PENGARUH ph UMPAN LIMBAH CAIR Sr-90 TERHADAP ADSORBEN BREKSI BATU APUNG
|
|
- Yuliani Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prayitno, dkk. ISSN PENGARUH ph UMPAN LIMBAH CAIR Sr-90 TERHADAP ADSORBEN BREKSI BATU APUNG Prayitno, Sukosrono, Djoko Sardjono Puslitbang Teknologi Maju BATAN ABSTRAK Sr-90 sebagai hasil fisi dari instalasi nuklir sangat berbahaya karena toksisitasnya tinggi. Salah satu cara untuk mengikat Sr-90 yang dikandung oleh limbah cair adalah dengan proses serapan, yaitu menggunakan metoda pertukaran ion dan adsorpsi. Adsorben yang digunakan pada proses serapan ini adalah breksi batuapung yang berasal dari Imogiri, Kabupaten Bantu l, Propinsi D. I. Yogyakarta Breksi batuapung dipilih sebagai adsorben karena luas permukaannya sangat besar, memiliki karakteristik seperti resin penukar ion, murah, dan merupakan hasil tambang yang memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Proses serapan pada penelitian ini dilakukan dalam sistem aliran sinambung dengan satu kolom penyerap berdiameter 1 cm dan tinggi 4 cm. Breksi batuapung diperkecil ukurannya hingga mesh. Aktivasi terhadap breksi batuapung dilakukan dengan pemanasan pada temperatur 300 C selama 3 jam.. Umpan limbah Sr(OH) 2 ditambah dengan larutan HNO 3 dan NaOH untuk variasi ph umpan dari 3 hingga 11, kemudian diambil 200 µl, dan dicacah agar diketahui aktivitas jenis awal tiap-tiap umpan. Temperatur umpan adalah temperatur kamar. Kecepatan aliran umpan 2,128 ml/menit. Pengujian pengaruh ph umpan dilakukan dengan cara mengalirkan umpan pada kolom penyerap yang telah diisi oleh 2 gram adsorben. Pengujian pengaruh komposisi antara kedua adsorben dilakukan pada ph 7. Keluaran dari kolom penyerap ditampung tiap 5 ml, diambil 200 µl, dan dicacah dengan pencacah beta Ortec. Proses serapan dihentikan jika keluaran dari kolom penyerap telah jenuh. Faktor dekontaminasi (FD), efisiensi penyerapan (EP), dan kapasitas serap (KS) tiap adsorben dapat dihitung dari data hasil pencacahan. Hasil pengujian pengaruh variasi ph umpan terhadap breksi batuapung menunjukkan peningkatan nilai FD, EP, dan KS dari ph 3 hingga 5 dan menurun secara perlahan dengan peningkatan ph,. Dari penelitian ini tampak breksi batuapung dapat dijadikan alternatif bahan penyerap yang dapat menyerap Sr-90. Sr-90 diserap maksimal oleh breksi batuapung pada ph 5 dengan nilai FD = 9,35, EP = 89,31, dan KS = 4, x 10-4 ppm. ABSTRACT Sr-90 is a dangerous fission product from a nuclear instalation since it has a high toxicity. By means of sorption, Sr-90 could be bound from Sr-90 containing the liquid waste, using the adsorption and ion exchange methods. The adsorbents used in this sorption process were pumice from Imogiri, Bantul regency, D. I. Yogyakarta Province. Pumice were chosen as adsorbents since they have large surface area, while their characters are like ion exchange resins, cheap, and produced from the mines which are highly potential in Indonesia. The sorption process in this study were applied in the continuous flow system with a single adsorption column which is 1 cm in diameter and 4 cm in depth. The size of pumice were reduced until mesh. Both pumice were activated by means heating at 300 C for 3 hours.. Sr(OH) 2 containing feed waste was mixed with various composition of HNO 3 solution and NaOH to make the ph of the feed from 3 to 11, then the 200 µl of the effluent of the feed was taken, and counted in order to measure the specific activity of each feed. The temperature of the feed was room temperature. The flow rate of the feed was 2,128 ml/min. The test of the influence of the ph of the feed was done by passing the feed through the sorption column which had been filled with 2 grams of adsorbent. The test of the influence of the composition of the adsorbents was done at the ph 7. Effluent from the sorption column was collected every 5 ml, and a sample of 200 µl was taken to be counted with a beta Ortec detector. The sorption process was stoped when the effluent was saturated. The decontamination factor (DF), sorption efficiency (SE), and sorption capacity (SC) of adsorbents were calculated from the result of the counting. The experimental results about the influence of the variation of ph of the feed of pumice show an increase in the value of DF, EF, and SC within the range of ph 3-5 and a slow decrease with increasing ph, for the clay value of DF, SE, and SC increase within the range of ph 3-6, and decrease at ph 7, increase again at ph 8, and continue to decrease. The following major conclusions have been reached from this study : pumice mineral as the alternative adsorbents can sorp Sr-90. Sr-90 was sorpted maximally by pumice at ph 5 where DF = 9,35, SE = 89,31, and SC = 4, x 10-4 ppm.
2 2 ISSN Prayitno, dkk. PENDAHULUAN S alah satu persoalan yang menyertai perkembangan dan penerapan teknologi nuklir adalah pengelolaan limbah radioaktif cair yang ditimbulkan, terutama limbah cair yang berasal dari industri nuklir sebagai hasil samping. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah tersebut akan berdampak kurang baik bagi kesehatan manusia dan lingkungannya. Sr-90 yang dikandung oleh limbah cair sebagai hasil fisi dari instalasi nuklir sangat berbahaya karena toksisitasnya tinggi dan mempunyai kemungkinan ikut masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan maupun pernafasan. Selanjutnya Sr-90 tersebut akan mengendap di dalam tubuh sebagai sumber radiasi internal dengan umur paruh yang relatif panjang. Efek radiasi yang dapat ditimbulkan oleh Sr-90 adalah kanker tulang dan leukimia (Noviastono, 1991). Penyebaran breksi batuapung meliputi daerah Serang dan Sukabumi (Jawa Barat), pulau Lombok (Nusa Tenggara Barat), dan pulau Ternate (Maluku). Di Propinsi D. I. Yogyakarta, kandungan endapan breksi batuapung dapat ditemukan di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul. Breksi batuapung memiliki struktur berpori dengan porositas yang tinggi dan berkarakter seperti resin penukar ion sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan penyerap limbah radioaktif. Dengan demikian nilai ekonomis dari bahan lokal dapat ditingkatkan karena batuapung merupakan hasil tambang yang murah harganya dan memiliki potensi yang besar di Indonesia. Penelitian ini memakai metoda pertukaran ion dan adsorpsi untuk mereduksi volume kontaminan radioaktif yang terdapat pada limbah cair Sr-90 dengan menggunakan penyerap breksi batuapung. Proses penyerapannya dilakukan dalam sistem aliran sinambung. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini adalah keefektifan breksi batuapung sebagai bahan penyerap untuk mereduksi volume Sr-90 yang terdapat pada umpan limbah cair. Dengan variasi ph limbah cair sebagai umpan akan diketahui sejauh mana pengaruh variasi ph tersebut terhadap proses penyerapan dan pada ph berapa diperoleh kondisi penyerapan terbaik. Pada penelitian ini, pencampuran antara breksi batuapung juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap proses penyerapan Sr-90 dari limbah cair. Penelitian ini bertujuan : 1. Mengkaji parameter ph pada proses peningkatan kemampuan penyerapan breksi batuapung sehingga diperoleh kondisi ph optimum untuk penyerapan. 2. Mengetahui pengaruh pencampuran antara breksi batuapung pada proses peningkatan kapasitas serapnya. Alat dirancang berdasarkan konfigurasi aliran sinambung dengan satu kolom penyerap berdiameter 1 cm dan tinggi 4 cm. Bahan penyerap yang digunakan adalah breksi batuapung yang berasal dari Nogosari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi D. I. Yogyakarta. Breksi batuapung diperkecil ukurannya antara 60 mesh sampai 80 mesh dan diaktivasi pemanasan pada temperatur 300 C selama 1 jam. Kemudian 2 gram adsorben tersebut dimasukkan kolom penyerap untuk seterusnya dilewatkan umpan limbah cair. Batasan penelitian yang mengandung Sr-90 dengan kecepatan aliran 2,13 ml/menit dan beningan yang keluar dari kolom penyerap ditampung untuk dicacah dengan detektor beta- Ortec. Temperatur ruangan tetap yaitu 20 C. Variasi ph dari 3 sampai dengan 11 dan variasi komposisi 2 gram breksi batuapung dengan perbandingan 0,5 : 1,5; 1 : 1; 1,5 : 0,5. Selanjutnya ditentukan nilai faktor dekontaminasi (FD), efisiensi penyerapan (EP), dan kapasitas serap (KS) setiap adsorben. Untuk mengetahui komposisi awal penyusun breksi batuapung, analisa dengan Spektroskopi Serapan Atom. Selain itu analisa dengan difraksi sinar-x dilakukan untuk mengetahui jenis mineral penyusun breksi batuapung. TATA KERJA Bahan Penelitian 1. Limbah stronsium (Sr-90) induk dalam Sr(OH) 2, AJ = ± 10-2 µci/ml 2. Breksi batuapung 3. Larutan HNO 3 1 N 4. NaOH 1 N 5. Aquades Alat Penelitian
3 Prayitno, dkk. ISSN Alat pemecah batuan dan penggerus 2. Ayakan Tyler Dan penggetar (merk Rets) 3. Oven (merk Sybron Thermolyne Furnatrol) 4. Timbangan elektrik ( merk Sartorius 2434) 5. PH indikator 6. Botol plastik dan Pipet Effendrop 7. Pompa dosis (merk Masrerflex) 8. Kolom penyerapan dari gelas diameter kolom 1 cm dan tinggi 4 cm 9. Spektrometri Serapan Atom (SSA) 10. Gelas beker dan glass wool 11. Pencacah beta ortec 12. Lampu pengering 13. Planset dan stopwatch Cara Kerja Persiapan Adsorben 1. Bongkahan breksi batuapung ukuran ± 30 x 20 x 10 cm 3 diperkecil ukurannya dengan pemecah batuan sehingga didapatkan ukuran yang lebih kecil berbentuk serpihan. 2. Selanjutnya serpihan breksi batuapung diperkecil dengan penggerus sampai berbentuk serbuk halus. 3. Serbuk halus tersebut dikeringkan di tempat terbuka selama ± 3 jam sehingga lebih mudah untuk disaring. 4. Masing-masing serbuk halus breksi batuapung disaring dengan penggetar dan ayakan Tyler untuk mendapatkan ukuran mesh (Wahyuningsih, 1998; Yulianti, 1997). Pengayakan dilakukan dengan penggetar pada frekuensi getaran 60 getaran/15 menit. 5. Sebagian kecil serbuk breksi batuapung yang berukuran mesh dianalisa dengan SSA dan XRD. Pemanasan adsorben 1. Breksi batuapung dengan ukuran mesh dipanaskan di oven pada temperatur 300 C selama 1 jam. 2. Kedua adsorben tersebut dianalisa dengan SSA. 3. Porositas kedua adsorben ditentukan untuk mengetahui besarnya pori-pori total, yaitu dengan membandingkan selisih volume adsorben sebelum dan setelah dipanaskan. Persiapan umpan 1. Larutan Sr-90 induk diencerkan dengan menggunakan aquades sehingga aktivitas jenisnya µci/ml (Ronodirdjo, 1985) µl larutan tersebut diambil menggunakan pipet Effendrop, dimasukkan ke dalam planset, dan dipanaskan. 3. Sampel tersebut dicacah dengan pencacah beta Ortec. Larutan hasil pengenceran tersebut akan dipakai sebagai umpan limbah cair untuk dialirkan ke dalam kolom penyerap. 4. Ditambahkan larutan HNO 3 dan NaOH, sehingga diperoleh larutan umpan dengan variasi ph 3 sampai dengan 11. Kemudian dicacah untuk mengetahui besarnya aktivitas jenis mula -mula (Aj 0 ). Perancangan Alat 1. Alat dirancang dengan konfigurasi aliran sinambung, menggunakan sebuah kolom penyerap dengan diameter 1 cm & tinggi kolom 4 cm (Prayitno & Setyadji, 1986). 2. Aliran dibuat dari bawah, seperti yang ditunjukkan oleh (Bowles, 1991). 3. Uji coba dilaksanakan untuk menentukan kondisi pengoperasian, seperti kecepatan aliran dan keamanan sistem saat dioperasikan. 4. Selanjutnya koefisien permeabilitas ditentukan dengan metoda falling-head (Bowles, 1991). Pengujian pengaruh variasi ph umpan limbah cair Sr Breksi batuapung yang telah dipanaskan ditimbang 2 gram dengan timbangan elektrik dan dimasukkan ke dalam kolom penyerap. 2. Umpan dengan ph 3 dialirkan ke dalam kolom dengan kecepatan 2,13 ml/menit. 3. Beningan yang keluar dari kolom penyerap ditampung di dalam gelas ukur. 4. Setelah mencapai 5 ml, diambil sebanyak 200 µl dengan pipet Effendrop untuk dicacah dengan alat cacah beta Ortec. Aliran dihentikan jika aktivitas jenis limbah setelah melewati breksi
4 4 ISSN Prayitno, dkk. batuapung hampir mendekati atau sama dengan aktivitas jenis awal limbah cair. 5. Dengan cara sama dilakukan untuk umpan pada ph 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan Selanjutnya FD, EP, dan KS dapat ditentukan dari hasil pencacahan tiap sampel tersebut di atas. 7. Perlakuan tersebut di atas diulang sebanyak 2 kali. 8. Pengujian pengaruh ph umpan limbah cair Sr-90 yang dialirkan pada adsorben breksi batu apung hasil pemanasan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil analisa SSA terhadap Breksi Batuapung (% berat) Senyawa Sebelum Setelah diaktivasi fisika diaktivasi fisika SiO 2 59,47 62,82 Al 2 O 3 15,16 15,61 Fe 2 O 3 4,65 4,75 CaO 2,53 3,00 MgO 0,93 0,96 Na 2 O 2,21 2,69 K2O 2,49 2,82 MnO 0,17 0,17 TiO2 0,33 0,48 P2O5 0,13 0,11 H2O 2,96 0,00 Hilang dibakar 8,70 5,37 Pada proses serapan diperlukan adsorben yang memiliki kemampuan serap dan selektifitas yang tinggi terhadap bahan-bahan yang akan diserap (adsorbat). Untuk meningkatkan kemampuan serap adsorben baik dari segi pertukaran ion dan daya adsorpsinya maka perlu dilakukan aktivasi. Pada penelitian ini adsorben breksi batuapung sebelum dipakai pada proses penyerapan terlebih dahulu diaktivasi dengan metoda pemanasan, yaitu dipanaskan pada temperatur 300 C selama 1 jam. Pemanasan ini bertujuan untuk menguapkan air yang terperangkap dalam pori-pori breksi batuapung sehingga jumlah pori-pori dan luas permukaan yang aktif untuk proses serapan bertambah. Pemanasan di atas 300 C tidak dilakukan. Apabila suhu pemanasan terlalu tinggi daya penyerapan menurun karena terjadi dekomposisi partikel dari kristal-kristal adsorben dan tertutupnya pori-pori. Analisa Spektrometri Serapan Atom terhadap adsorben breksi batuapung hasil aktivasi fisika menunjukkan bahwa air yang terperangkap di dalam pori-pori dapat dikurangi hingga 0 %, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 1. di atas. Adsorben breksi batuapung hasil aktivasi fisika pada Tabel 1. memiliki porositas 57,83 % dan koefisien permeabilitas (k) = 3,16778 x 10-4 cm/s. Hasil analisa XRD terhadap adsorben breksi batuapung menunjukkan bahwa mineral-mineral lain yang terdapat pada breksi batuapung adalah plagioklas, kristobalit, montmorillonit, dan illit. Dengan melihat mineral-mineral penyusun breksi batuapung dapat ditentukan ratio Si/Al yaitu antara 1,18 hingga 2. Ratio Si/Al pada adsorben breksi batuapung memberikan gambaran bahwa proses yang terjadi adalah penukaran ion dan adsorpsi. Dengan bertambahnya ratio Si/Al maka daya penukaran ion akan berkurang. Untuk proses adsorpsi tidak bergantung pada ratio Si/Al, tetapi bergantung pada luas permukaan dan pori-pori dari adsorben tersebut. Pengaruh Variasi ph Umpan terhadap Proses Serapan Pada Adsorben Breksi Batuapung Untuk mendapatkan keakuratan pengaruh variasi ph umpan terhadap proses serapan maka perlu dilakukan penetapan variabel tetap pada ukuran butir, kecepatan alir umpan, temperatur umpan, temperatur pengaktifan, dan ratio L/D kolom penyerapan. Ukuran butir yang digunakan adalah mesh sebagai ukuran butir yang optimum terhadap proses serapan pada adsorben breksi batuapung (Wahyuningsih, 1998). Sedangkan kecepatan alir umpan untuk kolom penyerapan tanpa adsorben adalah 2,128 ml/menit. Nilai tersebut diambil menimbang sifat plastisitas dari lempung serta waktu kontak antara adsorbat dan adsorben dalam hubungannya dengan proses serapan. Temperatur umpan adalah temperatur kamar (20 C) dengan pertimbangan tidak perlu melakukan proses pemanasan dan temperatur pengaktifan 300 C. Dari tabel 2., dapat dilihat bahwa nilai FD naik dari ph 3 hingga ph 5 dan seterusnya menurun pada ph 6 hingga ph 11. Nilai FD berbanding lurus dengan nilai EP yang mencapai nilai terbaik pada ph 5, yaitu FD = 9,35, EP = 89,31, dan KS = 4, x 10-4 ppm. Hal ini diperjelas rentang volume keluaran tertentu (waktu serapan tertentu) maka umpan ph 5
5 Prayitno, dkk. ISSN adalah yang paling lama jenuh sehingga akumulasi Sr 2+ yang terserap oleh adsorben lebih besar. Tabel 2. Hasil analisa pengaruh ph umpan terhadap Kapasitas Serap, Faktor Dekontaminasi dan Efisiensi Pemisahan breksi batu pung. ph FD EP (%) KS (10-4 ppm) 3 4,23 76,38 1, ,80 79,15 2, ,35 89,31 4, ,60 84,84 4, ,75 82,61 3, ,54 81,95 3, ,95 79,01 1, ,44 77,48 1, ,21 68,87 1, Pada ph 7, molekul-molekul berada dalam bentuk netral dan proses adsorpsi yang terjadi adalah (Tinsley, 1979) : Sr + X-Bbatuapung Sr-X-Bbatuapung (1) Sr + Bbatuapung Sr-Bbatuapung (2) Pada reaksi (1) dan (2), Sr ditransfer oleh molekul adsorbat dari wadah fasa cair ke permukaan eksternal dari padatan. Adsorpsi tersebut dapat berupa interaksi langsung dengan permukaan silikat adsorben, atau merupakan kompleks dengan ion yang terdapat pada permukaan adsorben. Kemudian adsorbat ditransfer menuju permukaan internal dengan migrasi molekul adsorbat dari permukaan adsorben yang relatif kecil menuju permukaan poripori dalam tiap partikel atau oleh difusi dari molekul adsorbat melewati pori-pori partikel sehingga molekul Sr di dalam pori-pori diadsorpsi dari larutan ke fasa padat. Pada proses adsorpsi ini yang berperan adalah gaya Van der Waals yang sangat lemah. Montmorilonit dan illit terdapat dalam jumlah yang sedikit pada breksi batuapung, tetapi memberikan pengaruh yang besar terhadap sifat breksi batuapung secara keseluruhan karena kemampuan kedua mineral tersebut dalam menyerap air yang sangat besar. Sebagian permukaan eksternal dan pori-pori breksi batuapung diisi oleh molekul air dengan gaya Van der Waals dan air dapat pula melakukan ikatan hidrogen sesamanya. Keadaan tersebut mengurangi selektifitas adsorpsi oleh adsorben terhadap Sr yang ditunjukkan dengan nilai FD, EP, dan KS pada ph 7 lebih kecil dari pada ph 5 dan ph 6. Seiring dengan penurunan ph umpan dimana umpan berada dalam suasana asam lemah yaitu pada ph 4, ph 5, dan ph 6, maka konsentrasi ion hidrogen meningkat dan molekul Sr menjadi ion Sr 2+. Reaksi (1) dan (2) relatif masih terjadi, tetapi molekul Sr mulai diganti oleh ion Sr 2+. Ion Sr 2+ akan diadsorpsi oleh permukaan adsorben dan secara selektif memungkinkan terjadinya pertukaran kationkation yang terdapat pada permukaan adsorben tersebut, yang ditunjukkan oleh reaksi di bawah ini : Sr 2+ + X-Bbatuapung Sr-Bbatuapung + X 2+ (3) Nilai FD, EP, dan KS untuk umpan pada ph 5 menunjukkan nilai yang terbaik di antara ph lainnya, khususnya dibandingkan terhadap berbagai ph umpan dalam suasana asam lemah karena pada ph 5 tersebut memungkinkan selektifitas Sr 2+ untuk diserap secara optimal. Jika ph umpan terus turun, jumlah ion bermuatan mulai meningkat. Apabila umpan terlalu asam, maka ion H + akan cenderung menggantikan kation Sr 2+ yang terserap pada adsorben breksi batuapung karena ion H + lebih mudah diserap pada kondisi tersebut. Breksi batuapung itu sendiri tidak tahan terhadap asam kuat sehingga dapat terhidrolisa dan sebagian kecil ikatan yang membangun strukturnya dapat putus menjadi ikatan yang lebih kecil. Hal ini dapat dilihat dari reaksireaksi di bawah ini : Sr-Bbatuapung 2 + 2H + 2H -Bbatuapung + Sr 2+ (4) H-Bbatuapung + H + Si(OH) 4 + Al(OH) 3 (5) Reaksi (4) dan (5) dapat memberi gambaran penyebab nilai FD, EP, dan KS pada ph 3 yang lebih kecil dibanding pada suasana ph 4, ph 5, dan ph 6. Pada suasana basa, ion Sr 2+ membentuk senyawa hidrolisa seperti reaksi di bawah ini : Sr OH - Sr(OH) 2 (6) Hal ini dapat dilihat dari menurunnya nilai FD, EP, dan KS dari adsorben breksi batuapung terhadap umpan dalam suasana yang semakin basa. Pengecualian pada umpan ph 10, nilai FD dan EP menurun tetapi nilai KS lebih besar dibanding umpan ph 9. Salah satu penyebabnya adalah meskipun banyak media berpori pada breksi batuapung yang dapat digunakan sebagai penyerap tetapi ada yang tidak begitu selektif terhadap ukuran molekul Sr atau pun ion Sr 2+ karena ukuran pori yang lebih kecil dari ukuran molekul atau pun ion Sr 2+. Kondisi tersebut memungkinkan untuk tidak terjadi adsorpsi dan pertukaran ion di daerah tersebut. Kalau kita bandingkan dengan adsorben
6 6 ISSN Prayitno, dkk. sejenis lempung pada perlakuan ph 6 mempunyai FD = 12,18, EP = 91, 79 dan KS = 6,640 x 10-4 ppm. Dari data tersebut dari efisiensi pemisahan lebih baik lempung dari pada breksi batu apung. Pada dasarnya kemampuan serap yaitu kemampuan penukaran kation dan adsorpsi montmorilonit dan illit jauh lebih besar dari pada kaolinit. Sedangkan kemampuan adsorpsi breksi batuapung relatif besar karena pori-pori yang dimiliki oleh batuapung yang banyak akibat proses pembentukan batuapung itu sendiri. Properti fisik antara adsorben batuapung itu menyebabkan perbedaan kemampuan serapnya tidak begitu signifikan jika dilihat dari hasil yang diperoleh. Ilustrasi distribusi muatan dan potensial penukaran kation pada contoh kaolinit dan montmorilonit.(tinsley, 1979). 5. PRAYITNO dan SETYADJI, M., "Pengolahan Limbah Radioaktif Cair dengan Lempung Sebagai Penukar Ion", Prosiding PPNY- BATAN, Yogyakarta, BOWLES, E., J., Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah, edisi kedua, diterjemahkan oleh Hainim, Kelanaputra, J., Penerbit Erlangga, Jakarta, (1991). 7. TINSLEY, I. J., "Chemical Consepts in Pollutant Behavior", John Wiley & Sons, New York, KUNIN, R., and MYERS, R. J.,"Ion Exchange Resin", John Wiley & Sons Inc., London, BUCKMAN, H. O., and BRADY, N. C., "Ilmu Tanah", diterjemahkan oleh Soegiman, Penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta, KESIMPULAN Hasil pengujian pengaruh variasi ph umpan limbah yang mengandung Sr-90 terh adap kemampuan serap adsorben breksi batuapung, pada ph umpan tetap, memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Breksi batuapung dapat dijadikan alternatif bahan untuk penyerap Sr Pada umpan limbah ph 5, radioisotop Sr-90 diserap maksimal oleh adsorben breksi batuapung dengan nilai FD = 9,35, EP = 89,31, KS = 4, ppm. TANYA JAWAB DAFTAR PUSTAKA 1. NOVIASTONO, "Teknik Pengukuran Radiasi Interna Sr-90 dalam Tubuh Melalui Analisis Urine", Skripsi Jurusan Teknik Nuklir UGM, Yogyakarta, WAHYUNINGSIH, E., "Breksi Batuapung untuk Penurunan Radionuklida Sr-90", Skripsi, STTL Yayasan Lingkungan Hidup, Yogyakarta, YULIANTI, C. E., "Pengaruh Ukuran Butir Bentonit, Pasir Kuarsa, dan Magnetik pada Kapasitas Serap Nuklida Sr-90", Skripsi, STTL Yayasan Lingkungan Hidup Yogyakarta, Yogyakarta, RONODIRDJO, S., "Pengolahan Sampah Radioaktif", Diktat Kuliah Teknik Nuklir FT- UGM, Yogyakarta, 1985.
PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH
PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca DAN Mg PADA EFISIENSI PENURUNAN KADAR U DALAM AIR LIMBAH Ign. Djoko Sardjono, Herry Poernomo Puslitbang Teknologi Maju BATAN, Yogyakarta ABSTRAK PENGARUH SENYAWA PENGOTOR Ca
Lebih terperinciADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN
ADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN, Suparno, Wasim Yuwono -BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail:ptapb@batan.go.id ABSTRAK ADSORPSI LIMBAH URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG NANGGULAN. Pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum tentang pemanfaatan daun matoa sebagai adsorben untuk menyerap logam Pb dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1. Preparasi
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG
KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASE AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG M.E. Budiyono, Sukosrono P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP
Lebih terperinciKARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT
Endro Kismolo, dkk. ISSN 0216-3128 15 KARAKTERISASI KADAR ZAT PADAT DALAM EFLUEN PADA PROSES SORBSI LIMBAH B3 CAIR MENGGUNAKAN ZEOLIT Endro Kismolo, Gede Sutresna Wijaya, Nurimaniwathy ABSTRAK KARAKTERISASI
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR
18 ISSN 216-3128 Prayitno, dkk. KAJIAN PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR Pb dan Cd DALAM LIMBAH CAIR Prayitno, Endro Kismolo, Nurimaniwathy Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.
5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :
Lebih terperinciKAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG
89 KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF URANIUM CAIR FASA AIR YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN URUG M.E. Budiyono dan Sukosrono P3TM BATAN ABSTRAK KAJIAN SIFAT SERAP MINERAL MAGNETIT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
16 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini; Latar Belakang: Sebelum air limbah domestik maupun non domestik
Lebih terperinciKARAKTERISASI KAPASITAS TUKAR KATION ZEOLIT UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH B3 CAIR
Endro Kismolo, dkk. ISSN 0216-3128 245 KARAKTERISASI KAPASITAS TUKAR KATION ZEOLIT UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH B3 CAIR Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT
PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.
12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut ini : Latar belakang penelitian Rumusan masalah penelitian Tujuan penelitian
Lebih terperinciAKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING
AKTIVASI ABU LAYANG BATUBARA DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN TIMBAL DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING Widi Astuti 1, F. Widhi Mahatmanti 2 1 Fakultas Teknik, 2 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).
BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg, shaker, termometer, spektrofotometer serapan atom (FAAS GBC), Oven Memmert, X-Ray
Lebih terperinciKARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI
KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Nurimaniwathy, Tri Suyatno BATAN, Babarsari Yogyakarta 55281 E-mail :ptapb@batan.go.id ABSTRAK KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF
Lebih terperinciBABrV HASIL DAN PEMBAHASAN
BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU Penelitian 4.1.1. Sintesis Zeolit mo 3«00 3200 2aiW 2400 2000 IMO l«m l«m I2«) 1000 100 600 430.0 Putri H_ kaolin 200 m_zeolit Gambar 11. Spektogram Zeolit A Sintesis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan
dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI
PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI ABSTRAK Yusuf Damar Jati*), Herlan Martono**), Junaidi**) Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo
BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain
Lebih terperinciDisusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
Perlakuan nh 4 cl dan gelombang mikro terhadap karakter keasaman montmorillonit Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M.0304063 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lempung merupakan materi yang unik.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini dilakukan dengan metode experimental di beberapa laboratorium dimana data-data yang di peroleh merupakan proses serangkaian percobaan
Lebih terperinciPEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK
PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL Haryadi 1*, Sariadi 2, Zahra Fona 2 1 DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2 Jurusan Teknik Kimia,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian secara umum mengenai pemanfaatan tulang sapi sebagai adsorben ion logam Cu (II) dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.1 berikut
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH
PENGARUH AKTIVASI FISIK ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN DALAM PROSES ADSORPSI MINYAK JELANTAH Paramita Dewi Sukmawati* * Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI
PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.Teknik penyulingan yang dilakukan pengrajin minyak atsiri belum benar, sehingga minyak
Lebih terperinciPEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN RESIN DOWEX 50W-X8 MELALUI PROSES PERTUKARAN ION
ISSN 1410-6957 PEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN RESIN DOWEX 50W-X8 MELALUI PROSES PERTUKARAN ION Dwi Biyantoro, Kris Tri Basuki, Muhadi AW PTAPB BATAN, Yogyakarta ABSTRAK PEMISAHAN Ce DAN Nd MENGGUNAKAN
Lebih terperinciSTUDI KEMAMPUAN PERLIT SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYISIHKAN BESI
STUDI KEMAMPUAN PERLIT SEBAGAI ADSORBEN UNTUK MENYISIHKAN BESI Budhi Primasari, Rosa Gustilisa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas Email: budhiprimasari@ft.unand.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciLAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)
LAMPIRAN I LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II) 1. Persiapan Bahan Adsorben Murni Mengumpulkan tulang sapi bagian kaki di RPH Grosok Menghilangkan sisa daging dan lemak lalu mencucinya dengan air
Lebih terperinciOPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131
OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131 SUGILI PUTRA, SURYO RANTJONO, TRISNADI ARIFIANSYAH Abstrak OPTIMASI JUMLAH TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA
Lebih terperinciKARAKTERISASI ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR CHROM DALAM LIMBAH CAIR
KARAKTERISASI ZEOLIT ALAM PADA REDUKSI KADAR CHROM DALAM LIMBAH CAIR RETNO SUSETYANINGSIH 1), ENDRO KISMOLO 2), PRAYITNO 3) 1) Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan, YLH - Yogyakarta 2) dan 3) Pusat Teknologi
Lebih terperinciPREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI
PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI Endro Kismolo, Tri Suyatno, Nurimaniwathy -BATAN, Yogyakarta Email : ptapb@batan.go.id ABSTRAK PREPARASI LIMBAH
Lebih terperinciNgatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN
181 PENGARUH WAKTU KNTAK DAN PERBANDINGAN FASA RGANIK DENGAN FASA AIR PADA EKSTRAKSI URANIUM DALAM LIMBAH CAIR MENGGUNAKAN EKSTRAKTAN DI-2-ETIL HEKSIL PHSPHAT Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M.
Lebih terperinciSTUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION
STUDI PEMISAHAN URANIUM DARI LARUTAN URANIL NITRAT DENGAN RESIN PENUKAR ANION Iis Haryati, dan Boybul Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN, Kawasan Puspiptek Gd 20, Serpong, 15313 Email untuk korespondensi:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Metode penelitian secara umum tentang pemanfaatan cangkang kerang darah (AnadaraGranosa) sebagai adsorben penyerap logam Tembaga (Cu) dijelaskan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku
Lebih terperinciKAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF. INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr
KAJIAN AWAL ADSORBEN DARI LIMBAH PADAT LUMPUR AKTIF INDUSTRI CRUMB RUBBER PADA PENYERAPAN LOGAM Cr Nenny Febrina 1, Eka Refnawati 1, Pasymi 1, Salmariza 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinci4 Hasil dan pembahasan
4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram
Lebih terperinciKARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
KARAKTERISASI LEMPUNG CENGAR TERAKTIVASI ASAM SULFAT Nurpiyenti 1, Muhdarina 2, T. A. Amri 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia 2 Bidang Kimia Fisika Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciJl. Soekarno Hatta, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp Diterima 26 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016
ADSORBSI ION Pb 2+ MENGGUNAKAN ARANG AKTIF KULIT DURIAN DENGAN METODE KOLOM ADSORBSI [Adsorption of Pb 2+ Using Activated Chorcoal Durian Skin with Adsorption Colom Method] Nurhaeni 1*, Musafira 1, Agus
Lebih terperinciANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Telah dilakukan analisis limbah
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex
Lebih terperincibesarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?
OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat-Alat yang digunakan : 1. Seperangkat alat kaca 2. Neraca analitik, 3. Kolom kaca, 4. Furnace, 5. Kertas saring, 6. Piknometer 5 ml, 7. Refraktometer,
Lebih terperinciMETODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI
METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Percobaan Percobaan tabling merupakan percobaan konsentrasi gravitasi berdasarkan perbedaan berat jenis dari mineral berharga dan pengotornya. Sampel bijih dipersiapkan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan
Lebih terperinciSUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak
PENGARUH TEGANGAN LISTRIK DAN KECEPATAN ALIR TERHADAP HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM Pb,Cd DAN TSS MENGGUNAKAN ALAT ELEKTROKOAGULASI SUNARDI ** Pustek Akselerator dan Proses Bahan BATAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap: Tahap pertama adalah pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas Teknobiologi, Universitas
Lebih terperinciION EXCHANGE DASAR TEORI
ION EXCHANGE I. TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menentukan konsentrasi ion-ion H+, Na+, Mg2+, Zn2+ dengan menggunakan resin penukar kation. 2. Pengurangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI
39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada
Lebih terperinciRecovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion
PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI Recovery Logam Ag Menggunakan Resin Penukar Ion Pembimbing : Endang Kusumawati, MT Disusun Oleh : IndraPranata R 091431013 Irena Widelia 091431014 Irma Ariyanti 091431015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,
Lebih terperinciPEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL ABSTRAK
PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN ETANOL Haryadi 1, Sariadi 2, Zahra Fona 3 1 DIV Teknologi Kimia Industri, Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Lhokseumawe 2,3 Jurusan Teknik
Lebih terperinciPemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif
Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif Landiana Etni Laos, Arkilaus Selan Prodi Pendidikan Fisika STKIP Soe, Nusa Tenggara Timur E-mail: etni.laos@yahoo.com Abstrak. Karbon aktif merupakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban
5 Kulit kacang tanah yang telah dihaluskan ditambahkan asam sulfat pekat 97%, lalu dipanaskan pada suhu 16 C selama 36 jam. Setelah itu, dibilas dengan air destilata untuk menghilangkan kelebihan asam.
Lebih terperinciLampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue
Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Adsorption nomenclature [4].
BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat molekul molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan sebagian dari molekul molekul tadi mengembun
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK (POWDER, GRANULE, DAN GRAVEL) KARBON AKTIF DARI BAMBU TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI ABSORBSI PADA PENJERNIHAN AIR SELOKAN MATARAM
Pengaruh Bentuk (Powder, (Aldian Nindya) 29 PENGARUH BENTUK (POWDER, GRANULE, DAN GRAVEL) KARBON AKTIF DARI BAMBU TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI ABSORBSI PADA PENJERNIHAN AIR SELOKAN MATARAM THE INFLUENCE
Lebih terperinciADSORPSI IOM LOGAM Cr (TOTAL) DENGAN ADSORBEN TONGKOL JAGUNG (Zea Mays L.) KOMBINASI KULIT KACANG TANAH (Arachis Hypogeal L.) MENGGUNAKAN METODE KOLOM
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 217 ADSORPSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logam Berat Istilah "logam berat" didefinisikan secara umum bagi logam yang memiliki berat spesifik lebih dari 5g/cm 3. Logam berat dimasukkan dalam kategori pencemar lingkungan
Lebih terperinci3. Metodologi Penelitian
3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong
Lebih terperinciPemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air
Pemanfaatan Biomaterial Berbasis Selulosa (TKS dan Serbuk Gergaji) Sebagai Adsorben Untuk Penyisihan Ion Krom dan Tembaga Dalam Air Ratni Dewi 1, Fachraniah 1 1 Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Kehadiran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit
Lebih terperinciIDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM
IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciBAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN
BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar
30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung untuk pengambilan biomassa alga porphyridium
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN
LAMPIRAN 1 DATA PENELITIAN 1.1 BILANGAN IODIN ADSORBEN BIJI ASAM JAWA Dari modifikasi adsorben biji asam jawa yang dilakukan dengan memvariasikan rasio adsorben : asam nitrat (b/v) sebesar 1:1, 1:2, dan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite
Lebih terperinciKata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol
PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.2, No.1, Juni 2010 : 21 26 PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA EFFECT OF ACTIVATOR IN THE MAKING OF ACTIVATED CARBON FROM COCONUT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus
Lebih terperinciJURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
36 JURNAL REKAYASA PROSES Volume 10 No.2, 2016, hal.36-42 Journal homepage: http://journal.ugm.ac.id/jrekpros Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa
Lebih terperinciTUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM PENANGANAN LIMBAH DENGAN MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF DAN LUMPUR AKTIF DISUSUN OLEH RIZKIKA WIDIANTI 1413100100 DOSEN PENGAMPU Dr. Djoko Hartanto, M.Si JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciPenurunan Kandungan Fosfat dalam Air dengan Zeolit
JURNAL ZELIT INDNESIA Vol 4 No.1. Maret 2005 Penurunan Kandungan Fosfat dalam Air dengan Zeolit Rusvirman Muchtar Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal Ahmad
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Penyiapan Zeolit Zeolit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Tasikmalaya. Warna zeolit awal adalah putih kehijauan. Ukuran partikel yang digunakan adalah +48 65 mesh,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara
Lebih terperinci3 METODOLOGI PENELITIAN
3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciPenentuan Kondisi Optimum Penyerapan Perlit Teraktifasi Terhadap Logam Berat Pb dan Cu
Penentuan Kondisi Optimum Penyerapan Perlit Teraktifasi Terhadap Logam Berat Pb dan Cu Khairat, Zultiniar, Edward HS Jurusan Teknik Kmia Fakultas Teknik Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 2,5 Simpang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi Indonesia yang terus meningkat dan keterbatasan persediaan energi yang tak terbarukan menyebabkan pemanfaatan energi yang tak terbarukan harus diimbangi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proses Industri Kimia dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik,,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu aging pada sintesis zeolit dari abu jerami padi dan karakteristik zeolit dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung
Lebih terperinciEFISIENSI PENURUNAN KADAR KALSIUM PADA AIR LAUT DENGAN METODA PENUKAR ION YANG MEMANFAATKAN TANAH
EFISIENSI PENURUNAN KADAR KALSIUM PADA AIR LAUT DENGAN METODA PENUKAR ION YANG MEMANFAATKAN TANAH Roselyn Indah Kurniati 1), Shinta Elystia 2), Zultiniar 2) Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya
Lebih terperinciKARAKTERISASI MORFOLOGI CLAY DENGAN FILLER KULIT KAKAO
KARAKTERISASI MORFOLOGI CLAY DENGAN FILLER KULIT KAKAO Fynnisa Z 1, Amir Hamzah 2 1,2 Teknik Sipil, Fakultas Teknik UNA, Kisaran Jalan Jendral Ahmad Yani, Kisaran 21224 e-mail : 1 fynnisaz@gmail.com, 2
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl
PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda
Lebih terperinciEmmy Sahara. Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK ABSTRACT
REGENERASI LEMPUNG BENTONIT DENGAN NH 4 JENUH YANG DIAKTIVASI PANAS DAN DAYA ADSORPSINYA TERHADAP Cr(III) Emmy Sahara Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Lebih terperinciADSORPSI ION TIMBAL (II) DENGAN ADSORBEN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI
SKRIPSI ADSORPSI ION TIMBAL (II) DENGAN ADSORBEN SLUDGE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI ANGGI VANESTIKA PROGRAM STUDI S1 ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN SERBUK PADA AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU TERHADAP DAYA ADSORPSINYA PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS
PENGARUH UKURAN SERBUK PADA AKTIVASI TANAH LIAT DARI TANAK AWU TERHADAP DAYA ADSORPSINYA PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS Baiq Asma Nufida 1, Nova Kurnia 2, & Yeti Kurniasih 3 1,2&3 Dosen Program Studi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat-alat yang digunakan Ayakan ukuran 120 mesh, automatic sieve shaker D406, muffle furnace, desikator, timbangan analitik, oven, spektronik UV, cawan, alat titrasi
Lebih terperinci