SISTEM PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SISTEM PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR"

Transkripsi

1 SISTEM PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokation Ahli Madya (A.Md) dalam Bidang Manajemen Administrasi Oleh : Yuni Krisnawati D PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 MOTTO Hidup untuk suatu hal atau mati tanpa untuk apapun Waktu dan tenaga yang telah anda habiskan untuk belajar, pasti akan selalu melahirkan sesuatu yang berguna untuk kehidupan anda. Hiduplah seakan-akan kamu kamu akan mati esok hari dan belajarlah seakanakan kamu akan hidup selamanya. Kita tidak pernah tahu usaha ke berapa yang akan berhasil, seperti kita tidak pernah tahu doa mana yang akan dikabulkan. Maka perbanyaklah keduanya. v

6 PERSEMBAHAN Tugas akhir ini penulis persembahkan kepada : 1. Orangtua tercinta 2. Kakak-kakak tersayang 3. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganayar 4. Sahabat yang selalu mendukung dan mendoakan saya 5. Teman-teman D3 Manajemen Administrasi-A vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Yang berjudul Sistem Penilaian Kesehatan Koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya jurusan Manajemen Administrasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terlepas dari kekurangan yang ada, Tugas Akhir ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret 2. Bapak Drs. Ali, M.Si selaku Kepala Progam Diploma III Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret 3. Bapak Irsyadul Ibad, S.AB. M.Ed selaku Pembimbing Akademik 4. Ibu Endang Kurnia Maharani, S.Sos selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama dalam menyusun Tugas Akhir 5. Bapak Drs. Suryatmojo, M.Si selaku penguji 6. Bapak Edi Sukiswadi, S.Sos selaku Sekretaris Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Karanganyar, Atas izin yang telah diberikan untuk melakukan magang kerja 7. Ibu Dewi Hanifah,SE Kepala Seksi Kelengkapan dan Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar yang telah mengijinkan penulis melakukan pengamatan 8. Seluruh pegawai Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar yang telah memberikan bantuan selama kegiatan magang berlangsung dan pencarian data-data yang penulis butuhkan 9. Seluruh Dosen pengajar studi Manajemen Administrasi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis vii

8 10. Seluruh karyawan perpustakaan Fakultas dan Pusat atas bantuan dan informasinya 11. Kedua orangtua serta kakak-kakakku yang selalu mendoakan penulis, memberikan dukungan dan motivasi serta semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini 12. Semua teman dan sahabatku Manajemen Administrasi 2013 atas kebersamaan selama ini 13. Semua pihak yang belum penulis sebutkan satu persatu yang juga ikut membantu penulis menyusun Tugas Akhir. Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca maupun pihak-pihak yang berkepentingan dengan penulisan Tugas Akhir ini. Surakarta, 27 Mei 2016 penulis viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN JUDUL... i PERSETUJUAN... ii PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... Error! Bookmark not defined. MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR BAGAN... xiii ABSTRAK... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...3 C. Tujuan Pengamatan...3 D. Manfaat Pengamatan...3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN... 4 A. TINJAUAN PUSTAKA Sistem Koperasi Laporan Keuangan Koperasi Penilaian kesehatan koperasi Penetapan kesehatan koperasi Tatacara penyelenggaraan penilaian kesehatan koperasi...22 B. METODE PENGAMATAN Lokasi Pengamatan Jenis Penelitian Sumber Data...24 ix

10 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis Data...26 BAB III DISKRIPSI LEMBAGA A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar...28 B. Dasar Hukum...28 C. Visi dan Misi Disperindagkop dan UMKM...30 D. Struktur organisasi...30 BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Input Penilaian Kesehatan Koperasi Surat Permohonan Laporan Keuangan Persiapan Penilaian Kesehatan Koperasi...37 B. Proses Penilaian Kesehatan Koperasi Pelaksanaan Penilaian Kesehatan Koperasi Perhitungan Penilaian Kesehatan Koperasi...40 C. Output Penilaian Kesehatan Koperasi Surat Keputusan Sertifikat...61 D. Kendala Yang Dihadapi dan Penyelesaiannya...61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...64 B. Saran...65 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah Koperasi di Kabupaten Karanganyar... 1 Tabel 2.1 Penetapan predikat tingkat kesehatan koperasi Tabel 4.1 Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset Tabel 4.2 Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan Yang Berisiko Tabel 4.3 Standar Perhitungan Kecukupan Modal Sendiri Tabel 4.4 Standar Perhitungan Rasio Volume Pinjaman Pada Anggota Terhadap Pinjaman Diberikan Tabel 4.5 Standar Perhitungan RPM Tabel 4.6 Standar Perhitungan Rasio Cadangan Terhadap Resiko Pinjaman Bermasalah Tabel 4.7 Standar Perhitungan Rasio Pinjaman Berisiko Terhadap Pinjaman Yang Diberikan Tabel 4.8 Standar Perhitungan Manajemen Umum Tabel 4.9 Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan Tabel 4.10 Standar Perhitungan Manajemen Permodalan Tabel 4.11 Standar Perhitungan Manajemen Aktiva Tabel 4.12 Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas Tabel 4.13 Standar Perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota Terhadap Partisipasi Bruto Tabel 4.14 Standar Perhitungan Rasio Beban Usaha Terhadap SHU Kotor Tabel 4.15 Standar Perhitungan Rasio Efisiensi Pelayanan Tabel 4.16 Standar Perhitungan Rasio Kas+ Bank Terhadap Kewajiban Lancar Tabel 4.17 Standar Perhitungan Rasio Pinjaman Yang Diberikan Terhadap Dana Yang Diterima Tabel 4.18 Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Asset Tabel 4.19 Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Tabel 4.20 Standar Perhitungan Rasio Kemandirian Operasional Tabel 4.21 Standar Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto Tabel 4.22 Standar Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota xi

12 Tabel 4.23 Predikat tingkat kesehatan koperasitabel 25 kesehatan koperasi xii

13 DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Bagan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar...31 Bagan 4.1 Bagan alur sistem penilaian kesehatan koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar Gambar 2 disperindag...63 xiii

14 ABSTRAK YUNI KRISNAWATI D , SISTEM PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI, DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR. Tugas Akhir, Progam Studi Manajemen Administrasi, Progam Diploma III, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2016, 64 Halaman. Koperasi adalah satu bentuk usaha berbadan hukum yang berdiri di Indonesia. Di Kabupaten Karanganyar koperasi terus dikembangkan, dengan harapan koperasi dapat memperbaiki perekonomian nasional. Untuk dapat terus bertahan dan bersaing dengan koperasi lainnya, pemerintah melakukan kebijakan dengan mengatur, membina, mengawasi, dan melakukan penilaian kesehatan. Penilaian kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan melakukan penilaian kesehatan, koperasi dapat mengetahui keadaan dan kinerja koperasi, sehingga digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Tujuan pengamatan yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui bagaimana sistem penilaian kesehatan koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Karanganyar. Jenis pengamatan yang digunakan adalah dekriptif kualitatif, yaitu studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam kasusnya mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya Sumber data yang diperoleh berdasarkan Narasumber (informan), Peristiwa aktivitas, dan Dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi yang berkaitan dengan sistem penilaian kesehatan koperasi. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan dapat diketahui bahwa sistem penilaian kesehatan koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kabupaten Karanganyar terdiri dari input, proses, output. Input dari penilaian kesehatan koperasi yaitu surat permohonan, laporan keuanga, dan persiapan. Proses penilaian dimulai dari pelaksanaan, perhitungan penilaian. Output dari penilaian kesehatan koperasi yaitu Surat Keputusan (SK) dan Sertifikat penilaian kesehatan koperasi. Kendala yang dihadapi adalah hasil penilaian kesehatan koperasi diterbitkan tidak tepat waktu, dikarenakan banyaknya pemohon yang mengajukan penilaian kesehatan koperasi sedangkan staf penilai yang memiliki sertifikat kurang. Saran untuk mengatasi permasalahan tersebut, Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar Bidang Koperasi membuat sistem informasi penilaian kesehatan koperasi, dengan adanya sistem informasi Disperindagkop dan UMKM bidang Koperasi dapat melakukan penilaian dengan mudah dan cepat, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Kata kunci: Kesehatan Koperasi, Sistem Penilaian, xiv

15 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi adalah satu bentuk usaha berbadan hukum yang berdiri di Indonesia. Menurut Undang-Undang Perkoperasian tahun1992 pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang termuat dalam Undang-Undang Dasar Dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Ketentuan tersebut sesuai dengan azas koperasi. Koperasi perlu lebih membangun dirinya, dan dibangun menjadi kuat serta mandiri berdasarkan prinsip koperasi sehingga koperasi mampu berperan sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Di Indonesia jumlah koperasi tiap tahunnya selalu naik, seperti halnya di koperasi Kabupaten Karanganyar. Sampai febuari 2016 ini tercatat koperasi yang terdaftar di Kabupaten Karanganyar. Tahun Tabel 1.1 Jumlah Koperasi di Kabupaten Karanganyar Sebelum tahun 2012 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Jumlah Koperasi yang terdaftar 948 koperasi 28 koperasi 17 koperasi 22 koperasi 25 koperasi koperasi Sumber: Disperindagkop dan UMKM Kab. Karanganyar

16 2 Koperasi tersebut terus dikembangkan, dengan harapan koperasi dapat memperbaiki perekonomian nasional. Untuk dapat terus bertahan dan bersaing dengan koperasi lainnya, pemerintah melakukan kebijakan dengan mengatur, membina, mengawasi, dan melakukan penilaian kesehatan. Penilaian kesehatan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan melakukan penilaian kesehatan, koperasi dapat mengetahui keadaan dan kinerja koperasi, sehingga digunakan sebagai acuan pengambilan keputusan untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Maka dari itu, Menteri Negara Koperasi dan UKM mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.UMKM/XII/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 20/Per/M.UMKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi. Penilaian kesehatan koperasi mengacu pada 7 aspek, yaitu: permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem nilai kredit atau reward system yang dinyatakan dengan nilai 0 sampai dengan 100. Penilaian kesehatan koperasi dilakukan setahun sekali, yang dilaksanakan pada posisi setiap akhir tahun buku. Penilaian kesehatan koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi yang diangkat oleh mentri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi ditingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Di tingkat Kabupaten Karanganyar, instansi yang bertugas melakukan penilaian kesehatan koperasi yaitu Dinas Prindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM. Dengan pelayanan ini, Disperindagkop dan UMKM berperan penting dalam mendukung perkembangan koperasi di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka penulis memilih judul Sistem Penilaian Kesehatan Koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar.

17 3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis mencoba untuk merumuskan masalah yaitu : Bagaimana Sistem Penilaian Kesehatan Koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Karanganyar? C. Tujuan Pengamatan Penulis membuat laporan ini memiliki beberapa tujuan yaitu : 1. Tujuan Operasional Untuk mendeskripsikan bagaimana sistem penilaian kesehatan koperasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Fungsional Agar hasil dari pengamatan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Baik itu sebagai pengetahuan, masukan, dan bahan pertimbangan bagi pihak yang ingin melakukan penilaian kesehata koperasi. 3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh sebutan Vokation Ahli Madya (A.Md) progam study Manajemen Administrasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. D. Manfaat Pengamatan Manfaat yang di dapat dari kegiatan magang dan penulisan laporan tugas akhir ini, yaitu : 1. Mengetahui gambaran tentang sistem penilaian kesehatan di DisperindagkopP dan UMKM Kabupaten Karanganyar. 2. Penulis dapat menambah ilmu dan pengalaman baru di dunia kerja yang nyata. 3. Menambah informasi pembaca tentang sistem penilaian kesehatan koperasi di Disperindagkop dan UMKM Kabupaten Karanganyar.

18 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Sistem a. Definisi sistem Sistem berasal dari bahasa Yunani sistema yang berarti kesatuan, yakni keselurahan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Kata Sistema tersebut yang pada akhirnya dikembangkan menjadi berbagai macam definisi yang bervariasi sesuai dengan bidang ilmu dan bidang kajian masingmasing, namun pada intinya tetap sama yaitu kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhungan dan bekerja sama. Adapun definisi sistem menurut para ahli, diantaranya : Menurut Tata Sutabri (2005:8) sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Norman L. Enger dalam Jogiyanto, dalam Rohmat Taufiq (2005:2) mendefinikan bahwa sistem merupakan kegiatankegiatan yang berhubungan guna mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Menurut Prof.Dr.Mr.S Prajudi Atmosudirdjo, Moekijat (1986:4) sistem adalah setiap sesuatu yang terdiri atas obyekobyek atau unsur-unsur, atau komponen-komponen yang bertata kaitan dan bertatahubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengelolahan yang tertentu. Menurut Jerry Fitz Gerald dalam Jogiyanto, dalam Rohmat Taufiq (2005:2) menyatakan pendekatan yang lebih menekankan pada prosedurnya sebagai berikut : sistem adalah suatu jaringan jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan sutau kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

19 5 Dalam kamus Administrasi Perkantoran, dalam Moekijat (1986:5) dinyatakan bahwa sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan sesuatu fungsi. Dari pendapat para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sistem adalah suatu unsur yang saling berhubungan atau berkaitan satu dengan yang lainnya untuk melakukan suatu kegiatan yang akan dicapai. Model umum sebuah sistem terdiri dari masukan, pengolahan dan keluaran. Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai sasaran atau maksud, Gordon B. Davis (1984:69). Gambar model umum sebuah sistem, yaitu : Input proses output b. Unsur sistem Secara umum, sebuah sistem yang ideal memiliki unsur (Laudon dan Laudon, 2004, Oders, 2005) dalam Badri Munir Sukoco (2007:32-33) sebagai berikut : 1) Input. Aliran sistem dimulai dari beberapa jenis sumber daya. Di dalam area kerja, jenis input yang biasa dijumpai adalah data, informasi, dan material yang diperoleh baik dari dalam maupun luar organisasi. Tentunya kelancaran aliran input ini akan ditunjang oleh ketrampilan dan pengetahuan karyawan, serta peralatan kantor yang memadai guna menjalankan metode prosedur dalam sistem. 2) Processing. Perubahan dari input menjadi output yang diinginkan dilakukan pada saat pemprosesan yang melibatkan metode dan prosedur dalam sistem. Biasanya, aktivitas ini akan secara otomatis mengklasifikasikan, mengonversikan, menganalisis, serta memperoleh kembali data atau informasi yang dibutuhkan.

20 6 3) Output. Setelah melalui pemprosesan, input akan menjadi output, berupa informasi pada sebuah kertas atau dokumen yang tersimpan secara elektronik. Output ini akan didistribusikan pada bagian yang membutuhkan. Untuk itu, kualitas output mempunyai dampak yang signifikan terhadap kinerja yang berkaitan, karena bisa jadi output pada suatu subsistem tertentu merupakan input dari sistem (departemen atau bagian) yang lain. 4) Feedback. Pemberian umpan balikmutlak diperlukan oleh sebuah sistem, karena hal itu akan membantu organisasi untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem yang ada sekarang menjadi lebih baik lagi. 5) Pengawasan. Seperti halnya elemen sistem yang lain pengawasan juga memiliki dimensi internal dan eksternal. Dimensi internal tersebut adalah kebijakan perusahaan dan prosedur sistem yang harus ditaati. Dimensi eksternal melibatkan Negara, Peraturan Pemerintah, dan regulasi yang berdampak pada kebijakan sistem begitu juga etika, dan pertimbangan moral. c. Karateristik sistem Menurut Tata Sutabri (2005: 13) model umum sebuah sistem adalah input, proses, output. Sistem memiliki karateristik atau sifatsifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut dikatakan suatu sistem, yaitu : 1) Komponen sistem (components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar, yang disebut supra sistem.

21 7 2) Batasan sistem (boundary) Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. 3) Lingkungan luar sistem (environtment) Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Lingkungan luar yang menguntungkan berupa energy bagi sistem tersebut. Dengan demikian, lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan. 4) Penghubung sistem (interface) Media penghubung sistem dengan subsistem lain disebut interface. Penghubung inimemungkinkan sumer-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan. 5) Masukan sistem (input) Energy yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). 6) Keluaran sistem (output) Hasil energy yang diolah dan diklarifikasi menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain. 7) Pengolahan sistem Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran. 8) Sasaran sistem Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat determistik. Kalau sistem tidak memiliki sasaran, maka operasi

22 8 2. Koperasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan. a. Definisi koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerjasama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebgai anggota dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Menurut Pandji Anogara dan Ninik Widiyanti (1998:1) koperasi adalah suatu bentuk kerjasama dalam lapangan perekonomian. Kerja sama ini diadakan orang karena adanya kesamaan jenis kebutuhan hidup mereka. Menurut Chaniago, dalam Arifin Sito dan Halomoan Tamba (2001:17) mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmani para anggotanya. Menurut Rudianto (2010:3) koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi indonesia. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2009 menyatakan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pengertian menurut para ahli diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan seorang atau badan hukum dengan bekerjasama berdasarkan asas

23 9 kekeluargaan menjalankan usaha yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota. b. Landasan dan Azas Koperasi Koperasi di indonesia dalam pembentukannya tidak dapat dipisahkan dan seperangkat nilai yang luhur yang disebut landasan dan asas koperasi. Landasan dan asas koperasi suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya Landasan koperasi merupakan pedoman dalam menentukan arah, tujuan, peran serta kedudukan koperasi terhadap pelaku-pelaku ekonomi lainnya di dalam sistem perekonomian indonesia. Dalam UU Perkoperasian No. 25 tahun 1992, koperasi berlandasan pancasila dan Undang-undang Dasar Berdasarkan pasal 2 UU Perkoperasian No.25 tahun 1992 telah ditetapkan sebagai asas koperasi adalah asa kekeluargaan. Seperti yang dijelaskan pada pasal 33 UUD 1945 tentang dasar hukum keberadaan koperasi di indonesia, yang mengemukakan perekonomian disususn sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu adalah koperasi. c. Tujuan dan prinsip koperasi Tujuan koperasi diatur dalam pasal 3 UU Perkoperasian No.25 tahun 1992, yang berbunyi : koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar Menurut Pandji Anoraga dan Ninik Widiyati (1998 : 10) menyatakan bahwa pengertian prinsip koperasi atau dapat disebut sendi dasar koperasi adalah pedoman-pedoman utama yang menjiwai dan mendasari setiap gerak langkah usaha dan

24 10 bekerjanya koperasi sebagai organisasi ekonomi dari orangorang yang terbatas kemampuan ekonominya. Menurut Undang-undang no.25 tahun 1992 tentang pokok-pokok koperasian, koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi : 1) Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka 2) Pengelola dilaksanakan secara demokrasi 3) Pembagian sisa hasil usaha dilaksanakan secara adil sebanding dengan besarnya jasa masing-masing anggota. 4) Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5) Kemandirian Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut : 1) Pendidikan perkoperasian 2) Kerjasama antarkoperasi d. Perangkat organisasi Dalam kegiatan usaha koperasi harus ada alat perlengkapannya. Menurut Prof. Ewell P. Roy (Hendrojogi 2000:123), dalam Subandi (2013:53) mengatakan bahwa manajemen dari koperasi melibatkan 4 unsur (perangkat) yaitu, anggota, pengurus, manajer dan karyawan. Khusus dalam karyawan ini dikatakan merupakan penghubung antara manajemen dengan anggota pelanggan. Sedangkan menurut UU Perkoperasian No.25 tahun 1992 tentang pokok-pokok koprasian, koperasi mempunyai perangkat organisasi yang terdiri atas Rapat Anggota, pengawas dan pengurus. Pengurus dan pengawas koperasi adalah anggota yang dipilih melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT). e. Bentuk koperasi Dasar penjenisan koperasi adalah kebutuhan dari dan maksud untuk efisiensi suatu golongan dalam masyarakat yang homogeny karena kesamaan aktivitas dan kepentingan ekonomi. Menurut pasal 15 Undang-undang Perkoperasian No.25 tahun 1992, koperasi dapat terbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer

25 11 adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang, sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi. 3. Laporan Keuangan Koperasi a. Pengertian Laporan Keuangan Koperasi Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan, Jumingan (2005:4). Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manejemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya, Winwin Yadiati (2007:51). Sedangkan menurut Rudianto (2010:11) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan pertanggungjawaban pengurus koperasi atas hasil usaha koperasi pada periode tertentu dan posisi keuangan koperasi pada akhir periode tersebut. b. Jenis-jenis laporan keuangan Setiap koperasi harus menyususn laporan keuangan setiap akhir periode akuntansi untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dan kondisi keuangan koperasi pada suatu periode tertentu. Jenis laporan keuangan menurut Rudianto (2010:114) sebagaimana koperasi lainnya, laporan keuangan yang disusun adalah: Laporan perhitungan Hasil Usaha, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Laporan Promosi Ekonomi Anggota. 1) Laporan perhitungan hasil usaha adalah suatu laporan yang menunjukkan kemampuan koperasi dalam menghasilkan laba selama suatu periode akuntansi atau satu tahun. 2) Neraca adalah daftar yang menunjukkan posisi sumber daya yang dimiliki koperasi, serta informasi dari mana sumber daya tersebut diperoleh.

26 12 3) Laporan arus kas adalah suatu laporan mengenai arus kas keluar dan arus kas masuk selaa suatu periode tertentu, yang mencakup saldo awal kas, sumber penerimaan kas, sumber pengeluaran kas, dan saldo akhir kas pada suatu periode, dan saldo akhir kas pada suatu periode. 4) Laporan Promosi Ekonomi Anggota adalah laporan yang menunjukkan manfaat ekonomi yang diterima anggota koperasi selama periode tertentu. c. Tujuan umum laporan keuangan Laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu institusi tertentu bukan tanpa tujuan sama sekali, tetapi memiliki tujuan tertentu. Menurut Rudianto (2010:114) walaupun satu institusi memiliki bidang usaha dan karateristik yang berbeda satu dengan lainnya, tetapi secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1) Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu koperasi. 2) Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber ekonomi suatu koperasi yang terjadi ketika melakukan aktivitas usaha dalam rangka memperoleh SHU. 3) Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk menghasilkan SHU dimasa mendatang. 4) Untuk memberikan informasi keuangan yang akan membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi koperasi untuk menghasilkan SHU. 5) Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktiva pembelanjaan dan investasi. 6) Untuk mengungkapkan sebanyak mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk

27 13 kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut. 4. Penilaian kesehatan koperasi a. Pengertian kesehatan koperasi Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia No. 14/Per/M.KUKM/ XI/2009, kesehatan koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, tidak sehat, dan sangat tidak sehat. Penilaian kesehatan koperasi sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi tingkat kesehatan koperasi sehingga koperasi dapat mengambil keputusan yang hendak diambil untuk kemajuan koperasi selanjutnya. Dalam Peraturan Menteri No. 14/Per/M.KUKM/XI/2009, penilaian kesehatan koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi yang diangkat oleh mentri dan bertugas pada instansi yang membidangi koperasi ditingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kota. b. Ruang lingkup penilaian Untuk melakukan penilaian kesehatan koperasi dapat mengacu pada analisa rasio keuangan seperti tercantum pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.UMKM/XII/2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 20/Per/M.UMKM/XI/2008 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, meliputi : 1) Permodalan Modal adalah kekayaan bersih koperasi yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal penyertaan, donasi, cadangan umum, cadangan resiko dan SHU ynag belum dibagi,

28 14 Tatik Suryani, dkk (2008:88). Cara penilaian terhadap aspek permodalan sebagai berikut: a) Rasio modal sendiri terhadap total asset Modal sendiri KSP adalah jumlah dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang memiliki karateristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan. Penilaian modal sendiri terhadap total asset, maksudnya untuk mengukur kemampuan modal tetap koperasi dalam mendukung pendanaan terhadap total asset. b) Rasio modal sendiri terhadap pinjaman yang berisiko Penilaian rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko, untuk mengukur kemampuan modal sendiri yang digunakan untuk menutup resiko atas pemberian pinjaman yang tidak didukung dengan agungan. Modal sendiri adalah jumlah dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lainnya yang memiliki karateristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari Sisa Hasil Usaha dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan. Sedangkan pinjaman diberikan yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agungan yang memadai dan atau jaminan dari penjamin yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. c) Rasio kecukupan modal sendiri Rasio kecukupan modal sendiri perbandingan antara modal sendiri tertimbang dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) dikalikan dengan 100 %.

29 15 Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil setiap komponen modal koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan resiko. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobo pengakuan risiko. Menghitung nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot resiko masing-masing komponen aktiva. Rasio kecukupan modal sendiri dapat dihitung/diperoleh dengan cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR dikalikan dengan 100 %. 2) Kualitas aktiva produktif Aktiva produkif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Menurut Tatik Suryani, dkk (2008:95) kualitas aktiva produktif merupakan jumlah pinjaman yang digolngkan berdasar kelancaran pembayarannya. Cara penilaian terhadap kualitas aktiva produktif sebagai berikut: a) Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan Volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan. Volume pinjaman anggota adalah pinjaman koperasi yang berasal dari pinjaman anggota, sedangkan volume pinjaman adalah semua pinjaman koperasi yang berasal dari anggota, koperasi lainnya, bank, dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi da surat hutang lainnya serta sumber yang sah. b) Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan Penilaian pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan. Pinjaman bermasalah adalah perkiraan resiko atas pinjaman yang kemungkinan macet atau tidak tertagih. Sedangkan pinjaman yang diberikan adalah dana yang

30 16 dipinjamkan dan dana tersebut masih ada ditangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Pinjaman bermasalah terdiri dari : 1) Pinjaman kurang lancar Pinjaman digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria: (a) Pengembalian pinjaman dilakukan dengan angsur (1) Terdapat tunggakan angsuran pokok sebagai berikut : - Tunggakan melampaui 1<x<2 bulan bagi pinjaman dengan angsuran harian dan atau mingguan. - Melampaui 3<x< 6 bulan bagi peminjam yang masa angsurannya ditetapkan bulanan. - Melampaui 6<x<12 bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih. (2) Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut : - Tunggakan melampaui 1<x<3 buan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan. - Melampaui 3<x< 6 bulan bagi pinjaman dengan masa angsurannya lebih dari 1 bulan. (b) Pengembalian pinjaman tanpa angsuran (1) Pinjaman belum jatuh tempo Terdapat tunggakan bunga yang melampaui 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan. (2) Pinjaman jatuh tempo Pinjaman telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampaui 3 bulan.

31 17 2) Pinjaman yang diragukan Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa : (a) Pinjaman masih dapat diselamatkan dan agungannya bernilai sekurangkurangnya 75% dari hutang peminjam termasuk bunganya. (b) Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agungannya masih bernilai sekrang-kurangnya 100% dari hutang peminjam termasuk bunganya. 3) Pinjaman macet Pinjaman digolongkan macet apabila : (a) Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan. (b) Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12 bulan sejak digolongkan diragukan sebelum ada pelunasan. (c) Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan negri atau telah diajukan penggantikan kepada perisahaan asuransi pinjaman. Jadi semakin kecil rasio resiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan, maka semakin tinggi nilai kualitasnya semakin baik. c) Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah Penilaian cadangan resiko terhadap pinjaman bermasalah. Cadangan resiko adalah cadangan tujuan risiko ditambah penyisihan penghapusan pinjaman. Cadangan resiko yang dimaksud untuk menutup resiko apabila terjadi pinjaman macet atau tidak tertagih. Jadi penilaian cadangan resiko terhadap pinjaman bermasalah, semakin kecil rasionya maka semakin tidak baik nilai kreditnya.

32 18 d) Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan Penilaian pinjaman beresiko terhadap pinjaman yang diberikan. Pinjaman yang beresiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agungan yang memadai. Sedangkan pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada ditangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. 3) Manajemen Manajemen koperasi adalah suatu proses untuk mencapai tujuan usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. Untuk mencapai azas tersebut perlu adanya manajemen yang baik, agar tujuan dapat tercapai. Penilaian aspek manajemen ada 5 komponen yaitu : a) Manajemen umum b) Manajemen Kelembagaan c) Manajemen permodalan d) Manajemen aktiva e) Manajemen likuiditas 4) Efisiensi Efisiensi adalah kemampuan koperasi untuk menghemat biaya pelayanan terhadap pendapatan yang dihasilkan, dan atau terhadap jumlah mitra koperasi yang dapat dilayani. Cara penilaian terhadap aspek efisiensi sebagai berikut: a) Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto Beban operasi anggota adalah beban pokok ditambah dengan beban usaha ditambah beban perkoperasian yang dikeluarkan untuk aktivitas koperasi. Sedangkan partisipasi bruto adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari partisipasi anggota terhadap koperasi dalam waktu tertentu, sebelum dikurangi beban pokok.

33 19 b) Rasio beban usaha terhadap SHU kotor Beban adalah biaya yang dikeluarkan untuk usaha pokok. SHU kotor (SHU sebelum pajak) merupakan selisih dari pendapatan dan biaya operasional. c) Rasio efisiensi pelayanan Perhitungan rasio efisiensi pelayanan dihitung dengan membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman. Rasio perhitungan diatas menggambarkan sampai seberapa koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimiliki. 5) Likuiditas Peniliaian likuiditas menurut Peraturan Menteri NegaraKoperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia nomor 20/Per/M.KUKM /XI/2008, likuiditas adalah kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Cara penilaian terhadap aspek likuiditas sebagai berikut: a) Rasio kas+ bank terhadap kewajiban lancar Menurut Titik Suryani, dkk (2008:82) kas ialah alat pembayaran milik koperasi yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum koperasi. Sedangkan bank ialah sisa rekening bank milik koperasi yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum koperasi. Kewajiban lancar adalah kewajiban atau hutang koperasi jangka pendek. b) Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima Pinjaman yang diberikan adalah dana yang dipinjamkan dan dana tersebut masih ada ditangan peminjam atau sisa dari pinjaman pokok tersebut yang masih belum dikembalikan oleh peminjam. Sedangkan dana yang diterima adalah total passive selain hutang biaya dan SHU belum dibagi.

34 20 6) Kemandirian dan pertumbuhan Kemadirian dan pertumbuhan koperasi merujuk pada bagaimana koperasi dalam melayani masyarakat secara mandiri dan seberapa besar pertumbuhan koperasi ditahun yang bersangkutan disbanding dengan tahun sebelumnya. Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 rasio, yaitu : rentabilitas asset, rentabilitas ekuitas, dan kemandirian operasional. Cara penilaian terhadap aspek Kemandirian dan pertumbuhan sebagai berikut: a) Rentabilitas asset Rasio rentabilitas asset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total asset. b) Rentabilitas modal sendiri Rasio rentabilitas modal sendiri yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total modal sendiri. SHU bagian anggota adalah SHU yang diperoleh anggota atas partisipasi simpanan pokok dan simpanan wajib dan transaksi pemanfaatan pelayanan koperasi. Sedangkan total modal sendiri adalah total jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lainnya yang memiliki karateristik sama dengan simpanan wajib, hibah, cadangan yang disisihkan dari SHU dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 50% modal penyertaan. c) Kemandirian operasional pelayanan Rasio kemandirian operasional yaitu partisipasi netto dibandingkan beban usaha ditambah beban perkoperasian. Partisipasi netto adalah partisipasi bruto dikurangi beban pokok. Beban pokok adalah jumlah biaya atas dana yang dihimpun dari anggota. 7) Jatidiri koperasi Penilaian aspek jatidiri koperasi dimaksud untuk mengukur kebersihan koperasi dalam mencapai tujuannya yaitu

35 21 mempromosikan ekonomi anggota. Cara penilaian terhadap aspek jati diri koperasi sebagai berikut: a) Rasio partisipasi bruto Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semkain tinggi/besar persentasenya semakin baik. Partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. Pengukuran rasio partisipasi bruto, dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan. b) Rasio promosi ekonomi anggota (PEA) Rasio ini mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi presentasenya semakin baik. Perhitungan rasio promosi ekonomi anggota dihitung dengan membandingkan PEA terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib. Promosi Ekonomi Anggota (PEA) adalah manfaat MEPPP ditambah Manfaat SHU. Manfaat Ekonomi Partisipasi Pemanfaatan Pelayanan (MEPPP) adalah manfaat yang bersifat ekonomi yang diperoleh anggota dan calon anggota pada saat bertransaksi dengan Koperasi. Manfaat Sisa Hasil Usaha adalah SHU bagian anggota yang diperoleh satu tahun satu kali, berdasarkan perhitungan partisipasi anggota dalam pemanfaatan pelayanan koperasi. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada koperasi tersebut dan besarnya sama dengan semua anggota. Sedangkan simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar kepada koperasi.

36 22 5. Penetapan kesehatan koperasi Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap 7 komponen sebagaimana dimaksud pada angka 1 s/d 7, diperoleh skor secara keseluruhan. Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan koperasi yang dibagi menjadi 5 golongan, yaitu sehat, cukup sehat, tidak sehat, dan sangat tidak sehat. Tabel 2.1 Penetapan predikat tingkat kesehatan koperasi Skor Predikat 80 < x < 100 SEHAT 60 < x < 80 CUKUP SEHAT 40 < x < 60 KURANG SEHAT 20< x < 40 TIDAK SEHAT < 20 SANGAT TIDAK SEHAT Sumber: PerMen Koperasi dan UKM nomor 14/Per/M.KUKM/XII/ Tatacara penyelenggaraan penilaian kesehatan koperasi Pelaksanaan penyelenggaraan penilaian kesehatan koperasi diatur dalam Peraturan Menteri Negara KUKM Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 yaitu : a. Sasaran koperasi yang dinilai kesehatannya adalah koperasi yang memenuhi syarat untuk dinilai, yaitu : 1) Koperasi telah beroperasi paling sedikit 1 tahun buku. 2) Khusus unit jasa keuangan koperasi, telah dikelola secara terpisah dan membuat laporan keuangan yang terpisah dari unit usaha lainnya. b. Pelaksanaan penilaian koperasi dilaksanakan pada posisi setiap akhir tahun buku dengan berpedoman pada Surat Keputusan Mentri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang pedoman pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi.

37 23 c. Penilaian kesehatan koperasi dilakukan oleh pejabat penilai kesehatan koperasi dari instansi yang membidangi koperasi baik tingkat pusat maupun Daerah. d. Setiap koperasi yang telah dinilai diberikan sertifikat predikat tingkat kesehatan dengan pengaturan sebagai berikut : 1) Koperasi tingkat nasional oleh deputi atas nama menteri. 2) Koperasi tingkat provinsi serta koperasi primer tingkat nasional oleh Gubernur atau pejabat yang berwenang. 3) Koperasi tingkat kabupaten atau kotamadya oleh Bupati atau Walikota atau Pejabat yang berwenang. B. METODE PENGAMATAN 1. Lokasi Pengamatan Untuk penulisan Tugas Akhir ini penulis memilih lokasi di Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar, yang terletak di Badranasri, Cangakan, Karanganyar, Jawa Tengah. Pada lokasi ini penulis ditempatkan pada bidang koperasi. Penulis mengambil lokasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar dengan pertimbangan: Penulis mendapatkan ijin untuk melaksanakan kegiatan magang sehingga penulis memperoleh data yang diperlukan sesuai permasalahan yang dikaji. 2. Jenis Penelitian Jenis pengamatan ini penulis menggunakan diskriptif kualitatif. diskriptif kualitatif yaitu studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam kasusnya mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (H.B. Sutopo, 2002:111). Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi guna mendukung penyajian data. Dengan metode pengamatan kualitatif, penulis berharap dapat memperoleh informasi dengan utuh sehingga dapat menggambarkan realita dengan mendalam.

38 24 3. Sumber Data Menurut HB. Sutopo (2002:49-54) ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan informasi. Data tidak akan diperoleh tanpa sumber data. Dalam penelitian kualitatif berupa narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, gambar dan rekaman, dan dokumen arsip. Berdasarkan uraian diatas sumber data yang digunakan penulis yaitu: a. Narasumber (Informan) Dalam pengamatan deskriptif kualitatif posisi sumber data manusia (narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Informan adalah orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang diamati dan mengetahui secara mendalam tentang data-data yang diperlukan. Informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa lebih memilih arah dan selera dalam penyajian informasi yang ia miliki. Menurut H.B. Sutopo (2002:56) penentuan informasi dilakukan dengan cara memilih, yang disebut dengan purposive sampling. Yaitu dengan cara memperoleh informasi dengan pegawai-pegawai Disperindagkop dan UMKM Bidang Koperasi Kabupaten Karanganyar, seperti: Kepala Seksi Kelengkapan dan Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah. b. Peristiwa atau aktivitas Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa atau aktivitas sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran pengamatan. Peristiwa atau aktivitas dilakukan oleh penulis dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Magang di DisperindagKop dan UMKM Kabupaten Karanganyar adalah semua kegiatan pelaksanaan penilaian kesehatan koperasi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar. c. Dokumen dan arsip Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Dokumen merupakan rekaman

39 25 tertulis. Sedangkan arsip adalah catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi. Dalam pengamatan ini diperoleh dokumen dan arsip yang berhubungan dengan penilaian kesehatan koperasi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar. 4. Teknik Pengumpulan Data Bentuk pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dan sumber data yang akan digunakan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan menurut H.B. Sutopo (2002:58-72) adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Atas dasar konsep tersebut maka ketiga teknik pengumpulan data diatas digunakan dalam pengamatan ini: a. Wawancara Wawancara adalah proses mendapatkan informasi dari narasumber atau informan dengan melakukan tanya jawab secara langsung. Wawancara dilakukan untuk menyajikan kronstruksi saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, bentuk keterlibatan, dan lain-lain. Teknik wawancara yang digunakan penulis yaitu wawancara tidak terstruktur yang disebut dengan wawancara mendalam (in-depth). Wawancara tidak terstruktur dilakukan karena penulis tidak tahu apa yang belum diketahuinya. Dengan demilian wawancara dilakukan dengan pertanyaan bersifat open-ended dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang diamati tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. b. Observasi Observasi yang dilakukan penulis yaitu observasi langsung dengan mengamati kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bidang koperasi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar. Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber

40 26 data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman atau gambar. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan pengumpulam data dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen, arsip, laporan yang berkaitan dengan penilaian kesehatan koperasi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Karanganyar. 5. Teknik Analisis Data Kabupaten Analisis data dilakukan untuk mengolah data sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusul hasil pengamatan ini. Teknik analisis data yang digunakan penulis yaitu menggunakan teknis analisis data menurut H.B. Sutopo (2002:91-93) yaitu: a. Reduksi data Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan pengabstrakan data kasar yang muncul dari fieldnote. Reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan data yang diperoleh di lapangan. b. Sajian data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan, yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sebagai pertanyaan sehingga yang dihasilkan diskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Sajian data selain berbentuk narasi kalimat, juga dapat meliputi berbagai jenis matrik, gambar.skema, jaringan kerja kaitan kegiatan, dan table sebagai pendukung narasi. c. Penarikan simpulan dan verifikasi Penarikan kesimpulan dan verifikasi adalah kegiatan menetapkan simpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Simpulan perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koperasi Pemerintah melaksanakan pembangunan dibidang Ekonomi dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya pemerintah berusaha

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BARANG HABIS PAKAI (ALAT TULIS KANTOR) PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN KARANGANYAR

PENGELOLAAN BARANG HABIS PAKAI (ALAT TULIS KANTOR) PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN KARANGANYAR PENGELOLAAN BARANG HABIS PAKAI (ALAT TULIS KANTOR) PADA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia memiliki Tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi yang berawal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja, sehingga koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya

BAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Secara Umum a. Pengertian Koperasi Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang dalam bahasa Inggris Cooperation. Co artinya bersama dan

Lebih terperinci

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset

ASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP) Koperasi haruslah dikelola agar sehat sehingga meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI

Lebih terperinci

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI TUJUAN PEMBELAJARAN 1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Diharapkan peserta mengerti dan memahami

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010

NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010 i NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010 RANGKUMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan

BAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Koperasi Menurut Undang-Undang Perkoperasian Bab 1 pasal 1tahun 2012 koperasi mempunyai pengertian sebagai berikut: Koperasiadalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

Draft Htl Maharani Agustus 2008

Draft Htl Maharani Agustus 2008 Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.) Dalam Bidang Manajemen Administrasi

TUGAS AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.) Dalam Bidang Manajemen Administrasi SISTEM PENGAWASAN BARANG BEREDAR SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN KONSUMEN OLEH DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Disusun Untuk

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL SISTEM PENGAJUAN SURAT PERMOHONAN INFORMASI TATA RUANG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI

HALAMAN JUDUL SISTEM PENGAJUAN SURAT PERMOHONAN INFORMASI TATA RUANG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI HALAMAN JUDUL SISTEM PENGAJUAN SURAT PERMOHONAN INFORMASI TATA RUANG DI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam Bidang Manajemen

Lebih terperinci

Draft Htl Maharani Agustus 2008

Draft Htl Maharani Agustus 2008 Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA ARVIATI ELNAMITA 090462201041 FAKULTAS EKONOMI, JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Variabel Definisi Operasional Rumus Permodalan Kualitas Aktiva Produktif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun perhitungan rasio masing-masing aspek dalam menentukan tingkat kesehatan koperasi dapat dilihat dari data laporan keuangan tahun buku 2013. 4.2 Aspek Permodalan c.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Aike Mariya (2009) Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 1 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 2006-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tinjauan dari penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja Keuangan

Lebih terperinci

PROSEDUR PERUBAHAN HAK ATAS TANAH NEGARA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO

PROSEDUR PERUBAHAN HAK ATAS TANAH NEGARA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO PROSEDUR PERUBAHAN HAK ATAS TANAH NEGARA DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam

Lebih terperinci

Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Asal Pada Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta

Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Asal Pada Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Asal Pada Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SISTEM PENGUPAHAN KARYAWAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR

SISTEM PENGUPAHAN KARYAWAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR SISTEM PENGUPAHAN KARYAWAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari kata Co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi

NPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERESI PEGAWAI BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ( BPK RI ) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH No.14/Per/M.KUKM/XII/2009

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari bahasa inggris yaitu co-operation. Co-operation berarti suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, Koperasi diharapkan mampu menjadi soko guru perekonomian. Koperasi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO

PROSEDUR PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO i PROSEDUR PENDAFTARAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH KARENA WARISAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya KSU Sejahtera Bersama Tapin KSU Sejahtera Bersama Tapin didirikan di Desa Tangkawang Baru Kecamatan Bakarangan Kabupaten

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Manajemen Administrasi. Oleh : AYUDYA ZAHRA D PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINITRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

TUGAS AKHIR. Manajemen Administrasi. Oleh : AYUDYA ZAHRA D PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMINITRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK MONITORING HARGA KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT SEBAGAI PENUNJANG SISTEM INFORMASI HARGA DAN PRODUKSI KOMODITI OLEH DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENGAWASAN KOPERASI DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : BELLA NOVRITA AREA NIM : 2012410814 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015 Latar Belakang Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Koperasi dan Karakteristiknya Sejarah koperasi lahir pada permulaan abad ke-19 sebagai suatu reaksi terhadap sistem perekonomian kapitalisme di Negara-negara Eropa. Sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya. mendapatkan keuntungan yang dikelola secara lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Koperasi dikenal sebagai suatu bentuk perusahaan yang bukan milik perseorangan, bukan milik investor tetapi milik anggota. Dengan adanya koperasi, perekonomian

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PENJUALAN TIKET KAPAL LAUT DI PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG

ADMINISTRASI PENJUALAN TIKET KAPAL LAUT DI PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG ADMINISTRASI PENJUALAN TIKET KAPAL LAUT DI PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Aike Mariya Anusasanawati (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur laporan pelaksanaan simpan pinjam yang

Lebih terperinci

Menimbang : a. Mengingat : 1.

Menimbang : a. Mengingat : 1. 1958 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TIMOR TENGAH UTARA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI MEKAR SLEMAN YOGYAKARTA

ANALISIS KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI MEKAR SLEMAN YOGYAKARTA ANALISIS KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI MEKAR SLEMAN YOGYAKARTA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015

2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015 No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 pasal 1 disebutkan bahwa : Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN

ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN 2014-2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Definisi Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Amidipradja Talman (1985:22) disebutkan bahwa yang dimaksud dengan koperasi adalah : Badan usaha yang berbeda dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA ANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam Bidang Manajemen

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: NUR INDAH WERDININGSIH NIM K

SKRIPSI. Oleh: NUR INDAH WERDININGSIH NIM K ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2007/2008 SKRIPSI Oleh: NUR INDAH WERDININGSIH NIM K7405088 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi 2.1.1. Definisi Koperasi Dilihat asal kata, istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris coorperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain segala bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan 64 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjuan Umum Tentang Perkoperasian Koperasi di Indonesia suatu wadah perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotong royongan serta merupakan ciri khas tata kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rentabilitas 2.1.1 Pengertian Rentabilitas Koperasi tiap tahun diharuskan oleh undang-undang hukum dagang membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti

BAB II URAIAN TEORITIS. Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti kerja sama untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu defenisi koperasi adalah suatu perkumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PUSAT KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (PKPRI) KOTA MALANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PUSAT KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (PKPRI) KOTA MALANG ANALISIS KINERJA KEUANGAN PUSAT KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (PKPRI) KOTA MALANG 2010-2013 SKRIPSI Oleh: Moch.Yunus Maulana 201010160311191 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

PELAYANAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR

PELAYANAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR PELAYANAN ADMINISTRASI PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA

PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA PENGELOLAAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. koperasi indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB I PENDAHULUAN. koperasi indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau BAB I PENDAHULUAN `1.1 latar belakang koperasi adalah lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha dan pelayanan yang sangat membantu dan di perlukan oleh anggota koperasi dan masyarakat. Dengan sesuai

Lebih terperinci

ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA

ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA ADMINISTRASI PENERIMAAN PREMI PERTAMA DAN PENAGIHAN BULANAN DI PT ASURANSI JIWASRAYA (PERSERO) CABANG SURAKARTA Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md) Program

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA JAWA TIMUR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA JAWA TIMUR LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI WANITA SETIA BHAKTI WANITA JAWA TIMUR Disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh sebutan Ahli Madya (A.Md.) Akuntansi DISUSUN

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

: FRANSISKA IMAS TIANARATA D

: FRANSISKA IMAS TIANARATA D SISTEM PENILAIAN SASARAN KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL BERBASIS WEB DI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DI BAGIAN SDM DAN UMUM PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG

PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DI BAGIAN SDM DAN UMUM PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG PROSEDUR PENGELOLAAN SURAT MASUK DAN SURAT KELUAR DI BAGIAN SDM DAN UMUM PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO) CABANG SEMARANG TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh

Lebih terperinci

mampu menjadi mitra usaha yang terbaik bagi anggotanya.

mampu menjadi mitra usaha yang terbaik bagi anggotanya. royong, dan sebagai Koperasi Simpan Pinjam, maka KSP Harta Sentosa tetap fokus kepada kebijakan penggurus KSP Harta Sentosa Kota Salatiga. 2. Visi dan Misi Koperasi a. Visi KSP Harta Sentosa. Visi KSP

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep

LANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti menilai

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti menilai BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti menilai rasio keuangan koperasi dan penyebaran kuisioner dengan dasar

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN SUKU CADANG MESIN PRODUKSI DI PT KUSUMAHADI SANTOSA JATEN, KARANGANYAR

PROSEDUR PENGADAAN SUKU CADANG MESIN PRODUKSI DI PT KUSUMAHADI SANTOSA JATEN, KARANGANYAR PROSEDUR PENGADAAN SUKU CADANG MESIN PRODUKSI DI PT KUSUMAHADI SANTOSA JATEN, KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Bagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.) Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERBASIS KAS MENUJU BASIS AKRUAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA. Tugas Akhir

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERBASIS KAS MENUJU BASIS AKRUAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA. Tugas Akhir ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BERBASIS KAS MENUJU BASIS AKRUAL PADA DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI

EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DALAM UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG GAYAMSARI TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan. tetapi juga mengelola proses kerja selama periode tersebut. BAB II TINJAUAN TEORI 1.1. Landasan Teori 1.1.1. Pengertian Kinerja Menurut kamus umum Bahasa Indonesia kinerja diartikan sebagai berikut : a. Sesuatu yang di capai Prestasi yang di perlihatkan b. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI

ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI ANALISIS PERKEMBANGAN MODAL SENDIRI DAN PEMBERIAN PINJAMAN UNTUK MENINGKATKAN SISA HASIL USAHA PADA KOPERASI KREDIT CU MANDIRI TEBING TINGGI Oleh: Putri Dewi S1 Akuntansi Pinondang Nainggolan, Parman Tarigan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYITAAN HARTA KEKAYAAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR

PROSEDUR PENYITAAN HARTA KEKAYAAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR PROSEDUR PENYITAAN HARTA KEKAYAAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dan tingginya tingkat persaingan perusahaan untuk mendapatkan laba, diperlukan berbagai macam kebijakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat kesehatan KSP/USP yang dijadikan objek penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian bahwa koperasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. dimulai dengan didirikannya semacam bank koperasi dengan nama Bank

BAB II BAHAN RUJUKAN. dimulai dengan didirikannya semacam bank koperasi dengan nama Bank BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Sejarah dan Pengertian Koperasi 2.1.1 Sejarah Koperasi Menurut Drs T.Gilarso (1975:38) disebutkan bahwa koperasi Indonesia dimulai dengan didirikannya semacam bank koperasi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 ABSTRACT

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 ABSTRACT ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 Enggar Prasetyo 1), P.W. Agung Diponegoro 2) 1) Mahasiswa Progdi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ATAU UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ATAU UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURAKARTA ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ATAU UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FADHILA RETNO M B 200 090 014 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

Kata kunci: tingkat kesehatan, koperasi simpan pinjam, jatidiri koperasi

Kata kunci: tingkat kesehatan, koperasi simpan pinjam, jatidiri koperasi Analisis Kesehatan Koperasi... (Dwi Herprasetyo) ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN 2014-2016 Dwi Herprasetyo Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. Disusun Oleh: AGATONIKA RISTIYONO D Disetujui Untuk Dipertahankan di hadapan Tim Penguji

PERSETUJUAN. Disusun Oleh: AGATONIKA RISTIYONO D Disetujui Untuk Dipertahankan di hadapan Tim Penguji PERSETUJUAN PROSEDUR PENGAJUAN DANA BEASISWA ANAK USIA SEKOLAH DARI KELUARGA KURANG MAMPU (AUSKM) DI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KARANGANYAR Disusun Oleh: AGATONIKA RISTIYONO D1512004

Lebih terperinci

PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN GOLONGAN FUNGSIONAL DI BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN

PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN GOLONGAN FUNGSIONAL DI BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN PROSEDUR KENAIKAN PANGKAT JABATAN GOLONGAN FUNGSIONAL DI BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.)

Lebih terperinci

TATA KEARSIPAN PT ANGKASA PURA I (PERSERO) KANTOR CABANG BANDAR UDARA ADI SOEMARMO SURAKARTA

TATA KEARSIPAN PT ANGKASA PURA I (PERSERO) KANTOR CABANG BANDAR UDARA ADI SOEMARMO SURAKARTA TATA KEARSIPAN PT ANGKASA PURA I (PERSERO) KANTOR CABANG BANDAR UDARA ADI SOEMARMO SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.)

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI APLIKASI PEMBERKASAN INPUT DATA INDUK WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKOHARJO

SISTEM INFORMASI APLIKASI PEMBERKASAN INPUT DATA INDUK WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKOHARJO SISTEM INFORMASI APLIKASI PEMBERKASAN INPUT DATA INDUK WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SUKOHARJO TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang

BAB 2. Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis. yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang BAB 2 Tinjauan Teoretis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Koperasi 1. Definisi Koperasi Sumarsono (2003) menyatakan bahwa koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

Diajukan Bidang D PROGRAM. commit to i user

Diajukan Bidang D PROGRAM. commit to i user SISTEM REKRUTMEN KARYAWAN DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam

Lebih terperinci

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN BAHAN BAKU BENANG DI PT. KUSUMAHADI SANTOSA

PROSEDUR PENGADAAN BAHAN BAKU BENANG DI PT. KUSUMAHADI SANTOSA PROSEDUR PENGADAAN BAHAN BAKU BENANG DI PT. KUSUMAHADI SANTOSA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya ( A.Md.) Dalam Bidang Manajemen Administrasi

Lebih terperinci

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB

PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani

Lebih terperinci

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 3 Nomor 1 EdisiFebruari 2018 ( )

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 3 Nomor 1 EdisiFebruari 2018 ( ) ANALISIS ASPEK-ASPEK PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA KUD KARYA MUKTI DESA KARYA HARAPAN MUKTI KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO ----------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci