L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS"

Transkripsi

1 76 PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS ANTONIUS HARI KRISTANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 77 RINGKASAN ANTONIUS HARI KRISTANTO. Pengelolaan Tebu (Saccharum Officinarum L.) di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal dengan Aspek Khusus Modifikasi Budidaya untuk Menurunkan Salinitas. (Dibimbing oleh PURWONO). Program peningkatan produksi tebu dengan ektensifikasi menemui berbagai kendala. Tingginya laju konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian dan kompetisi dengan komoditas lain menjadi penghambat program ini. Semakin sulitnya menemukan lahan untuk areal pertanaman tebu memaksa berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan marginal yang sulit untuk pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di dekat pesisir laut dengan cekaman salinitas. Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan teknik budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi pada tebu. Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapkan, seperti pada kebun tebu PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara. Teknik budidaya tersebut dilakukan yaitu modifikasi teknik tata air melalui ukuran got yang lebih besar untuk mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk tumbuh dan berproduksi di lahan tersebut. PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara adalah pabik gula dengan produk gula kristal putih. Bahan baku yang dugunakan adalah tebu dan raw sugar. Kapasitas pabik mencapai TCD (ton cane per day). Luas area perkebunan tebu mencapai ha yang terbagi dalam beberapa pola kemitraan yaitu kemitraan A, kemitraan B, dan tebu mandiri. Upaya reklamasi lahan salin menggunakan metode kolamalur (basinfurrow method). Berdasarkan pengamatan, perlakuan khusus yang diterapkan di lahan tercekam salinitas dapat menurunkan tingkat salinitas lahan, namun pertumbuhan tebu tetap terhambat pada fase vegetatif awal. Akibat hambatan pertumbuhan tersebut, produktivitas tebu di lahan salin lebih rendah daripada lahan nonsalin. Pada lahan salin menghasilkan ton/ha sedangkan lahan nonsalin ton/ha. Meskipun produksinya rendah, usaha tani tebu di lahan

3 78 salin tetap menguntungkan dan tidak jauh berbeda dengan lahan nonsalin. Dengan upaya yang telah dilakuan, usaha tani tebu di lahan salin tetap menguntungkan sehingga budidaya tebu di lahan salin tetap dapat dilanjutkan. Saran penulis untuk PT Industri Gula Nusantara menyangkut budidaya tebu di lahan salin adalah penelitian lebih lanjut tentang penentuan dosis pemupukan khusus lahan salin dan penambahan bahan kimia selain pupuk untuk membantu reklamasi lahan salin dengan gipsum (CaSO 4.2H 2 O).

4 79 PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor ANTONIUS HARI KRISTANTO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 80 Judul Nama NIM : PENGELOLAAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG CEPIRING, PT INDUSTRI GULA NUSANTARA, KENDAL DENGAN ASPEK KHUSUS MODIFIKASI BUDIDAYA UNTUK MENURUNKAN SALINITAS : ANTONIUS HARI KRISTANTO : A Menyetujui, Pembimbing Ir. Purwono, MS. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP Tanggal Lulus :..

6 81 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Punggur, Lampung Tengah pada tanggal 26 Januari Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Andreas Sutrisno, M.M. dan Hartini, S.Pd. Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis diantaranya TK Pertiwi Punggur dan lulus pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 3 Tanggulangin dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Punggur dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun Tahun 2007 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada program S1 MayorMinor, dengan Mayor Agronomi dan Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB, dan Minor Manajemen Fungsional. Tahun 2008 penulis menjadi asisten praktikum Fisika Tingkat Persiapan Bersama dan asisten matakuliah Agama Katolik (Tim Pendamping) sebagai penaggung jawab kuliah. Penulis juga aktif di berbagai organisasi. Tahun 2007 sebagai anggota Paduan Suara Mahasiswa IPB (Agria Swara) dan Paduan Suara Mahasiswa Katolik IPB (Pluela Domini). Tahun 2008 sebagai pengurus HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi). Tahun 2009 sebagai Ketua Divisi PSDM dan salah satu pendiri Koperasi Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura. Beberapa prestasi yang didapat penulis antara lain Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Dikti, yaitu di bidang penelitian, pengabdian masyarakat, dan kewirausahaan pada tahun 2010 dan 2011.

7 82 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat kasih dan karunianya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, dan secara khusus kepada: 1. Ayahanda Andreas Sutrisno, Ibunda Hartini dan Kakak Andre Hari Wibowo tercinta yang telah memberikan dukungan doa, moral, dan material selama menjalani pendidikan. 2. Ir. Purwono, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran selama proses magang sampai dengan penyusunan skripsi ini. 3. Direksi PT. Industri Gula Nusantara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan magang. 4. Ibu Wahyu Ningsih selaku pemimbing lapang yang banyak memberi bantuan, masukan, dukungan dan fasilitas selama kegiatan magang. 5. Bapak Giardi, Harimuladi, Judiman, Heriyono, Badawi, Ngaluwi, Rochmat, Mbah Tunut, Mbah Roso, dan Mbah Wadji selaku staf Kantor Tanaman dan staf lapang PT. IGN yang telah membantu dan mendampingi penulis selama kegiatan magang berlangsung. 6. Tim Tanaman IGN : Bang Choirul, Mas Moko, Mas Agung, Genk e Mono, Anggi, mandor kecil (Eka, Agung, dan Salin) dan sinder muda (Mas Hari dan Mas Adi) atas kebersamaan yang indah selama 4 bulan. 7. Partner magang dan PS, Bagus dan Manahan, atas kebersamaan dan kerjasama selama magang dan bimbingan, Ini baru awal perjuangan panjang kita kawan. 8. My Special one dan penghuni Perwira43 (Leo, Brury, Adit, abangabang, kakakkakak, temanteman dan adikadik) atas dukungan dan kenangan tak terlupakan.

8 83 9. Tim Pendamping IPB secara khusus Densus08 (Eny, Lusi, Lisa, Brury, Adian, Chisi, Rio, Manta, Sari, Bambang, Ayu, Ella, Arianti, Dika, Leo, Ishak, dan Ulin), terimakasih atas kebersamaan dan kenangan indah tak terlupakan, Mari kita terus berproses dari sebuah kepompong, menjadi kupukupu. 10. Temanteman Agronomi dan Hortrikultura angkatan 44 yang telah memberikan semangat dan persahabatan yang tak terlupakan Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk bagi pihak yang memerlukan, serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan. Bogor, Juni 2011 Penulis

9 84 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Botani dan Morfologi Tanaman Tebu... 4 Ekologi Tanaman... 5 Tanah Salin... 6 Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman... 7 Upaya Pemanfaatan Tanah Salin... 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data Analisis Data KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah Luas Areal dan Tata Guna Lahan Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembukaan lahan dan penanaman tebu Pemeliharaan tanaman tahun pertama Pemeliharaan tanaman keprasan Pemanenan Pengolahan gula Aspek Manajerial Pengelolaan kegiatan lapang Aspek Khusus Kondisi salinitas kebun Teknis budidaya tebu di lahan salin Kondisi tebu di lanah salin Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin... 53

10 87 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Gambar 1. Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang Telah Selesai (b) Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata Gambar 5. Penanaman Tebu Gambar 6. Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) Gambar 9. Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu di Lapang Gambar 12. Penebangan Tebu Gambar 13. Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas Muatan Truk Angkutan (b) Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang Melintang Got Lahan salin (c), dan Penampang Melintang Got Lahan Nonsalin (d)... 50

11 85 PEMBAHASAN Aspek Teknis Sistem tata air kebun Aspek Manajerial Sistem kemitraan Kredit ketahanan pangan dan energi (KKPE Tebu) Sistem beli putus Manajemen kemitraan Struktur organisasi bagian tanaman PG Cepiring Aspek Khusus Kondisi salinitas kebun Teknis budidaya tebu di lahan salin Kondisi tebu di lanah salin Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 75

12 86 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring Tabel 2. Luas Areal (ha) PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun Tabel 3. Luasan Kebun Bibit (ha) Berdasarkan Kategori Kebun Bibit Tabel 4. Produktivitas, Rendemen Tebu dan Produksi Gula Kristal Putih (GKP) Selama 4 Tahun Tabel 5. Produksi Gula Kristal Putih dengan Bahan Baku Raw Sugar selama 4 tahun Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK Tabel 8. Tinggi Tanaman Tebu (cm), Jumlah Ruas, Diameter (cm), dan Bobot Batang (kg) pada 27 MSK sampai 41 MSK Tabel 9. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan Tabel 10. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK Tabel 11. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27 MSK sampai 41MSK Tabel 12. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin Selama Tiga Musim Tanam Tabel 13. Keuntungan Usaha Tani Tebu (Rp) di Kebun Salin dan Nonsalin Masa Tanam 2010/ Tabel 14. Nilai KKPE Setiap Tahapan Budidaya Tebu PC per Hektar Tabel 15. Curah Hujan Kebun Pidodo pada Stasiun Hujan Terdekat... 65

13 DAFTAR LAMPIRAN 85 Nomor Halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Sinder di Kebun PG Cepiring, PT. Industri Gula Nusantara, Kedal Bobot Batang per Meter per Jenis Tebu Berdasarkan Diameter Batang 5 Tahun Terakhir Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun di Kabupaten Kendal Struktur Organisasi PG Cepiring PT Industri Gula Nusantara Struktur Organisasi Bagian Tanaman PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara... 84

14 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah tanaman perkebunan penting di Indonesia. Tebu merupakan tanaman keluarga rumputrumputan (Graminae) sebagai bahan baku pembuatan gula. Dewasa ini masih terjadi masalah dalam kecukupan produksi gula untuk kebutuhan dalam negeri. Dengan luas areal perkebunan tebu nasional sebesar ha pada tahun 2008, Indonesia mampu memproduksi tebu segar sebesar ton. Dengan rendemen ratarata nasional sebesar 6.99% 7.23%, produksi gula dalam negeri baru sekitar 2.6 juta ton. Sementara itu, Indonesia membutuhkan 4.85 juta ton gula yang terdiri dari 2.7 juta ton untuk konsumsi langsung dan 2.15 juta ton untuk keperluan industri. Produksi gula menurun pada tahun 2010 yaitu hanya sebesar 2.3 juta ton. Berdasarkan data tersebut poduksi gula nasional sampai saat ini belum mencukupi kebutuhan gula nasional dan Indonesia masih mengalami kekurangan gula (Kementrian Pertanian, 2011). Kesenjangan antara produksi gula dan kebutuhan gula dalam negeri membutuhkan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang telah ditempuh adalah meningkatkan produktivitas tebu. Peningkatan produktivitas tebu telah dilakukan baik secara intensifikasi, maupun secara ekstensifikasi. Kegiatan ekstensifikasi telah dilakukan pemerintah dengan berusaha menambah luas areal pertanaman tebu. Berbagai fasilitas yang telah diberikan pemerintah kepada petani tebu guna memenuhi tujuan tersebut antara lain program Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Tujuan utama fasilitas tersebut adalah memicu petani untuk menanam tebu di lahan pertanian mereka. Program peningkatan produksi gula dengan ektensifikasi menemui berbagai kendala. Tingginya laju konversi dan kempetisi dengan komoditas lain merupakan penghambat program ini. Semakin sulitnya menemukan lahan untuk areal pertanaman tebu memaksa berbagai pihak untuk menanam tebu di lahan marginal yang sulit untuk pertanaman tebu, salah satu contohnya adalah lahan di dekat pesisir laut dengan cekaman salinitas. Lahan marjinal didefinisikan sebagai lahan yang mempunyai potensi rendah sampai sangat rendah untuk dimanfaatkan

15 2 sebagai lahan pertanian, namun dengan penerapan suatu teknologi dan sistem pengelolaan yang tepat, potensi lahan tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih produktif dan berkelanjutan (Alihamsyah dan Noor, 2003). Lahan salin mempunyai potensi untuk dimanfaatkan menjadi pertanaman tebu. Total lahan salin yang mencapai 0.44 juta ha di Indonesia merupakan potensi untuk upaya ektensifikasi perkebunan tebu (Alihamsyah dan Noor, 2003). Dengan luasan yang cukup besar tersebut, lahan salin dapat dikembangkan menjadi perkebunan tebu untuk manambah produksi tebu Indonesia. Penambahan produksi tebu akan meningkatkan produksi gula nasional untuk memenuhi kebutuhan gula nasional. Pertanaman tebu sudah merambah lahan marginal dengan cekaman salinitas. Usaha perkebunan tebu di pulau Jawa yang didominasi oleh kebun tebu rakyat banyak dilakukan di daerah pesisir laut utara. Salah satu contohnya adalah perkebunan tebu di wilayah PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara (IGN) yang terletak di Kendal, yaitu kabupaten di pesisir laut utara Jawa. Penggunaan lahan yang dekat dengan laut kerap menimbulkan masalah cekaman salinitas di wilayah PG Cepiring dan kebun tebu lain yang berada di wilayah jalur pantai utara. Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi yang berlebihan dalam larutan tanah. Penanaman tebu di lahan tercekam salinitas membutuhkan teknik budidaya yang khusus. Teknik budidaya ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dari tingginya kadar garam yang dapat menyebabkan cekaman fisiologi pada tebu. Beberapa teknik budidaya khusus sebenarnya telah diterapakan, seperti pada kebun tebu PG Cepiring. Teknik budidaya tersebut dilakukan untuk mengurangi kadar garam pada lahan sehingga memungkinkan tebu untuk bertahan dan tumbuh di lahan tersebut. Kegiatan magang ini mempelajari pengelolaan perkebunan tebu serta mempelajari budidaya, pertumbuhan dan produksi tebu di lahan tercekam salinitas di PG Cepiring. Hasil yang didapat diharapkan menjadi referensi untuk diterapkan di tempat lain berkenaan dengan budidaya tebu tercekam salinitas.

16 3 Tujuan Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah mengetahui dan memahami pengelolaan perkebunan tebu secara nyata di lapangan serta mengaplikasikan dan membandingkan teori yang telah dipelajari dengan kondisi nyata di lapangan. Tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari modifikasi teknik budidaya yang diterapkan di lahan tercekam salinitas, serta mengetahui petumbuhan, produksi dan analisis usaha tani tebu di lahan tercekam salinitas dengan teknik budidaya yang telah diterapkan oleh perusahaan.

17 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, family Graminae dan genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain adalah Saccharum officianrum, Saccharum robustum, Saccharum spontaneum, dan Saccharum barberi. Saccarum officinarum merupakan spesies tebu paling modern dan paling banyak dibudidayakan (James, 2004). Menurut James (2004), tanaman tebu terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang, daun, dan bunga. Tanaman tebu memiliki perakaran serabut, yang dapat dibedakan menjadi akar primer dan akar sekundar. Akar primer adalah akar yang tumbuh dari mata akar buku tunas stek batang bibit. Karakteristik akar primer yaitu halus dan bercabang banyak. Sedangkan akar sekunder adalah akar yang tumbuh dari mata akar dalam buku tunas yang tumbuh dari stek bibit, bentuknya lebih besar, lunak, dan sedikit bercabang. Menurut Supriyadi (1992) pertumbuhan akar ada yang tegak lurus ke bawah dan ada yang mendatar dekat permukaan tanah. Tebu memiliki tipe batang beruasruas. Di antara ruasruasnya terdapat bukubuku ruas dan terletak mata tunas yang tumbuh menjadi pucuk tanaman baru. Susunan ruasruas pada batang tebu dapat berliku atau lurus. Bentuk ruas yang menyusun batang dibedakan menjadi enam bentuk, yaitu silindris, tong, kelos, konis, konis berbalik, dan cembung cekung. Tinggi batang dipengaruhi oleh baik buruknya pertumbuhan, jenis tebu maupun keadaan iklim. Tinggi tanaman tebu antara 25 m. Pada pucuk batang tebu terdapat titik tumbuh yang penting untuk pertumbuhan meninggi (Supriyadi, 1992). Daun tebu terdiri atas dua bagian yaitu helai daun dan pelepah daun. Helai daun berbentuk pita yang panjangnya 12 m (tergantung varietas dan keadaan lingkungan),dan lebar 27 cm. Tebu tidak memiliki tangkai daun. Diantara pelepah dan helaian daun terdapat sendi segitiga daun dan pada bagian sisi dalamnya terdapat lidah daun yang membatasi helaian dan pelepah daun. Warna daun tebu bermacammacam ada yang hijau tua, hijau kekuningan, merah

18 5 keunguan dan lainlain. Ujung daun tebu meruncing dan tepinya bergerigi (James, 2004). Bunga tersusun dalam malai yang terbentuk setelah pertumbuhan vegetatif. Bunga berkembang pada pagi hari dengan jangka waktu pembungaan pada satu malai berlangsung beragam antara 5 sampai 12 hari. Bunga tebu termasuk bunga sempurna. Tangkai sari dan tepung sari menjurai keluar setelah bunga cukup matang. Kepala putik berambut yang umumnya berwarna keunguan. Buahnya termasuk buah padipadian, bijinya berukuran kecil memiliki panjang antara mm dan lebar 0.5 mm (James, 2004). Ekologi Tanaman Menurut James (2002), tebu pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki iklim tropis dan sub tropis dengan daerah penyebaran 39 0 LU dan 35 0 LS. Dibutuhkan suhu ratarata tahunan di atas 21 0 C, apabila kuarang dari 20 0 C maka pertumbuhannya akan terhambat dan pertumbuhan akan terhenti pada suhu 16 0 C. Suhu perkecambahan tunas stek tebu antara C. Suhu yang diperlukan untuk dapat menghasilkan sukrosa yang tinggi adalah antara C. Curah hujan tahunan yang dikehendaki adalah mm per tahun dengan penyebaran merata. Kelembaban yang baik bagi pertanaman tebu adalah 6385%. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat pertumbuhan tebu adalah tidak lebih dari 600 m dpl. Tanaman tebu menghendaki penyinaran matahari langsung. Penyinaran matahari penting bagi tanaman tebu untuk pembentukan gula, tercapainya kadar gula yang tinggi pada batang, dan mempercepat proses pemasakan. Menurut Supriyadi (1992) kadar sukrosa tertinggi dapat dicapai pada penyinaran matahari selama 79 jam per hari. Selain itu, menurut Siswoyo at al (2007), kandungan sukrosa juga dipengaruhi oleh pascapanen tebu, yaitu penyimpanan. Intensitas cahaya yang baik untuk fotosintesis tebu adalah footcandle. Tanaman tebu dapat tumbuh baik pada tanah yang cukup subur, gembur dan mudah menyerap serta melepaskan air. Menurut Sutardjo (2002) tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah tanah lempung liat dengan solum dalam atau tanah lempung berpasir dengan lempung berdebu. Tebu dapat ditanam pada tanah

19 6 dengan kisaran ph Pada ph di bawah 5.5 dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air sedangkan apabila tebu ditanam pada tanah dengan ph di atas 7.0 tanaman akan sering kekurangan unsur fosfor. Pertumbuhan tebu dibagi menjadi empat tahap, yaitu tahap perkecambahan, pemunculan anakan, pemanjangan batang, dan pengisian sukrosa di batang (pemasakan). Kebutuhan air yang diperlukan pada setiap tahapan berbeda. Fase awal pada perkecambahan dan pemunculan anakan membutuhkan air sedang. Fase pemanjangan batang membutuhkan air yang cukup banyak. Fase kemasakan membutukan air dengan jumlah sedikit. Fase perkecambahan dimulai saat tanam sampai 1 BST. Fase pemunculan tunas pada 13 BST. Fase pemanjangan batang pada 39 BST. Fase kemasakan pada 912 BST (Sutardjo, 2002) Tanah Salin Salinitas tanah adalah suatu kondisi dimana kadar garam terlarut tanah mencapai tingkat meracuni tanaman (Santoso, 1993). Pada umumnya tanah salin tergolong ordo Aridisol, yaitu tanah yang terbentuk pada daerah kering atau dengan curah hujan ratarata kurang dari 500 mm/tahun. Jumlah air hujan tidak cukup untuk mengimbangi air yang hilang melalui tanah dan tanaman (evapotranspirasi). Pada waktu air diuapkan ke udara, garam tertinggal di lapisan permukaan. Proses akumulasi garam berlangsung terus yang disebut proses salinisasi. Garamgaram yang diakumulasikan diantaranya adalah NaCl, Na 2 SO 4, CaCO 3 dan MgCO 3. Di daerah iklim basah (humid) salinisasi hanya terjadi di delta sungai yang terpemgaruh air laut dan pantai yang telaknya rendah. Salinisasi juga dapat terjadi secara setempat dan membentuk tanah salin tipe intrazonal, seperti misalnya tanahtanah yang direklamasi dari dasar laut dan tanahtanah di daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut ( Tan, 1991). Ciri kimia tanah salin tidak dapat didasarkan atas nilai ph saja. Tanah salin mempunyai ph 8,5 atau lebih. Tanah salin ditentukan berdasarkan jumlah garam terlarut dan garam yang dapat dipertukarkan. Parameter yang diukur adalah daya hantar listrik (DHL) atau electrical conductivity (EC) untuk kandungan garam dan presentase pertukaran garam atau exchangeable sodium percentage

20 7 (ESP). Tanah salin dicirikan oleh nilai EC lebih dari 4 mmho/cm pada 25 0 C dengan ESP kurang dari 15%, dan ph kurang dari 8,5 (Tan, 1991). Proses salinisasi umumnya terjadi pada daerah iklim kering sampai agak kering, berupa tanahtanah yang biasanya ditumbuhi vegerasi Halophyta sampai semak. Selama musim kering permukaan tanah ditutupi oleh efflorescense atau kerak garam, yang larut di dalam air tanah setiap kali tanah tersebut basah. Proses salinisasi terjadi tidak hanya karena curah hujan yang kurang untuk melarutkan dan mencuci garam, tetapi juga karena penguapan yang menyebabkan terkumpulnya garam dalam tanah dan dalam air tergenang di atas permukaan tanah. Drainase yang buruk menyebabkan evaporasi lebih besar daripada perkolasi. Hal ini merupakan faktor utama berlangsungnya proses salinasi. Tentang lambatnya perkolasi air tanah, dapat disebabkan oleh keadaan tekstur yang sangat halus, struktur mampat atau adanya lapisan padas kedap air. Sebagai akibat perkolasi yang sangat menghambat, air yang menguap dari dalam tanah akan menarik air tanah yang melarutkan garam keatas, sehingga waktu menguap akan meninggalkan garam, berbentuk kerak di permukaan tanah atau lapisan yang banyak mengandung garam yang disebut horizon silikan, atau kristal (Santoso, 1993). Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman Pengaruh utama salinitas terhadap tanaman adalah ganguan penyerapan air (Shalhevet dan Bernstein, 1985). Konsentrasi yang tinggi dari garamgaram netral seperti NaCl dan Na 2 SO 4 akan mengganggu penyerapan air oleh tanaman. Hal ini diakibatkan oleh tekanan osmotik yang tinggi dalam larutan tanah yang melampaui tekanan osmosis dalam sel akar (Santoso, 1993). Menurut Tan (1991), kepekatan garam yang tinggi menyebabkan tanaman mengalami plasmolisis, sehingga air dalam tanaman bergerak keluar menuju larutan tanah. Tanaman yang keracunan garam mengalami hambatan perpanjangan sel dan daun berwarna hijau kotor (berbintik hitam). Mekanisme gangguan garam terhadap tanaman dapat melalui ketidakseimbangan hara. Kelebihan bikarbonat dapat menyebabkan kahat Fe. Kelebihan garam

21 8 menyebabkan kahat Ca dan Mg. Kondisi ph yang tinggi dapat menyebabkan kelarutan unsur mikro berkurang, sehingga menyebabkan kahat unsur mikro. Keberadaan ion Na dalam jumlah tinggi menyebabkan tanah tersuspensi. Bila tanah dikeringkan seakanakan menjadi gumpalan kompak dan keras, dan membentuk lapisan keras dipermukaan. Hal ini menyebabakan penurunan porositas tanah dan menghambat kelancaran udara, sehingga dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan tanaman. Bahaya bagi tanaman bisa juga datang dari garam terlarut walaupun konsentrasinya belum cukup untuk memengaruhi penyerapan air. Masuknya ion unsur hara ke dalam bulu akar dipengaruhi oleh sifat dan konsentrasi ion lain yang ada. Oleh karena itu, garam dapat menimbulkan kesulitan nutrisi tanaman karena tanaman tidak mampu menyerap hara yang diperlukan dari tanah. Tanaman yang tumbuh pada tanah salin terlihat terganggu dan mempunyai daundaun tebal serta warna daunnua hijau tua. Pengaruh salinitas pada tanaman pertama kali terlihat pada penyebaran energi dari proses pertumbuhan dalam mempertahankan tingkat tekanan osmosis yang berbeda. Proses yang pertama kali dari energi pertumbuhan adalah penghambatan dari perpanjangan sel. Selsel daun secara kontinu akan membelah tetapi tidak memanjang. Dari serangkaian kejadian, sebagian selsel tiap unit daun dicirikan dengan warna hijau gelap yang disebabkan oleh tekanan osmosis tanaman (Santoso, 1993). Cekaman salinitas berakibat pada penurunan produksi tanaman, termasuk pada tebu. Menurut Putri (2011), tebu tidak mengalami penurunan hasil pada nilai EC tanah 1.7 ds/m. Ketika nilai EC tanah sebesar 3.3 ds/m akan menurunkan hasil tebu sebesar 10 %. Hasil tebu akan menurun sebesar 25% pada nilai EC tanah sebesar 6 ds/m. Penurunan hasil tebu lebih besar terjadi pada nilai EC 10.4 ds/m,yaitu sebesar 50%. Pada nilai EC 18.6 ds/m tebu tidak dapat bertahan hidup. Upaya Pemanfaatan Tanah Salin Drainase yang baik diperlukan dalam pemanfaatan tanahtanah salin (reklamasi tanah salin). Dalam proses reklamasi sangat penting untuk mengusir kelebihan garam dari zone akar. Hal ini hanya dapat dikerjakan dengan

22 9 penggunaan air secukupnya untuk mencuci garam ke dalam lapisan tanah bagian bawah. Dengan kondisi drainase yang tidak baik, penambahan air yang banyak akan meningkatkan permukaan air tanah dan menyebabkan meningkatnya akumulasi garam di tanah permukaan, sehingga akan memperburuk kondisi tanah salin. Drainase yang cukup harus disediakan untuk mereduksi permukaan air tanah hingga di bawah zone akar tanaman, yaitu tidak kurang dari 2.43 m di bawah permukaan tanah (Santoso, 1993). Metode reklamasi tradisional adalah metode telaga (ponding) yaitu membuat parit lebar di sekeliling lahan. Kedalaman air 0,3 m atau lebih diharapkan dapat menampung garam yang tercuci dari tanah. Metode ini relatif kurang efektif karena laju pengurangan garam berjalan sangat lambat. Metode pencucian yang lebih efektif adalah metode kolamalur (basinfurrow method). Tanah diratakan dan air irigasi dilewatkan melalui parit yang dibuat di sekeliling lahan. Air dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air. Kepekatan garam dalam tanah menurun karna pencucian aliran air irigasi. Kebutuhan air dengan metode ini lebih sedikit daripada metode telaga. Ion garam divalen (umunya Ca) diharapkan tersedia selama reklamasi. Untuk itu diperlukan penambahan gipsum (CaSO 4.2H 2 O). Penambahan gipsum dapat mencapai beberapa ton per hektar dan dapat diulang setelah 2 atau 5 tahun atau sesuai kadar sodium tanah. Bila pencucian tidak mungkin dilakukan, misalnya air tidak tersedia, maka upaya mencari tanaman yang toleran garam adalah jalan yang terbaik. Rekayasa para pemulia tanaman sangat berperan dalam menciptakan varietasverietas yang toleran garam ( Dirjen Pendidikan Tinggi, 1991).

23 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan di kebun Pidodo, yaitu kebun dengan salinitas tinggi, dan kebun Gondang, yaitu kebun dengan kondisi yang normal. Kegiatan pengamatan aspek khusus dilaksanakan selama kegiatan magang. Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan kegiatan magang terdiri atas kerja lapang dan pengamatan langsung. Kegiatan kerja lapang yang dilakukan yaitu pada aspek teknis dan manajerial. Kegiatan pengamatan langsung mendapatkan data primer yang akan membantu menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam. Kegiatan kerja lapang pada aspek teknis yaitu menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan mengikuti semua tugas lapang yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, persiapan dan penyediaan bahan tanam, penanaman, irigasi, perawatan, taksasi, dan pemanenan tebu (Tabel Lampiran 1). Kegiatan kerja lapang pada aspek manajerial adalah menjadi pendamping mandor dan menjadi pendamping sinder. Kegiatan sebagai menjadi pendamping mandor dilakukan selama satu bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah membantu mengawasi karyawan harian pada setiap kegiatan budidaya tanaman di lapangan, membuat analisis pada setiap kegiatan di lapangan, membantu memotivasi karyawan, dan membantu mengorganisasi karyawan pada setiap pekerjaan (Tabel Lampiran 2). Kegiatan sebagai pendamping sinder dilakukan selama dua bulan. Kegiatan yang dilakukan adalah mempelajari kegiatan di tingkat bagian kebun, memonitor hasil kegiatan kebun, mempelajari kegiatan administrasi kebun. Kegiatan juga meliputi manajemen kebun kemitraan beserta pembiayaannya

24 11 melalui Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Tebu (KKPE Tebu). Kegiatan ini meliputi pengukuran luas kebun pengajuan dan membantu administrasi dalam pencairan kredit KKPE kepada petani mitra (Tabel Lampiran 3). Aspek khusus yang diperdalam adalah modifikasi teknik budidaya di lahan salin. Pengamatan dilakukan di kebun Pidodo yang termasuk kebun salin. Pegamatan meliputi teknik budidaya dan keadaan tebu. Pengamatan juga dilakukan pada kebun Gondang sebagai kebun nonsalin dengan parameter pengamatan yang sama dengan pengamatan di kebun Pidodo. Pengamatan dan Pengumpulan Data Kegiatan magang juga meliputi pengumpulan data yang akan membantu menganalisis aspek khusus yang akan diperdalam. Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Pengamatan dan analisis dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan produktivitas tebu dengan cekaman salinitas, serta teknik budidaya yang diterapkan di kebun tersebut. Pengamatan tebu yang tercekam salinitas ini dilakukan di kebun Pidodo, yaitu kebun di pesisir pantai utara Jawa yang berjarak 1 km dari pantai, sehingga terkendala dengan salinitas yang tinggi. Pengamatan juga dilakukan pada kebun yang tidak terkendala salinitas sebagai pembanding. Variabel pengamatan di kebun ini sama seperti yang diterapkan di kebun terkendala salinitas. Pengamatan tebu sebagai pembanding ini dilakukan di kebun Gondang, yaitu kebun sawah tadah hujan yang tidak terkendala dengan salinitas. Pengamatan di kedua kebun dilakukan pada satu blok untuk masingmasing kebun. Setiap blok diambil satu petak contoh. Setiap petak contoh diambil lima bak tanam tebu sebagai ulangan. Setiap bak tanam tebu diambil empat juringan contoh. Setiap juringan contoh terdapat satu tanaman contoh, sehingga terdapat empat tanaman contoh pada setiap ulangan. Kategori tanaman yang diamati adalah variatas Bululawang (BL) dengan kategori RC I (Ratoon Cane) atau tebu keprasan pertama.

25 12 Penentuan contoh dilakukan dengan metode acak dan sistematis, disesuaikan dengan keadaan kebun dan homogenitasnya (Mantra dan Kasto, 2008). Blok dan petak contoh dipilih secara acak. Bak contoh untuk kebun Gondang dipilih secara sistematis karena lingkungan yang homogen. Bak contoh untuk kebun Pidodo dipilih dengan menyesuaikan keadaan lahan karena tingkat homogenitasnya yang rendah dan kondisi kebun yang sulit terjangkau. Penentuan juringan dan tanaman contoh untuk kedua kebun dilakukaan dengan cara sistematis. Beberapa variable pengamatan yang dilakukan meliputi : a. Tinggi Batang Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi tebu contoh dari permukaan tanah sampai titik tumbuh tanaman tebu. Pengamatan dilakukan pada 27, 31, 35, dan 39 MSK (minggu setelah keprasan). b. Diameter batang Pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter batang tebu menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang diambil adalah diameter yang terbesar pada bagian batang tebu contoh. Pengamatan dilakukan pada 27, 31, 35, dan 39 MSK. c. Jumlah ruas batang Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah ruas batang tebu mulai dari permukan tanah sampai titik tumbuh tebu. Pengamatan dilakukan pada 27, 31, 35, dan 39 MSK. d. Jumlah batang dan jumlah sogolan per meter juringan Pengamatan ini dilakukan dengan menghitung jumlah batang tebu dan sogolan yang terdapat pada juringan contoh kemudian membaginya dengan panjang juringan tersebut dalam satuan meter. Pengamatan jumlah batang dilakukan pada 27 MSK sementara jumlah sogolan pada 41 MSK. e. Umur Berbunga Pengamatan dilakukan pada umur tebu saat bunga pertama kali muncul. f. Brix nira Pengukuran brix nira dilakukan di lapangan menggunakan alat Hand Refractometer pada bagian batang atas, tengah dan bawah. Nilai brix batang

26 13 contoh adalah ratarata dari ketiga nilai brix tersebut. Pengukuran brix nira dilakukan pada lima batang tebu yang diambil secara acak pada setiap bak tanam contoh pada setiap kebun. Pengamatan dilakukan pada 27 MSK dan 41 MSK. g. Electronic Conductivity (EC) dan salinitas tanah Pengukuran EC dan salinitas tanah dilakukan pada komposit tanah kedua kebun. Pengukuran EC tanah dan salinitas tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Bogor. h. Tata Layout Kebun Dilakukan pengamatan langsung terhadap tata layout kebun. Pengukuran dilakukan pada lebar dan dalam got keliling, got malang, dan got mujur. i. Produktivitas Data produktivitas kebun didapat dari studi arsip bagian tanaman serta wawancara dengan mandor dan sinder kebun. Data produktivitas mencakup produktivitas kategori PC, RC1, dan produktivitas RC2 selama tiga tahun. j. Analisis Usaha Tani Analisis usaha tani dilakukan pada kebun contoh dengan memasukkan rencana anggaran kebun pada masa tanam 2010/2011, produktivitas kabun berdasarkan taksasi maret, serta besaran biaya kebun dan harga produk gula dan tetes yang berlaku sesuai standar perusahaan. Analisis dilakukan pada setiap blok pada kebun contoh menurut kategori tanaman yang ada. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan berkonsultasi dengan pihak manajemen perusahaan. Data sekunder yang diperlukan meliputi : a. Produksi tebu, gula, dan rendemen. Data meliputi produksi tebu, produksi gula, dan rendemen tebu. Data mencakup semua kebun milik PG termasuk kebun Pidodo dan Gondang yang digunakan dalam analisis aspek khusus. Data produksi tebu juga mencakup produksi tebu tahun ini berdasarkan taksasi Maret. b. Penyebaran lokasi kebun. Data meliputi kebun yang dimiliki perusahaan, penyebarannya dilapangan, serta pembagian kebun. c. Laporan giling

27 14 Informasi meliputi data giling pabrik setiap hari, yaitu jumlah tebu yang digiling, produksi gula dan rendemen tebu setelah digiling. d. Keadaan umum perusahaan Informasi yang meliputi sejarah dan kondisi umum perusahaan. e. Keadaan lahan Informasi keadaan lahan perkebunan meliputi jenis tanah, tekstur dan struktur tanah. f. Iklim Informasi mengenai tipe iklim, curah hujan ratarata bulanan dan tahunan, jumlah bulan basah, bulan kering dan jumlah hari hujan. g. Kondisi umum pertanaman Informasi tentang luas pertanaman, varietas, dan produksi tebu. h. Organisasi dan manajemen perusahaan Informasi tentang struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawabnya. Analisis Data Data yang diperoleh dari variebel pengamatan dianalisis menggunakan analisis statistika, yaitu uji t dan analisis deskriptif.

28 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas m 2. Rehabilitasi pabrik pertama dilakukan tahun 1917 dengan menyempurnakan proses defekasi. Rehabilitasi yang kedua dilakukan pada tahun 1926 dengan mengganti proses pemunian dari cara defekasi menjadi karbonatasi rangkap. Pabik gula Cepiring menjadi milik pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia. PG Cepiring dikoordinir oleh Pusat Perkebunan Negara (PPN) pada masa transisi kemerdekaan. Pada tahun 1968, PNP diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dan PG Cepiring di bawah pengawasan PNP XV di Semarang. Kemudian tahun 1973, PNP XV diubah statusnya menjadi PTP XV (Persero) dan tahun 1981, PTP XV digabung dengan PTP XVI menjadi PTP XV XVI (Persero) yang berpusat di Surakarta. PG Cepiring beroperasi dan mengalami masa kejayaan, hingga pada tahun 1998 terpaksa berhenti beroperasi. Hal ini dikarenakan kekurangan bahan baku tebu akibat persaingan lahan dengan komoditas pertanian lain, sehingga tidak memenuhi kapasitas giling dan biaya operasional. PG Cepiring mulai direnovasi dibawah manajemen PT Industri Gula Nusantara (IGN) dan diresmikan pada tahun 2008, setelah berhenti beroperasi selama 10 tahun. PT IGN merupakan perusahaan patungan antara PT Multi Manis Mandiri (MMM) dan PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) dengan kepemilikan saham sebesar 70% untuk PT MMM dan 30% untuk PTPN IX. PG Cepiring direnovasi bangunan dan mesinnya dengan menggunakan dua macam bahan baku, yaitu tebu dan raw sugar. PG Cepiring melakukan giling perdana untuk kedua bahan baku tersebut pada tahun Hingga saat ini PG Cepiring tetap beroperasi dengan menggiling bahan baku tebu pada masa panen dan bahan baku raw sugar diluar masa panen tebu.

29 16 Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif PT Industri Gula Nusantara adalah perusahaan perkebunan tebu dengan pabrik gula yang terletak di Cepiring, Kendal. Areal perkebunan tebu yang dimiliki mencakup tebu dengan sistem kemitraan pola A (KMA), sistem kemitraan pola B (KMB) dan sistem kemitraan pola D (KMD). Kebun KMA dan KMB tersebar di wilayah Kabupaten Kendal sampai Kabupaten Semarang. Kebun tebu yang terletak di Kabupaten Kendal meyebar pada kecamatan Patebon di wilayah utara, Kecamatan Weleri, Cepiring, sampai Kecamatan Sukorejoi di wilayah selatan. Kebun tebu di Kabupaten Semarang menyebar pada Kecamatan Kedung Pane di wilayah barat sampai kecamatan Bergas di wilayah timur. Secara umum letak geografis kebun milik PG Cepiring terletak di antara LS LS dan BT BT untuk wilayah Kabupaten Kendal. Ketinggian kebun tebu berkisar antara 0 mdpl sampai lebih dari 1000 mdpl. Kebun dengan ketinggian 0100 mdpl mencakup kebun di Kecamatan Cepiring, Patebon, Kaliwungu, Rowosari dan Weleri. Kebun dengan ketingian mdpl terdapat di Kecamatan Limbanganan. Kebun dengan ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Boja, Pegandon, Gemuh serta kebun di wilayah Kebupaten Semarang. Sedangkan kebun dengan ketinggian lebih dari 1000 mdpl terdapat di Kecamatan Plantugan, Pageruyung, Singorejo, Sukorejo, Patean, Boja, dan Limbangan pada kebun Bergas. Topografi kebun tebu bervariasi, yaitu topografi datar pada kebun sawah tadah hujan dan irigasi teknis, sampai topografi bergelombang pada kebun tegalan. Tingkat kemiringan kebun sawah tadah hujan dan sawah irigasi teknis kurang dari 25%. Tingkat kemiringan kebun tegalan lebih bervariasi, yaitu antara 0% daiatas 45%. Kebun dengan tingkat kemiringan yang tinggi dalah kebun tegalan yang terdapat di daerah bergunung sampai berbukit. Keadaan Iklim dan Tanah Secara umum keadaan iklim di wilayah PG Cepiring memiliki curah hujan yang cukup tinggi (Tabel 1). Musim kemarau terjadi sekitar bulan Juni sampai dengan Oktober karena pada saat itu arus angin tidak banyak mengandung uap air.

30 Sebaliknya mulai bulan Novenber hingga Mei arus angin banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan (PBS Kendal, 2010). 17 Tabel 1. Keadaan Iklim Selama 3 Tahun Terakhir di Wilayah PG Cepiring Tahun Curah Hujan Tahunan Hari Hujan Tahunan Sumber : BPS Kabupaten Kendal Jenis tanah yang ada di PC Cepiring sebagian besar adalah tanah berat. Secara umum, tanah yang ada termasuk jenis tanah endapan atau tanah alluvial. Sangat sedikit batuan muda yang ada pada lapisan tanah. Lapisan olah tanah cukup dalam. Pada beberapa kebun terdapat kandungan liat yang tinggi sehingga drainase tanah tidak terlalu baik dan akan bermasalah ketika musim penghujan. Pada kebun di daerah pesisir, kandungan pasir lebih banyak sehingga drainase tanah lebih baik dari pada kebun lain yang jauh dari pantai. Luas Areal dan Tata Guna Lahan Terdapat beberapa jenis kebun tebu berdasarkan sistem kemitraan yang diterapkan. Pola kemitraan yang diterapkan antara lain pola kemitraan A (KMA), pola kemitraan B (KMB), dan pola kemitraan D (KMD) atau tebu mandiri. Kebun KMA adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil di awal. Kebun KMB adalah kebun kemitraan dengan pola bagi hasil yang dilakukan setelah panen tebu. Kebun KMD (mandiri) adalah kebun dengan keseluruhan teknik budidaya dan pembiayaan dilakukan oleh petani. Total luas kebun tebu milik perusahaan mengalami peningkatan sejak awal berdirinya IGN. Besarnya luasan tebu pada masingmasing kategori kebun dapat dilihat pada Tebel 2. Total luasan untuk tabu giling belum mencukupi kapasitas giling pabrik yang mencapai TCD (ton cane per day). Untuk mencukupi kebutuhan tebu tersebut, banyak dipenuhi oleh kiriman tebu KMD. Tebu kiriman petani tersebut berasal dari berbagai daerah antara lain Pati, Rembang, Kudus dan Jepara. Tabel 2. Luas Areal PG Cepiring Berdasarkan Kategori Kebun

31 Masa Tanam Kategori Kebun KMA KMB Tebu Mandiri Total.... ha Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara 18 Kebun yang dimiliki oleh PG Cepiring terdiri dari kebun produksi dan kebun bibit. Kebun bibit diterapkan pada kebun implasemen dan kebun lain yang terdapat di area cakupan PG Cepiring. Sistem kebun bibit yang diterapkan adalah kebun bibit berjenjang. Beberapa kategori kebun bibit yang ada antara lain kebun bibit pokok (KBP), kebun bibit nenek (KBN), kebun bibit ibu (KBI), dan kebun bibit datar (KBD). Bibit yang akan digunakan untuk kebun tebu giling (KTG) berasal dari KBD. Luasan kebun bibit setiap kategori terdapat pada Tabel 3. Dalam pemenuhan kebutuhan bibit, terdapat beberapa cara selain menggunakan bibit dari kebun bibit berjenjang. Bibit juga didapatkan dari pembelian bibit dari kebun bibit P3GI. Tabel 3. Luasan Kebun Bibit Berdasarkan Kategori Kebun Bibit Masa Tanam Kategori Kebun Bibit KBP KBN KBI KBD....ha Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara Kebun produksi terdiri dari kebun PC (plant cane), dan tanaman keprasan (ratoon cane). Tanaman keprasan dipertanahkan sampai keprasan keempat (RC4). Perbandingan luasan kelima kategori kebun tersebut relatif sama karena setiap tahun dilaksanakan pembukaan lahan untuk penggantian kebun tebu yang telah mencapai ratoon keempat. Pada masa tanam 2009/2010, sebagian besar kebun produksi adalah tanaman PC yaitu sebesar %. Proporsi luas kebun dengan tanaman RC1 sebesar 23.10%, untuk RC2 sebesar 19.67%, RC3 sebesar 17.40%, dan RC4 sebesar %.

32 19 Keadaan Tanaman dan Produksi Varietas yang ditanaman antara lain BL, PS 864, PS 881, PSJT 941. Penanaman dalam satu blok menggunakan varietas yang sama. Untuk suatu kebun dengan beberapa blok terdapat kemungkinan penggunaan lebih dari satu macam varietas. Kategori tanaman tebu meliputi tanaman pertama dan tanaman ratoon. Kategori tanaman yang ada meliputi PC, RC1, RC2, dan RC3. Umur tanaman juga bervariasi, tergantung bulan tanamnya untuk tanaman PC dan bulan keprasannya pada tanaman Ratoon. Bulan tanam dan kepras antara bulan Juni sampai Desember, sehingga umur tanaman saat pengamatan berkisar antara 38 bulan. Pola penanaman pada budidaya reynoso dan tegalan menggunakan pembagian bak tanam tebu yang disebut lidah. Pada setiap lidah terdapat lajurlajur tebu yang disebut juringan atau laci. Panjang juring tanam tebu pada umumnya 8 m. Kerapatan tebu pada satu bak diupayakan mencapai lebih dari 75 juringan/bak. Jarak antar juring adalah 1m. Satu juring ratarata terdapat 7585 batang tebu yang dapat dipanen. Satu bak tanam tebu terdapat 60 juring. Satu hektar kebun tebu ratarata terdapat 20 bak tanam. Oleh karena itu, dalam satu hektar terdapat 1200 juring tebu. Angka tersebut biasa disebut dengan istilah faktor. Pembuatan bak dan juring tanam akan mengikuti dan menyesuaikan keadaan kebun sehingga besarnya faktor setiap kebun berbeda. Varietas tebu yang digunakan berdasal dari kategori varietas masak awal, masak tengah dan masak akhir. Varietas masak awal yang digunakan adalah PS 864 dan PS 881. Varietas masak tengah dan akhir yang digunakan adalah BL dan PS JT. Pabrik Gula Cepiring memproduksi produk utama berupa gula kristal putih. Bahan baku yang digunakan selain tebu adalah raw sugar. Hasil sampingan beruma tetes (molasses), blotong, dan ampas. Tetes digunakan sebagai bahan baku industri etanol. Ampas tebu digunakan sebagai bahan bakar boiler. Bahan blotong belum termanfaatkkan.

33 20 Produksi tebu dan gula PG cepiring meningkat setiap tahunnya (Tabel 4). Hal ini dikarenakan upaya perluasan area tebu. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh semakin banyaknya petani mandiri yang menggilingkan tebunya di PG Cepiring karena sistem beli putus yang sudah diterapkan PG Cepiring. Sistem beli putus ini dapat menarik petani karena proses pembayaran yang cepat lebih menguntungkan bagi petani daripada sistem bagi hasil yang harus menunggu tebu selesai digiling dan menjadi gula. Peningkatan produksi gula juga terdapat pada gula dengan bahan baku raw sugar (Tabel 5). Tabel 4. Produktivitas, Rendemen Tebu dan Produksi Gula Kristal Putih (GKP) Selama 4 Tahun Tahun Produksi Luas Produktivitas Rendemen GKP Tebu (ton) Lahan (ha) (ton/ha) (%) (ton) * Ket : * proyeksi berdasarkan taksasi maret Sumber : Kantor Tanaman, PT Indistri Gula Nusantara Tabel 5. Produksi Gula Kristal Putih dengan Bahan Baku Raw Sugar selama 4 tahun Tahun Raw Sugar (ton) Rendemen (%) GKP (ton) Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Pabrik Gula Cepiring merupakan unit produksi gula yang dimiliki oleh PT Industri Gula Nusantara (IGN) dan PT Perkebunan Nusantara IX. Struktur organisasi yang ada di PG Cepiring merupakan gabungan dari karyawan PG sebelum berhenti beroperasi dan karyawan baru PT IGN. PG Cepiring dikepalai oleh seorang direktur utama. Direktur utama membawahi beberapa direktur yaitu direktur operasional, direktur komersial.

34 21 Struktur organiasasi PG Cepiring dibagi kedalam beberapa bagian. Bagian yang terdapat di PG Cepiring antara lain, Commercial, Proces and laboratory, Teknical, Plantation (tanaman), Electrical and power plant, umum, logistik, Human Resources Development (HRD), Information and technology system (IT), Procurment, dan Marketing. Setiap bagian dikepalai oleh seorang manager. Direktur utama adalah pembuat kebijakankebijakan strategis dan mengarahkan kepada tujuantujuan jangka panjang perusahaan. Direktur operasional berfokus kepada kebijakankebijakan tentang operasional perusahaan, meliputi operasional pabrik dan bahan bakunya yang bersal dari tebu dan raw sugar. Direktur komersial berfokus kepada kebijakankebijakan pemasaran produk gula dan kebijakan pengembangan serta pembiayaan keuangan perusahaan. Terdapat kepala pabrik (factory), yang membawahi beberapa bagian yang berhubungan dengan pabrik, yaitu Proces and laboratory, Teknical, Electrical and power plant. Tugas kepala pabrik adalah menkoordinasikan semua bagian yang terlibat dalam pabrik dalam kegiatan operasional pabrik. Bagian Proces and laboratory adalah bagian yang memiliki tugas manajemen operasional proses pabrikasi bahan baku tabu dan raw sugar menjadi gula kristal putih. Bagian Teknical berhubungan dengan kinerja mesinmesin pabrik serta perawatannya. Bagian Electrical and power plant bertanggung jawab atas penyediaan tenaga listrik bagi operasional pabrik. Bagian Commmercial adalah bagian yang memiliki tugas pokok manajemen segala urusan keuangan untuk opresional perusahaan dan membawahi beberapa sub bagian, yaitu keuangan, akuntan, pajak dan eksporimpor. Bagian Umum berhubungan dengan operasional perusahaan diluar pabik, kantor dan perkebunan tebu serta membawahi sub bagian Sipil, Lanskap, dan Keamanan. Bagian Logistik memiliki tugas menyediakan segala keperluan barang untuk operasional kantor dan pabrik, yang mencakup bahan baku produksi gula, bahan bakar pabrik, serta barangbarang lain yang diperlukan pabrik dan kantor. Bagian HRD memiliki tugas memanajemen sumber daya manusia yang berperan dalam operasional perusahaan. Bagian Information and technology system (IT) memiliki tugas dalam membuat sistem informasi dan komputerisasi

35 22 keseluruhan perusahaan. Bagian Precurement memiliki tugas sebagai penyedia barang yang dibutuhkan bagian logistik untuk operasional perusahaan. Bagian Marketing berhubungan dengan pemasaran produk gula kepada konsumen. Bagian Tanaman memiliki tugas pokok menyediakan bahan baku tebu yang cukup dan berkualitas sesuai dengan kapasitas giling pabrik selama musim giling pabrik. Bagian tanaman juga bertugas untuk memanajemen kebun petani mitra. Karyawan di PG Cepiring diklasifikasikan menjadi tiga yaitu karyawan staf IGN, staf perwakilan PTPN IX, karyawan outsourcing, dan karyawan harian lepas. Karyawan staf IGN adalah karyawan yang direkrut dan diangkat oleh bagian HRD PT IGN secara internal. Karyawan outscourcing adalah karyawan yang diangkat oleh perusahaan outscourcing mitra IGN, yaitu PT Dyka Konsultama (Tabel 6). Karyawan outscourcing termasuk kedalam karyawan harian dan karyawan musiman. Karyawan musiman biasanya memenuhi pekerjaan musiman, seperti saat musim giling tebu. Karyawan harian lepas adalah karyawan yang diangkat oleh mandor berdasarkan perjanjian antara mandor dan karyawan tersebut dalam waktu tertentu. Banyaknya karyawan dan jangka waktu bekerja akan disesuaikan dengan pekerjaan yang akan diselesaikan. Tabel 6. Jumlah Karyawan PG Cepiring Tahun 2011 Karyawan Jumlah Staf IGN 407 Staf PTPN IX 41 Harian (outscourcing) 199 Musiman (outscourcing) 134 Sumber : Kantor Besar, PT Industri Gula Nusantara PG Cepiring memberlakukan hari kerja yang sama, baik pada musim tebangan dan maupun diluar musim tebangan. Hal ini dikarenakan pabrik akan selalu beroperasi setiap hari untuk mengolah raw sugar diluar musim tebangan. Kegiatan produksi berlangsung 24 jam, terutama di dalam pabrik sehingga dibutuhkan pengaturan tenaga kerja (shift) agar proses produksi tetap berjalan.

36 23 Jam kerja selama 24 jam dibagi kedalam tiga shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Waktu yang diberlakukan pada ketiga shift tersebut yaitu, shift pagi dimulai pukul WIB, shift siang dimulai pukul WIB, dan shift malam dimulai pukul WIB.

37 24 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatankegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan. Pembukaan lahan dan penanaman tebu Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG Cepiring mencakup kegiatankegiatan sebagai berikut. Peninjauan dan pengukuran lahan Pembuatan got Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman Penanaman Gambar 1. Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang, pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan luasan yang didapat pada saat pengukuran. Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS,

38 25 dibutuhkan program komputer yang dapat menghitung luasan kebun berdasarkan koordinat yang didapatkan dari GPS. Program komputer tersebut juga dapat digunakan untuk menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya. Pengukuran lahan menggunakan GPS yaitu pertama menentukan titiktitik koordinat dari setiap petakan yang akan diukur, terutama pada bagian tepitepi kebun. Selanjutnya adalah memasukkan data dari masingmasing titik koodinat tersebut ke dalam GPS. Kemudian datadata yang didapat dilahan tersebut dapat diolah dengan menggunakan software komputer Map Source dan ArcView. Dari pengolahan melalui program tersebut dapat diketahui luasan serta sketsa bentuk kebun yang diukur. Pembuatan got. Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got diperlukan dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got, yaitu got keliling, got mujur, got malang, serta afur. Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi petakan seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got keliling ini adalah got besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu 70 cm dan lebarnya 60 cm. Got keliling berfungsi sebagai pemasukan (inlet) dari sumber air, serta penampung dari got yang lain pada pengeluaran (outlet). Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got mujur dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini terletak di dalam geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar II atau Wengku. Kedalaman got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm. Fungsi dari got mujur adalah menampung air dari got malang dan mengalirkannya ke saluran outlet got keliling. Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu. Got malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur selesai. Jarak antara got malang sama dengan panjang juringan yaitu 8 m, karena PG Cepiring menggunakan pola bukaan lahan faktor Nama lain dari got malang adalah got kecil, karena merupakan got dengan ukuran yang paling kecil. Kedalaman got malang yaitu 50 cm dan lebar 50 cm.

39 26 Proses pembuatan got menggunakan alat bantu yang terdiri dari Eblek, Tonjo, Rucik, dan Mekris. Eblek adalah alat bantu yang terbentuk bilah bambu dengan panjang 3 m dengan papan segiempat berukuran 10 cm x 5 cm yang dipasang mendatar di bagian atasnya. Eblek berfungsi sebagai patokan dalam pembuatan got agar lurus dengan patokan di ujung yang lain. Proses pencetakan got dan pemasangan alat bantu tersebut dilakukan oleh mandor dengan arahan sinder kebun. Tonjo adalah bilah bambu sepanjang 2 m yang dipasang diantara dua eblek dengan meluruskannya pada kedua eblek di kedua sisi. Di antara dua eblek utama, terdapat beberapa tonjo yang dipakai sebagai panduan untuk membuat got agar pembuatan got dapat lurus. Tonjo juga dipakai sebagai tanda dalam pembuatan juringan agar jumlah juringan di antara lidahan seragam dalam jumlah dan arahnya. Tonjo kelima yang dipasang biasanya ditandai menggunakan rumput yang disebut jumbul. Upaya ini bertujuan untuk mempermudah penghitungan jumlah juring atau lidahan yang akan dibuat. Rucik adalah bilah bambu sebanjang 60 cm yang dipasang mendampingi eblek atau tonjo. Rucik berfungi untuk menunjukkan tanah yang akan didalamkan untuk pembuatan got. Mekris adalah alat bantu yang berbentuk +, dan ditempatkan secara vertikal pada kayu lain setinggi 1.5 m. Mekris digunakan untuk menentukan got yang tegak lurus dengan got yang telah dibuat. Alat ini digunakan untuk pembuatan got keliling dan got mujur. Pembuatan got dilakukan secara manual dengan menggunakan beberapa alat, yaitu cangkul, garpu dan golok. Prestasi kerja yang didapatkan untuk pekerjaan pembuatan got adalah 53,2 m/hok. Sistem upah untuk pekerjaan pembuatan got adalah sistem borongan. Upah yang diterima untuk pekerjaan pembuatan got yaitu Rp 500,00/m.

40 27 Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan Pembuatan juringan dan persiapan penanaman. Juringan adalah jalur penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal. Juringan berbentuk seperti got dengan kedalaman 20 cm yang terdapat diantara got malang. Dengan pola pembukaan lahan reynoso dengan faktor 1200, panjang juringan adalah 8 m, selebar bak tanam atau disebut juga lidahan, yang dibatasi oleh got malang. Jumlah juringan yang umum dalam satu bak tanam adalah 60 buah. Juringan dibuat dengan cara manual, menggunakan alat cangkul dan garpu. Kedalaman juringan yaitu 20 cm. Tanah yang telah dipecah dengan garpu tidak seluruhnya dinaikkan ke atas membentuk guludan. Pada juringan ditinggalkan tanah remah dengan ketebalan 10 cm. Tanah ini nantinya akan digunakan sebagai kasuran, yaitu tempat untuk menempatkkan bibit bagal tebu. Sebelum penanaman, dilakukan pemberaan lahan. Setelah juringan selesai dibuat, lahan dibiarkan selama 7 hari. Hal ini bertujuan agar tanah teroksidasi dan tekstur tanah menjadi halus, sehingga tanah yang terdapat di dalam juringan siap untuk dibuat menjadi kasuran. Pembuatan juringan dilakukan secara manual dengan sistem pembayaran borongan. Tenaga kerja yang dipekerjaan adalah lakilaki. Prestasi kerja yang didapatkan tenaga kerja borongan yaitu 26 juringan/hok. Besaran upah yang diterapkan adalah Rp 1 500,00 per juringan dengan panjang 8 m.

41 28 (a) (b) Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang Telah Selesai (b) Penanaman. Kegiatan penanaman merupakan tahapan yang membutuhkan persiapan dalam penyediaan bahan tanam, yaitu bibit. Bibit yang akan ditanam di kebun wilayah PG Cepiring berasal dari kebun bibit milik PG (KBD) maupun berasal dari pembelian bibit berasal dari kebun bibit P3GI Kegiatan penyediaan bibit meliputi tebang bibit di KBD, angkut bibit, kletek bibit, dan pemotongan bibit. Penebangan dilakukan sampai tandas ke tanah serta memotong pucuk bibit. Setelah bibit ditebang, bibit diangkut ke truk dengan kapasitas muat berkisar 67 ton, kemudian langsung diangkut ke lahan tujuan. Pekerjaan kletek dan pemotongan bibit segera dilaksanakan maksimal satu hari setelah bibit tiba di lahan. Bibit dipotong dengan dua mata tunas setiap potongannya. Bidang potong bibit akan disesuaikan dengan letak mata bibit agar mempermudah dalam penanaman bibit. Bibit yang terpotongpotong dimasukkan kedalam karung untuk ditanam keesokan harinya. Prestasi kerja karyawan pada perkerjaan kletek dan potong bibit yaitu ton/hok dengan sistem pengupahan borongan. Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata

42 29 Penanaman dilakukkan dengan metode single planting, yaitu bibit ditanam secara berbaris dengan jumlah 24 potongan bibit setiap juringan sepanjang 8 m. Setiap ujung juringan ditambahkan satu potongan bibit yang digunankan sebagai cadangan bibit untuk penyulaman, sehingga total kebutuhan potongan bibit pada satu juringan adalah 26 buah. Penanaman dilakukan dengan pembagian tugas yaitu petugas pengecer bibit, petugas penata bibit di juringan, dan petugas yang menutup bibit yang telah ditanam. Petugas pengecer bibit menghitung potongan bibit dan menempatkan di setiap juringan. Petugas penanam akan menata bibit di juringan dengan kedua mata tunas berada di samping potongan bibit. Bibit yang telah ditata kemudian dibenamkan ke tanah. Pekerjaan yang terakhir adalah menutup bibit menggunakan tanah remah atau gembur setebal 5 cm. Prestasi kerja karyawan penanaman yaitu ha/hok dengan sistem pengupahan borongan. Sebelum kegiatan penanam dilakukan pemupukan pertama dengan dosis setengah dosis 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phonzka/ha. Pemupukan dilaksanakan bersamaan dengan penanaman, yaitu sebelum potongan bibit ditata untuk ditanam di juringan. Gambar 5. Penanaman Tebu Pemeliharaan tanaman tahun pertama Tanaman PC (Plant Cane) adalah tanaman tahun pertama yang baru ditanam di lahan. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman

43 PC antara dimulai setelah penaman sampai pemanenan. Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman PC. 30 Pemupukan Penyulaman Pemberian air Pembumbunan Pencacahan gulud Pengendalian gulma Pemeliharaan got Kletek Pengendalian hama dan penyakit Gambar 6. Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan PG Cepiring menggunakan pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk ZA dan NPK Phozka. PG Cepiring menggunakan dosis yang seragam pada semua kebun. Pemupukan berdasarkan analisis hara tanah dan daun belum dapat dilakukan karena laboratorium tanaman belum selesai dikembangkan. Dosis yang diterapkan yaitu 500 kg ZA/ha dan 500 kg Phonzka/ha. Kandungan pupuk ZA adalah 21%N, sedangkan NPK Phozha adalah 15% N, 15%, dan 15% K 2 O. Maka dosis setiap unsur yang diterapkan adalah 165 kg N/ha, 75 kg P 2 O 5 /ha dan 75 kg K 2 O/ha Pemupukan dilaksanakan dua kali, yaitu pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan bersamaan dengan tanam bibit atau maksimal 1 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan untuk pemupukan I adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pemupukan kedua dilaksanakan pada 4 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan sama dengan pemupukan I, yaitu adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pada pemupukan kedua bisanya ditambahkan insektisida butir sistemik Furadan 3G sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit. Aplikasi pemupukan yaitu dengan mencampurkan terlebih dahulu pupuk ZA dan Phonzka sebanyak dosis untuk satu hektar lahan. Kemudian karyawan harian mengambil dari campuran pupuk kemudian menempatkan pupuk di sekitar batang tananam. Aplikasi pemupukan tidak disertai dengan penutupan pupuk.

44 Prestasi kerja yang didapat dari karyawan adalah 169,17 kg/hok, dengan sistem pengupahan harian. 31 Penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menanam ulang bibit tebu yang tidak tumbuh setelah penanaman pertama kali. Kegiatan penyulaman pada tebu dapat menggunakan tiga macam bibit tebu, yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan bibit awil. Secara umum, bibit awil lebih sering digunakan Kegiatan penyulaman pada umumnya menggunakan KHL wanita. Sistem upah yang diterapkan pada pekerjaan penyulaman adalah pembayaran harian dengan upah Rp , Rp , per hari. Ratarata prestasi kerja yang didapatkan pekerja selama 1 hari yaitu ha/hok. Bibit awil adalah tunas tebu dari bibit bagal cadangan yang ditanam di kebun. Metode penyulaman menggunakan bibit ini membutuhkan tenaga pendongkel bibit cadangan, pemotong daun bibit cadangan, pembuat lubang tanam dan penanam bibit. Kegiatan menyulaman pada kebun ratarata menanam bibit sulaman 15 bibit setiap juringan. Penggunaan bibit rayungan yang berasal dari kebun bibit memiliki cara penanaman yang berbeda. Bibit yang didapatkan dari kebun bibit berupa batang tebu 2 ruas dengan satu tunas yang telah tumbuh. Penanaman dengan bibit tersebut ditanam dengan batang tebu vertikal. Pemberian air. Tanaman tebu membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama pada fase tumbuhnya tunas dari bibit dan fase awal pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air yang tidak mencukupi dapat terjadi karena irigasi teknis yang tidak lancar pada tebu lahan sawah atau tidak ada hujan pada tebu lahan tegalan. Kekurangan air pada vase tersebut dapat diatasi dengan pemberian air secara khusus. Pemberian air di PG Cepiring dilakukan setelah penanaman bibit sampai umur tanaman 2 MST. Pemberian air juga dilakukan pada tebu sulaman ketika irigasi tidak mencukupi atau tidak ada hujan. Pemberian air yang dilakukan PG Cepiring menggunakan sistem penyiraman dan sistem pengairan melalui got (furrow irrigation). Pekerjaan ini dilakukan dengan menutup outlet dan mengairi

45 32 gotgot hingga kapasitas lapang. Apabila air dari irigasi teknis tidak mencukupi dapat diupayakan untuk memompa air dari sumber air terdekat. Pemberian air bibit sulaman biasanya dilakukan dengan cara penyiraman. Penyiraman bisanya menggunakan sumber air dari sumur yang sengaja dibuat di kebun untuk mempermudah pengambilan sumber air. Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation Pemberian air dikebun menggunakan pompa air ketika tidak terdapat air irigasi yang mengalir ke kebun. Sumber air diambil dari saluran irigasi yang terdekat dari kebun. Air akan dipompa dari saluran irigasi dan dialirkan ke dalam got kebun. Kegiatan ini biasanya dilanjutkan dengan penyiraman juringanjuringan yang telah ditanami bibit mengunakan air yang mengalir di got. Prestasi kerja pekerjaan penyiraman ini adalah 0.13 ha/hok. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya untuk mengurangi populasi gulma yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Terdapat dua macam pengendalian gulma yang diterapkan di kebun, yaitu pengendalian secara kimia dan secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan herbisida. Bahan aktif herbisida yang digunakan adalah 2,4D dan Ametryn. Kedua bahan aktif tersebut adalah jenis bahan aktif herbisida sintemik. Aplikasi herbisida pada lahan menggunakan campuran kedua bahan aktif tersebut. Konsentrasi herbisida yang diaplikasian berdasarkan pengamatan adalah 60 ml

46 33 herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4D 826 g/l dan 160 ml herbisida yang mengandung bahan aktif ametryn 500 g/l untuk 1 tangki semprot dengan volume 17 liter. Berdasarkan pengamatan, sekali penyemprotan ratarata dapat menyemprot 83 juringan, atau kirakira 0,00682 ha. Dengan aplikasi tersebut, volume semprot yang diterapkan adalah sebesar 245,66 l/ha. Dengan konsentrasi yang digunakan, dosis yang diaplikasikan adalah 711,186 g 2,4D/ha dan g ametryn/ha. KHL yang digunakan untuk penyemprotan herbisida ini disesuaikan dengan besarnya luasan kebun serta target penyelesaian pekerjaan aplikasi herbisida tersebut. Upaya pengendalian gulma yang diterapkan selain cara kimia adalah cara manual. Pekerjan ini dikenal dengan nama pembubutan. Alat yang digunakan adalah sabit. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah wanita. Pencacahan gulud. Pencacahan guludan atau penggemburan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memecah tanah yang padat sehingga menjadi tanah yang halus dan remah sehingga nanti memudahkan untuk melakukan pembumbunan. Pencacahan gulud dilakukan sebelum pekerjaan pembumbunan dimulai. Sistem upah yang diterapkan adalah sistem borongan. Ratarata dalam 1 hari KHL mendapat 60 juringan atau 1 lidah, sehingga PK untuk pekerjaan cacah gulud adalah 0.05 ha/hok. Efektivitas pekerjaan cacah gulud dipengaruhi oleh kekerasan tanah. Kondisi tanah yang keras akan sangat menyulitkan para KHL untuk melakukan pencacahan, sehingga PK yang didapatkan lebih rendah. Pembumbunan. Pembumbunan adalah pekerjaan menambahkan tanah pada kedua sisi juringan sebagai upaya dalam memperbanyak anakan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu. Pembumbunan di PG Cepiring dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada umur 1.5 BST. Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 3.5 BST. Pembumbunan ketiga dilakukan pada umur 6 BST. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah sistem borongan. Upah yang diterima pekerja sebesar Rp 600, per laci. PK yang didapatkan oleh KHL sebesar 60 laci/hok atau 0.05 ha/hok.

47 34 Pemeliharaan got. Got adalah alat untuk pemberian irigasi sekaligus drainase pada lahan tebu. Keberadaan got sangat penting untuk pertumbuhan tebu karena mempempengaruhi keadaan perakaran tebu. Perakaran yang baik akan menyebabkan tebu tumbuh dengan baik serta proses kematangan tebu dapat berjalan dengan baik (Supriadi, 1992) Pemeliharaan got antara lain pendalaman got dan pembersihan gulma yang ada di dalam got. Pekerjaan pemeliharaan got dilakukan secara manual dengan tenaga manusia menggunakan peralatan cangkul dan garpu. Sistem kerja yang digunakan adalah borongan, yaitu upah dihitung per meter got yang telah diperbaiki. Prestasi kerja karyawan harian lepas yang diamati pada pekerjaan pemeliharaan got adalah 27 m got/hok. Kletek. Kletek adalah pekerjaan membuang daun tebu yang telah mengering. Tujuan utama pekerjaan kletek agar tebu dalam keadaan bersih pada saat ditebang dan digiling di pabrik. Kegiatan kletek pada umunnya dikerjakan oleh KHL wanita. Pada umumnya, pekerjaan kletek diberlakukan sistem pembayaran borongan. Standar yang diterapkan pekerjaan kletek selama 1 HOK dapat melakukan kletek pada 20 laci. Sehingga standar PK yang diperoleh KHL pada pekerjaan kletek adalah ha/hok. Setelah diamati di lapang, PK yang didapatkan karyawan adalah sebesar ha/ HOK sedangkan PK yang didapatkan mahasiswa adalah ha/hok. Prestasi kerja kletak sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan keadaan kebun. Kebun dengan populasi gulma yang tinggi juga dapat menurunkan prestasi kerja karena mempersulit pekerjaan. Pekerjaan kletek dilakukan apabila terdapat 79 daun kering. Pekerjaan kletek dilakukan dua kali, yaitu pada umur 5 bulan untuk kletek satu dan 10 bulan atau sebelum panen untuk kletek kedua.

48 35 (a) (b) Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit adalah upaya untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kematian pada tebu. Pengendalian hama di PG Cepiring dilakukan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG Cepiring antara lain penggerek batang, penggerek pucuk, kutu bulu putih dan tikus. 1. Penggerek Batang (Chilo auricilius Dudg.) Serangan penggerek batang yang dominan terjadi pada siklus hidup tebu yang sudah beruas. Serangan ini membentuk lubang pada ruas tebu. Serangan ini menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan dapat menyebabkan kematian batang bila menyerang titik tumbuh. Kerugian yang ditimbulkan adalah kehilangan produksi pada tebutebu yang mati dan penurunan bobot dan rendemen pada batang tebu yang terserang. Upaya yang dilakukan adalah upaya pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek dan menjaga kebersihan kebun. 2. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella F.) Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada titik tumbuh. Apabila serangan sudah mencapai titik tumbuh, pertumbuhan apikal tebu terhenti dan tumbuh tunas baru pada mata tunas di bagian sekitar pucuk tebu, sehingga pertumbuhan tebu menjadi tidak normal dan merusak rendemen tebu. Gejala

49 36 serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun dan terlihat lorong gerek yang berwarna coklat pada tulang daun. Kegiatan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk tebu hingga ke bawah sedikit demi sedikit sepanjang 2 cm sampai mendapat larva penggerek pucuk. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik Furadan 3G. Dosis aplikasi yang diberikan adalah 25 kg/ha. Aplikasi furadan dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua pada 4 MST, dengan cara mencampurkannya dengan pupuk yang akan diaplikasikan. 3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera Zehnt.) Kutu bulu putih adalah hama yang membentuk koloni di bawah permukaan daun dan menghisap sari makanan pada daun. Kutu ini juga mengeluarkan cairan (embun madu) yang jatuh pada permukaan daun di bawahnya, kemudian akan menjadi media pertumbuhan cendawan jelaga yang berwarna hitam. Serangan kutu bulu putih terdapat pada kebun tegalan, sedangkan serangan pada kebun tebu sawah tidak terjadi. Upaya pengendalian hama ini adalah memotong daun yang terserang. Pengendalian secara kimia juga dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif clorpirifos dengan penyemprotan hanya pada tanaman yang terserang. 4. Tikus sawah (Rattus argentivente Rob & Kloss) Hama tikus dominan terdapat di lahan sawah namun terdapat pula pada lahan tegalan. Hama tikus menyerang tebu pada awal pertumbuhan bibit dengan memakan mata tunas bibit, sehingga bibit tebu tidak dapat tumbuh. Serangan tikus juga terdapat pada batang tebu yang telah beruas, khususnya tebutebu yang rebah. Pengendalian tikus dilakukan melalui upaya preventif. Pengendalian dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan memberikan premi kepada pekerja pembukaan lahan apabila berhasil membunuh tikus di lahan. Pengendalian tikus juga dilakukan secara kimia. Jenis racun yang digunakan adalah racun tikus berbahan aktif racumin. Racumin adalah bahan aktif jenis sistemik.

50 37 Terdapat beberapa kebun tebu di wilayah PG Cepiring yang terserang penyakit. Penyakit yang ditemukan antara lain penyakit luka api, dan karat daun. Pengendalian penyakit luka api dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman yang terserang. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit ke batang tebu yang lain. Upaya pengendalian dilakukan pada masa awal pertumbuhan tanaman pertama atau tanaman keprasan karena gejala penyakit luka api sudah terlihat pada masa pertumbuhan awal. Upaya pengendalian penyakit secara umum dilakukan dengan pencegahan. Beberapa upaya pencegahan adalah memilih bibit yang sehat, serta menjaga sanitasi kebun. Upaya pengendalian dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif awal. Pemeliharaan tanaman keprasan Tanaman keprasan adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman ini disebut dengan Ratoon Cane (RC). Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC telah ditebang sampai tebangantebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara dimulai dari pemeliharaan kebun setelah tebangan sampai pemanenan. Secara umum kegiatan pemeliharaan tanaman keprasan sama dengan pemeliharaan tanaman tahun pertama (PC). Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman keprasan. Bersih kebun Kepras Potong akar Kegiatan pemeliharaan lain seperti tebu tahun pertama (PC) Gambar 9. Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan

51 38 Bersih kebun. Bersih kebun adalah kegiatan membuang kotoran berupa daun tebu, pucuk tebu, gulma, atau batang tebu yang tertinggal setelah tebang. Kegiatan ini bertujuan mengupayakan sanitasi untuk mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Bersih kebun dilakukan dengan cara manual. Kotoran kebun dikumpulkan kemudian dibakar. Kepras. Kepras adalah kegiatan memotonng sisa batang tebu yang telah dipotong pada saat pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas baru sebagai bakal batang tebu RC. Pengeprasan dilakukan secara manual dengan memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan tanah agar tunas tumbuh normal dan kuat. Kegiatan pengeprasan dilakukan segera setelah tebang, yaitu maksimal 7 hari setelah tebang. Potong akar. Potong akar adalah kegiata memotong perakaran pada rumpun tebu untuk merangsang munculnnya akar baru. Perakaran baru akan berguna dalam penyerapan unsur hara dan air yang efisien. Perakaran baru juga akan merangsang pertumbuhan tunas keprasan. Kegiatan potong akar juga akan menggemburkan tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi di daerah perakaran tanaman agar akar dapat berrespirasi dengan baik. Kegiatan potong akar dilakukan secara manual menggunakan golok. Golok akan diayunkan di kedua sisi juringan untuk memotong perakaran tebu. Pemanenan Panen merupakan kegiatan mengambil batang tebu di lapang untuk diproses di pabik menjadi gula. Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dalam kegiatan budidaya tebu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pemanenan, yaitu keadaan tebu di lapang dan jadwal giling PG. Beberapa kegiatan panen antara lain taksasi produksi, pengukuran kemasakan tebu, tebang dan angkut.

52 39 Taksasi Pengukuran Brix Penebangan Angkut tebu Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah upaya memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada saat panen. Taksasi produksi dibutuhkan untuk merencanakan kebutuhan bahan, alat, tenaga, serta lamanya hari giling serta menampung hasil produksi. Kegiatan taksasi yang dilakukan PG Cepiring adalah taksasi Maret. Taksasi maret dilakukan mulai pertengahan bulan Maret. Hasil yang didapat akan digunakan untuk memperkirakan produksi yang akan didapat setiap kebun pada waktu panen. Variabel yang diamati dalam kegiatan taksasi maret adalah jumlah batang per juringan, tinggi batang, dan diameter batang. Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai daun ketiga. Diameter batang yang diukur adalah diameter di ruas batang tengah. Rumus taksiran produksi adalah sebagai berikut. Produksi= Jumlah batang x Tinggi batang x Bobot batang/m x Faktor kebun Bobot batang/m ditentukan dari besarnya diameter batang dan varietas tebu. Nilai bobot batang/m didapatkan dari tabel konversi bobot tebu yang berasal dari penelitian PG Sragi (Lampiran 4). Faktor kebun adalah jumlah juringan kebun per hektar. Besarnya fektor kebun pada umunya berkisar antara , hal ini dikarenakan pembukaan lahan sawah di PG Cepiring menggunakan faktor pembukaan Pengamatan terhadap variabel taksasi dilakukan pada semua kemitraan pola A dan B. Setiap kebun diambil 5 lidah contoh yang dipilih secara visual dapat mewakili keseluruhan kebun tersebut. Setiap lidah diambil 3 juringan contoh, yaitu juringan contoh nomor 15, 30 dan 35.

53 40 Pengukuran brix. Pengukuran brix adalah salah satu upaya untuk mengetahui kadar sukrosa tebu pada kebun yang berguna untuk penentuan waktu tebang pada kebun tersebut. Pengukuran brix dilakukan dengan metode survey pada lahan yang ingin diketahui briksnya dengan mengambil beberapa tebu dan mengukur kadar brix nira dengan menggunakan hand refractometer. Metode dalam pengukuran brix tebu antara lain: 1. Mengambil batang tebu contoh dengan metode pengambilan sampel secara diagonal. 2. Memotong tebu dengan menjadi tiga bagian. 3. Mengukur brix nira setiap bagian tebu dengan hand refractometer. 4. Merataratakan nilai brix setiap bagian tebu sebagai nilai brix batang tebu. 5. Merataratakan nilai brix batang tebu semua batang contoh sebagai nilai brix kebun. Jumlah sampel yang diambil dalam pengamatan brix adalah tiga batang tebu per kebun yang diamati. Batang tebu yang diambil adalah tebu yang tidak berada di pinggir got dan bukan batang tebu sogolan. Nilai ratarata brix dari ketiga batang tebu akan menjadi nilai brix kebun yang digunakan sebagai pertimbangan dalam waktu penebangan. Standar PG Cepiring dalam penebangan adalah brix kebun telah mencapai nilai 24. Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu di Lapang Penebangan. Penebangan adalah kegiatan mengambil batang tebu yang telah masak untuk diolah ke PG. Kegiatan dilakukan dengan cara penebangan batang

54 41 tebu dari pangkal batang, sehingga kegiatan ini sering disebut dengan istilah penebangan. Tebangan tebu dilakukan setelah batang tebu memenuhi syarat untuk digiling di PG, yaitu umur mencukupi dan batang tebu telah masak. Tebu telah masak apabila nilai brix nira ratarata dari ketiga bagian batang yang diukur minimal sebesar 24. Selain itu, selisih antara nilai brix batang bawah dan batang atas tidak melebihi 2 poin. Jika nilai brix batang bawah dan batang atas sama, maka batang tebu dapat dikatakan masak dan siap untuk ditebang. Kegiatan penebangan biasanya didahului dengan kegiatan persiapan jalan tebang. Kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan jalan atau jembatan sehingga angutan tebu dapat masuk ke lokasi kebun. Kegiatan tebangan dimulai dengan menebang tebu di wilayah yang dapat membuka akses untuk keseluruhan kebun. Pada awal kegiatan tebangan ini, bisaanya tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak karena hanya sedikit angkutan yang dapat masuk ke wilayah kebun karena jalan tebang di dalam kebun sedang dikerjakan. Gambar 12. Penebangan Tebu Penebangan tebu dilakukan secara manual dengan sistem pengupahan borongan. Alat yang digunakan adalah golok. Penebangan dilakukan dari pangkal batang di atas permukaan tanah. Batang tebu yang telah ditebang dibersihkan dari daun kemudian memotong pucuk batang pada titik patah. Batang tebu yang telah bersih dikumpukan oleh setiap penebang. Kumpulan batang tebu yang terdiri dari 3040 batang diikat menggunakan kulit batang tebu.

55 42 Angkut tebu. Ikatanikatan batang tebu yang berada dilapang akan diangkut ke PG menggunakan angkutan truk. Penebang akan menaikkan kumpulan batang tebu yang telah mereka tebang ke truk setelah dirasa cukup untuk memenuhi truk tersebut. Kapasitas truk pengangkut tebu antara 67 ton. Batang tebu yang telah dinaikkan ke truk dipotong sebagian agar tidak ada ruang kosong di dalam angkutan, sehingga batang yang diangkut lebih banyak. Setelah truk memenuhi kapasitasnya, truk langsung membawa angkutan tebu ke PG untuk segera diproses menjadi gula. Sistem manajemen dan pengupahan antara tebang dan angkut digabungkan. Hal ini mencegah ketidaksingkronan antara tenaga penebang dang truk angkutan. Sistem manajemen tebang angkut yang diterapkan adalah setiap truk angkutan tebu harus mempunyai penebangnya sendiri dengan jumlah 710 orang. Pengupahan diterapkan secara borongan, yaitu dihitung setiap 100 kg tebu tertebang. Gambar 13. (a) (b) Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas Muatan Truk Angkutan (b) Pengolahan gula PG Cepiring menerapkan pengolahan gula menggunakan dua macam bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi gula adalah raw sugar dan tebu. Raw sugar adalah gula setengah jadi yang berwarna kecoklatan dan memiliki struktur yang mirip dengan gula kristal putih. Pada masa di luar masa panen tebu, PG Cepiring tetap memproduksi gula menggunakan bahan baku raw sugar. Pada saat musim panen tebu, PG Cepiring menproduksi gula

56 43 menggunakan bahan baku tebu dengan tetap menggunakan raw sugar sebagai campurannya. Proses pengolahan nira menjadi gula di PG Cepiring menggunakan proses karbonatasi. Sumber karbon yang digunakan adalah gas CO2 sebagai hasil sampingan pada boiler. Proses pengolahan tebu dan raw sugar berbeda pada tahap awal dan sama pada tahapan selanjutnya. Tahapan pengolahan raw sugar antara lain stasiun afinasi, stasiun purifikasi, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, dan stasiun packing. Tahapan proses pengolahan tebu meliputi stasiun gilinngan, stasiun purifikasi, stasiun evaporator, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, kemudian masuk ke stasiun afinasi dan mengalami proses selanjutnya bersama dengan nira raw sugar. Tebu Raw sugar Stasiun Gilingan Stasiun Afinasi Stasiun Purifikasi Stasiun Purifikasi Stasiun Evaporator Raw sugar Stasiun Kristalisasi Stasiun Kristalisasi Stasiun Sentrifugal Molases Stasiun Sentrifugal Stasiun Tahap Akhir Molases Gula Kristal Putih (icumsa<200) Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring Stasiun gilingan. Proses yang terjadi pada stasiun gilingan adalah memeras tebu untuk mendapatkan nira tebu. Bahan baku yang memasuki stasiun ini hanya bahan baku tebu, sedangkan untuk bahan baku raw sugar tidak melalui stasiun ini. Terdapat dua cara yang dipakai untuk memasukkan batang tebu ke stasiun gilingan di PG Cepiring, yaitu menggunakan alat tappler dan alat crane. Tappler adalah alat yang memungkinkan batang tebu yang berada di truk langsung

57 44 ditempatkan ke meja tebu dengan cara mengangkat bagian depan truk menggunakan sistem hidrolik. Crane adalah alat untuk mengangkat tebu dari truk kemudian meletakkannya pada bak penampungan tebu yang kemudian bergerak menuju meja tebu menggunakan rel seperti kereta (lori). Setelah tebu berada di meja tebu kemudian masuk ke gilingan tebu yang terdiri dari empat gilingan. Pada proses ini nira akan dicampurkan dengan air imbibisi dari proses gilingan sebelumnya dan dilakukan penggilingan berulang untuk mengurangi kehilangan nira. Pada gilingan pertama akan dianalisis rendemen nira dari tebu yang digiling (Analisis Nira Perahan Pertama). Stasiun afinasi. Stasiun afinasi adalah stasiun pelarutan raw sugar menjadi nira dengan penambahan gula dari tebu yang telah mengalami proses sentrifugal. Diluar musim giling, stasiun ini hanya melarutkan raw sugar. Pada stasiun ini, proses pengolahan nira dari tebu dan dari raw sugar bertemu. Hasil dari stasiun afinasi adalah nira yang berasal dari raw sugar dan tebu yang telah mengalami pengolahan. Stasiun purifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun purifikasi adalah membersihkan kotoran yang terbawa dalam nira serta menambahkan kapur (Ca(OH) 2 ) dan/atau gas CO 2. Tardapat dua macam stasiun purifikasi, yaitu stasiun purifikasi khusus untuk nira tebu dan stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu. Stasiun purifikasi khusus nira tebu hanya beroperasi ketika musim giling tebu. Nira tebu dari stasiun gilingan akan dibawa ke timbangan nira kemudian dipanaskan. Kemudian ditambahkan Ca(OH) 2 pada nira. Nira kemudian diendapkan. Nira akan terpisah menjadi nira bersih dan nira kotor yang akan mengendap. Nira kotor yang mengendap diteruskan untuk proses pengolahan menjadi blotong. Nira dari tebu akan diteruskan ke stasiun evaporator. Stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu beroperasi pada musim giling tebu maupun di luar masa liling tebu saat giling raw sugar. Selain menambahkan Ca(OH) 2, pada stasiun purifikasi ini ditambahkan gas CO 2. Nira dari stasiun ini akan diteruskan ke stasiun kristalisasi.

58 45 Stasiun evaporator. Stasiun evaporator adalah stasiun yang khusus mengolah nira yang berasal dari tebu. Proses yang terjadi dalam stasiun ini adalah penguapan nira tebu menjadi nira kental. Hasil nira kental tebu akan dialirkan ke stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi akan mengkristalkan nira kental melalui pan dengan suhu dan tekanan tinggi. Terdapat empat pan kristalisasi di PG Cepiring, yaitu W PAN, A PAN, B PAN, dan C PAN. Setiap pan akan menghasilkan gula yang dapat dikristalkan (magma) dengan kualitas yang berbeda dan mengkasilkan gula yang tak dapat dikristalkan (molasses) yang akan dimasukkan sebagai bahan ke pan berikutnya. Nira kental yang berasal dari stasiun purifikasi raw sugar akan diolah di W PAN. Nira kental tebu dari stasiun evaporator akan diolah di A PAN. Hasil pengolahan dari stasiun kristalisasi akan dikirim ke stasiun sentrifugal untuk proses selanjutnya. Stasiun sentrifugasi. Stasiun sentrifugasi merupakan pengolahan nira masak dari pan kristalisasi untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya. Terdapat empat alat sentrifugal sesuai dengan pan kristalisasi, yaitu LGF W, LGF A, LGF B, dan LGF C. LGF W akan menampung nira masak dari W PAN dan menghasilkan gula kristal yaitu gula yang siap untuk pengepakan dan gula tak dapat dikristalkan (white moll) yang akan dialirkan ke A PAN untuk pemasakan selanjutnya. LGF A akan menampung nira masak A PAN dan menghasilkan gula a yaitu gula yang kurang memenuhi persyaratan yang akan dikirim ke stasiun afinasi untuk bahan campuran pengenceran raw sugar. LGF A akan memproduksi amoll yang akan dialirkan ke B PAN. LGF B akan memproduksi gula b (bmagma) yang akan dialirkan ke A PAN dan menghasilkan bmoll yang dialirkan ke PAN C. LGF C akan memproduksi cmagma yang dialirkan ke PAN B dan menghasilkan cmoll yang akan akan ditampung di penampungan akhir sebagai tetes. Stasiun tahap akhir. Gula yang dihasilkan LGF W akan dikeringkan dan didinginkan. Gula yang dihasilkan akan diamati kembali kualitasnya. Gula yang

59 46 tidak sesuai dengan standar kualitas dalam ukuran kristal dan warna akan dilebur kembali dan diproses ulang di stasiun afinasi. Gula yang berukuran normal dengan warna yang putih sesuai standar akan dimasukkan kedalam karung dengan ukuran 50 kg kemudian diangkut ke gudang penyimpanan gula. Aspek Manajerial Pengelolaan kegiatan lapang Kegiatan manajemen utama bagian tanaman adalah budidaya tanaman tebu di lapang. Sistem manajemen yang diterapkan dalam budiaya tebu di lapang adalah pembagian berdasarkan luasan dan kategori kebun tertentu. Pengawasan yang ketat untuk pola kemitraan B dilakukan pada aspek finansial yang menyangkut kredit petani, namun untuk aspek teknis budidaya kebun, pihak PG hanya mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan pembiayaanya dengan kredit. Manajemen yang intensif dilakukan pada kebun dengan pola kemitraan A (KMA). Hal ini dikarenakan PG merupakan penaggung jawab budidaya secara teknis maupun pembiayaan pekerjaan tersebut dari segi finansial. Pembagian manajemen pada kebun KMA berdasarkan luasan areal. Terdapat seorang sinder kebun yang bertanggung jawab terhadap luasan besar, yang membawahi beberapa mandor yang bertanggung jawab atas luasan yg lebih kecil. Sinder kebun. Sinder kebun merupakan seorang manajer kebun yang bertanggung jawab pada luasan kebun tertentu. Sinder kebun PG Cepiring difokuskan untuk memanajemen kabun pola kemitraan A. Tugas seorang sinder adalah menerapkan prinsip dasar manajemen pada kebunnya dengan tujuan dapat menghasilkan tebu dengan kualitas, kuantitas dan waktu panen yang ditetapkan oleh PG. Beberapa prinsip dasar manajemen yang diterapkan seorang sinder, yaitu perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan. Prinsip manajemen perencanaan yang dilakukan oleh sinder meliputi perencanaan perluasan areal serta perencanaan tindak budidaya yang akan diterapkan. Untuk perluasan areal, seorang sinder memiliki tanggung jawab untuk mencari lahan areal kemitraan baru dengan petani. Dalam tugas perluasan areal

60 47 ini, seorang sinder melakukan pendekatan dan penyuluhan secara informal maupun secara formal. Perencanaan yang penting dilakukan mencakup perencanaan teknis budidaya maupun kebutuhan finansialnya sebelum dibukanya suatu kebun. Prinsip pengaturan yang dilaksanakan oleh Sinder Kebun meliputi pengaturan tahapan kegiatan budidaya di lapang, serta pengaturan biaya yang diperlukan. Dalam melaksanakan fungsi ini, sinder kebun akan dibantu mandor sebagai bawahannya. Seorang sinder akan memeriksa rencana kegiatan dan pengajuan biaya pekerjaan tersebut dari mandor. Setelah menyetujuinya, pekerjaan terbut dilaksanakan oleh mandor kebun. Sistem pengawasan dilaksanakan dengan pengecekan lapang secara rutin oleh sinder. Dalam pengawasan lahan ini diamati pekerjaan yang ada di kebun serta keadaan umum kebun. Pengawasan lahan ini akan menjadi hal yang dapat mengontrol pelakasanaan pekerjaan oleh mandor baik secara teknisnya maupun finansial. Mandor kebun. Mandor kebun merupakan jabatan yang dipegang oleh seseorang yang bertanggung jawab atas budidaya tebu mulai dari penanaman sampai pemanenan pada luasan kebun tertentu. Seorang mandor kebun mempunyai seorang penyelia, yaitu sinder kebun. Dalam menjalankan tugas budidaya kebun, mandor akan memimpin pekerja harian lepas serta mengarahkan pekerjaan dan bertindak sebagai pengawas. Mandor kebun akan berkoordinasi dengan sinder kebun dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, mandor akan mengajukan rencana teknis dan finansial pelaksanaan pekerjaan yang telah direncanakan oleh Sinder Kebun. Pengajuan rencana tersebut akan dikoreksi oleh Sinder Kebun. Apabila pekerjaan disetujui oleh Sinder Kebun, maka pengajuan pekerjaan tersebut akan diteruskan ke bagian administrasi untuk pencairan dana kebutuhan pelaksanaan pekerjaan. Selama proses administrasi untuk pencairan dana, mandor kebun akan melaksanakan pekerjaan yang telah diajukan. Pekerjaan dimulai dari pencarian karyawan harian lepas (KHL) dan negosisasi besarnya upah dan sistem pengupahan untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan akan dilaksanakan dengan

61 pengarahan dan pengawasan oleh mandor. Setelah pencairan dana, mandor bertugas sebagai pengelola keuangan untuk diberikan kepada KHL. 48 Aspek Khusus Aspek khusus yang dipelajari adalah modifikasi teknik budidaya, pertumbuhan, produksi, dan analisis usaha tebu di lahan salin. Pengamatan dilakukan di kebun Pidodo dengan luasan ha yang terdiri dari tiga blok, yaitu Pidodo A dengan luasan ha, Pidodo B dengan luasan ha, dan Pidodo C dengan luasan ha. Kebun Pidodo terletak di pesisir pantai utara Jawa dengan jarak sekitar 1 km dari bibir pantai. Kebun Pidodo terletak di muara Sungai Bodri yang sering mengalami banjir pasang air laut dan meluap ke kebun dengan membawa kandungan air laut. Kebun pidodo terletak di kecamatan Patebon dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara mm/tahun dan termasuk ke daerah dengan iklim basah (humid). Ciri salinitas yang tinggi pada kebun Pidodo juga dilihat dari terbentuknya efflorescense atau kerak garam yang terjadi pada musim kering. Kondisi salinitas kebun Pengamatan salinitas pada kebun dilakukan melalui analisis daya hantar listrik tanah dan konsentrasi garam. Analisis tanah dilakukan pada saat tebu berumur 35 MSK dengan kondisi tidak terdapat hujan selama 14 hari. Selain melakukan analisis tanah kebun Pidodo, dilakukan analisis tanah kebun Gondang sebagai pembanding untuk lahan tidak tercekam salinitas. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK Kebun Daya Hantar Listrik (ds/m) Salinitas (mg/l) Pidodo Gondang

62 49 Teknis budidaya tebu di lahan salin Teknis budidaya tebu yang diterapkan di lahan tercekam salinitas secara umum sama dengan kebun lain yang tidak terkendala salinitas. Semua teknis budidaya diterapkan sesuai dengan standar perusahaan, mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga tebang dan angkut. Teknis budidaya yang berbeda di lahan salin adalah sistem tata air melalui got kebun. Sistem tata air yang berbeda diterapkan pada kebun yang terkendala salinitas yang tinggi. Kebun dengan kendala salinitas biasanya terdapat di daerah pesisir pantai utara. Kebun ini kadang mengalami banjir air laut pasang (rob) yang membawa air laut masuk ke kebun sehingga meningkatkan kadar garam tanah. Upaya yang dilakukan oleh PG Cepiring adalah pembuatan got besar dengan ukuran lebar 2 m dengan kedalaman 3 m, sementara untuk kebun pada umunya got berukuran 50 cm pada lebar dan kedalaman 60 cm (Tabel 8). Panjang juringan tetap 8 m sehingga jumlah got tetap sama dengan lahan sawah irigasi, namun lebar dan dalamnya got jauh lebih besar. Tabel 8. Ukuran Got di Lahan Salin dan Nonsalin Got Kebun Pidodo (salin) Kebun Gondang (nonsalin) Lebar Dalam Lebar Dalam.. cm. Got Keliling Got Malang Got Mujur Pembuatan got pada lahan tercekam salinitas dirancang untuk mengurangi efek salinitas dengan pencucian garam melalui irigasi dan drainase. Ukuran got yang besar dapat menampung dan mengalirkan air yang lebih banyak serta meningkatkan drainase. Got akan mengalirkan air ke kebun untuk mencuci garam yang terkandung di tanah secara berangsurangsur. Air yang mengalir biasanya akan tertampung di got dan menggenang selama beberapa waktu. Air yang dimasukkan untuk mencuci garam tersebut akan ditampung kembali oleh got untuk dapat dibuang keluar kebun melalui drainase yang baik.

63 50 Menurut Santoso (1993), sistem irigasi dan got yang diterapkan di lahan tercekam salinitas oleh PG Cepiring disebut dengan metode reklamasi lahan salin dengan metode kolamalur (basinfurrow method). Metode ini akan mengalirkan air irigasi melalui parit (got) yang dibuat di sekeliling lahan. Air akan dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air. (a) Got Mujur (lebar 2m, dalam 3m) (b) Got Mujur (lebar 50cm, dalam 60cm) Juringan Got keliling (lebar 2m, dalam 3m) (c) Juringan Got Keliling (lebar 60cm, dalam 70cm) (d) (e) (f) Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang Melintang Got Lahan Salin (c), Penampang Melintang Got Lahan Nonsalin (d), Got Lahan Salin Tampak Atas (e), dan Got Lahan Nonsalin Tampak Atas (f).

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, family Graminae dan genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal

Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal The Modification of Cultivation for Decreasing Salinity in Sugarcane

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT

PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharumm officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. PG. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN KEBUN BIBIT DATAR OLEH BAGUS MAHENDRA A24051108 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan spesies Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim, sama seperti jenis rumput-rumputan yang lain, akar tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ; divisi : Spermatophyta ; subdivisi : Angiospermae ; kelas : Monocotyledoneae ; ordo : Graminales ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perluasan lahan pertanian di Indonesia merupakan salah satu pengembangan sektor pertanian yang dimanfaatkan dalam ekstensifikasi lahan pertanian yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEBU (Saccharum officinarum L.) RIFKA ERNAWAN IKHTIYANTO A

PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEBU (Saccharum officinarum L.) RIFKA ERNAWAN IKHTIYANTO A PENGARUH PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEBU (Saccharum officinarum L.) RIFKA ERNAWAN IKHTIYANTO A24051868 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN

KLOROFIL XII - 1 : 25 29, Juni 2017 ISSN RESPON PERTUMBUHAN STEK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) TERHADAP JENIS DAN TAKARAN PUPUK ORGANIK Lendri Yogi, Gusmiatun, Erni Hawayanti Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil

9 Aspek manajerial kedua yang dilaksanakan mahasiswa adalah bekerja sebagai pendampin Sinder Kebun Wilayah (SKW) selama enam minggu. Kegiatan yang dil 8 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pabrik Gula Madukismo, PT. Madubaru, Yogyakarta pada 13 Februari 2012 hingga 14 Mei 2012. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu 3 TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu Tebu (Sacharum officinarum L.) termasuk ke dalam golongan rumputrumputan (graminea) yang batangnya memiliki kandungan sukrosa yang tinggi sehinga dimanfaatkan sebagai bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.) 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.) Saccharum officinarum L., merupakan spesies tebu yang termasuk dalam kelas monokotiledon, ordo Glumaceae, famili Graminae, dan genus Saccharum

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 24 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatankegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan pembukaan lahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman tropis berasal dari Asia ataupun Papua yang pengembangannya hingga daerah sub tropis sampai batas 19 º LU dan 35 º LS (Bakker

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan

KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan KEADAAN UMUM Sejarah Perusahaan PT Gula Putih Mataram (GPM) merupakan salah satu perusahaan yang didirikan sebagai wujud swasembada nasional untuk mengatasi permasalahan ekonomi yang timbul di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam divisio Spermatophyta, dengan sub division Angiospermae, termasuk ke dalam kelas monocotyledoneae,

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan Speciesnya adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG PADA TEBU LAHAN KERING (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 862 dan PS 864

PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG PADA TEBU LAHAN KERING (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 862 dan PS 864 PENENTUAN DOSIS PEMUPUKAN KOMPOS BLOTONG PADA TEBU LAHAN KERING (Saccharum officinarum L.) VARIETAS PS 862 dan PS 864 Oleh: KARTIKA KIRANA SM A34103020 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut;

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut; TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tebu (Saccharum officinarum L.) adalah sebagai berikut; Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Sub divisi : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae; Ordo

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortilkultura 26 November 2009 PENGELOLAAN TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI PG. KREBET BARU, PT. RAJAWALI I, MALANG, JAWA TIMUR (DENGAN ASPEK KHUSUS PEGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tumbuhan memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tumbuhan berada selalu mengalami perubahan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tebu Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil gula dan lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman tebu (Sartono, 1995).

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Luas Areal dan Tata Guna Lahan KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif PT PAL dan PT SPM I merupakan dua perusahaan yang berada dibawah Grup Lambang Jaya. PT PAL merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan, sedangkan PT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 4.1. Sejarah PG. Krebet Baru Pabrik Gula Krebet Baru didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda yang kemudian pada tahun 1906 dibeli oleh Oei Tiong Ham Concern. PG. Krebet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA 4 Deskripsi Tanaman Padi Tumbuhan padi (Oryza sativa L.) termasuk golongan tumbuhan Gramineae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas (Siregar, 1981). Bagian vegetatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam industri gula. Pengembangan industri gula mempunyai peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data Iklim Lahan Penelitian, Kelembaban Udara (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Hasil analisis kondisi iklim lahan penelitian menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika setempat menunjukkan bahwa kondisi curah hujan, tingkat kelembaban,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara Oleh : Adi Prasongko (Dir Utama) Disampaikan : Slamet Poerwadi (Dir Produksi) Bogor, 28 Oktober 2013 1 ROAD

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2..1.1. Tinjauan Agronomis Tanaman tebu tidak asing lagi bagi kita, karena telah lama ada di negeri ini. Di lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORITIS 2.1.1 Karakteristik Lahan Sawah Bukaan Baru Pada dasarnya lahan sawah membutuhkan pengolahan yang khusus dan sangat berbeda dengan lahan usaha tani pada lahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Padi Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang dapat hidup dalam genangan air. Tanaman pangan lain seperti gandum, jagung kentang dan ketela rambat akan mati kalau

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci