Banking Weekly Hotlist (20 Oktober 24 Oktober 2014)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Banking Weekly Hotlist (20 Oktober 24 Oktober 2014)"

Transkripsi

1 Banking Weekly Hotlist (20 Oktober 24 Oktober 2014) Senin, 20 Oktober 2014 China Siap Guyur Bank US$ 32,7 Miliar Bank Sentral China, People s Bank of China (PBOC) berencana untuk menyuntikkan dana sebesar 200 miliar Yuan atau sebesar US$ 32,7 miliar kepada 20 bank milik negara. Upaya pengguyuran ini dilakukan atas perintah Perdana Menteri Li Keqiang agar bank-bank China dapat memenuhi standar likuiditas dan sebagai upaya meningkatkan pinjaman. Kebijakan ini semakin memperkuat spekulasi investor bahwa pemerintah akan segera memangkas suku bunga deposito yang kini berada pada level 3%. Sebelumnya, PBOC juga melakukan kebijakan yang sama dengan menyuntikkan dana 500 miliar Yuan kepada 5 bank terbesar di China menyusul pengurangan stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve. Walaupun begitu, China menegaskan bahwa kebijakan ini bukan untuk menghindari kebijakan stimulus. Menanggapi hal tersebut, Louis Kuijs, Ekonom Royal Bank of Scotland Group Plc s, mengatakan kebijakan ini merupakan bentuk pelonggaran selektif yang dilakukan pemerintah China dan pihaknya yakin bahwa China masih akan menggunakan kebijakan ini apabila laju pertumbuhan ekonomi dibawah ekspektasi pemerintah. Pendapat ini diperkuat oleh Shen Jian-guang, ekonom Mizuho Securities, yang mengatakan bahwa sejak awal permasalahan perlambatan ekonomi menjadi perharian khusus Perdana Menteri Li Keqiang. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 Oktober 2014: 5) Bank BUKU II & BPD Dilirik Dana Pensiun Perusahaan dana pensiun tengah melirik penempatan pada Bank BUKU II dan BPD yang siap memberikan return deposito yang lebih tinggi. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Mandiri Tbk (DPLK Mandiri) saat ini sedang mengincar bank-bank yang mampu memberikan bunga double digit. Rudi Rahman, Direktur DPLK Mandiri mengatakan apabila bunga bank BUKU III dan BUKU IV sudah tak menarik lagi maka pihaknya akan pindah ke BUKU II namun tetap tidak akan ekstrim demi menjaga keamanan likuiditas. Lebih lanjutnya, pihaknya pun sudah beraliansi dengan PT Bank Mandiri Tbk bahwa akan terjadi pengalihan dana baik ke BUKU II maupun ke pasar modal. Adapun kalangan perbankan bank BUKU II, seperti Bank DKI mengungkapkan hinga pekan ketiga Oktober 2014, belum merasakan adanya pengaruh pembatasan suku bunga deposito

2 yang ditetapkan oleh OJK. Hingga Agustus 2014, modal inti Bank DKI tercatat Rp 3,76 triliun dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 19%. Berdasarkan data Bank Indonesia, DPK pada Agustus 2014 tercatat Rp 3.518,9 triliun dimana hampir setengahnya merupakan instrumen deposito. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 Oktober 2014: 24) Keuntungan Bank Tumbuh Melambat Laba bersih bank umum konvensional pada Agustus 2014 tercatat Rp 75 triliun, meningkat 6,08% dibandingkan Agustus 2013 (year on year/yoy). Walaupun mengalami pertumbuhan, namun kenaikan laba bersih pada bulan Agustus 2014 lebih rendah dibandingkan kenaikan laba bersih pada bulan sebelumnya yang mencapai 11,13% (yoy). Lebih lanjut, pada Agustus 2014 beban operasional pun meningkat sebesar 14,76% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kenaikan pendapatan operasional sebesar 12,13% (yoy). Menurut Lucky F. A. Hadibrata, Deputi Komisioner Manajemen Strategis OJK, kondisi perbankan saat ini masih cukup baik. Hal ini diindikasikan dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang masih tinggi sebesar 19,52%; dan Return on Assets (ROA) serta Net Interest Margin (NIM) yang masih terjaga pada level 2,9% dan 4,2%. Selain itu tingkat efisiensi perbankan pun cukup baik yang ditandai dengan rasio BOPO yang cukup tinggi di level 76,4%. Meskipun begitu, terdapat sejumlah tantangan bagi industri perbankan tahun ini, salah satunya mengenai perlambatan pertumbuhan kredit. Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK, mengakui kemungkinan bank umum ketegori BUKU III dan IV tidak dapat memenuhi target pertumbuhan kredir yang tertuang dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) Tahun Terget pertumbuhan kredit sebesar 15%-17% dirasakan sulit untuk dicapai karena kondisi ekonomi saat ini dimana debitur enggan untuk mencairkan kredit meskipun telah mendapat komitmen pinjaman dari bank. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 Oktober 2014: 24) Unit Syariah BPD Siap Akuisisi Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) yang kuat siap untuk mengakuisisi UUS BPD lain yang terkendala permodalan. Tony Sudjiaryanto, Direktur Agrobisnis dan Usaha Syariah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim) mengatakan saat ini UUS BPD yang memiliki modal yang cukup namun belum melakukan spin off (pemisahaan) adalah Bank Jatim, Bank Jateng, Bank DKI dan Bank Kaltim. Pihaknya mengaku siap melakukan upaya konsolidasi dengan UUS BPD lain dengan wilayah yang dekat dengan Bank Jatim.

3 Menurut aturan OJK, UUS BPD dapat melakukan spin off apabila BPD mempunyai modal minimum Rp 2,5 Triliun dan Bank Umum Syariah (BUS) wajib memiliki modal minimum sebesar 20% dari modal induk usaha atau sebesar Rp 500 miliar. Tony menambahkan bahwa saat ini UUS Bank Jatim telah memiliki modal inti diatas Rp 500 miliar dan tengah melakukan persiapan, seperti SDM dan teknologi serta aktif melakukan sosialisasi menjelang spin off. Pemisahan ini dijadwalkan dilakukan pada tahun Dalam 3 tahun mendatang, pihaknya berencana untuk membuka 3 kantor cabang khusus layanan syariah di wilayah Malang, Gresik dan Madiun. Penambahan ini merupakan upaya untuk mendorong lending dan funding syariah. Sementara itu, Bank DKI justru belum memiliki rencana terkait akuisisi UUS BPD lain. Mulyatno, Direktur Korporasi dan Syariah Bank DKI mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya sedang fokus memperkuat kinerja UUS terlebih dahulu menjelang pemisahan pada tahun Selain itu, Tony juga mengatakan bahwa pihaknya tidak ingin terburu-buru melakukan spin off karena berdasarkan pengalamannya beberapa bank syariah justru mencatatkan kinerja yang buruk setelah melakukan spin off. (Sumber: Bisnis Indonesia, 20 Oktober 2014: 24) Selasa, 21 Oktober 2014 LDR Kembali Diutak-atik Perhitungan Loan to deposit Ratio (LDR) dipandang sebagai salah satu penyebab melemahnya pertumbuhan kredit perbankan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Agustus 2014, LDR tercatat sebesar 90,63%. Persentase LDR yang semakin mendekati batas atas ini menyebabkan perbankan sulit untuk lebih ekspansif dalam penyaluran kredit. Ryan Kiryanto, Ekonom PT BNI Tbk mengatakan ekspansi kredit dapat dilakukan apabila LDR diubah menjadi Loan to Funding Ratio (LFR) dimana surat utang di bank dimasukkan kedalam komponen Dana Pihak Ketiga (DPK). Alternatif lain, batasan atas LDR diubah dari 92% menjadi 100%. Perhitungan LDR saat ini cenderung menyulitkan perbankan dalam melakukan fungsi intermediasinya. Ryan juga menambahkan, nilai NPL perbankan yang tinggi disebabkan oleh melemahnya perekonomian khususnya ekspor. Permintaan ekspor yang menurun dari negara lain menyebabkan permintaan kredit ekspor pun ikut menurun. Sebelumnya, Bank Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit perbankan tahun ini pada kisaran 15%-17%. Namun kalangan perbankan memperkirakan pertumbuhan kredit akan lebih rendah dari target Bank Indonesia. Kalangan perbankan memproyeksikan pertumbuhan kredit tahun ini hanya akan mencapai 14,4%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2014: 19)

4 Ekses Likuiditas Jadi Bekal Bank Berdasarkan Survei Perbankan Kuartal III/2014, ekses likuiditas perbankan tercatat Rp 586,85 triliun, meningkat Rp 44,3 triliun dibandingkan Kuartal II/2014 sebesar Rp 542,55 triliun. Adapun berdasarkan komposisinya, penempatan ekses likuiditas perbankan terbanyak pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 412,96 triliun atau 70,37% dari total ekses likuiditas. Selain itu, penempatan lainnya dilakukan pada Fasilitas Simpanan Bank (Fasbi) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) masing-masing sebesar Rp 96,34 triliun dan Rp 77,55 triliun. Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk mengungkapkan hingga September 2014 kelebihan likuiditas perseroan mencapai Rp 25 triliun dan kelebihan tersebut ditempatkan pada instrumen likuid lainnya. Sementara itu, PT Bank danamon yang mencatat Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 91,34% pada kuartal III/2014 memilih menempatkan ekses likuiditas ke SBI. Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengungkapkan bahwa faktor utama pelonggaran likuiditas ini bersifat musiman. Irwan juga menambahkan bahwa ekses lukuiditas kebanyakan mengalir ke Bank Pembangunan Daerah (BPD) atau bank-bank lain milik pemerintah. Di sisi lain untuk mendorong perekonomian, OJK siap untuk membentuk lembaga pembiayaan infrastruktur. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengharapkan dengan adanya lembaga pembiayaan infrastruktur, industri keuangan dapat semakin berkontribusi pada pembangunan nasional. Senada dengan OJK, Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengungkapkan Bank Pembangunan Infrastruktur (BPI) sangat diperlukan untuk membiayai proyek infrastruktur dan investasi jangka panjang. Pembangunan infrastruktur yang baik akan mendorong Indonesia keluar dari negara berpendapatan menengah. Namun, Budi Gunandi sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan bahwa perbankan memiliki keterbatasan dalam membiayai proyek infrastruktur dan investasi jangka panjang. Lebih lanjutnya, pihaknya mengakui bahwa perbankan hanya mampu membiayai kebutuhan dana untuk jangka pendek. (Sumber: Bisnis Indonesia, 21 Oktober 2014: 20)

5 Bunga Deposito Turun, LPS Kaji Penurunan LPS Rate Seiring dengan tren penurunan suku bunga deposito perbankan akibat kebijakan pembatasan suku bunga depostio oleh OJK, LPS akan mengkaji penurunan suku bunga penjaminan (LPS Rate). Samsu Adi Nugroho, Sekretaris Lembaga LPS, mengungkapkan pihaknya tengah memantau tingkat Suku Bunga Pasar (SBP) sebagai dasar perubahan LPS Rate. Samsu menambahkan pihaknya cenderung follow the market bukan lead the market seperti BI rate. Penyesuaian ini dilakukan untuk memenuhi ketentuan penjaminan. Hingga Juli 2014, total rekening yang dijamin LPS mencapai 152,6 juta atau 99,8% dari total rekening. M. Doddy Ariefianto, Kepala Divisi Manajemen Resiko dan Sistem Keuangan LPS, memperkirakan suku bunga deposito akan naik namun terbatas. Pihaknya menambahkan kenaikan mulai melambat, di kuartal III bunga deposito naik 20 basis poin. Sebelumnya di kuartal I dan II, bunga deposito naik masing-masing 50 basis poin. Sementara itu, kelompok bank BUKU I sudah melakukan penurunan suku bunga deposito mengikuti BUKU III dan IV, seperti contoh PT Bank Dinar Indonesia Tbk. Hendra Lie, Direktur Utama PT Bank Dinar Indonesia Tbk, mengungkapkan bank telah menurunkan suku bunga deposito antara basis poin dan saat ini bunga deposito sudah berada di bawah 10%. Penurunan ini, diperkirakan menggerus NIM karena bank belum dapat menurunkan suku bunga kredit. (Sumber: Indonesia Finance Today, 21 Oktober 2014: 8) Bank Masih Bersabar untuk Mengejar Margin Tebal Kebijakan pembatasan suku bunga deposito oleh OJK diperkirakan akan meningkatkan NIM perbankan pasalnya bank belum akan menurunkan bunga kredit. Menanggapi hal ini Vera Lim, Direktur Keuangan PT Bank Danamon Indonesia Tbk, mengungkapkan bahwa bunga simpanan akan turun lebih cepat dibandingkan bunga kredit, sehingga NIM akan bergerak naik. Kebijakan pembatasan suku bunga deposito akan berdampak pada penurunan biaya dana, sehingga kebijakan ini berpotensi meningkatkan NIM sebesar basis poin. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Hadi Sukrianto, Direktur Utama PT Bank Jatim Tbk. Menurutnya pada akhir tahun, perolehan margin bank akan tetap tebal karena pihaknya cenderung menyalurkan kredit mikro dan konsumer yang memiliki yield yang cukup tinggi dan resiko yang rendah. Selain itu, bank akan menahan tingkat bunga untuk menjaga margin. Adapun hingga September 2014, NIM Bank Jatim tercatat 7,07%, meningkat 15 basis poin. PT Bank BRI Tbk pun optimis pihaknya akan mencapai NIM di atas 8% pada akhir tahun. Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI,

6 mengatakan bank tetap fokus pada kredit mikro dengan margin yang cukup tinggi. Adapun bunga dasar kredit mikro PT BRI Tbk mencapai 19,25%. Kombinasi penurunan bunga deposito dan tingkat bunga kredit yang stabil akan meningkatkan NIM PT BRI Tbk menjadi 8,25% - 9%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 21 Oktober 2014: 8) Rabu, 22 Oktober 2014 Bankir Andalkan Pendapatan Nonbunga Perlambatan fungsi intermediasi perbankan seiring dengan tertekannya margin bunga bersih mendorong perbankan untuk lebih menstimulus pendapatan nonbunga untuk meningkatkan keuntungan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia bulan Agustus 2014, pendapatan operasional nonbunga mencapai Rp 102,61 triliun, meningkat 12,11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Adapun pendapatan bunga masih tumbuh lebih tinggi yaitu 14,05% (yoy) ke posisi Rp 177,77 triliun. Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan bahwa ekspektasi pendapatan nonbunga ini masih sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB). Pada Agustus 2014, pendapatan operasional selain bunga PT Bank Mandiri Tbk tercatat 9 triliun, meningkat 6,13% (yoy). Pertumbuhan ini cenderung masih lambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 11,5% (yoy). Sementara itu, pendapatan operasional selain bunga PT Bank Danamon Tbk hingga September 2014 mencapai Rp 5,04 triliun, tumbuh 68% (yoy), namun pendapatan operasional selain bunga konsolidasi justru menurun 6,47% menjadi Rp 3,9 triliun. Vera Eve Lim, Direktur PT Bank Danamon Tbk, mengungapkan kontraksi pendapatan operasional selain bunga konsolidasi ini dikarenakan pembagian deviden dari anak perusahaan. Juniman, Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk mengatakan saat pendapatan bunga bersih tertekan, bank dapat meningkatkan fee based income untuk menjaga pertumbuhan laba. Peningkatan fee based income dapat melalui peningkatan inovasi produk dan treasury. Lebih lanjut, BUKU III dan IV akan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam meningkatkan fee based income karena telah memiliki banyak jaringan. PT BNI Tbk sebelumnya mentargetkan fee based income sebesar Rp 500 miliar dari bisnis jasa layanan transaksional bank kepada korporasi dan hinga September 2014 reliasasi tersebut sudah mencapai 75% atau Rp 375 miliar. Iwan Kamaruddin, Pimpinan Divisi Jasa Transaksional Perbankan PT BNI Tbk mengungkapkan pihaknya telah bekerjasama dengan banyak korporasi yang memiliki nasabah ritel untuk pengelolaan cash management. Sementara itu, Juniman menambahkan untuk BUKU I dan II masih sulit mendorong pendapatan nonbunga dan masih harus berfokus pada pertumbuhan laba. Senada dengan pendapat Juniman, PT Bank Capital Indonesia yang merupakan kategori bank BUKU I tercatat mengalami

7 penurunan pendapatan nonbunga hingga 65,9% (yoy) dari Rp 76,05 miliar pada September 2013 menjadi Rp 25,86 miliar pada September (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 3) 7 Bank Diincar Investor Asing Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui saat ini bank asing berminat untuk mengambil 7 bank yang diwajibkan divestasi oleh OJK. Sebelumnya OJK memberikan 2 pilihan kepada tujuh bank tersebut yakni melakukan divestasi dengan menjual sahamnya dalam jangka waktu 5 tahun ke depan atau mencari mitra strategis untuk memperbaiki kinerjanya. Ketujuh bank tersebut sudah masuk dalam kategori tiga atau cukup sehat. Hal ini didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/8/PBI/2012 tentang kepemilikan saham Bank Umum dimana disebutkan bank yang memiliki tingkat kesehatan dan Good Corporate Governance (GCG) dengan peringkat komposit (PK) tiga, empat dan lima diwajibkan melakukan perbaikan kesehatan. Terkait minat dari perbankan asing, Irwan Lubis, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK, mengatakan saat ini OJK akan bertindak selektif karena pihaknya ingin mendorong perbankan nasional melalui upaya konsolidasi. Upaya ini juga sejalan dengan rancangan masterplan industri jasa keuangan yang tengah dipersiapkan oleh OJK. Konsolidasi akan menjadi poin penting yang akan diatur dalam cetak biru industri keuangan. Selain itu, pertimbangan konsolidasi seperti ukuran dan volume bank di Indonesia pun akan lebih lanjut dipaparkan dalam Masterplan Jasa Keuangan Indonesia (MPJKI) yang dalam waktu dekat akan dirilis oleh OJK. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 19) Kinerja Lesu, Saham Bank Melaju Pelemahan industri perbankan pada tahun 2014 tidak berdampak pada pergerakan saham di sektor ini. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pergerakan harga saham sektor finansial yang lebih banyak didominasi oleh perbankan tahun 2014 justru menunjukkan performa yang baik. Pertumbuhan sektor finansial tercatat 28,91% dari level 538,52 pada tanggal 2 Januari menjadi 694,24 pada tanggal 20 Oktober Kenaikan ini terutama bersumber dari bank berkapitalisasi besar, seperti PT BRI Tbk (BBRI) dan PT BCA Tbk (BBCA). Harga saham kode BBRI naik sebesar Rp dari Rp menjadi Rp Selain itu, harga saham kode BBCA juga meningkat sebesar Rp dari Rp menjadi

8 Kondisi ini berbanding terbalik dengan tahun lalu dimana kinerja perbankan menunjukkan performa yang baik namun pergerakan harga saham cenderung menurun. Laju pertumbuhan harga saham tahun lalu (2 Januari oktober 2013) tercatat 6,07% dari level 553,09 menjadi 586,63. Padahal tahun lalu, industri perbankan tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun ini, sebagai contoh pada pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit tahun lalu (Agustus 2013) mencapai 22,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun ini (Agustus 2014) yang mencapai 13,93% (yoy). Begitu pula dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada tahun lalu mencapai 15,28% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun ini yang mencapai 12,08% (yoy). Pergerakan harga saham juga berbanding terbalik dengan sentimen pelaku perbankan. Berdasarkan survei Bank Indonesia, sejumlah kalangan memperkirakan akan terjadi perlambatan pertumbuhan kredit dan DPK bahkan hingga akhir tahun Sonny John, Analis UOB KayHian Securities, memperkirakan pertumbuhan kredit tahun ini akan terjadi perlambatan yakni dibawah 20% seiring nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang telah mencapai batas atas. Sonny John nenambahkan indikator Return on Equity (ROE) dan Return On Asset (ROA) akan tertekan hingga 3-5 tahun ke depan seiring dengan mengecilnya NIM. Namun akan terjadi penguatan dari sisi permodalan dan rasio kredit bermasalah masih dapat dijaga. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 19) Bank UMKM Disuntik Rp 200 Miliar Sejalan dengan rencana Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk membentuk bank khusus pertanian, pihaknya menambah modal pembentukan divisi khusus pembiayaan pertanian Bank UMKM sebesar Rp 200 Miliar. Soekarwo, Gubernur Provinsi Jawa Timur,mengungkapkan bahwa hal ini telah mendapatkan pertimbangan dari OJK. Terkait pembentukan divisi khusus pertanian, pihaknya menambahkan bahwa teknis pembentukan divisi khusus pertanian tidak sulit hanya perlu dibahas dan disepakati di tingkat pemegang saham dengan konsultasi dengan OJK. Adapun pola bisnis yang dijalankan sama dengan kredit UMKM selama ini tetap memperhatikan kelayakan usaha dan bunga yang dikenakan atas pinjaman sebesar 6%. Upaya ini diperkirakan mampu memperbesar kapitalisasi pertanian, sehingga kontribusinya terhadap ekonomi daerah dapat berkembang signifikan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 19)

9 Bank Indonesia Permudah Kliring Kredit Bank Indonesia saat ini sedang mengembangkan sistem pembayaran generasi II untuk mempermudah kliring kredit, bahkan di tingkat Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Yosefin Tyas Emmy, Kepala Sistem Pembayaran Bank Indonesia Wilayah IV Surabaya, pengembangan sistem pembayaran ini dilakukan untuk mempermudah layanan perbankan, sehingga apabila sistem ini sudah berjalan maka transfer antar BPR dapat mendekati riil. Saat ini kliring masih harus ke bank induk dan dibagi kedalam empat sesi, sehingga memerlukan waktu 2 jam. Dengan adanya sistem ini, proses kliring dapat mendekati Real Time Gross Setlement (RTGS). Selain itu, sistem ini pun dapat meningkatkan keamanan, menyesuaikan dengan kode transfer dunia dan merancang integrasi dengan perusahaan penyelenggara transfer dana. Saat ini, sistem kliring ini sedang dimatangkan oleh Bank Indonesia, terkait soal mekanisme dan status kepersertaan BPR dan BPD. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 19) CIMB Niaga Pacu Dana Murah Menjelang akhir tahun, PT Bank CIMB Niaga saat ini tengah memacu perolehan dana murah dengan menyasar kelas menengah melalui produk tabungan bernama On Account. Budiman Tanjung, Head of Preferred, Private, Wealth Management and Consumer Liabilities Business Bank CIMB Niaga, mengatakan produk ini menyasar kelas menengah dengan usia tahun dan mengutamakan kemudahan bertransaksi menggunakan teknologi. Produk ini ditargetkan mampu menarik 100 ribu nasabah dalam 12 bulan sejak produk diluncurkan dan perseroan dapat memperoleh dana sekitar Rp 500 miliar. Untuk mencapai target tersebut, perseroan mengandalkan berbagai fitur dan promo seiring dengan gaya hidup modern. Berdasarkan laporan keuangan pada semester I 2014, CIMB Niaga berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 160 triliun, meningkat 12,5% (yoy). Adapun perusahaan menargetkan pertumbuhan DPK mencapai 15% hingga akhir tahun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 20) Seleksi Alam Bisnis Uang Elektronik Walaupun telah memberikan izin kepada 18 penerbit uang elektronik, namun hanya sedikit pelaku perbankan yang benar-benar terjun ke dalam bisnis ini. Tingginya nilai investasi dan belum terbukanya peluang pendapatan merupakan kendala utama bisnis ini. Bisnis uang elektronik membutuhkan investasi jangka panjang yang besar, seperti membangun back office

10 dan infrastruktur seperti electronic data capture (EDC) di jaringan merchant yang diajak kerjasama. Semakin banyak merchant yang bekerjasama maka akan semakin besar pula dana investasi yang harus dikeluarkan. Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel PT BNI Tbk menyebutkan telah mengeluarkan dana sebesar Rp 60 Miliar untuk mengembangkan sistem back office dan biaya promosi. Sementara itu, dana yang dikelurkan PT BCA Tbk mencapai Rp 50 miliar. Hal yang sama diakui oleh Eko Budiwiyono, Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta. Menurut Eko, nilai investasi yang tinggi merupakan kendala utama perseroan. Sejauh ini persebaran uang elektronik Bank DKI baru sampai di jaringan Transjakarta dan sejumlah rekanan ritel. Selain dari kalangan perbankan, perusahaan telekomunikasi pun menghadapi tantangan bisnis uang elektronik. Basis pelanggan yang besar tidak menjadi jaminan bisnis uang elektronik akan berhasil karena sejumlah pelanggan belum nyaman dalam melakukan transfer uang melalui rekening telepon. Bank Indonesia sebagai regulator uang elektronik belum memberikan celah untuk meraup pendapatan. Pasalnya Bank Indonesia tidak menyetujui para penerbit untuk mengutip biaya transaksi dan biaya pengisian ulang (top up) kecuali dilakukan di luar jaringan. Tujuan utama bisnis uang elektronik ini adalah mengurangi penggunaan uang tunai. Apabila penerbit memberikan biaya, maka akan mengurangi penggunaan uang elektronik dan masyarakat akan kembali menggunakan uang tunai. Bank Indonesia mempercayai kunci sukses bisnis ini adalah volume. Semakin besar volume uang elektronik, maka potensi uang yang diendapkan dan belum terpakai juga besar. Oleh karena itu, penerbit dapat memanfaatkan pengendapan uang tersebut dengan menyimpannya pada instrumen investasi jangka pendek. Hingga Agustus, Bank Indonesia mencatat nominal transaksi rata-rata uang elektronik mencapai Rp 261 miliar perbulan atau Rp 8,4 miliar per hari. Pencapaian tersebut dinilai kurang memuaskan karena masih memerlukan inovasi produk, penentuan target pasar dan strategi yang lebih menarik. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 20) Transaksi Kartu Mulai Meningkat Menjelang akhir tahun transaksi menggunakan kartu debet semakin meningkat. Pada September 2014, jumlah transaksi menggunakan kartu debet mencapai 344,5 juta kali dengan nominal sebesar Rp 379 triliun. Adapun nominal transaksi paling tinggi terjadi pada bulan Juli 2014 dengan nilai Rp 410 triliun. Sementara itu untuk transaksi menggunakan kartu kredit tercatat Rp 21,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan Agustus yang mencapai Rp 21,5 triliun. Laksono, Card Business Group Head PT Bank Internasional Indonesia, mengatakan kenaikan transaksi baik menggunakan kartu debet maupun kredit cenderung mengikuti siklus. Pasca lebaran transaksi cenderung menurun, namun menjelang akhir tahun transaksi akan naik kembali sejalan dengan meningkatnya permintaan menjelang tahun baru dan hari raya. Walaupun begitu, penggunaan kartu kredit masih akan dibayangi oleh aturan pembatasan kartu dan kemungkinan tahun 2015 akan terjadi kontraksi. Selain itu penggunaan PIN pada

11 kartu kredit pun akan berpengaruh, apalagi sosialisasi kepada masyarakat belum menyeluruh. Boyke Yurista, Senior Vice President Consumer Cards Group PT Bank Mandiri Tbk, mengungkapkan bahwa penggunaan kartu kredit di Bank Mandiri terus meningkat pada akhir tahun seiring dengan digelarnya sejumlah program baru. Siklus ekonomi di akhir tahun pun diyakini akan mendorong penggunaan uang elektronik atau e-money. Walaupun sempat menurun pada Agustus 2014, transaksi e-money kembali meningkat pada September Nilai transaksi menggunakan e-money pada September 2014 mencapai Rp 305,5 miliar. Rosmaya Hadi K, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI, menharapkan penetrasi uang elektronik semakin meluas di masyarakat sehingga dapat mengurangi pengunaan uang tunai. (Sumber: Bisnis Indonesia, 22 Oktober 2014: 20) Likuiditas Mulai Longgar Pada Agustus 2014, likuiditas perbankan semakin longgar terlihat dari indikator LDR yang menurun dibandingkan bulan Sebelumnya. LDR tercatat 90,63%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 92,19%. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Agustus 2014, tercatat pinjaman yang disalurkan perbankan kepada pihak ketiga bukan bank mencapai Rp triliun, sedangkan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan mencapai Rp triliun. Likuiditas perbankan yang mulai longgar ini dikarenakan melambatnya pertumbuhan kredit dan tumbuhnya DPK. Pertumbuhan kredit per Agustus 2014 mencapai 14,06% dibandingkan Agustus 2013 (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan bulan Juli 2014 yang mencapai 15,44% (yoy). Sementara itu, Pertumbuhan DPK justru mengalami peningkatan dari 11,87% (yoy) pada bulan Agustus 2014 menjadi Rp 11,05% pada bulan Juli Bank Indonesia mengungkapkan LDR berada pada kisaran yang aman yakni 78-92%. Walaupun begitu, ada beberapa kelompok bank yang memiliki LDR lebih besar dari 92%, yakni bank asing konvensional sebesar 143,86% dan bank campuran konvensional sebesar 132,62%. Berdasarkan survei yang dilakukan Bank Indonesia, kalangan perbankan memproyeksikan pertumbuhan kredit pada triwulan IV/2014 akan sekitar 14,4%. Sigit Pramono, Ketua Umum Perbanas, mengungkapkan bahwa rendahnya pertumbuhan kredit karena calon debitur masih menahan diri menunggu perkembangan perekonomian ke depan. Kinerja pemerintah minimal dalam 100 hari akan menjadi patokan arah perekonomian kedepannya. A. Prasetyantoko, Pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya, mengungkapkan perbankan akan lebih memilih menahan laju kredit karena sulit mengharapkan pertumbuhan DPK secara kontinu. (Sumber: Kompas, 22 Oktober 2014: 20)

12 Menunggu Pekan Ketiga November 2014 Walaupun sudah ditetapkan sebagai pemenang PT Bank Mutiara Tbk, J Trust Co Ltd tetap harus menjalani uji kepatuhan dan kelayakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator perbankan di Indonesia. Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, mengungkapkan uji kepatuhan dan kelayakan yang akan dilakukan sama seperti uji dalam pembelian bank lainnya. Uji tersebut akan dilakukan dengan wawancara untuk melihat kesungguhan dan keseriusan pembelian Bank Mutiara. Adapun batas waktu hasil uji keluar pada tanggal 20 November Samsu Adi, Sekretaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengatakan sesuai dengan Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS, proses penjualan saham Bank Mutiara harus sudah tuntas pada pekan ketiga bulan November Adapun mengenai harga Bank Mutiara, pihaknya mengatakan saat ini harga rata-rata bank di Indonesia sekitar 3,2 kali nilai buku. Jika dihitung, dengan ekuitas per Desember 2013 sebesar Rp 1,3 triliun, maka harga Bank Mutiara sekitar Rp 4,16 triliun. Namun bisa saja Bank Mutiara terjual dengan harga 3,5-4 kali nilai buku yakni sekitar Rp 4,55 triliun Rp 5,2 triliun. Pengambilalihan saham juga sudah disetujui oleh pemegang saham Bank Mutiara dan saat ini sedang menunggu hasil uji kepatuhan dan kelayakan terhadap J trust. Diharapkan dengan pengambilalihan ini, pemilik baru dapat mengembangkan Bank Mutiara. (Sumber: Kompas, 22 Oktober 2014: 20) Kamis, 23 Oktober 2014 Kredit Meningkat, Laba BRI Tumbuh 19 Persen Laba PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk pada Triwulan III 2014 tercatat Rp 18,12 triliun, meningkat 19% (year on year/yoy) dibandingkan posisi Triwulan III 2013 sebesar Rp 15,23 triliun. Sofyan Basir, Direktur Utama PT BRI Tbk, mengatakan pertumbuhan laba disebabkan oleh peningkatan kredit yang terjadi pada hampir semua segmen. Pada akhir September 2014, total kredit tercatat Rp 464,19 triliun, meningkat 12,32% dibandingkan posisi September 2013 sebesar Rp 148,43 triliun. Segmen pertumbuhan kredit mikro mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,8% (yoy). Peningkatan laba terjadi saat posisi LDR sebesar 85,29%. Hingga akhir tahun, diperkirakan pertumbuhan laba masih akan terjadi. Untuk meningkatkan pertumbuhan laba, PT BRI Tbk berupaya untuk meningkatkan kredit dan LDR hingga mencapai 90% karena likuiditas masih akan tetap aman. Dari sisi pendanaan, DPK PT BRI Tbk tercatat Rp 54,27 triliun, tumbuh 19,7% (yoy). Peningkatan DPK terutama bersumber dari peningkatan

13 rekening tabungan selama setahun sebesar 10 juta rekening. Hingga triwulan III 2014, total rekening PT BRI Tbk mencapai 46,52 triliun. Berbeda halnya dengan PT BRI Tbk, PT Bank Internasional Indonesia Tbk justru mengalami penurunan laba. Laba bersih kumulatif Januari-September 2014 setelah pajak dan kepentingan non-pengendali PT BII Tbk tercatat Rp 340 miliar, menurun dibandingkan kumulatif tahun lalu yang mencapai Rp triliun. Sementara itu laba sebelum pajak tercatat Rp 478 miliar. Taswin Zakaria, Presiden Direktur BII, mengatakan penurunan terjadi karena provisi yang lebih tinggi untuk beberapa nasabah korporasi dan tekanan terhadap margin bunga yang turun dari 5,11% ke 4,63%. Adapun penurunan margin bunga tersebut terjadi karena peningkatan biaya dana akibat pengetatan likuiditas perbankan. (Sumber: Kompas, 23 Oktober 2014: 20) Laba Bersih BRI Bakal Tembus Rp 24 Triliun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk optimis akan meraih laba bersih hingga Rp 24 triliun sepanjang tahun ini. Hingga triwulan III 2014, perseroan mampu meraih laba sebesar Rp 18,12 triliun, meningkat 19% dibandingkan tahun lalu. Sofyan Basir, Direktur Utama PT BRI Tbk, berharap pada akhir tahun perseroan dapat mencapai target laba tersebut. Adapun target pertumbuhan kredit pertumbuhan mencapai 15%. Hingga September 2014, BRI sudah menyalurkan kredit sebesar Rp 464,19 triliun, naik 12,32% (yoy). Segmen mikro masih mendominasi penyaluran kredit. Hingga September 2014, penyaluran kredit mikro tercatat Rp 148,43 triliun, meningkat 15,8% (yoy). Adapun jumlah nasabah kredit mikro tercatat 7,1 juta. Peluang memacu kredit diperkirakan masih tinggi seiring dengan LDR yang baru mencapai 85,29%. Hingga Kuartal III 2014, total DPK yang berhasil dihimpun sebesar Rp 544,27 triliun, meningkat 19,7% (yoy). Berdasarkan komposisi DPK, tabungan mencapai Rp 211,11 triliun, deposito sebesar Rp 254,07 triliun dan giro tercatat Rp 79,09 triliun. Adapun posisi NPL gross BRI per September 2014 tercatat 1,89%, di bawah rata-rata industri yang mencapai 2,31% per Agustus Performa yang baik juga ditunjukkan dari pencapaian NIM sebesar 8,78%. Achmad Baiquni, Direktur Keuangan BRI, mengungkapkan kenaikan NIM disebabkan oleh meningkatnya porsi penyaluran kredit ke sektor-sektor potensial dengan yield yang tinggi. Menurutnya, BRI sempat menaikkan suku bunga di tengah kenaikan cost of fund akibat suku bunga bergerak naik. Suku bunga kredit korporasi, menengah dan konsumer naik dengan rentang 50 bps hingga 100 bps, namun tidak ada kenaikan suku bunga pada kredit mikro. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2014: 1)

14 Deposito Syariah Lebih Kompetitif Pembatasan suku bunga deposito oleh OJK kepada perbankan konvensional berdampak positif pada perbankan syariah. Pasalnya akibat kebijakan tersebut likuiditas perbankan syariah menjadi membaik. Teguh Saptono, Direktur Bisnis PT BNI Syariah, mengungkapkan produk deposito syariah dengan menggunakan prinsip bagi hasil lebih kompetitif. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2014, DPK perseroan telah mencapai Rp 13,50 triliun, meningkat 30,07% (year on year/yoy). Berdasarkan data dari BNI Syariah, tingkat bagi hasil atau nisbah untuk deposito jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan masing-masing sebesar 49%, 51%, 53% dan 55%. Menurut Taufik Machrus, Sekretaris Perusahaan PT Bank Syariah Mandiri, simpanan dalam bentuk deposito paling tinggi dan mendorong Financing to Deposit Ratio (FDR) perseroan ke level 85,68% pada September Hingga September 2014, DPK tercatat Rp 57,57 triliun, meningkat 6,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Tingginya pertumbuhan DPK terutama berasal dari pertumbuhan deposito sebesar 12,75% (yoy) dan mendorong deposito ke posisi Rp 30,68 triliun hingga September (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2014: 24) Aset Bank DKI dan BII Melesat Kredit yang tetap tinggi seiring dengan pertumbuhan DPK mendorong sejumlah bank berhasil mendorong asetnya ke level yang lebih tinggi, seperti PT Bank DKI dan PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Hingga September 2014, posisi aset Bank DKI mencapai Rp 37,51 triliun, meningkat 22,41% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy). Adapun perolehan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran kredit tumbuh masing-masing sebesar 15,30% (yoy) dan 28,02% (yoy). Kenaikan ini mendorong laba Bank DKI mencapai Rp 665 miliar, meningkat 8,13% (yoy). Eko Budiwiyono, Direktur Utama PT Bank DKI mengungkapkan bahwa pertumbuhan kredit Bank DKI berada di atas rata-rata pertumbuhan kredit bank nasional. Hal ini dikarenakan terdapat potensi captive market masih perlu dioptimalkan, seperti pembiayaan pembangunan atau infrastruktur. Permodalan Bank DKI yang semakin meningkat mendorong BMPK, sehingga plafon pembiayaan kepada debitur pilihan juga meningkat. Indikator-indikator kesehatan lainnya juga menunjukkan perbaikan. Rasio NPL gross membaik dari 2,79% pada September 2013 menjadi 2,36% per September 2014, sedangkan NPL net tercatat 1,32%, lebih rendah dibandingkan per September 2013 sebesar 1,95%. Indikator ROA, ROE dan BOPO pun masih cenderung terjaga pada levelnya yaitu masing-masing tercatat 2,77%, 20,55% dan 74%. Kendati demikian, Eko menambah bahwa akan terjadi kekhawatiran pengetatan likuiditas di masa mendatang, khususnya yang bersumber dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

15 Sementara itu, PT Bank Internasional Indonesia (BII) tercatat mengalami peningkatan aset sebesar 11% menjadi Rp 104,6 triliun per September BII juga berhasil mencatatkan laba setelah pajak dan kepentingan non pengendali sebesar Rp 340 miliar. Peningkatan laba ini terjadi setelah ada peningkatan provisi untuk beberapa nasabah korporasi dan tekanan terhadap Net Interest Margin (NIM). Pendapatan operasional sebelum provisi mencapai Rp 2,05 triliun, sementara portofolio kredit mencapai Rp 104,6 triliun dengan simpanan nasabah sebesar Rp 103,6 triliun. Terjadi peningkatan signifikan pada simpanan syariah yakni sebesar 84% (yoy) menjadi Rp 3,5 triliun per September Secara umum, hingga September 2014, CAR BII mencapai 14,07% dengan modal sebesar Rp 16,4 triliun. Menurut Sri Adiningsih, Ekonom Universitas Gajah Mada, mengatakan kalangan perbankan harus kembali memacu pertumbuhan kredit sebesar 20% demi tercapainya target pertumbuhan sebesar 7%-8% pada tahun Hal ini didasari bahwa sektor perbankan masih menjadi sumber pendanaan utama di Indonesia. Pertumbuhan kredit yang saat ini dirasakan tidak terlalu tinggi disebabkan oleh adanya pengalihan dana ke pasar modal. Aktifnya dana yang masuk ke pasar modal akan mengurangi tekanan terhadap perbankan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), Indonesia memang sempat mencatatkan pertumbuhan kredit di atas 20% tahun lalu, namun pada tahun 2014 ini dirasakan pertumbuhan kredit tidak akan seagresif tahun lalu karena adanya kebijakan Bank Indonesia yang membatasi laju pertumbuhan kredit sebesar 15%-17% dan tekanan ekonomi yang memperlemah fungsi intermediasi perbankan. Sejalan dengan pendapat Sri Adiningsih, survei perbankan triwulan III 2014 menunjukkan pesimisme di kalangan perbankan bahwa pertumbuhan kredit akan berada dibawah target BI. (Sumber: Bisnis Indonesia, 23 Oktober 2014: 24) Jumat, 24 Oktober 2014 Bank Mandiri Tidak Agresif PT. Bank Mandiri Tbk mengaku tidak akan agresif dalam menyalurkan kredit dan memupuk laba. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian yang masih cenderung sulit. Budi G. Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, mengungkapkan saat ini perseroan masih akan fokus mengutamakan likuiditas, manyalurkan kredit berkualitas dan memelihara margin. Hingga triwulan III 2014, pertumbuhan laba Bank Mandiri tercatat 12,9% (yoy) menjadi Rp 14,3 triliun. Pertumbuhan laba ini ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 12,4% (yoy) menjadi Rp 506,5 triliun hingga triwulan III Berdasarkan sektoral, penyaluran ke sektor produktif sebesar Rp 389,4 triliun atau meningkat 14,3% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK tercatat 14,9% ke level Rp 590,9 triliun. Budi menambahkan hal ini merupakan hal yang menggembirakan bagi Bank Mandiri, pasalnya perseroan dapat meningkatkan DPK ditengah ketatnya likuiditas yang

16 melanda perbankan nasional. Adapun LDR Bank Mandiri tercatat 85,31%. Lebih lanjut, Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan dan Strategis Bank Mandiri, memperkirakan pertumbuhan kredit akan mencapai 15%-17% pada akhir tahun ini. Adapun pada tahun 2015, perseroan memperkirakan pertumbuhan akan lebih tinggi namun kurang dari 20%. (Sumber: Kompas, 24 Oktober 2014: 19) Akses harus dipermudah Rasio kredit per PDB Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya. Rasio kredit per PDB Indonesia saat ini sekitar 36,24%, jauh berada di bawah Malaysia dengan rasio kredit per PDB sebesar 122% dan Thailand sebesar 103%. Darmin Nasution, Ketua Dewan Penasehat Mandiri Institute, mengatakan kondisi ini disebabkan oleh rendahnya akses masyarakat terhadap layanan keuangan formal. Sekitar 48% dari total penduduk Indonesia belum mendapatkan akses kepada layanan keuangan. Lebih lanjut dari jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas, hanya sekitar 20% yang sudah mendapatkan akses layanan keuangan. Persentase ini lebih rendah dibandingkan Malaysia dan Thailand yang masing-masing tercatat 63% dan 77%. Darmin menambahkan dengan meningkatkan akses layanan keuangan kepada masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi pun akan lebih optimal. Oleh karena itu, Bank Indonesia dan OJK tengah menggalakkan program layanan keuangan digital dan Branchless Banking. Budi G. Sadikin, Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk mengungkapkan bahwa peningkatan akses layanan keuangan harus didukung oleh ekosistem. Seperti contoh, andil PT Bank Mandiri Tbk dan PT BRI Tbk dalam menyalurkan bantuan langsung melalui transaksi non tunai. Jenis penyaluran seperti ini dapat menggeser kebiasaan masyarakat dari konsumtif menjadi penabung. Survesh Suri, Country Manager IFC untuk Indonesia, mengatakan peningkatan akses layanan keuangan dapat mengurangi kemiskinan, seperti contoh melalui peningkatan pembiayaan kepada sektor UMKM. Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan layanan keuangan digital dapat menjadi solusi karena perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2014: 20) Komisi Bank Tak Tergoyahkan Perlambatan sektor perbankan tahun ini tidak berdampak pada perolehan fee based income sejumlah perbankan. Hingga kuartal III 2014, fee based income PT BRI Tbk tercatat Rp 4,2 triliun, meningkatkan 23,8% (year on year/yoy). Peningakatan ini terutama bersumber dari biaya administrasi tabungan dan e-banking. Fee based income dari biaya administrasi tabungan mencapai Rp 2,5 triliun atau berkontribusi sebesar 59,6%. Sementara komisi yang didapat dari

17 e-banking tercatat Rp 691 miliar atau sekitar 16,3% terhadap total komisi. Ahmad Baiquni, Direktur Keuangan PT BRI Tbk, mengatakan selain kedua komponen tersebut, peningkatan fee based income perseroan berasal dari trade finance, layanan kartu kredit, biaya administrasi kartu kredit dan layanan pembayaran. Randi Anto,Direktur Kepatuhan PT BRI Tbk, mengatakan selain meningkatkan kinerja, perseroan akan fokus kepada layanan e-chanel dan e-banking dalam memacu pertumbuhan laba. Hal ini didasari oleh cakupan nasabah BRI yang cukup besar. Selain BRI, PT BTPN Tbk pun berhasil meningkatkan fee based income ke level Rp 190,7 miliar hingga September 2014, meningkat lebih dari dua lipat dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 81,1 miliar. Walaupun begitu, BTPN belum berhasil meningkatkan laba. Hingga September 2014, laba BTPN mencapai Rp 1,42 triliun, terkoreksi sebesar Rp 14,68% (yoy). Menurut Jerry Ng, Direktur Utama BTPN, kondisi dinamika ekonomi yang cenderung mengalami perlambatan merupakan faktor penurunan laba tersebut. Lebih lanjut, pihaknya saat ini tengah fokus pada melakukan hal-hal fundamental secara konservatif dan prudent seperti menjaga likuiditas, menjaga kualitas kredit serta pengelolaan biaya bunga maupun operasional dengan cermat. Arief Harris, Direktur Keuangan BTPN, menambahkan selain perlambatan ekonomi, kenaikan suku bunga DPK pun turut berdampak pada penurunan laba. Menanggapi LDR yang telah mencapai 98,18%, Arief mengatakan hal tersebut wajar. Apabila perhitungan LDR memasuknya obligasi dan pinjaman bilateral, maka LDR BTPN masih berada di level 87%. Oleh karena itu, Arief menyarankan agar perhitungan LDR dikaji kembali. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2014: 24) LPS Rate Siap Turun 50 Bps Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga penjaminan sebesar 25 hingga 50 basis poin. Penurunan ini sebagai respon atas menurunnya suku bunga di pasar. Kartika Wirjoatmodjo, Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan, mengatakan kemungkinan penurunan suku bunga penjaminan LPS bukan sebagai respon dari kebijakan pembatasan suku bunga OJK melainkan sebagai langkah lanjutan atas pergerakan suku bunga di pasaran. Lebih lanjutnya pihaknya mengatakan kemungkinan penurunan suku bunga LPS juga didasari oleh kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM, dampak terhadap inflasi serta rencana tapering off. Kartika mengklaim LPS masih memiliki ruang walau sedikit terbatas selama 6 bulan ke depan untuk menurunkan suku bunga hingga 50 bps. Hingga Juli 2014, jumlah nominal yang dijamin LPS sebesar Rp 3.210,70 triliun dengan 151,72 juta rekening. Jumlah tersebut terdiri dari simpanan dengan nominal maksimal Rp 2 miliar sebesar Rp 1.550,52 triliun dan simpanan di atas Rp 2 miliar sebesar Rp 1.660,18 triliun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2014: 24)

18 OJK Tutup Tujuh Kantor Bank OJK perwakilan Sumatera Barat menutup tujuh kantor cabang bank umum yang terdiri dari KCP, Kantor Kas dan Payment Point. Penutupan ini berasal dari permintaan bank yang bersangkutan dengan mempertimbangkan bisnis bank tersebut. Bob Haspian, Pengawas Bank Senior Perwakilan OJK Sumbar, mengatakan penutupan tersebut tidak ada kaitannya dengan likuiditasi. Kondisi ekonomi yang tidak stabil, sehingga bank mengubah rencana bisnisnya dengan menurunkan status kantor bank bahkan menutup kantor yang tidak produktif. Yang menjadi perhatian OJK adalah mengawasi penyelesaian bank dengan nasabah, terkait pengalihan nasabah dari kantor yang ditutup ke kantor cabang lainnya. Berdasarkan data OJK Sumbar per Agustus 2014, jumlah kantor bank di daerah itu mencapai 347 unit Kantor Cabang Pembantu (KCP), 84 unit kantor cabang dan satu kantor pusat. Jumlah kantor bank di Sumber mengalami peningkatan sebesar 4,51% (yoy). Di sisi lain, Bank NTB terancam kehilangan layanan cash management system apabila hingga akhir tahun tidak memenuhi persyaratan modal inti sebesar Rp 780 miliar. Yusri, Kepala OJK Perwakilan NTB, mengungkapkan modal inti Bank NTB per September 2014 tercatat Rp 622 miliar sehingga membutuhkan tambahan sebesar Rp 158 miliar. Apabila sampai 31 Desember 2014, tambahan modal tidak direalisasikan, maka regulator akan menghentikan layanan cash management system. Oleh karena itu, regulator berharap pemegang saham segera menambah setoran modal. Pihaknya optimis bahwa pemegang saham dapat memenuhi persyaratan ini. Komari Subakir, Direktur Utama Bank NTB menyampaikan pemegang saham telah berkomitmen menyetor dana tambahan modal inti. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, Hingga akhir Juni 2014, total aset Bank NTB mencapai Rp 5,99 triliun dengan total dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 4,77 triliun. Adapun penyaluran kredit tercatat Rp 3,69 triliun dan laba setelah pajak sebesar Rp 106,24 miliar. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2014: 23)

19 BI Terima Pengaduan Menjelang akhir tahun, Bank Indonesia telah menerima laporan terkait sistem pembayaran dari masyarakat. Mutiara Sibarani, Asisten Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran Divisi Perlindungan Konsumen Sistem Pembayaran BI, mengatakan 84% diantaranya merupakan permintaan informasi, sedangkan sisanya merupakan pengaduan. Untuk menyikapi laporan tersebut, BI memiliki tiga langkah penyelesaian melalui edukasi, konsultasi dan fasilitasi. Sebagian besar laporan tersebut terkait permasalahan kartu kredit, seperti masalah penggantian kartu, card trapping, phising dan etika penagihan. Kasus yang sering dialami masyarakat adalah tertelan kartu dan pelaku sindikat memasang nomor call center palsu, memasang kamera untuk mengetahui nomor pin nasabah, sehingga sindikat mendapatkan kartu dan nomor pin nasabah. Adapun dalam etika penagihan di antaranya nasabah tidak mampu membayar tagihan kartu kredit sampai jangka waktu yang ditentukan. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2014: 23) ***

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan laba perbankan akan tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun 2014 yang pertumbuhannya hanya 5%. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7%

Kinerja BNI Semester I Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Kinerja BNI Semester I - 2017 Kredit Tumbuh Double Digit & Laba Bersih Meningkat 46,7% Jakarta, 12 Juli 2017 --- Pada paruh I tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatatkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017) PENJAMINAN SIMPANAN Hingga Mei 2017, LPS Jamin 212,6 Juta Rekening Simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data mengenai pertumbuhan jumlah rekening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015) Senin, 23 Februari 2015 Sistem Ditjen Pajak Belum Siap Terkait penerapan Peraturan Dirjen Pajak No, Per-01/PJ/2015 mengenai kewajiban bank untuk melaporkan

Lebih terperinci

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas EKUITAS Pada tahun total ekuitas BCA tumbuh 16,6% atau Rp 18,7 triliun menjadi Rp 131,4 triliun. Kenaikan ekuitas ini sejalan dengan peningkatan profitabilitas dan kebijakan pembagian dividen secara terukur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan tulang punggung dalam membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.

Lebih terperinci

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012

ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 ANALISA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA 2012 Biro Riset BUMN Center LM FEUI Perbankan memiliki peran penting sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian bangsa. Memburuknya kinerja perbankan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (9 Februari 13 Februari 2015) Senin, 9 Februari 2015 Bank RI Dapat Lampu Hijau Pertemuan Presiden RI, Joko Widodo, dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Razak, membuahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi industri perbankan nasional saat ini menunjukkan perkembangan yang positif didukung dengan kinerja rentabilitas dan efisiensi yang tergolong baik. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Senin, 20 April 2015 Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015) Perbankan Harus Waspadai Kenaikan NPL Sektor Pertambangan Perbankan harus mewaspadai risiko kenaikan kredit bermasalah/ NPL dari empat

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015)

Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Banking Weekly Hotlist (16 Februari 20 Februari 2015) Senin, 16 Februari 2015 Suku Bunga Simpanan: Ruang Penurunan Masih Terkendala LPS menuturkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi parameter penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bank Menurut Undang-undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967, bank didefinisikan sebagai Lembaga Keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001).

BAB 1 PENDAHULUAN. nilai-nilai normatif dan rambu-rambu Ilahi (Antonio, 2001). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negaranegara barat. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat komplektisitas yang tinggi dapat mempengaruhi kinerja suatu bank. Komplektisitas yang tinggi

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016) Senin, 04 Januari 2016 Laba Bank Sulit Berkembang OJK menyatakan laba industri perbankan nasional pada kuartal IV/2015 mengalami penurunan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK Bagaimana kinerja PT Bank Mandiri Persero (Tbk) dari awal 2014 sampai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Sektor Perbankan 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Negara Republik Indoneisa Nomor 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan yaitu badan usaha yang

Lebih terperinci

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007 KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) KINERJA PERBANKAN Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018) Deposito Tumbuh Melambat, Bagaimana Likuiditas Bank? Pertumbuhan simpanan berjangka atau deposito tengah mengalami perlambatan. Bank Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya pada masyarakat dalam bentuk kredit. Dari definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, bertugas menghimpun dana (Funding) dari masyarakat, menyalurkan dana (Lending)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan dan simpanan lainnya dari pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja perekonomian suatu negara umumnya diukur oleh beberapa indikator ekonomi yang bisa mencerminkan tingkat kegiatan ekonomi di masyarakat. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi yang memiliki arti yaitu Lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi yang memiliki arti yaitu Lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat mempengaruhi kegiatan perekonomian, karena menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Bank sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam mendukung terlaksananya aktivitas usaha di segala

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat modern. Sistem pembayaran dan intermediasi hanya dapat terlaksana bila ada sistem keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam bentuk kredit. Artinya, bank memiliki fungsi sebagai lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun

1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1.1. Latar Belakang Industri perbankan Indonesia pada masa pra-krisis merupakan salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang pesat antara tahun 1992 dan 1997 dengan tingkat pertumbuhan aset sebesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak mengenal bank dan tidak berhubungan dengan bank. Perbankan sendiri memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah luput dari permasalahan ekonomi. Dengan situasi yang cepat berubah, masyarakat memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan bermunculan bank-bank umum syariah maupun unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank-bank konvensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik, prospek usaha yang selalu berkembang, dan dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan lembaga keuangan, khususnya bank, dewasa ini sangat penting bagi kelangsungan perekonomian masyarakat dan negara. Bank menjalankan kegiatan usahanya dengan

Lebih terperinci

INVESTOR SUMMIT AND MARKET CAPITAL EXPO 2013

INVESTOR SUMMIT AND MARKET CAPITAL EXPO 2013 INVESTOR SUMMIT AND MARKET CAPITAL EXPO 2013 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Tbk Grand City Mall & Convex Lantai 3 Surabaya 30 31 Oktober 2013 Copyright IRU BJTM Daftar Isi Perihal Halaman Perihal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2005 BANK INDONESIA Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan KATA PENGANTAR Buku Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang sebelumnya diterbitkan dengan nama buku Data Perbankan Indonesia (DPI), merupakan media publikasi yang menyajikan data mengenai perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memberikan beban yang besar bagi industri perbankan di Indonesia dan sebagian besar bank mengalami

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong ke dalam negara yang mengalami perkembangan dan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG I.1 Latar Belakang Masalah Melihat perkembangan di industri perbankan, kini setiap bank berlomba untuk meningkatkan jasa dalam bentuk servis kepada masyarakat. Sebagaimana kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan kelembagaan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan sejak dikeluarkannya UU No.10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank syariah di Indonesia telah hadir sejak lebih dari lima belas tahun, yakni diawali dengan didirikannya bank Muamalat pada tahun 1992 dan terus berkembang sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan mengalami masalah pada tahun Kendati. kerja keras para bankir berhasil meningkatkan kredit hingga tumbuh

I. PENDAHULUAN. Industri perbankan mengalami masalah pada tahun Kendati. kerja keras para bankir berhasil meningkatkan kredit hingga tumbuh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri perbankan mengalami masalah pada tahun 2005. Kendati kerja keras para bankir berhasil meningkatkan kredit hingga tumbuh 22,6%, perolehan laba perbankan nasional

Lebih terperinci

Mempertahankan Soliditas

Mempertahankan Soliditas Hasil Kinerja Semester I 2017 Mempertahankan Soliditas Public Expose 2017 PT Bank Central Asia Tbk Jakarta, 9 Agustus 2017 Daftar Isi Tinjauan Makro Ekonomi halaman Kondisi makro ekonomi 4 Ikhtisar kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perekonomian Indonesia triwulan III 2012 tumbuh solid 6,17%. Pertumbuhan yang tetap berada pada kisaran 6% ini melanjutkan kinerja positif triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai

Lebih terperinci

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah

Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Boks 3 Memperkuat Daya Saing dan Kelembagaan Bank Pembangunan Daerah Perbankan memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian. Ini mengingat, kontribusi sektor perbankan dalam pembiayaan perekonomian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di babbab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Bank Danamon Laporan Tahunan 2006 18 Laporan Direktur Utama Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat. Di tahun 2006 Bank Danamon memperingati ulang tahunnya yang ke-50 dan menjadi lebih kuat pada akhir

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pertumbuhan industri perbankan di masa mendatang diramalkan masih akan membaik. Hal tersebut didukung oleh hasil positif program restrukturisasi perbankan yang telah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Bank CIMB Niaga, Tbk berdiri pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting di Indonesia. Bank dapat dikatakan sebagai lembaga penggerak perekonomian negara karena banyak kegiatan ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015) Senin, 23 Maret 2015 ASEAN Finalisasi Kerangka Kerja Sama Perbankan Bank Negara Malaysia (BNM) mengumumkan bahwa para anggota ASEAN telah menuntaskan ASEAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/11/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

Perbankan Komersial dan UKM

Perbankan Komersial dan UKM 01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan

Lebih terperinci

Laporan Direktur Utama

Laporan Direktur Utama 22 PT Bank Danamon Indonesia Tbk Laporan Tahunan 2008 Laporan Utama Pemegang Saham yang Terhormat, Tahun 2008 merupakan periode dengan banyak peristiwa yang menggoncangkan fondasi sektor keuangan global

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang terus berkelanjutan. Pada akhir tahun 1997, suku bunga untuk jangka waktu bulanan di Bank

Lebih terperinci

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Giro Wajib Minimum. Rupiah. Valuta Asing. Bank Umum. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 152). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dalam menjaga kualitas tingkat bagi hasil yang diberikan kepada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keuangan syariah Indonesia telah memasuki dekade ketiga sejak diperkenalkan sistem perbanakan syariah dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menguntungkan

Lebih terperinci

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Senin, 30 Maret 2015 Banking Weekly Hotlist (30 Maret 02 April 2015) Ruang Bank Menengah Menyempit Ruang pertumbuhan bisnis tujuh dari 15 bank terbesar Tanah Air kian menyempit dalam kurun waktu tiga tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan Ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara barat. Banyak kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citibank merupakan bank asing yang juga memiliki kantor perwakilan di Indonesia dengan nama Citibank N.A (National Association). Citibank didirikan pada 1812

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (funding)

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (funding) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (funding) dan menyalurkannya kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh : 1. Tan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian, bank juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci