PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (qtq) : Jumlah pasokan properti komersial di Jabodebek pada triwulan I-2010 meningkat pada beberapa jenis properti dengan kecenderungan melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali pasokan ritel sewa dan lahan industri yang meningkat lebih besar dibandingkan triwulan lalu. Tingkat hunian cenderung menurun sementara tingkat penjualan mengalami kenaikan, kecuali pada tingkat hunian ruang perkantoran dan apartemen yang menunjukkan peningkatan, sementara penurunan tingkat penjualan hanya terjadi pada lahan industri. Untuk tarif sewa dan harga jual cenderung mengalami penurunan, kecuali harga jual ruang perkantoran dan ritel yang sedikit meningkat. Perkembangan Properti Komersial di wilayah Banten (qtq) : Peningkatan pasokan properti komersial di Banten pada triwulan I-2010 hanya terjadi pada hotel. Tingkat hunian dan tingkat penjualan pada semua subsektor properti komersial cenderung meningkat, penurunan hanya terjadi pada tingkat hunian hotel. Tarif sewa dan harga jual mengalami penurunan namun harga jual ruang ritel mengalami peningkatan. GEDUNG PERKANTORAN stagnan, tingkat hunian meningkat dan tarif sewa menurun. Perkantoran (leased-office) di Jakarta Jumlah pasokan ruang perkantoran sewa pada triwulan I-2010 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tetap sebesar 6,14 juta m 2, namun secara tahunan meningkat sebesar 3,64%. Sementara itu, pada tahun 2010 diperkirakan akan terdapat penambahan pasokan ruang perkantoran sewa sebesar m 2 dari pembangunan Ciputra World Office yang terletak di Jl. Dr. Satrio Grafik 1 Tingkat Hunian dan Tarif Perkantoran di Jakarta 100% Rp170,000 95% Rp160,000 90% Rp150,000 85% Rp140,000 Rp130,000 Rp120,000 Rp110,000 Metodologi Perkembangan Properti Komersial dipublikasikan sejak triwulan I-1996 dengan cakupan wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Sejak triwulan I-2006, data properti komersial mengalami perluasan, yaitu memasukkan wilayah Banten (Serang dan Cilegon). Data property komersial ini diperoleh dari sekitar 706 perusahaan properti di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Banten (Tangerang, Serang, dan Cilegon) dan 60 perusahaan di wilayah Bandung. Cakupan data properti komersial terdiri dari 5 jenis, yaitu : pusat perbelanjaan, perkantoran, hotel, apartemen, dan lahan industri. Pengumpulan data dilakukan oleh pihak ketiga (outsourcing) dengan menghubungi responden secara langsung (face to face) dan melakukan pencatatan data atas tingkat hunian, harga jual, dan tarif sewa properti komersial. Pengolahan data dilakukan dengan metode rata-rata tertimbang terhadap luas atau jumlah unit masing-masing properti. Perkembangan data properti komersial dapat digunakan untuk mengetahui secara dini arah dan tekanan harga properti komersial sebagai salah satu indikator perkembangan inflasi harga aset. Note : Tingkat penjualan : merupakan angka kumulatif yang dihitung dari perbandingan jumlah yang terjual dengan tambahan pasokan baru dengan stok lama Tim Statistik Sektor Riil 1

2 Realisasi komitmen ANZ untuk menyewa UOB Plaza, perpindahan Medco Energy ke The Energy, serta kenaikan tingkat hunian di Menara Bidakara 2 dan The Plaza telah mendorong tingkat hunian meningkat dari 86,37% (IV-2009) menjadi 87,57% (I-2010). stagnan, tingkat penjualan dan harga jual meningkat. Sementara itu, tarif sewa mengalami penurunan sebesar 0,17% (qtq) atau 4,29% (yoy), yang disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Perkantoran Jual (strata title) di Jakarta Seperti halnya perkantoran sewa, jumlah pasokan ruang perkantoran jual pada triwulan I-2010 secara triwulanan tidak mengalami perubahan, tetap sebesar m 2, namun secara tahunan pertumbuhannya cukup signifikan, sebesar 18,15% (yoy). Sementara itu, tingkat penjualan sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV-2009, dari 95,26% menjadi 95,59%. Sementara itu, harga jual mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,52% (qtq). Namun secara tahunan mengalami penurunan sebesar 9,94% menjadi Rp.15,29 juta/m 2, yang didorong oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Perkiraan ke depan, sejalan dengan membaiknya perekonomian Indonesia maka pasar perkantoran diperkirakan menunjukkan perbaikan terkait dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap perkantoran jual, baik untuk relokasi usaha maupun untuk ekspansi bisnis. PUSAT PERBELANJAAN (RITEL) Ritel di Jabodebek (Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi) Jabodebek: jumlah pasokan meningkat sementara tingkat hunian dan tarif sewa mengalami penurunan. Seiring dengan selesainya pembangunan Rasuna Epicentrum, jumlah pasokan ruang ritel sewa pada triwulan I-2010 meningkat sebesar 1,44% (qtq) atau 6,09% (yoy) menjadi 3,30 juta m 2. Pada triwulan mendatang, pasokan ruang ritel diperkirakan akan mengalami penambahan sekitar m 2 yang berasal dari pembangunan Galeria Glodok dan Blue Mall Extension. Masih lemahnya penyerapan ruang ritel menyebabkan tingkat hunian secara keseluruhan mengalami penurunan dari 88,17% menjadi 87,52%. Penurunan tersebut terjadi di kawasan primer sedangkan kawasan sekunder sedikit meningkat. Secara umum, penyerapan pada triwulan I-2010 didominasi oleh jenis usaha restoran dan kafe. Tarif sewa ruang ritel baik di kawasan primer maupun sekunder secara keseluruhan pada triwulan I-2010 sedikit menurun, yaitu sebesar 0,35% (qtq) menjadi Rp /m 2 /bulan. Sementara secara tahunan, meningkat sebesar 1,35% (yoy). Grafik 2 Tingkat Hunian dan Tarif Ritel di Jabodebek 92% Rp500,000 91% Rp462,500 90% Rp425,000 88% Rp387,500 87% Rp350,000 Tim Statistik Sektor Riil 2

3 Jabodebek: jumlah pasokan dan harga jual stabil, sementara tingkat penjualan sedikit meningkat. Banten: jumlah pasokan dan tarif sewa stagnan sementara tingkat hunian meningkat Banten: jumlah pasokan tetap, sementara tingkat penjualan dan harga jual meningkat. Ritel Jual (strata-title) di Jabodebek Selama triwulan I-2010 tidak terdapat tambahan pasokan ruang ritel jual di wilayah Jabodebek, jumlah pasokan tetap sebesar 1,72 juta m 2. Namun jika dibandingkan dengan triwulan I-2009, jumlah pasokan meningkat 15,68% (yoy). Pada triwulan II-2010, pasokan ritel jual diperkirakan meningkat sebesar m 2 yang berasal dari pembangunan Atrium Pondok Gede dan Plaza Mobil Kemayoran. Tingkat penjualan pada triwulan I-2010 sedikit meningkat atau 0,38% (qtq) menjadi 76,58%. Sementara itu, secara triwulanan harga jual relatif tidak mengalami perubahan, tetap sebesar Rp.42,9 juta/m 2. Sampai dengan akhir tahun 2010, pasar ritel terutama di Jakarta diperkirakan meningkat seiring dengan maraknya kegiatan bisnis retail yang berhubungan dengan life style. Ritel di Banten (Tangerang, Serang dan Cilegon) Pasokan ruang ritel sewa di Banten sampai dengan triwulan I-2010 tetap sebanyak m 2, namun secara tahunan meningkat, sebesar 4,87%. Pada triwulan mendatang, diperkirakan akan terdapat penambahan pasokan seluas m 2, yang berasal dari Tangerang City Mall dan Carrefour Serang. Tingkat hunian ritel sewa meningkat dari 91,96% menjadi 92,45%. Tarif sewa masih relatif stabil dibandingkan triwulan lalu, sebesar Rp.370 ribu/m 2 /bulan, namun secara tahunan meningkat 3,88%. Ritel Jual (strata-title) di Banten Jumlah pasokan ritel jual di Banten pada triwulan I-2010 tetap stabil dibandingkan triwulan lalu, sementara tingkat penjualan sedikit meningkat dari 78,88% menjadi 78,96%. Kenaikan juga terjadi di harga jual ritel sebesar 1,31% (qtq) seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat terhadap ritel jual. APARTEMEN Apartemen (leased apartment) di Jakarta tetap, sementara tingkat hunian meningkat didorong oleh tarif sewa yang menurun. Jumlah pasokan apartemen sewa tidak mengalami perubahan sejak 3 triwulan terakhir, tetap sebesar m 2. Untuk meningkatkan tingkat hunian, tarif sewa apartemen mengalami penurunan sebesar 2,90% (qtq) menjadi Rp /m 2 /bulan sehingga tingkat hunian sedikit meningkat dari 70,32% menjadi 72,32%. Pasar apartemen sewa di tahun 2010 mulai menunjukkan pertumbuhan, terutama di kawasan sekunder. Harga sewa yang lebih rendah dibandingkan di kawasan primer menyebabkan banyak penyewa yang memilih untuk menyewa di kawasan sekunder. Selain itu, mulai kembalinya beberapa ekspatriat yang berasal dari Jepang dan Korea ke Indonesia yang disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian negara-negara tersebut akibat krisis global diperkirakan menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya pemintaan terhadap apartemen sewa. Grafik 3 Tingkat Hunian dan Tarif Apartemen 90% Rp170,000 85% Rp160,000 Rp150,000 Rp140,000 Rp130,000 65% Rp120,000 60% Rp110,000 Tim Statistik Sektor Riil 3

4 meningkat diikuti oleh meningkatnya penjualan, sementara tarif sewa menurun. Apartemen Jual (Condominium) di Jakarta Selesainya pembangunan Tamansari Sudirman Apartmen Tower A di kawasan CBD dan Urbana Apartment di kawasan sekunder memberikan pasokan baru sebanyak 561 unit, atau meningkat 0,82% (qtq) dan 8,13% (yoy). Dengan penambahan ini, jumlah pasokan menjadi sebanyak unit. Pada triwulan mendatang penambahan pasokan diperkirakan sekitar unit, yang berasal dari pembangunan Centro City Tower, Gandaria Height Tower A, Mapple Park Tower B dan The Groove. Peningkatan jumlah pasokan tersebut diikuti dengan kenaikan permintaan sehingga tingkat penjualan meningkat 0,57% (qtq) menjadi 93,15%. Hal ini didukung oleh kegiatan promo diskon yang diberikan oleh pengembang untuk menarik minat konsumen sehingga ratarata harga jual apartemen mengalami penurunan sebesar 0,51% (qtq) menjadi Rp.10,85/m 2. Pada triwulan mendatang, pasar apartemen jual diperkirakan akan mulai pulih seiiring dengan meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap kestabilan kondisi ekonomi dan suku bunga KPA yang semakin menurun. HOTEL Jabodebek : jumlah pasokan kamar bertambah namun tingkat hunian dan tarif kamar menurun. Hotel di Jabodebek Jumlah pasokan baru kamar hotel pada triwulan I-2010 berasal dari Hotel Kawanua Aerotel di Cempaka Putih sebanyak 79 kamar dan Grand Zuri Hotel di kawasan Jababeka sebanyak 134 kamar, namun demikian penjualan dan penghentian operasi Hotel Sofyan Cikini dengan jumlah kamar sebanyak 111 kamar, menyebabkan jumlah kamar hotel hanya bertambah sebanyak 102 kamar (0,43%, qtq), sehingga jumlah kamar hotel secara keseluruhan sebanyak kamar. Secara tahunan, jumlah pasokan mengalami peningkatan sebesar 2, (yoy). Pada triwulan mendatang penambahan pasokan diperkirakan sebanyak kamar yang berasal dari beberapa hotel, antara lain Aston, Bidakara Hotel 2, dan Merlynn Park. Tingkat hunian hotel pada triwulan I-2010 mengalami penurunan pada semua jenis hotel berbintang (bintang 3, 4 dan 5), yang terbesar pada hotel bintang 5 dari 61,33% (IV-2009) menjadi 58,88% (I-2010). Sementara untuk hotel bintang 4 dan 3, masing-masing mengalami penurunan dari 66,83% menjadi 66,43% dan dari 71,03% menjadi 70,15%. Penurunan terjadi pula pada tarif kamar hotel sebesar 0,89% (qtq) atau 6,12% (yoy) menjadi Rp /kamar/malam. Secara triwulanan, penurunan terbesar terjadi pada hotel bintang 3 sebesar 4,04% (qtq) menjadi Rp /kamar/malam, hotel bintang 4 turun 0,28% menjadi Rp /kamar/malam dan hotel bintang 5 yang hanya turun 0,04% (qtq) menjadi Rp /kamar/malam. Grafik 4 Tingkat Hunian dan Tarif Kamar Hotel Jabodebek Rp950,000 Rp875,000 Rp800,000 65% Rp725,000 60% Rp650,000 55% Rp575,000 50% Rp500,000 (Rp) Tarif kamar/malam Tim Statistik Sektor Riil 4

5 Banten: jumlah pasokan meningkat, namun tingkat hunian dan tarif kamar mengalami penurunan. Jabobeka: jumlah pasokan meningkat, sementara tingkat penjualan dan harga jual menurun. Penurunan terjadi pula pada tingkat hunian dan tarif sewa. Hotel di Banten Setelah stagnan selama 3 triwulan, jumlah pasokan kamar hotel pada triwulan I-2010 bertambah sebanyak156 kamar dengan beroperasinya Hotel Aston di Taman Palem, sehingga jumlah pasokan kamar hotel di Banten menjadi kamar. Jika dibandingkan dengan triwulan I-2009, peningkatan pasokan kamar hotel cukup signifikan yaitu sebesar 17,02% (yoy). Sementara itu, tingkat hunian hotel pada triwulan I-2010 mengalami penurunan dari 58,54% menjadi 56,50%. Penurunan terjadi pula pada tarif kamar hotel, sebesar 4,98% (qtq) atau 6,12% (yoy) menjadi Rp /malam. Sejalan dengan liburan panjang anak sekolah pada triwulan mendatang, tingkat hunian hotel diperkirakan akan meningkat, terutama hotel yang berada di lokasi wisata seperti di Pantai Anyer, Carita dan daerah lainnya. LAHAN INDUSTRI Lahan Industri di Jabobeka (Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Karawang) Jumlah lahan industri pada triwulan I-2010 mengalami penambahan sebanyak 200 hektar (3,34%, qtq) atau 6,53% (yoy), yang berasal dari Kawasan Industri Delta Silikon 3 sehingga jumlahnya mencapai hektar. Sementara itu tingkat penjualan lahan industri pada triwulan I-2010 menurun dari 73,20% menjadi 71,27%, dimana sebagian besar (77,04%) penyerapan lahan industri tersebut berasal dari wilayah Bekasi. Penurunan terjadi pula pada harga jual sebesar 2,57% (qtq) menjadi Rp /m 2. Tingkat hunian lahan industri sewa pada triwulan I-2010 tercatat mengalami penurunan, dari 69,85% menjadi 67,83%. Penurunan juga terjadi pada tarif sewa, secara triwulan penurunannya sebesar 3,21% (qtq) namun secara tahunan cukup signifikan sebesar 18,98% menjadi Rp /m 2 /bulan. Grafik 5 Tingkat Hunian dan Tarif Lahan Industri di Jabobeka Rp50,000 Rp45,000 Rp40,000 65% Rp35,000 60% Rp30,000 55% Rp25,000 Banten: jumlah pasokan dan tingkat hunian stabil, sedangkan harga jual mengalami penurunan. Lahan Industri di Banten Jumlah lahan industri di Banten tidak mengalami perubahan, tetap seluas ha, demikian pula dengan tingkat hunian relatif stabil sebesar 70,09%. Sementara itu, harga jual lahan industri mengalami penurunan (-0,53%, qtq) menjadi sebesar Rp /m 2. Pada triwulan II-2010, pasokan baru lahan industri diperkirakan berasal dari pengembangan Milenium Industrial Estate tahap 2 di kawasan Tigaraksa, Tangerang seluas 169 hektar. Tim Statistik Sektor Riil 5

6 KREDIT PROPERTI BANK UMUM Kredit Properti: kredit KPR/KPA mengalami penurunan, sementara kredit real estate dan konstruksi mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari LBU, penyaluran kredit properti 1 oleh bank umum sampai dengan triwulan I-2010 (Maret 2010) tercatat sebesar Rp.200,74 triliun. Pangsa kredit properti tersebut sebesar 14,00% dari total outstanding kredit bank umum yang berjumah Rp.1.433,65 triliun. Jumlah kredit properti pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar 6,26% (qtq), sementara pada triwulan lalu pertumbuhannya tercatat sebesar 3,94% (qtq). Penurunan kredit properti tersebut disebabkan oleh terjadinya kontraksi pada kredit KPR/KPA 2 dan kredit konstruksi 3, masing-masing sebesar 8,06% (qtq) dan 14,47% (qtq), sementara kredit real estate 4 masih meningkat sebesar 21,69% (qtq). Dengan berkurangnya jumlah kredit KPR/KPA, maka pangsa kredit KPR/KPA mengalami penurunan dari 64,29% menjadi 56,67%. Sementara pangsa kredit untuk kegiatan konstruksi pada triwulan I-2010 tercatat sebesar 27,17% dan kredit untuk subsektor real estate sebesar 16,16%. Grafik 6 Realisasi Kredit Perbankan Terhadap Properti Nasional Rp. Triliun Properti (total) KPR dan KPA Konstruksi Real Estate Distribusi Kredit Properti Triwulan I-2010 (%) Kons truksi Real Estate KPR & KPA Penyaluran kredit properti antara lain juga dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit. Berdasarkan grafik 7, secara umum terlihat bahwa tingkat suku bunga kredit yang relatif rendah akan mendorong penyaluran kredit yang lebih besar. Namun di triwulan , meskipun suku bunga kredit di sektor konstruksi menurun dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,58% menjadi 12,5%, namun pertumbuhan kredit properti mengalami penurunan sebesar 6,26% (qtq). Grafik 7. Pertumbuhan Kredit Properti dan Suku Bunga Kredit Sektor Konstruksi (5.0) % (10.0) II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 12.0 Sk. Bunga Kr. Sektor Konstruksi (kiri) Pertumbuhan Kredit Properti (qtq) 1 Kredit Properti: mencakup kredit yang diberikan kepada kontraktor untuk pembangunan perkantoran, perhotelan, rumah dan pertokoan serta kredit kepada perorangan untuk kepemilikan serta pemugaran rumah 2 KPR/KPA : pemberian kredit untuk membeli atau memperbaiki/memugar rumah atau apartemen. 3 Konstruksi: usaha yang dilakukan kontraktor untuk pembangunan dan perbaikan gedung, jalan, pasar, dan kegiatan konstruksi untuk fasiltias umum lainnya. 4 Real estate : usaha-usaha membangun gedung, flat, rumah tempat tinggal, pasar dan sebagainya, baik untuk disewakan maupun dijual. Tim Statistik Sektor Riil 6

7 Lampiran Laporan Survei Properti Komersial Triwulan I-2010 A I II III IV I IV-2009 I-2010 IV-2009 I-2010 JABODEBEK Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi PERKANTORAN = Stok (m2) 5,919,897 6,059,297 6,115,535 6,135,335 6,135, % 0.00% 4.49% 3.64% = Tingkat hunian / Lease 87.83% 86.23% 85.69% 86.37% 87.57% % -1.32% -0.29% = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 161, , , , , % -0.17% 0.46% -4.29% Jual = Stok (m2) 618, , , , , % 0.00% 24.22% 18.15% = Tingkat Penjualan 95.72% 95.31% 95.72% 95.26% 95.59% -0.47% 0.34% 0.62% -0.13% = Harga jual (Rp/m2) 16,975,649 15,753,730 15,071,535 15,060,352 15,288, % 1.52% -5.31% -9.94% B. SEKTOR RITEL = Stok (m2) 3,111,970 3,111,970 3,254,759 3,254,759 3,301, % 1.44% 8.49% 6.09% = Tingkat hunian 88.40% 88.99% % 87.52% 0.42% -0.74% -1.08% -0.99% = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 464, , , , , % -0.35% 3.98% 1.35% C Jual = Stok (m2) 1,488,172 1,488,172 1,708,982 1,721,582 1,721, % 0.00% 15.68% 15.68% = Tingkat Penjualan (%) 79.55% 79.64% 76.11% 76.29% 76.58% 0.24% 0.38% -3.32% -3.73% = Harga Jual (Rp/m2) 43,083,028 43,506,814 44,063,802 42,860,534 42,865, % 0.01% -0.51% -0.51% APARTEMEN = Stok (unit) 11,524 11,594 11,616 11,616 11, % 0.00% = Tingkat hunian 72.29% 72.55% 70.43% 70.32% 72.32% -0.16% 2.84% -6.90% 0.04% = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 157, , , , , % -2.90% -1.10% -3.68% Jual / Kondominium = Stok (unit) 64,093 66,371 67,162 68,743 69, % 0.82% 11.07% 8.13% = Tingkat penjualan 94.30% 92.93% 92.24% 92.63% 93.15% 0.42% 0.57% -1.62% -1.22% = Harga jual (Rp/m2) 10,617,690 10,581,958 10,836,489 10,911,460 10,851, % -0.55% 2.00% 2.21% D HOTEL (Bintang 3, 4, 5) = Stok (kamar) 23,268 23,268 23,268 23,806 23, % 0.43% 2.31% 2. = Tingkat hunian 70.62% 71.56% 65.19% % 0.86% -2.00% % -8. = Tarif kamar (Rp/malam) 855, , , , , % -0.89% -2.71% -6.12% E KETERANGAN LAHAN INDUSTRI* = Stok (ha) 5,817 5,997 5,997 5,997 6, % 3.34% 3.09% 6.53% = Tingkat penjualan 74.99% 72.85% 72.98% 73.20% 71.27% 0.29% -2.63% -2.05% -4.96% = Harga jual (Rp/m2) 773, , , , , % -2.57% -4.23% -7.78% = Tingkat Hunian 69.45% 69.65% 69.72% 69.85% 67.83% 0.19% -2.89% 1.15% -2.32% = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 48,447 43,438 41,487 40,554 39, % -3.21% -9.26% % * wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi dan Kerawang BANTEN Tangerang, Cilegon, Serang, Pandeglang PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL DI WILAYAH JABODEBEK DAN BANTEN 2009 PERTUMBUHAN (%) Tahunan A. SEKTOR RITEL = Stok (m2) 215, , , , , % 0.00% 4.87% 4.87% = Tingkat hunian 91.57% 90.41% 91.65% 91.96% 92.45% 0.34% 0.53% 0.99% 0.96% = Tarif sewa (Rp/m2/bulan) 356, , , , , % -0.20% 4.87% 3.88% Jual = Stok (m2) 524, , , , , % 0.00% 0.00% 0.00% = Tingkat Penjualan 78.69% 78.81% 78.82% 78.88% 78.96% 0.07% 0.10% 0.35% 0.33% = Harga Jual (Rp/m2) 34,820,004 34,878,565 34,878,565 34,878,565 35,333, % 1.31% 0.40% 1.48% B. HOTEL (Bintang 3, 4, 5) = Stok (kamar) 1,798 1,948 1,948 1,948 2, % 8.01% 8.34% 17.02% = Tingkat hunian 53.11% 54.21% 56.66% 58.54% 56.50% 3.32% -3.48% -5.26% 6.38% = Tarif kamar (Rp/malam) 742, , , , , % -4.98% -4.34% -9.52% C. LAHAN INDUSTRI = Stok (ha) 5,388 5,388 5,388 5,388 5, % 0.00% 0.00% 0.00% = Tingkat penjualan % 69.96% 70.06% 70.09% 0.14% 0.05% 0.78% 0.50% = Harga jual (Rp/m2) 630, , , , , % -0.53% -2.33% -3.71% 2010 Triwulanan Tim Statistik Sektor Riil 7

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan II I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan II-2008 terjadi pada subsektor ritel,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2008 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Penambahan pasokan baru properti komersial pada triwulan I-2008 terjadi pada subsektor perkantoran

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodetabek (q-t-q) : Triwulan II I - 2007 Jakarta: pasokan perkantoran bertambah tetapi tingkat hunian masih meningkat dengan tarif

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan IV I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada subsektor perkantoran,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan IV-2006 Secara umum tingkat hunian properti komersial di wilayah Jabotabek, mengalami penurunan sementara tarif sewa kantor, ritel dan lahan industri relatif tetap

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan III I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di wilayah Jabodebek (q-t-q) : Perkembangan pasokan baru properti komersial yang cukup pesat terjadi pada perkantoran sewa,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Triwulan I - 2007 Perkembangan Properti Komersial di Wilayah Jabodetabek Tarif properti komersial (perkantoran, ritel, apartemen, hotel, dan lahan industri) cenderung meningkat

Lebih terperinci

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan II- 2006 Tingkat hunian ritel, apartemen dan hotel di wilayah Jabotabek, mengalami peningkatan, sebaliknya tingkat hunian kantor mengalami

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan I- 2006 Tingkat hunian kantor dan hotel di wilayah Jabotabek, mengalami peningkatan, sebaliknya tingkat hunian ritel, apartemen mengalami penurunan.

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Oktober Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Oktober secara bulanan relatif stabil kecuali tarif lahan industri mengalami penurunan dan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan IV- 2005 Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan kecuali tingkat hunian hotel dan ritel di Bandung menurun. Tarif

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Triwulan II - Pada triwulan laporan, secara umum tingkat hunian sektor properti komersial meningkat dibandingkan periode sebelumnya, kecuali untuk gedung

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVE PROPERT KOMERSAL COMMERCAL PROPERTY SURVEY Triwulan V - Tarif sewa properti komersial menunjukkan perkembangan yang berbeda. Sementara itu, tingkat hunian properti komersial cenderung meningkat,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY September Harga properti komersial sewa/jual pada bulan September secara bulanan relatif kecuali tarif hotel mengalami penurunan dan lahan industri

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Januari 2005 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Tingkat hunian kantor dan apartemen meningkat, sebaliknya tingkat hunian pusat perbelanjaan dan hotel menurun. Sementara tarif sewa umumnya mengalami peningkatan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Februari - Tingkat hunian hotel dan apartemen mengindikasikan kenaikan, lainnya relatif stabil. Sementara tarif sewa, umumnya mengindikasikan penurunan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Juli Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Juli secara bulanan relatif stabil sementara secara tahunan mengalami peningkatan. Tingkat hunian

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY November Tingkat hunian hotel dan perkantoran mengalami penurunan sedangkan lainnya cenderung tetap atau sedikit naik. Sementara harga sewa secara

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Juni Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Juni secara bulanan relatif stabil sementara secara tahunan mengalami peningkatan. Secara bulanan

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Maret Tingkat hunian ritel, kantor meningkat sebaliknya tingkat hunian apartemen, hotel menurun, sementara tarif sewa ritel, apartemen stabil.

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Agustus Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk pusat perbelanjaan. Harga sewa properti komersial juga

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Mei Secara umum tingkat hunian maupun tarif sewa properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk tingkat hunian apartemen. Sementara itu,

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Februari 2005 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL Secara umum, tingkat hunian dan tarif sewa properti komersial memperlihatkan peningkatan, kecuali hotel Tingkat penjualan dan harga jual pada umumnya meningkat Pusat

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY 9+-* SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Agustus Harga properti komersial sewa/jual pada bulan Agustus secara bulanan relatif stabil kecuali tarif hotel mengalami penurunan sementara secara

Lebih terperinci

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY April Secara umum tingkat hunian mengalami peningkatan, kecuali ritel yang sedikit menurun dan lahan industri yang cenderung tetap. Tarif sewa properti

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY September Secara umum, tingkat hunian properti komersial mengalami peningkatan, kecuali untuk pusat perbelanjaan. Sementara harga sewa properti komersial

Lebih terperinci

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL 7 SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY April Tingkat hunian maupun tarif sewa cenderung relatif stabil Tingkat penjualan apartemen dan lahan industri meningkat, sedangkan kantor relatif

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013) 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia

Lebih terperinci

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY Juni Secara umum tingkat hunian dan tarif sewa properti komersial mengalami meningkatan Tingkat penjualan meningkat kecuali perkantoran, dan terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I. PERTUMBUHAN INDUSTRI PROPERTI 1 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2 Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2010 2017

Lebih terperinci

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri LAPORAN INDUSTRI Januari 2014 Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kata Pengantar 2 1.2 Cakupan

Lebih terperinci

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Coldwell Banker Commercial Kawasan Bisnis Granadha, 12 th B Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta 12930 Indonesia Phone : +62 21 255 39 388 Fax

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan I - 1 Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan I-1 meningkat baik secara triwulanan (,7%) maupun tahunan (,53%). Kenaikan harga yang terjadi sejalan dengan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan II - 21 Harga dan Volume Penjualan Properti Residensial pada triwulan II-21 mengalami kenaikan. Indeks Harga Properti Residensial masih menunjukkan kenaikan,

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN * perkiraan

SURVEI PERBANKAN * perkiraan SURVEI PERBANKAN TRIWULAN IV-217 PERTUMBUHAN KREDIT TAHUN 218 DIPERKIRAKAN MENINGKAT Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV- 217 secara triwulanan (qtq) meningkat.

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 9 Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-9 menunjukkan kenaikan, baik secara triwulanan (,69%) maupun tahunan (,31%). Kenaikan harga yang terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan I 8 Baik secara triwulanan maupun tahunan, harga Properti Residensial Triwulan I-8 mengalami kenaikan. Kenaikan harga diperkirakan masih akan berlanjut pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 memberikan pengaruh tersendiri terhadap pertumbuhan beberapa sektor industri dalam negeri, tak terkecuali bagi sektor properti.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil menurut data yang diperoleh dari International Monetary Fund (IMF). Berikut adalah grafik yang

Lebih terperinci

(%, SBT) (%, qtq)

(%, SBT) (%, qtq) (%, SBT) (%, qtq) 98.1 39.2 5 85.6 83.4 73.7 78.8 77.9 75 66.7 62.6 25 56.9 24.9 52.9 22.6 5 12.7-15. 31.3-4. -5.2 25 13.7-14.5-25 -18.3 * perkiraan -32.2-5 I II III IV I II III IV I II III IV* SBT Pertumbuhan

Lebih terperinci

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy)

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy) (%) 3.0 Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis 2.7 2.6 2.5 2.5 2.6 2.0 1.6 1.5 1.5 1.0 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2013 2014 Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: Bank Indonesia (%, yoy) Grafik 3.

Lebih terperinci

(%, SBT) (%, qtq)

(%, SBT) (%, qtq) (%, SBT) (%, qtq) 99.3 0 87.9 39.2 75.3 84.0 73.7 78.8 85.6 84.8 35 56.9 24.9 52.9 60 17.2.1 66.7 12.7 62.6 5 31.3 21.7-4.0-5.2 - -9.0 13.7-15.9-15.0-14.5-25 -18.3-35.8 0 - I II III IV I II III IV I II

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Tantangan Sektor Properti Tempat tinggal yang layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Demikian pula di kota-kota besar, perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang investor bersedia menanamkan dananya pada suatu investasi apabila dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi dapat diartikan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan

Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan Analisa Statistik Uang Beredar (M2) dan Perkembangan Dana, Kredit serta Suku Bunga Perbankan ober Uang Beredar dalam arti luas (M2) yang terdiri dari uang kartal dan dana masyarakat di perbankan, pada

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang sewa perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25% kepemilikan, PT AP sebesar

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset

Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan. Oleh : Tim Riset Elastisitas Outstanding Kredit Pemilikan Rumah dan Apartemen Terhadap Indikator Pasar Perumahan Oleh : Tim Riset Abstrak Studi ini dilakukan untuk menganalisis tingkat perubahan pada outstanding KPR&KPA

Lebih terperinci

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

No. Jenis Kredit Rincian Kredit 1 No. Jenis Kredit Rincian Kredit a. I-2013 II-2013 III-2013 IV-2013 Kredit Modal Kerja 33.7 70.5 80.9 76.1 Kredit Investasi 53.5 82.0 58.5 45.7 Kredit Konsumsi 6.9 31.8 25.0 14.6 KPR/KPA 24.1 34.2 14.1-14.4

Lebih terperinci

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I SURVEI PERBANKAN Triwulan I-007 Target pemberian kredit baru pada triwulan II-007 dan tahun 007 diperkirakan masih akan meningkat Hanya 4,0% responden yang menyatakan realisasi kredit baru dalam triwulan

Lebih terperinci

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

No. Jenis Kredit Rincian Kredit 1 No. Jenis Rincian Konsumsi c. Sektor Ekonomi* I-2015 II-2015 III-2015 IV-2015 Modal Kerja 9.4 63.7 59.2 42.8 Investasi 41.6 32.4 37.7 35.8 Konsumsi -4.3 75.4 28.9 45.7 KPR/KPA 13.3 55.7 9.0 36.6 Kendaraan

Lebih terperinci

KONDISI TRIWULAN II-2007

KONDISI TRIWULAN II-2007 SURVEI PERBANKAN Triwulan II-2007 Permintaan masyarakat terhadap kredit baru mengalami peningkatan, ditunjukkan dengan angka neto tertimbang 92,8% Hanya sekitar 34,1% responden menyatakan bahwa realisasi

Lebih terperinci

ASURANSI UMUM & REASURANSI

ASURANSI UMUM & REASURANSI Market Update ASURANSI UMUM & REASURANSI Triwulan 3 (Jan-Sep) tahun 2017 Bidang Statistik, Riset, Analisa, TI dan Aktuaria Jakarta, November 2017 Pengantar Analisa operasional asuransi umum Triwulan 3

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN II-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru diindikasikan mengalami peningkatan Kondisi tersebut diprakirakan akan berlanjut

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada uari tumbuh 7,7% (yoy). Angka ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PROFIL DAN PENCAPAIAN PERSEROAN

PROFIL DAN PENCAPAIAN PERSEROAN PT DUTA PERTIWI TBK PROFIL DAN PENCAPAIAN PERSEROAN SEJARAH PERSEROAN Terdaftar di Bursa Efek Surabaya total saham 225 juta lembar dengan harga Rp 3.150/saham Pembagian saham bonus sebanyak 1 untuk 4 lembar

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan di dunia bisnis menjadi prioritas utama bagi manajemen perusahaan untuk menampilkan yang terbaik dari perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL Triwulan IV - 2016 Harga Properti Residensial pada Triwulan IV-2016 Meningkat Indeks Harga Properti Residensial pada triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 0,37% (qtq), sedikit

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perekonomian suatu negara sangat ditopang oleh kemajuan dan perkembangan dunia jasa konstruksinya. Di Indonesia, jasa konstruksi yang terdiri

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I. PERTUMBUHAN INDUSTRI PROPERTI Grafik 1.1. Grafik 1.2. Grafik 1.3. 1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA 2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA DAFTAR ISI BAB I. PERTUMBUHAN INDUSTRI PROPERTI 1 Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2010-2016 2 Grafik 1.2. Pertumbuhan Industri Real Estate,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

Perkembangan Uang Beredar (M2)

Perkembangan Uang Beredar (M2) Perkembangan Uang Beredar (M2) wa ember Uang Beredar (M2) pada ember tumbuh 12,7, stabil dibanding pertumbuhan ember (12,7%;yoy). M1 tumbuh 5,4 melambat dibanding ember (8,6%;yoy), namun Uang Kuasi tumbuh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate 12 BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PROPERTY DAN REAL ESTATE DI INDONESIA 2.1. Sejarah Perusahaan Sub Sektor Property dan Real Estate Industri sub sektor property dan real estate pada umumnya merupakan dua hal

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y Triwulan I-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru mengalami peningkatan, namun mengalami perlambatan yang cukup besar Kondisi tersebut

Lebih terperinci

% yoy. Jan*

% yoy. Jan* Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa uari Pertumbuhan Uang Beredar (M2) uari meningkat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.174,2 T, atau tumbuh 14,3% (yoy), lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Melihat dampak dari krisis finansial global yang memberikan pengaruh negatif ke negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan Singapura,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Materi dalam penelitian ini berisikan tentang penganalisaan kinerja keuangan yang menyangkut perusahaan yang bergerak dibidang real estate

Lebih terperinci

Studi Kinerja Industri Properti Residensial Pertumbuhan Harga, Penjualan, Pembiayaan, & Faktor Yang Mempengaruhinya.

Studi Kinerja Industri Properti Residensial Pertumbuhan Harga, Penjualan, Pembiayaan, & Faktor Yang Mempengaruhinya. LAPORAN INDUSTRI Januari 2014 Studi Kinerja Industri Properti Residensial Pertumbuhan Harga, Penjualan, Pembiayaan, & Faktor Yang Mempengaruhinya. DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.... 1.1 Kata Pengantar. 1.2

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Agustus 2015 Likuiditas perekonomian terakselerasi didukung pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan. Posisi uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN. kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan yang ingin mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya harus memiliki kemampuan untuk melunasi kewajibankewajiban financialnya. Untuk menghadapi

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan I-6 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan I-6 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Untuk triwulan II- 6, permintaan maupun persetujuan kredit baru diperkirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis properti tahun 2008 akan berkembang pesat, hal ini disebabkan Bank Indonesia (BI) menurunkan BI Rate menjadi 9,50 persen pada minggu pertama tahun 2008. Subsektor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa Desember 2016 Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) meningkat pada Desember 2016. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.003,3

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan rumah adalah kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia selain kebutuhan akan pakaian dan makanan. Menurut Tito Soetalaksana (2000;8) rumah merupakan

Lebih terperinci

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN SURVEI KREDIT PERBANKAN Triwulan IV-5 Permintaan dan persetujuan kredit baru pada triwulan IV-5 menurun tajam, namun pada triwulan I-6 diperkirakan membaik Suku bunga dana dan kredit pada triwulan IV-5

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang sangat ketat dan pesatnya perkembangan pasar modal yang terjadi pada saat ini telah mempengaruhi kegiatan perusahaan, baik perusahaan kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidaklah dapat

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci