STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI Yuliningsih, Eny Lestari, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.6 A Kentingan Surakarta 5726 Telp./Fax (027) yuliningsihs2@gmail.com, Telp Abstract :. The objectives of this study were to identify variety in cashew nut processing agroindustry; to identify the internal and external factors; to formulate the alternative development strategies; and to determine the priority of development strategy.the research method is used analytical descriptive with a survey research techniques. Methods of data analysis were analysis of costs, revenues, and profits; IFE and EFE matrix; SWOT matrix; and QSP matrix.the results of this study were the average of profit per month about Rp ,20 for micro respondent and small scale enterprises about Rp 4,57,577.7; the main strength in this industry was a good relationship with distributors and customer and its main weakness was the untidy financial records; the main opportunity product was cuisine food, and the main threats were conventional technologies; there were 8 alternative strategies produced, two S-O strategies, two W-O strategies, two S-T strategies, two W-T strategies; the priority of strategy is resulted to improve the quality of the resulted product. Keywords: development strategy, cashew nut processing agroindustry, alternative strategies, priority of strategy Abstrak :Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaan agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri; mengidentifikasi faktor internal dan eksternal; merumuskan alternatif strategi pengembangan; dan menentukan prioritas strategi pengembangan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis dengan teknik survei. Metode analisis data : analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan; matriks IFE dan EFE; matriks SWOT; dan matriks QSP. Hasil penelitian rata-rata keuntungan setiap bulan untuk adalah Rp ,20 untuk usaha skala mikro dan usaha skala kecil Rp ,7; kekuatan utama dalam usaha ini adalah hubungan baik dengan distributor dan pelanggan dan kelemahan utamanya adalah pencatatan keuangan belum rapi; peluang utama ialah produk merupakan oleh-oleh khas dan ancaman utamanya berupa teknologi konvensional; ada 8 alternatif strategi yang dihasilkan, dua strategi S-O,dua strategi W-O, dua strategi S-T, dan dua strategi W-O; prioritas strategi yang dihasilkan adalah meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Kata kunci: strategi pengembangan, agroindustri pengolahan mete, alternatif strategi, prioritas strategi

2 2 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya menjadikan sektor pertanian sebagai sumber penghidupan. Akan tetapi, pembangunan pertanian kurang menjadi perhatian. Salah satu solusi pengembangan sektor pertanian yaitu dengan agroindustri. Agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut (Kusnandar dkk, 200). Salah satu subsektor pertanian yang dapat dikembangkan sebagai agroindustri adalah subsektor perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan yang cukup penting dalam perolehan devisa negara adalah biji jambu mete (cashew nut). Pengembangan jambu mete dicanangkan pertama kali oleh Pemerintah pada pertengahan tahun 972, yang diawali dengan program penghijauan pada lahan kritis oleh Sub Sektor Kehutanan (Karmawati, 2008). Jawa Tengah merupakan salah satu penghasil jambu mete di Indonesia. Kabupaten Wonogiri merupakan Kabupaten yang memiliki luas areal dan produksi tertinggi dibandingkan dengan kabupaten dan kota yang ada di provinsi Jawa Tengah (Tabel ). Oleh karena itu, Kabupaten Wonogiri berkembang menjadi salah satu sentra pengolahan mete karena didukung oleh kondisi geografis yang sesuai untuk perkebunan jambu mete (BI, 2000). Tanaman jambu mete merupakan tanaman yang menjadi ciri khas di Kabupaten Wonogiri. Tanaman jambu mete dapat tumbuh di dataran rendah dan di dataran tinggi, yaitu pada ketinggian m dpl. Hal ini mengisyaratkan bahwa jambu mete dapat beradaptasi pada kondisi tanah dan iklim yang beragam sifatnya. Tanaman ini akan tumbuh kerdil dan merana jika ditanam ditanah lempung. Di tempat tumbuh yang demikian jambu mete dan gulma akan berebut unsur hara dan air pada musim kemarau (Liptan, 990). Data luas areal dan produksi jambu mete pada tingkat kecamatan di Kabupaten Wonogiri yang menunjukkan peringkat satu sampai lima disajikan pada Tabel 2. Tabel. Luas Areal (ha) dan Produksi Jambu Mete Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah Tahun 20 No. Kabupaten/Kota Luas (ha) Produksi (ton). Kabupaten Wonogiri , ,00 2. Kabupaten Sragen.088,50 297,40. Kabupaten Blora.02,07 290,28 4. Kabupaten Jepara 740,57 2,85 5. Kabupaten Rembang 522,00 6,96 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 202

3 Tabel 2. Luas Areal (ha) dan Produksi Jambu Mete Menurut Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 20 No. Kecamatan Luas (ha) Produksi (ton). Kecamatan Ngadirojo. 296,00.72,00 2. Kecamatan Sidoarjo.069,00 975,00. Kecamatan Jatiroto 2.06, Kecamatan Jatisrono.967,00 782,00 5. Kecamatan Girimarto 88,00 45,00 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri, 202 Kecamatan Jatisrono memiliki luas areal dan produksi jambu mete yang cukup tinggi di Kabupaten Wonogiri (Tabel 2). Berdasarkan data Disperindag Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri (2007), jumlah usaha agroindustri pengolahan mete paling banyak terdapat di Kecamatan Jatisrono, dari 785 industri kecil dan menengah pengolahan mete yang ada di Kabupaten Wonogiri, 58 diantaranya ada di Kecamatan Jatisrono dan mampu menyerap tenaga kerja. Karena jumlah industri yang banyak ini kemudian didirikan sentra industri kecil pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono. Pengolahan mete adalah proses pengolahan gelondong mete menjadi kacang mete. Agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono ini sebagian besar berupa industri yang berskala rumah tangga yang masih menggunakan peralatan yang sederhana. Iklim yang tidak menentu juga mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan, karena berkaitan dengan proses penjemuran gelondong kacang mete. Karena berbagai kendala yang dihadapi, diperlukan suatu upaya untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri pengolahan mete. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Agroindustri Pengolahan Mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaan agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri; mengidentifikasi faktor internal dan eksternal; merumuskan alternatif strategi pengembangan; dan menentukan prioritas strategi pengembangan. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis (Surakhmad,994). Teknik penelitian dilaksanakan dengan teknik survei (Singarimbun dan Effendi, 995). Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan Kecamatan Jatisrono merupakan kecamatan yang memiliki jumlah industri pengolahan mete paling tinggi di Kabupaten Wonogiri, dari 785 industri kecil dan menengah pengolahan mete yang ada di Kabupaten Wonogiri, 58 diantaranya ada di Kecamatan Jatisrono (Disperindagkop dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri, 2007).

4 4 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder yang diperoleh dari dinas terkait. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, content analysis (mencatat data), dan observasi. Metode Penentuan Sampel Responden Metode pengampilan sampel identifikasi keragaan agroindustri pengolahan mete adalah metode sensus sejumlah 5 orang yang mengusahakan pengolahan mete, mulai dari gelondong sampai dengan menjadi kacang mete. Sedangkan untuk keperluan identifikasi faktor internal dan eksternal serta penentuan nilai bobot, rating, dan nilai daya tarik, digunakan informan kunci yang ditentukan secara purpossive dengan pertimbangan orang tersebut dianggap paling tahu tentang informasi yang diharapkan. Informan kunci tersebut meliputi: pelaku usaha pengolahan mete, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri, Pedagang pengepul, dan konsumen akhir. Metode Analisis Data dan Perumusan Strategi Untuk mengidentifikasi keragaan dapat dihitung dengan analisis biaya, penerimaan, dan keuntungan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: π = TR TC... () = (Y.Py) (TFC+TVC)... (2) Dimana, π: Keuntungan (Rp), TR: Total penerimaan (Rp), TC: Total biaya (Rp), Y: Jumlah produksi kacang mete (kg), Py: Harga jual kacang mete (Rp), TFC: Total biaya tetap (Rp), dan TVC: Total biaya variabel (Rp). Identifikasi faktor internal dan eksternal menggunakan matriks IFE dan EFE. Untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agroindustri digunakan matriks SWOT, sedangkan prioritas strategi pengembangan ditentukan melalui matriks QSP (David, 2009). HASIL DAN PEMBAHASAN Keragaan Agroindustri Pengolahan Mete Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang penggolongan UMKM, ditemukan ada dua skala usaha dari responden pelaku usaha pengolahan mete. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi keragaan usaha pengolahan mete, dilakukan dua penggolongan sebagai berikut () Responden Usaha Pengolahan Mete Skala Mikro, yaitu responden dengan omset maksimal 00 juta pertahun, atau dengan kata lain omset maksimal 25 juta per bulan, sebanyak 2 responden; (2) Responden Usaha Pengolahan Mete Skala Kecil, yaitu responden dengan omset antara 00 juta sampai dengan 2,5 milyar pertahun sebanyak responden. Penggolongan responden dilakukan untuk lebih menggambarkan atau merepresentasikan skala usaha dari masing-masing responden yang diambil. Skala usaha dalam penelitian ini dilihat melalui rata-rata total biaya, penerimaan (omset), dan keuntungan setiap bulan dari pelaku usaha.

5 5 Total Biaya Tabel. Rata-Rata Total Biaya Produksi Responden Pelaku Usaha Agroindustri Pengolahan Mete selama Bulan No. Jenis Biaya Rata-Rata (Rp) Skala Mikro Skala Kecil. Biaya Tetap - Biaya Overhead Tetap , ,56 2. Biaya Variabel a. Bahan Baku Utama , ,00 b. Bahan Penolong 4.708, 26.66, c. Tenaga Kerja , ,00 d. Pasca Produksi , ,67 Jumlah , ,60 Sumber: Analisis Data Primer, 202 Total biaya produksi pada agroindustri pengolahan mete terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya overhead tetap, sedangkan biaya variabel disusun oleh biaya bahan baku utama; biaya bahan penolong; biaya tenaga kerja; dan biaya pasca produksi. Besar biaya overhead tetap adalah Rp 70.,5 untuk usaha skala mikro dan Rp ,56 untuk usaha kecil. Biaya overheaad adalah biaya yang tidak dikeluarkan secara langsung oleh para pelaku usaha agroindustri pengolahan mete. Bahan baku utama yang digunakan dalam agroindustri pengolahan mete berupa gelondong mete yang ratarata pelaku usaha setiap bulannya membutuhkan gelondong mete dengan biaya sebesar Rp ,00 untuk responden usaha skala mikro dan responden usaha skala kecil sebesar Rp ,00. Ada tiga bahan baku penolong yang digunakan yaitu arang, tepung terigu, dan kapur dengan biaya yang dibutuhkan sebesar Rp 4.708, untuk responden usaha skala mikro dan Rp 26.66, untuk responden skala kecil. Rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan responden usaha skala mikro adalah Rp ,50 dan Rp ,00 untuk responden skala kecil. Biaya pasca produksi terdiri dari biaya pengiriman dan biaya pengemasan yang besarnya adalah Rp ,67 untuk responden skala mikro dan Rp ,67 untuk responden skala kecil. Rata-rata total biaya produksi selama satu bulan pada agroindustri pengolahan mete Kecamatan Jatisrono adalah sebesar Rp ,80 untuk responden usaha skala mikro dan responden usaha skala kecil Rp ,60. Penerimaan dan Keuntungan Usaha Produk utama yang dihasilkan oleh agroindustri ini adalah biji kacang mete yang terdiri atas tiga kualitas, yaitu mete super; mete biasa; dan mete campur. Sedangkan produk sampingan yang dihasilkan adalah kulit mete, yang sebenarnya adalah limbah produksi, tetapi tidak bisa diolah sendiri oleh para pelaku usaha dan kemudian dijual kepada pengepul. Rata-rata penerimaan usaha agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono setiap

6 6 Tabel 4. Rata-rata Penerimaan dan Keuntungan Usaha Agroindustri Pengolahan Mete Selama Bulan No. Jenis Produk Rata-Rata (Rp) Skala Mikro Skala Kecil. Penerimaan Mete Super , ,00 Mete Biasa , ,00 Mete Campur , ,00 Kulit Mete ,00.45., Total Penerimaan , , 2. Total Biaya , ,60 Keuntungan Usaha.56.02, ,7 Sumber: Analisis Data Primer, 202 bulannya adalah Rp ,00 untuk responden usaha skala mikro dan responden usaha skala kecil sebesar Rp.758., (Tabel 4). Keuntungan usaha merupakan selisih antara total penerimaan dan total biaya. Besarnya keuntungan usaha adalah Rp ,20 untuk usaha mikro dan Rp ,7 untuk responden usaha skala mikro. Kondisi Faktor Internal Agroindustri Pengolahan Mete Nilai kumulatif/total matriks IFE pada pengembangan agroindustri pengolahan mete adalah 2,625. Menurut David (2009) nilai tersebut mengidentifikasikan bahwa agroindustri pengolahan mete memiliki posisi internal yang kuat (lebih dari 2,5), sehingga dapat dikatakan pelaku usaha sudah mampu memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan dalam pengembangan agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri (Tabel 6). Tabel 6. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) pada Agroindustri Pengolahan Mete Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan. Ketersediaan modal 2. Adanya variasi produk dan harga. Hubungan baik dengan distributor dan pelanggan 4. Ketersediaan bahan baku 5. Produk lebih unggul dari wilayah lain 6. Produk tahan lama 7. Pengalaman usaha Subtotal 0,000 0,000 0,250 0,0500 0,0750 0, ,4000 0,4000 0,5000 0,875 0,875 0,500 0,2250 Kelemahan. Pencatatan keuangan belum rapi 2. Kemasan masih sederhana. Pembelian bahan baku memerlukan biaya besar 4. Belum ada pengelolaan limbah 5. Manajemen masih kurang/lemah 6. Tenaga kerja musiman 0,0750 0,0875 0,0500 0, ,500 0,0875 0,0500 0,250 0,0875 Total,0000 2,625 Sumber: Analisis Data Primer, 202

7 7 Kondisi Faktor Eksternal Agroindustri Pengolahan Mete Tabel 7. Matriks External Factor Evaluation (EFE) pada Agroindustri Pengolahan Mete Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang. Kondisi sosial mendukung karena merupakan sentra usaha 2. Produk banyak dikonsumsi untuk acara-acara khusus. Poduk merupakan oleh-oleh khas 4. Bantuan peralatan dari pemerintah 5. Kelemahan dari produk pesaing Subtotal Ancaman. Permintaan produk fluktuatif 2. Program pemerintah belum kontinu. Belum adanya sinergi antara pemerintah kabupaten dan kecamatan 4. Teknologi konvensional 5. Proses produksi tergantung cuaca 0,0875 0,75 0,750 0,525 0,75 0, ,500 0,425 0,7000 0,875 0,875 0,75 0,250 0,2000 0,25 2 0,250 0,25 Total,00 2,575 Sumber: Analisis Data Primer, 202 Nilai kumulatif/total matriks EFE pada pengembangan agroindustri pengolahan mete adalah 2,575. Menurut David (2009) nilai tersebut mengidentifikasikan bahwa agroindustri pengolahan mete memiliki posisi eksternal yang cukup kuat (lebih dari 2,5), hal tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha pengolahan mete dapat merespon secara baik peluang dan ancaman yang ada. Alternatif Strategi Pengembangan Agroindustri Pengolahan Mete Melalui matriks SWOT akan diperoleh beberapa alternatif strategi, antara lain sebagai berikut: () Strategi S-O yaitu memperkuat hubungan dengan distributor dan pelanggan, mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan bantuan pinjaman modal; (2) Strategi W-O yaitu memperkuat hubungan dengan pemasok bahan baku dan tenaga kerja, meningkatkan kemampuan manajemen dan mengupayakan yang lebih marketable; () Strategi S-T yaitu menciptakan kesinergisan antara pelaku usaha, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kecamatan, meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan; dan (4) Strategi W-T yaitu mengadakan upaya pengelolaan limbah sendiri dan pengenalan teknologi baru dengan bantuan penyuluhan dari pemerintah, meningkatkan jaringan pemasaran Prioritas Strategi Pengembangan Agroindustri Pengolahan Mete Strategi-strategi yang dapat diterapkan pada agroindustri pengolahan mete adalah sebagai berikut: () Memperkuat hubungan dengan distributor dan pelanggan untuk meningkatkan pasar (5,075). Hubungan yang sudah terjalin antara pelaku usaha, distributor dan pelanggan harus diperkuat lagi misalnya dengan memberikan bonus ataupun potongan harga, dan yang paling utama adalah menjaga kualitas agar distributor dan pelanggan tidak berpindah ke tempat lain. (2) Mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan bantuan pinjaman modal untuk meningkatkan

8 8 Tabel 8. Alternatif Strategi Matriks SWOT dalam Pengembangan Agroindustri Pengolahan Mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri Peluang-O. Kondisi sosial budaya mendukung karena merupakan sentra usaha 2. Produk banyak dikonsumsi untuk acara-acara khusus. Produk merupakan oleh-oleh khas 4. Bantuan peralatan dari pemerintah 5. Kualitas produk pesaing lebih rendah Ancaman-T. Permintaan produk fluktuatif 2. Program pemerintah belum kontinu. Teknologi konvensional 4. Belum adanya sinergi antara pemerintah kabupaten dan kecamatan 5. Proses produksidipengaruhicuaca Sumber: Analisis Data Primer, 202 kuantitas dan kualitas produk (5,975).Bantuan fasilitas dari pemerintah, yang berupa kacip ceklok dan kemudahan bantuan pinjaman modal merupakan suatu kekuatan yang penting bagi para pelaku usaha dalam melaksanakan proses produksi. Oleh karena itu, pelaku usaha perlu mengoptimalkan kesempatan ini sebaik-baiknya, mengingat prospek usaha ini cukup bagus dalam memberikan nilai tambah dan sumber penghasilan. () Memperkuat hubungan dengan pemasok bahan baku dan tenaga Kekuatan-S. Ketersediaan modal 2. Adanya variasi harga dan produk. Hubungan baik dengan distributor dan pelanggan 4. Ketersediaan bahan baku 5. Produk lebih unggul dari wilayah lain 6. Produk tahan lama 7. Pengalaman usaha Strategi S-O. Memperkuat hubungan dengan distributor dan pelanggan untuk meningkatkan pasar (S2,S,S5,O,O2,O,O5) 2. Mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan bantuan pinjaman modal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk (S,S4,S5,S6,S7,O,O4,O5) Strategi S-T. Menciptakan kesinergisan antara pelaku usaha,pemerintah kabupaten, dan pemerintah kecamatan (S, S7, T2, T4) 2. Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan (S2,S,S4,S5,S6, T,T,T5) Kelemahan-W. Pencatatan keuangan belum rapi 2. Kemasan masih sederhana. Pembelian bahan baku memerlukan biaya besar 4. Belum ada pengelolaan limbah 5. Manajemen masih lemah/kurang 6. Tenaga kerja musiman Strategi W-O. Memperkuat hubungan dengan pemasok bahan baku dan tenaga kerja untuk menjaga keberjalanan proses produksi (W,W5,W6, O,O2,O) 2. Meningkatkan kemampuan manajemen dan mengupayakan yang lebih marketable (W,W2,W5, O,O2,O) Strategi W-T. Mengadakan upaya pengelolaan limbah sendiri dan pengenalan teknologi baru dengan bantuan penyuluhan dari pemerintah (W4, T2, T, T4) 2. Meningkatkan jaringan pemasaran (W2,W, T, T5) kerja untuk menjaga keberjalanan proses produksi (4,475). Kuatnya hubungan antara pelaku usaha dan pemasok dapat memastikan pemasok akan terus memasok bahan baku pada masa panen selanjutnya. Begitu pula dengan tenaga kerja, mengingat pada agroindustri pengolahan mete ini tenaga kerja bersifat musiman, tidak tersedia sepanjang waktu dan ada kemungkinan tenaga kerja akan berpindah ke tempat lain. (4) Meningkatkan kemampuan manajemen dan mengupayakan

9 9 kemasan yang lebih marketable dan pelabelan produk (5,25). Dengan kemampuan manajemen yang baik, pelaku usaha dapat mengelola usahanya secara rapi, baik secara administrasi maupun secara teknis. Salah satu cara peningkatan kemampuan manajemen adalah dengan mengupayakan kemasan yang lebih marketable. Kemasan dan pelabelan yang baik akan lebih memperkuat keyakinan konsumen terhadap produk yang akan dibeli, apalagi kalau dilengkapi dengan surat ijin usaha ataupun sertifikasi. (5) Meningkatkan kesinergisan antara pelaku usaha, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kecamatan (4,75). Sinergisitas antara pelaku usaha, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kecamatan tidak dipungkiri merupakan faktor yang cukup penting dalam pengembangan suatu usaha, karena program-program yang akan dijalankan menjadi lebih tepat sasaran. Dengan hubungan yang baik, juga akan mempermudah akses fasilitas dan permodalan. (6) Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan (6,625). Kualitas produk merupakan salah satu pertimbangan yang dipakai oleh konsumen dalam mengkonsumsi atau membeli suaatu produk. Oleh karena itu untuk menjaga loyalitas konsumen maupun distributor terhadap produk, kualitas menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. (7) Mengadakan upaya pengelolaan limbah sendiri dan pengenalan teknologi baru melalui bantuan penyuluhan dari pemerintah (5,975). Salah satu tujuan dari upaya pengelolaan limbah sendiri adalah untuk meningkatkan penerimaan yang diterima oleh pelaku usaha. Tentu saja hal ini memerlukan sumber daya manusia dan teknologi yang memadai. Untuk mewujudkan hal ini, sangat diperlukan bantuan dari dinas terkait sebagai penggerak dan penentu kebijakan. Kedua hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyuluhanpenyuluhan yang dilaksanakan secara berkesinambungan. (8) Meningkatkan jaringan pemasaran (5,8875). Jaringan pemasaran dapat diperkuat dengan menjaga hubungan dan loyalitas dari pengepul dan pelanggan serta meningkatkan kualitas produk, sehingga diharapkan pengepul dan pelanggan dapat membawa jaringan pemasaran baru bagi pelaku usaha. Prioritas strategi ditentukan berdasarkan jumlah nilai daya tarik yang tertinggi. Dari hasil perhitungan matriks QSP dengan mengalikan bobot masing-masing faktor dengan nilai daya tarik dihasilkan total nilai daya tarik yang terpilih adalah strategi ke 6 yaitu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri karena memiliki jumlah total nilai daya tarik yang tertinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata keuntungan responden pelaku usaha pengolahan mete skala mikro setiap bulannya adalah Rp ,20. Sedangkan rata-rata keuntungan responden usaha pengolahan mete skala kecil adalah Rp ,7. Berdasarkan matriks IFE, kekuatan utama pada agroindustri pengolahan

10 0 mete di Kecamatan Jatisrono adalah hubungan baik dengan disributor dan pelanggan; sedangkan kelemahan utamanya adalah pencatatan keuangan belum rapi. Berdasarkan matriks EFE, peluang utama pada agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono adalah produk merupakan oleh-oleh khas dan kelemahan utamanya adalah teknologi konvensional. Alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:() Memperkuat hubungan dengan distributor dan pelanggan untuk meningkatkan pasar; (2) Mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan bantuan pinjaman modal untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk; () Memperkuat hubungan dengan pemasok bahan baku dan tenaga kerja untuk menjaga keberjalanan proses produksi; (4) Meningkatkan kemampuan manajemen dan mengupayakan yang lebih marketable; (5) Menciptakan kesinergisan antara pelaku usaha, pemerintah kabupaten, dan pemerintah kecamatan; (6) Meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan; (7) Mengadakan upaya pengelolaan limbah sendiri dan pengenalan teknologi baru dengan bantuan penyuluhan dari pemerintah, dan (8) Meningkatkan jaringan pemasaran. Prioritas strategi dalam pengembangan agroindustri pengolahan mete di Kecamatan Jatisrono Kabupaten Wonogiri adalah meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan Saran Untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas mutu produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu lebih memperdalam pengetahuan, teknologi dan informasi mengenai pengolahan kacang mete dan secara bersamaan upaya ini juga perlu didukung oleh instansi pemerintahan terkait seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian dan Dinas Pertanian. Untuk meningkatkan produksi yang ada diharapkan adanya transfer teknologi melalui penyuluhan-penyuluhan secara berkala dan pengenalan teknologi tepat guna sehingga proses produksi lebih efisien. Untuk memperbaiki dan mendapat harga yang baik di tingkat pengolah, pelaku usaha perlu mencari informasi harga secara reguler baik dari dinas terkait, pelaku usaha lainnya maupun pedagang atau pengepul di kota besar yang menjadi tujuan pemasarannya selama ini. Juga diperlukan usaha mengupayakan kemasan yang lebih marketable agar lebih menarik minat konsumen. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Jawa Tengah dalam Angka 202. BPS. Jawa Tengah Badan Pusat Statistik Wonogiri dalam Angka 202. BPS. Wonogiri. Bank Indonesia Pola Pembiayaan Usaha Kecil : Industri Pengolahan Mete (Pola Pembiayaan Syariah). Jakarta.

11 David, F.R Manajemen Strategis Konsep-Konsep. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal Kabupaten Wonogiri, Rekapitulasi Data Kelompok Industri Kecil Potensial di Kabupaten Wonogiri. Disperindagkop dan Penanaman Modal. Wonogiri. Karmawati, Elna Perkembangan Jambu Mete dan Strategi Pengendalian Hama Utamanya. Perspektif Vol. 7 No. 2 / Desember Hlm 02. Kusnandar, dkk Manajemen Agroindustri: Kajian Teori dan Model Kelembagaan Agroindustri Skala Kecil Pedesaan. UNS Press. Surakarta. Singarimbun, M dan S. Effendi Metode Penelitian Survai. LPES. Jakarta Surakhmad, Winarno Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun UMKM. Kementerian Koperasi dan UKM.

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu

STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu 1 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KRECEK DI KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI Sigit Joko Rahmanto, Eny Lestari, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di agroindustri kelanting

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di agroindustri kelanting III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di agroindustri kelanting MT Production, Dua Saudara, Kadung Trisno, dan Mitra Lestari,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA INDUSTRI KRECEK SINGKONG DI KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNGKIDUL Yunita Puspita Dewi, Mohd. Harisudin, R. Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MINYAK ATSIRI KENANGA DI INDUSTRI KECIL SIDO MULYO KABUPATEN BOYOLALI Nanda Widhi Herlambang, Totok Mardikanto, R. Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA Irma Wardani,Mohamad Hanif Khoirudin Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi UNIBA

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG

STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG STRATEGI PENGEMBANGAN SENTRA USAHA PISANG AROMA DI KABUPATEN TEMANGGUNG Yunita Hispana Suiza, Mohd. Harisudin, Arip Wijianto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DI KABUPATEN WONOGIRI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DI KABUPATEN WONOGIRI STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI MOCAF (MODIFIED CASSAVA FLOUR) DI KABUPATEN WONOGIRI Zulfa Anindita, Kusnandar, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN

STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN STRATEGI PEMASARAN MELON DI KABUPATEN SRAGEN Rita Yuliana Sugiarto 1 Susi Wuri Ani 2 Nuning Setyowati 3 Agribusiness of Agricultural Faculty, Sebelas Maret Surakarta University Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI METE DI KABUPATEN WONOGIRI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Agribisnis Minat Utama : Manajemen Agribisnis Oleh:

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mulia Lestari adalah salah satu perusahaan tekstil terkemuka yang beralamatkan di Jl. Cibaligo no. 70 Cimindi-Cimahi. Produk yang dihasilkan adalah kain rajut, yang sebagian besar adalah berbentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis

Keyword : krecek, marketing strategic, swot analysis STRATEGI PEMASARAN KRECEK KULIT KERBAU DI UD.SUMBER BAROKAH KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI MARKETING KRECEK STRATEGY IN UD.SUMBER BAROKAH DISTRICT BANYUDONO REGENCY OF BOYOLALI M.Th.Handayani 1)*,Egydia

Lebih terperinci

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012

Sumber : Bidang Perikanan Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2012 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki 17.50 buah pulau, dengan luas laut sekitar 3,5 juta km. Potensi sumberdaya ikannya sangat besar dengan beraneka ragam ikan bernilai ekonomi tinggi.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN GURAMI DI KABUPATEN BANYUMAS

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN GURAMI DI KABUPATEN BANYUMAS STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS IKAN GURAMI DI KABUPATEN BANYUMAS Yusuf Enril Fathurrohman, Kusnandar, Bekti Wahyu Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Sektor pertanian merupakan salah satu yang diunggulkan oleh Indonesia karena memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI digilib.uns.ac.id STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PENGOLAHAN METE DI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Oleh Yuliningsih H0808162 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Lebih terperinci

VII. FORMULASI STRATEGI

VII. FORMULASI STRATEGI VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT e-j. Agrotekbis 1 (3) : 282-287, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Business

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK

KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK S. Marti ah / Journal of Applied Business and Economics Vol. No. 1 (Sept 2016) 26-4 KAJIAN ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KONVEKSI DI CIPAYUNG DEPOK Oleh: Siti Marti ah Program Studi Teknik Informatika Fakultas

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu e-j. Agrotekbis 1 (3) : 295-300, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi, sekaligus menjadi suatu tahapan pembangunan pertanian

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Suryanto, Mohd. Harisudin, R. R. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO Eko Arianto Prasetiyo, Istiko Agus Wicaksono dan Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING MANGGA MANALAGI DENGAN PENDEKATAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA PELAKU RANTAI PASOK (STUDI PADA PEDAGANG PENGUMPUL MANGGA DI SITUBONDO) Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04 Tabel 4. Rata-rata Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani Jamur Kuping per Periode Tanam di Kabupaten Sukoharjo No. 1. 2. 3. Uraian Penerimaan usahatani Biaya usahatani Pendapatan usahatani Hasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang cukup besar pada perekonomian negara Indonesia. Salah satu andalan perkebunan Indonesia

Lebih terperinci

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET

LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET LAMPIRAN FOTO-FOTO RISET DENAH LOKASI PEMBUATAN TEMPE Jalan Besar Belok kiri Jalan Lurus Lokasi Pembuatan Tempe Bagian Sebelah Kiri Lokasi LIMBAH CAIR PEMBUATAN TEMPE Tempat Limbah Mengalir PROSES SINGKAT

Lebih terperinci

e-j. Agrotekbis 1 (2) : , Juni 2013 ISSN :

e-j. Agrotekbis 1 (2) : , Juni 2013 ISSN : e-j. Agrotekbis 1 () : 19-197, Juni 01 ISSN : 8-011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGALA Strategy Development of Seaweed Cultivation

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO STRATEGI PENGEMBANGAN PEMASARAN MANISAN CARICA CV YUASAFOOD KABUPATEN WONOSOBO Witono, Dyah Panuntun Utami, Uswatun Hasanah Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian campuran (mixed methods research design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : IDA MAESAROH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GALUH

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data 19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO STRATEGI PEMASARAN KERIPIK BELUT DI INDUSTRI RUMAH TANGGA SARI ROSO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO Irma Wardani dan Umi Nur Solikah Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta

Lebih terperinci

Strategi Pemerintah Kabupaten Wonogiri Dalam Mengembangkan Sentra Agroindustri Brem Putih

Strategi Pemerintah Kabupaten Wonogiri Dalam Mengembangkan Sentra Agroindustri Brem Putih Strategi Pemerintah Kabupaten Wonogiri Dalam Mengembangkan Sentra Agroindustri Brem Putih Mohd. Harisudin, Arip Wijianto, Widiyanto Fakultas Pertanian UNS, Jl. Ir. Sutami No: 36A Ska Email: harisfpuns@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN

STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN STUDI KOMPARATIF USAHA SALE PISANG GORENG DAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN GROBOGAN Denok Setia Pratiwi, Sugiharti Mulya Handayani, Emi Widiyanti Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 457-463, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU Cassava Chips Balado Development Strategy In UKM "Pundi Mas"

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung)

Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung) Business Development Strategies Of Processing Fish Floss (Case Study Of Rumah Abon In Bandung) Rizkia Aliyah, Iwang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan 36 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PADA RESTORAN BAKMI JAPOS CABANG BOGOR SKRIPSI MARLIA PRATIWI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN MARLIA PRATIWI.

Lebih terperinci

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1 STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1 Program Studi Manajemen STIE YPPI Rembang email: anh.angjel@gmail.com 2 Program Studi Akuntansi STIE YPPI Rembang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO

ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO ANALISIS POTENSI AGROINDUSTRI UNGGULAN SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN NGRAHO, KABUPATEN BOJONEGORO Nuning Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG KONDANG JAYA BINAAN KOPERASI BMT AL-IKHLAASH KOTA BOGOR Oleh: Faisal Onassis Siregar A14105670 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 31 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga Agustus 2013 di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO 1 Erryka Aprilia Putri, 2 Anik Suwandari & 2 Julian Adam Ridjal 1 Mahasiswa,Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahap I Indonesia telah mengubah struktur perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer dalam PDB masih sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI Hesty Suryanti, Minar Ferichani, dan Suprapto Program Studi Agribisnis Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK Khusnul Khatimah, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PRIMAJAYA DI KOTA PALU

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PRIMAJAYA DI KOTA PALU e-j. Agrotekbis 2 (6) : 620-627, Desember 2014 ISSN : 2338-3011 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PRIMAJAYA DI KOTA PALU The Business Development Strategy of Shaked Peanuts

Lebih terperinci

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22 Februari sampai dengan 21 Maret 2016 di wilayah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Besuki,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA PADA BERBAGAI SKALA USAHA DI KABUPATEN SITUBONDO

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA PADA BERBAGAI SKALA USAHA DI KABUPATEN SITUBONDO STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KOPI BUBUK ARABIKA PADA BERBAGAI SKALA USAHA DI KABUPATEN SITUBONDO [DEVELOPMENT STRATEGY OF ARABICA POWDER COFFEE AGRO INDUSTRY ON ANY SCALE OF BUSINESS IN SITUBONDO

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN TUNA TINGKAT POKLAHSAR DALAM KERANGKA INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN PACITAN

STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN TUNA TINGKAT POKLAHSAR DALAM KERANGKA INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN PACITAN STRATEGI PEMASARAN PRODUK OLAHAN IKAN TUNA TINGKAT POKLAHSAR DALAM KERANGKA INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN DI KABUPATEN PACITAN Asmo PurboPranowo Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Selama sepuluh tahun terakhir, peranan sektor ini terhadap PDB menujukkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN

AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal ISSN AGRISTA : Vol. 4 No.3 September 2016 : Hal. 525-536 ISSN 2302-1713 STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA NATA DE COCO DI CV. BINTANG MAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Dhila Psiki Maurerha 1, Mohd. Harisudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis posisi..., Andini Setyawati, FE UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan banyak perusahaan khususnya di bidang perbankan mengalami restrukturisasi keuangan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN. Program Studi Agribisnis

NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN. Program Studi Agribisnis 1 NASKAH PUBLIKASI STRATEGI PEMASARAN SUSU KALEYO DI UMKM BRAYAT MANUNGGAL KABUPATEN SRAGEN Program Studi Agribisnis Oleh : Wahyu Wulandari W H 0808199 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU ANALISIS EFISIENSI DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Arif Budiman, Jum atri Yusri, Ermi Tety Agriculture faculty of Universitas Riau arifbudiman_agb08@yahoo.com (085278306914) ABSTRACT

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS ANALISIS SWOT DI UNIT USAHA AGRO MANDIRI

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS ANALISIS SWOT DI UNIT USAHA AGRO MANDIRI 1 STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS ANALISIS SWOT DI UNIT USAHA AGRO MANDIRI Suwardhana Adyaksa Anak Agung Putra 1, I Gusti Ngurah Apriadi Aviantara 2, I Wayan Widia 2 Email: suwardhana28@yahoo.com

Lebih terperinci

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia

Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran. Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Lampiran 1. Indikator dan Parameter Penilaian SWOT pada Pemasaran Agroindustri Tahu Isi Goreng di Kecamatan Medan Polonia Parameter No. Indikator SWOT 1 2 3 4 Faktor Internal 1. Modal (S) (W) 2. Produksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Indentifikasi faktor internal dan eksternal sangat dibutuhkan dalam pembuatan strategi. Identifikasi faktor internal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI JURNAL

NASKAH PUBLIKASI JURNAL NASKAH PUBLIKASI JURNAL ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI PUPUK ORGANIK SAA (Studi Kasus Pada CV. Sumber Alam, Desa Gunggung, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep) ANALYSIS OF DEVELOPMENT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan CV Mokolay Mitra Utama sendiri merupakan salah satu unit usaha yang bergerak di bidang perkebunan manggis dan durian di Desa Samongari Kabupaten,

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN 60 ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) USAHA PEMASARAN KACANG METE DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Oleh: Wa Ode Farida S. Djarudju 1 ABSTRACT The research aims to identify and analyze the volume and price of

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci