Bab 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM"

Transkripsi

1 Bab 3 ANALISIS DAN PEANCANGAN SISTEM 3.1 Perumusan Objek Penelitian Latar Belakang Perusahaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non departemen yang berada dibawah koordinasi Kementrian Negara iset dan Teknologi. Awal terbentuknya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bermula dari gagasan Mantan Presiden Soeharto kepada Prof Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 28 Januari Dengan surat keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5-Januari-1974, Prof Dr. Ing. B.J. Habibie diangkat sebagai penasehat pemerintah dibidang advance teknologi dan teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung pada presiden dengan membentuk Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP) Pertamina yang merupakan salah satu divisi yang ada di Pertamina. Melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintah Pertamina No.04/Kpts/D/DU/1975 tanggal 1 April 1976, ATTP diubah menjadi Divisi Advance Teknologi Pertamina(ATP). Kemudian diubah menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden epublik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978, berlokasi di Jl. MH Thamrin No 8, Jakarta 10340, BPPT secara resmi dibentuk sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada 59

2 60 Presiden yang kemudian diperbaharui kembali dengan Surat Keputusan Presiden No.47 tahun Berikut kepala-kepala BPPT dari awal berdiri sampai sekarang seperti terlihat pada Tabel 3.1 : No Nama Periode 1 Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie Prof. Dr. ahardi amelan Prof. Dr. Zuhal Dr. A.S. Hikam Ir. M. Hatta ajasa Dr. Kusmayanto Kadiman 2004-Sekarang Tabel 3.1 Pimpinan BPPT Dengan bergulirnya waktu, Institusi BPPT yang sudah mencapai usia 31 tahun dalam melaksanakan tugasnya sebagai salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen, ternyata institusi ini sudah menjadi komunitas yang kaya nuansa fenomental yang nyaris mengkristal sebagai karakteristik BPPT itu sendiri yaitu sebagai Lembaga Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang hanya mengurusi high tech saja. Namun pada kenyataannya, tidaklah demikian, hal ini disebabkan BPPT mampu memberikan solusi perrmasalahan kepada masyarakat pengguna teknologi tepat guna dan teknologi menengah. BPPT sebagai suatu Lembaga Pemerintah yang menjadi pusat unggulan teknologi dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang berbudaya IPTEK dimana memiliki visi, misi, tugas pokok, fungsi, dan wewenang.

3 61 Visi Visi dari BPPT adalah mewujudkan teknologi sebagai pilar utama pembangunan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Misi Misi dari BPPT ada 4, yaitu : Meningkatkan daya saing industri. Mewujudkan BPPT sebagai agen pembangunan masyarakat dalam bidang teknologi. Menyusun kebijakan pengkajian dan penerapan teknologi. Mengembangkan BPPT sebagai pusat unggulan teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal (technology center of excellence). Tugas Pokok Tugas pokok dari BPPT adalah melaksanakan tugas pemerintah dibidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Fungsi Berdasarkan Keppres I No. 43/2001 dan Keputusan Ka BPPT No: 021/Kp/KA/III/2001 jo Keputusan Ka BPPT No 170/Kp/KA VI/2002 BPPT sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen memiliki 4 fungsi utama : Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang pengkajian dan penerapan teknologi. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT

4 62 Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan umum, ketatausahaan, orgnisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Wewenang Wewenang dari BPPT ada 4 : Penyusunan rencana nasional serta makro dibidangnya. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro. Penetapan sistem informasi di bidangnya. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu : a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengkajian dan penerapan teknologi. b. Pemberian rekomendasi penerapan teknologi dan melaksanakan audit teknologi.

5 Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi No: 021/Kp/KA/III/2001 jo Keputusan Ka. BPPT No 170/Kp/KA VI/2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi maka Struktur Organisasi BPPT sebagaimana terlihat dalam gambar 3.1 mengenai Struktur Organisasi BPPT. Gambar 3.1 Berikut ini Struktur Organisasi Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dan struktur organisasi Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi Bagian Kelompok Energi seperti terlihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.

6 64 DIEKTU Drs. Adjat Sudradjat,Msc BIDANG PENGKAJIAN DAN PENEAPAN SISTEM ENEGI Ir. La Ode Muh.Abdul Wahid BIDANG PENGKAJIAN DAN PENEAPAN TEKNOLOGI ENEGI TEABAUKAN Ir. Suryo Busono, MSc BIDANG PENGKAJIAN DAN PENEAPAN TEKNOLOGI ENEGI TAK TEBAUKAN Lambok Silalahi, M Eng KELOMPOK PEENCANAAN ENEGI Ir. Indyah Nurdiastuti KELOMPOK PENGKAJIAN DAN PENEAPAN ENEGI BAU Dr. Didik Notosudjono, Msc KELOMPOK TEKNOLOGI BATUBAA BESIH Ir. Hartiniati, M Eng KELOMPOK EKONOMI TEKNOLOGI DAN KONSEVASI ENEGI Ir. M S Boedoyo, M Eng KELOMPOK PENGKAJIAN DAN PENEAPAN ENEGI TEBAUKAN Dr. Martin Djamin, MSc KELOMPOK PENGKAJIAN DAN PENEAPAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS ALAM Ir. Dani Avianto Gambar 3.2 Struktur Organisasi Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi Bagian Kelompok Perencanaan Energi Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi - P3TKKE Deskripsi Tugas dan Wewenang Penjelasan mengenai tugas, tanggung jawab serta wewenang bagian-bagian yang ada dalam Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi adalah sebagai berikut : 1. Direktur Bertugas melakukan perancangan jangka panjang, mengawasi, mengambil keputusan atau kebijakan yang bersifat strategis. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan membawahi bagian-bagian antara lain Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi, Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Terbarukan, Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Tak

7 65 Terbarukan, serta meminta dan menilai pertanggungjawaban bagian bagian tersebut atas pelaksanaan tugas - tugasnya. 2. Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi mempunyai tugas untuk membawa analisis dari pengkajian energi dan teknologi ekonomi untuk menentukan teknologi yang tepat untuk mendukung teknologi program aplikasi teknologi energi. Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil, yaitu: a. Kelompok Perencanaan Energi Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelompok perencanaan energi adalah sebagai berikut : S1 : 3 orang S2 : 4 orang Aktif : 4 orang Dalam tahap pendidikan S3 : 2 orang Bertugas ke agen lain : 1 orang Semua sumber daya manusia yang bekerja dalam kelompok perencanaan energi mempunyai beberapa tugas penting, antara lain adalah :

8 66 1. Untuk memperkirakan kebutuhan energi yang dibutuhkan sekarang dan juga untuk masa depan dari bermacam macam sektor energi pengguna termasuk penentuan variabel makro ekonomi, penduduk, dan penentuan intensitas energi yang akan dibutuhkan. 2. Untuk merencanakan dan memperkirakan strategi persedian energi jangka panjang untuk mengidentifikasi bermacam macam teknologi konversi, pilihan pilihan teknologi konservasi, dan penggunanya setaraf dengan lokal, nasional, dan persoalan regional. 3. Untuk memakai hasil keputusan kebutuhan analisis energi yang terbaru dan yang akan datang dari beberapa sektor energi yang digunakan, termasuk variabel makro ekonomi, penduduk dan penentuan intensitas energi dalam penentuan energi yang dibutuhkan untuk bermacam macam sektor energi pengguna setaraf dengan institusi bidang yang saling berhubungan atau perwakilan. 4. Menggunakan keputusan strategi energi jangka panjang untuk mengidentifikasikan bermacam macam teknologi konversi, teknologi konservasi dan untuk bermacam macam sektor energi produksi, institusi yang berhubungan dengan bidang energi. 5. Memberikan masukan untuk mengambil keputusan untuk direkomendasikan pada penentuan lokal, nasional dan kebijaksanaan regional dalam bidang energi. b. Kelompok Teknologi Ekonomi dan Konservasi Energi Jumlah sumber daya manusia yang dimiliki oleh kelompok teknologi ekonomi dan konservasi energi adalah sebagai berikut :

9 67 S1 : 2 orang S2 : 5 orang Aktif : 5 orang Dalam tahap pendidikan S3 : 1 orang Bertugas ke agen lain : 2 orang Semua sumber daya manusia yang bekerja dalam kelompok teknologi ekonomi dan konservasi energi mempunyai beberapa tugas penting, antara lain adalah : 1. Untuk memperkirakan spesifikasi teknologi ekonomi dari bermacammacam proses teknologi energi dan pengguna teknologi untuk mendukung program energi konversi dan energi konservasi. 2. Untuk memperkirakan aspek yang berhubungan dengan lingkungan yang akan timbul untuk mengguna proses teknologi energi dan pengguna teknologi untuk mendukung program energi konversi dan energi konservasi. 3. Menggunakan keputusan analistis dari spesifikasi teknologi ekonomi dari tujuan dari proses teknologi ekonomi dan pengguan teknologi dengan tujuan untuk mendukung program energi konversi dan konservasi bermacam macam sektor peroduksi energi dan pengguan energi yang membutuhkannya. 4. Menggunakan keputusan analisis yang berhubungan dengan lingkungan dari kegunaan proses teknologi energi dan pengguna teknologi dengan tujuan untuk mendukung program energi konversi

10 68 dan konservasi terhadap bermacam macam sektor penghasil energi dan pengguna yang membutuhkannya. 3. Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Terbarukan Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil, yaitu: a. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Energi Baru b. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Terbarukan 4. Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Energi Tak Terbarukan Bidang ini memiliki dua kelompok fungsionil, yaitu: a. Kelompok Teknologi Batubara Bersih b. Kelompok Pengkajian dan Penerapan Teknologi Minyak dan Gas Alam 3.2 Penentuan Fakta Kebutuhan dan Tujuan Sistem Pelajari Dokumen Dokumen yang kami pelajari adalah buku statistik data PLN yang diterbitkan pada tahun Buku ini berisi data PT. PLN (Persero) konsolidasi, yaitu gabungan antara PLN Holding dengan anak perusahaan. Buku ini dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai hasil kerja perusahaan selama tahun 2003 dan tahun-tahun sebelumnya. Isi buku dibagi tiga bagian yang didahului dengan ikhtisar, penjelasan rumus-rumus, arti dari singkatan dan beberapa definisi.

11 69 Ikhtisar 1. Pembangkitan Tenaga listrik a. Kapasitas Terpasang Pada akhir Desember 2003, total kapasitas terpasang dan jumlah unit pembangkit PLN (Holding dan anak perusahaan) mencapai ,3 MW dan unit dengan MW (73%) berada di Jawa. Unit Pembangkit dengan kapasitas terpasang terbesar adalah PLTU Suralaya di Jawa Barat yaitu sebesar 600 MW. Total kapasitas terpasang meningkat 0,45% dibanding dengan akhir Desember 2002 sedangkan di Jawa relatif tidak meningkat. Prosentase kapasitas terpasang per jenis pembangkit adalah seperti berikut : PLTU 6900 MW (33%), PLTGU 6863 MW (32%), PLTD 2670 MW (13%), PLTA 3168 MW (15%), PLTG 1225 MW (6%), dan PLTP 380 MW (2%). b. Beban Puncak Beban puncak pada tahun 2003 mencapai MW, meningkat 4,6% dibanding tahun sebelumnya. Beban puncak sistem interkoneksi Jawa- Bali mencapai MW, atau naik 2,30% dari tahun sebelumnya. c. Produksi dan Pembelian Tenaga Listrik Selama tahun 2003 jumlah energi listrik produksi sendiri (termasuk sewa) sebesar GWh, meningkat 3,6% dibanding tahun sebelumnya dari jumlah tersebut 23% diproduksi oleh PLN Holding dan 77% anak perusahaan, PT Indonesia Power, PT PJB, dan PT PLN BATAN. Prosentase energi listrik produksi sendiri per jenis energi primer adalah : gas alam GWh (23%), batubara GWh

12 70 (34%), minyak GWh (30%), tenaga air GWh (9%) dan GWh (3%) berasal dari panas bumi. Produksi total PLN (termasuk pembelian dari luar PLN) pada tahun 2003 sebesar GWh, mengalami peningkatan GWh atau 4% dari tahun sebelumnya. Dari produksi total PLN tersebut, energi listrik yang dibeli dari luar PLN sebesar GWh (18%). 2. Transmisi dan Distribusi Pada akhir tahun 2003, total panjang jaringan transmisi mencapai kms, atau meningkat 2% dibanding tahun sebelumnya, terdiri atas jaringan 500 kv sepanjang kms, 150 kv sepanjang kms, 70 kv sepanjang kms, dan 25 & 30 kv sepanjang 12 kms. Total jaringan distribusi sebesar kms, meningkat 2% dari tahun sebelumnya, terdiri atas JTM sebesar kms dan JTM sebesar kms. 3. Penjualan Tenaga Listrik Jumlah energi listrik terjual pada tahun 2003 sebesar GWh, meningkat 3,8% dibanding tahun sebelumnya. Kelompok pelanggan industri mengkonsumsi sebesar GWh (40%), rumah tangga GWh (40%), bisnis GWh (15%), dan lainnya (sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) GWh (5%). 4. Susut Energi Selama tahun 2003, susut energi sebesar 16,88% terdiri dari susut transmisi 2,46% dan susut distribusi 14,41%. Susut energi tahun 2003 lebih tinggi dibanding tahun 2002 sebesar 16,45%.

13 71 5. asio Elektrifikasi Dengan pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga dari pada akhir tahun 2002 menjadi pada akhir tahun asio elektrifikasi menjadi 53% pada akhir tahun Keuangan Selama tahun 2003 jumlah pendapatan operasi mencapai p juta yang terdiri dari pendapatan penjualan tenaga listrik sebesar p juta (91%), subsidi pemerintah p juta (8%) dan pendapatan operasi lainnya sebesar p juta (1%) jumlah biaya operasi sebesar p juta, dengan demikian mengalami kerugian sebesar p juta. Hal ini mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan 2002 sebesar p juta. Total aset mencapai p juta, turun 3% dibanding tahun sebelumnya. 7. Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai PLN pada akhir Desember 2003 sebanyak orang (tidak termasuk kantor pusat, jasa dan proyek). Produktivitas pegawai pada tahun 2003 mencapai MWh/pegawai dan pelanggan/pegawai, meningkat jika dibandingkan akhir tahun 2002 yaitu sebesar MWh/pegawai dan 981 pelanggan/pegawai. Penjelasan 1. umus yang digunakan adalah :

14 Faktor Kapasitas (capacity factor) kwh produksi bruto per tahun x 100% kw kapasitas terpasang x jam kwh produksi bruto adalah energi (kwh) yang dibangkitkan oleh generator sebelum dikurangi energi pemakaian sendiri (untuk peralatan bantu, penerangan sentral, dan lain-lain), atau produksi energi listrik yang diukur pada terminal generator. Kapasitas terpasang adalah kapasitas suatu unit pembangkit sebagaimana tertera pada papan nama (name plate) dari generator atau mesin penggerak utama (prime mover). Khusus untuk PLTG, kapasitas terpasangnya adalah sebagaimana tertera pada papan nama berdasarkan base-load, bukan peak load Faktor Beban (Load Factor) kwh produksi total per tahun x 100% kw beban puncak x jam kwh produksi total adalah jumlah dari kwh produksi sendiri dari pembangkit yang ada pada satuan PLN lain, ditambah pembelian dari luar OLN dan sewa genset (jika ada) Faktor Permintaan (demand factor) kw beban puncak x 100% cos φ = 0.8 kva tersambung x cos φ

15 Susut Energi (energy loses) kwh hilang di jaringan transmisi + hilang di jaringan distribusi x 100% kwh produksi netto kwh produksi netto adalah jumlah kwh produksi sendiri dari pembangkit yang ada pada satuan PLN yang bersangkutan, ditambah kwh dari satuan PLN yang lain, ditambah kwh pembelian dari luar PLN dan sewa genset (jika ada), dikurangi pemakaian sendiri sentral. kwh hilang di jaringan transmisi (susut transmisi) adalah kwh produksi netto, dikurangi kwh pemakaian sendiri gardu induk, dikurangi kwh yang dikirimkan ke satuan unit PLN lain dan luar PLN, dikurangi kwh yang dikirimkan ke distribusi. kwh hilang di jaringan distribusi (susut distribusi) adalah kwh yang dikirimkan ke distribusi, dikurangi kwh pemakaian sendiri gardu distribusi, dikurangi kwh terjual. 1.5 SAIDI (System Average Interruption Duration Index) (Lama pelanggan padam x Jumlah pelanggan yang mengalami pemadaman) Jumlah Pelanggan 1.6 SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) (Pelanggan yang mengalami pemadaman) Jumlah Pelanggan

16 SOD (System Outage Duration) Lama gangguan yang menyebabkan pemadaman 100 kms transmisi 1.8 SOF (System Outage Frequency) Jumlah gangguan yang menyebabkan pemadaman 100 kms transmisi Singkatan PLTA PLTU PLTG PLTGU PLTD PLTP VA MVA kw kwh MWh GWh Kms : Pembangkit Listrik Tenaga Air : Pembangkit Listrik Tenaga Uap : Pembangkit Listrik Tenaga Gas : Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap : Pembangkit Listrik Tenaga Diesel : Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi : Volt-Ampere : Mega-Volt Ampere : KiloWatt : KiloWatt-hour : MegaWatt-hour : GigaWatt-hour : Kilometer-sircuit MSCF : 10 3 Standard Cubic Foot (M=10 3 ) MMSCF : 10 6 Standard Cubic Foot (MM=10 6 )

17 75 MMBTU : 10 6 British Thermal Unit (MM=10 6 ) HSD IDO MFO SAIDI SAIFI Dist Kitlur Pemerintah PJU PJB P3B SOD SOF n.a : Hight Speed Diesel Oil : Intermediate Diesel Oil : Marine Fuel Oil : System Average Interruption Duration Index : System Average Interruption Frequency Index : Distribusi : Pembangkittan dan penyaluran gedung kantor : Gedung Kantor Pemerintah : Penerangan Jalan Umum : Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa Bali : Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali : System Outage Duration : System Outage Frequency : Not Available

18 Observasi Sistem Berjalan Sistem yang ada pada Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi selama ini telah berjalan cukup baik, karena penentu utama keberhasilan adalah efisiensi waktu dan semangat etos kerja yang tinggi. Dalam penelitian ini, kami hanya membahas bagian kelompok Perencanaan Energi. Berikut ini beberapa software yang digunakan : a. Linear / Non-Linear Optimizer GAMS dengan OSL dan MINOS b. MAKAL MUSS c. DECADES (Databases and Methodologies for Comparative Assessment of Different Energy Sources) d. LEAP (Long-range Energy Alternative Planning system) e. MAED (Model for Assessment of Energy Demand) f. DEMI (Demand Energy Model for Indonesia) g. MACO (Macro Economic Model for Indonesia) h. EM 1.4 (Environmental Manual for Power Development) i. DAM (Decision Analysis Model) Dari semua software yang sudah berjalan di bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi, yang berhubungan dengan penelitian kami adalah software MAKAL (Market Allocation) karena tema penelitian yang sedang kami bahas adalah mengenai sistem yang menghasilkan informasi tentang pembangkit listrik berkapasitas besar di Pulau Jawa.

19 Penjelasan Sistem Yang Sedang Berjalan Pendahuluan Konsumsi energi di Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian. Mengingat cadangan sumber daya energi yang kita miliki semakin menipis dan kemampuan pembiayaan untuk sektor ini sangat terbatas maka diperlukan suatu perencanaan energi terpadu dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan hidup dan kesinambungan suplai energi jangka panjang. Dalam mempertimbangkan aspek ekonomi, strategi penyediaan energi dituntut untuk mendapatkan komposisi suplai dan teknologi energi yang paling optimal, sehingga diperolehongkos untuk penyediaan energi yang semurah-murahnya. Dengan strategi tersebut akan membantu daya saing produk industri nasional, khususnya industri yang berorientasi ekspor, karena ongkos produksinya bisa lebih murah. Kondisi ini akan membantu mengurangi pengeluaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energi. Disamping itu diharapkan dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada industri nasional untuk berpartisipasi dan meningkatkan kemampuan dalam penyediaan teknologi energi. Hal ini akan meningkatkan aktifitas perekonomian di sektor energi yang akan memberikan multiplier effect terhadap ekonomi makro dan sekaligus dapat menghemat devisa negara. Disamping aspek ekonomi, aspek lingkungan hidup perlu mendapat perhatian dalam penyusunan strategi penyediaan energi jangka panjang yaitu supaya dapat tetap terjaganya keseimbangan lingkungan (sumber daya alam dan ekosistem) dan dapat memanfaatkan energi terbarukan secara optimum. Selain dari kedua aspek

20 78 tersebut, strategi penyediaan energi hendaknya juga mempertimbangkan kelestarian cadangan dari setiap jenis energi serta peningkatan usaha-usaha konservasi dan diversifikasi terhadap jenis-jenis energi tertentu sehingga kesinambungan suplai energi jangka panjang dapat terjamin. BPP Teknologi dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah yang terkait telah membuat perencanaan energi terpadu dengan menggunakan model MAKAL sejak tahun 1983 dengan tahapan dan topik seperti berikut ini. - Tahap pertama, bekerja sama dengan KFA, Jerman dan telah selesai pada tahun 1988 dengan menghasilkan laporan berjudul Energy Strategies, Energy +D Strategies and Technology Assessment for Indonesia. - Tahap kedua, bekerja sama dengan KFA, Jerman dengan judul Environmental Impacts of Energy Strategies for Indonesia dan telah selesai pada tahun Tahap ketiga, bekerjasama dengan GTZ, Jerman dengan judul Technology Assessment for Energy elated CO2 eduction Strategies for Indonesia yang dalam tahap akhir pelaksanaan. Secara garis besar susunan model dalam studi MAKAL ditunjukkan pada Gambar 3.3. Karena wilayah Indonesia sangat luas maka untuk merefleksikan perkembangan masing-masing daerah, dalam studi ini Indonesia dibagi menjadi empat wilayah, yaitu : Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Pulau-pulau lain. Kebutuhan energi sebagai input untuk penyusunan strategi penyediaan energi terlebih dahulu ditentukan berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan data historis pemakaian energi dengan menggunakan model MACO, DEMO, dan DEMI. Penyediaan energi yang optimal ditentukan dengan mempergunakan model MAKAL berdasarkan teknik linear

21 79 programming dengan mempertimbangkan pilihan sumber daya dan teknologi energi yang tersedia sehingga kebutuhan energi terpenuhi. Berdasarkan hasil yang optimum, jumlah emisi dari penggunaan energi dapat dihitung dengan memakai data koefisien emisi dari masing-masing teknologi dengan model DISDEP dan GIS untuk kasus tanpa tindakan (Doing Nothing Case / DNC). Dari hasil perhitungan ini kemudian disusun pedoman pengurangan emisi dengan memasukkan teknologi bersih lingkungan ke dalam model MAKAL yang kemudian disebut sebagai kasus pengurangan emisi (Emission eduction Case / EC). Pada kasus EC dilakukan optimasi ulang untuk mendapatkan susunan jenis energi dan teknologi yang optimum dari segi ekonomi dengan memperhatikan lingkungan hidup.

22 80 Gambar 3.3 Susunan model dalam studi MAKAL Proyeksi Kebutuhan Energi Proyeksi kebutuhan energi merupakan dasar bagi penyusunan strategi penyediaan energi. Faktor utama yang menentukan tingkat kebutuhan energi di masa mendatang adalah pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, harga energi dan pola pemakaian energi di masa lampau. Pertumbuhan ekonomi dapat diproyeksikan berdasarkan pertumbuhan tiap sector ekonomi, laju pertumbuhan industri nasional serta perkembangan ekspor dan impor. Berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut maka kebutuhan energi untuk sektor sektor :

23 81 rumah tangga, komersial, industri, transportasi, pemerintahan dan pelayanan umum dapat diperkirakan Model DEMO Model DEMO digunakan untuk membuat proyeksi jumlah penduduk untuk setiap wilayah menurut daerah perkotaan dan pedesaan sampai tahun Laju pertumbuhan penduduk diperkirakan akan menurun secara moderat dalam waktu-waktu mendatang. Laju pertumbuhan penduduk pulau Jawa diperkirakan lebih rendah dari laju pertumbuhan pulau pulau lain. Secara umum pertumbuhan penduduk daerah perkotaan lebih tinggi dari daerah pedesaan, hal ini lebih banyak disebabkan oleh tingginya tingkat urbanisasi dari desa ke kota serta menurunnya tingkat kematian penduduk, tetapi bukan disebabkan oleh kenaikan angka kelahiran. Laju pertumbuhan penduduk menurun dari 2.2 % per tahun pada tahun 1980 menjadi sekitar 1.7 % saat ini. Hal ini menunjukkan kesuksesan dari program keluarga berencana. Pada akhir epelita IX laju pertumbuhan penduduk menurun lagi menjadi 0.8 % per tahun seperti diperlihatkan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Proyeksi pertumbuhan penduduk

24 Model MACO Model MACO digunakan untuk membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh dan proyeksi perkembangan 21 sektor ekonomi sampai tahun Model ini menggunakan tabel input-output Indonesia tahun 1985 dan mengacu pada skenario perkembangan harga ekspor dari minyak/gas/batubara. Dari 21 sektor ekonomi ada 9 sektor industri yang diharapkan berperan dalam menunjang pertumbuhan perekonomian di masa mendatang yaitu sektor peraltan & mesin, industri kertas, industri kimia, listrik / air / gas, industri tekstil, jasa, kilang minyak, pertanian serta minyak / gas / batubara. Gambar 3.4 Metode Perhitungan berdasarkan tabel input output Tabel input - output dapat dikelompokkan menjadi permintaan antara (Aij * Yj), konsumsi rumah tangga (PC) termasuk di dalamnya institusi nonprofit,

25 83 konsumsi pemerintah (GC) termasuk untuk pertahanan dan keamanan, investasi (IN), ekspor (EX), impor (IM) serta produksi (Y). Dalam model ini metode yang dipergunakan diperlihatkan pada Gambar 3.4. Aij adalah koefisien input-output yang menyatakan nilai rupiah yang diperlukan oleh sektor j dari sektor i untuk memproduksi satu rupiah di sektor j. Dari tabel input-output dapat dibuat perkiraan produksi dengan menggunakan rumus : Y = (I-A)-1 (F+EX-IM) (1) dengan : F = PC+GC+IN (2) I = matriks identitas (3) Gambar 3.5 Skenario ekspor, impor, dan konsumsi domestik dari minyak tanah

26 84 Model MACO ini dibandingkan dengan model input-output tradisional berbeda dalam dua hal, yaitu : - Nilai impor merupakan variabel endogeneous dengan mendefinisikan rasio permintaan domestik. asio ini menunjukkan banyaknya perubahan nilai impor (IM) per unit produksi untuk pasar domestik (Y - EX). - Dalam model ini harga ekspor minyak bumi, LNG dan energy carrier lainnya dapat berubah dengan laju yang berbeda dengan laju inflasi yang terjadi. Skenario impor, ekspor serta konsumsi dalam negeri minyak mentah dapat dilihat pada Gambar 3.5. Tabel 3.3 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang diidentikkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Secara umum prospek pertumbuhan ekonomi cukup baik dengan adanya deregulasi untuk meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan ekspor non migas. Dalam epelita VI laju pertumbuhan PDB diperkirakan akan menurun karena dalam epelita VI ekspor minyak mulai menurun sebagai akibat menurunnya cadangan minyak mentah. Analisis sensitivitas yang dilakukan menunjukkan bahwa bila ekspor minyak dipertahankan seperti pada tahun 1991 yaitu sebesar 278 juta ton per tahun maka laju pertumbuhan PDB akan mencapai 6.5 % per tahun. Demikian juga dalam epelita VIII penurunan laju pertumbuhan PDB disebabkan oleh perubahan kondisi Indonesia menjadi negara pengimpor minyak yang disertai dengan kenaikan harga minyak mentah internasional. Dalam periode-periode berikutnya angka ini meningkat kembali, yang menunjukkan mulai mantapnya industrialisasi di Indonesia. Untuk dapat mempertahankan pertumbuhan PDB, maka ekport non migas harus menjadi penggerak perekonomian dalam epelita VI, VII dan VIII.

27 85 Tabel 3.3 Pertumbuhan PDB Model DEMI dan ANALYS Berdasarkan hasil dari model DEMO dan MACO, proyeksi kebutuhan energi disusun dengan memakai model DEMI (Demand Energy Model for Indonesia) dalam bentuk useful atau final energy. Model ini menghitung semua energi yang dipakai oleh end-use technology tetapi tidak mencakup energi yang dipakai untuk penambangan, konversi energi, autogeneration serta rugi-rugi dari penggunaan energi. Pada dasarnya energi yang dipakai adalah dalam bentuk useful energy. Apabila useful energy tidak dapat diterapkan pada bagian tertentu maka dipakai final energy, seperti : Dalam sektor transportasi untuk kendaraan bermotor yang mempunyai berbagai pilihan bahan bakar (kendaraan penumpang jarah jauh dan dekat, truk kecil serta bis kecil) maka sebagai pengganti useful energy dipakai jumlah kendaraan yang dinaiki untuk jarak tertentu setiap tahun. Jumlah kebutuhan energi kemudian dihitung berdasarkan perkalian jumlah jenis kendaraan yang memenuhi kebutuhan transportasi tersebut dengan kebutuhan bahan bakarnya untuk jarak tempuh yang diperkirakan.

28 86 Pemakaian jenis energi ditentukan dengan peraturan atau undang-undang, misalnya semua pabrik semen harus menggunakan batubara. Substitusi dengan menggunakan jenis energi yang lain tidak ekonomis, misalnya penggunaan gas alam sebagai bahan baku untuk produksi urea. Dalam konsep useful energy, maka harga energi tidak diperhitungkan. Hal ini disebabkan karena useful energy tidak tergantung pada jenis final energy yang dihasilkannya. Model DEMI terdiri atas empat sub model yang berdasarkan sektor pemakaian energi, yaitu : ESID, untuk menghitung kebutuhan energi di sektor rumah tangga (ESIDential). TAFF, untuk sektor transportasi (TAFFic). AIC, untuk sektor pertanian (Agriculture), industri (Industry), dan komersial (Commerce). Untuk sub model AIC, kebutuhan energi dihitung berdasarkan intensitas energi yang diperoleh dari data historis produksi dan pemakaian energi menggunakan model ANALYS. GOVEN, untuk sektor pemerintahan (GOVENment) dan pelayanan umum. Tabel 3.4 memberikan gambaran proyeksi kebutuhan energi Indonesia untuk tiap-tiap sektor. Kebutuhan energi pada Pelita V masih didominasi oleh pemakaian sektor rumah tangga dengan pangsa sebesar 46 % dari total kebutuhan energi nasional diikuti oleh sektor industri dan transportasi. Mulai epelita VII pangsa kebutuhan energi yang terbesar bergeser pada sektor industri. Pada epelita XI pangsa terbesar adalah sektor industri yaitu sekitar 51 % dan

29 87 transportasi pada tempat kedua sebesar 30 %, hal ini mengindikasikan mulainya proses industrialisasi. Tabel 3.4 Proyeksi kebutuhan energi final (PJ per tahun) Sektor rumah tangga Proyeksi kebutuhan energi sektor rumah tangga dihitung berdasarkan laju pertumbuhan jumlah rumah-tangga dan tingkat pemakaian energi yang didasarkan pada pertumbuhan GDP. Kebutuhan energi ini dipakai untuk memasak, penerangan dan peralatan-peralatan listrik. Kebutuhan energi untuk sektor rumah tangga yang sebesar 1.124,40 Peta Joule (PJ) pada epelita V diperkirakan akan tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,6 % per tahun menjadi 1.792,48 PJ pada epelita XI Sektor industri dan komersial Sektor industri dianalisis secara sektoral, antara lain menurut industriindustri : logam dasar, semen, pupuk, kimia, kertas, gula, dan non-metalik. Proyeksi kebutuhan energi dihitung berdasarkan proyeksi output yang dihasilkan model MACO untuk setiap sektor industri sedangkan intensitas pemakaian

30 88 energi dihitung menurut penggunaannya sebagai pemanas langsung dan pemanas tak-langsung. Kebutuhan energi sektor industri pada epelita V adalah sebesar 789,57 PJ dan diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 6,6 % per tahun menjadi 5.704,45 PJ pada epelita XI. Sedangkan energi yang dipergunakan sebagai bakan baku ataupun sebagai katalis adalah sebesar 251,05 PJ pada epelita V dan akan menjadi 2.030,18 PJ pada epelita XI. Sektor komersial saat ini membutuhkan energi sebesar 18,13 PJ dan diperkirakan akan menjadi 236,97 PJ pada epelita XI Sektor transportasi Pada sektor transportasi, yang saat ini menduduki peringkat ketiga dalam mengkonsumsi energi setelah sektor rumah tangga dan sektor industri, pertumbuhan pemakaian energinya dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dan tingkat perekonomian nasional. Konsumsi energi pada epelita V adalah sebesar 536,87 PJ dan diperkirakan akan tumbuh sekitar 6 % per tahun sampai epelita XI (3.246,73 PJ) Sektor pemerintah dan pelayanan umum Konsumsi energi sektor pemerintahan dan pelayanan umum sebagian besar berupa tenaga listrik, yang dipergunakan antara lain untuk penerangan jalan, kantor-kantor pemerintahan, rumah-sakit umum dan yayasan-yayasan sosial. Pada epelita V konsumsi energinya sebesar 10,96 PJ. Pangsa konsumsi

31 89 energi untuk sektor pemerintah dan pelayanan umum tidak terlalu besar secara nasional. Pertumbuhannya diperkirakan akan sebesar 7 % per tahun Strategi Penyediaan Energi Model MAKAL Gambar 3.6 Jaringan Sistem Energi Setelah diperoleh proyeksi kebutuhan energi kemudian dilakukan optimasi penyediaan energi dengan menggunakan model MAKAL (Market Allocation). Model MAKAL adalah suatu model yang memakai teknik linear programming (LP) dan mempunyai kemampuan multiobyektif. Fungsi obyektif antara lain dapat berupa : meminimumkan biaya penyediaan energi, meminimumkan dampak negatif terhadap lingkungan, meminimumkan penggunaan energi fosil, atau memaksimumkan penggunaan energi terbarukan. Sebelum melakukan optimasi LP, harus terlebih dahulu diformulasikan hubungan antara sumber energi dan kemungkinan penggunaannya melalui teknologi yang tersedia. Kemudian disusun suatu jaringan sistem energi seperti

32 90 pada Gambar 3.6. Jaringan sistem energi ini secara umum terbagi menjadi beberapa kategori teknologi, yaitu : resource technology, seperti penambangan, impor dan ekspor. proses, yang mengubah satu bentuk energy carrier ke bentuk energy carrier lainnya. teknologi konversi, yang menghasilkan listrik atau panas. end-use technology, yang mengubah satu bentuk final energy menjadi useful energy dengan menggunakan demand device (DMD) seperti kompor untuk memasak, lampu penerangan, dan ketel uap. Input data untuk masukan model MAKAL secara umum dapat disebutkan sebagai berikut : Proyeksi kebutuhan final atau useful energy untuk setiap sektor. Data teknis dan ekonomis setiap teknologi energi seperti : bahan bakar, efisiensi, biaya investasi, operasi dan perawatan, serta umur dan waktu operasi setiap tahun. Data teknis dan ekonomis dari sumber energi. Parameter umum lainnya seperti : discount factor dan periode studi.

33 Analisis Critical Success Factor (CSF) Dari hasil analisis wawancara kami dengan kepala kelompok perencanaan energi, maka diperoleh Critical Success Factor (CSF) sebagai berikut : Hasil penelitian yang akurat. Hasil penelitian di BPPT, khususnya kelompok perencanaan energi, digunakan untuk merencanakan kebutuhan energi, juga teknologi di masa mendatang. Hasil penelitian yang akurat dapat diukur dari perkembangan teknologi yang kini ada di Indonesia. Perekrutan karyawan yang tepat dalam mendukung kegiatan operasional BPPT sehari-hari. Adanya tenaga kerja yang memiliki kualitas bagus dan berpengalaman menjadi nilai tambah BPPT Subyek Data Subyek data adalah sekumpulan entitas level tinggi yang dapat menjadi masukan atau sumber bagi data yang dibutuhkan dalam sistem yang dikelompokkan berdasarkan fungsi tertentu. Subyek data digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber data yang berfungsi sebagai informasi yang diperlukan bagi pihak eksekutif. Sumber data yang dipakai pada BPPT dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini. No Subyek Data Keterangan

34 92 1 Pembangkit Listrik Informasi mengenai pembangkit listrik yang diteliti oleh BPPT 2 Bahan Bakar Informasi mengenai bahan bakar yang diteliti oleh BPPT 3 Pelanggan Informasi mengenai pelanggan yang diteliti oleh BPPT 4 Tegangan Informasi mengenai tegangan listrik yang diteliti oleh BPPT 5 Tarif Listrik Informasi mengenai tarif listrik yang diteliti oleh BPPT 6 Neraca Daya Informasi mengenai neraca daya listrik yang diteliti oleh BPPT 7 Neraca Energi Informasi mengenai neraca energi listrik yang diteliti oleh BPPT 8 Faktor BKP Informasi mengenai faktor beban, kapasitas dan permintaan yang diteliti oleh BPPT 9 Gardu Distribusi Informasi mengenai gardu distribusi listrik yang diteliti oleh BPPT 10 Gardu Induk Informasi mengenai gardu induk yang diteliti oleh BPPT 11 Jaringan Transmisi Informasi mengenai jaringan transmisi yang tersebar 12 Jaringan Distribusi Informasi mengenai jaringan distribusi yang tersebar 13 Permintaan Listrik Informasi mengenai permintaan listrik yang diteliti oleh BPPT 14 Pendapatan Informasi mengenai pendapatan dari listrik Tabel 3.5 Subjek Data Pada Bagian Kelompok Perencanaan Energi Fungsi Bisnis Fungsi bisnis merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak perencanaan energi berdasarkan fungsi tiap-tiap bagian. Kegiatan ini menyusun aktivitas yang dilakukan oleh BPPT dalam menjalankan kegiatan operasional. Fungsi bisnis yang dimiliki oleh kelompok perencanaan energi BPPT dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini. No. Fungsi Bisnis

35 93 Analisis produksi energi listrik di pulau 1 Jawa Analisis kapasitas energi yang terpasang di 2 pulau Jawa Analisis daya listrik yang dihasilkan di 3 pulau Jawa Analisis panjang jaringan listrik yang 4 terpasang di pulau Jawa 5 Analisis energi listrik terjual di pulau Jawa 6 Analisis tarif listrik di pulau Jawa Analisis pendapatan dari listrik di pulau 7 Jawa Analisis biaya operasi pembangkit di pulau 8 Jawa Analisis jumlah unit pembangkit di pulau 9 Jawa Tabel 3.6 Fungsi Bisnis Pada Kelompok Perencanaan Energi Analisis Matrik Matrik Unit Organisasi Vs Lokasi Matrik ini menggambarkan hubungan unit organisasi dengan lokasi yang dimiliki oleh BPPT. Matrik hubungannya dapat dilihat pada tabel 3.7 berikut ini : Unit Organisasi Kepala Sekretariat Utama Direktur Deputi Kepala Bagian Perencanaan Energi Kepala Bagian Penerapan Energi Tak Terbarukan Kepala Bagian Penerapan Energi Terbarukan Lokasi Jakarta Tabel 3.7 Matrik Unit Organisasi vs Lokasi

36 94 Berdasarkan matrik Unit Organisasi vs Lokasi terlihat bahwa seluruh unit organisasi berpusat di Jakarta Matrik Unit Organisasi VS Subjek Data Analisis ini digunakan untuk menggambarkan hubungan unit organisasi dengan subjek data yang terdapat dalam perusahaan. Matrik hubungannya dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini : Subyek Data Unit Organisasi Pembangkit listrik Bahan bakar Pelanggan Tegangan Tarif Listrik Neraca Daya Neraca Energi Faktor BKP Gardu Distribusi Gardu Induk Panjang Jrgn T. Panjang Jrgn D. Permintaan Listrik Pendapatan Kepala x x x x x x x x x x x x x x Sekretariat Utama x x x x x x x x x x x x x x Direktur Deputi x x x x x x x x x x x x x x Kepala Bagian Perencanaan x x x x x x x x x x x x x x Energi Kepala Bagian Perencanaan Energi Tak Terbarukan x x x x x x x x x Kepala Bagian Perencanaan Energi x x x x x x x x x Terbarukan Tabel 3.8 Matrik Unit Organisasi vs Subjek Data

37 Matrik Fungsi Bisnis Vs Unit Organisasi Hubungan antara fungsi bisnis dengan unit organisasi yang berfungsi untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sesuai dengan fungsi masing- masing unit organisasi. Matrik ini dapat dilihat pada tabel 3.9 dibawah ini: Unit Organisasi Kepala Sekretariat Utama Fungsi Bisnis Direktur Deputi Kepala Bagian Perencanaan Energi Kepala Bagian Penerapan Energi Tak Terbarukan Kepala Bagian Penerapan Energi Terbarukan Analisis produksi energi listrik di pulau Jawa Analisis kapasitas energi yang terpasang di pulau Jawa Analisis daya listrik yang dihasilkan di pulau Jawa Analisis panjang jaringan listrik yang terpasang di pulau Jawa Analisis energi listrik terjual di pulau Jawa Analisis tarif listrik di pulau Jawa Analisis pendapatan dari listrik di pulau Jawa Analisis biaya operasi pembangkit di pulau Jawa Analisis jumlah unit pembangkit di pulau Jawa AI W AI W AI W AI W AI W AI W AI W AI W AI W IW IW IW IW IW IW IW IW IW AI EW AI EW AI EW AI EW AI EW AI EW AI EW AI EW AI EW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW IEW Tabel 3.9 Matrik Fungsi Bisnis vs Unit Organisasi

38 96 Keterangan dari Tabel 3.9 sebagai berikut : : Direct Management esponsibility, Menunjukkan unit organisasi yang menerima tanggung jawab secara langsung dalam melaksanakan fungsi bisnis A : Executive or Policy Making Authority, Menunjukkan unit organisasi yang memiliki wewenang untuk membuat dan melaksanakan kebijaksanaan perusahaan yang berhubungan dengan fungsi bisnis. I : Involved in the Function, Keterlibatan suatu unit organisasi dalam melakukan fungsi bisnis. E : Technical Expertise, menunjukkan unit organisasi yang memiliki keahlian teknis dalam melaksanakan fungsi bisnis. W : Actual Execution of the Work, Unit organisasi yang melaksanakan pekerjaan fungsi bisnis secara langsung Matrik Fungsi Bisnis Vs Subyek Data Matrik berikut menggambarkan hubungan fungsi bisnis dengan subyek data yang ada pada kelompok Perencanaan Energi BPPT. Matrik ini dapat dilihat pada Tabel 3.10 dibawah ini :

39 97 Subyek Data Fungsi Bisnis Analisis produksi energi listrik di pulau Jawa Analisis kapasitas energi terpasang di pulau Jawa Analisis daya listrik yang dihasilkan di pulau Jawa Analisis panjang jaringan listrik yang terpasang di pulau Jawa Analisis energi listrik terjual di pulau Jawa Analisis tarif listrik di pulau Jawa Analisis pendapatan dari listrik di pulau Jawa Analisis biaya operasi pembangkit di pulau Jawa Analisis jumlah unit pembangkit di pulau Jawa Pembangkit listrik Bahan bakar Pelanggan Tegangan Tarif Listrik Neraca Daya Neraca Energi Faktor BKP Gardu Distribusi Gardu Induk Jrgn Transmisi Jrgn Distribusi Permintaan Listrik Pendapatan C U C U D C U D C U U C U D C U C U D C U C U C U C U C U C U D C U D C U C U D C U C U C U D C U D C U D Tabel 3.10 Matrik Fungsi Bisnis vs Subyek Data

40 98 Keterangan dari Tabel 3.10 sebagai berikut : C : Create, Menciptakan subyek data untuk melaksanakan fungsi bisnis : ead, Pembacaan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis U : Update, Perubahan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis D : Delete, Penghapusan subyek data dalam melaksanakan fungsi bisnis Teknologi Informasi di BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), khususnya kelompok Perencanaan Energi telah menggunakan teknologi informasi dalam mendukung kegiatan operasionalnya sehari-hari. Teknologi informasi yang digunakan meliputi penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak Perangkat Keras Perangkat keras yang digunakan pada BPPT adalah : Server : - PC dengan Processor Pentium IV 2.8 GHz - Memory 512 MB DDAM - Harddisk Storage 80 GB - Jaringan LAN Workstation : - PC dengan Processor Pentium IV 2.4 GHz - Memory 256 MB DDAM - Harddisk Storage 40 GB

41 Perangkat Lunak Perangkat lunak yang digunakan pada BPPT adalah : Server : - Sistem Operasi : Windows 2000 Advance Server - Database : Microsoft Access 2000 Workstation : - Sistem Operasi : Windows XP Professional - Front End Tool : MAKAL Analisis Hasil Wawancara Wawancara dilakukan kepada salah satu pegawai Bidang Pengkajian dan Penerapan Sistem Energi dengan tema Sistem yang Sedang Berjalan. Dari wawancara tersebut, kami memperoleh informasi bahwa pihak BPPT, khusunya kelompok Perencanaan Energi pernah menggunakan software lain sebelum MAKAL yaitu Paradox. Software ini dibangun oleh IAEA yaitu sebuah badan internasional yang begerak di bidang energi dan tenaga atomic (nuklir). Sekilas cerita tentang Paradox, Paradox merupakan software yang berbasis database untuk menangani semua aktivitas dan melakukan penyimpanan data ke dalam database, akan tetapi masalah mulai timbul ketika kapasitas data mulai membesar yang menyebabkan kerusakan database. Pada akhirnya Paradox dinyatakan gagal uji.karena kebutuhan terhadap teknologi informasi yang begitu penting, maka BPPT menginginkan sebuah software yang dapat menggantikan software Paradox yang kurang berhasil diterapkan pada negara berkembang

42 100 seperti Indonesia, maka BPPT membeli sebuah software dari Ad Sub yang bernama MAKAL, dimana yang hampir sama dengan Paradox dan telah berhasil dalam masa uji coba. Maka software ini diimplementasikan hingga saat ini. Hanya saja karena kebutuhan kebutuhan yang meningkat, pada akhirnya kesempurnaan software ini menjadi suatu masalah. Data yang ditampilkan hanya bersifat umum (general), sedangkan kebutuhan terhadap data yang bersifat detail terkadang dibutuhkan. Berikut ini adalah gambaran umum NEED (kebutuhan) dari pegawai yang telah kami wawancarai pada kelompok Perencanaan Sistem Energi : 1. Dibutuhkannya informasi energi diproduksi pembangkit listrik. 2. Dibutuhkannya informasi tentang penyaluran energi listrik 3. Dibutuhkannya total pendapatan energi listrik dari tiap pelanggan. 4. Dibutuhkannya informasi tentang biaya operasi pembangkit listrik 5. Dibutuhkannya informasi tentang besarnya daya permintaan listrik dari tiap pelanggan. 6. Dibutuhkannya informasi tentang energi terjual dari sektor jenis tegangan. 7. Dibutuhkannya informasi mengenai penyediaan tenaga listrik. 8. Dibutuhkannya penyimpanan data historikal. Dari hasil wawancara tersebut telah diperoleh berbagai macam kebutuhan (NEED) agar pekerjaan pegawai menjadi lebih optimal dan efisien, dari setiap NEED tersebut diperoleh tujuan (GOAL) yang diharapkan sesuai dengan keinginan pegawai tersebut, berikut ini adalah GOAL dari setiap NEED yang ada:

43 Adanya informasi energi diproduksi pembangkit listrik. 2. Adanya informasi tentang penyaluran energi listrik 3. Adanya informasi total pendapatan energi listrik 4. Adanya informasi tentang biaya operasi pembangkit listrik 5. Adanya informasi tentang besarnya daya permintaan listrik 6. Adanya informasi tentang energi terjual dari sektor jenis tegangan. 7. Adanya informasi tentang penyediaan tenaga listrik. 8. Adanya sistem data warehouse yang menyimpan semua data historikal dan non-historikal Analisis SWOT dari Sistem yang Diusulkan Kondisi suatu perusahaan dapat diketahui melalui analisis SWOT, karena analisis SWOT mengindentifikasikan faktor kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman bagi suatu perusahaan terhadap sistem baru yang akan dikembangkan. Dari hasil analisis maka akan diperoleh Matriks Strategi SWOT yang dapat dilihat pada Tabel 3.11 dibawah ini :

44 102 Eksternal Internal Strength a. Pegawai telah mengenal IT b. Manajemen turut mendukung pengembangan sistem c. Integritas data terjaga Weakness a. Anggaran dana terbatas b. Sistem keamanan data kurang terjamin c. Analisis data kurang detail Oppoturnities a. Menghindari kesalahan yang dapat terjadi b. Pekerjaan akan menjadi lebih efisien Strategi SO : Merealisasikan pengembangan dan mengimplementasikannya Membiasakan user dengan sistem yang baru Strategi WO : Menentukan bagian dari sistem yang benar-benar penting dan kritikal Memilih teknologi yang murah dalam pengembangan sistem Membangun sistem keamanan yang handal Threat a. Adanya ancaman virus b. Krisis dana dari pemerintah c. Adanya gangguan dari para hacker terhadap sistem database Strategi ST : Membeli antivirus Membangun sistem keamanan yang handal Membangun sistem yang benar-benar berguna ke depannya Strategi WT : Memberikan pelatihan terhadap user tentang security Membangun keamanan yang tinggi terhadap bagian-bagin dari sistem yang sangat kritikal Tabel 3.11 Matriks SWOT

45 Analisis Kebutuhan dan Tujuan Sistem Setelah melalui proses wawancara, kami menyimpulkan bahwa perancangan data warehouse sangat diperlukan untuk menunjang aktifitas yang semakin meningkat. Dengan data warehouse, data yang dihasilkan merupakan data yang akurat dan strategis yang berguna untuk proses analisis terhadap pengambilan keputusan oleh pihak eksekutif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, data dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional kelompok Perencanaan Energi, yaitu : 1. Data Detail Pelanggan a. Mengetahui harga jual listrik untuk tiap sektor pelanggan b. Mengetahui pendapatan dari berbagai sektor pelanggan 2. Data Detail Pembangkitan a. Mengetahui jumlah energi yang diproduksi untuk masing-masing pembangkit b. Mengetahui besarnya biaya bahan bakar. c. Mengetahui besarnya kapasitas terpasang dan daya mampu dari setiap jenis pembangkit. 3. Data Detail Penyaluran Listrik a. Mengetahui jumlah jaringan distribusi b. Mengetahui jumlah jaringan transmisi 4. Data Detail Permintaan Listrik a. Mengetahui jumlah daya listrik dari berbagai tipe permintaan b. Mengetahui jumlah permintaan listrik dilihat dari tiap sektor

46 Data Detail Biaya Operasi a. Mengetahui jumlah biaya operasi pembangkit dari setiap jenis pembangkit. b. Mengetahui jumlah biaya operasi pembangkit dari rata-rata per KWH. 6. Data Detail Pengusahaan a. Mengetahui besarnya energi terjual per pelanggan. b. Mengetahui besarnya energi terjual per jenis tegangan. 7. Data Detail Penyediaan Tenaga Listrik a. Mengetahui besarnya persentase dari faktor BKP (Beban, Kapasitas, Permintaan).

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan, Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan

Lebih terperinci

ISSN : NO

ISSN : NO ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan Jumlah Penduduk (ribu)

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan Jumlah Penduduk (ribu) Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan 2015 Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (ribu) Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (%) 2010 2014

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA PengembanganSistem Kelistrikan Dalam Menunjang Pembangunan Nasional Jangka Panjang Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER

Lebih terperinci

Metodologi Studi MARKAL 1. oleh : Agus Sugiyono Peneliti BPPT

Metodologi Studi MARKAL 1. oleh : Agus Sugiyono Peneliti BPPT Metodologi Studi MARKAL 1 oleh : Agus Sugiyono Peneliti BPPT 1. Pendahuluan Kebutuhan energi terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan ini tersedia

Lebih terperinci

PLN Dari 1973 Sampai 2005

PLN Dari 1973 Sampai 2005 PLN Dari 1973 Sampai 25 Sudaryatno Sudirham Tulisan ini dibuat pada waktu penulis masih aktif sebagai Tenaga Ahli Teknik Dewan Komisaris PT PLN (Persero) 1. Pendahuluan Berikut ini disajikan rangkuman

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *)

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) POLA PEMAKAIAN DAN DISTRIBUSI GAS BUMI DI INDONESIA PADA PERIODE PEMBANGUNAN TAHAP KEDUA ABSTRAK Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *) Minyak dan gas bumi masih sangat berperan dalam

Lebih terperinci

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia La Ode Muh. Abdul Wahid ABSTRAK Dalam pemenuhan kebutuhan tenaga listrik akan diinstalasi berbagai jenis pembangkit listrik sesuai dengan

Lebih terperinci

Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL 1

Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL 1 Perencanaan Energi Nasional dengan Model MARKAL 1 Agus Sugiyono 1. Pendahuluan Konsumsi energi di Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian. Mengingat cadangan sumber

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG 2007-2016 Dari keterangan pada bab sebelumnya, dapat dilihat keterkaitan antara kapasitas terpasang sistem pembangkit dengan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE. Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE. Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAEHOUSE 3.1 Metode Analisis dan Perancangan Untuk melakukan analisis dan perancangan pada data warehouse terdapat dua metode yang dapat digunakan. Kedua metode tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 43 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Profil Perusahaan 3.1.1 Sejarah BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) adalah lembaga pemerintah non-departemen yang berada dibawah koordinasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan

Lebih terperinci

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA OLEH : MUHAMMAD KHAIRIL ANWAR 2206100189 Dosen Pembimbing I Dosen

Lebih terperinci

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program 35.000 MW: Progres dan Tantangannya Bandung, 3 Agustus 2015 Kementerian ESDM Republik Indonesia 1 Gambaran Umum Kondisi Ketenagalistrikan Nasional

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat 37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important

Lebih terperinci

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601

Lebih terperinci

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA M. Sidik Boedoyo dan Agus Sugiyono Abstract Energy supply optimation is aimed to meet electricity demand for domestic

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Adjat Sudradjat Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (P3TKKE) Deputi Bidang Teknologi

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah Tedy Rikusnandar NRP 2208 100 643 Dosen Pembimbing Ir. Syariffuddin Mahmudsyah, M. Eng Ir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Energi adalah bagian yang sangat penting pada aspek sosial dan perkembangan ekonomi pada setiap bangsa dan negara. Indonesia sebagai negara yang berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN KHASANAH DATA. dua metode yang dapat digunakan. Kedua metode tersebut adalah metode bottom

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN KHASANAH DATA. dua metode yang dapat digunakan. Kedua metode tersebut adalah metode bottom 33 BAB 3 ANALSS KEBUTUHAN KHASANAH DATA 3.1 Metode Analisis dan Perancangan Untuk melakukan analisis dan perancangan pada khasanah data terdapat dua metode yang dapat digunakan. Kedua metode tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan manusia yang harus terpenuhi. Hampir setiap aktivitas manusia membutuhkan energi. Berbagai bidang pembangunan yang mendukung perkembangan

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020 Moh. Sidik Boedoyo ABSTRACT Jamali or Jawa, Madura and Bali is a populated region, in which about 60% of Indonesia population lives in the region,

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR Rizki Firmansyah Setya Budi, Masdin (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta12710 Telp./Fax: (021) 5204243,

Lebih terperinci

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Nama Inovasi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Produk Inovasi Advokasi Kebijakan Pengembangan dan Aplikasi Teknologi Kogenerasi di Sektor Industri

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN Di Prersentasikan pada : SEMINAR NASIONAL BATUBARA Hotel Grand Melia,, 22 23 Maret 2006 DJUANDA NUGRAHA I.W PH DIREKTUR PEMBANGKITAN DAN ENERGI

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA

PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA Meylinda Mulyati 1 ABSTRAK Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus meningkat hingga akhir tahun 2006 cukup meresahkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard III. METODE PENELITIAN A. Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah laptop dengan spesifikasi hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard Disk 500

Lebih terperinci

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH Abstrak Dalam meningkatkan rasio elektrifikasi nasional, PLN telah melakukan banyak upaya untuk mencapai target yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA Hari Suharyono ABSTRACT Power generation in Indonesia relies on coal and refined products, more than 60%

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada) 1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI RENCANA STRATEGIS PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2006-2009 Oleh Tim Renstra PMG 1. UU No. 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW DI MELAK KALIMANTAN TIMUR SEBAGAI PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS KELISTRIKAN DI INDONESIA TIMUR Oleh : Bayu Hermawan (2206 100 717) Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA La Ode Muhammad Abdul Wahid ABSTRACT Electricity demand has been estimated to grow in the growth rate

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Untuk menganalisis data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan software LEAP (Long-range Energi Alternatives Planning system). 3.2 Bahan Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 INTI PENELITIAN. merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang

BAB 3 INTI PENELITIAN. merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang BAB 3 INTI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil organisasi, analisa masalah dan merancang suatu pemodelan atau simulasi sehingga mampu mengatasi masalah yang ada. 3.1 Profil Organisasi

Lebih terperinci

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK)

Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK) Perpres No. 41 Tahun 2016 Tata Cara Penetapan dan Penanggulangan Krisis Energi dan Darurat Energi oleh Prof. Syamsir Abduh (AUPK) 1 1 LANDASAN HUKUM UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Pasal 6 Pasal 12

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Tentang Departemen Perindustrian 3.1.1 Sejarah Departemen Perindustrian (depperin) adalah salah satu departemen dalam pemerintahan Republik Indonesia yang mempunyai

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa OLEH : Gilang Velano 2204 100 050 Dosen Pembimbing 1 Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan proyeks permintaan energi

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU

ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU TUGAS AKHIR ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI KALOR PADA INDUSTRI TAHU Disusun : HENDRO DWI SAPTONO NIM : D 200 050 116 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 Pengembangan Energi Nasional Prioritas pengembangan Energi nasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA Kontribusi PLTN dalam Mengurangi Emisi Gas CO2 Pada Studi Optimasi Pengembangan Sistem KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

listrik di beberapa lokasi/wilayah. PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE 32 BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN DATA WAREHOUSE 3.1 Metode Analisis dan Perancangan Ada beberapa metode analisis yang digunakan untuk membangun suatu data warehouse. Metode analisis yang dapat diterapkan antara

Lebih terperinci

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015

Lebih terperinci

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah

Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah Studi Pembangunan PLTU 2x60 MW di Kabupaten Pulang Pisau berkaitan dengan Krisis Energi di Kalimantan Tengah oleh: Alvin Andituahta Singarimbun 2206 100 040 DosenPembimbing 1: Ir. Syarifuddin M, M.Eng

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( ) ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS (2000 2030) Adhi D. Permana dan Muchammad Muchlis ABSTRACT This paper discusses the impact of coal supply capacity

Lebih terperinci