BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS"

Transkripsi

1 BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS 2.1 Pemikiran Konseptual Investasi property merupakan salah satu bisnis yang masih menguntungkan dan sudah mulai dipilih oleh para investor. Salah satu kasus dibawah ini yaitu perusahaan asuransi jiwa PT Bumi Asih Jaya yang mencoba melakukan diversifikasi resiko bisnis dengan berencana mengembangkan usaha dibidang property. Salah satu ciri dari investasi property adalah karakteristik yang berbeda dan terkhususkan pada jangka panjang sehingga akan lebih aman serta menarik bagi para investor. 1 Imbal hasil investasi di bidang property berkisar 7% sampai dengan 14% pertahun bergantung pada jenis property. Pendapatan investasi pada gedung perkantoran diperkirakan sekitar 7% dan untuk pusat perbelanjaan mencapai 13%. Investasi pada dua jenis properti itu biasanya dilakukan investor institusi yang memiliki dana dalam jumlah besar. Apartemen memberikan tingkat imbal hasil 13% hingga 14% per tahun. Pada gambar 2.1 memperlihatkan kerangka pemikiran dari rencana bisnis Bumi Asih Jaya beserta beberapa faktor yang berkaitan dengan rencana bisnisnya. 1 (Tanggal 18 Maret 2008) 13

2 Gambar 2.1 Skema pemikiran konseptual 2.2 Akuisisi Hotel Horison Bandung Istilah akuisisi memiliki pengertian luas. Akuisisi dapat diartikan, pembelian hak atas suatu bagian perusahaan target oleh perusahaan acquisitor. Harta sebagai objek peralihan dapat berupa, barang terwujud (tangible asset), harta tidak terwujud (intangible asset), atau perusahaan yang merupakan kesatuan unit usaha sehingga berdasarkan proses penilaiannya akuisisi dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu : Akuisisi asset dan Akuisisi saham. Istilah akuisisi umunya digunakan untuk memberikan pengertian tentang pembelian hak atas pemilik saham.pada akuisisi asset pihak acquisitor membeli harta perusahaan pihak perusahaan target, dengan semata-maat bukan untuk nilai penghasilan potensial yang dapat diperoleh dari asset tersebut, tetapi atas dasar konglomerasi dari asset yang dibutuhkan oleh acquisitor. Harga yang dibayarkan untuk akuisisi asset (harga perolehan) tergantung pada besarnya asset yang diperlukan pihak acquisitor. Jika pembelian mencakup seluruh asset perusahaan maka biasanya harga yang ditawarkan adalah 14

3 nilai likuiditas dari perusahaan target. Jika pembelian hanya pada beberapa asset yang diperlukan, maka harga yang dibayarkan ialah nilai buku (book value) atau nilai pasar dari asset yang bersangkutan. 2 Akuisisi hotel Horison yang akan dilakukan oleh Bumi Asih Jaya ialah akuisisi asset. Dimana perusahaan mencoba membeli hotel tersebut seharga Rp 200 Milyar, dimana pembelian ini mencakup semua asset Horison mulai hotel, Fasilitas beserta Cottage Horison. Motif dari perusahaan dalam melakukan akuisisi sangat erat hubungannya dengan strategi yang diterapkan perusahaan tersebut, dimana motif dari Bumi Asih Jaya ialah konglomerasi yaitu menstabilkan pendapatan perusahaan (pemilik) dengan diversifikasi resiko. 2.3 Pembangunan office building + Apartement Apartemen menjadi salah satu investasi properti yang dilirik oleh masyarakat dewasa ini, khususnya di kota-kota besar. Hal itu memang beralasan, karena adanya situasi makroekonomi yang stabil dan membaik dari tahun ke tahun. Bahkan menurut kajian triwulanan yang dikeluarkan ING Asia Pasific beberapa waktu lalu, dinyatakan bahwa investor Indonesia kini lebih yakin terhadap investasi jangka menengah dan panjang. Sebanyak 46% responden memilih jangka waktu berinvestasi satu hingga lima tahun, diikuti 24% responden yang memilih berinvestasi lebih dari 10 tahun. Hasil lainnya, 58% responden memilih properti sebagai investasi favorit sedangkan 20% memilih uang tunai. 2 JF Weston. Kwangs Chung, Susan E. Hoang, Merger, restructuring & Corporate control 15

4 Menurut Global Property Guide, perusahaan konsultan properti,seperti yang dilansir pada bisnis Indonesia, imbal hasil kotor tahunan dari sewa apartemen di Indonesia mencapai 13,4%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia. 3 Oleh karena itu Bumi Asih Jaya mempunyai rencana bisnis lain terkait akuisisi hotel Horison, dimana lahan seluas ±1.2 Hektar cottage Horison akan dibangun office Building + Apartement dengan luas 18 lantai. Berdasarkan hasil survei properti komersial pada triwulan I tahun 2008, kota Bandung masih kekurangan office building dimana jumlahnya hanya 18,680 m2 dan untuk bisnis apartement masih menjanjikan juga dimana sampai saat ini jumlah untuk apartement sewa hanya 474 unit dan untuk apartement jual berjumlah 408 unit. Tetapi permasalah untuk bisnis ini ialah terganjal oleh investasi yang besar sekali yaitu kurang lebih antara Rp Milyar. dan waktu pay back period yang lama yaitu kurang lebih 15 tahun. Oleh karena itu hanya investor yang mempunya dana yang cukup besarlah yang investasi di bidang ini. 2.4 Industri perhotelan Indonesia Pemerintah telah mengeluarkan suatu keputusan untuk membatasi pengertian hotel dan untuk menertibkan perhotelan di Indonesia. Dalam keputusannya menurut dirjen pariwisata No.14 tahun 1988 yang dikemukakan oleh Agus Sulastiyono (2001), hotel ialah : Hotel ialah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagai atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, penjualan makanan dan minuman serta jasa lainnya. 3 (Tanggal 18 Maret 2008) 16

5 Sedangkan menurut surat keputusan menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 tentang peraturan usaha dan penglolaan hotel bab 1, pasal 1, ayat (b), bahwa : Hotel ialah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa penginapan, makanan, minuman, serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secra komersial. Berdasarkan pengertian diatas, berikut ini ialah fasilitas yang harus dimiliki oleh hotel : 1. Kamar tidur (kamar tamu) 2. Makanan dan minuman. 3. Pelayanan-pelayanan penunjang lain sebagai berikut : - Tempat rekreasi - Fasilita olah raga - Fasilitas lobi (laundry )dan lian sebagainya. Untuk dapat memberikan informasi kepada para tamu hotel yang akan menginap di hotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masingmasing jenis dan tipe hotel, maka departemen pariwisata, pos dan telekomunikasi melalui Direktorat Jendral Pariwisata Mengeluarkan peraturan usaha dan penggolongan hotel yang tertuang dalam SK. No. Kn 37/PW.304/MPPT 86. Penggolongan tersebut ditandai dengan bintang mulai dari bintang satu sampai yang tertinggi bontang lima. Secara garis besar penggolongan hotel didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut : Fisik 1. Berdasarkan jumlah kamar yang dimiliki oleh hotel, hotel kecil dengan jumlah kamar kurang dari 25, hotel sedang dengan jumlah 17

6 kamar antara 25 sampai 100, hotel menengah dengan jumlah kamar 100 sampai 300 dan hotel besar dengan jumlah kamar lebihdari Kualitas lokasi dan lingkungan bangunan. 3. Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti lobi, toilet, restoran dan lain sebagainya. 4. Perlengkapan hotel yang tersedia baik bagi tamu, karyawan maupun pengelola hotel. 5. Kualitas bahan bangunan yang digunakan seperti kualitas lantai, dinding, interior ruangan termasuk kualitas kekedapan terhadap suara baik dari dalam maupun luar hotel. 6. Tata letak ruangan dan ukuran ruangan. Operasional dan Manajemen 1. Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi. 2. Tenaga kerja, specialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan peraturan dan pengelolaan hotel. Pelayanan 1. Keramahtamahan, sopan dan pemakaian seragam hotel. 2. Pelayanan diberikan dengan mengacu pada kebutuhan dan keinginan tamu. 3. Untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka selama 24 jam. Segala persyaratan yang harus dipenuhi oleh sebuah hotel termuat dalam buku peraturan usaha dan penggolongan hotel. Pemerintah akan melakukan pemeriksaan penginapan yang diajukan oleh pemiliknya 18

7 untuk memperoleh pengakuan sebagai hotel dan selanjutnya memberikan surat pengkuan dan menetapkan golongan hotel tersebut jika persyaratan telah dipenuhi. 2.5 Analisis Strategi dan Industri Seiring dengan peningkatan wisatawan ke kota Bandung dari tahun ke tahun khususnya dari wilayah Jakarta, menjadikan kota bandung sebagai kota favorit untuk menghabiskan liburan akhir pekan atau liburan panjang. Oleh karena itu tempat penginapan atau hotel menjadi suatu tempat yang sangat penting untuk para wisatawan untuk menginap. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat total Hotel bintang (Mulai dari bintang satu sampai bintang lima) di kota Bandung berjumlah 56 hotel dan untuk hotel melati berjumlah 172 hotel. Oleh karena itu semua hotel berlomba-lomba untuk mencapai target standar costumer satisfaction yang tinggi. Datangnya para wisatawan lokal khususnya dari kota Jakarta ke Bandung memberikan dampak positif bagi industri penginapan (baik itu hotel bintang, hotel melati, villa, dan apartement) di kota Bandung. Dimana tingkat hunian pun akan sangat tinggi pada waktu liburan dan kembali turun pada hari-hari biasa. Oleh Karena itu, strategi hotel untuk mengatasi masalah ini ialah dengan cara bekerja sama dengan semua instansi baik pemerintahan, swasta dan para pelaku bisnis untuk melaksanakan meeting di hotel tersebut. Gambaran mengenai pasar khususnya pangsa pasar sangat diperlukan dalam menyusun strategi baik yang dilakukan dengan memperhatikan 19

8 kondisi internal, eksternal, kekuatan dan kelemahan dari produk bisnis yang ditawarkan serta tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang sehingga produk bisnis tersebut dapat masuk dalam persaingan bisnis dan bertahan untuk jangka waktu yang lama SWOT Analisis Dalam SWOT Analisis, akan dilakukan pemetaan terhadap berbagai keunggulan dan kekurangan dari produk bisnis yang ditawarkan, serta berapa besar peluang yang ada serta bagaimana ancaman dari para kompetitornya. Tabel 2.1 SWOT Hotel Horison Strength (Kekuatan) - Lokasi Strategis - Harga Bersaing - Kemudahan Aksesibilitas - Sudah punya Brand - Positioning sudah dikenal Weakness( Kelemahan) - Image melekat sebagai hotel yang mahal. - Jumlah kamar ada 253 buah, yang optimal dan disukai hanya 209 kamar. sebagai Hotel Convention - Ada di berbagai kota besar Threats (Ancaman) - Kondisi Ekonomi Indonesia. - Naiknya Harga Minyak Dunia - Akan muncul 13 hotel baru di kota Bandung - Harga kompetitor - Bermunculan Apartement Opportunity (Peluang) - Pangsa Pasar masih luas - Networking luas - Porgram Visit Indonesia Jumlah Wisatawan lokal dan asing yang datang ke Bandung terus meningkat. 20

9 2.5.2 Porter five forces hotel di bandung Didalam Five Forces Analysis dari Michael R. Porters, akan dijelaskan bagaimana tingkat persaingan yang terjadi didalam industri bisnis perhotelan. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada gambar 2.2 berikut ini : Gambar 2.2 Porter Five Forces Hotel Dengan menggunakan analisis model Porters Five Forces, persaingan bisnis dari Hotel Horison Bandung, dapat ditinjau dari 5 faktor yang berpengaruh yaitu : 1. Rivalry among existing competitors Tingkat persaingan dari industri perhotelan di kota Bandung sangat ketat sekali. Dimana kota Bandung merupakan kota besar dan kota wisata untuk berbelanja dan kuliner. Dimana mulia dari hotel melati, 21

10 Bintang 1 sampai bintang 5 ada di kota bandung. Dengan jumlah Hotel melati sebanyak 172 hotel dan Hotel Bintang (bintang 1-bintang 5) berjumlah 56 buah. Berikut ini merupakan peta wilayah dari Hotel Horison serta Tabel dari pesaing terkuat Hotel Horison yaitu hotel bintang 4 dan bintang 5. Gambar 2.3 Peta Lokasi Hotel Horison Bandung 22

11 Tabel 2.2 Daftar Hotel Bintang 4 dan 5 di Kota Bandung No Nama dan Alamat Hotel Bintang Kelas Bintang Jumlah Jumlah tenaga Kerja Fasilitas Kamar T. Tidur Pria Wanita Total 1 GRAND AQUILA Jl. Dr. Junjunan No. 116 Telp GRAND PREANGER Jl. Asia Afrika No. 116 Telp / HYATT REGENCY Jl. Sumatera No. 51 Telp SHERATON & TOWERS Jl. Ir. H Juanda No. 390 Telp ***** Restoran, ***** Restoran, ***** Restoran, ***** Restoran, 5 PERMATA INTERNASIONAL **** Restoran, 23

12 Jl. Lemah Neundeut No. 7 Telp / HOLIDAY INN Jl. Ir. H Juanda No Telp / JAYAKARTA Jl. Ir. H Juanda No. 381 Telp PANGHEGAR Jl. Merdeka No. 2 Telp HORISON Jl. Pelajar Pejuang 45 No. 121 Telp PAPANDAYAN Jl. Jend Gatot Subroto No. 83 Telp **** Restoran, **** Restoran, **** Restoran, **** Restoran, **** Restoran, 24

13 11 SAVOY HOMANN Jl. Asia Afrika No. 112 Telp / **** Restoran, 25

14 2. Bargaining power of buyer Kondisi dari industri perhotelan di kota Bandung sangat padat dan ketat. Sehingga ini menyebabkan tamu memiliki daya tawar yang kuat. Dimana dengan banyaknya hotel di Bandung, tamu akan dengan mudah mencari dan pindah ke hotel lain jika tidak puas dengan pelayanan atau harga dari hotel tersebut. Oleh karena itu semua hotel harus berlomba-lomba untuk mencapai target standar costumer satisfaction yang tinggi guna untuk menjaga Occupancy rate dari hotel tersebut. 3. Bargaining power of supplier Untuk supplier banyak supplier yang yang berhubungan langsung dengan hotel. 4. Threats of new entrants Berdasarkan data dari Dinas kebudayaan & Pariwisata Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008/2009 akan ada 13 Hotel berbintang yang akan dibangun di kota Bandung. Ini dikarenakan kota Bandung merupakan salah satu kota besar dan merupakan tempat wisata yang disukai oleh warga di luar kota Bandung baik itu lokal maupun mancanegara. 5. Threats of substitutes product or services Substitusi dari hotel Horison atau industry perhotelan bisa datang dari hotel melati, Villa dan wisma. 2.6 Analisis apartement + Office Building Apartemen ialah gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, terbagi atas bagian bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah vertikal dan horizontal dan merupakan satuan satuan yang dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah. Yang dimana 26

15 masing-masing ruangan terdiri dari atas kamar tidur, kamar mandi,ruang tamu, dapur, dsb. Pada tahun-tahun belakangan ini trend mengenai bidang properti khususnya apartemen sudah mulai berubah dan bergeser. Dimana sekarang para pengembang pada satu bangunan tidak hanya fokus kepada apartemen saja tetapi sudah mulai ada tambahan seperti office building, retail dan cafe. Konsep ini sudah mulai dilakukan di kota besar seperti Jakarta. Pada saat ini kota Bandung akan dibangun kosep baru ini dimana lantai dasar akan dibangun café dan retail, sedangkan lantai berikutnya akan dibangun office bulding dan lantai atasnya akan dibangun Apartemen. Berdasarkan laporan Survei Properti Komersial dari Bank Indonesia untuk tahun 2007 di Kota Bandung, Tingkat hunian secara umum meningkat, kecuali perkantoran. Sedangkan tarif sewa hanya naik pada subsektor apartemen dan hotel. Tingkat penjualan subsektor ritel dan apartemen mengalami peningkatan, sementara harga jual untuk apartemen menurun. Berikut ini data dan informasinya : Tabel 2.3 Data Survey Properti 4 PerkantoraPerkantoran Sewa (leased-office) di Bandung Pasokan perkantoran sewa di Bandung sedikit meningkat menjadi m2. Penambahan pasokan tersebut menyebabkan tingkat hunian menurun dari 96,00% menjadi 95,50%. Sementara itu, tarif sewa tidak mengalami perubahan dari triwulan 4 Data survey Properti Komersial bank Indonesia 27

16 sebelumnya, yaitu tetap Rp ,-/m2/bulan. Ritel Sewa di Bandung Pada tahun 2007, total pasokan ruang ritel sewa tercatat sebanyak m2,naik 1,48% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan pasokan baru sebesar 840 m2.tersebut berasal dari pengembangan pusat-pusat ritel yang sudah ada. Tingkat hunian ruang ritel di kota Bandung meningkat menjadi 70.25%. Permintaan ruang ritel pada tahun 2007 diperkirakan berasal dari persiapan para pelaku bisnis dalam menghadapi liburan panjang dimana Bandung dijadikan sebagai wisata belanja. Tarif sewa ruang ritel pada tahun 2007 tidak mengalami kenaikan, masih tetap sekitar Rp ,-/m2/bulan. Ritel Jual (strata-title) di Bandung Pasokan ruang ritel jual baru pada tahun 2007 hanya bertambah sekitar 236 m2 yang berasal dari pengembangan Paskal Hypersquare dan beberapa pusat berbelanjaan lainnya. Tingkat penjualan ruang ritel mengalami sedikit peningkatan menjadi 72,67%. Adanya peningkatan tersebut berasal dari permintaan ruang salah satumall di daerah Bandung Timur yang masih mengalami proses pembangunan namuns udah gencar melakukan promosi. Harga jual ruang ritel pada tahun 2007 masih stabil, yaitu tetap Rp ,-/m2. Apartemen Sewa (leased apartment ) di Bandung Pada tahun 2007, pasokan apartemen sewa di Bandung tidak bertambah atau tetap sebesar 474 unit. Sementara itu, tingkat hunian apartemen sewa meningkat menjadi 87,00%. Tarif sewa apartemen di Bandung sedikit mengalami kenaikan 28

17 menjadi Rp ,-/m2/bulan, atau naik tipis 0,18% yang disebabkan oleh meningkatnya biaya operasional terutama untuk perawatan apartemen. Apartemen Jual (Strata-title) di Bandung Pasokan apartemen jual di Bandung pada tahun 2007 tercatat sebesar 403 unit, atau naik 3,07% dari tahun Tingkat penjualan apartemen jual di Bandung mencapai 72,80%, atau naik 3,27% dari tahun Sementara itu, harga jual tercatat sebesar Rp ,-/unit. Maka Kondisi diatas menunjukan pandangan masyarakat saat ini yang mulai melihat apartemen sebagai alternatif tempat tinggal, karena merasa bahwa tinggal di apartemen akan lebih bergengsi, nyaman dan efesien. Selain itu juga untuk bisnis retail terus meningkat dan office building juga terus meningkat dikarenakan masih banyak potensi bisnis yang dapat dilakukan di Bandung. 2.7 Analisis Strategi Dalam rencana bisnis dibutuhkan suatu strategi bisnis yang tepat yang harusdilakukan oleh para pengembang apartemen dalam memasarkan produknya agar dapat eksis dalam bisnisnya dan menghasilkan keuntungan atas investasi yang ditanamkan. Gambaran mengenai pasar khususnya pangsa pasar sangat diperlukan dalam menyusun strategi baik yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi internal, eksternal, kekuatan dan kelemahan dari produk bisnis yang ditawarkan serta tantangan yang dihadapi di masa yang akan datang sehingga produk 29

18 bisnis tersebut dapat masuk dalam persaingan bisnis dan bertahan untuk jangka waktu yang lama Porter five forces Apartemen di bandung Didalam Five Forces Analysis dari Michael R. Porters, akan dijelaskan bagaimana tingkat persaingan yang terjadi didalam industri bisnis apartemen. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan pada gambar berikut ini : Gambar 2.4 Porter Five Forces Apartement 30

19 1. Rivalry among existing competitors Tingkat persaingan dari industri apartemen di kota Bandung masih rendah dan sedikit dibanding wilayah Jakarta (Jabodetabek). Hanya ada 4 apartemen di wilayah bandung yaitu : The Majesty Hotel & Apartment. Grand Setiabudi Hotel & Apartment. Galeri Cimbuleuit Hotel & Apartment. Graha Braga CityWalk Jadi semua apartemen masih punya kesempatan untuk merebut pasar dikarenakan masih sedikitnya jumlah apartemen tetapi dari tahun ke tahun demand untuk hunian ini terus meningkat. 2. Bargaining power of buyer Kondisi dari bisnis apartemen di kota Bandung sangat rendah dan sedikit. Sehingga ini menyebabkan tamu tidak memiliki daya tawar yang kurang kuat untuk memilih apartemen yang lain. Karena tamu memilih apartemen berdasarkan lokasi yang cukup strategis dan dekat dengan tempat mereka beraktivitas. 3. Bargaining power of supplier Untuk supplier cukup banyak supplier yang yang berhubungan langsung dengan apartemen. 4. Threats of new entrants Hambatan untuk pendatang baru untuk memasuki bisnis ini sangat sulit dimana memerlukan kekuatan finansal yang memadai karena permasalahan umum yang dihadapi adalah tingginya biaya investasi seperti konstruksi dan pengadaan lahan, ketersediaan lahan yang 31

20 terbatas, kondisi pasar yang tidak stabil serta izin yang sulit dan mahal 5. Threats of substitutes product or services Substitusi dari bisnis ini ialah real estate, ruko dan rukan. 2.8 Akar permasalahan Berdasarkan data dari PHRI Jawa barat tingkat hunian hotel Horison Bandung pertahun untuk week day sebesar 60% dan week end sebesar 80%.Dengan tingkat hunian diatas tadi apakah Feasible dengan harga 200 milyar hotel Horison akan diakusisi oleh PT Bumi Asih Jaya? atau ada strategi lain untuk mengoptimalkan akuisisi tersebut sehingga proyek tersebut menguntungkan bagi Bumi Asih Jaya? serta untuk rencana bisnis berikutnya yaitu pembangunan office bulding + apartment, kira-kira berapa besar investasi yang dibutuhkan dan apakah feasible jika merealisasikan rencana bisnis itu di Kota Bandung? 32

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan IV I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada subsektor perkantoran,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodetabek (q-t-q) : Triwulan II I - 2007 Jakarta: pasokan perkantoran bertambah tetapi tingkat hunian masih meningkat dengan tarif

Lebih terperinci

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan II- 2006 Tingkat hunian ritel, apartemen dan hotel di wilayah Jabotabek, mengalami peningkatan, sebaliknya tingkat hunian kantor mengalami

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan III I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada perkantoran sewa,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan I-2008 terjadi pada subsektor perkantoran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran Pada dasarnya pemasaran merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian yang bukan semata-mata kegiatan untuk menjual barang atau jasa saja, akan tetapi lebih mengarah

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan IV-2006 Secara umum tingkat hunian properti komersial di wilayah Jabotabek, mengalami penurunan sementara tarif sewa kantor, ritel dan lahan industri relatif tetap

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan II - Pada triwulan laporan, secara umum tingkat hunian sektor properti komersial meningkat dibandingkan periode sebelumnya, kecuali untuk gedung

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Akuisisi hotel Horison Setelah melihat hasil feasibility studies dari akuisisi hotel Horison ini, kita dapat mengetahui bahwa dari kedua alternative A dan B yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas. Persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan persaingan bisnis dan pengaruh globalisasi yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas. Persaingan bisnis

Lebih terperinci

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Coldwell Banker Commercial Kawasan Bisnis Granadha, 12 th B Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta 12930 Indonesia Phone : +62 21 255 39 388 Fax

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Jabodetabek Tarif properti komersial (perkantoran, ritel, apartemen, hotel, dan lahan industri) cenderung meningkat

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVE PROPERT KOMERSAL COMMERCAL PROPERTY SURVEY Triwulan V - Tarif sewa properti komersial menunjukkan perkembangan yang berbeda. Sementara itu, tingkat hunian properti komersial cenderung meningkat,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY September Harga properti komersial sewa/jual pada bulan September secara bulanan relatif kecuali tarif hotel mengalami penurunan dan lahan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2010 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (qtq) : Jumlah pasokan properti komersial di Jabodebek pada triwulan I-2010 meningkat pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan I- 2006 Tingkat hunian kantor dan hotel di wilayah Jabotabek, mengalami peningkatan, sebaliknya tingkat hunian ritel, apartemen mengalami penurunan.

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Oktober Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Oktober secara bulanan relatif stabil kecuali tarif lahan industri mengalami penurunan dan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan II I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan II-2008 terjadi pada subsektor ritel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi di Indonesia selama 2004 diwarnai sejumlah agenda

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi di Indonesia selama 2004 diwarnai sejumlah agenda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan situasi di Indonesia selama 2004 diwarnai sejumlah agenda politik nasional ( Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden ) dan kejadian kriminal

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hotel merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan aktivitas perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu diluar tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan IV- 2005 Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan kecuali tingkat hunian hotel dan ritel di Bandung menurun. Tarif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia, industri

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia, industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia, industri pariwisata merupakan sesuatu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Keputusan Program Personal Selling Meeting Package Terhadap Keputusan Pembelian Di Aston Braga Hotel & Residence

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Keputusan Program Personal Selling Meeting Package Terhadap Keputusan Pembelian Di Aston Braga Hotel & Residence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah sebuah industri yang semakin lama perkembangannya semakin meningkat. Industri pariwisata ini telah menyumbangkan banyak lapangan pekerjaan dan menyerap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tulang punggung ekonomi didasarkan pada suatu anggapan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tulang punggung ekonomi didasarkan pada suatu anggapan bahwa sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan pembangunan dengan menekankan pembangunan industri sebagai tulang punggung ekonomi didasarkan pada suatu anggapan bahwa sektor industri merupakan

Lebih terperinci

BAB III SOLUSI BISNIS

BAB III SOLUSI BISNIS BAB III SOLUSI BISNIS 3.1 Solusi Bisnis Hotel Horison akan diakuisisi oleh PT.Bumi Asih Jaya dengan harga Rp 200 milyar. Akuisisi Hotel ini direncanakan pada tahun 2008 dimana skema pendanaan akuisisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait. Wisata itu sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait. Wisata itu sendiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk dalam pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pekembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sangat terkenal sebagai destinasi tujuan wisatawan berkunjung ke Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar 563.286 Ha dan memiliki penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT BINNG EMPAT HOTEL BISNIS DI KO MEDAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Medan yang terletak dibagian utara pulau Sumatera, tepatnya terletak di provinsi Sumatera Utara merupakan kota terbesar ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian apartemen Menurut (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur, kamar mandi, dapur,

Lebih terperinci

KOTA BATU KATALOG BPS : 35794. 15.01 KOTA BATU ISSN : No. Publikasi : 35794.14.01 Katalog BPS : Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : V + 30 Halaman Naskah : Seksi Statistik Distribusi Kota Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hotel merupakan salah satu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, yang disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan, penginapan berikut makanan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY November Tingkat hunian hotel dan perkantoran mengalami penurunan sedangkan lainnya cenderung tetap atau sedikit naik. Sementara harga sewa secara

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Agustus Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk pusat perbelanjaan. Harga sewa properti komersial juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hotel Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hampir di tiap-tiap kota terdapat hotel yang memberikan jasa penginapan berikut service lainnya. Bagi orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang pariwisata di Indonesia makin berkembang seiring dengan laju pembangunan. Bidang ini merupakan salah satu sumber penghasil devisa yang juga mendorong

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY April Tingkat hunian maupun tarif sewa cenderung relatif stabil Tingkat penjualan apartemen dan lahan industri meningkat, sedangkan kantor relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki peran strategis dalam pembangunan Kota Bandung. Posisi Kota Bandung sebagai pusat bisnis, pemerintahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan internet saat ini sudah menjadi kebutuhan sehari-hari tiap individu. Internet merupakan jaringan global yang menyatukan jaringan komputer di seluruh dunia

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Februari - Tingkat hunian hotel dan apartemen mengindikasikan kenaikan, lainnya relatif stabil. Sementara tarif sewa, umumnya mengindikasikan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh wisatawan, baik domestik ataupun mancanegara. Bandung juga memiliki wisata kuliner

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Maret Tingkat hunian ritel, kantor meningkat sebaliknya tingkat hunian apartemen, hotel menurun, sementara tarif sewa ritel, apartemen stabil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan alam Indonesia beraneka ragam etnik dan keunikan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, internal, analisis posisi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, internal, analisis posisi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis lingkungan eksternal, internal, analisis posisi perusahaan serta melakukan analisis strategi perusahaan berdasarkan metode SWOT Matrix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman, pelayanan-pelayanan penunjang lainnya tempat rekreasi,

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman, pelayanan-pelayanan penunjang lainnya tempat rekreasi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hotel merupakan salah satu bagian dari penunjang berbagai industri yang bergerak dibidang jasa penginapan yang menyediakan kamar tidur (kamar tamu), makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya merupakan kota dengan perkembangan bisnis yang pesat dan cukup signifikan. Pembangunan infrastruktur yang terkait dengan sarana dan prasarana penunjang perekonomian

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Januari 2005 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Tingkat hunian kantor dan apartemen meningkat, sebaliknya tingkat hunian pusat perbelanjaan dan hotel menurun. Sementara tarif sewa umumnya mengalami peningkatan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS

RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS RINGKASAN EKSEKUTIF TESIS REFRINAL, 2003. Strategi Bisnis Sewa Gedung Perkantoran, Studi Kasus pada Menara Cakrawala, PT Skyline Building, Jakarta, Dibawah Bimbingan HARIANTO & ANNY RATNAWATI. Penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.1.1. Lingkungan Ekternal Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Daerah Istimewa Yogyakarta baik wisatawan nusantara maupun mancanegara setiap tahunnya menjadi

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di dunia saat ini dari masa ke masa demikian pesat dan menjadi hal penting bagi setiap negara dan kalangan industri pariwisata. Indonesia

Lebih terperinci

STATISTIK PERHOTELAN KOTA BATU TAHUN 217 ISSN : No. Publikasi : 3579.17.5 Katalog BPS : 8435.3579 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 17,6 cm x 25 cm : IV + 42 Halaman Penyunting Naskah : Seksi Statistik Distribusi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan mulai tahun 2011 hingga 2013. Menurut data yang dihimpun

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Agustus Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Agustus secara bulanan relatif stabil kecuali tarif hotel mengalami penurunan sementara secara

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PT ASURANSI BUMI ASIH JAYA MELALUI AKUISISI HOTEL HORISON BANDUNG PROYEK AKHIR

STRATEGI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PT ASURANSI BUMI ASIH JAYA MELALUI AKUISISI HOTEL HORISON BANDUNG PROYEK AKHIR STRATEGI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN PROFITABILITAS PT ASURANSI BUMI ASIH JAYA MELALUI AKUISISI HOTEL HORISON BANDUNG PROYEK AKHIR Oleh: WILLY LUQMANULLAHIM NIM : 29106409 Program Magister Administrasi Bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis pada bidang hospitality Industry. Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pasar yang

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Februari 2005 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Secara umum, tingkat hunian dan tarif sewa properti komersial memperlihatkan peningkatan, kecuali hotel Tingkat penjualan dan harga jual pada umumnya meningkat Pusat

Lebih terperinci

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandung selain dikenal sebagai Ibu kota Propinsi Jawa Barat, juga dikenal akan keindahan alamnya, dalam perkembangannya, Bandung telah menjadi kota jasa sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih atau barang jadi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kegiatan kepariwisataan yang saat ini dianggap sangat potensial adalah Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariwisata di Indonesia saat ini terbilang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK HOTEL SANTIKA GUBENG SURABAYA

PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK HOTEL SANTIKA GUBENG SURABAYA PENGARUH TINGKAT HUNIAN PADA KEPUTUSAN INVESTASI PROYEK HOTEL SANTIKA GUBENG SURABAYA Agin Abduh Khaer, Christiono Utomo Teknik Sipil - Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya aginabduhkhaer@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan Travel and Tourism Competitiveness Report 2015, lonjakan posisi daya saing Indonesia yang berada

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI BEKASI

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI BEKASI 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI BEKASI METODOLOGI Desk Research i METODOLOGI Dalam melakukan riset industri, kami menggunakan metodologi desk research atau melakukan data gathering dan data intelligent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa Negara. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus sebagai peluang

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Juni Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Juni secara bulanan relatif stabil sementara secara tahunan mengalami peningkatan. Secara bulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, banyak investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk menengah keatas juga bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luas wilayah Propinsi DIY (www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/22).

BAB I PENDAHULUAN. dari luas wilayah Propinsi DIY (www.jogjakota.go.id/index/extra.detail/22). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jogja adalah sebutan pendek dari sebuah kata yang bernama lengkap Yogyakarta. Dalam bahasa Jawa disebut Ngayoja, yang berasal dari kata Ayodia. Kota Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, persaingan dalam industri jasa di Indonesia semakin ketat. Hal ini tidak lepas dari banyaknya pemain atau perusahaan baik besar maupun kecil yang berkecimpung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan keliling dari suatu tempat ketempat lain, Berwisata merupakan suatu cara pemenuhan kebutuhan manusia untuk rekreasi dan liburan.

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Mei Secara umum tingkat hunian maupun tarif sewa properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk tingkat hunian apartemen. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jika dilihat pada Gambar 1.1, Supply gedung perkantoran di Jakarta mengalami kenaikan 4% dari Desember 2007 dan mencapai 5,87 juta m 2 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata telah menjadi industri terbesar dan menjadi andalan negara negara di dunia sebagai sumber devisa yang memperkuat ekonomi nasional setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia adalah salah satu fenomena yang sangat menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Analisis Keuangan Metode analisis keuangan yang digunakan dalam pengukuran pngembalian investasi bisnis SPBG adalah sebagai berikut : a. Sensitivity Analysis Pada perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN kunjungan, mengalami penurunan sebesar 3,56 persen dibandingkan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek.kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan 131 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dan menjadi sektor yang tidak pernah habisnya, karena selain merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan adalah salah satu industri penggerak perekonomian di setiap negara maju dan berkembang. Tidak dipungkiri bahwa kepariwisataan itu merupakan sektor yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam menghasilkan devisa negara. Pariwisata merupakan sektor yang potensial yang harus dikembangkan serta

Lebih terperinci

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN

HOTEL DAN CONVENTION CENTER BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Jakarta adalah sebagai kota nomor satu di Indonesia, yang mengalami kemajuan diberbagai bidang, diantaranya dalam bidang ekonomi, dengan kemajuan ekonomi yang tinggi harus diikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun Bulan Tingkat Hunian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tempat-tempat menarik untuk pariwisata, salah satunya adalah kota Bandung. Bandung memiliki cukup banyak pilihan objek wisata, seperti wisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal tahun sembilan puluhan, banyak perusahaan yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak awal tahun sembilan puluhan, banyak perusahaan yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal tahun sembilan puluhan, banyak perusahaan yang melakukan reorganisasi atau reengineer perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan menjadi lebih kompetitif.

Lebih terperinci

PT Duta Anggada Realty Tbk. PAPARAN PUBLIK. Assembly Hall Citywalk Sudirman 23 Juni 2017

PT Duta Anggada Realty Tbk. PAPARAN PUBLIK. Assembly Hall Citywalk Sudirman 23 Juni 2017 PT Duta Anggada Realty Tbk. PAPARAN PUBLIK Assembly Hall Citywalk Sudirman 23 Juni 2017 1 SEKILAS PERSEROAN Berdiri pada tahun 1983 dan tercatat di Bursa Efek pada tahun 1990 Memiliki pengalaman lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Analisis kinerja keuangan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman dan pereknomian dunia, di Indonesia seperti kebanyakan negara-negara berkembang lainnya, perkembangan sektor jasa juga berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Perubahan dalam indutri pariwisata dan perhotelan sangat cepat. Industri pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah Negara yang memiliki daerah yang luas dan kaya akan berbagai objek wisata yang tersebar diseluruh daerah tersebut. Objek wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. rutin jika disewakan atau sering disebut sebagai passive income. Selain itu pada

BAB I. Pendahuluan. rutin jika disewakan atau sering disebut sebagai passive income. Selain itu pada 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Properti merupakan salah satu sarana investasi yang sangat menarik untuk dicermati karena investasi jenis ini dapat memberikan pendapatan sewa secara rutin jika disewakan

Lebih terperinci