 Thn STM Kepang eceng gondok Aktif Sati 43 Thn SLTA Kepang eceng gondok Aktif Iman 20 Thn SMP Finishing Sumber: Data peneliti 2013 Dari data pengrajin, menunjukkan jumlah pengrajin pada periode II meningkat dua kali lipat dari sebelumnya. Pengrajin tersebut memiliki latar

35 69 belakang pendidikan dan usia berbeda, meski demikian mereka memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang baik. Pengrajin pada periode ini diberikan bimbingan oleh pemilik industri. Hal tersebut dapat mendukung kualitas SDM pada industri kerajinan Aneka Rotan. Namun peningkatan jumlah pengrajin ini tidak merubah penggolongan industri kerajinan Aneka Rotan. Karena dengan jumlah pengrajin yang tidak lebih dari 19 orang, industri kerajinan Aneka Rotan masih tergolong dalam industri kecil (Saleh 1986: 4). Adanya jumlah pengrajin yang meningkat dan telah diberikan bimbingan sebelumnya, maka SDM (tenaga kerja) lebih berkualitas. Oleh sebab itu, pengrajin/tenaga kerja mampu menghasilkan produk yang lebih berariatif jenis dan bentuknya. Dengan demikian, keberadaan pengrajin pada industri kerajinan Aneka Rotan meningkat dari periode sebelumnya Produk Menurut Hamzah (wawancara Sabtu, 22 Juni 2013 pukul 15.00) produk yaitu berupa barang yang diproduksi oleh para pengrajin/tenaga kerja dan dapat diperjual-belikan. Produk pada periode ini sudah bertambah banyak jenis, bentuk dan ukuran serta bahan yang digunakan. Pada periode I industri kerajinan Aneka Rotan memproduksi kursi, aneka keranjang, miniatur dan kap lampu. Pada periode II selain memproduksi aneka produk sebelumnya, juga ditambah dengan meja rias, bingkai cermin, tempat pulpen dan kartu nama, bingkai cermin, tas, dan tempat tisu. Lebih lanjut menurut beliau, pengerjaan untuk masing-masing produk membutuhkan waktu yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesulitan jenis,

36 70 bentuk dan ukuran produk. Adapun proses pengerjaan untuk sebuah produk kerajinan adalah sama halnya dengan proses pada periode sebelumnya yaitu desain, menyiapkan bahan baku, menganyam, proses perbaikan anyaman, finishing dan penjemuran. Aneka produk yang dihasilkan pada periode ini lebih banyak menggunakan bahan kombinasi rotan dengan eceng gondok. Menurut hasil wawancara dengan Alfian Nggule (Jumat, 21 Juni 2013 pukul 20.15), beberapa produk dibuat berdasarkan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan ibu-ibu rumah tangga, seperti aneka keranjang, meja rias dan kursi. Selain produk dengan inisiatif sendiri, pengembangan produk pada periode ini juga disebebkan oleh selera konsumen yang menginginkan bentuk produk sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal ini menambah koleksi produk pada industri kerajinan Aneka Rotan. Adapun produk yang dihasilkan pada periode ini adalah sebagai berikut: a. Aneka Kursi Tamu 1) Kursi Tamu Jepara 1 set kursi jepara ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja bundar, bentuk dan ukuran tiap kursi sama dengan kursi lainnya. Proses menganyam mengunakan anyaman kepang dan pita pada seluruh badan kursi, kecuali untuk bagian kaki kursi, sementara meja hanya pada bagian atas dan rak meja yang dianyam, seperti tampak pada gambar berikut ini.

37 71 2) Kursi Tamu Segi 4 Gambar 30. Kursi tamu bentuk jepara Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013 Kursi tamu ini memiliki bentuk berbeda dengan produk lain. Mengunakan bahan baku yang sama dengan kursi jepara, namun produk ini tidak menggunakan kerangka rotan asalan melainkan kayu ring. Bentuk dan ukuran produk tersebut berbeda-beda dalam taip kursi serta memakai meja persegi panjang. Semua badan kursi dianyam penuh, terkecuali di bagian tempat duduk karena mengunakan busa. Berikut gambar kursi tamu segi 4: 3) Kursi Makan dengan Meja Kotak Gambar 31. Kursi tamu persegi 4 Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013 Kursi ini terdiri dari 4 kursi dan 1 meja kotak dengan bentuk dan ukuran tiap kursi sama. Bahan yang digunakan yaitu rotan fitri dan eceng gondok tanpa menggunakan rotan asalan sebagai kerangka kursi melainkan kayu ring. Proses

38 72 pembuatannya dengan menganyam bagian badan kursi kecuali untuk tempat duduk karena menggunakan busa. Waktu yang ditempuh dalam mengerjakan kursi tersebut ± 2 minggu. Berikut gambar kursi makan: Gambar 32. Kursi makan dengan meja kotak Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni ) Kursi Makan dengan Meja Bundar Kursi makan ini terdiri dari 4 kursi yang memiliki ukuran dan bentuk yang sama dengan lainnya. Kursi tersebut menggunakan meja bundar, meja ini tersusun menjadi 2. Mengunakan bahan baku rotan asalan dan eceng gondok, rotan asalan digunakan sebagai kerangka dan melilit bagian kaki kursi dan meja. Sementara badan kursi dan meja menggunakan eceng gondok. Proses pengerjaannya dengan dianyam dan membutuhkan waktu ± 2 minggu. Berikut ini gambar kursi makan meja bundar: Gambar 33. Kursi makan dengan meja bundar Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 17 Juni 2013

39 73 5) Kursi Santai Persegi Panjang Kursi santai persegi panjang ini tanpa menggunakan meja, lebih banyak menggunakan bahan baku rotan fitri. Adapun bahan pendukung lainnya seperti kayu ring yang digunakan untuk kerangka kursi. Produk ini mengunakan sandaran belakang dan samping dengan cara dianyam sepenuhnya pada bagian badan kursi. Waktu pembuatannya ± 5-7 hari. Berikut di bawah ini gambar kursi santai: 6) Kursi Santai Bentuk Ikan Gambar 34. Kursi santai persegi panjang Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013 Kursi santai ikan menggunakan bahan rotan fitri dan eceng gondok tanpa menggunakan rotan asalan sebagai kerangka melainkan kayu ring. Rotan fitri dikombinasikan dengan eceng gondok untuk menganyan bagian badan kursi dan sandaran samping, untuk tempat duduk dan sandaran belakang menggunakan busa. Kursi santai ikan ini tidak menggunakan meja dan waktu pengerjaannya ± 4 hari. Berikut ini gambar kursi santai bentuk ikan:

40 74 7) Kursi Santai Cincin Gambar 35. Kursi santai bentuk ikan Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 15 Mei 2013 Bentuk kursi cincin terdiri dari 1 kursi dan 1 meja. Bahan yang digunakan yaitu rotan fitri dengan kombinasi eceng gondok serta bahan pendukung lainnya. Kursi dan meja dibuat dengan cara dianyam penuh pada badan kursi terkecuali tempat duduk yang diberi busa. Kursi cincin merupakan kursi yang cukup unik dari kursi lainnya. Berikut gambar kursi santai bentuk cincin. b. Aneka Keranjang Gambar 36. Kursi santai bentuk cincin Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013 Pada periode ini terjadi perkembangan bentuk pada jenis produk aneka keranjang. Pengembangan tersebut tampak pada perbedaan bahan baku rotan

41 75 dengan eceng gondok. Kolaborasi ini bertujuan untuk menambah nilai keindahan dan keunikan pada produk tersebut. Selain membuat produk kolaborasi, keranjang pada periode pertama juga masih dipertahankan karena masih laku di pasaran. Pengerjaan aneka keranjang ini dengan cara dianyam dan waktu yang dibutuhkan ± 2-3 jam sesuai bentuk dan ukuran keranjang tersebut. Produk-produk aneka keranjang dapat dilihat pada gambar berikut ini. c. Kap Lampu Gambar 37. Aneka keranjang Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto Repro: Peneliti, 20 Juni 2013 Bentuk kap lampu ini berbentuk bulat, bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut adalah eceng gondok dan bahan pendukung lain. Adapun cara pembuatannya eceng gondok yang sudah dikepang dianyam ¾ pada badan kap lampu secara rapat dan untuk ¼ hanya menyilangkan bahan eceng gondok dikepang sehingga terdapat celah pada produk tersebut. Berikut ini gambar kap lampu gantung:

42 76 d. Miniatur Gambar 38. Kap lampu Foto: Peneliti, 20 Juni 2013 Pada periode II miniatur sudah bervariasi bentuknya, selain bentuk kursi juga berbentuk hewan-hewan. Bahan yang digunakan adalah bahan baku rotan fitri dan bahan pendukung lainnya. Cara pembuatan dengan menganyam produk tersebut. Salah satu miniatur yang dibuat periode ini adalah sebagai berikut: e. Souvenir Gambar 39. Miniatur gajah Foto: Peneliti, 20 Juni 2013 Hasil produksi industri kerajinan Aneka Rotan selanjutnya pada diperiode ini adalah souvenir. Bentuk souvenir bervariasi, terdiri dari aneka keranjang dan kipas. Bahan utama yang digunakan adalah rotan fitri, rotan tersebut dianyam sehingga membentuk sebuah benda. Dalam 1 hari pengerjaannya dapat

43 77 menghasilkan sovenir. Sovenir tersebut, seperti tampak pada gambar di bawah ini: f. Aneka Bingkai Cermin Gambar 40. Aneka souvenir Foto: Peneliti, 23 Juli 2013 Bingkai cermin merupakan hasil produk pada industri kerajinan Aneka Rotan di periode ini. Bahan yang digunakan yaitu kombinasi antara bahan utama rotan fitri dan eceng gondok. Anyaman rotan fitri hanya digunakan pada sisi pinggir bingkai cermin tersebut sementara anyaman eceng gondok dibagian tengah bingkai cermin. Pengerjaan bingkai cermin ini membutuhkan waktu selama ½ - 1 hari sesuai dengan bentuk dan ukuran. Bentuk bingkai cermin memiliki variasi bentuk, bentuk produk tersebut terdapat pada gambar berikut ini: Gambar 41: Jenis dan bentuk bingkai cermin Foto: Peneliti, 15 Mei 2013

44 78 Gambar 42: Bingkai cermin bentuk bundar Foto: Peneliti, 15 Mei 2013 g. Aneka Tas 1) Tas Santai Bentuk tas terdiri dari bentuk oval dan kotak. Pengerjaan produk ini membutuhkan waktu ± 3 jam dengan semua bagian tas dianyam mengunakan rotan fitri dan ditambahkan hiasan pada bagian tertentu, seperti tampak pada gambar berikut: Gambar 43. Tas bentuk oval Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

45 79 2) Tas Tempat Anjing Gambar 44. Tas persegi 4 Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Tas tempat anjing ini berbentuk seperti huruf U terbalik dan oval. Bahan yang digunakan adalah bahan eceng gondok dan bahan pendukung lainnya. Cara membuatnya yaitu dengan menganyam bahan eceng gondok pada bagian tas tersebut, namun pada bagian tertentu diberikan celah yang berfungsi sebagai jendela. Waktu pengerjaanyan adalah ± 4 jam. Berikut gambar tas tempat anjing: h. Tempat Tisu Gambar 45: Tas tempat anjing Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Bentuk tempat tisu adalah kotak persegi panjang. Teknik pembuatannya dengan menganyam jenis anyaman sasak. Menggunakan bahan eceng gondok

46 80 yang sudah kering sebagai bahan utama. Eceng gondok yang sudah dikepang sebagai pembatas sudut produk. Berikut gambar tempat tisu: i. Sandal Gambar 46: Tempat tisu Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Sandal merupakan salah satu produk pada periode ini. Bahan yang digunakan adalah bahan alas sandal dan eceng gondok. Teknik pembuatannya adalah menempel bahan eceng gondok yang sudah kering, selanjutnya eceng gondok yang sudah dianyam sebagai pengikat sandal. Gambar sandal seperti tampak berikut: Gambar 47: Sandal Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013

47 81 j. Tempat Kartu Nama Pada periode ini, diantara produk yang telah dihasilkan ada salah satu tempat kartu nama yang memiliki 3 fungsi. Produk tersebut berfungsi sebagai tempat kartu nama, tempat polpen, dan penutup yang berfungsi sebagai cermin. Bahan yang digunakan adalah kombinasi antara eceng gondok dan rotan dengan cara dianyam. Produk ini berbentuk segi empat, disudut pingir berbentuk bundar yang berfungsi sebagai tempat pulpen dan pinsil, seperti tampak pada gambar berikut ini: k. Meja Rias Gambar 48: Jenis produk 3 fungsi Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Meja rias ini diproduksi dengan cara menganyam bahan rotan dan eceng gondok. Anyaman rotan digunakan pada sudut meja rias tersebut dan eceng gondok digunakan pada bagian tengah meja rias serta rotan asalan digunakan untuk kerangka meja rias ini. Bingkai cermin merupakan hasil produk pada industri kerajinan Aneka Rotan di periode ini. Pengerjaan meja rias ini membutuhkan waktu 3-4 hari, seperti tampak pada gambar di bawah ini:

48 82 Gambar 49: Meja rias Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 l. Tempat Kue Produk ini berbentuk seperti perahu dan kubah masjid, jenis produk digunakan pada saat perayaan peringatan Maulid Nabi Muhamad SAW. Cara pengerjaannya sama dengan produk-produk lain yaitu dianyam. Bahan baku yang digunakan yaitu rotan asalan, rotan fitri, dan eceng dondok serta bahan pendukung lainnya, Produk tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini

49 83 Gambar 50: Tempat kue berbentuk kapal Sumber: Data industri kerajinan Aneka Rotan Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Gambar 51: Tempat kue berbentuk kubah masjid Foto: Peneliti, 17 Juni 2013 Pada periode ini harga produk yang dihasilkan mengalami peningkat dari periode sebelumnya, seperti tampak pada tabel berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya

BAB I PENDAHULUAN. (1997: 5) tumbuhan rotan merupakan jenis tanaman yang merambat panjangnya 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tumbuhtumbuhan. Berbagai jenis tumbuhan tersebut memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Eksistensi dan Perkembangan. Menurut Danik, eksistensi artinya kehadiran, keberadaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Eksistensi dan Perkembangan. Menurut Danik, eksistensi artinya kehadiran, keberadaan yang 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Tinjauan Tentang Eksistensi dan Perkembangan Menurut Danik, eksistensi artinya kehadiran, keberadaan yang mengandung unsur bertahan (dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 2002:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok

Buchari. et al. Peningkatan Mutu Produk Kelompok Usaha Pengrajin Eceng Gondok PENINGKATAN MUTU PRODUK KELOMPOK USAHA PENGRAJIN ECENG GONDOK DI DESA SEMULA JADI KEC. DATUK BANDAR TIMUR KOTA TANJUNG BALAI DENGAN PERBAIKAN TEKNOLOGI PRODUKSI PADA PROSES FINISHING PRODUK Buchari, Afan

Lebih terperinci

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art

Sejarah Berdirinya Home Industry Aryani Art 10 METODE PENELITIAN Metode penelitian digunakan untuk memahami objek penelitian dan dapat mengarahkan peneliti dalam melakukan analisis, sehingga dapat memberikan solusi dalam menjawab persoalan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. termasuk kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industri. Industri dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Rumah Tangga Menurut Kartasapoetra (2000), pengertian industri adalah kegiatan ekonomiyang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARATERISTIK INDUSTRI PRODUK JADI ROTAN 5.1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penduduk terbesar di dunia. Masalah kependudukan merupakan salah satu masalah dalam pembangunan secara nasional di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kerajinan anyam di Indonesia sudah banyak digemari oleh para turis dalam dan luar negeri. Karena kerajinan anyam ini sudah berkembang, bentuk kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang lokasinya sekitar 120 KM dari Kota Bandung ibu kota Propinsi Jawa Barat. Tasikmalaya, terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja merupakan salah satu diantara banyak permasalahan yang ada di Indonesia. dengan bertambahnya penduduk dari tahun ke tahun,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam arti luas industri mencakup

1. PENDAHULUAN. produksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam arti luas industri mencakup 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri memiliki peranan yang penting dalam rangka usaha untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum tujuan pembangunan industri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Mebel Rotan Iloponu Mebel Rotan Iloponu adalah salah satu bentuk usaha yang menjual berbagai macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor pertanian. Sektor pertanian secara umum terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan pangan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Bahan Baku dan Bahan Tambahan Produksi Kerajinan Rotan No Bahan Asal Pembelian Rotan Harga Beli (Rp) 1. Bahan Baku Rotan a. Rotan Manau Pabrik/Koperasi Rotan 11.300/kg b. Rotan Semambu

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan

BAB II Tinjauan Pustaka. Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan 6 2.1 Tinjauan Tentang Biografi 2.1.1 Pengertian Biografi BAB II Tinjauan Pustaka Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dan graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Geografis Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari Provinsi Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Penelitian a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Dusun Raiy terletak di Desa Raja Kecamatan Ngabang kabupaten

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Kondisi Geografi, Sosial Ekonomi Desa Sekuro. pemerintahan, pemerintah desa maupun kelurahan mempunyai fungsi yang

A. Gambaran Umum Kondisi Geografi, Sosial Ekonomi Desa Sekuro. pemerintahan, pemerintah desa maupun kelurahan mempunyai fungsi yang BAB III PRAKTEK KETIDAKJELASAN WAKTU PENANGGUHAN PEMBAYARAN DALAM JUAL BELI MEBEL ANTARA PT. HMFURNITURE DI SEMARANG DENGAN PENGRAJIN VISA JATI DI JEPARA A. Gambaran Umum Kondisi Geografi, Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Umum Desa Kalisari Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat meliputi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH Oleh Dr.Ir.H.Saputera,Msi (Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Makanan Tradisional dan Tanaman Obatobatan Lemlit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA Sejarah Perusahaan Awalnya pada tahun 1997 ibu Aryani pemilik dari home industry aryani art hanya sebagai distributor enceng gondok untuk para pengerajin Jogjakarta. Enceng gondok

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk memberikan arah bagi penelitian atau landasan yang dapat dijadikan bagian dari kerangka penelitian berupa

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Tabel I Luas wilayah menurut penggunaan BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Pagaruyung merupakan salah satu dari sekian banyak kelurahan yang ada dikecamatan Tapung yang terbentuk dari program Transmigrasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan usaha untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum tujuan pembangunan industri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN 43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH A. Letak Geografis Desa Kecamatan 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading Desa Batur terletak di Kecamatan Gading,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial 52 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Desa 1. Letak Geografis Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial administratif pemerintah wilayah Kecamatan Kotabumi Kota. Desa Talang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Desa Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini sektor industri merupakan salah satu penggerak utama dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Meningkatnya kemampuan sektor industri merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Bukit Intan Makmur Bukit intan makmur adalah salah satu Desa di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu adalah Exs Trans Pir Sungai Intan

Lebih terperinci

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA PROFIL SENTRA INDUSTRI TAHU GUNUNG SAREN KIDUL KELURAHAN I. Pertanyaan Profil Industri Tahu 1. Sumber Daya Manusia A. Pengusaha 1). Identitas a. Nama :

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan.

GAMBARAN UMUM. Kelurahan Negeri Besar Kecamatan Pakuan Ratu Kabupaten Way Kanan. IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Kelurahan Negeri Besar Kelurahan Negeri Besar pertama kali bernama Negeri Syam yang terbentuk sejak tahun 1945. Terbentuknya Kelurahan Negeri Besar saat ini merupakan pemekaran

Lebih terperinci

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga. Bambu memiliki cabang-cabang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan teori-teori yang mendukung rencana penulisan yang terkait.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Geografis Desa Lebung Gajah Desa Lebung Gajah adalah merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah hukum Kecamatan Tulung Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG A. Geografis dan Demografis 1. Letak dan Batas Wilayah 1 Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak 3.1.1. Aspek Geografis Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak merupakan sebuah desa dimana

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya dengan cara mengedepankan sektor industri.

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 16 IV KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 4.1 Administrasi dan Geografis Secara administratif Pit Ata terletak di tiga desa yaitu Desa Batuharang, Desa Gunung Raya dan Desa Produksi. Ketiga desa ini terdaftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain

BAB I PENDAHULUAN. Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desain mebel termasuk dalam kategori desain fungsional, yaitu desain yang memberikan pelayanan atau fasilitas pada kegiatan hidup manusia. Membuat desain mebel

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

Lebih terperinci

DAFTAR HASIL WAWANCARA. Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah informan kunci dan

DAFTAR HASIL WAWANCARA. Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah informan kunci dan DAFTAR HASIL WAWANCARA Informan yang dipakai dalam penelitian ini adalah informan kunci dan informan utama. Informan kunci merupakan orang yang menjadi narasumber yang mengetahui seluruhnya mengenai objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan sektor perdagangan di perkotaan merupakan basis utama, hal ini dikarenakan kegiatan penghasil barang lebih dibatasi dalam perkotaan. Kota umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri dan Indusri Kerajinan Menurut Departemen Perindustrian dan Perdagangan, pengertian industri adalah sebagai berikut. Industri adalah suatu kegiatan ekonomi mengolah

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

2.3. Perkembangan Usaha Kerajinan Tangan Eceng Gondok

2.3. Perkembangan Usaha Kerajinan Tangan Eceng Gondok 2.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produsen Produsen adalah orang atau suatu badan perusahaan yang melakukan kegiatan dalam menaikan nilai guna suatu barang atau jasa, sehingga dapat menghasikan barang konsumsi untuk

Lebih terperinci

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Kedung Bondo merupakan salah satu desa yang terletak di daerah paling

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Wilayah 1. Deskripsi Wilayah Dusun Jipangan termasuk dalam wilayah Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Kecamatan Kasihan mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA INDUSTRI GITAR DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2003 DAN TAHUN 2008 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 50 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Faktor Internal Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik individu yang dimiliki responden yang berbeda satu sama lain. Responden dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 40 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah dan Organisasi PKBM Negeri 17 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 17 yang berada di wilayah Penjaringan ini pada awalnya merupakan Lembaga Pendidikan dan

Lebih terperinci