BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanah. Isolasi bakteri dari biakan pengkayaan mengandung NO 3. Uji oksidatif/fermentatif.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanah. Isolasi bakteri dari biakan pengkayaan mengandung NO 3. Uji oksidatif/fermentatif."

Transkripsi

1 37 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung mulai September 2007 sampai dengan Juli 2010 dengan beberapa tahap percobaan (Gambar 4). Sampel tanah sawah diambil dari enam lokasi yang berada di Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kota Tangerang, pengambilan dilakukan di dua titik pada setiap lokasi. Penelitian sebagian besar Pengambilan sampel tanah Isolasi bakteri dari biakan pengkayaan mengandung NO 3 Uji oksidatif/fermentatif Uji reduksi NO 3 dan akumulasi NO 2 Seleksi berdasarkan pertumbuhan dan kemampuan mereduksi N 2 O Pengukuran kinetika pertumbuhan menggunakan N 2 O Pengukuran kecepatan reduksi N 2 O dan pertumbuhan Uji penurunan emisi N 2 O menggunakan tanah sawah Karakterisasi dan identifikasi bakteri secara : Morfologis Fisiologis (API 20NE) Molekuler (16S rrna) Analisis molekuler gen nosz Gambar 4 Bagan alir penelitian.

2 38 dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Sebagian penelitian dilaksanakan di Microbial Ecology Laboratories, Department of Biological Sciences, University of Essex, United Kingdom. Gas N 2 O diukur menggunakan kromatografi gas di Laboratorium Bioteknologi Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan IPB dan Laboratorium Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jakenan, Pati. Sekuensing dilakukan di Research and Development Center Biotechnology Department PT Charoen Pokphand Indonesia dan 1st BASE Pte Ltd Singapura. Bahan Sampel tanah diambil menggunakan siring tanpa jarum yang ujungnya dipotong. Panjang siring 5 cm dengan diameter 1 cm. Setelah berisi tanah, ujung siring ditutup rapat dengan plastik sampai kedap udara untuk menghindari masuknya oksigen (Lampiran 1a). Untuk keperluan isolasi, sampel dari dua titik pengambilan sampel dicampur. Sebelum digunakan sebagai sumber isolat, tanah diukur phnya. Komposisi medium denitrifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut (g L 1 ): NaNO ; CH 3 COONa.3H 2 O 2.72; K 2 HPO ; KH 2 PO ; NH 4 Cl 0.40; MgSO 4.7H 2 O 5.20 dan larutan yang berisi unsurunsur hara mikro 2 ml. Larutan unsurunsur hara mikro mengandung (g L 1 ): NaEDTA 50; ZnCl ; CaCl ; MnCl 2.4H 2 O 5.06; FeCl 3.6H 2 O 4.86; (NH) 4 Mo 7 O 24.4H 2 O 1.10; CuSO 4.5H 2 O 1.57; CoCl 2.6H 2 O 1.61 (Barford et al. 1999). Medium disterilisasi dengan suhu 121 C selama 20 menit. Medium yang digunakan untuk pemeliharaan isolat dan uji aktivitas tidak menggunakan larutan unsurunsur hara mikro seperti yang digunakan untuk isolasi tetapi medium ditambah ekstrak khamir 3 g L 1. Isolasi Bakteri Biakan pengkayaan dibuat menggunakan 30 ml medium denitrifikasi cair yang diperkaya dengan NO 3 dalam bentuk NaNO 3 sebanyak 2.55 g L 1 dimasukkan ke dalam botol serum bervolume 70 ml dengan penutup karet

3 39 (Lampiran 1b). Kondisi anaerob dibuat dengan mengalirkan gas N 2 ke medium dalam botol biakan selama 10 menit. Satu gram tanah sampel dibuat menjadi suspensi dengan menambahkan 4 ml akuades steril. Satu mililiter suspensi tanah dimasukkan ke dalam botol serum yang telah berisi medium steril dengan menggunakan siring steril. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang (2830 C) selama 57 hari. Pertumbuhan bakteri ditandai dengan kekeruhan medium dan dihasilkannya gas yang dapat dilihat sebagai gelembunggelembung di permukaan medium. Satu lup cairan biakan digoreskan ke permukaan medium agaragar di cawan petri dan diinkubasi secara aerob maupun anaerob. Inkubasi anaerob dilakukan dengan menempatkan biakan dalam cawan anaerob. Koloni bakteri yang terpisah digoreskan kembali ke permukaan medium agaragar yang baru. Bakteri hasil isolasi disimpan di medium agaragar miring dalam tabung reaksi pada suhu 4 C sebelum digunakan untuk perlakuan berikutnya. Pembuatan Inokulum Inokulum dibuat dengan menumbuhkan isolat bakteri pada medium denitrifikasi cair dengan konsentrasi NO 3 setengah dari konsentrasi NO 3 yang digunakan untuk membuat medium pemeliharaan biakan. Biakan yang digunakan sebagai inokulum berada pada fase eksponensial dengan optical density (OD) 0.6 pada spektrofotometer (panjang gelombang 550 nm) atau turbiditas 80 pada nephelometer. Sebelum diinokulasikan, biakan inokulum disentrifugasi 4500 x g selama 10 menit kemudian sel yang didapatkan disuspensikan ke dalam akuades steril dengan volume yang sama dengan volume awal. Selanjutnya suspensi disentrifugasi lagi, sel yang didapatkan disuspensikan lagi dengan akuades steril. Inokulum ditambahkan sebanyak 2% dari medium yang digunakan dalam perlakuan. Uji Oksidatif/Fermentatif Uji oksidatif/fermentatif dilakukan untuk memilih bakteri yang bersifat oksidatif karena bakteri denitrifikasi pada umumnya bersifat oksidatif dan juga untuk membedakan dengan bakteri fermentatif yang mereduksi NO 3 menjadi

4 40 NH + 4. Medium yang digunakan mengandung (g 100 ml 1 ) : pepton 2; NaCl 0.5; K 2 HPO ; biru brom timol 0.003; agar 0.3; glukosa 1, ph 7 (Hugh dan Leifson 1953). Sebanyak 5 ml medium dituang ke dalam tabung reaksi berpenutup ulir dengan volume 12 ml, kemudian isolat bakteri diinokulasikan secara tusukan. Di atas biakan dituangkan parafin cair untuk membuat kondisi anaerob. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 7 hari. Kelompok bakteri fermentatif akan menghasilkan asam sehingga warna hijau medium menjadi kuning. Pengukuran Reduksi NO 3 Bakteri ditumbuhkan dalam medium denitrifikasi cair tanpa NO 3 dalam botol serum bertutup karet. Kondisi anaerob dibuat dengan mengalirkan gas N 2 ke dalam medium selama 10 menit. Inokulum ditambahkan ke 40 ml medium yang mengandung NO µm dalam botol serum. Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 3 hari. Pada hari ketiga diukur kadar NO 3 dengan metode brusin (APHA 1975). Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa bakteri hasil isolasi merupakan bakteri pereduksi NO 3 karena reduksi NO 3 merupakan tahap awal dari denitrifikasi dan untuk mengetahui kemampuan isolat mereduksi NO 3. Percobaan dilakukan dengan dua ulangan. Biakan cair umur 3 hari ditambah 1 tetes HgCl 2 0.1% untuk mematikan dan menggumpalkan sel. Satu mililiter bagian cair diambil dan diencerkan dua puluh kali. Dua mililiter hasil pengenceran ditambah 0.2 ml brusin 0.5% (Lampiran 2a) kemudian dihomogenkan menggunakan vorteks. Selanjutnya 4 ml asam sulfat (H 2 SO 4 ) pekat ditambahkan, dihomogenkan kembali. Campuran didinginkan sampai berwarna kuning. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer BauschLomb Spectronic 20 pada panjang gelombang 420 nm. Untuk menghitung konsentrasi NO 3 dibuat kurva standar antara konsentrasi NO 3 (0, 2, 4, 6, 8, 10 mg L 1 ) dengan absorbansi (Lampiran 3a). Medium steril digunakan sebagai kontrol.

5 41 Pengukuran Akumulasi NO 2 Sampel untuk pengukuran NO 2 diambil dari biakan yang sama untuk pengukuran NO 3. Lima mililiter biakan cair umur 3 hari yang telah ditambah HgCl 2 0.1% dicampur dengan 0.1 ml sulfanilamida (C 6 H 8 N 2 O 2 S) 1% (Lampiran 2b) kemudian dihomogenkan dengan vorteks. Selanjutnya 0.1 ml N1 naftiletilendiamina (NED)(C 6 H 12 Cl 2 N 2 ) 0.1% ditambahkan dan dihomogenkan kembali. Campuran biakan, sulfanilamida dan NED didiamkan sampai berwarna ungu kemerahan. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer BauschLomb Spectronic 20 pada panjang gelombang 540 nm (APHA 1975). Untuk menghitung konsentrasi NO 2 dibuat kurva standar antara konsentrasi NO 2 (0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1.0 mg L 1 ) dengan nilai absorbansi (Lampiran 3b). Seleksi Berdasarkan Pertumbuhan dan Kemampuan Mereduksi N 2 O Medium cair tanpa NO 3 disiapkan dalam tabung reaksi bertutup karet Kondisi anaerob dibuat dengan mengalirkan gas N 2 selama 10 menit ke medium dalam tabung biakan. Gas N 2 O ditambahkan ke udara di atas medium dalam botol (headspace) sehingga konsentrasi N 2 O di headspace sebesar 3.54 µmol ml 1. Biakan diinkubasi selama 5 hari pada suhu ruang (2830 C) (Lampiran 1c). Pada awal dan akhir perlakuan dilakukan pengukuran optical density (OD) dan konsentrasi N 2 O di headspace. Pengukuran OD dilakukan menggunakan spektrofotometer BauschLomb Spectronic 20 pada panjang gelombang 550 nm sedangkan pengukuran konsentrasi N 2 O dilakukan dengan kromatografi gas Shimadzu 14B electron capture detector (ECD). Suhu kolom, injektor dan detektor pada kromatografi masingmasing 75, 100 dan 340 C. Konsentrasi gas standar yang digunakan 9.45 ppm. Untuk pengukuran N 2 O, gas diambil dari headspace menggunakan siring, selanjutnya disuntikkan ke kromatografi gas. Tekanan dan suhu ruang pada saat pengukuran dicatat. Medium steril digunakan sebagai kontrol. Percobaan dilakukan dengan dua ulangan. Konversi konsentrasi gas ke molar dihitung dengan Hukum Gas Ideal (rumus 1): PV = nrt (1)

6 42 dengan P menyatakan tekanan (atm), V menyatakan volume (L), n menunjukkan mol, T menunjukkan suhu (K) sedangkan R adalah konstanta gas ( L atm/mol K) (Reger et al. 2009). Pengukuran Kinetika Pertumbuhan Menggunakan N 2 O Bakteri ditumbuhkan di medium denitrifikasi cair tanpa NO 3 dalam tabung reaksi dengan kondisi anaerob. Gas N 2 O 10% disuntikkan ke headspace dengan empat tingkat konsentrasi masingmasing 1, 20, 40 dan 60% dari volume headspace sehingga N 2 O yang terlarut dalam medium terhitung masingmasing sebesar 88, 900, 1380 dan 1979 µm pada keadaan kesetimbangan. Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. N 2 O yang terlarut dalam medium dihitung dengan rumus 2. S = α x H x volume medium (2) volume headspace dengan S adalah N 2 O terlarut (µmol), α menyatakan kelarutan N 2 O dalam air pada suhu tertentu (cm 3 N 2 O cm 3 H 2 O) sedangkan H menyatakan banyaknya N 2 O yang ada di headspace (µmol). Kelarutan N 2 O dalam air pada suhu 30 C sebesar cm 3 N 2 O cm 3 H 2 O (Carter 1993). Setelah penambahan inokulum, OD diamati setiap 2 jam menggunakan spektrofotometer Fisher Electrophotometer 11 pada panjang gelombang 525 nm. Kurva standar dibuat antara OD dengan jumlah bakteri. Jumlah bakteri dihitung dengan metode hitungan cawan. Kecepatan pertumbuhan spesifik atau µ (jam 1 ) dihitung dengan rumus 3. µ=( lnn)/ t (3) dengan N merupakan jumlah sel sedangkan t menunjukkan waktu (jam). Kecepatan pertumbuhan maksimum dan konstanta Monod dihitung berdasarkan persamaan Monod (rumus 4).

7 43 µ = µ max S (4) K s + S dengan µ max (jam 1 ) menyatakan kecepatan pertumbuhan maksimum, S menyatakan konsentrasi substrat awal (µm) sedangkan K s adalah konstanta Monod (µm jam 1 ) yang berhubungan dengan arah kesetimbangan reaksi pertumbuhan mikroba (Stainer et al. 1976; El Hassan et al. 1985; Liu et al. 2003b). Untuk mempermudah penghitungan µ max dan K s digunakan transformasi linier dari persamaan Monod, yaitu dengan persamaan Hanes (Wilson dan Walker 2000) (rumus 5). Plot Hanes yang menempatkan konsentrasi substrat S di sumbu S = K m + S (5) µ µ max µ max x dan S/µ di sumbu y menghasilkan garis lurus dengan kemiringan 1/ µ max. Perpotongan dengan sumbu x adalah K s sedangkan perpotongan dengan sumbu y adalah K s / µ max. Pengukuran Kecepatan Reduksi N 2 O dan Pertumbuhan Bakteri ditumbuhkan di medium denitrifikasi dalam tabung reaksi dengan suasana anaerob. Gas N 2 O ditambahkan ke headspace sehingga konsentrasi awal N 2 O terlarut dalam medium terhitung sebesar mm. Inkubasi dilakukan di atas pemutar (roller) pada suhu 30 C. Setiap 3 jam, konsentrasi N 2 O di headspace diukur menggunakan kromatografi gas Shimadzu 14A ECD. Pengukuran konsentrasi N 2 O dilakukan dengan mengambil udara dari headspace menggunakan siring kemudian disuntikkan ke kromatografi. Suhu kolom, injektor dan detektor masingmasing 35, 200 dan 340 C. Konsentrasi gas yang digunakan 1000 ppm. Pertumbuhan diamati secara turbidimetrik menggunakan nephelometer EEL unigalvo DS29. Turbiditas dikonversi ke jumlah bakteri dengan pembuatan kurva standar (Lampiran 3c). Percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Kecepatan reduksi N 2 O dihitung dengan rumus 7. v red = S/ t (7)

8 44 dengan v red menyatakan kecepatan reduksi N 2 O, S menyatakan konsentrasi N 2 O terlarut sedangkan t menyatakan waktu. Kecepatan pertumbuhan dihitung dengan rumus 2 sedangkan waktu generasi (g) dihitung dengan rumus 6 (Stainer et al. 1976): g = ln 2/µ = 0.693/ µ (6) Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Karakterisasi bakteri secara morfologis meliputi ciri koloni dan sel. Untuk pengamatan koloni, isolat ditumbuhkan di medium denitrifikasi agaragar dalam cawan petri dengan metode cawan gores. Setelah 3 hari dilakukan pengamatan koloni. Pengamatan koloni meliputi bentuk, warna, elevasi dan tepian koloni. Pengamatan bentuk sel dan reaksi terhadap cat Gram diamati dengan pengecatan sel bakteri dengan cat Gram (Hadioetomo 1993) kemudian diamati di bawah mikroskop perbesaran 1000 kali dengan penambahan minyak imersi. Bila hasil pengecatan sel bakteri berwarna merah berarti sel bersifat Gram negatif sedangkan bila berwarna ungu menunjukkan sifat Gram positif. Pengamatan motilitas dilakukan terhadap sel bakteri yang masih hidup menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000 kali dan minyak imersi. Karakterisasi dan identifikasi secara fisiologis menggunakan kit API 20NE (Biomérieux) meliputi uji reduksi NO 3 ; pembentukan indol; fermentasi glukosa; hidrolisis arginin, urea, eskulin, gelatin dan pnitrofenilβgalaktopiranosida serta asimilasi Dglukosa, Larabinosa, Dmanosa, Dmanitol, Nasetil glukosamin, D maltosa, potasium glukonat, asam kaprat, asam adipat, asam malat, trisodium sitrat dam asam fenilasetat. Uji oksidase dilakukan menggunakan tetrametil fenil diamina dihidroklorida (McGrath et al. 1977). Hasil uji fisiologis berdasarkan API 20NE dan uji oksidase dianalisis dengan apiwebtm identification software. Identifikasi juga dilakukan secara molekuler menggunakan analisis sekuen gen penyandi 16S rrna (subunit kecil dari ribosome ribonucleic acid). Analisis ini diawali dengan ekstraksi deoxyribonucleic acid (DNA) menurut metode Lazo (1987). Sebanyak 1.5 ml biakan cair disentrifugasi 9820 x g selama 5 menit. Sel

9 45 disuspensikan kembali dengan 1 ml bufer STE (Lampiran 2c) kemudian disentrifugasi 9820 x g selama 4 menit. Pembuatan suspensi diulang sekali lagi dengan penambahan lisozim (10 mg/ml). Selanjutnya 200 µl bufer STE dan 40 µl 10% sodium dodecyl sulfate (SDS) ditambahkan, dibolakbalik perlahan, dan diinkubasi pada 65 C selama 30 menit. Sampel didinginkan pada suhu ruang, ditambah 4 µl proteinasek (10 mg/ml). Inkubasi dilakukan pada suhu 37 C selama 34 jam. Selanjutnya 1x bufer STE ditambahkan sebanyak µl, ditambah fenol:kloroform (3:5) sebanyak 250 µl, dibolakbalik sampai terbentuk emulsi. Sentrifugasi dilakukan pada 9820 x g selama 10 menit. Supernatan diambil, ditambah lagi dengan fenol:kloroform 250 µl, dibolakbalik sampai terbentuk emulsi dan disentrifugasi lagi (pengulangan 46 kali). Supernatan ditambah kloroform 200 µl dan disentrifugasi selama 10 menit (diulang 2x). Fase atas dambil, ditambah 1 ml etanol (EtOH) 95% dan 50 µl sodium asetat (NaOAC) 3 M, dibolakbalik kemudian disentrifugasi 9820 x g selama 10 menit. Larutan dibuang kemudian dibiarkan kering. Sebanyak 2 µl akuabides (ddh 2 O) diteteskan, kemudian diinkubasi pada suhu 65 C selama 10 menit. Selanjutnya 2 µl RNAse ditambahkan, diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam. Amplifikasi gen penyandi 16S rrna menggunakan mesin polymerase chain reaction (PCR) Perkin Elmer GeneAmp dengan primer universal untuk prokaryot menurut Marchesi et al. (1998) yaitu 63F (5 CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC) dan 1387R (5 GGG CGG WTG GTA CAA GGC) serta DNA polimerase GoTaq Master Mix (Promega). Campuran reaksi terdiri atas DNA polimerase Master Mix 7 µl, primer 63F dan 1387R masingmasing 1.25 µl, DNA cetakan 3 µl dan ditambah ddh 2 O sampai volume 25 µl. Denaturasi awal dilakukan pada suhu 95 C selama 5 menit, diikuti 30 siklus pada suhu 95 C selama 30 detik, 55 C selama 1 menit, 72 C selama 1 menit dan selanjutnya pemanjangan akhir pada suhu 72 C selama 5 menit. Produk PCR dikonfirmasi dengan elektroforesis menggunakan 1% gel agarosa dan 1 x bufer TAE (Lampiran 2d). Hasil PCR dilihat dengan ABI PRISM 3100Avant Genetic Analyzer (Applied Biosystem, USA)4 capillary dan kit sekuenser Big Dye Terminator v3.1. Data sekuen dibandingkan dengan sekuen yang ada di bank data The National Centre for Biotechnology Information (NCBI) (

10 46 menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool untuk nukleotida (BLASTN). Pohon filogenetik dibuat menggunakan program Molecular Evolutionary Genetic Analysis (MEGA) versi 4.0 (Tamura et al. 2007). Analisis Molekuler Gen nosz Analisis diawali dengan ekstraksi DNA. Selanjutnya amplifikasi untuk mendapatkan gen nosz dilakukan menggunakan primer nosz661f (5 CGG CTG GGG GCT GAC CAA) dan nosz1773r (5 ATR TCG ATC ARC TGB TCG TT). Denaturasi awal menggunakan suhu 94 C selama 5 menit, selanjutnya 35 siklus pada suhu 95 C selama 30 detik, 56 C selama 1.5 menit, 72 C selama 2 menit dan diikuti pemanjangan akhir dengan suhu 72 C selama 10 menit (Scala dan Kerkoff 1998). Enzim polimerase yang digunakan adalah DNA polimerase TaKaRa LA Taq. Campuran reaksi terdiri dari DNA polimerase 0.5 µl, 2 x bufer GC II 25 µl, MgCl 2 5 µl, campuran dntp 8 µl, primer nosz661f dan nosz1773r masingmasing sebanyak 2.5 µl, DNA cetakan 1.2 µl dan ditambah ddh 2 O sampai volumenya 50 µl. Hasil amplifikasi dirunning menggunakan elektroforesis dalam 1% gel agarosa dan 1 x bufer TAE selanjutnya dilihat menggunakan transiluminator ultraviolet. Gel yang mengandung fragmen DNA yang diinginkan dipotong. DNA dipurifikasi dari potongan gel menggunakan gel extraction kit (Qiagen). DNA yang telah dimurnikan dari gel selanjutnya diligasikan ke plasmid vektor. Reaksi ligasi dibuat dengan komposisi (untuk volume total 10 µl): 2x bufer ligasi sebanyak 5 µl, vektor pgemt easy (50ng) 1 µl, DNA ligase T4 1 µl, DNA yang akan disisipkan 1 µl dan ddh 2 O 1 µl. Inkubasi dilakukan satu malam pada suhu 4 C. Proses selanjutnya adalah transformasi. Koloni tunggal Escherichia coli DH5α ditumbuhkan dalam medium Luria Bertani cair (LB)(Lampiran 2e) dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 37 C di inkubator berpenggoyang selama 16 jam. Selanjutnya biakan diambil 0.5 ml dan diinokulasikan ke medium LB yang bervolume 50 ml dalam erlenmeyer. Biakan dalam erlenmeyer diinkubasi pada suhu 37 C di inkubator berpenggoyang selama 2 jam. Biakan diambil sebanyak 1.5 ml, dimasukkan ke dalam tabung mikro dan diinkubasi selama 10

11 47 menit dalam butiran es. Kemudian biakan dalam mikro disentrifugasi 3273 x g selama 10 menit. Supernatan dibuang, biakan disuspensi kembali dengan bufer transformasi (Lampiran 2f) sebanyak 1 ml. Biakan diinkubasi dalam butiran es selama 20 menit, selanjutnya disentrifugasi 3273 x g selama 10 menit. Bufer transformasi ditambahkan lagi dengan volume 250 µl, selanjutnya campuran diinkubasi di es selama 10 menit. DNA plasmid sebanyak 5 µl ditambahkan, diinkubasi lagi di es selama 45 menit. Kejutan panas dilakukan dengan cara memindahkan tabung mikro ke pemanas (heat block) bersuhu 42 C selama 45 detik kemudian segera dipindahkan lagi ke dalam butiran es selama 5 menit. Sebanyak 5 ml medium LB ditambahkan, inkubasi dilakukan pada suhu 37 C selama 60 menit dalam inkubator berpenggoyang, dilanjutkan sentrifugasi 6547 x g selama 2 menit. Medium LB ditambahkan lagi sebanyak 150 µl, sel disuspensi kembali dan disebar di atas permukaan medium Luria Bertani agar (LA) yang mengandung ampisilin dengan konsentrasi 100 µg/ml, X gal (5bromo4kloro3 indolilβgalaktosidase) 80µg/mL (Lampiran 2g) dan IPTG (isopropiltioβdgalaktosidase) 0.5 mm (pgemt easy vector system technical manual, Promega 2009). Inkubasi dilakukan pada suhu 37 C selama 16 jam di tempat gelap. Koloni putih yang tumbuh pada umumnya mengandung sisipan sedangkan koloni biru tidak mengandung sisipan. Plasmid selanjutnya diisolasi. Biakan transformasi umur 16 jam sebanyak 1.5 ml dimasukkan ke dalam tabung mikro. Isolasi plasmid menggunakan kit untuk isolasi plasmid (Geneaid). Hasil isolasi plasmid dicek menggunakan enzim restriksi EcoR1 (Fermentas) kemudian dilakukan elektroforesis. Gen target yang menyisip dianalisis susunan nukleotidanya menggunakan ABI Genetic Analyzer 3730 XL dengan kit Big Dye Terminator v3.1 (Applied Biosystem). Primer yang digunakan adalah M13FpUC (5 GTTTTCCCAGTCACGAC 3 ) dan M13RpUC (5 CAGGAAACAGCTATGAC 3 ). Data dibandingkan dengan sekuen yang ada di NCBI menggunakan program Basic Local Alignment Search Tool untuk protein (BLASTX).

12 48 Uji Penurunan Emisi N 2 O Uji penurunan emisi N 2 O dilakukan dengan menggunakan tanah sawah yang digenangi air pada sistem tertutup (modifikasi dari Huang et al. 2007). Pengukuran dilakukan terhadap N 2 O di udara (headspace) dan air permukaan. Sampel tanah diambil dari sawah di daerah Sindang Barang Jero, Kota Bogor, dari sawah pada musim tanam. Tanah sawah dikeringanginkan dan disaring dengan saringan berukuran lubang berdiameter 2 ml. Air yang terkandung dalam tanah diukur dengan metode gravimetri (Or dan Wraith 2000). Dua ratus dua puluh gram tanah dimasukkan ke dalam botol bervolume 603 ml bertutup karet dengan ketinggian tanah dalam botol 6 cm (Lampiran 1d). Selanjutnya gas N 2 dialirkan ke dalam botol selama 15 menit untuk mengurangi kandungan NO 3 tanah (modifikasi dari HoltanHartwig et al. 2000). Tanah diinkubasi dua hari dalam keadaan botol tertutup. N 2 dialirkan kembali ke dalam botol selama 15 menit untuk mengeluarkan N 2 O yang kemungkinan terbentuk. Akuades ditambahkan sampai ketinggian 2 cm dari permukaan tanah. Tanah didiamkan selama 7 hari dalam keadaan tutupnya terbuka untuk mengembalikan kondisi tanah ke keadaan sebelumnya yaitu kondisi tanah sawah tergenang. Sebelum digunakan untuk perlakuan, ph tanah diukur (Hanna ph 211 Microprocessor). NO 3 ditambahkan dalam bentuk larutan NaNO 3 sebanyak 0.6 mmol NO 3 (setara dengan 70 kg N ha 1 dengan ketebalan 20 cm), sedangkan inokulum bakteri ditambahkan sebanyak 5x10 8 CFU sebagai suspensi dalam akuades steril. Kontrol dibuat tanpa penambahan inokulum. Selanjutnya botol ditutup rapat dengan penutup karet agar tidak ada udara yang masuk atau keluar. Pada jam ke 0, 3, 6 dan 9 dilakukan pengukuran konsentrasi N 2 O di headspace dan air permukaan (Gambar 5). Gas diambil dari headspace dan disuntikkan menggunakan siring ke kromatografi gas Shimadzu 14A ECD. Suhu kolom, injektor dan detektor masingmasing 60, 150 dan 350 C. Gas standar yang digunakan 682 ppb. Pengukuran N 2 O di air dilakukan dengan cara mengambil 8 ml air di atas permukaan tanah menggunakan siring tanpa jarum yang ujungnya disambung dengan selang, selanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi berpenutup karet. Sesaat sebelum udara dari headspace diambil untuk disuntikkan ke GC, tabung dikocok kuat agar gas dari air keluar semua ke headspace. Percobaan dilakukan dengan dua ulangan.

13 49 tanah sawah dikeringanginkan dan diayak gas N 2 dialirkan selama 15 menit inkubasi 2 hari, kemudian dialiri lagi dengan N 2 tanah dimasukkan dalam botol, ketinggian tanah 6 cm NO 3 dan inokulum bakteri ditambahkan akuades ditambahkan sampai ketinggian 2 cm dari permukaan tanah, diinkubasi 7 hari N 2 O di udara diukur pada jam ke0, 3, 6, 9 dari sampel terpisah N 2 O di air permukaan diukur pada jam ke0, 3, 6, 9 dari sampel terpisah tutup botol dibuka Gambar 5 Uji penurunan emisi N 2 O menggunakan sedimen tanah sawah.

HASIL Isolat-isolat Bakteri yang Didapatkan

HASIL Isolat-isolat Bakteri yang Didapatkan 50 HASIL Isolatisolat Bakteri yang Didapatkan Tanah sawah diambil dari Leuwisadeng dan Sipak yang berada di wilayah Kabupaten Bogor, Situgede 1 dan Situgede 2 di Kota Bogor serta Belendung dan Cipete yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif 75 Lampiran 1. Metode Kerja L.1.1 Bagan kerja Air Panas - Isolasi dan Seleksi Bakteri Pemurnian Bakteri Isolat Murni Bakteri Uji Bakteri Penghasil Selulase Secara Kualitatif Isolat Bakteri Selulolitik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair.

LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. LAMPIRAN Lampiran 1: Komposisi dan Penyiapan Media Skim Milk Agar, Komposisi Media Feather Meal Agar, Komposisi Media Garam Cair. a. Komposisi media skim milk agar (Widhyastuti & Dewi, 2001) yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB. Biogen)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol LAMPIRAN Lampiran 1. Komposisi Media Bushnell-Haas, Larutan Standar Mc. Farland, Larutan Orsinol a. Komposisi Media Bushnell-Haas per liter (Atlas, 1946) 1) KH 2 PO 4 = 1,0 g 5) FeCl 3 = 0,05 g 2) K2HPO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian dasar dengan metode penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat Isolat bakteri koleksi Laboratorium Mikrobiologi hasil isolasi Laut Belawan ditumbuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium 15 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari: 1. 0 ppm: perbandingan media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu. Bakteri Uji. Bahan dan Media

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu. Bakteri Uji. Bahan dan Media 39 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Patogen dan Bioteknologi Pangan (Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology) SEAFAST Center, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kerjasama Bioteknologi Indonesia- Belanda (BIORIN) dan Laboratorium Biologi Molekuler dan Seluler Tanaman (BMST), Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan 56 LAMPIRAN Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan Air laut Dimasukkan ke dalam botol Winkler steril Diisolasi bakteri dengan pengenceran 10 0, 10-1, 10-3 Dibiakkan dalam cawan petri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. WaktudanTempat Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di LaboratoriumBiokimiaFakultasMatematikadanIlmuPengetahuanAlamUniversitas Lampung. B. AlatdanBahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 mikroorganisme patogen pada bahan pangan dan juga memiliki kemampuan probiotik untuk kesehatan konsumen. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan seleksi yaitu mencari beberapa isolat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan memberikan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1999). Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi LAMPIRAN Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi Bagian akar dan batang (3-5 cm) Dicuci dengan air mengalir selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014 34 BAB III METODE A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni atau pure research yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

BAB III METODE PENELITIAN. Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur Pemurnian isolat bakteri Karakteriasi isolat bakteri pengoksidasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyediaan Isolat dan Karakterisasi Bakteri Xanthomonas campestris

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyediaan Isolat dan Karakterisasi Bakteri Xanthomonas campestris 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai Nopember 2011 sampai dengan Maret 2012 di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Juli 2011. Pengujian dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi Proses, Laboratorium Bioteknologi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. 1 I. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium Biokimia, Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Isolasi dan perbanyakan sumber inokulum E. carotovora dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1 Metode Pengumpulan Data 2.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UPT Laboratorium Biosain dan Bioteknologi Universitas Udayana. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di BAHAN DAN METODE : Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di 1. Laboratorium Bioteknologi Hewan dan Biomedis PPSHB IPB 2. Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit 5 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman dan Kebun Percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2006 sampai dengan Januari 2008. Penelitian bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di Laboratorium Instrumentasi dan Biokimia Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian 9 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung sejak Juli sampai dengan September 2015. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya sebagai tempat pengambilan sampel limbah

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 1. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1.1. Materi Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, cawan petri, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, beaker glass, object

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu bulan Desember 2013 sampai Maret 2014. Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Teknologi Bioindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (LTB- PTB-BPPT)-Serpong.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

Lebih terperinci

Y ij = µ + B i + ε ij

Y ij = µ + B i + ε ij METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2008 sampai bulan September 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak Perah dan Laboratorium

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci