4) Metode 1.1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang dapat member ikan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4) Metode 1.1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang dapat member ikan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Sumber daya mineral merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui kembali (wasting assets atau non renewable), dengan kata lain industri pertambangan meru pakan industri tanpa daur. Oleh karena itu industri pertambangan selalu berhadap an dengan keterbatasan, baik lokasi, jenis, jumlah maupun mutu materialnya. Sela in hal tersebut, industri pertambangan berkewajiban memperhatikan keselamatan ke rja dan menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mengembangkan masyarakat seki tar. Beberapa faktor resiko yang dapat mempengaruhi usaha pertambangan adalah : 1) Perubahan dalam sistem perpajakan. 2) Kebijaksanaan dalam lingkungan hidup. 3) Keadaan ekonomi yang buruk (peperangan, gejolak sosial, bencana alam, mu sim kemarau dan kelaparan). 4) Harga endapan/logam yang rendah. 5) Keadaan politik yang tidak stabil. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi juga pertimbangan pemilik modal untuk m elakukan investasi di bidang pertambangan. Walaupun terdapat kesulitan masalah politik dan keuangan, beberapa perusahaan pa sti tetap menjajaki kesempatan invetasi di beberapa negara, misalnya di Eropa Te ngah dan Timur, di Amerika Latin (khususnya Bolivia, Chili, Peru dan Mexico) da n Timur Tengah (khususnya Iran) dan di Asia. Afrika memiliki lebih dari 20% dara tan dunia tetapi hanya memanfaatkan 5% dari pertambangan dunia dan 4% pada ekspl orasi. Investasi yang jauh lebih jauh dipersulit oleh adanya konflik di beberapa negara. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam mengelola sumber daya mineral dip erlukan penerapan sistem penambangan yang sesuai dan tepat, baik dari segi tekni s maupun ekonomis agar perolehannya optimal. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang meliputi pekerjaan pencarian, penyelidikan, p enambangan, pengolahan, pemrosesan, penjualan mineral-mineral serta batuan yang memiliki nilai ekonomis (berharga) disebut ilmu pertambangan. Tambang Terbuka adalah suatu metode penambangan selain tambang bawah tanah dan t ambang bawah air. Metode penambangan yang segala kegiatan dan aktivitas penamban gannya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi, dan tempat ke rjanya berhubungan langsung dengan udara luar disebut metode tambang terbuka. Se bagian besar tambang yang terdapat di Indonesia adalah tambang terbuka yang memp unyai kontribusi besar untuk memproduksi emas, perak, tembaga, nikel, aluminium, phospat, bijih besi, batubara dan hampir semua bahan galian C disertai bahan ga lian industri dan lain-lain (lihat Tabel produksi bahan galian tambang Indonesia ). Beberapa ahli pertambangan telah melakukan klasifikasi metode penambangan terbuk a dan bawah tanah antara lain : Peele (1941), Young (1946), Lewis dan Clarck (19 64). Dasar dari pembagian metode ini adalah beberapa kombinasi subyektif dari sp asial, geologi dan faktor geoteknik. Sedangkan beberapa skema saat ini dikenalka n lebih kuantitatif atau memiliki pendekatan sistem, tetapi menggunakan dasar pe ndekatan yang sama seperti Peele adalah Morrison dan Russel (1973), Broshkov dan Wright (1973), Thomas (1978), Nicholas (1981) dan Hamrin (1982). Untuk saat ini yang diperlukan adalah klasifikasi dari metode penambangan yang m empunyai ciri : (H.L. Hartman, 1987) 1) Umum (dapat diaplikasi kesemua komoditi tambang, batubara dan non batuba ra). 2) Termasuk pada metode yang sedang berjalan dan menjanjikan sebuah metode baru yang sedang dikembangkan tetapi belum dapat dibuktikan secara keseluruhan. 3) Mengenai perbedaan kelas metode yang besar dan biaya relatif. Kategori yang digunakan oleh Hartman adalah : 1) Dapat diterima (acceptable) : tradisional atau baru 2) Lokal untuk tambang terbuka (atau tambang bawah tanah) 3) Kelas dan sub kelas

2 4) Metode 1.1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN TAMBANG TERBUKA Pemilihan metode penambangan dilakukan berdasarkan pada metode yang dapat member ikan keuntungan optimum dan bukan pada dangkal dalamnya letak endapan bahan gali an tersebut, serta mempunyai perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik. Keuntungan dari tambang terbuka antara lain : 1) Ongkos penambangan per ton atau per bcm endapan mineral/bijh lebih murah karena tidak perlu adanya penyanggaan, ventilasi dan penerangan. 2) Kondisi kerjanya baik, karena berhubungan langsung dengan udara luar dan sinar matahari. 3) Penggunaan alat-alat mekanis dengan ukuran besar dapat lebih leluasa, se hingga produksi bisa lebih besar. 4) Pemakaian bahan peledak bisa lebih efisien, leluasa dan hasilnya lebih b aik, karena : a. Adanya bidang besar (free face) yang lebih banyak b. Gas-gas beracun yang ditimbulkan oleh peledakan dapat dihembuskan angin dengan cepat 5) Perolehan tambang (mining recovery) lebih besar, karena batas endapan da pat dilihat dengan jelas. 6) Relatif lebih aman, karena adanya yang mungkin timbul terutama akibat ke longsoran. 7) Pengawasan dan pengamatan mutu bijih (grade control) lebih mudah. Kerugian dari tambang terbuka antara lain : 1) Para pekerja langsung dipengaruhi oleh keadaan cuaca, dimana hujan yang lebat atau suhu yang tinggi mengakibatkan efisiensi kerja menurun, sehingga hasi l kerja juga menurun. 2) Kedalaman penggalian terbatas, karena semakin dalam penggalian akan sema kin banyak tanah penutup (overburden) yang harus digali. 3) Timbul masalah dalam mencari tempat pembuangan tanah yang jumlahnya cuku p banyak. 4) Alat-alat mekanis letaknya menyebar. 5) Pencemaran lingkungan hidup relatif lebih besar PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PERALATAN DAN LINGKUNGAN Pada dasarnya perkembangan teknologi peralatan tambang terbuka bertujuan untuk m empermudah pengoperasian dalam arti agar lebih efisien, dan untuk memperbesar ju mlah produksi. Perkembangan-perkembangan terbaru dari peralatan tambang terbuka antara lain : 1) Bulldozer Saat ini, kriteria pemilihan alat pada tambang terbuka lebih banyak dan lebih de tail menyangkut : a. Ukuran dan berat b. Kenyamanan bagi operator c. Kapasitas dan ukuran blade d. Penyediaan suku cadang yang cepat dan ekonomis e. Harga f. Sistem kerja mesin yang menghemat bahan bakar 2) Hydraulic excavator a. Pengontrolan yang diperbaharui (misalnya : dilengkapi dengan Mistral Ele ctronic Control System) b. Pemilihan penggunaan boom (terdapat 3 pilihan) : c. Mass excavation d. Reach e. Variabel geometri f. Misalnya untuk dipper terdapat 7 pilihan yang dapat menggali hingga 15,7 m dan angkatan 18,82 m. g. Umur mesin yang lama h. Unjuk kerja yang baik dalam waktu edar

3 i. Penanganan pekerjaan yang berat j. Kemudahan dalam service k. Ruang operator yang nyaman l. Perbaikan mesin : - Teknologi tinggi untuk unjuk kerja yang baik - Operasi yang berwawasan lingkungan (konsep litronic) - Otomatisasi sistem kontrol 3) Wheel loader Wheel loader sangat membantu untukkuari karena fleksibilitasnya. Pengembangan wh eel loader antara lain : a. Pengendalian secara elektronik b. Sistem pengereman yang diperbaharui (tidak lagi gesekan) c. Vital sign monitor (VSM) untuk memantau unjuk kerja wheel loader d. Kemampuan untuk bekerja pada berbagai jenjang e. Pengembangan sistem pengontrolan untuk meningkatkan efisiensi Pengembangan-pengembangan ini telah dilakukan secara sendiri-sendiri oleh masing -masing perusahaan pembuat alat-alat berat. 4) Rope excavator Pengembangan-pengembangan berikut dilakukan oleh masing-masing perusahaan alat-a lat berat dengan informasi timbal balik dengan perusahaan tambang : a. Sistem elektronik yang canggih, menggantikan sistem elektronik yang lama (Santa Fe) b. Meningkatkan kemampuan rata-rata pemuatan sejak dihidupkan (Syncrude Can ada Ltd.) c. Optimasi bucket dan boom (maroko) d. Pengembangan BWE (yang berwawasan lingkungan) 5) Truk Pengembangan-pengembangannya antara lain : a. Pengaturan kemiringan dan letak titik berat untuk memperbaiki kestabilan (Caterpillar) b. Penambahan kemampuan dan pengurangan penggantian suku cadang (Carter) c. Penambahan pada Range Articulated (Caterpillar) d. Perbaikan interior, elektronik dan pilihan sistem perhitungan pemuatan ( Komatsu) 6) In-Pit Crushing Keuntungannya adalah mengurangi biaya pemindahan material dari lokasi ke pabrik pengolahan. Perbandingan biaya dari metode pemuatan, penghancuran dan pengangkut an di open pit dan kuari menunjukkan pengubahan sistem penggunaan truk ke sistem in-pit crushing dan menggunakan konveyor sebagai alat angkut akan lebih mengunt ungkan untuk tambang open cast besar (> ton/hari). 7) Conveying Sistem konveyor bergerak merupakan konsep baru untuk pemindahan material dalam k uari dan tambang open cast (Holywell, North Wales). Sistem Nordberg s Loko Link merupakan sistem yang terdiri dari serangkaian konve yor. Bisa digunakan secara individual maupun bersama-sama dengan panjang radius kerja maksimum 100 m dari pemuka kerja. 8) Anchillary Equipment Anchillary merupakan peralatan penghancur dengan menerapkan metode penghancuran sekunder, sehingga secara berturut-turut biaya penghancuran dari atas ke bawah m akin murah. Tahap penghancurannya adalah : a. Drilling & blasting b. Drop ball c. Talisher impact crusher Faktor-faktor yang mempengaruhi metode ini adalah : a. Perbedaan tipe batuan secara geologi, kimia dan komposisi fisik b. Kecakapan operator dalam pelaksanaannya Perlakuan buruk terhadap lingkungan sering terjadi pada lingkungan tambang (bany ak di negara-negara blok Timur). Untuk itu diperlukan suatu penelitian yang inte nsif mengenai teknik reklamasi yang optimal telah menghasilkan kontribusi pentin

4 g untuk pembangunan teknologi restorasi tambang. Pada tahap awal kesuksesan usaha restorasi tergantung dari : a. Pengontrolan tanah dan air b. Interaksi kompleks dari iklim, kimia, bakteriologi dan gaya-gaya fisik c. Pemadatan tanah sebagai akibat pergerakan dari alat-alat berat d. Desain drainase Reklamasi daerah tambang saat ini telah berkembang secara kreatif. Kecenderungan untuk mengembalikan keadaan tanah dengan menutupinya kembali dengan top soil da n menanaminya, sekarang diganti dengan beragam cara yang imajinatif, seperti : a. Pembangunan perumahan dan industri taman b. Fasilitas rekreasi seperti pemancingan, golf, dan lain-lain c. Perubahan topografi secara drastis dapat memberikan prospek menarik untu k pembangunan perkantoran dan pabrik 1.3. DAFTAR BACAAN YANG DAPAT DIPELAJARI Banyak buku-buku, jurnal-jurnal dan majalah-majalah yang membahas pertambangan d an masalah sekitarnya di antaranya : 1) Engineering & Mining Journal. 2) Mining Magazine. 3) Rock Product. 4) Coal. 5) Mining Engineering. 6) Quarry Management. 7) World Mining Equipment. 8) Mining Annual Review. 9) Pit & Quarry. 10) Mine & Quarry. 11) Mining Journal. 12) Financial Times SISTEMATIKA ISI BUKU AJAR Adapun isi buku ajar ini adalah : Pendahuluan, Rancangan tambang terbuka, Macam-macam tambang terbuka, Satuan oper asi penambangan, Kemantapan lereng, Struktur organisasi, Biaya modal dan biaya o perasi. MACAM-MACAM TAMBANG TERBUKA Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Tambang terbuka (surface mining) 2) Tambang dalam/tambang bawah tanah (underground mining) 3) Tambang bawah air (underwater mining) Pemilihan metode penambangan ini berdasarkan pada keuntungan terbesar yang akan diperoleh, bukan berdasarkan letak dangkal atau dalamnya suatu endapan, serta me mpunyai perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN SISTEM PENAMBANGAN Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih suatu metoda penambangan ya ng paling sesuai dengan karakteristik unik (alam, geologi, lingkungan dan sebaga inya) dari endapan mineral yang ditambang di dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang rendah dan keuntungan yang maksimum (Morris on dan Russel, 1973 ; Boshkov dan Wright, 1973). 1) Karakteristik spasial dari endapan a. Ukuran (dimensi : tinggi atau tebal khusus) b. Bentuk (tabular, lentikular, massif, irregular)

5 c. Attitude (inklinasi dan dip) d. Kedalaman (niiai : rata-rata dan ekstrim, nisbah pengupasan) 2) Kondisi geologi dan hidrogeologi a. Mineralogi dan petrologi (sulfida vs oksida) b. Komposisi kimia (utama, mineral by product) c. Struktur endapan (lipatan, patahan, diskontinu, intrusi) d. Bidang lemah (kekar, retakan, belahan dalam mineral, rekahan dalam batub ara) e. Keseragaman, alterasi, erosi f. Air tanah dan hidrologi 3) Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih d an batuan sekelilingnya a. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, koefisien Poisson, dan lain-la in) b. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep) c. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi) d. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten e. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas bawaan, lengas bebas) 4) Konsiderasi ekonomi Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa pengembal ian dan keuntungan a. Cadangan (tonase dan kadar) b. Produksi c. Umur tambang d. Produktivitas e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang cocok 5) Faktor teknologi a. Perolehan tambang b. Dilusi (jumlah waste yang dihasilkan dengan bijih) c. Ke-fleksibilitas-an metode dengan perubahan kondisi d. Selektifitas metode untuk bijih dan waste e. Konsentrasi atau dispersi pekerjaan f. Modal, pekerja dan intensitas mekanisasi 6) Faktor lingkungan a. Kontrol bawah tanah b. Penurunan permukaan tanah c. Kontrol atmosfir (ventilasi, kontrol kualitas, kontrol panas dan kelemba ban) d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan, kehid upan, kondisi permukiman) Obyektif dasar di dalam pemilihan suatu metode penambangan suatu endapan mineral tertentu adalah merancang suatu sistem eksploitasi yang paling cocok di bawah s uatu lingkungan yang aktual (Hamrin, 1982). Suatu model untuk pekerjaan persiapan (development) dan pemilihan metoda penamba ngan oleh Folinsbee dan Clarke, 1981 dapat dilihat pada Gambar 3.1. Evaluasi rek ayasa dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahap. Pada tahap pertama, studi konseptual, karakteristik fisik dan kuantitas output dari sejumlah metoda penambangan, layo uts dan sistem dinilai. Tahap kedua, studi rekayasa, konsep sebelumnya dikuantif ikasi dan dibandingkan, menghasilkan rancangan dan biaya yang tetap. Tahap terak hir, studi rancangan detail, gambar-gambar dan spesifikasi untuk konstruksi untu k metode yang diinginkan disiapkan. Hasil dari evaluasi ini adalah laporan rekay asa final yang merupakan dasar dari keputusan investasi, pembelian peralatan dan jadwal konstruksi. Di dalam semua hal pemilihan metode penambangan, suatu langkah terobosan yang pe ndek tidak diperkenankan dan suatu penyelesaian optimal memerlukan modifikasi da ri suatu metode yang sudah ada.

6 Gambar 3.1 Model Perencanaan Dan Tahapan Di Dalam Persiapan Tambang (Folinsbee Dan Clarke, 1981) 3.2. MACAM-MACAM TAMBANG TERBUKA Yang dimaksud dengan tambang terbuka adalah metode penambangan yang segala kegia tannya atau aktvitasnya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bu mi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar Pengelompokkan Metode Tambang Terbuka Berdasarkan Jenis Endapan Secara umum dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) metode : 1) Open pit/open cast/open cut/open mine 2) Quarry 3) Strip Mine 4) Alluvial Mine Open pit/open cast/open cut Metode ini biasanya diterapkan untuk menambang endapan-endapan bijih (ore). Seca ra umum metode ini menggunakan siklus operasi penambangan yang konvensional, yai tu : pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan, diikuti operasi penanganan material penggalian, pemuatan dan pengangkutan. Perbedaan antara open pit dengan open cut/open mine/open cast dicirikan oleh arah penggalian/arah penambangan. D isebut open pit apabila penambangannya dilakukan dari permukaan yang relatif men datar menuju ke arah bawah dimana endapan bijih tersebut berada. Disebut open cu t/open cast/open mine apabila penggalian endapan bijih dilakukan pada suatu lere ng bukit. Jadi penerapan open pit atau open cut sangat tergantung pada letak ata u bentuk endapan bijih yang akan ditambang. Salah satu contoh metode open pit/op en cast adalah seperti yang diterapkan di PT. Freeport Indonesia dan PT. Kelian Equatorial Mining (Gambar 3.3). Gambar 3.2 Open pit di Tambang PT Freeport Indonesia Perbedaan open pit dan open cast juga dilihat dari pemindahan tanah penutupnya. Pada open pit tanah penutup dikupas dan dipindahkan ke suatu daerah pembuangan y ang tidak ada endapan di bawahnya, sedangkan pada open cast tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan, tetapi dibuang ke daerah bekas tambang yang berbat asan. Gambar 3.3 Contoh Penambangan secara Open Pit di PT. Kelian Equatorial Mining Quarry (Kuari)

7 Kuari adalah suatu metode tambang terbuka yang ditetapkan untuk menambang endapa n-endapan bahan galian industri atau mineral industri (Gambar 3.4). Berdasar kan letak endapan yang digali atau arah penambangannya secara garis besar kuari dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1) Side hill type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral i ndustri yang letaknya di lereng bukit atau endapannya berbentuk bukit. Berdasark an jalan masuk ke pemuka penambangan dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Jalan masuk berbentuk spiral b. Jalan masuk langsung 2) Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industr i yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Jadi tempat kerjanya (fron t) digali ke arah bawah sehingga membuat cekungan (pit). Berdasarkan jalan masuk ke pemuka kerja, memiliki tiga kemungkinan jalan masuk, yaitu : a. Jalan masuk spiral b. Jalan masuk langsung c. Jalan masuk zig-zag Gambar 3.4 Sketsa Metode Quarry (Hartman, 1987) Strip Mine Yang dimaksud dengan strip mine adalah sistem tambang terbuka yang diterapkan un tuk menambang endapan-endapan sedimenter yang letaknya kurang lebih mendatar, mi salnya tambang batubara, tambang-tambang garam, dan lain-lain Alluvial Mine Adalah tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang endapan-endapan alluvial, misalnya tambang bijih timah, pasir besi, dan lain-lain. Berdasarkan cara penggaliannya, maka alluvial mine dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : Tambang semprot (hydraulicking) Penambangan dengan kapal keruk (dredging) Manual mining method 1) Tambang semprot Sesuai dengan namanya, penggalian endapan pada tambang semprot dilakukan dengan menggunakan semprotan air yang bertekanan tinggi dengan menggunakan alat penyemp rot yang dinamakan monitor atau water jet atau giant (Gambar 3.5). Kekuatan teka nan disesuaikan dengan jenis material yang digali. Tekanan ini bisa sampai 10 at m. Syarat utama pemakaian cara penambangan dengan tambang semprot adalah harus ters edia banyak air, baik untuk penggaliannya maupun untuk pengolahannya. Gambar 3.5 Tambang Semprot di PT Tambang Timah 2) Penambangan dengan kapal keruk Cara penambangan ini digunakan bila endapan terletak di bawah permukaan air, mis alnya di lepas pantai, sungai, danau atau lembah yang tersedia banyak. Sistem penggalian dengan kapal keruk dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : a. Sistem tangga, yaitu pengerukannya dengan membuat atau membentuk tangga atau jenjang. b. Sistem tekan, yaitu cara pengerukan dengan menekan tangga sampai pada ke dalaman tertentu, kemudian maju secara bertahap tanpa membentuk tangga.

8 c. Sistem kombinasi, yaitu gabungan dari kedua sistem di atas. Berdasarkan dari tempat kerjanya, maka penambangan kapal keruk dapat dibedakan m enjadi kapal keruk darat dan kapal keruk laut (Gambar 3.6). Alat-alat yang dipakai pada penambangan kapal keruk berdasarkan alat galinya dib edakan menjadi tiga, yaitu : a. Multy bucket dredge, kapal keruk yang alat galinya berupa rangkaian mang kok (bucket) b. Cutter suction dredge, alat galinya berupa pisau pemotong yang menyerupa i mahkota. c. Bucket wheel dredge, alat galinya dilengkapi dengan timba yang berputar (bucket wheel) 3) Manual mining method Cara penambangan ini sangat sederhana dengan menggunakan tenaga manusia hampir t idak memakai alat mekanis. Cara ini biasanya dilakukan oleh rakyat setempat atau oleh kontraktor-kontraktor kecil. Biasanya endapan yang ditambang bentuknya : a. Ukuran atau jumlah cadangannya kecil b. Letaknya tersebar dan terpencil c. Endapannya cukup kaya Alat penambangan yang biasanya dipakai adalah : a. Pan / bate l dulang b. Racker (cradle) c. Longtom d. Sluice box Gambar 3.6 Kapal Keruk Rasep di PT Tambang Timah Pengelompokkan Metode Tambang Terbuka Berdasarkan Proses Penambangannya Sedangkan pengelompokkan yang lain berdasarkan pada proses penambangannya, berhu bungan dengan air atau tidak, yaitu : Metode ekstraksi secara mekanik Metode ekstraksi dengan air Gambar 3.7 Contoh Sluice Box di PT Tambang Timah Metoda ekstraksi secara mekanik Penambangan endapan bijih, batubara atau batuan yang dilakukan dipermukaan diken al sebagai tambang terbuka. Jadi metoda ini prinsipnya berdasarkan pada permuka an. Metoda ekstraksi mekanik yang menggunakan proses mekanik pada lingkungan yang ke ring dapat dibedakan atas : 1) Open pit mining 2) Kuari 3) Open cast mining 4) Auger mining Keempat metoda ini adalah penanggung jawab 90% dari produksi permukaan. Secara luas, metoda open pit dan open cast menggunakan siklus operasi penambanga n yang konvensional; pemecahan batuan dengan pemboran dan peledakan, diikuti op erasi penanganan material penggalian, pemuatan dan pengangkutan. Pada kuari dan auger, peledakan merupakan kegiatan yang selalu melekat bersamanya. Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu daera h pembuangan yang tidak ada endapan mineral di bawahnya, sedangkan open cast min

9 ing yang hampir sama dengan metodanya dengan open pit mining, tetapi berbeda pad a satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan tetapi diangku t langsung ke daerah yang berbatasan dan telah ditambang. Penambangan material d isini terdiri dari penggalian dan pengangkutan (=casting), yang pada umumnya dik ombinasikan oleh suatu alat saja. Beberapa petunjuk praktis dari ukuran jenjang dapat dilihat pada Tabel 3.1. Sedangkan berbagai variasi dari open pit mining dapat dilihat Pada Gambar 3.8. Kuari hampir sama dengan open pit, tetapi jenjang adalah pendek dan hampir verti kal. Meskipun kuari selama ini diterapkan untuk bahan galian logam, namun lebih disukai bila membatasi kuari untuk operasi batu berdimensi. Jadi batu gamping ya ng di-crusher dihasilkan oleh open pit mine sedangkan batu gamping berdimensi di hasilkan oleh kuari. Tabel III.1 Ukuran Jenjang Berbagai Endapan (Hartman, 1987) Mineral Dimensi jenjang Ketinggian ft (m) Lebar ft (m) Kemiring an lereng Tembaga (12-18) (24-38) Bijih Besi ( 9-14) (18-30) Non logam (12-30) (18-45) Batubara (US Barat) (15-23) (15-30) Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan dinding yan g tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan pembora n ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup. Auger mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan batubara dari sisi kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar drag bit rotary drill. Tanpa merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan memiringkan konveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam truk. Penambangan dengan auger drilling merupakan salah satu metode rotary drilling. D imana tanah dibawa ke permukaan melalui pengaliran oleh alat auger. Bekas lubang dibersihkan dan selalu satabil dalam formasi lepas walaupun tanpa p embilasan air atau penggunaan semprotan air. Diameter lubang yang besar pada tanah dan batuan yang tidak keras dapat dibor de ngan cepat dan biaya yang murah dengan auger drilling secara mekanis. Keuntungan menggunakan metode ini adalah : 1) Dapat mencapai laju penetrasi yang tinggi 2) Volume perusakan tinggi dalam waktu yang singkat 3) Tingkat polusi suara rendah 4) Tidak memerlukan medium pembilas untuk membersihkan kompresor ataupun po mpa pembilas. Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang mudah jik a dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit. Setelah k ondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi. Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini berdasarkan Pfleider (1973) da n Anon (1979) adalah endapan yang memiliki bentuk tabular dan berlapis, kemiring

10 annya mendekati horisontal, keseragaman bijih tinggi, kadar dapat sangat rendah dan kedalamannya dangkal (terbatas sampai ketinggian dinding dimana auger ditemp atkan). Semua aplikasi penambangan dengan menggunakan auger, diterapkan pada dinding tin ggi atau singkapan dari batubara di daerah pegunungan dan dirangkaikan dengan me tode penambangan open pit atau open cast (Gambar 3.9 dan Gambar 3.10). Gambar 3.8 Variasi Dari Berbagai Open Pit Mining (Hartman, 1987) Gambar 3.9 Auger Mining Pada Lapisan Batubara Dengan Kemiringan Lapisan Yang Rendah (Salem Tool Inc.,1996) Gambar 3.10 Auger Mining Pada Lapisan Batubara Dengan Kemiringan Lapisan Yang Curam (Salem Tool Inc.,1996) Metoda ekstraksi dengan air Metoda ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh mineral dari dala m bumi, baik dengan aksi hidrolik maupun dengan serangan cairan. Masih sangat ku rang pemakaiannya pada tambang terbuka. Ada 2 (dua) jenis penambangan di dalam metoda ini yaitu placer mining dan soluti on mining. Placer mining menggunakan air untuk menggali, mentransportasi dan men gkonsentrasikan mineral-mineral berat. Solution mining adalah metoda yang membua t cair mineral-mineral sehingga dapat ditransportasikan dengan menggunakan air a tau cairan pelarut. Placer mining terdiri dari hydraulicking dan dredging, sedan gkan solution mining terdiri dari borehole extraction dan leaching. i. Placer Mining : Hydraulicking Secara geologi, suatu endapan placer adalah suatu konsentrasi mekanik dari miner al berat, yang dapat menjadi suatu endapan bijih jika menguntungkan dari segi ni lainya. Pada umumnya endapan ini adalah emas, intan, timah (cassiterite), titani um (rutike), platina, tungsten (sheelite), kromit, magnetit dan phospat. Placer diklasifikasikan oleh media sebagai aluvial (continental detrital), eolian (angi n), marin dan glacial. Dari segi lokasi, endapan ini dikategorikan sebagai resid ual (aluvial), jenjang (samping bukit), stream (fluvial), pantai, buried atau pa dang pasir. Kualitas yang berbeda dari endapan placer sehingga memungkinkan dikategorikan se bagai ekstraksi aqueous adalah (Daily, 1968) : 1) Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air (a tau aksi mekanik ditambah hidrolik). 2) Ketersediaan supply air pada head yang diperlukan. 3) Ketersediaan ruang untuk penempatan waste. 4) Konsetrasi berat adalah mineral yang berharga, memungkinkan ke pengolaha n mineral sederhana. 5) Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan transportas i hidrolik dari mineral. 6) Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan dengan ai r dan pembuangan waste. Gambar 3.11 memperlihatkan metoda hydraulicking. Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5-15 m, tetapi dapat mencapai 60 m. (MORRISON dan RUSSELL, 1973). Contoh klasifikasi dari monitor pada tambang semprot dapat dilihat sebagai berik ut :

11 Diameter nozzle mm Tekanan head atau kpa Kecepatan alir volume I/detik Kecepatan water jet : Pasir 0.15 m/detik Kerikil (gravel) 1.5 m/detik Boulders 3.0 m/detik Gambar 3.11 Hydraulicking (Tambang Semprot Di PT Tambang Timah) ii. Placer Mining : Dredging Dredging adalah mesin tambang menerus yang ditemukan pertama kali. Dredging ad alah penggalian bawah air dari endapan placer. Dredges dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Turner, 1975) : 1) Mekanik a. Bucket line (endless chian of buckets revolving along ladder). b. Bucket wheel suction (buckets discharge in suction pipeline). c. Dripper (showel, grapple, or dragline mounted on barge). 2) Hidraulik a. Suction (open intake suction line). b. Cutter head (evcaration by rotating cutter on suction line). Gambar 3.12 menunjukkan salah satu Placer Mining : dredging makanik. Gambar 3.12 Placer Mining : Dredging Mekanik (Hartman, 1987) iii. Solution Mining : Borehole Extraction Bila produksi bijih konvensional menjadi lebih sulit dan lebih mahal, maka daya tarik solution mining sebagai metoda eksploitasi meningkat. Solution mining adal ah salah satu metode eksatrasi aqueous dimana mineral diperoleh biasanya dite mpat dengan dilarutkan, dicairkan, diluluhkan atau slurrying meskipun beberapa persiapan ata u eksploitasi di bawah tanah, tetapi hampir semua operasi dilakukan di permukaan. Pada borehole mining (lihat Gambar 3.13 dan Gambar 3.14), air diinjeksi melalui lubang bor ke dalam formasi mineral yang kemudian dilarutkan, dicairkan atau slu rries menjadi mineral berharga dan dipompakan ke permukaan melalui lubang bor. K adang-kadang suatu reagen ditambahkan ke air, yang membentuk leaching kimia. Gambar 3.13 Solution Mining : Boreholes Extraction (Hartman, 1987) Contoh mineral yang dpat dieksploitasi dengan borehole mining adalah evaporites (garam, potash, dan trona dengan dissolusi, belerang dengan melting (frasch proc ess), phospat, kaolin, oil sand, batubara, gilsonite, uranium dengan slurrying ( percobaan) dan uranium dan liquite dengan leaching kimia. Gambar 3.14 Solution Mining : Boreholes Extraction Tambang Uranium (Hartman, 1987) iv. Solution Mining : Leaching Leaching (Gambar 3.15) adalah ekstraksi kimia dari metal atau mineral dari ikata n suatu cadangan bijih sebaik dari material yang telah digali dan ditambang (Sch litt, 1982). Proses pada dasarnya adalah kimiawi tetapi dapat juga proses bakter

12 i (beberapa bakteri beraksi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi pada leachi ng sulfida). Jika ekstraksi dilakukan di tempat mineral tersebut maka dinamakan leaching insitu, dan bila dilakukan di tempat penimbunan disebut leaching timbun an (heap leaching) yang dan termasuk kategori metoda penambangan sekunder. Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada ekstraks i, hal itu dilengkapi benefication dalam tahap awal dari pengolahan mineral (Las tra dan Chase, 1984). Akibatnya, biaya produksi cenderung relatif lebih rendah d aripada metode penambangan konvensional. Sebagai perbandingan (Bhappu, 1982), me nunjukkan untuk tambang tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk me toda open pit sekitar US$ 5,00 US$ 6,80/ton sedangkan leaching insitu sekitar US $ 3,60 US$ 4,40/ton. Aplikasi dari leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari uranium, den gan emas dan perak dengan leaching timbunan. Studi percobaan mengindikasikan bah wa banyak logam seperti mangan, emas-perak, aluminium, dan cobalt-nikel, adalah kandidat utama untuk leaching insitu (Porter et. al., 1982). Leaching insitu dar i lignite juga sedang diteliti (Sadler dan Huang, 1981). Gambar 3.15 Solution Mining : Leaching (Hartman, 1987) 3.3. MACAM-MACAM TAMBANG TERBUKA BATUBARA Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi geologi dan topografi d aerah yang akan ditambang. Jenis-jenis tambang terbuka batubara dibagi menjadi : 1) Contour mining Contour mining cocok diterapkan untuk endapan batubara yang tersingkap di lereng pegunungan atau bukit. Cara penambangannya diawali dengan pengupasan tanah penutup (overburden) di daer ah singkapan di sepanjang lereng mengikuti garis ketinggian (kontur), kemudian d iikuti dengan penambangan endapan batubaranya. Penambangan dilanjutkan ke arah t ebing sampai dicapai batas endapan yang masih ekonomis bila ditambang. Karena keterbatasan daerah yang bisa digali, maka daerah menjadi sempit tetapi p anjang sehingga memerlukan alat-alat yang mudah berpindah-pindah. Umur tambang b iasanya pendek. Menurut Robert Meyers, contour mining dibagi menjadi beberapa metode, antara l ain : a. Conventional contour mining Pada metode ini, penggalian awal dibuat sepanjang sisi bukit pada daerah dimana batubara tersingkap. Pemberaian lapisan tanah penutup dilakukan dengan peledakan dan pemboran atau menggunakan dozer dan ripper serta alat muat front end leader, kemudian langsung didorong dan ditimbun di daerah lereng yang lebih rendah (Ga mbar 3.16). Pengupasan dengan contour stripping akan menghasilkan jalur operasi yang bergelo mbang, memanjang dan menerus mengelilingi seluruh sisi bukit. b. Block-cut contour mining Pada cara ini daerah penambangan dibagi menjadi blok-blok penambangan yang bertu juan untuk mengurangi timbunan tanah buangan pada saat pengupasan tanah penutup di sekitar lereng. Pada tahap awal blok 1 digali sampai batas tebing (highwall) yang diijinkan ting ginya. Tanah penutup tersebut ditimbun sementara, batubaranya kemudian diambil. Setelah itu lapisan blok 2 digali kira-kira setengahnya dan ditimbun di blok 1. Sementara batubara blok 2 siap digali, maka lapisan tanah penutup blok 3 digali dan berlanjut ke siklus penggalian blok 2 dan menimbun tanah buangan pada blok a wal.

13 Gambar 3.16 Conventional Contour Mining (Anon, 1979) Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan tanah penutu p blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3 tersingkap semua. Lap isan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3, kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan seterusnya sampai selesai (Gambar 3.17). Penggalian beruturan ini akan mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk menutup final pit. c. Haulback contour mining Metode haulback ini (Gambar 3.18 dan 3.19) merupakan modifikasi dari konsep bloc k-cut, yang memerlukan suatu jenis angkutan overburden, bukannya langsung menimb unnya. Jadi metode ini membutuhkan perencanaan dan operasi yang teliti untuk bis a menangani batubara dan overburden secara efektif. Gambar 3.17 Block-Cut Contour Mining (Anon, 1979) Ada tiga jenis perlatan yang sering digunakan, yaitu : - Truk atau front-end loader - Scrapers - Kombinasi dari scrapers dan truk Gambar 3.18 Teknik Haulback Truck Dengan Menggunakan Front-End Loader (Anon, 1979) Gambar 3.19 Haulback Dengan Menggunakan Kombinasi Scraper Dan Truk (Chioronis, 1987) d. Box-cut contour mining Pada metode box-cut contour mining ini (Gambar 3.20) lapisan tanah penutup y ang sudah digali, ditimbun pada daerah yang sudah rata di sepanjang garis singka pan hingga membentuk suatu tanggul-tanggul yang rendah yang akan membantu menyan gga porsi terbesar dari tanah timbunan. Gambar 3.20 Metode Box-Cut Contour Mining (Chioronis, 1987) 2) Mountaintop removal method Metode mountaintop removal method ini (Gambar 3.21) dikenal dan berkembang cepat, khususnya di Kentucky Timur (Amerika Serikat). Dengan metode ini lapisan tanah penutup dapat terkupas seluruhnya, sehingga memungkinkan perolehan batubara 100 %. Gambar 3.21 Mountaintop Removal Method (Chioronis, 1987) 3) Area mining method Metode ini diterapkan untuk menambang endapan batubara yang dekat permukaan pada daerah mendatar sampai agak landai. Penambangannya dimulai dari singkapan batub

14 ara yang mempunyai lapisan dan tanah penutup dangkal dilanjutkan ke yang lebih tebal sampai batas pit. Terdapat tiga cara penambangan area mining method, yaitu : a. Conventional area mining method Pada cara ini, penggalian dimulai pada daerah penambangan awal sehingga penggali an lapisan tanah penutup dan penimbunannya tidak terlalu mengganggu lingkungan. Kemudian lapisan tanah penutup ini ditimbun di belakang daerah yang sudah ditamb ang (lihat Gambar 3.22). Gambar 3.22 Conventional Area Mining Method (Chioronis, 1987) b. Area mining with stripping shovel Cara ini digunakan untuk batubara yang terletak m di bawah permukaan tanah. Penambangan dimulai dengan membuat bukaan berbentuk segi empat. Lapisan tanah penutup ditimbun sejajar dengan arah penggalian, pada daerah yang sedang ditamba ng. Penggalian sejajar ini dilakukan sampai seluruh endapan tergali (lihat Gamba r 3.23). c. Block area mining Cara ini hampir sama dengan conventional area mining method, tetapi daerah penam bangan dibagi menjadi beberapa blok penambangan. Cara ini terbatas untuk endapan batubara dengan tebal lapisan tanah penutup maksimum 12 m. Blok penggalian awal dibuat dengan bulldozer. Tanah hasil penggalian kemudian didorong pada daerah y ang berdekatan dengan daerah penggalian (Gambar 3.24). Gambar 3.23 Area Mining With Stripping Shovel (Chioronis, 1987) Gambar 3.24 Block Area Mining (Chioronis, 1987) 4) Open pit Method Metode ini digunakan untuk endapan batubara yang memiliki kemiringan (dip) yang besar dan curam. Endapan batubara harus tebal bila lapisan tanah penutupnya cuku p tebal. a. Lapisan miring Cara ini dapat diterapkan pada lapisan batubara yang terdiri dari satu lapisan ( single seam) atau lebih (multiple seam). Pada cara ini lapisan tanah penutup yan g telah dapat ditimbun di kedua sisi pada masing-masing pengupasan (Gambar 3.25). Gambar 3.25 Open Pit Method Pada Lapisan Miring (Hartman, 1987) b. Lapisan tebal Pada cara ini penambangan dimulai dengan melakukan pengupasan tanah penutup dan penimbunan dilakukan pada daerah yang sudah ditambang. Sebelum dimulai, harus te rsedia dahulu daerah singkapan yang cukup untuk dijadikan daerah penimbunan pada operasi berikutnya (Gambar 3.26). Pada cara ini, baik pada pengupasan tanah penutup maupun penggalian batubaranya, digunakan sistem jenjang (benching system). Gambar 3.26 Open Pit Method Pada Lapisan Tebal (Hartman, 1987) Latihan Soal : 1. Apakah yang dimaksud dengan Tambang Terbuka (Surface Mining)?

15 2. Menurut beberapa ahli tambang yang telah mengklasifikasikan metode tamba ng terbuka yang kita kenal yaitu : opin pit, open cast/open cut, strip mine, quarry, alluvial mine. Jelaskan alasan pembagian klasifikasi tambang terb uka tersebut dan jelaskan metode tambang terbuka tersebut satu per satu dengan s ingkat dan jelas. 3. Menurut Hartman, metode penambangan dibagi dalam 2 (dua) kelas yaitu met ode mekanis dan metode cair. Jelaskan dua metode tersebut dan sebutkan metode ta mbang terbuka dalam 2 (dua) kelas tersebut. 4. Jelaskan pengertian dari istilah : Leaching, Box Cut Countour Mining, Block Cut Countour Mining, Area Mining Method, Auger Mining dan Haulbac k Countour Mining. 5. Di suatu daerah terdapat daerah perbukitan rendah. Berdasarkan hasil eks plorasi didaerah tersebut ternyata daerah itu merupakan suatu puncak urat bijih (vein) cebakan bijih tembaga primer yang tersingkap (outcroping). Kemiringan (di p) urat bijih tersebut dengan arah Baratdaya. Ketebalan rata-ra ta urat bijih tersebut 27 m dengan panjang singkapan 300 m (A-B). Pertanyaanya adalah : a. Apakah metode penambangan yang cocok untuk diterapkan dalam menambang ur at bijih tersebut? Berikan alasan-alasannya. b. Darimana Saudara akan mengawali penambangan urat bijih tersebut? Jelasa kan alasan-alasan Saudara c. Tuliskan tahap-tahap penambangannya menurut Saudara.

SISTEM TAMBANG TERBUKA

SISTEM TAMBANG TERBUKA SISTEM TAMBANG TERBUKA A. JENIS-JENIS METODE PENAMBANGAN Secara garis besar metode penambangan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : 1) Tambang terbuka (surface mining). 2) Tambang dalam/tambang bawah

Lebih terperinci

Metode Tambang Batubara

Metode Tambang Batubara Metode Tambang Batubara Sistem Penambangan Batubara Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: - Penambangan Terbuka (Open Pit Mining) - Penambangan Bawah Tanah (Underground Mining) - Penambangan dengan

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

Metode Tambang Batubara

Metode Tambang Batubara Metode Tambang Batubara 1. SISTEM PENAMBANGAN BATUBARA Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: - Penambangan Terbuka - Penambangan Bawah Tanah - Penambangan dengan Auger 1.1 Penambangan batubara terbuka

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

1. Tambang terbuka. Untuk

1. Tambang terbuka. Untuk 1. Tambang terbuka Untuk menganalisa apakah suatu endapan mineral atau batubara akan ditambang dengan metoda tambang terbuka atau tambang dalam, beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yaitu : 1. Ketebalan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara 1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya

Lebih terperinci

Bab III Gas Metana Batubara

Bab III Gas Metana Batubara BAB III GAS METANA BATUBARA 3.1. Gas Metana Batubara Gas metana batubara adalah gas metana (CH 4 ) yang terbentuk secara alami pada lapisan batubara sebagai hasil dari proses kimia dan fisika yang terjadi

Lebih terperinci

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin Wijaya 1, Dianto Isnawan 2 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR 3.1 Penambangan Terbuka Batubara Contour mining

BAB III TEORI DASAR 3.1 Penambangan Terbuka Batubara Contour mining BAB III TEORI DASAR 3.1 Penambangan Terbuka Batubara Pengelompokan jenis-jenis tambang terbuka batubara didasarkan pada letak endapan, dan alat-alat mekanis yang dipergunakan. Teknik penambangan pada umumnya

Lebih terperinci

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi II.1. Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA (12 02 0034) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN

RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN RESUME APLIKASI MEKANIKA TANAH DALAM PERTAMBANGAN A. Pengertian Tanah Sejarah terjadinya tanah, pada mulanya bumi ini berupa bola magma cair yang sangat panas. Karena adanya proses pendinginan permukannya

Lebih terperinci

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah

Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah Istilah-istilah dalam Tambang Bawah Tanah 1.Shaft Shaft adalah suatu lubang bukaan vertical atau miring yang menghubungkan tambang bawah tanah dengan permukaan bumi dan berfungsi sebagai jalan pengangkutan

Lebih terperinci

RANCANGAN POLA DAN ARAH PENGUPASAN LAPISAN TANAH PADA PENAMBANGAN NIKEL LATERITE DI PULAU GE.

RANCANGAN POLA DAN ARAH PENGUPASAN LAPISAN TANAH PADA PENAMBANGAN NIKEL LATERITE DI PULAU GE. RANCANGAN POLA DAN ARAH PENGUPASAN LAPSAN TANAH PADA PENAMBANGAN NKEL LATERTE D PULAU GE. Herry Djainal Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Email ; herrydjainal@yahoo.co.id; herrydjainal21@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan dan Pemilihan Pit Potensial Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH (Edisi II) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

SISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH (Edisi II) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah SISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH (Edisi II) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah B. SUPORTED STOPE METHOD 1. Cut and Fill Adalah suatu metode penambangan dengan jalan mengambil

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT

BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

II. TUJUAN DAN MANFAAT

II. TUJUAN DAN MANFAAT I. PENDAHULUAN Semakin majunya dunia perindustrian dan teknologi membuat kebutuhan sumber daya alam akan semakin meningkat, hal tersebut mengharuskan suatu perusahaan untuk mengolah atau memperoduksi sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

STONE PRODUCTION LINE

STONE PRODUCTION LINE STONE PRODUCTION LINE Pengolahan batu lini produk terdiri dari pengumpan, Rahang crusher, crusher dampak atau crusher Kerucut, bergetar layar dan poros vertikal dampak crusher dll. Didukung oleh conveyor

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penentuan pit optimal dalam simulasi perencanaan tambang Bab 3 berikut akan dibantu software NPV Scheduler dan datamine studio dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan suatu

Lebih terperinci

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD

DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD DISAIN TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH DENGAN CAD Ketut Gunawan Jurusan T. Pertambangan, FTM, UPN Veteran Yogyakarta, Email : ketutgunawan@yahoo.com Abstract Over time the amount of coal reserves in Indonesia

Lebih terperinci

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Pertambangan PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Pertambangan PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGN Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Pertambangan PERTAMBANGAN BERWAWASAN LINGKUNGN PERTAMBANGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERTAMBANGAN UPAYA MEMANFAATKAN SDA MULAI DARI : PENCARIAN DAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA

PROSES PENAMBANGAN BATUBARA PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah penambangan batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metoda penambangan terbuka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab vii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 1 1.3 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN Ramadhani Febrian Malta 1, Nurhakim 2, Riswan 2, Basri 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Pulau Sebuku terletak pada koordinat 116,3384 o 116,3640 o BT dan 03,5209 o 03,5771 o LS (Bakosurtanal) di selatan garis ekuator, sebelah tenggara

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA Kerjakan soal di bawah ini dengan menyilang huruf A,B,C,D, atau E yang kamu anggap benar! 1. Barang tambang yang disebut kastobiolith cair

Lebih terperinci

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG HIDROGEOLOGI Definisi Hidrogeologi berasal dari kata hidro yang berarti air dan geologi yaitu ilmu yang memepelajari tentang batuan. Hidrogeologi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Alat Berat Alat berat adalah peralatan mesin berukuran besar yang didesain untuk melaksanakan fungsi konstruksi seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan memindahkan

Lebih terperinci

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral)

MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) MENAMBANG TANPA MERUSAK LINGKUNGAN Oleh : Adang P. Kusuma (Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral) SARI Indonesia memiliki deposit berbagai jenis bahan tambang yang cukup melimpah yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala

Lebih terperinci

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK September 2011 SUPANDI, ST, MT supandisttnas@gmail.com GEOTEKNIK TAMBANG Jurusan : Teknik Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

Lebih terperinci

Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan

Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan Bab iv Pelaksanaan dan proses pekerjaan Pengerukan Di dalam bab ini terdapat dua hal yang akan dibahas, yaitu pelaksanaan dan proses pekerjaan pengerukan. Secara umum, pelaksanaan pengerukan antara lain

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan

Lebih terperinci

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN PLANNING TECHNIC MINE OUT DUMP PIT C IN COAL MINE AT PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE

Lebih terperinci

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

METODE TAMBANG BAWAH TANAH

METODE TAMBANG BAWAH TANAH METODE PENAMBANGAN METODE TAMBANG BAWAH TANAH SHRINKAGE STOPING PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 05 SUMBERDAYA AIR SUMBERDAYA ALAM Sumberdaya alam adalah semua sumberdaya, baik yang bersifat terbarukan (renewable resources) ) maupun sumberdaya tak terbarukan (non-renewable

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI

MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI MAKALAH PENGEBORAN DAN PENGGALIAN EKSPLORASI Disusun Oleh : ERWINSYAH F1B3 13 125 TEKNIK JURUSAN PERTAMBANGAN FAKULTAS ILMU TEKNOLOGI KEBUMIAN UNIVERSITAS HALUOLEO 2017 KATA PENGANTAR Dengan mengucap syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi serta industri saat ini diikuti dengan bertambahnya permintaan dari industri untuk bahan tambang ataupun mineral, salah satunya yaitu timah.

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian dan sumber data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, potensi bahan galian, visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Australia (BP.2014). Sebagian besar pertambangan batubara di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dalam dunia pertambangan batubara berada pada peringkat keempat sebagai penghasil batubara di dunia setelah Cina, Amerika Serikat dan Australia (BP.2014).

Lebih terperinci

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT

PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tambang (Mine Plan) Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga

BAB I PENDAHULUAN. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga dan emas terbesar di Indonesia saat ini. PT Freeport Indonesia menerapkan dua sistem

Lebih terperinci

Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah

Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah Kelompok 1 Ringkasan Tentang Biji Besi dan Timah Anggota kelompok Ahmad Ramdani Dea Reasty Millentino Namira Rikho mukhtar 1.Pengertian Biji Besi Bijih besi merupakan batuan yang mengandung mineral-mineral

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan (Design) Pit Ef Pada Penambangan Batubara di PT Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi

Lebih terperinci

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dan mineral, seperti batubara, timah, minyak bumi, nikel, dan lainnya. Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-6011-1999.

Lebih terperinci

Studi Kualitas Batubara Secara Umum

Studi Kualitas Batubara Secara Umum Rencana Pengolahan Studi Kualitas Batubara Secara Umum Hasil analisis batubara PT JFL-X dengan menitik beratkan pada parameter nilai panas dan carbon tertambat didaerah Kungkilan (Blok 1) memiliki nilai

Lebih terperinci

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,

Lebih terperinci

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN RISWAN 1, UYU SAISMANA 2 1,2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang pertambangan merupakan salah satu bidang usaha yang membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar

Lebih terperinci

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber

Lebih terperinci

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1.1 PENGANTAR 1. Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat ditambang dengan masukan dari geometri pit yang dihasilkan oleh program floating cone. 2.

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA SANGA SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA SANGA SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA SANGA SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan Institut

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG BAB 3 GEOLOGI SEMARANG 3.1 Geomorfologi Daerah Semarang bagian utara, dekat pantai, didominasi oleh dataran aluvial pantai yang tersebar dengan arah barat timur dengan ketinggian antara 1 hingga 5 meter.

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan perairan, biotis, udara dan ruang, mineral tentang alam, panas

Lebih terperinci