BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya
|
|
- Adi Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Koperasi Pemerintah melaksanakan pembangunan dibidang Ekonomi dengan tujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam pelaksanaannya pemerintah berusaha untuk mengikutsertakan masyarakat untuk berpartisipasi karena pemerintah berpedoman dengan prinsip demokrasi ekonomi yang berarti masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam perekonomian. Dalam penyusunan sistem perekonomian bersama, berdasar atas asas kekeluargaan yang sesuai dengan bunyi pasal 33 Undang undang Dasar Republik Indonesia tahun 194. Usaha bersama dalam asas kekeluargaan yang di maksudkan di sini adalah koperasi. Koperasi adalah yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (UU NO.2 tahun 1992). Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 194 ( UUD Negara RI 194). Untuk mendirikan koperasi yang sehat perlu adanya landasan tertentu. Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan koperasi untuk tumbuh dan berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk 7 mencapai tujuan dan cita-citanya. Faktor utama yang terbentuknya koperasi adalah
2 sekelompok orang yang setia sekata untuk mengadakan kerja sama. Oleh karena itu landasan koperasi terletak pada angota-anggotanya. Dalam sistem hukum di Indonesia, koperasi telah mendapatkan tempat yang pasti sehingga landasan hukum di Indonesia sangat kuat Landasan Koperasi Landasan Idiil : Pancasila Landasan idiil koperasi adalah dasar atau landasan yang di gunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita koperasi. Gerakan koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh UUD Negara RI 194 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang di cita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu landasan Idiil Negara Indonesia yaitu Pancasila Landasan Struktural dan Landasan gerak : UUD Negara RI 194 dan pasal 33 ayat (1) UUD Negara RI 194 serta penjelasannya. Landasan struktural koperasi adalah tempat berpijak koperasi dalam susunan hidup bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat Indonesia, salah satu bagian yang penting adalah kehidupan ekonomi yaitu segala kehidupan dan usaha untuk mengatur dan mencapai untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan hidup. Segala usaha dan kegiatan ini diatur dalam UUD Negara RI 194 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dan didalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu adalah koperasi. Dengan demikian koperasi adalah perwujudan dari pasal 33 ayat (1) UUD Negara RI 194.
3 Landasan Mental : setia kawan dan kesadaran berpribadi Rasa setia telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dulu dan merupakan sifat asli bangsa Indonesia. Landasan setia kawan saja hanya dapat memelihara persekutuan masyarakat yang statis dan bukan dinamis dan tidak dapat mendorong kemajuan. Oleh sebab itu rasa setia kawan harus disertai dengan kesadaran akan harga diri pribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu koperasi tergabung kedua landasan di atas yaitu setia kawan dan kesadaran pribadi sebagai dua unsur dorong mendorong, hidup menghidupi dan awas mengawasi Tujuan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi dan Lembaga Keuangan Mikro. Tujuan usaha simpan pinjam oleh koperasi dan LKM adalah : a. Terlaksananya pembinaan kepada KSP atau USP koperasi dan LKM secara profesional sesuai rambu-rambu tugas dan fungsi Kementrian koperasi dan LKM sehinga dapat di capai pembinaan secara optimal. b. Menata, mengembangkan dan menerbitkan kegiatan KSP atau USP Koperasi dan LKM sesuai peraturan yang berlaku dan menjadi badan usaha yang mampu memberikan pelayanan kebutuhan permodalan terutama bagi para anggota. c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik aparat pembina atau gerakan koperasi untuk mampu meningkatkan kinerja KSP atau USP Koperasi dan LKM. d. Meningkatkan potensi lembaga dan kelembagaan KSP atau USP Koperasi dan LKM agar dapat bersaing dengan perbankan dan lembaga keuangan lainnya
4 serta menggali potensi masyarakat melalui kerja sama dalam mobilisasi sumber daya permodalan masyarakat. e. Memperkuat permodalan sruktur KSP atau USP Koperasi dan LKM sehingga menjadi lembaga keuangan alternatif yang mengakar di masyarakat Pengertian Kesehatan Koperasi Pengertian sehat dalam kamus bahasa Indonesia adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya atau waras (Indrawan WS, 2000 : 49) Organisasi kesehatan dunia (WHO, World Health Organization) mendifinisikan sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang kesehatan adalah sebuah proses yang berhubungan dengan pencegahan, perawatan, dan manajemen penyakit dan juga promosi kemakmuran mental, fisik, dan rohani melalui pelayanan ditawarkan oleh profesional kedokteran. ( Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Peraturan Menteri Sub Dinas Koperasi dan UKM (200:43) menyatakan : Kesehatan Koperasi adalah kondisi atau keadaan koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kesehatan adalah kondisi siap atau fit suatu badan atau organisasi yang meliputi sehat jasmai (orang-orang yang ada di dalamnya) dan rohani (suatu kegiatan operasional organisasi tersbut).
5 2.. Penilaian Tingkat Kesehatan KSP atau USP Koperasi Beberapa komponen atau istilah yang harus dipahami dalam melaksanakan penilaian kesehatan KSP atau USP koperasi adalah sebagai berikut : a. Kesehatan KSP dan USP adalah kondisi atau keadaan koperasi yang di nyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. b. Modal sendiri KSP adalah jumlah simpanan, pokok, simpanan wajib, hibah dan cadangan yang disisihkan dari hasil usaha (SHU) dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan 0 % modal penyertaan. c. Modal sendiri USP adalah modal tetap USP terdiri dari modal yang disetor pada awal pendirian, modal tetap tambahan dari koperasi yang bersangkutan, cadangan yang disisihkan dari Hasil usaha USP koperasi dan kaitannya dalam penilaian kesehatan dapat ditambah dengan maksimal 0 % modal tidak tetap yang berasal dari modal penyertaan. d. Rasio kecukupan modal sendiri yaitu perbandingan antara modal sendiri tertimbang dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) dikalikan 100 %. e. Modal sendiri tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. f. Aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) adalah hasil perkalian nilai niminal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva. g. Kualitas aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan.
6 h. Risiko pinjaman bermasalah adalah perkiraan risiko atas pinjaman yang kemungkinan tidak tertagih. i. Cadangan risiko adalah dana yang disisihkan dari pendapatan yang dicadangkan untuk menutup risiko apabila terjadi pinjaman tersebut. j. Batas maksimum pemberian pinjaman (BMPP) plafon pinjaman baik untuk anggota, calon anggota, koperasi lain dan anggotanya maupun pengurus dalam rangka meminimalisasi terjadinya pinjaman bermasalah. k. Rentabilitas adalah kemampuan koperasi untuk membayar kewajiban hutang dan memperoleh Sisa Hasil Usaha. l. Rasio rentabilitas asset adalah SHU sebelum pajak di bandingkan dengan total asset. m. Rasio rentabilitas modal sendiri adalah SHU bagian anggota di bandingkan dengan total modal sendiri. n. Rasio kemandirian operasional adalah partisipasi netto di bandingkan beban usaha ditambah beban perkoperasian. o. Beban operasi anggota adalah beban pokok ditambah dengan beban usaha bagi anggota ditambah beban perkoperasian. p. Rasio partisipasi bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. q. Cadangan risiko adalah cadangan tujuan risiko ditambah penyisihan penghapusan pinjaman. r. Dana yang diterima adalah total pasiva selain hutang biaya dan SHU belum dibagi.
7 s. Pinjaman yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai dan atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. Contohnya piutang anggota dan piutang korban gempa. t. Likuiditas adalah kemampuan koperasi untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. u. Return of Asset adalah perbandingan antara Sisa Hasil Usaha sebelum pajak yang diperoleh dengan kekayaan yang dimiliki oleh koperasi. v. Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dinilai dengan uang, yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan memperkuat sturuktur permodalan KSP dan USP dalam meningkatkan kegiatan usahanya. w. Manfaat ekonomi partisipasi pemanfaatan pelayanan (MEPPP) adalah manfaat yang bersifat ekonomi yang diperoleh anggota dan calon anggota pada saat bertransaksi dengan KSP dan USP Koperasi. x. Promosi ekonomi anggota (PEA) adalah manfaat MEPPP ditambah manfaat SHU. Penilaian kesehatan KSP atau USP Koperasi merupakan suatu indikator untuk menilai kinerja pengurus atau pengelola yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Aspek penilaian kesehatan KSP dan USP yaitu : a. Permodalan b. Kualitas aktiva produktif c. Manajemen d. Efisiensi
8 e. Likuiditas f. Kemandirian dan pertumbuhan g. Jatidiri Koperasi Pelaksanaan penilaian kesehatan tersebut berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak sebagai berikut : a. Anggota Koperasi sebagai pemilik. b. Pengelola KSP atau USP Koperasi c. Pengurus koperasi d. Pengawas koperasi e. Pengguna jasa KSP atau USP Koperasi (penyimpan dan peminjam). f. Pemerintah sebagai Pembina dan pengawas. Dalam melakukan penilaian kesehatan KSP atau USP Koperasi, terhadap beberapa aspek dan komponen yang harus diberikan bobot penilaian sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan besarnya tersebut. Metode penilaian aspek dan komponen tersebut dilakukan dengan menggunakan sistem nilai, sistem yang dinyatakan dalam angka dengan nilai 0 (nol) sampai dengan 100 (seratus). Adapun aspek dan komponen yang dinilai adalah :
9 I No II III IV Aspek yang Dinilai Permodalan Kualitas Aktiva Produktif Manajemen Efisiensi Tabel 2.1 Aspek Penilaian Kesehatan Koperasi Komponen I. Rasio modal sendiri terhadap total asset II. Rasio modal sendiri terhadap pinjaman yang diberikan yang berisiko III. Rasio kecukupan modal sendiri. I Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman di berikan II Rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman diberikan III Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah IV Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan a. Manajemen umum b. Kelembagaan c. Manajemen permodalan d. Manajemen aktiva e. Manajemen likuiditas I. Rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto II. Rasio beban usaha terhadap SHU kotor III. Rasio efisiensi pelayanan V Likuiditas I. Rasio kas II. Rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima VI VII Sumber : Kemandirian dan Pertumbuhan I. Rentabiltas asset SHU sebelum pajak terhadap total asset II. Rentabilitas modal sendiri SHU bagian anggota terhadap total modal sendiri III. Kemandirian operasional pelayanan Bobot Penilaian Jatidiri I. Rasio partisipasi bruto 7 10 koperasi II. Rasio promosi ekonomi anggota 3 Jumlah 100 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia, Nomer : 14/Per/M.KUKM/XII/
10 I. Permodalan 1.1. Permodalan I Permodalan I diperoleh dari rasio modal sendiri terhadap total asset. Modal sendiri KSP adalah jumlah simpanan pokok, simpanan wajib, hibah dan cadangan yang disisihkan dari sisa hasil usaha (SHU) dan dalam kaitannya dengan penilaian kesehatan dapat ditambah dengan 0 % modal penyertaan. (Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, 2009). Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap total asset ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio antara modal sendiri dengan total asset lebih kecil atau sama dengan 0 diberikan nilai 0. b. Untuk setiap kenaikan rasio 4% mulai dari 0 c. % nilai ditambah dengan maksimum nilai 100. d. Untuk rasio lebih besar dari 0 % sampai rasio 100 % setiap kenaikan rasio 4 % nilai dikurangi. e. Nilai dikalikan bobot sebesar % diperoleh skor permodalan. Contoh perhitungan sebagai berikut :
11 Tabel 2.2 Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Asset Rasio Modal Bobot Nilai Skor 0 < X < < X< < X < 0 0 < X< < X< Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Permodalan II Permodalan II diperoleh dari rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko. Pinjaman yang berisiko adalah dana yang dipinjamkan oleh koperasi kepada peminjam yang tidak mempunyai agunan yang memadai dan atau jaminan dari penjamin atau avalis yang dapat diandalkan atas pinjaman yang diberikan tersebut. Untuk memperoleh rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko ditetapkan sebagai berikut : a). Untuk rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan berisiko lebih kecil atau sama dengan 0 % diberikan nilai 0. b). Untuk setiap kenaikan rasio 1% mulai dari 0% nilai ditambah 1 dengan maksimum 100. c). Nilai dikalikan bobot sebesar % diperoleh skor permodalan.
12 Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.3 Standar Perhitungan Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman diberikan yang Beresiko Rasio Modal Bobot Nilai Skor 0< X <10 10< X <20 20< X <30 30< X <40 40< X <0 0< X <0 0< X <70 70< X <80 80< X <90 90< X <100 > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No : 14/Per/M.KUKM/XII/ Permodalan III Permodalan III diperoleh dari rasio kecukupan modal sendiri terhadap ATMR. Rasio Kecukupan Modal Sendiri yaitu perbandingan anatara modal sendiri tertimbang dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) dikalikan 100 %. Modal tertimbang adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen modal KSP/USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. ATMR adalah jumlah dari hasil kali setiap komponen aktiva KSP dan USP koperasi yang terdapat pada neraca dengan bobot pengakuan risiko. a. Menghitung Nilai ATMR dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai nominal aktiva yang ada dalam neraca dengan bobot risiko masing-masing komponen aktiva.
13 b. Rasio kecukupan modal sendiri diperoleh dengan cara membandingkan nilai modal tertimbang dengan nilai ATMR dikalikan 100 %. Contoh perhitungan sebagai berikut : Rasio Modal < 4 4 < X < < X < 8 > 8 Table 2.4 Standar perhitungan Rasio Kecukupan Modal Sendiri Bobot Nilai Skor Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. II. Kualitas Aktiva Produktif Kualitas aktiva produktif adalah kekayaan koperasi yang mendatangkan penghasilan bagi koperasi yang bersangkutan. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada 4 (empat) rasio yaitu : 1. Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman diberikan. 2. Rasio pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan. 3. Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah. 4. Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan. 1. Kualitas Aktiva Produktif 1 Kualitas Aktiva Produktif 1 rasio antara volume pinjaman kepada anggota terhadap volume pinjaman diberikan. Untuk mengukur rasio antara volume pinjaman kepada anggota terhadap total pinjaman diberikan.
14 Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2. Standar Rasio Volume Pinjaman pada Anggota Terhadap Total Pinjaman diberikan Rasio Bobot (dinilai Nilai Skor dalam %) < < X < 0 0 < X < 7 > , Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Kualitas Aktiva Produktif II Kualitas aktiva produktif II dapat diperoleh dari rasio risiko pinjaman bermasalah terhadap pinjaman diberikan. Untuk memperoleh rasio kualitas aktiva produktif II ditetapkan sebagai berikut : a. Menghitung perkiraan besarnya risiko pinjaman bermasalah (RPM) yaitu sebesar jumlah dari : 1. 0% dari pinjaman diberikan yang kurang lancar (PKL) 2. 7% dari pinjaman diberikan yang diragukan (PDR) % dari pinjaman diberikan yang macet (PM) b. Hasil penjumlahan tersebut dibagi dengan pinjaman yang diberikan. c. Perhitungan penilaian : 1. Untuk rasio 4 % atau lebih diberi nilai Untuk penurunan rasio 1 % dari 4 nilai ditambah 2 dengan maksimum nilai Nilai dikalikan dengan bobot % diperoleh skor. Contoh perhitungan sebagai berikut :
15 Tabel 2. Standar Perhitungan Risiko Pinjaman bermasalah (RPM) Rasio Bobot (dinilai Nilai dalam %) Skor > 4 40 < X < 4 30 < X < < X < < X < 20 0 < X < 10 = Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Kualitas Aktiva Produktif III Kualitas aktiva produktif III dapat diperoleh dari rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah. Untuk memperoleh rasio cadangan risiko terhadap risiko pinjaman bermasalah dihitung dengan cara sebagai berikut : a. Untuk rasio 0 %, berarti tidak mempunyai mempunyai cadangan penghapusan diberi nilai 0. b. Untuk setiap kenaikan 1 % mulai dari 0 %, nilai ditambah 1 sampai dengan maksimum 100. c. Nilai dikalikan bobot sebesar % di peroleh skor.
16 Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.7 Standar Perhitungan Rasio Cadangan Resiko Terhadap Pinjaman Bermasalah Rasio Bobot Nilai Skor < X < < X < < X < < X < < X < < X < < X < < X < < X < < X < Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. Adapun pinjaman bermasalah terbagi menjadi tiga kategori yaitu : 1. Pinjaman Kurang Lancar Pinjaman digologkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Pengembalian pinjaman di lakukan dengan angsuran yaitu : a. Terhadap tunggakan anggsuran pokok yaitu : 1. tunggakan meliputi 1 (satu) bulan dan belum melampui 2 (dua) bulan bagi pinjaman dengan angsuran harian dan mingguan, atau 2. Melampui 3 (tiga) bulan dan belum melampui (enam) bagi pinjaman yang masa angsrannya ditetapkan bulanan, 2 (dua) atau 3 (bulan) atau
17 3. Melampui (enam) bulan tetapi belum melampui 12 (dua belas bulan) bulan bagi pinjaman yang masa angsurannya ditetapkan (enam) atau lebih, atau b. Terdapat tunggakan bunga sebagai berikut : 1. Tunggakan melampui 1 (satu) bulan tetapi belum melampui 3 (tiga) bulan bagi pinjaman dengan masa angsuran kurang 1 (satu) bulan atau 2. Melampui 3 (tiga) bulan dan belum melampui (enam) bulan bagi pinjaman dengan angsurannya lebih dari 1 (satu) bulan. 2. Pengembalian pinjaman tanpa angsuran yaitu : a. Pinjaman belum jatuh tempo. Terdapat tunggaan bunga yang melampui 3 (tiga) bulan tetapi belum melampi (enam) bulan ; b. Pinjaman telah jatuh tempo Pinjaman sudah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum melampui 3 (tiga) bulan. 2. Pinjaman yang Diragukan Pinjaman digolongkan diragukan apabila pinjaman yang besangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan penilaian dapat disimpulkan bahwa : 1. Pinjaman masih di selamatkan dan agunannya senilai sekurangkurangnya sebesar 7 % dari hutang peminjam termasuk bunganya; atau 2. Pinjaman tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100 % dari hutang peminjam termasuk bunganya.
18 3. Pinjaman yang Macet Pinjaman digolongkan macet apabila : 1. Tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan; atau 2. Memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau penyelamatan pinjaman; atau 3. Pinjaman tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada pengadilan Negeri atau telah diajukan penggantian rugi kepada perusahaan asuransi pinjaman. 4. Kualitas Aktiva Produktif IV Kualitas aktiva produktif IV dapat diperoleh dari Rasio Pinjaman yang berisiko terhadap Pinjaman yang diberikan. Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan diatur dalam standar perhitungan. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.8 Standar Perhitungan Rasio Pinjaman Berisiko Rasio Bobot (dinilai Nilai dalam %) Skor > , , < 2 7 3,7 < ,00 Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. III. Penilaian Manajemen a. Penilaian aspek manajemen KSP dan USP meliputi lima komponen yaitu manajemen umum, kelembagaan, manajemen permodalan, manajemen aktiva dan manajemen likuiditas.
19 b. Perhitungan nilai di dasarkan pada hasil penilaian atas jawaban pertanyaan aspek manajemen terhadap seluruh komponen sebanyak 38 (tiga puluh delapan ). 1 Manajemen umum 12 pertanyaan (bobot 3 atau 0.2 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan ya ) 2 Kelembagaan pertanyaan (bobot 3 atau 0. nilai untuk setiap jawaban pertanyaan ya ) 3 Manajemen permodalan pertanyaan (bobot 3 atau 0. nilai untuk setiap jawaban pertanyaan ya ) 4 Manajemen aktiva 10 pertanyaan (bobot 3 atau 0,3 nilai untuk setiap jawaban pertanyaan ya ) Manajemen likuiditas pertanyaan (bobot 0,3 atau 0. nilai untuk stiap jawaban pertanyaan ya ) Tabel 2.9 Standar Perhitungan Manajemen Umum Jumlah Skor Jawaban Ya
20 Tabel 2.10 Standar Perhitungan Manajemen Kelembagaan Jumlah Skor Jawaban Ya Tabel 2.11 Standar Perhitungan Manajemen Permodalan Jumlah Skor Jawaban Ya Tabel 2.12 Standar Perhitungan Manajemen aktiva Jumlah Skor Jawaban Ya Tabel 2.13 Standar Perhitungan Manajemen Likuiditas Jumlah Skor Jawaban Ya
21 c. Selanjutnya dibuat rekapitulasi penilaian dari aspek manajemen cara menjumlahkan semua skor maka akan mendapatkan skor. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.14 Contoh Penilaian Aspek Manajemen No Aspek Manajemen Skor 1 Manajemen Umum Manajemen Kelembagaan Manajemen Permodalan Manajemen Aktiva 1.0 Manajemen Likuiditas 1.80 Jumlah 8.70 Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. Dengan demikian skor penilaian untuk aspek manajemen adalah 8.70 IV. Penilaian Efisiensi Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu : Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto, rasio beban usaha terhadap SHU kotor dan rasio efisiensi pelayanan. Rasio rasio penilaian efisiensi menggambarkan samapai seberapa besar KSP/USP koperasi mampu memberikan pelayanan yang efisien kepada anggotanya dari penggunaan asset yang dimiliki. 1. Penilaian Efisiensi I Penilaian efisiensi KSP/USP koperasi didasarkan pada 3 (tiga) rasio yaitu : Rasio biaya operasional pelayanan terhadap partisipasi bruto, rasio beban usaha terhadap SHU kotor, rasio efisiensi pelayanan. Penilaian Efisiensi I dapat diperoleh dari Rasio biaya operasional terhadap partisipasi bruto. Cara perhitungan rasio biaya operasional terhadap partisipasi bruto atas pelayanan ditetapkan sebagi berikut :
22 a. Untuk rasio sama dengan atau lebih besar 100 % diberi nilai 0 dan untuk rasio antara 9 % hingga lebih kecil dari 100 % diberi nilai 0 selanjutnya setiap penurunan rasio sebesar % nilai ditambahkan dengan 2 sampai engan maksimum nilai 100. b. Nilai dikalaikan dengan bobot 4 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.1 Standar Rasio Beban Operasi Anggota Terhadap Partisipasi Bruto Rasio beban Operasi AnggotaTerhadap Partisipasi Bruto (%) Sumber : 2. Penilaian Efisiensi II Nilai Bobot (dinilai dalam %) Skor > < X < < X < < X < Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik IndonesiaNo:14/Per/M.KUKM/XII/2009. Penilaian Efisiensi II dapat diperoleh dari Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor. Rasio beban usaha terhadap SHU Kotor ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio lebih dari 80 % diberi nilai 2 dan untuk setiap penurunan rasio 20 % nilai ditambahkan 2 hingga sampai dengan maksimum nilai 100. b. Nilai dikalaikan 4 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut :
23 Tabel 2.1 Standar perhitungan Rasio Beban Operasi Anggota terhadap Partisipasi Bruto Rasio aktiva tetap Bobot (dinilai Nilai terhadap total asset (%) dalam %) Skor > < X < <X < < X< Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Penilaian Efisiensi III / Rasio Efisiensi Pelayanan Perhitungan rasio efisiensi pelayanan dihitung dengan membandingkan biaya karyawan dengan volume pinjaman, dan ditetapkan sebagai berikut ; a. Untuk rasio lebih dari 1 % diberi nilai 0 dan untuk rasio antara 10 % hingga 1 % diberi nilai 0, selanjutnya setiap penurunan rasio 1 % nilai ditambah sampai dengan maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot 2 % diperoleh skor penilaian. Tabel 2.17 Standar Perhitungan Rasio Efisiensi Pelayanan Rasio Efisiensi Bobot (dinilai Nilai Staf (%) dalam %) Skor < < X< < X < > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009.
24 V. Penilaian Likuiditas Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi.(munawir 2010:31). Penilaian kuantitatif terhadap likuiditas KSP/USP Koperasi dilakukan terhadap 2 (dua ) rasio : 1. rasio kas 2. rasio volume pinjaman dana yang di terima. Rasio kas dan bank adalah alat likuid yang segera di gunakan seperti uang tunai dan uang yang tersimpan dilembaga lain dan kewajiban lancar terdiri atas Simpanan dan simpanan berjangka. Pinjaman terdiri atas pinjaman produktif, pinjmam konsuntif dan pinjaman lain. Dana yang diterima terdiri dari dari simpanan dan simpanan berjangka(modal sendiri, modal pinjaman, penyertaan dan simpanan anggota). 1. Penilaian Likuiditas I Penilaian Likuiditas I dapat diperoleh dari Pengukuran rasio kas + bank terhadap kewajiban lancar, dan ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio kas lebih besar dari 10 % hingga 1 % di beri nili 100, untuk rasio lebih kecil1 % samapi dengan 20 % diberi nilai 0, untuk rasio lebih kecil atau sama dengan10 % diberi nilai 2, sedangkan untuk rasio lebih dari 20 % diberi nilai 2. b. Nilai dikalikan bobot sebesar 10 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut :
25 Tabel 2.18 Standar Perhitungan Rasio Kas Terhadap Kewajiban Lancar Rasio Kas Nilai Bobot Skor < , 10 < X < < X < > , Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Penilaian Likuiditas II Penilaian Likuiditas II yaitu pengukuran rasio pinjaman terhadap dana yang diterima. Pengukuran rasio pinjaman terhadap dana yang diterima ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio pinjaman lebih kecil sama dengan dari 0 % diberi nilai 2, untuk setiap kenaikan rasio 10 % nilai ditambah 2 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.19 Standar Perhitungan Rasio Pinjaman terhadap Dana yang Diterima Rasio Kas Nilai Bobot Skor < < X < < X< < X< Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. VI. Kemandirian dan Pertumbuhan Penilaian terhadap kemandirian dan pertumbuhan didasarkan pada 3 (tiga) rasio, yaitu rentabilitas asset, rentabilitas ekuitas dan kemandirian operasional.
26 1. Rasio Rentabilitas Asset Rasio rentabiltas asset yaitu SHU sebelum pajak dibandingkan dengan total asset, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio rentabilitas asset lebih kecil dari % diberi nilai 2, untuk setiap kenaikan rasio 2, % nilai di tambah 2 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot 3 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.20 Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Asset Rasio rentabiliatas Asset Nilai Bobot Skor < 2 3 0,7 < X < 7, , < X < > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Rasio Rentabilitas Ekuitas (Modal Sendiri) Rasio rentabilitas ekuitas yaitu SHU bagian anggota dibandingkan total ekuitas, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio rentabilitas ekuitas lebih kecil dari 3 % diberi nilai 2, untuk setiap kenaikan rasio 1 % nilai ditambah 2 sampai dengan maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot 3 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut :
27 Rasio Rentabilitas Ekuitas Sumber : Tabel 2.21 Standar Perhitungan Rasio Rentabilitas Ekuitas Nilai Bobot Skor < ,7 3< X < < X < > Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Rasio kemandirian operasional pelayanan Rasio kemandirian operasional yaitu partisipasi netto dibandingkan beban usaha ditambah beban perkoperasian, perhitungannya ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio kemandirian operasional lebih kecil atau sama dengan 100 % diberi nilai 0, dan untuk rasio lebih besar dari 100 % diberi nilai b. Nilai dikalikan bobot 4 % diperoleh skor penilaian. c. Contoh perhitungan sebagai berikut : Rasio Kemandirian Operasional Tabel 2.22 Rasio Kemandirian Operasional Nilai Bobot Skor < > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/2009. VI. Jatidiri Koperasi Penilaian jati diri koperasi dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan koperasi dalam mencapai keberhasilannya yaitu mempromosikan ekonomi anggota. Aspek
28 penilaian jati diri koperasi menggunakan 2 (dua) rasio, yaitu : rasio partisipasi bruto dan rasio promosi ekonomi anggota (PEA). 1. Rasio Partisipasi Bruto Rasio partisipasi bruto adalah tingkat kemampuan koperasi dalam melayani anggota, semakin tinggi/besar persentasinya semakin baik. Partisipasi Bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai imbalan penyerahan jasa pada anggota yang mencakup beban pokok dan partisipasi netto. Pengukuran partisipasi bruto dihitung dengan membandingkan partisipasi bruto terhadap partisipasi bruto ditambah pendapatan, dan ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio lebih kecil dari 2 % diberi nilai 2 dan untuk setiap kenaikan rasio 2 % diberi nilai 2 dan untuk setiap kenaikan rasio 2 %, nilai ditambah 2 sampai dengan rasio lebih besar dengan 7 % nilai maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot 7 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.23 Standar Perhitungan Rasio Partisipasi Bruto Rasio Partisipasi Bruto Nilai Bobot Skor < ,7 2 < X < < X < > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) adalah untuk mengukur kemampuan koperasi memberikan manfaat efisiensi partisipasi dan manfaat efisiensi biaya
29 koperasi dengan simpanan pokok dan simpanan wajib, semakin tinggi persentasinya semakin baik. Pengukuran rasio PEA dihitung dengan membandingkan PEA terhadap simpanan pokok ditambah simpanan wajib, yang ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk rasio lebih kecil dari % diberi nilai 0 dan untuk rasio antara hingga 7, diberi nilai 0. Selanjutnya untuk setiap kenaikan rasio 2, % nilai ditambah 2 sampai dengan nilai maksimum 100. b. Nilai dikalikan bobot 3 % diperoleh skor penilaian. Contoh perhitungan sebagai berikut : Tabel 2.24 Standar Perhitungan Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) Rasio Promosi Ekonomi Anggota Nilai Bobot Skor < 0 3 0,00 < X < 7, , < X < > Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Penetapan Kesehatan Koperasi Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jati diri koperasi tersebut, untuk menetapkan tingkat kesehatan KSP atau USP yang di tetapkan (empat) golongan, yaitu : sehat, cukup sehat, dan tidak sehat. Penetapan predikat tingkat kesehatan KSP atau USP tersebut adalah sebagai berikut :
30 Tabel 2.2 Penetapan Kesehatan Koperasi SKOR PREDIKAT 80 < X < 100 SEHAT 0 < X < 80 CUKUP SEHAT 40 < X < 0 KURANG SEHAT 20 < X < 40 TIDAK SEHAT < 20 SANGAT TIDAK SEHAT Sumber : Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. No:14/Per/M.KUKM/XII/ Kerangka Pikir Kerangka pimikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pikir Laporan Keuangan koperasi simpan pinjam (KSP) MINA MANFAAT Kec. Mlonggo kab. Jepara : 1. Neraca 2. Laporan Keuangan Analisis Kesehatan Koperasi : 1. Permodalan 2. Kualitas aktiva Produktif 3. Manajemen 4. Efisiensi. Likuiditas. Kemandirian & Pertumbuhan 7. Jatidiri Koperasi Tingkat Kesehatan Koperasi Laporan keuangan Koperasi Simpan Pinjam KSP MINA MANFAAT terdiri dari neraca dan laporan perhitungan hasil usaha Laporan keuangan tersebut kemudian digunakan menganalisis kesehatan koperasi dengan menganalisis permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi, Sehingga dapat disimpulkan kondisi kesehatan koperasi.
31
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Variabel Definisi Operasional Rumus Permodalan Kualitas Aktiva Produktif
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Subandi (2011) Koperasi berasal dari bahasa Inggris co-operation yang berarti usaha bersama. Dengan kata lain berarti segala
Lebih terperinciASPEK PERMODALAN RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL ASET. Modal Sendiri. Total Aset
Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP) Koperasi haruslah dikelola agar sehat sehingga meningkatkan citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sebagai lembaga keuangan
Lebih terperinciDraft Htl Maharani Agustus 2008
Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cocok untuk perekonomian Indonesia. Menurut Undang-undang Republik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia memiliki Tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian. Ketiga sektor tersebut adalah
Lebih terperinciDraft Htl Maharani Agustus 2008
Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM
Lebih terperinciAPLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI
APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI TUJUAN PEMBELAJARAN 1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Diharapkan peserta mengerti dan memahami
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun perhitungan rasio masing-masing aspek dalam menentukan tingkat kesehatan koperasi dapat dilihat dari data laporan keuangan tahun buku 2013. 4.2 Aspek Permodalan c.
Lebih terperinciNPM : Dosen Pembimbing : Dr. Masodah,SE.,MMSi
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PADA KOPERESI PEGAWAI BADAN PEMERIKSAAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ( BPK RI ) BERDASARKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH No.14/Per/M.KUKM/XII/2009
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. didirikan oleh orang perseorangan atau badanhukum koperasi, dengan pemisahan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Koperasi Menurut Undang-Undang Perkoperasian Bab 1 pasal 1tahun 2012 koperasi mempunyai pengertian sebagai berikut: Koperasiadalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN
Lebih terperinciBAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya KSU Sejahtera Bersama Tapin KSU Sejahtera Bersama Tapin didirikan di Desa Tangkawang Baru Kecamatan Bakarangan Kabupaten
Lebih terperinciBAB II LANDASAN PUSTAKA. Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang. bersama-sama. Menurut Revrisond Baswir (2000:2) dalam bukunya
BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Koperasi Secara Umum a. Pengertian Koperasi Istilah Koperasi berasal dari bahasa Latin Cooperate yang dalam bahasa Inggris Cooperation. Co artinya bersama dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Tinjauan dari penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Fandy Adi Putra dengan judul Analisis Kinerja Keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Aike Mariya Anusasanawati (2009). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja keuangan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti menilai
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif yaitu peneliti menilai rasio keuangan koperasi dan penyebaran kuisioner dengan dasar
Lebih terperinciNALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010
i NALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM PADA KOPERASI X DI KABUPATEN GRESIK TAHUN BUKU 2008-2010 RANGKUMAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SETIA BHAKTI WANITA SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR Oleh : BELLA NOVRITA AREA NIM : 2012410814 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015 Latar Belakang Pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi yang berawal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang berarti bekerja, sehingga koperasi
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KOPERASI BERDASARKAN TINGKAT KESEHATAN SESUAI PERMENKOP
ANALISIS KINERJA KOPERASI BERDASARKAN TINGKAT KESEHATAN SESUAI Oleh Joko Pramono Dosen Tetap STIE AMA Salatiga Budiyati Alumni STIE AMA Salatiga Abstract Cooperative is a pillar of the national economy
Lebih terperinciMENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG PENGAWASAN KOPERASI DENGAN
Lebih terperinciANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN
ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN 2014-2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Univesitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Simpan Pinjam Cendrawasih Kecamatan Gubug Tahun Buku 2011
Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Simpan Pinjam Cendrawasih Kecamatan Gubug Tahun Buku 2011 The Analysis Of Health Level Of Koperasi Simpan Pinjam District Gubug in 2011 MISBACHUL MUNIR
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan berkaitan dengan tingkat kesehatan KSP/USP yang dijadikan objek penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa total
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU
1 ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM SYARIAH BMT AKBAR TAHUN BUKU 2006-2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 ABSTRACT
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI GOTONG ROYONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR UNTUK TAHUN 2015 Enggar Prasetyo 1), P.W. Agung Diponegoro 2) 1) Mahasiswa Progdi
Lebih terperinciYAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 3 Nomor 1 EdisiFebruari 2018 ( )
ANALISIS ASPEK-ASPEK PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM PADA KUD KARYA MUKTI DESA KARYA HARAPAN MUKTI KECAMATAN PELEPAT ILIR KABUPATEN BUNGO ----------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu Aike Mariya (2009) Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kinerja keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI KOPANESA ARVIATI ELNAMITA 090462201041 FAKULTAS EKONOMI, JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2012 pasal 1 disebutkan bahwa : Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran Koperasi dirasa semakin penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia, Koperasi diharapkan mampu menjadi soko guru perekonomian. Koperasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
64 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
Lebih terperinciTINGKAT KESEHATAN KSP. MADANI NTB ABSTRACT
TINGKAT KESEHATAN KSP. MADANI NTB I Nengah Arsana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram ABSTRACT The title of study is "Analysis of Soundness KSP. Madani NTB ". This study aims to quantify the level
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggotanya dari kesulitan-kesulitan ekonomi yang umumnya diderita oleh mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Later Belakang Koperasi merupakan suatu badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi dengan menempuh jalan yang tepat dan mantap dengan tujuan membebaskan diri para anggotanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari bahasa inggris yaitu co-operation. Co-operation berarti suatu bentuk perusahaan yang didirikan oleh orang-orang tertentu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Prinsip dan Tujuan Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi berasal dari kata Co dan operation, yang mengandung arti kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, dan Efisiensi di USPPS Jabal
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Kualitas Aktiva Produktif, Likuiditas, dan Efisiensi di USPPS Jabal Rahmah Sidoarjo Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan pada USPPS Jabal Rahmah Sidoarjo, berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang dituntut untuk senantiasa meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakatnya melalui pembinaan pilar ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi juga berlandaskan pada prinsip-prinsip koperasi, sekaligus gerakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya koperasi sebagai usaha masyarakat mampu memperkuat dirinya sebagai badan usaha yang tangguh dan mandiri. Koperasi juga berlandaskan pada
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIDUP Tulungagung PENELITIAN
Analisis Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIDUP Tulungagung PENELITIAN Disusun Oleh : ENI MINARNI, S.E., Ak., M.Ak. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS
Lebih terperinciSISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KSPPS BMT SEPAKAT SEJAHTERA BERSAMA CABANG ADILUWIH
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KSPPS BMT SEPAKAT SEJAHTERA BERSAMA CABANG ADILUWIH Siti Lailatul Mukaromah 1, Dedi Irawan Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilakukan bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur
Lebih terperinciKata kunci: tingkat kesehatan, koperasi simpan pinjam, jatidiri koperasi
Analisis Kesehatan Koperasi... (Dwi Herprasetyo) ANALISIS KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KPRI NAGARA NGAGLIK SLEMAN TAHUN 2014-2016 Dwi Herprasetyo Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep
BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat memulai suatu penelitian diperlukan suatu landasan teori yang relevan dengan masalah penelitian.landasan teori diperlukan untuk menjelaskan konsep konsep yang digunakan
Lebih terperinciJurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM NUSA ABADI SINGARAJA TAHUN 2013-2015 DENGAN MENGGUNAKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PER/M.KUKM/XII/2009
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ATAU UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURAKARTA
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ATAU UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: FADHILA RETNO M B 200 090 014 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Akuntansi Perkoperasian Sebagai organisasi ekonomi yang berwatak sosial, koperasi memiliki perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Namun apabila dilihat dari kebutuhannya
Lebih terperinciANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA
ANALISIS KESEHATAN KSP. BMT. ARTHA ABADI KABUPATEN JEPARA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdlatul
Lebih terperinciJUMLAH AKTIVA
NERACA 31 DESEMBER 2007 AKTIVA AKTIVA LANCAR Kas dan bank 3 866.121.482 3.038.748.917 Piutang usaha - bersih Hubungan istimewa 2b, 2c, 4, 5, 8 2.635.991.416 328.548.410 Pihak ketiga - setelah dikurangi
Lebih terperinciPELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PELATIHAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI DI KABUPATEN BULELENG Ketua : Fridayana Yudiaatmaja, M.Sc / 0012047414 Anggota
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RIDWAN AFIF
ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN PADA KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DI KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010-2012 (Skripsi) Oleh MUHAMMAD RIDWAN AFIF FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
Lebih terperinci2017, No Menengah Republik Indonesia tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor 15/PER/M.KUKM/IX/2015
No.257, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KUKM. USP oleh Koperasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 /PER/M.KUKM/ II /2017 TENTANG
Lebih terperinciNur Fatimah 1), Kun Ismawati 2) Mahasiswa Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA 2) Dosen Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi UNSA
ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KINERJA KEUANGAN KOPERASI DENGAN MENGGUNAKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 14/PER/M.KUKM/XII/2009 (Studi Kasus pada
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA PINJAMAN BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua
BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau
Lebih terperinciANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN
ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN 2013 2015 I Made Bagiada, S.E., M.Si., Ak., CA 197512312005011003 Dosen Jurusan Akuntansi Politeknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan, Landasan dan Asas, serta Nilai dan Prinsip- Prinsip Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Pengertian Koperasi menurut Hendar dan Kusnadi (2005:18) adalah :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan badan usaha bersama yang berjuang dalam bidang ekonomi. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian bahwa koperasi
Lebih terperinciFINANCIAL HEALTH ANALYZE OF CITRA BEKISAR TELKOM SURABAYA EMPLOYEES COOPERATION. Oleh: Rr Vania Primadiptha Mahardani
FINANCIAL HEALTH ANALYZE OF CITRA BEKISAR TELKOM SURABAYA EMPLOYEES COOPERATION Oleh: Rr Vania Primadiptha Mahardani 105020307111036 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Unti Ludigdo, Ak., CA ABSTRACT This research
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. BMT Gapura Makmur Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT GAPURA MAKMUR berdiri di desa Sidowayah, Polanharjo, Klaten pada tanggal 6 Juli 21. Bergerak dalam bidang jasa
Lebih terperinciKOPERASI. Tujuan Pembelajaran
K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan
Lebih terperinciPutri Handayani. Abstraksi
PENILAIAN KINERJA KOPERASI KARYAWAN PURI SAKTI GRUP BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.14/PER/M.KUKM/XII/2009 PERFORMANCE ASSESSMENT OF KOPERASI PURI SAKTI GRUP BASED ON GOVERNMENT REGULATION NO.14/PER/M.KUKM/XII/2009
Lebih terperincia. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.
AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar
Lebih terperinciPROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB
GaneÇ Swara Vol. No. Maret 6 PROSPEK KINERJA KEUANGAN PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM ( KSP ) UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI LOMBOK TIMUR - NTB ABSTRAK SAHRUL IHSAN Fakultas Ekonomi Universitas Gunung Rinjani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koperasi indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
BAB I PENDAHULUAN `1.1 latar belakang koperasi adalah lembaga yang menjalankan suatu kegiatan usaha dan pelayanan yang sangat membantu dan di perlukan oleh anggota koperasi dan masyarakat. Dengan sesuai
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA PRIMKOPTI SEMARANG BARAT TAHUN
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA PRIMKOPTI SEMARANG BARAT TAHUN 2000 2005 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh MUNARSAH 3364980409
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI JUJUR PEMKAB BINTAN DI TANJUNGPINANG Oleh : Mustakim
ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI JUJUR PEMKAB BINTAN DI TANJUNGPINANG Oleh : Mustakim 0904 6220 1 21 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang.
Lebih terperinciANALISIS KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI MEKAR SLEMAN YOGYAKARTA
ANALISIS KESEHATAN KOPERASI PADA KPRI MEKAR SLEMAN YOGYAKARTA PROPOSAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas
Lebih terperinciKoperasi Karyawan PT. ADIS PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012
L1 PERHITUNGAN HASIL USAHA Periode Tahun 2010, 2011 & 2012 No Uraian Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 (Dalam Rp) (Dalam Rp) (Dalam Rp) I PENDAPATAN OPERASIONAL Penjualan Harga Pokok Penjualan Jumlah laba
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut pendapat Darsono (2010: 47), Kinerja Keuangan adalah hasil kegiatan perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM ( Studi Kasus pada Koperasi Karyawan Muria Gemilang ) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Akuntansi
Lebih terperinciIdham Kholid Sri Mangesti Rahayu Fransisca Yaningwati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PER/M.KUKM/XII/2009 (Studi pada Koperasi Simpan Pinjam Adi Wiyata
Lebih terperinciANALISIS KINERJA KEUANGAN KUD TANI MAKMUR MOJOKERTO SKRIPSI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN KUD TANI MAKMUR MOJOKERTO SKRIPSI Oleh: NAMA : EKO HARI SULISTIYO NIM : 08610257 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013 ANALISIS KINERJA KEUANGAN KUD
Lebih terperinciAlbert Budiyanto Soleh. Jl. D.I. Panjaitan Kav 24 Jakarta 13340 (021) 8564332 ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI KARTIKA KUWERA JAYA DENGAN MENGGUNAKAN PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/PER/M.KUKM/XII/2009 Albert Budiyanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,
Lebih terperinciRESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE. by INFOVESTA
RESEARCH REPORT: PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN MULTIFINANCE by INFOVESTA TUJUAN PENILAIAN MANAJEMEN INVESTOR REGULATOR Evaluasi terhadap kinerja Perseroan pada periode tertentu Kebutuhan analisis dan pengambilan
Lebih terperinciKESEHATAN KEUANGAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN UMKM RI NOMOR: 14/Per/M.KUKM/VII/2009 PADA KP-RI SUMEKAR SUMENEP
KESEHATAN KEUANGAN KOPERASI BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN UMKM RI NOMOR: 14/Per/M.KUKM/VII/2009 PADA KP-RI SUMEKAR SUMENEP Aprilina Susandini 1, Nuri Fatmawati 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG
Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus
Lebih terperinciANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI KARYAWAN MANDIRI PERUM DAMRI SURABAYA ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI KARYAWAN MANDIRI PERUM DAMRI SURABAYA ARTIKEL ILMIAH Oleh : ANDRI DWI NINGSIH 2011310323 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS SURABAYA 2015 Analisis Penilaian Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena itu, diperlukan suatu upaya untuk membangkitkan kembali elemen-elemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekarang ini sering terjadi krisis ekonomi global. Hampir seluruh negara mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, tidak terkecuali Indonesia. Oleh karena
Lebih terperinci, No Usaha Kecil dan Menengah Nomor 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi sudah ti
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1494, 2015 KEMENKOP-UKM. Koperasi. Usaha. Simpan Pinjam. PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/Per/M.KUKM/IX/2015 TENTANG
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAHLIA KENDAL TAHUN BUKU
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM DAHLIA KENDAL TAHUN BUKU 2009 2011 Dewi Amalia Nur Bisyara Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG
Draft Htl Maharani 9 September 2008 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI, DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/XI/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darwanto (2013) melakukan penelitian tentang. Republik Indonesia Universitas Brawijaya Malang. Berdasarkan penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Darwanto (2013) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja koperasi ditinjau dari aspek keuangan dan non keuangan pada Koperasi Pegawai Republik
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut O Brien dalam Baridwan dan Hanum (2007:155) terdapat tiga dimensi pengukuran kualitas informasi, ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAK.... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah sehingga akan meningkatkan permodalan. sistem informasi yang diterapkan dalam kegiatan oprasionalnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1998 dan 2009 terjadi krisis ekonomi yang dampaknya membekukan sejumlah bank Umum Swasta Nasional. Tidak hanya itu, terjadinya krisis kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciPT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN
PT MUSTIKA RATU Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI UNTUK BULAN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER 2007 (DENGAN ANGKA PERBANDINGAN UNTUK TAHUN 2006) (MATA UANG INDONESIA) 1 MUSTIKA
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS TINGKAT KESEHATAN KOPERASI SIMPAN PINJAM BERDASAR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NO.14/Per/M.KUKM/XII/2009 (Studi Kasus di Koperasi Kredit Makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perekonomian nasional Indonesia yang saat ini dihadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian nasional Indonesia yang saat ini dihadapi oleh dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis.
Lebih terperinciCatatan 31 Maret Maret 2010
NERACA KONSOLIDASI ASET Catatan 31 Maret 2011 31 Maret 2010 ASET LANCAR Kas dan setara kas 2f, 3 220.361.019.579 10.981.803.022 Piutang usaha - setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu Pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran suatu negara. Para pelaku ekonomi baik perusahaan besar maupun. anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kemakmuran negara antara lain terlihat dari pendapatan nasional dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Tingkat pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang tentang pokok perkoperasian Nomor : 12 tahun 1967 menyebutkan koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi
Lebih terperinci