ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL"

Transkripsi

1 ANALISIS PRODUKTIVITAS SEKTOR KEBUN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (Persero) WONOSARI LAWANG MALANG MENGGUNAKAN CRAIG-HARRIS PRODUCTIVITY MODEL Productivity Analysis Of The Plantation Sector PT (Persero) Wonosari Lawang Malang Used Craig Harris Productivity Model Ivan Setiadi 1, Panji Deoranto 2, dan Retno Astuti 2 1 Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl Veteran Malang Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Jl Veteran Malang *Penulis Korespondensi: ivansetiadi91@gmail.com ABSTRAK PT (Persero) Wonosari merupakan salah satu organisasi besar milik pemerintah yang menggunakan kuantitas tenaga kerja manusia yang besar dalam menjalankan usahanya terutama dalam lingkungan kerja kantor kebun. Lebih dari 1000 tenaga kerja bekerja dalam perkebunan teh PT (Persero) Wonosari. Teh hasil olahan perkebunan ini lebih ditujukan untuk memenuhi permintaan dari konsumen mancanegara. Kualitas komoditas perkebunan akan sangat penting karena adanya tuntutan pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produktivitas sektor kebun, menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun dan memberikan usulan perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT (Persero) Wonosari. Model pengukuran produktivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Craig-Harris Productivity Models. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai produktivitas tertinggi terdapat pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10. Kata Kunci : Perkebunan Teh, Craig-Harris Productivity, Produktivitas Kebun ABSTRACT PT (Persero) Wonosari is one big governmentowned organization that uses the quantity of human labor in carries on business principally in the Office work environment. More than 1000 labour

2 force worked in the tea plantations of PT (Persero) Wonosari. Processed tea plantations is more geared to meet demand from consumers abroad. The quality of plantation commodities will be very important because of the demands of the market both domestically and abroad. The purpose of this research is to know the level of productivity of the plantation sector, determining the factors that have an effect on the productivity of the farm sector and make a proposal for improvements to productivity sector of PT Perkebunan Nusantara Plantation XII (Persero) Wonosari. Productivity measurement models used in this study is Craig Harris- Productivity Models. Results of this study showed that the highest productivity value contained in November 2012, namely Best productivity results during the period of this measurement is an influence from the results of partial productivity is high. Whereas the lowest productivity value contained in January 2013 i.e Keywords: Tea Plantations, Craig-Harris Productivity Models, Field Productivity

3 PENDAHULUAN Teh merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup penting dalam kegiatan perkebunan di Indonesia. Teh juga salah satu komoditi ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara sesudah minyak dan gas, sebagai bahan minuman teh memiliki nilai lebih dibandingkan dengan minuman lainnya, mengingat teh kaya akan mineral dan vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Berbagai manfaat teh untuk kesehatan juga telah diakui oleh para pakar gizi. Selain peluang ekspor yang semakin terbuka, pasar teh dalam negeri masih cukup besar meskipun belum digali secara maksimal. Peluang pasar dalam negeri semakin terbuka, bila diikuti dengan peningkatan mutu teh, perluasan jangkauan pemasaran ke daerah-daerah dan yang tidak kalah pentingya melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan perubahan selera masyarakat (Yusroni, 2012). Salah satu perkebunan teh milik negara yang berada di wilayah Jawa Timur adalah kebun teh PT (Persero) Wonosari. Perkebunan ini berada di bawah manajemen PT (Persero) yang berkantor pusat di Surabaya. Perkebunan teh PT (Persero) Wonosari berlokasi di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. PT (Persero) Wonosari merupakan salah satu organisasi besar milik pemerintah yang menggunakan kuantitas tenaga kerja manusia yang besar dalam menjalankan usahanya terutama dalam lingkungan kerja kantor kebun. Lebih dari 1000 tenaga kerja bekerja dalam perkebunan teh PT (Persero) Wonosari. Teh hasil olahan perkebunan ini lebih ditujukan untuk memenuhi permintaan dari konsumen mancanegara. Pada tahun 2009 tercatat 63 negara yang menjadi pangsa pasar teh Indonesia. Lima besar negara yang menjadi pengimpor teh Indonesia berturutturut dapat dilihat pada Tabel 1.1 Permasalahan yang dihadapi oleh perkebunan teh PT (Persero) Wonosari adalah selama 5 tahun terakhir sejak tahun 2005 kebun teh PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari belum mampu untuk memenuhi target produksi yang telah ditetapkan oleh kantor pusat PT (Persero). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1.1 Data Eksport Teh Kering Menurut Negara Tujuan Negara Tujuan Rusia Federation Pakistan United Kingdom Malaysia Germany Others Total Volume (Ton) Nilai (000 US$) Sumber: Statistik Teh Indonesia, BPS (2009). Persentase (%) 19,54 12,00 11,26 8,66 7,84 40,70 100

4 Tabel 1.2 Data Target Produksi Serta Realisasi Produksi Kebun Teh PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari Tahun Target Produksi (Ton) Realisasi Produksi (Ton) Sumber: PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari (2011). Tabel 1.2 juga menunjukan bahwa produksi teh PT (Persero) Wonosari mengalami fluktuasi yaitu penurunan yang besar pada tahun 2006 dan kenaikan pada tahun 2007 meskipun pada tahun berikutnya kembali terjadi penurunan produksi. Penurunan produksi dari kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Serangan hama penyakit dan pemangkasan beberapa areal tanaman merupakan faktor yang dapat membuat produktivitas tanaman menurun. Pada tahun 2006 terjadi penurunan produksi yang besar karena lebih dari 45% areal tanaman dipangkas, sehingga produktivitas menurun. Pada tahun 2007 produksi kembali naik karena tanaman akan mengalami peningkatan produksi jika telah dipangkas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh PT (Persero) Wonosari untuk mampu memenuhi target produksinya adalah dengan meningkatkan produktivitas sektor kebun. Kualitas komoditas perkebunan akan sangat penting karena adanya tuntutan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Sebagaimana kita tahu saat ini tengah tumbuh kesadaran tentang pentingnya sustainability komoditas pertanian khususnya komoditas perkebunan seperti kopi, kakao, teh dll di Eropa dan Amerika. Artinya para konsumen di luar negeri mengharapkan produk perkebunan asal Indonesia yang berkualitas tidak hanya baik dari segi mutu namun juga merupakan produk yang dihasilkan dengan memperhatikan aspek lingkungan, aspek penggunaan tenaga kerja dan tanggung jawab sosial. Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan pada sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan menganalisis produktivitas sektor kebun PT (Persero) Wonosari dengan menggunakan Craig-Harris Productivity Model. Menurut Gupta (2010), model ini dipilih karena kelebihan dari model ini adalah perhitungan model produktivitas ini sesuai untuk tingkat perusahaan dan sektor jasa dan menghasilkan produktivitas fisik. Selain itu, untuk penentuan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun digunakan fishbone diagram. Diharapkan pada penelitian ini dapat memberikan masukan terhadap PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari untuk meningkatkan produktivitas di sektor kebun.

5 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari? 2. Bagaimana menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari? 3. Bagaimana usulan perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari mengunakan Craig-Harris Productivity Model. 2. Menentukan faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari menggunakan Fishbone Diagram. 3. Memberikan usulan perbaikan terhadap produktivitas sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Manfaat Penelitian Penelitian ini digunakan sebagai informasi untuk memperbaiki dan meningkatkan nilai produktivitas pada sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari berdasarkan faktor yang paling berpangaruh. TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas total dapat menggambarkan tingkat efisiensi dan pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan dengan mengasumsikan bahwa tujuan perusahaan berorientasi pada profit maksimum. Dengan melakukan pengukuran produktivitas total, akan dapat mencerminkan bagaimana keberhasilan manajemen perusahaan, sebab pengukuran produktivitas ini mengukur efisiensi dari proses transformasi input menjadi output. Produktivitas total dapat diformulasikan sebagai berikut (Craig & Harris, 1973): Pt = Dimana: Pt = Total Productivity Qt = Total Output L = Labour Input C = Capital Input R = Raw Material Input Q = Miscellaneous Input (Input lainnya) METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April Mei 2013 di PT (Persero) Wonosari, Desa Wonosari, Malang, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

6 Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Batasan Masalah Mengingat masalah yang timbul akan sangat luas maka perlu adanya pembatasan masalah agar dapat mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Analisis Produktivitas dilakukan pada bagian sektor kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. 2. Pengukuran produktivitas sektor kebun dalam kurun waktu bulan Maret 2012 Februari Asumsi Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jam kerja buruh adalah 8 jam/hari. Hal ini disesuaikan dengan jam kerja pada bagian produksi. 2. Umur tanaman yang sudah siap di panen berusia 12 hari setelah petikan sebelumnya. 3. Musim yang digunakan adalah 2 musim, yaitu musim kemarau pada bulan April Oktober dan musim hujan pada bulan November Maret. Analisis Data Menurut model ini produktivitas total di ukur sebagai : Pt = Qt L+C+R+Q Dimana : Pt = Produktivitas total L = Input tenaga kerja C = Input modal R = Input bahan baku Q = Input lain-lain Qt = Jumlah daun teh basah Input dan output yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang berhubungan langsung dengan proses pengadaan bahan baku teh basah untuk pemenuhan proses produksi teh kering. Kemudian dari keseluruhan input dan output tersebut di konversikan dalam satuan Rupiah (Rp). Hal tersebut dilakukan karena pada model ini pengukuran produktivitas terfokus pada segi finansial kebun teh. Pengukuran ini dilakukan selama kurun waktu satu tahun yaitu pada bulan Maret 2012 hingga bulan Februari Pengukuran dibagi dalam 2 periode berdasarkan musim. Periode yang pertama pada musim kemarau yaitu pada bulan Mei-September. Pada periode ini dihitung produktivitas parsial setiap bulannya. Setelah itu, dilakukan perbandingan dari perhitungan produktivitas parsial setiap bulannya. Jika sudah didapatkan hasil produktivitas parsial yang terbesar maka akan dilakukan analisis terhadap besaran produktivitas yang didapatkan. Nilai terbesar yang diperoleh pada setiap produktivitas parsial akan digunakan sebagai pemilihan faktor-faktor input yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun pada musim kemarau. Nilai produktivitas parsial untuk input buruh dapat dirumuskan sebagai :

7 P= Output Buruh Nilai produktivitas parsial untuk input modal dapat dirumuskan sebagai : P= Output Modal Nilai produktivitas parsial untuk input bahan baku dapat dirumuskan sebagai : P= Output Bahan Baku Nilai produktivitas parsial untuk input lain-lain dapat dirumuskan sebagai : P= Output lain-lain Selanjutnya pada periode kedua pada musim hujan yaitu pada bulan Oktober-April. Pengukuran produktivitas di periode kedua ini sama dengan pengukuran produktivitas di periode yang pertama. Perhitungan menggunakan produktivitas parsial per input per bulan. Setelah itu, dilakukan perbandingan dari perhitungan produktivitas parsial setiap bulannya. Jika sudah didapatkan hasil produktivitas parsial yang terbesar maka akan dilakukan analisis terhadap besaran produktivitas yang didapatkan. Nilai terbesar yang diperoleh pada setiap produktivitas parsial akan digunakan sebagai pemilihan faktor-faktor input yang berpengaruh terhadap produktivitas sektor kebun pada musim hujan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengolahan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan management sektor kebun PT (Persero) Wonosari, setiap data Input dan Output dikonversikan menjadi satuan rupiah, yaitu : 1. Input Tenaga kerja. Data yang diperlukan adalah jumlah tenaga kerja yang aktif selama periode 1 bulan selama 12 bulan dan rincian gaji dan tunjangan tenaga kerja berdasarkan golongan. 2. Input Modal Data yang diperlukan adalah luas lahan yang digunakan untuk pembibitan tanaman teh serta pembiayaan tanaman untuk setiap hektar tanaman teh, dan pembiayaan bahan pupuk. 3. Input Bahan baku Data yang diperlukan adalah realisasi dana pembibitan teh tahun 2011, dipilih pada pembibitan tahun 2011 karena untuk memanen daun teh yang sesuai standar tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Rata-rata tanaman teh ini dapat dipanen sejak dari pembibitan adalah selama 1 tahun. Input selanjutnya adalah entrys teh pada tahun Dipilih entrys teh pada tahun 2012 karena penelitian ini dilakukan antara tahun 2012 hingga 2013, sehingga menggunakan tanaman teh yang ada pada tahun Input Lain-lain Data yang diperlukan adalah segala bentuk masukan yang berhubungan langsung dengan proses pengadaan / pemanenan daun teh basah yang terdiri dari biaya keamanan, pengangkutan

8 hasil timbang, meratakan bidang petik, peralatan, dan pemeliharaan rajut. Selain itu juga digunakan Input utility yang terdiri dari listrik dan air. Pada metode penelitian ini dikhususkan untuk penghitungan produktivitas parsial dan produktivitas total. Rumus dasar Craig-Harris Productivity Model ini dapat dilihat pada BAB III (Metode Penelitian): Evaluasi Produktivitas Hasil pengolahan data yang telah disusun menghasilkan nilai produktivitas, baik produktivitas total maupun produktivitas parsial. Nilai produktivitas ini dituliskan NILAI 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1,1 2,23 2,27 1,89 1,71 1,49 dalam perhitungan kemudian dievaluasi. Evaluasi produktivitas sektor kebun dilakukan dengan menganalisis pola produktivitas sehingga dapat diketahui perkembangan pola produktivitas selama periode pengukuran. Dalam evaluasi ini, nilai produktivitas dikelompokkan berdasarkan 2 musim yang ada di Indonesia, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan diasumsikan berada pada bulan Oktober hingga April, sedangkan untuk musim kemarau berada pada bulan Mei hingga September. 3,64 3,78 4,06 3,06 0,21 0,53 Produktivitas PERIODE Produktivitas Tenaga Kerja

9 ,07 10 NILAI 8 6 6,8 8, ,62 1,68 2,28 3,68 3,85 2,87 3,51 0,33 0,79 Produktivitas PERIODE Produktivitas Modal NILAI ,63 17,88 30,69 35,2338,79 36,06 44,7444,25 45,67 55,29 15,34 6,32 Produkt PERIODE Produktivitas Bahan baku

10 ,56 NILAI , ,16 3,1 3,65 5,34 5,6 3,73 6,3 0,45 1,02 Produkt PERIODE Produktivitas Lain-lain 3 2,5 2,53 NILAI 2 1,5 1 0,5 0 1,85 2,02 1,07 1,11 0,84 0,81 0,49 0,61 1,27 0,1 0,24 Produktiv Periode Produktivitas Total

11 Dari gambar tersebut, dapat dilihat terdapat dua pola, peningkatan dan penurunan. Peningkatan produktivitas parsial terjadi pada bulan Maret 2012 mengalami puncaknya pada bulan November 2012 dan pola penurunan terjadi pada bulan Desember 2012 hingga Februari Peningkatan produktivtas parsial disebabkan karena Output daun teh basah yang dihasilkan mengalami peningkatan dari bulan Maret 2012 hingga November Terjadinya pola penurunan disebabkan karena keseluruhan Output yang dihasilkan tidak diimbangi dengan kebutuhan Input yang memiliki nilai konstan untuk setiap bulan selama periode pengukuran. Sehingga pada periode dimana terjadi pola penurunan terjadi kelebihan kebutuhan Input. Berdasarkan grafik produktivitas total, nilai produktivitas tertinggi terdapat pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Penggunaan tenaga kerja honorer/lepas, penggunaan permodalan, bahan baku, dan masukan lain-lain yang teridiri dari biaya pengeluaran untuk proses pemanenan dan Input utilitas dinilai sangat produktif. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10. Nilai produktivitas yang rendah ini dikarenakan pada bulan Januari 2013 lahan perkebunan baru saja dilakukan peremajaan tanaman. Selain itu tingkat curah hujan yang rendah dan musim kemarau yang panjang merupakan faktor yang mempengaruhi hasil daun teh yang didapatkan. Berdasarkan nilai produktivitas tersebut, perbandingan nilai produktivitas pada musim kemarau yang memiliki nilai rata-rata sebesar 1,04 dengan nilai produktivitas pada musim hujan yang memiliki nilai rata-rata 1,136. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk produktivitas yang memiliki nilai paling optimal yaitu pada musim hujan. Hasil tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam perbaikan produktivitas pada sektor kebun di masa mendatang dengan menganalisis setiap Input yang digunakan dan Output yang dihasilkan. Seperti yang dijelaskan Mali (2008) Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan definisi ini tampak bahwa ukuran produktivitas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersamaan dalam memproduksi output. Usulan Perbaikan Produktivitas Dari hasil evaluasi produktivitas, diketahui bahwa produktivitas sektor kebun selama ini cukup baik, tetapi perlu dilakukan perbaikan produktivitas agar produktivitas lebih optimal. Perbaikan dilakukan baik pada produktivitas total maupun produktivitas parsialnya. Tingkat produktivitas parsial dari setiap Input dapat mempengaruhi tingkat produktivitas total perusahaan. Seperti yang dijelaskan Yusroni (2012) tingkat pencapaian produktivitas total perusahaan

12 dipengaruhi oleh produktivitas parsialnya. Untuk memperbaiki produktivitasnya maka diperlukan usulan perbaikan untuk dapat meningkatkan produktivitas total perusahaan. 1. Faktor Tenaga Kerja Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa permasalahan pada faktor manusia adalah kurangnya kedisiplinan tenaga kerja dan kurangnya fasilitas K3 yang disediakan pihak manajemen kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari, sehingga para tenaga kerja kurang produktif dalam bekerja. a. Kedisiplinan Kurangnya kedisiplinan tenaga kerja ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran setiap buruh pemetik daun teh dalam bekerja. Ini dapat dilihat pada saat proses pemetikan daun teh banyak buruh yang melakukan aktifitas lain selain melakukan pemetikan daun teh, seperti istirahat sebelum waktu yang ditentukan oleh mandor petik, ini menyebabkan pekerjaan menjadi tertunda. Sering membuang waktu dengan melakukan aktifitas lain pada saat proses pemetikan dapat menyebabkan hasil yang diperoleh tidak optimal. Hal ini dapat diatasi dengan cara memberikan peringatan pada pekerja yang melanggar dan pemberian motivasi agar para pekerja lebih bersemangat. Pemberian motivasi ini dapat berupa pemberian bonus upah jika hasil petikan daun teh dapat memenuhi target yang diberikan pihak pabrik. Peningkatan motivasi kerja ini dapat mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja. Seperti yang dijelaskan Rahman (2007), bahwa peningkatan motivasi kerja merupakan salah satu upaya pendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja. Motivasi diberikan di bagian pemetikan dan diberikan setiap bulan. Asmiarsih (2006) juga mengungkapkan bahwa disiplin merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturanperaturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku. b. Fasilitas K3 Permasalahan lain pada tenaga kerja pemetikan adalah kurangnya fasilitas K3 yang diberikan pihak manajemen kebun PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) Wonosari. Kurangnya fasilitas K3 ini dapat dilihat pada saat buruh petik melakukan pemetikan. Pakaian yang digunakan oleh buruh petik dinilai kurang layak, karena pada umumnya buruh menggunakan bahan plastik bekas untuk melindungi tubuh. Seharusnya pakaian yang digunakan buruh untuk memetik daun teh ini berupa pakaian khusus yang dapat melindungi seluruh bagian tubuh secara optimal seperti pakaian anti air, sarung tangan, sepatu, masker, dan topi sehingga mengurangi resiko kecelakaan kerja. Untuk menunjang tenaga kerja agar dapat menghasilkan daun teh secara optimal dapat dilakukan dengan mememberikan fasilitas K3 yang belum terealisasi kepada setiap tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses pemetikan daun teh.

13 Seperti yag dijelaskan Yuli (2005) Karyawan yang bekerja memiliki hak atas keselamatan dan kesehatan yang pelaksanaannya dilandasi oleh peraturan perundang undangan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan, dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja. 2. Faktor Modal Modal yang dimiliki divisi kebun PT (Persero) Wonosari berupa modal tetap dan modal bergerak. Kategori modal tetap di PT (Persero) Wonosari berupa lahan perkebunan. Pemanfaatan lahan perkebunan dari 3 afdeling yang ada adalah 1.144,31 ha dengan areal teh : 714,42 ha (produktif : 526,27 ha) dan areal kapuk : 429,89 ha dan aneka kayu 63,05 ha. Berikutnya yang merupakan modal bergerak adalah pupuk. Dengan kuantitas lahan dan penggunaan pupuk yang diratarata tidak memiliki fluktuasi yang sangat besar diharapkan dapat menghasilkan daun teh yang optimal. Pada realisasinya, hasil yang didapatkan memiliki fluktuasi yang sangat besar selama periode penelitian. Hal ini disebabkan pada saat periode penelitian terjadi proses peremajaan tanaman sehingga hasil daun teh basah yang dihasilkan mengalami penurunan yang sangat drastis pada periode Januari Permasalahan tersebut bukan merupakan masalah yang serius untuk diatasi. Sebab peremajaan tanaman ini dilakukan untuk memelihara tanaman agar tetap produktif dan dilakukan pada saat tertentu saja. 3. Faktor Bahan Baku Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa kendala pada faktor bahan baku adalah ketersediaan bahan baku sesuai standar kualitas kurang, karena kemarau yang panjang serta curah hujan yang sangat rendah. Selain itu, metode pemetikan yang tidak sesuai dengan standar operasi dan prosedur dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman teh. Hasil perhitungan produktivitas menunjukkan bahwa jumlah bahan baku yang menjadi unsur utama dari perkebunan memiliki pertumbuhan yang optimal pada saat musim hujan. Oleh karena itu, apabila ingin memperbaiki produktivitas bahan baku, maka kualitas bahan baku tersebut adalah hal yang paling penting untuk ditingkatkan. Peningkatan kualitas bahan baku ini dapat berupa tindakan evaluasi terhadap metode pemetikan yang selama ini diterapkan, apakah sudah benar atau masih sering terjadi kesalahan dalam pemetikan. Kesalahan dalam pemetikan bahan baku ini dapat berdampah pada hasil yang didapatkan pada saat panen selanjutnya. Jika pemetikan sudah sesuai dengan standar operasi dan prosedur maka dapat dipastikan kondisi tanaman dapat dipanen sesuai dengan waktu panen yaitu 12 hari.

14 Apabila proses pemetikan bahan baku telah terpenuhi seperti yang di inginkan perusahaan, tentunya dapat mengurangi kendala pada proses produksi, serta dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya produksi. Seperti yang dijelaskan Halpen (2009) penggunaan bahan baku yang berkualitas dapat membantu perusahaan meningkatkan efisiensi efektivitas produksi sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. 4. Faktor Lain-lain Dari analisa penyebab fluktuasi produktivitas didapatkan hasil bahwa kendala berada pada faktor lingkungan yaitu musim kemarau yang panjang, sehingga tanaman teh yang memiliki kualitas baik pada musim hujan tidak didapatkan pada saat terjadi musim kemarau. Selain itu, kuantitas musim kemarau yang tinggi menyebabkan tanaman menjadi kering dan daun teh yang dihasilkan sangat terbatas. Perbaikan yang harus dilakukan oleh pihak PT (Persero) Wonosari adalah dengan melakukan penjadwalan pemetikan daun teh yang menyesuaikan kondisi lingkungan pada saat musim kemarau. Ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kekurangan bahan pada saat petikan selanjutnya karena pohon teh tidak dapat tumbuh optimal dimusim kemarau yang menyebabkan penurunan nilai produktivitas. Selain itu, perlakuan khusus juga penting untuk dilakukan pada saat musim kemarau. Perlakuan khusus tersebut dapat berupa pengisian tandon-tandon air yang sudah tersedia disekitar lahan perkebunan agar pemeliharaan tanaman seperti penyiraman tanaman teh dengan frekuensi yang lebih banyak dapat dilakukan selama musim kemarau, ini dilakukan karena tanaman teh ini merupakan tanaman yang membutuhkan udara yang lembab disekitarnya. Selain itu, pemeliharaan tanaman dari hama yang berasal dari pergantian musim yang dapat merusak tanaman teh. KESIMPULAN Nilai produktivitas tertinggi pada bulan November 2012 yaitu 2,53. Hasil produktivitas terbaik selama periode pengukuran ini merupakan pengaruh dari hasil tingginya produktivitas parsial. Sedangkan nilai produktivitas terendah terdapat pada bulan Januari 2013 yaitu 0,10. Rendahnya nilai produktivitas ini dikarenakan pada bulan Januari 2013 lahan perkebunan baru saja dilakukan peremajaan tanaman. Produktivitas yang memiliki nilai paling optimal yaitu pada musim hujan. Hasil tersebut juga dapat digunakan sebagai dasar dalam perbaikan produktivitas pada sektor kebun di masa mendatang dengan menganalisis setiap input yang digunakan dan output yang dihasilkan. Usulan perbaikan produktivitas untuk jangka pendek dilakukan dengan melakukan penyuluhan terhadap tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan proses pemetikan daun teh basah dan melakukan penjadwalan ulang dalam pemetikan daun teh. Untuk perbaikan produktivitas dalam jangka panjang dapat dilakukan

15 dengan melakukan analisis produktivitas dengan melihat faktor-faktor apa saja yang paling berpengaruh dalam tingkat produktivitas di sektor kebun. SARAN Perusahaan perlu melakukan suatu analisis produktivitas secara terintegrasi dari beberapa sumber dayanya dan upaya perbaikan untuk meningkatkan produktivitas pada sektor kebun, serta perlu dikaji tentang penggunaan dan pemanfaatan sumber daya secara berkala, agar kegiatan analisis produktivitas yang dilakukan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dikembangkan analisis produktivitas dengan menggunakan metode lain yang tidak hanya menggunakan konversi rupiah sebagai ukuran nilai produktivitas. Measures in Service Sector. Journal of Industrial Engineering. University Teknologi Malaysia. Syakir, M. dkk Budidaya dan Pasca Panen Teh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor. Yuli, S Manajemen Sumber Daya Manusia. UMM Press. Malang. Yusroni, N Kajian Ekonomi Industri pada Usaha Produksi Perkebunan Teh Rakyat Di Indonesia. Univ. Wahid Hasyim. Semarang. DAFTAR PUSTAKA Craig, C.E dan R.C.Harris Total Productivity Measurement at the Firm Level. Sloan Management Review. Massachussets Institute of Technology. Gupta, R dan S. K. Dey Development of a Productivity Measurement Model for Tea Industry. Department of Mechanical Engineering. National Institute of Technology. Silchar. Assam. India Mali, P Improving Total Productivity. John Wiley and Sons, New York. Rahman, A. A. and Noriszan, I Designing Individual Productivity

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002) BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan jenis minuman yang sudah dikenal di seluruh dunia, konsumsi teh menjadi suatu hal yang umum bagi seluruh masyarakat karena mengkonsumsi teh dapat berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian terus diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan rehabilitasi pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 2:

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 2: Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 2: 75-83 75 Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri 5(2): 75-83 (2016) ISSN 2252-7877 (Print) ISSN 2549-3892 (Online)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan sumber daya alam atau bahan baku dari produk pangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan sumber daya alam atau bahan baku dari produk pangan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri khususnya pangan makin gencar di negeri ini. Melemahnya perekonomian secara global tidak serta merta menghambat perkembangan industri pangan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja I.

Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja I. 1 Produktivitas Bioetanol Menggunakan Metode American Productivity Center (APC): Studi Kasus di PT. Panca Jaya Raharja Productivity Measurement of Bioethanol Using American Productivity Center (APC) Methods:

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jack.) merupakan salah satu komoditas yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup cerah. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mencapai profit

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mencapai profit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan pada umumnya didirikan dengan tujuan untuk mencapai profit yang optimal. Faktor-faktor yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan tersebut dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik dari sisi

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERTANIAN

PEMBANGUNAN PERTANIAN BAGIAN I PEMBANGUNAN PERTANIAN Luh Putu Suciati Jember, 24Februari 2017 Isu pembangunan pertanian: KEMISKINAN Isu pembangunan pertanian: Pertumbuhan populasi BONUS DEMOGRAFI Bonus demografi merupakan bukti

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang banyak dikonsumsi atau diminati setelah air mineral, teh sebagai minuman dapat meningkatkan kesehatan manusia karena mengandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa globalisasi, persaingan antarbangsa semakin ketat. Hanya bangsa yang mampu mengembangkan daya sainglah yang bisa maju dan bertahan. Produksi yang tinggi harus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE POSPAC DI PT. SUPRA MATRA ABADI

ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE POSPAC DI PT. SUPRA MATRA ABADI ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE POSPAC DI PT. SUPRA MATRA ABADI Syarifuddin, Syukriah, dan Rini Maynita Jen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam (mega biodiversity). Keanekaragaman tersebut tampak pada berbagai jenis komoditas tanaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam

I. PENDAHULUAN Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan salah satu sektor unggulan dalam masa krisis ekonomi dewasa ini. Sektor ini membawa dampak positif ganda. Pertama, peningkatan subsitusi impor

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1.

V. PEMODELAN SISTEM. Pengguna. Sistem Manajemen Dialog. Sistem Pengolahan Pusat. Gambar 7. Konfigurasi Program Aplikasi SCHATZIE 1. V. PEMODELAN SISTEM 5.1. KONFIGURASI SISTEM Model perencanaan bahan baku industri teh di PTPN VIII Kebun Cianten dirancang dan dibuat dalam satu paket komputer sistem manajemen yang diberi nama SCHATZIE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu sektor pertanian yang sangat berperan dalam

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PENELITIAN Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan suatu industri. Bahan baku yang baik menjadi salah satu penentu mutu produk yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten

I. PENDAHULUAN. tanah yang mampu menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, termasuk sektor perkebunan sebagai sektor pertanian yang terletak di daerah tropis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan ibu rumah tangga yang mengurusi kebutuhan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Teh Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun 1694 terdapat perdu teh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat perekonomian yang terjadi di Indonesia sekarang ini perkembangannya sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh tingkat perekonomian yang terjadi tergantung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER.

PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2937 PENJADWALAN PEMETIKAN PUCUK TEH UNTUK MEMAKSIMALKAN PRODUKSI DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, CIATER. SCHEDULING OF TEA

Lebih terperinci

Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian

Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian Mendorong Petani Kecil untuk Move Up atau Move Out dari Sektor Pertanian 1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan tahun 2014 sebagai International Years of Family Farming. Dalam rangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perkebunan didalam perekonomian di Indonesia memiliki perananan yang cukup strategis, antara lain sebagai penyerapan tenaga kerja, pengadaan bahan baku untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xii xiv xvi xvii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Dengan luas areal tebu yang tidak kurang dari 400.000 ha, industri gula nasional pada saat ini merupakan

Lebih terperinci

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET Desi Ratna Sari 1, Ermi Tety 2, Eliza 2 Department of Agribussiness, Faculty of Agriculture,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola secara baik dapat dimanfaatkan devisa Negara. Telah banyak

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. IMPLEMENTASI SISTEM Implementasi merupakan tahap mempersiapkan sistem untuk dapat dioperasikan dan merupakan tahap pembuatan perangkat lunak. SCHATZIE 1.0 merupakan paket

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK Peneliti : Dewi Prihatini 1) mahasiswa yang terlibat : -

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keragaman sumber daya alam di Indonesia dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari melalui hortikultura. Hortikultura merupakan

Lebih terperinci

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif A. LATAR BELAKANG Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung mengalami penman, yang antara lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Field Trip adalah sebuah perjalanan lapang yang dikenal sebagai perjalanan langsung ke lapang. Pengertian lainnya field trip adalah perjalanan oleh sekelompok orang ke

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai Negara yang berada di daerah khatulistiwa, sebagai Negara yang mempunyai iklim tropis memiliki keragaman hayati dan nonhayati.indonesia sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian dan sektor industri merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia, sektor industri berkaitan erat dengan sektor pertanian terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BIAYA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU KASTURI, PADI DAN JAGUNG TRHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHA TANI KELUARGA ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap perkembangan industri baik itu industri barang maupun jasa. Semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Negara Indonesia yang merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Definisi Produktivitas Definisi secara umum pengertian produktivitas adalah perbandingan masukan dan keluaran. Masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh

Lebih terperinci

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung

Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung PRISMA (08) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Analisis Sensitivitas Produksi Kopi Sambung Ulfasari Rafflesia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci