PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Transkripsi

1 24 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang mencakup pengamatan dan praktek langsung kegiatankegiatan teknis di kebun. Kegiatan teknis yang telah dilakukan meliputi kegiatan pembukaan lahan dan penanaman, pemeliharaan tanaman PC maupun tanaman ratoon, pemanenan, dan pengolahan tebu. Berikut ini kegiatan teknis yang telah dilakukan yang dikelompokkan berdasarkan urutan kegiatan. Pembukaan lahan dan penanaman tebu Pembukaan lahan adalah kegiatan pertama yang mengawali proses budidaya. Kegiatan penanaman selanjutnya dilakukan setelah proses pembukaan lahan. Beberapa kegiatan pembukaan lahan dan penanaman di wilayah PG Cepiring mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Peninjauan dan pengukuran lahan Pembuatan got Pembuatan Juringan dan persiapan penanaman Penanaman Gambar 1. Alur Pembukaan Lahan dan Penanaman Tebu Peninjauan dan pengukuran lahan. Peninjauan lahan dan pengukuran merupakan kegiatan sebelum pembukaan lahan. Beberapa tujuan diantaranya adalah mengetahui jumlah luasan yang akan ditanam, pembuatan jalan tebang, pengaturan sistem irigasi, dan menentukan biaya sewa dengan petani berdasarkan luasan yang didapat pada saat pengukuran. Pengukuran lahan dilakukan menggunakan sistem Global Positioning System (GPS). Kegiatan ini menggunakan alat GPS yang dapat menentukan koordinat suatu lokasi berdasarkan garis lintang dan bujurnya. Selain alat GPS,

2 25 dibutuhkan program komputer yang dapat menghitung luasan kebun berdasarkan koordinat yang didapatkan dari GPS. Program komputer tersebut juga dapat digunakan untuk menampilkan peta kebun yang diukur serta denahnya. Pengukuran lahan menggunakan GPS yaitu pertama menentukan titik-titik koordinat dari setiap petakan yang akan diukur, terutama pada bagian tepi-tepi kebun. Selanjutnya adalah memasukkan data dari masing-masing titik koodinat tersebut ke dalam GPS. Kemudian data-data yang didapat dilahan tersebut dapat diolah dengan menggunakan software komputer Map Source dan ArcView. Dari pengolahan melalui program tersebut dapat diketahui luasan serta sketsa bentuk kebun yang diukur. Pembuatan got. Got merupakan sistem pengaturan air di lahan tebu. Got diperlukan dalam upaya penambahan air ketika musim kemarau dan upaya drainase air ketika musim penghujan. Terdapat beberapa macam got, yaitu got keliling, got mujur, got malang, serta afur. Got keliling adalah got yang mengelilingi petakan lahan. Jika kebun memiliki luasan yang besar, biasanya got keliling akan mengelilingi petakan seluas 1 ha, atau biasa disebut geblekan. Nama lain got keliling ini adalah got besar I atau grondang. Kedalaman got ini yaitu 70 cm dan lebarnya 60 cm. Got keliling berfungsi sebagai pemasukan (inlet) dari sumber air, serta penampung dari got yang lain pada pengeluaran (outlet). Got mujur adalah got yang searah dengan barisan tanam tebu. Got mujur dibuat bersamaan dengan pembutan got keliling. Got ini terletak di dalam geblekan. Nama lain dari got mujur adalah got besar II atau Wengku. Kedalaman got ini yaitu 60 cm dan lebarnya 50 cm. Fungsi dari got mujur adalah menampung air dari got malang dan mengalirkannya ke saluran outlet got keliling. Got malang adalah got yang tegak lurus dengan barisan tanam tebu. Got malang dibuat setelah pembuatan got keliling dan got mujur selesai. Jarak antara got malang sama dengan panjang juringan yaitu 8 m, karena PG Cepiring menggunakan pola bukaan lahan faktor Nama lain dari got malang adalah got kecil, karena merupakan got dengan ukuran yang paling kecil. Kedalaman got malang yaitu 50 cm dan lebar 50 cm.

3 26 Proses pembuatan got menggunakan alat bantu yang terdiri dari Eblek, Tonjo, Rucik, dan Mekris. Eblek adalah alat bantu yang terbentuk bilah bambu dengan panjang 3 m dengan papan segiempat berukuran 10 cm x 5 cm yang dipasang mendatar di bagian atasnya. Eblek berfungsi sebagai patokan dalam pembuatan got agar lurus dengan patokan di ujung yang lain. Proses pencetakan got dan pemasangan alat bantu tersebut dilakukan oleh mandor dengan arahan sinder kebun. Tonjo adalah bilah bambu sepanjang 2 m yang dipasang diantara dua eblek dengan meluruskannya pada kedua eblek di kedua sisi. Di antara dua eblek utama, terdapat beberapa tonjo yang dipakai sebagai panduan untuk membuat got agar pembuatan got dapat lurus. Tonjo juga dipakai sebagai tanda dalam pembuatan juringan agar jumlah juringan di antara lidahan seragam dalam jumlah dan arahnya. Tonjo kelima yang dipasang biasanya ditandai menggunakan rumput yang disebut jumbul. Upaya ini bertujuan untuk mempermudah penghitungan jumlah juring atau lidahan yang akan dibuat. Rucik adalah bilah bambu sebanjang 60 cm yang dipasang mendampingi eblek atau tonjo. Rucik berfungi untuk menunjukkan tanah yang akan didalamkan untuk pembuatan got. Mekris adalah alat bantu yang berbentuk +, dan ditempatkan secara vertikal pada kayu lain setinggi 1.5 m. Mekris digunakan untuk menentukan got yang tegak lurus dengan got yang telah dibuat. Alat ini digunakan untuk pembuatan got keliling dan got mujur. Pembuatan got dilakukan secara manual dengan menggunakan beberapa alat, yaitu cangkul, garpu dan golok. Prestasi kerja yang didapatkan untuk pekerjaan pembuatan got adalah 53,2 m/hok. Sistem upah untuk pekerjaan pembuatan got adalah sistem borongan. Upah yang diterima untuk pekerjaan pembuatan got yaitu Rp 500,00/m.

4 27 Gambar 2. Got pada Saat Pembukaan Lahan Pembuatan juringan dan persiapan penanaman. Juringan adalah jalur penanaman bibit tebu yang berupa bibit bagal. Juringan berbentuk seperti got dengan kedalaman 20 cm yang terdapat diantara got malang. Dengan pola pembukaan lahan reynoso dengan faktor 1200, panjang juringan adalah 8 m, selebar bak tanam atau disebut juga lidahan, yang dibatasi oleh got malang. Jumlah juringan yang umum dalam satu bak tanam adalah 60 buah. Juringan dibuat dengan cara manual, menggunakan alat cangkul dan garpu. Kedalaman juringan yaitu 20 cm. Tanah yang telah dipecah dengan garpu tidak seluruhnya dinaikkan ke atas membentuk guludan. Pada juringan ditinggalkan tanah remah dengan ketebalan 10 cm. Tanah ini nantinya akan digunakan sebagai kasuran, yaitu tempat untuk menempatkkan bibit bagal tebu. Sebelum penanaman, dilakukan pemberaan lahan. Setelah juringan selesai dibuat, lahan dibiarkan selama 7 hari. Hal ini bertujuan agar tanah teroksidasi dan tekstur tanah menjadi halus, sehingga tanah yang terdapat di dalam juringan siap untuk dibuat menjadi kasuran. Pembuatan juringan dilakukan secara manual dengan sistem pembayaran borongan. Tenaga kerja yang dipekerjaan adalah laki-laki. Prestasi kerja yang didapatkan tenaga kerja borongan yaitu 26 juringan/hok. Besaran upah yang diterapkan adalah Rp 1 500,00 per juringan dengan panjang 8 m.

5 28 (a) (b) Gambar 3. Pembuatan Juringan Secara Manual (a) dan Juringan yang Telah Selesai (b) Penanaman. Kegiatan penanaman merupakan tahapan yang membutuhkan persiapan dalam penyediaan bahan tanam, yaitu bibit. Bibit yang akan ditanam di kebun wilayah PG Cepiring berasal dari kebun bibit milik PG (KBD) maupun berasal dari pembelian bibit berasal dari kebun bibit P3GI Kegiatan penyediaan bibit meliputi tebang bibit di KBD, angkut bibit, kletek bibit, dan pemotongan bibit. Penebangan dilakukan sampai tandas ke tanah serta memotong pucuk bibit. Setelah bibit ditebang, bibit diangkut ke truk dengan kapasitas muat berkisar 6-7 ton, kemudian langsung diangkut ke lahan tujuan. Pekerjaan kletek dan pemotongan bibit segera dilaksanakan maksimal satu hari setelah bibit tiba di lahan. Bibit dipotong dengan dua mata tunas setiap potongannya. Bidang potong bibit akan disesuaikan dengan letak mata bibit agar mempermudah dalam penanaman bibit. Bibit yang terpotong-potong dimasukkan kedalam karung untuk ditanam keesokan harinya. Prestasi kerja karyawan pada perkerjaan kletek dan potong bibit yaitu ton/hok dengan sistem pengupahan borongan. Gambar 4. Bibit Bagal Tebu 2 Mata

6 29 Penanaman dilakukkan dengan metode single planting, yaitu bibit ditanam secara berbaris dengan jumlah 24 potongan bibit setiap juringan sepanjang 8 m. Setiap ujung juringan ditambahkan satu potongan bibit yang digunankan sebagai cadangan bibit untuk penyulaman, sehingga total kebutuhan potongan bibit pada satu juringan adalah 26 buah. Penanaman dilakukan dengan pembagian tugas yaitu petugas pengecer bibit, petugas penata bibit di juringan, dan petugas yang menutup bibit yang telah ditanam. Petugas pengecer bibit menghitung potongan bibit dan menempatkan di setiap juringan. Petugas penanam akan menata bibit di juringan dengan kedua mata tunas berada di samping potongan bibit. Bibit yang telah ditata kemudian dibenamkan ke tanah. Pekerjaan yang terakhir adalah menutup bibit menggunakan tanah remah atau gembur setebal 5 cm. Prestasi kerja karyawan penanaman yaitu ha/hok dengan sistem pengupahan borongan. Sebelum kegiatan penanam dilakukan pemupukan pertama dengan dosis setengah dosis 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phonzka/ha. Pemupukan dilaksanakan bersamaan dengan penanaman, yaitu sebelum potongan bibit ditata untuk ditanam di juringan. Gambar 5. Penanaman Tebu Pemeliharaan tanaman tahun pertama Tanaman PC (Plant Cane) adalah tanaman tahun pertama yang baru ditanam di lahan. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman

7 PC antara dimulai setelah penaman sampai pemanenan. Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman PC. 30 Pemupukan Penyulaman Pemberian air Pembumbunan Pencacahan gulud Pengendalian gulma Pemeliharaan got Kletek Pengendalian hama dan penyakit Gambar 6. Alur Pemeliharaan Tebu Tahun Pertama Pemupukan. Pemupukan yang dilakukan PG Cepiring menggunakan pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk yang dipakai yaitu pupuk ZA dan NPK Phozka. PG Cepiring menggunakan dosis yang seragam pada semua kebun. Pemupukan berdasarkan analisis hara tanah dan daun belum dapat dilakukan karena laboratorium tanaman belum selesai dikembangkan. Dosis yang diterapkan yaitu 500 kg ZA/ha dan 500 kg Phonzka/ha. Kandungan pupuk ZA adalah 21%N, sedangkan NPK Phozha adalah 15% N, 15%, dan 15% K 2 O. Maka dosis setiap unsur yang diterapkan adalah 165 kg N/ha, 75 kg P 2 O 5 /ha dan 75 kg K 2 O/ha Pemupukan dilaksanakan dua kali, yaitu pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan bersamaan dengan tanam bibit atau maksimal 1 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan untuk pemupukan I adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pemupukan kedua dilaksanakan pada 4 minggu setelah tanam. Dosis yang diterapkan sama dengan pemupukan I, yaitu adalah 250 kg ZA/ha dan 250 kg Phozka/ha. Pada pemupukan kedua bisanya ditambahkan insektisida butir sistemik Furadan 3G sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit. Aplikasi pemupukan yaitu dengan mencampurkan terlebih dahulu pupuk ZA dan Phonzka sebanyak dosis untuk satu hektar lahan. Kemudian karyawan harian mengambil dari campuran pupuk kemudian menempatkan pupuk di sekitar batang tananam. Aplikasi pemupukan tidak disertai dengan penutupan pupuk.

8 Prestasi kerja yang didapat dari karyawan adalah 169,17 kg/hok, dengan sistem pengupahan harian. 31 Penyulaman. Penyulaman adalah kegiatan menanam ulang bibit tebu yang tidak tumbuh setelah penanaman pertama kali. Kegiatan penyulaman pada tebu dapat menggunakan tiga macam bibit tebu, yaitu bibit bagal, bibit rayungan dan bibit awil. Secara umum, bibit awil lebih sering digunakan Kegiatan penyulaman pada umumnya menggunakan KHL wanita. Sistem upah yang diterapkan pada pekerjaan penyulaman adalah pembayaran harian dengan upah Rp ,- Rp ,- per hari. Rata-rata prestasi kerja yang didapatkan pekerja selama 1 hari yaitu ha/hok. Bibit awil adalah tunas tebu dari bibit bagal cadangan yang ditanam di kebun. Metode penyulaman menggunakan bibit ini membutuhkan tenaga pendongkel bibit cadangan, pemotong daun bibit cadangan, pembuat lubang tanam dan penanam bibit. Kegiatan menyulaman pada kebun rata-rata menanam bibit sulaman 1-5 bibit setiap juringan. Penggunaan bibit rayungan yang berasal dari kebun bibit memiliki cara penanaman yang berbeda. Bibit yang didapatkan dari kebun bibit berupa batang tebu 2 ruas dengan satu tunas yang telah tumbuh. Penanaman dengan bibit tersebut ditanam dengan batang tebu vertikal. Pemberian air. Tanaman tebu membutuhkan air untuk pertumbuhannya terutama pada fase tumbuhnya tunas dari bibit dan fase awal pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air yang tidak mencukupi dapat terjadi karena irigasi teknis yang tidak lancar pada tebu lahan sawah atau tidak ada hujan pada tebu lahan tegalan. Kekurangan air pada vase tersebut dapat diatasi dengan pemberian air secara khusus. Pemberian air di PG Cepiring dilakukan setelah penanaman bibit sampai umur tanaman 2 MST. Pemberian air juga dilakukan pada tebu sulaman ketika irigasi tidak mencukupi atau tidak ada hujan. Pemberian air yang dilakukan PG Cepiring menggunakan sistem penyiraman dan sistem pengairan melalui got (furrow irrigation). Pekerjaan ini dilakukan dengan menutup outlet dan mengairi

9 32 got-got hingga kapasitas lapang. Apabila air dari irigasi teknis tidak mencukupi dapat diupayakan untuk memompa air dari sumber air terdekat. Pemberian air bibit sulaman biasanya dilakukan dengan cara penyiraman. Penyiraman bisanya menggunakan sumber air dari sumur yang sengaja dibuat di kebun untuk mempermudah pengambilan sumber air. Gambar 7. Pengairan Tebu dengan Metode Furrow Irrigation Pemberian air dikebun menggunakan pompa air ketika tidak terdapat air irigasi yang mengalir ke kebun. Sumber air diambil dari saluran irigasi yang terdekat dari kebun. Air akan dipompa dari saluran irigasi dan dialirkan ke dalam got kebun. Kegiatan ini biasanya dilanjutkan dengan penyiraman juringanjuringan yang telah ditanami bibit mengunakan air yang mengalir di got. Prestasi kerja pekerjaan penyiraman ini adalah 0.13 ha/hok. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma merupakan upaya untuk mengurangi populasi gulma yang sudah mengganggu pertumbuhan tanaman tebu. Terdapat dua macam pengendalian gulma yang diterapkan di kebun, yaitu pengendalian secara kimia dan secara manual. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan herbisida. Bahan aktif herbisida yang digunakan adalah 2,4-D dan Ametryn. Kedua bahan aktif tersebut adalah jenis bahan aktif herbisida sintemik. Aplikasi herbisida pada lahan menggunakan campuran kedua bahan aktif tersebut. Konsentrasi herbisida yang diaplikasian berdasarkan pengamatan adalah 60 ml

10 33 herbisida yang mengandung bahan aktif 2,4-D 826 g/l dan 160 ml herbisida yang mengandung bahan aktif ametryn 500 g/l untuk 1 tangki semprot dengan volume 17 liter. Berdasarkan pengamatan, sekali penyemprotan rata-rata dapat menyemprot 83 juringan, atau kira-kira 0,00682 ha. Dengan aplikasi tersebut, volume semprot yang diterapkan adalah sebesar 245,66 l/ha. Dengan konsentrasi yang digunakan, dosis yang diaplikasikan adalah 711,186 g 2,4-D/ha dan g ametryn/ha. KHL yang digunakan untuk penyemprotan herbisida ini disesuaikan dengan besarnya luasan kebun serta target penyelesaian pekerjaan aplikasi herbisida tersebut. Upaya pengendalian gulma yang diterapkan selain cara kimia adalah cara manual. Pekerjan ini dikenal dengan nama pembubutan. Alat yang digunakan adalah sabit. Tenaga kerja yang digunakan pada umumnya adalah wanita. Pencacahan gulud. Pencacahan guludan atau penggemburan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk memecah tanah yang padat sehingga menjadi tanah yang halus dan remah sehingga nanti memudahkan untuk melakukan pembumbunan. Pencacahan gulud dilakukan sebelum pekerjaan pembumbunan dimulai. Sistem upah yang diterapkan adalah sistem borongan. Rata-rata dalam 1 hari KHL mendapat 60 juringan atau 1 lidah, sehingga PK untuk pekerjaan cacah gulud adalah 0.05 ha/hok. Efektivitas pekerjaan cacah gulud dipengaruhi oleh kekerasan tanah. Kondisi tanah yang keras akan sangat menyulitkan para KHL untuk melakukan pencacahan, sehingga PK yang didapatkan lebih rendah. Pembumbunan. Pembumbunan adalah pekerjaan menambahkan tanah pada kedua sisi juringan sebagai upaya dalam memperbanyak anakan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman tebu. Pembumbunan di PG Cepiring dilakukan sebanyak tiga kali. Pembumbunan pertama dilakukan pada umur 1.5 BST. Pembumbunan kedua dilakukan pada umur 3.5 BST. Pembumbunan ketiga dilakukan pada umur 6 BST. Sistem pembayaran yang diberlakukan adalah sistem borongan. Upah yang diterima pekerja sebesar Rp 600,- per laci. PK yang didapatkan oleh KHL sebesar 60 laci/hok atau 0.05 ha/hok.

11 34 Pemeliharaan got. Got adalah alat untuk pemberian irigasi sekaligus drainase pada lahan tebu. Keberadaan got sangat penting untuk pertumbuhan tebu karena mempempengaruhi keadaan perakaran tebu. Perakaran yang baik akan menyebabkan tebu tumbuh dengan baik serta proses kematangan tebu dapat berjalan dengan baik (Supriadi, 1992) Pemeliharaan got antara lain pendalaman got dan pembersihan gulma yang ada di dalam got. Pekerjaan pemeliharaan got dilakukan secara manual dengan tenaga manusia menggunakan peralatan cangkul dan garpu. Sistem kerja yang digunakan adalah borongan, yaitu upah dihitung per meter got yang telah diperbaiki. Prestasi kerja karyawan harian lepas yang diamati pada pekerjaan pemeliharaan got adalah 27 m got/hok. Kletek. Kletek adalah pekerjaan membuang daun tebu yang telah mengering. Tujuan utama pekerjaan kletek agar tebu dalam keadaan bersih pada saat ditebang dan digiling di pabrik. Kegiatan kletek pada umunnya dikerjakan oleh KHL wanita. Pada umumnya, pekerjaan kletek diberlakukan sistem pembayaran borongan. Standar yang diterapkan pekerjaan kletek selama 1 HOK dapat melakukan kletek pada 20 laci. Sehingga standar PK yang diperoleh KHL pada pekerjaan kletek adalah ha/hok. Setelah diamati di lapang, PK yang didapatkan karyawan adalah sebesar ha/ HOK sedangkan PK yang didapatkan mahasiswa adalah ha/hok. Prestasi kerja kletak sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan keadaan kebun. Kebun dengan populasi gulma yang tinggi juga dapat menurunkan prestasi kerja karena mempersulit pekerjaan. Pekerjaan kletek dilakukan apabila terdapat 7-9 daun kering. Pekerjaan kletek dilakukan dua kali, yaitu pada umur 5 bulan untuk kletek satu dan 10 bulan atau sebelum panen untuk kletek kedua.

12 35 (a) (b) Gambar 8. Pekerjaan Kletek Tebu (a) dan Tebu yang Telah Dikletek (b) Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit adalah upaya untuk meminimalkan serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan kerusakan bahkan kematian pada tebu. Pengendalian hama di PG Cepiring dilakukan secara manual, kimia, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG Cepiring antara lain penggerek batang, penggerek pucuk, kutu bulu putih dan tikus. 1. Penggerek Batang (Chilo auricilius Dudg.) Serangan penggerek batang yang dominan terjadi pada siklus hidup tebu yang sudah beruas. Serangan ini membentuk lubang pada ruas tebu. Serangan ini menyebabkan kerusakan ruas, pertumbuhan terhambat, batang mudah patah, dan dapat menyebabkan kematian batang bila menyerang titik tumbuh. Kerugian yang ditimbulkan adalah kehilangan produksi pada tebu-tebu yang mati dan penurunan bobot dan rendemen pada batang tebu yang terserang. Upaya yang dilakukan adalah upaya pencegahan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek dan menjaga kebersihan kebun. 2. Penggerek Pucuk (Tryporyza nivella F.) Penggerek pucuk menyerang tanaman tebu pada titik tumbuh. Apabila serangan sudah mencapai titik tumbuh, pertumbuhan apikal tebu terhenti dan tumbuh tunas baru pada mata tunas di bagian sekitar pucuk tebu, sehingga pertumbuhan tebu menjadi tidak normal dan merusak rendemen tebu. Gejala

13 36 serangan hama ini yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun dan terlihat lorong gerek yang berwarna coklat pada tulang daun. Kegiatan pengendalian dilakukan secara manual dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk tebu hingga ke bawah sedikit demi sedikit sepanjang 2 cm sampai mendapat larva penggerek pucuk. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida sistemik Furadan 3G. Dosis aplikasi yang diberikan adalah 25 kg/ha. Aplikasi furadan dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua pada 4 MST, dengan cara mencampurkannya dengan pupuk yang akan diaplikasikan. 3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna lanigera Zehnt.) Kutu bulu putih adalah hama yang membentuk koloni di bawah permukaan daun dan menghisap sari makanan pada daun. Kutu ini juga mengeluarkan cairan (embun madu) yang jatuh pada permukaan daun di bawahnya, kemudian akan menjadi media pertumbuhan cendawan jelaga yang berwarna hitam. Serangan kutu bulu putih terdapat pada kebun tegalan, sedangkan serangan pada kebun tebu sawah tidak terjadi. Upaya pengendalian hama ini adalah memotong daun yang terserang. Pengendalian secara kimia juga dilakukan yaitu dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif clorpirifos dengan penyemprotan hanya pada tanaman yang terserang. 4. Tikus sawah (Rattus argentivente Rob & Kloss) Hama tikus dominan terdapat di lahan sawah namun terdapat pula pada lahan tegalan. Hama tikus menyerang tebu pada awal pertumbuhan bibit dengan memakan mata tunas bibit, sehingga bibit tebu tidak dapat tumbuh. Serangan tikus juga terdapat pada batang tebu yang telah beruas, khususnya tebu-tebu yang rebah. Pengendalian tikus dilakukan melalui upaya preventif. Pengendalian dilakukan sejak pembukaan lahan, yaitu dengan memberikan premi kepada pekerja pembukaan lahan apabila berhasil membunuh tikus di lahan. Pengendalian tikus juga dilakukan secara kimia. Jenis racun yang digunakan adalah racun tikus berbahan aktif racumin. Racumin adalah bahan aktif jenis sistemik.

14 37 Terdapat beberapa kebun tebu di wilayah PG Cepiring yang terserang penyakit. Penyakit yang ditemukan antara lain penyakit luka api, dan karat daun. Pengendalian penyakit luka api dilakukan dengan mencabut seluruh tanaman yang terserang. Hal ini untuk menghindari penyebaran penyakit ke batang tebu yang lain. Upaya pengendalian dilakukan pada masa awal pertumbuhan tanaman pertama atau tanaman keprasan karena gejala penyakit luka api sudah terlihat pada masa pertumbuhan awal. Upaya pengendalian penyakit secara umum dilakukan dengan pencegahan. Beberapa upaya pencegahan adalah memilih bibit yang sehat, serta menjaga sanitasi kebun. Upaya pengendalian dilakukan pada masa pertumbuhan vegetatif awal. Pemeliharaan tanaman keprasan Tanaman keprasan adalah tanaman tahun kedua dan seterusnya. Tanaman ini disebut dengan Ratoon Cane (RC). Tanaman ini dimulai setelah tanaman PC telah ditebang sampai tebangan-tebangan selanjutnya. Beberapa kegiatan budidaya yang dilaksanakan pada tanaman ratoon antara dimulai dari pemeliharaan kebun setelah tebangan sampai pemanenan. Secara umum kegiatan pemeliharaan tanaman keprasan sama dengan pemeliharaan tanaman tahun pertama (PC). Berikut adalah berbagai kegiatan budidaya yang dilakukan pada tanaman keprasan. Bersih kebun Kepras Potong akar Kegiatan pemeliharaan lain seperti tebu tahun pertama (PC) Gambar 9. Alur Pemeliharaan Tebu Keprasan

15 38 Bersih kebun. Bersih kebun adalah kegiatan membuang kotoran berupa daun tebu, pucuk tebu, gulma, atau batang tebu yang tertinggal setelah tebang. Kegiatan ini bertujuan mengupayakan sanitasi untuk mencegah berkembangnya hama dan penyakit. Bersih kebun dilakukan dengan cara manual. Kotoran kebun dikumpulkan kemudian dibakar. Kepras. Kepras adalah kegiatan memotonng sisa batang tebu yang telah dipotong pada saat pemanenan. Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang inisiasi tunas baru sebagai bakal batang tebu RC. Pengeprasan dilakukan secara manual dengan memotong batang tertinggal tebu pada pangkal batangnya, sehingga tunas akan tumbuh dari mata tunas di bawah permukaan tanah agar tunas tumbuh normal dan kuat. Kegiatan pengeprasan dilakukan segera setelah tebang, yaitu maksimal 7 hari setelah tebang. Potong akar. Potong akar adalah kegiata memotong perakaran pada rumpun tebu untuk merangsang munculnnya akar baru. Perakaran baru akan berguna dalam penyerapan unsur hara dan air yang efisien. Perakaran baru juga akan merangsang pertumbuhan tunas keprasan. Kegiatan potong akar juga akan menggemburkan tanah sehingga dapat memperbaiki aerasi di daerah perakaran tanaman agar akar dapat berrespirasi dengan baik. Kegiatan potong akar dilakukan secara manual menggunakan golok. Golok akan diayunkan di kedua sisi juringan untuk memotong perakaran tebu. Pemanenan Panen merupakan kegiatan mengambil batang tebu di lapang untuk diproses di pabik menjadi gula. Kegiatan ini merupakan kegiatan terakhir dalam kegiatan budidaya tebu. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi waktu pemanenan, yaitu keadaan tebu di lapang dan jadwal giling PG. Beberapa kegiatan panen antara lain taksasi produksi, pengukuran kemasakan tebu, tebang dan angkut.

16 39 Taksasi Pengukuran Brix Penebangan Angkut tebu Gambar 10. Alur Pemanenan Tebu Taksasi produksi. Taksasi produksi adalah upaya memperkirakan besarnya produksi yang akan dicapai pada saat panen. Taksasi produksi dibutuhkan untuk merencanakan kebutuhan bahan, alat, tenaga, serta lamanya hari giling serta menampung hasil produksi. Kegiatan taksasi yang dilakukan PG Cepiring adalah taksasi Maret. Taksasi maret dilakukan mulai pertengahan bulan Maret. Hasil yang didapat akan digunakan untuk memperkirakan produksi yang akan didapat setiap kebun pada waktu panen. Variabel yang diamati dalam kegiatan taksasi maret adalah jumlah batang per juringan, tinggi batang, dan diameter batang. Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai daun ketiga. Diameter batang yang diukur adalah diameter di ruas batang tengah. Rumus taksiran produksi adalah sebagai berikut. Produksi= Jumlah batang x Tinggi batang x Bobot batang/m x Faktor kebun Bobot batang/m ditentukan dari besarnya diameter batang dan varietas tebu. Nilai bobot batang/m didapatkan dari tabel konversi bobot tebu yang berasal dari penelitian PG Sragi (Lampiran 4). Faktor kebun adalah jumlah juringan kebun per hektar. Besarnya fektor kebun pada umunya berkisar antara , hal ini dikarenakan pembukaan lahan sawah di PG Cepiring menggunakan faktor pembukaan Pengamatan terhadap variabel taksasi dilakukan pada semua kemitraan pola A dan B. Setiap kebun diambil 5 lidah contoh yang dipilih secara visual dapat mewakili keseluruhan kebun tersebut. Setiap lidah diambil 3 juringan contoh, yaitu juringan contoh nomor 15, 30 dan 35.

17 40 Pengukuran brix. Pengukuran brix adalah salah satu upaya untuk mengetahui kadar sukrosa tebu pada kebun yang berguna untuk penentuan waktu tebang pada kebun tersebut. Pengukuran brix dilakukan dengan metode survey pada lahan yang ingin diketahui briksnya dengan mengambil beberapa tebu dan mengukur kadar brix nira dengan menggunakan hand refractometer. Metode dalam pengukuran brix tebu antara lain: 1. Mengambil batang tebu contoh dengan metode pengambilan sampel secara diagonal. 2. Memotong tebu dengan menjadi tiga bagian. 3. Mengukur brix nira setiap bagian tebu dengan hand refractometer. 4. Merata-ratakan nilai brix setiap bagian tebu sebagai nilai brix batang tebu. 5. Merata-ratakan nilai brix batang tebu semua batang contoh sebagai nilai brix kebun. Jumlah sampel yang diambil dalam pengamatan brix adalah tiga batang tebu per kebun yang diamati. Batang tebu yang diambil adalah tebu yang tidak berada di pinggir got dan bukan batang tebu sogolan. Nilai rata-rata brix dari ketiga batang tebu akan menjadi nilai brix kebun yang digunakan sebagai pertimbangan dalam waktu penebangan. Standar PG Cepiring dalam penebangan adalah brix kebun telah mencapai nilai 24. Gambar 11. Hand Refractometer untuk Pengukuran Brix Nira Tebu di Lapang Penebangan. Penebangan adalah kegiatan mengambil batang tebu yang telah masak untuk diolah ke PG. Kegiatan dilakukan dengan cara penebangan batang

18 41 tebu dari pangkal batang, sehingga kegiatan ini sering disebut dengan istilah penebangan. Tebangan tebu dilakukan setelah batang tebu memenuhi syarat untuk digiling di PG, yaitu umur mencukupi dan batang tebu telah masak. Tebu telah masak apabila nilai brix nira rata-rata dari ketiga bagian batang yang diukur minimal sebesar 24. Selain itu, selisih antara nilai brix batang bawah dan batang atas tidak melebihi 2 poin. Jika nilai brix batang bawah dan batang atas sama, maka batang tebu dapat dikatakan masak dan siap untuk ditebang. Kegiatan penebangan biasanya didahului dengan kegiatan persiapan jalan tebang. Kegiatan yang dilakukan meliputi perbaikan jalan atau jembatan sehingga angutan tebu dapat masuk ke lokasi kebun. Kegiatan tebangan dimulai dengan menebang tebu di wilayah yang dapat membuka akses untuk keseluruhan kebun. Pada awal kegiatan tebangan ini, bisaanya tidak diperlukan tenaga kerja yang banyak karena hanya sedikit angkutan yang dapat masuk ke wilayah kebun karena jalan tebang di dalam kebun sedang dikerjakan. Gambar 12. Penebangan Tebu Penebangan tebu dilakukan secara manual dengan sistem pengupahan borongan. Alat yang digunakan adalah golok. Penebangan dilakukan dari pangkal batang di atas permukaan tanah. Batang tebu yang telah ditebang dibersihkan dari daun kemudian memotong pucuk batang pada titik patah. Batang tebu yang telah bersih dikumpukan oleh setiap penebang. Kumpulan batang tebu yang terdiri dari batang diikat menggunakan kulit batang tebu.

19 42 Angkut tebu. Ikatan-ikatan batang tebu yang berada dilapang akan diangkut ke PG menggunakan angkutan truk. Penebang akan menaikkan kumpulan batang tebu yang telah mereka tebang ke truk setelah dirasa cukup untuk memenuhi truk tersebut. Kapasitas truk pengangkut tebu antara 6-7 ton. Batang tebu yang telah dinaikkan ke truk dipotong sebagian agar tidak ada ruang kosong di dalam angkutan, sehingga batang yang diangkut lebih banyak. Setelah truk memenuhi kapasitasnya, truk langsung membawa angkutan tebu ke PG untuk segera diproses menjadi gula. Sistem manajemen dan pengupahan antara tebang dan angkut digabungkan. Hal ini mencegah ketidaksingkronan antara tenaga penebang dang truk angkutan. Sistem manajemen tebang angkut yang diterapkan adalah setiap truk angkutan tebu harus mempunyai penebangnya sendiri dengan jumlah 7-10 orang. Pengupahan diterapkan secara borongan, yaitu dihitung setiap 100 kg tebu tertebang. Gambar 13. (a) (b) Pengangkutan Tebu ke Truk Angkutan (a) dan Kapasitas Muatan Truk Angkutan (b) Pengolahan gula PG Cepiring menerapkan pengolahan gula menggunakan dua macam bahan baku. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi gula adalah raw sugar dan tebu. Raw sugar adalah gula setengah jadi yang berwarna kecoklatan dan memiliki struktur yang mirip dengan gula kristal putih. Pada masa di luar masa panen tebu, PG Cepiring tetap memproduksi gula menggunakan bahan baku raw sugar. Pada saat musim panen tebu, PG Cepiring menproduksi gula

20 43 menggunakan bahan baku tebu dengan tetap menggunakan raw sugar sebagai campurannya. Proses pengolahan nira menjadi gula di PG Cepiring menggunakan proses karbonatasi. Sumber karbon yang digunakan adalah gas CO2 sebagai hasil sampingan pada boiler. Proses pengolahan tebu dan raw sugar berbeda pada tahap awal dan sama pada tahapan selanjutnya. Tahapan pengolahan raw sugar antara lain stasiun afinasi, stasiun purifikasi, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, dan stasiun packing. Tahapan proses pengolahan tebu meliputi stasiun gilinngan, stasiun purifikasi, stasiun evaporator, stasiun kristalisasi, stasiun sentrifugal, kemudian masuk ke stasiun afinasi dan mengalami proses selanjutnya bersama dengan nira raw sugar. Tebu Raw sugar Stasiun Gilingan Stasiun Afinasi Stasiun Purifikasi Stasiun Purifikasi Stasiun Evaporator Raw sugar Stasiun Kristalisasi Stasiun Kristalisasi Stasiun Sentrifugal Molases Stasiun Sentrifugal Stasiun Tahap Akhir Molases Gula Kristal Putih (icumsa<200) Gambar 14. Skema Proses Pengolahan Tebu dan Raw Sugar PG Cepiring Stasiun gilingan. Proses yang terjadi pada stasiun gilingan adalah memeras tebu untuk mendapatkan nira tebu. Bahan baku yang memasuki stasiun ini hanya bahan baku tebu, sedangkan untuk bahan baku raw sugar tidak melalui stasiun ini. Terdapat dua cara yang dipakai untuk memasukkan batang tebu ke stasiun gilingan di PG Cepiring, yaitu menggunakan alat tappler dan alat crane. Tappler adalah alat yang memungkinkan batang tebu yang berada di truk langsung

21 44 ditempatkan ke meja tebu dengan cara mengangkat bagian depan truk menggunakan sistem hidrolik. Crane adalah alat untuk mengangkat tebu dari truk kemudian meletakkannya pada bak penampungan tebu yang kemudian bergerak menuju meja tebu menggunakan rel seperti kereta (lori). Setelah tebu berada di meja tebu kemudian masuk ke gilingan tebu yang terdiri dari empat gilingan. Pada proses ini nira akan dicampurkan dengan air imbibisi dari proses gilingan sebelumnya dan dilakukan penggilingan berulang untuk mengurangi kehilangan nira. Pada gilingan pertama akan dianalisis rendemen nira dari tebu yang digiling (Analisis Nira Perahan Pertama). Stasiun afinasi. Stasiun afinasi adalah stasiun pelarutan raw sugar menjadi nira dengan penambahan gula dari tebu yang telah mengalami proses sentrifugal. Diluar musim giling, stasiun ini hanya melarutkan raw sugar. Pada stasiun ini, proses pengolahan nira dari tebu dan dari raw sugar bertemu. Hasil dari stasiun afinasi adalah nira yang berasal dari raw sugar dan tebu yang telah mengalami pengolahan. Stasiun purifikasi. Proses yang terjadi pada stasiun purifikasi adalah membersihkan kotoran yang terbawa dalam nira serta menambahkan kapur (Ca(OH) 2 ) dan/atau gas CO 2. Tardapat dua macam stasiun purifikasi, yaitu stasiun purifikasi khusus untuk nira tebu dan stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu. Stasiun purifikasi khusus nira tebu hanya beroperasi ketika musim giling tebu. Nira tebu dari stasiun gilingan akan dibawa ke timbangan nira kemudian dipanaskan. Kemudian ditambahkan Ca(OH) 2 pada nira. Nira kemudian diendapkan. Nira akan terpisah menjadi nira bersih dan nira kotor yang akan mengendap. Nira kotor yang mengendap diteruskan untuk proses pengolahan menjadi blotong. Nira dari tebu akan diteruskan ke stasiun evaporator. Stasiun purifikasi untuk nira dari raw sugar dan campuran gula dari tebu beroperasi pada musim giling tebu maupun di luar masa liling tebu saat giling raw sugar. Selain menambahkan Ca(OH) 2, pada stasiun purifikasi ini ditambahkan gas CO 2. Nira dari stasiun ini akan diteruskan ke stasiun kristalisasi.

22 45 Stasiun evaporator. Stasiun evaporator adalah stasiun yang khusus mengolah nira yang berasal dari tebu. Proses yang terjadi dalam stasiun ini adalah penguapan nira tebu menjadi nira kental. Hasil nira kental tebu akan dialirkan ke stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi. Stasiun kristalisasi akan mengkristalkan nira kental melalui pan dengan suhu dan tekanan tinggi. Terdapat empat pan kristalisasi di PG Cepiring, yaitu W PAN, A PAN, B PAN, dan C PAN. Setiap pan akan menghasilkan gula yang dapat dikristalkan (magma) dengan kualitas yang berbeda dan mengkasilkan gula yang tak dapat dikristalkan (molasses) yang akan dimasukkan sebagai bahan ke pan berikutnya. Nira kental yang berasal dari stasiun purifikasi raw sugar akan diolah di W PAN. Nira kental tebu dari stasiun evaporator akan diolah di A PAN. Hasil pengolahan dari stasiun kristalisasi akan dikirim ke stasiun sentrifugal untuk proses selanjutnya. Stasiun sentrifugasi. Stasiun sentrifugasi merupakan pengolahan nira masak dari pan kristalisasi untuk memisahkan kristal gula dari larutan induknya. Terdapat empat alat sentrifugal sesuai dengan pan kristalisasi, yaitu LGF W, LGF A, LGF B, dan LGF C. LGF W akan menampung nira masak dari W PAN dan menghasilkan gula kristal yaitu gula yang siap untuk pengepakan dan gula tak dapat dikristalkan (white moll) yang akan dialirkan ke A PAN untuk pemasakan selanjutnya. LGF A akan menampung nira masak A PAN dan menghasilkan gula a yaitu gula yang kurang memenuhi persyaratan yang akan dikirim ke stasiun afinasi untuk bahan campuran pengenceran raw sugar. LGF A akan memproduksi a-moll yang akan dialirkan ke B PAN. LGF B akan memproduksi gula b (bmagma) yang akan dialirkan ke A PAN dan menghasilkan b-moll yang dialirkan ke PAN C. LGF C akan memproduksi c-magma yang dialirkan ke PAN B dan menghasilkan c-moll yang akan akan ditampung di penampungan akhir sebagai tetes. Stasiun tahap akhir. Gula yang dihasilkan LGF W akan dikeringkan dan didinginkan. Gula yang dihasilkan akan diamati kembali kualitasnya. Gula yang

23 46 tidak sesuai dengan standar kualitas dalam ukuran kristal dan warna akan dilebur kembali dan diproses ulang di stasiun afinasi. Gula yang berukuran normal dengan warna yang putih sesuai standar akan dimasukkan kedalam karung dengan ukuran 50 kg kemudian diangkut ke gudang penyimpanan gula. Aspek Manajerial Pengelolaan kegiatan lapang Kegiatan manajemen utama bagian tanaman adalah budidaya tanaman tebu di lapang. Sistem manajemen yang diterapkan dalam budiaya tebu di lapang adalah pembagian berdasarkan luasan dan kategori kebun tertentu. Pengawasan yang ketat untuk pola kemitraan B dilakukan pada aspek finansial yang menyangkut kredit petani, namun untuk aspek teknis budidaya kebun, pihak PG hanya mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang diajukan pembiayaanya dengan kredit. Manajemen yang intensif dilakukan pada kebun dengan pola kemitraan A (KMA). Hal ini dikarenakan PG merupakan penaggung jawab budidaya secara teknis maupun pembiayaan pekerjaan tersebut dari segi finansial. Pembagian manajemen pada kebun KMA berdasarkan luasan areal. Terdapat seorang sinder kebun yang bertanggung jawab terhadap luasan besar, yang membawahi beberapa mandor yang bertanggung jawab atas luasan yg lebih kecil. Sinder kebun. Sinder kebun merupakan seorang manajer kebun yang bertanggung jawab pada luasan kebun tertentu. Sinder kebun PG Cepiring difokuskan untuk memanajemen kabun pola kemitraan A. Tugas seorang sinder adalah menerapkan prinsip dasar manajemen pada kebunnya dengan tujuan dapat menghasilkan tebu dengan kualitas, kuantitas dan waktu panen yang ditetapkan oleh PG. Beberapa prinsip dasar manajemen yang diterapkan seorang sinder, yaitu perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengawasan. Prinsip manajemen perencanaan yang dilakukan oleh sinder meliputi perencanaan perluasan areal serta perencanaan tindak budidaya yang akan diterapkan. Untuk perluasan areal, seorang sinder memiliki tanggung jawab untuk mencari lahan areal kemitraan baru dengan petani. Dalam tugas perluasan areal

24 47 ini, seorang sinder melakukan pendekatan dan penyuluhan secara informal maupun secara formal. Perencanaan yang penting dilakukan mencakup perencanaan teknis budidaya maupun kebutuhan finansialnya sebelum dibukanya suatu kebun. Prinsip pengaturan yang dilaksanakan oleh Sinder Kebun meliputi pengaturan tahapan kegiatan budidaya di lapang, serta pengaturan biaya yang diperlukan. Dalam melaksanakan fungsi ini, sinder kebun akan dibantu mandor sebagai bawahannya. Seorang sinder akan memeriksa rencana kegiatan dan pengajuan biaya pekerjaan tersebut dari mandor. Setelah menyetujuinya, pekerjaan terbut dilaksanakan oleh mandor kebun. Sistem pengawasan dilaksanakan dengan pengecekan lapang secara rutin oleh sinder. Dalam pengawasan lahan ini diamati pekerjaan yang ada di kebun serta keadaan umum kebun. Pengawasan lahan ini akan menjadi hal yang dapat mengontrol pelakasanaan pekerjaan oleh mandor baik secara teknisnya maupun finansial. Mandor kebun. Mandor kebun merupakan jabatan yang dipegang oleh seseorang yang bertanggung jawab atas budidaya tebu mulai dari penanaman sampai pemanenan pada luasan kebun tertentu. Seorang mandor kebun mempunyai seorang penyelia, yaitu sinder kebun. Dalam menjalankan tugas budidaya kebun, mandor akan memimpin pekerja harian lepas serta mengarahkan pekerjaan dan bertindak sebagai pengawas. Mandor kebun akan berkoordinasi dengan sinder kebun dalam melaksanakan tugasnya. Setiap pelaksanaan suatu pekerjaan, mandor akan mengajukan rencana teknis dan finansial pelaksanaan pekerjaan yang telah direncanakan oleh Sinder Kebun. Pengajuan rencana tersebut akan dikoreksi oleh Sinder Kebun. Apabila pekerjaan disetujui oleh Sinder Kebun, maka pengajuan pekerjaan tersebut akan diteruskan ke bagian administrasi untuk pencairan dana kebutuhan pelaksanaan pekerjaan. Selama proses administrasi untuk pencairan dana, mandor kebun akan melaksanakan pekerjaan yang telah diajukan. Pekerjaan dimulai dari pencarian karyawan harian lepas (KHL) dan negosisasi besarnya upah dan sistem pengupahan untuk pekerjaan tersebut. Pekerjaan akan dilaksanakan dengan

25 pengarahan dan pengawasan oleh mandor. Setelah pencairan dana, mandor bertugas sebagai pengelola keuangan untuk diberikan kepada KHL. 48 Aspek Khusus Aspek khusus yang dipelajari adalah modifikasi teknik budidaya, pertumbuhan, produksi, dan analisis usaha tebu di lahan salin. Pengamatan dilakukan di kebun Pidodo dengan luasan ha yang terdiri dari tiga blok, yaitu Pidodo A dengan luasan ha, Pidodo B dengan luasan ha, dan Pidodo C dengan luasan ha. Kebun Pidodo terletak di pesisir pantai utara Jawa dengan jarak sekitar 1 km dari bibir pantai. Kebun Pidodo terletak di muara Sungai Bodri yang sering mengalami banjir pasang air laut dan meluap ke kebun dengan membawa kandungan air laut. Kebun pidodo terletak di kecamatan Patebon dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara mm/tahun dan termasuk ke daerah dengan iklim basah (humid). Ciri salinitas yang tinggi pada kebun Pidodo juga dilihat dari terbentuknya efflorescense atau kerak garam yang terjadi pada musim kering. Kondisi salinitas kebun Pengamatan salinitas pada kebun dilakukan melalui analisis daya hantar listrik tanah dan konsentrasi garam. Analisis tanah dilakukan pada saat tebu berumur 35 MSK dengan kondisi tidak terdapat hujan selama 14 hari. Selain melakukan analisis tanah kebun Pidodo, dilakukan analisis tanah kebun Gondang sebagai pembanding untuk lahan tidak tercekam salinitas. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Salinitas Tanah Saat Tebu Berumur 31 MSK Kebun Daya Hantar Listrik (ds/m) Salinitas (mg/l) Pidodo Gondang

26 49 Teknis budidaya tebu di lahan salin Teknis budidaya tebu yang diterapkan di lahan tercekam salinitas secara umum sama dengan kebun lain yang tidak terkendala salinitas. Semua teknis budidaya diterapkan sesuai dengan standar perusahaan, mulai dari pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman hingga tebang dan angkut. Teknis budidaya yang berbeda di lahan salin adalah sistem tata air melalui got kebun. Sistem tata air yang berbeda diterapkan pada kebun yang terkendala salinitas yang tinggi. Kebun dengan kendala salinitas biasanya terdapat di daerah pesisir pantai utara. Kebun ini kadang mengalami banjir air laut pasang (rob) yang membawa air laut masuk ke kebun sehingga meningkatkan kadar garam tanah. Upaya yang dilakukan oleh PG Cepiring adalah pembuatan got besar dengan ukuran lebar 2 m dengan kedalaman 3 m, sementara untuk kebun pada umunya got berukuran 50 cm pada lebar dan kedalaman 60 cm (Tabel 8). Panjang juringan tetap 8 m sehingga jumlah got tetap sama dengan lahan sawah irigasi, namun lebar dan dalamnya got jauh lebih besar. Tabel 8. Ukuran Got di Lahan Salin dan Nonsalin Got Kebun Pidodo (salin) Kebun Gondang (nonsalin) Lebar Dalam Lebar Dalam.. cm. Got Keliling Got Malang Got Mujur Pembuatan got pada lahan tercekam salinitas dirancang untuk mengurangi efek salinitas dengan pencucian garam melalui irigasi dan drainase. Ukuran got yang besar dapat menampung dan mengalirkan air yang lebih banyak serta meningkatkan drainase. Got akan mengalirkan air ke kebun untuk mencuci garam yang terkandung di tanah secara berangsur-angsur. Air yang mengalir biasanya akan tertampung di got dan menggenang selama beberapa waktu. Air yang dimasukkan untuk mencuci garam tersebut akan ditampung kembali oleh got untuk dapat dibuang keluar kebun melalui drainase yang baik.

27 50 Menurut Santoso (1993), sistem irigasi dan got yang diterapkan di lahan tercekam salinitas oleh PG Cepiring disebut dengan metode reklamasi lahan salin dengan metode kolam-alur (basin-furrow method). Metode ini akan mengalirkan air irigasi melalui parit (got) yang dibuat di sekeliling lahan. Air akan dipertahankan sekitar seminggu sampai seluruh lahan dapat diresapi air. (a) Got Mujur (lebar 2m, dalam 3m) (b) Got Mujur (lebar 50cm, dalam 60cm) Juringan Got keliling (lebar 2m, dalam 3m) (c) Juringan Got Keliling (lebar 60cm, dalam 70cm) (d) (e) (f) Gambar 15. Got Lahan Salin (a), Got Lahan Nonsalin (b), Penampang Melintang Got Lahan Salin (c), Penampang Melintang Got Lahan Nonsalin (d), Got Lahan Salin Tampak Atas (e), dan Got Lahan Nonsalin Tampak Atas (f).

28 51 Kondisi tebu di lanah salin Kondisi tebu diamati pada fase vegetatif akhir sampai dengan fase generatif, ditandai dengan munculnya bunga pada tebu (Tabel 9). Pengamatan dilakukan pada blok dengan varietas BL (Bululawang) keprasan pertama (RC 1). Pengamatan dilakukan setiap 4 minggu, dimulai 27 MSK (minggu setelah keprasan) sampai 38 MSK. Pengamatan juga dilakukan pada tebu yang tidak tercekam salinitas sebagai pembanding, yaitu kebun Gondang. Kebun Gondang merupakan kebun tidak tercekam salinitas dengan varietas dan umur yang sama dengan kebun Pidodo. Variabel pengamatan tebu yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas, bobot batang, jumlah batang per meter, jumlah sogolan per meter, dan brix nira tebu. Tabel 9. Tinggi Tanaman Tebu, Jumlah Ruas, Diameter, dan Bobot Batang pada 27 MSK sampai 41 MSK Pengamatan Kebun Umur Tebu (MSK) `35 39 Pidodo Tinggi tanaman (Salin) a a a a (cm) Gondang (Nonsalin) b b b b Pidodo Jumlah ruas (Salin) 17.20a 19.25a 21.50a 22.70a (ruas) Gondang (Nonsalin) 19.35a 22.65a 24.80a 26.80a Pidodo Diameter batang (Salin) 2.24a 2.32a 2.38a 2.39a (cm) Gondang (Nonsalin) 2.57a 2.66a 2.69a 2.71a Pidodo Bobot batang (Salin) 0.79a 0.94a 1.03a 1.06a (kg) Gondang (Nonsalin) 1.33b 1.49b 1.58b 1.67b Keterangan : Nilai pada kolom pada pengamatan yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5 % Pengamatan jumlah batang tebu permeter juringan diamati pada 27 MSK, sedangkan jumlah sogolan per meter juringan diamati pada 41 MSK. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10.

29 Tabel 10. Jumlah Batang Tebu per Meter dan Jumlah Sogolan per Meter Kebun Jumlah batang per meter Jumlah Sogolan per meter Pidodo (Salin) 11.08a 2.63a Gondang (Nonsalin) 10.04a 2.18a Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5 % 52 Pengamatan brix nira dilakukan dua kali, yaitu pada umur tebu 27 MSK dan pada umur 41 MSK. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Brix Nira Tebu di Lapang pada Umur 27 MSK dan 41 MSK Kebun Umur (MSK) Pidodo (Salin) 14.87a 24.13a Gondang (Nonsalin) 15.60a 24.13a Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5 % Pertumbuhan dan pembungaan tebu di lahan salin Pertumbuhan tebu di lahan salin diamati pada fase vegetatif akhir sampai fase generatif dengan ditandai tebu berbunga. Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada veriabel tinggi batang, jumlah ruas, diameter batang, dan bobot batang (Tabel 12). Nilai pertumbuhan dari masing-masing variabel adalah selisih nilai variabel pada pengamatan 41 MSK dan 27 MSK. Pembungaan tebu yang diamati pada kedua kebun menunjukkan sifat pembungaan tebu sporadis. Tebu di lahan salin Pidodo mulai berbunga secara sporadis pada 33 MSK, sedangkan tebu di lahan nonsalin Gondang mulai berbunga secara sporadis pada 37 MSK.

30 Tabel 12. Pertumbuhan Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin pada 27 MSK sampai 41 MSK Peubah Kebun Pidodo (Salin) Kebun Gondang (Nonsalin) Tinggi tanaman (cm) 47.70a 50.96a Diameter batang (cm) 0.15a 0.14a Jumlah ruas 5.50a 7.45a Bobot batang (kg) 0.27a 0.34a Jumlah batang per meter juringan 11.08a 10.04a (batang/ m juring) Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5 % 53 Produktivitas tebu dan analisis usaha tani kebun tebu di lahan salin Produksi tebu di lahan salin diamati sejak masa tanam pertama di kebun pengamatan bersadarkan data sekunder (Tabel 13). Produksi untuk masa tanam 2010/2011 didapatkan berdasarkan taksasi maret. Sebagai pembanding, dilakukan pengamatan yang sama pada kebun nonsalin. Tabel 13. Produktivitas Tebu (ton/ha) di Lahan Salin dan Nonsalin Selama Tiga Musim Tanam Kebun Pidodo (Salin) Gondang (Nonsalin) Keterangan Kategori Tanaman Rata-rata PC RC 1 RC 2 Produktivitas.. ton/ha a b : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji T pada taraf 5 % Pengamatan melalui data sekunder juga dilakukan pada analisis usaha tani kebun salin (Tabel 14). Analisis dilakukan pada masa tanam 2010/2011 pada kebun Pidodo (salin) dan kebun Gondang (nonsalin).

31 54 Tabel 14. Keuntungan Usaha Tani Tebu di Kebun Salin dan Nonsalin Masa Tanam 2010/2011 Kategori Kebun Rincian usaha tani tanaman Pidodo (Salin) Gondang (Nonsalin).. Rp.. Biaya PC Pendapatan Keuntungan Biaya RCI Pendapatan Keuntungan Biaya RCII Pendapatan Keuntungan Biaya Rata-rata Pendapatan Keuntungan Sumber : Kantor Tanaman, PT Industri Gula Nusantara

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di PG Cepiring, PT Industri Gula Nusantara, Kendal, Jawa Tengah, pada tanggal 14 Februari sampai 14 Juni 2011. Kegiatan pengamatan aspek khusus

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis 55 PEMBAHASAN Aspek Teknis Pelaksanaan aspek teknis budidaya kebun milik PG Cepiring secara umum dilakukan sesuai dengan prosedur perusahaan. Pelaksanaan teknis budidaya di lapang akan selalu menyesuaikan

Lebih terperinci

Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal

Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal Modifikasi Teknik Budidaya untuk Menurunkan Salinitas Lahan pada Tebu (Saccharum Officinarum L.) Lahan Kering di PG Cepiring Kendal The Modification of Cultivation for Decreasing Salinity in Sugarcane

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU Sumber: www.agrindonesia.wordpress.com BUDIDAYA TANAMAN TEBU 1. PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU BUDIDAYA TANAMAN TEBU PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru

Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru LAMPIRAN 70 Lampiran 1. Jurnal Harian Pelaksanaan Magang di PG. Krebet Baru No. Tanggal Jenis Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja Mahasiswa Pekerja 1 12 Februari 2009 Orientasi dan pengurusan administrasi kantor

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Gempol, PG Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kebun berupa lahan sawah beririgasi dengan jenis tanah vertisol. Lahan percobaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring

KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring 15 KEADAAN UMUM Sejarah PG Cepiring Pabrik gula Cepiring didirikan tahun 1835 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan nama Kendalsche Suiker Onderneming sebagai suatu perseroan di atas tanah seluas 1 298

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r

21 menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan r 20 PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Industri gula adalah salah satu industri bidang pertanian yang secara nyata memerlukan keterpaduan antara proses produksi tanaman di lapangan dengan industri pengolahan. Indonesia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Penyaringan Nira Kental Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk memisahkan kotoran yang masih ada pada nira kental hasil dari pemurnian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG

BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG BAB V. PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG 5.1. Aspek Teknis 5.1.1. Pembukaan dan Persiapan Lahan Pembukaan dan persiapan lahan yang dilaksanakan di wilayah kerja PG Krebet Baru mencakup kegiatan-kegiatan sebagai

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pada ketinggian tempat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ekologi Tanaman Tebu TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani dan Ekologi Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam divisi Spermatophyta, kelas Monocotyledone, ordo Graminales dan famili Graminae (Deptan, 2005). Batang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci