FINGER TIP INJURY. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., MKes., CCD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FINGER TIP INJURY. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., MKes., CCD"

Transkripsi

1 FINGER TIP INJURY Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., MKes., CCD DEPARTEMEN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2015

2 DAFTAR ISI Halaman JUDUL DAFTAR ISI... i ii IPENDAHULUAN... 1 II ANATOMI... 2 III DIAGNOSIS... 2 IV PENATALAKSANAAN Primary Repair Secondary Intention Skin graft Local Flap Regional Flap Amputation Revision... 9 V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA ii

3 I. PENDAHULUAN Fingertip injury (FTI) adalah cedera pada jari yang terletak pada area sebelah distal dari insersi tendon flexor dan ekstensor, merupakan kasus yang tersering terjadi pada cedera tangan. Fingertip merupakan suatu organ peraba yang sangat penting sebagai salah satu fungsi tangan. Dalam penanganan FTI, tidak ada satupun teknik yang tepat untuk semua kasus, masing-masing teknik memiliki indikasi yang spesifik pada tipe cedera tertentu. Mengingat pentingnya fingertip yang mempunyai permukaan untuk sensasi raba maka FTI dapat menyebabkan hilangnya beberapa kemampuan dari ujung jari. Pulp pada ujung jari biasanya diselubungi oleh tough, kulit dengan persarafan yang banyak, menempel pada phalanx melalui septa fibrous. Bagian dorsum fingertip dibentuk oleh kuku dan bantalan kuku. Tujuan penanganan FTI adalah untuk mengembalikan sensasi yang adekuat, nyeri yang minimal, pergerakan sendi yang maksimal dan kosmetik yang baik. Dalam mencapai tujuan tersebut, perlu diperhatikan juga usaha untuk mempertahankan ukuran dari ujung jari. Pilihan penatalaksanaan FTI, perlu dipertimbangkan beberapa faktor untuk menentukan rencana tindakan : 1. Umur 2. Pekerjaan 3. Jenis kelamin 4. Tangan dominan 5. Jari yang terkena 1

4 6. Mekanisme cedera 7. Riwayat kondisi medis 8. Anatomi jari yang cedera II. ANATOMI Bagian distal dari insersi flexor dan ekstensor di distal phalanx : Aspek Volar : terdiri atas Palmar pulp, fibrous septae, skin dan fingerprint, reseptor sensoris, Grayson dan Cleland ligament Aspek Dorsal : terdiri atas perionikia (nail pl ate), paronikia, eponikia, lunula, dan matrix germinal. Arteri dan saraf digitalis, bercabang menjadi 3 (trifurcate) pada daerah sendi interphalanx distal. Masing-masing ke arah nail fold, nail bed, dan finger pad. Gambar 2.1. Anatomi Nail Bed potongan sagital (dikutip dari : 2

5 III. DIAGNOSIS Dalam penatalaksanaan FTI, pemeriksaan dan klasifikasi FTI merupakan langkah utama yang terpenting untuk menentukan rencana tindakan bedah. Terdapat 3 hal utama yang harus diperhatikan, yaitu : 1. Nail Bed Injury, 2. Bone exposure 3. Angle of Injury Gambar 3.1.Angle of Injury (Dikutip dari : Chapman Michael W MD. Fingertip Injuries. In : Operative Orthopaedic. Second Edition. J B Lippincott. 1993: ) Oleh Allen (1980), klasifikasi amputasi pada ujung jari dibagi mejadi 4 tipe : I. Distal dari ujung kuku II. III. IV. Distal dari ujung phalanx distal (meliputi nail bed) Distal dari Mid-phalanx distal Distal dari sendi DIP (seluruh phalanx distal) 3

6 Gambar 3.2 Klasifikasi Allen untuk FTI (Dikutip dari : IV. PENATALAKSANAAN PRIMARY REPAIR Diindikasikan pada cedera yang tidak disertai hilangnya kulit. Bila disertai Nail Bed Injury, dilakukan re-aproksimasi menggunakan catgut 7-0 dan membuang nail plate yang terlepas. Fiksasi fraktur yang spesifik tidak dibutuhkan bila terdapat fraktur phalanx distal, yang tidak menyertakan permukaan sendi dengan jaringan lunak yang utuh. Kulit dijahit dengan non-absorbable 6-0. SECONDARY INTENTION (Perawatan terbuka) Metode ini diterapkan berdasarkan proses epitelisasi dan kontraksi luka hingga memungkinkan penutupan luka. Pilihan ini baik digunakan pada defek luka yg kecil (6-8 mm) tanpa bone exposure. Penutupan defek 4

7 biasanya terjadi dengan jaringan parut dan menghasilkan ujung jari yang keras. Sehingga dalam pemilihan metode ini, perlu dipertimbangkan riwayat pekerjaan pasien. Teknik ini perlu dihindari pada orang-orang dengan pekerjaan yang sering menggunakan ujung jari (pengguna komputer, pemain piano). Dalam kondisi ideal, penutupan defek yang stabil biasanaya terjadi dalam 2-4 minggu. Pada 40 % kasus dengan metode ini, terjadi intoleransi dingin. SKIN GRAFT Pada FTI dengan defek kulit yang cukup luas, diindikasikan teknik Skin Graft. Walaupun secara umum keberhasilan STSG lebih tinggi dibandingkan FTSG, pada kasus FTI, FTSG lebih disukai karena lebih baik secara kosmetik, sensibilitas dan durabilitas. Lokasi donor dapat diambil dari berbagai tempat, namun donor lokal atau regional lebih baik dalam mencegah hiperpigmentasi. Dalam hal ini, donor dari palmar crease, karena dapat dipreparasi secara bersamaan dan dapat menghasilkan donor hingga 2x6 cm. Sebagian ahli juga menyarankan pengambilan donor dari area hipothenar, namun menutupan area donor sering meninggalkan skar yang kurang baik secara kosmetik ataupun tension yang berlebih saat aproksimasi. LOCAL FLAP Untuk kehilangan ujung jari yang cukup luas, seringkali flap diindikasikan. Dibandingkan dengan skin graft, flap memiliki keuntungan antara lain, dapat digunakan pada defek dengan bone 5

8 exposure, dan memiliki sensibilitas dan durabilitas yang lebih baik. Pilihan flap lokal pada FTI yaitu : V-Y advancement flap Dipopulerkan oleh Atasoy, flap tipe ini sangat berguna pada kasus FTI dengan oblique dorsal. Teknik ini sulit diterapkan pada angulasi transversal, dan dikontraindikasikan pada oblique palmar. Keuntungan V-Y flap yaitu dapat diterapkan pada semua umur, warna yang sesuai dengan jaringan sekitarnya, sensibilitas yang baik dan tidak membutuhkan imobilisasi.. Desain flap sangat menetukan dalam menghasilkan flap yang baik. Apex insisi V dibuat pada skin crease midpalmar DIP joint. Ujung insisi V harus selebar tepi luka. Setelah insisi, sangat penting untuk membuka septum fibrosus, sambil melakukan traksi pada flap yang dilepaskan. Undermining yang berlebihan harus dihindari, karena pedikel flap ini hanya mengandalkan jaringan subkutan. Gambar 4,1 V-Y advancement flap (Dikutip dari : Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc. 2003) 6

9 Bilateral V-Y Kutler Flap Memiliki konsep yang sama dengan Atasoy V-Y Flap, namun memiliki 2 buah flap yang diambil dari arah lateral, sehingga cocok diaplikasikan pada FTI dengan potongan transversal. Memiliki kekurangan dalam luas flap dan banyaknya skar yang terjadi. Penelitian Freiberg dan Manktelow mengatakan bahwa pasien yang dilakukan Bilateral V-Y Kutler flap merasakan adanya hipersensitivitas (30%), dan baal (30%). Gambar 4.2 Bilateral Kutler V-Y flap (Dikutip dari : Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc. 2003) Palmar advancement Flap (Moberg) Dipublikasikan oleh moberg 1964, palmar advanvement flap membutuhkan mobilisasi jaringan lunak subkutan yang ekstensif melalui insisi midaxial. 7

10 Meskipun palmar advancement Flap sangat berguna dalam menutup defek FTI hingga 1 cm, menghasilkan flap yang stabil dan innervasi yang baik, namun komplikasi kontraktur sendi sering terjadi akibat imobilisasi setelah tindakan. Sebagian besar penulis menyarankan teknik ini hanya digunakan pada FTI ibu jari, karena jaringan lunak pada ibu jari memiliki mobilitas lebih baik dibanding jari yang lain. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adanya nekrosis dorsal. Hal ini bila neurovascular bundle dorsal ikut terpotong saat insisi midaxial. Gambar 4.3 Palmar advancement Flap (Moberg) (Dikutip dari : Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc. 2003) REGIONAL FLAP Thenar Flap Digunakan terutama pada FTI jari ke 2, 3 dan 5.dengan potongan oblique palmar dan transverse. Dapat memberikan donor hingga seluas 2x4 cm. Fleksi kontraktur dapat terjadi, akibat imobilisasi jari 8

11 resipien dalam posisi fleksi selama 6-8 minggu. Teknik ini dikontraindikasikan pada pasien diatas usia 50 tahun, atau pasien dengan kecenderungan stiffness pada sendi-sendi kecil. Pemilihan teknik ini didasarkan untuk mempertahankan fungsi okupasi dan alasan kosmetik. Arah flap dapat dibuat dari proksimal, distal, dan lateral. Flap dijahit setinggi mungkin dari eminensia thenar. Hal yang perlu diperhatikan pada flap ini, yaitu saraf digitalis pada ibu jari harus dapat diidentifikasi untuk mencegah cedera. Untuk meminimalisasi fleksi kontraktur, maka saat imobilisasi ibu jari diposisikan pada abduksi palmar, sendi MCP & DIP diposisikan fleksi maksimal, sehingga PIP berada dalam posisi fleksi yang seminimal mungkin. Lokasi donor dapat ditutup secara primer ataupun dengan Skin graft. Pada hari 10-14, flap dapat dipisahkan dari donornya dan mobilisasi aktif dapat segera dimulai.. Pada jangka panjang, fungsi sensorik pada flap ini lebih baik dibandingkan dengan skin graft. Gambar 4.4 Thenar Flap 9

12 (Dikutip dari : Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc. 2003) Cross-Finger Flap Diindikasikan pada FTI dengan defek di darah palmar, dan tidak dianjurkan pada pasien dengan dengan penyakit Buerger, Raynaud, ataupun penyakit vaskular lainnya. Juga dikontraindikasikan pada pasien dengan kecenderungan joint stiffness. Flap memiliki ketahanan dan sensibililitas yang baik, bebas nyeri, namun sebagian besar kasus memiliki komplikasi intoleransi dingin (10/16). Vaskularisasi flap yang diambil berasal dari neurovascular bundle palmar dan cabang dorsalnya. Flap dielevasikan pada bidang diatas paratenon ekstensor setinggi phalanx media atau proksimal, Lalu dapat diimobilisasi baik dengan plaster splint ataupun fiksasi eksterna berukuran kecil. Pada hari 10-14, flap dipisahkan dari donornya, dan mobilisasi aktif dimulai sesegera mungkin. 10

13 Gambar 4.5 Cross Finger Flap (Dikutip dari : Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc. 2003) Kite Flap Dikembangkan oleh Holevitch dan Foucher, pedikel yang digunakan berasal dari arteri MC I bagian dorsal. Defek pada donor ditutup dengan FTSG. AMPUTATION REVISION Dilakukan pada defek matrix yang cukup luas, juga pada usia lanjut atau dengan penyakit sistemik yang tidak memungkinkan dilakukan tindakan flap. Sisa dari matriks kuku diablasi, bila insersi tendon fleksor atau ekstensor tidak dapat dipertahankan, maka dapat dilakukan disartikulasi. V. KESIMPULAN 11

14 FTI merupakan cedera pada tangan yang tersering, pada banyak kasus, tindakan bedah dapat dilakukan di UGD. Terdiri atas beberapa pilihan terapi, dan tidak ada satu teknik pun yang dapat digunakan secara luas pada semua tipe FTI. Masing-masing teknik memiliki indikasi tertentu yang spesifik. Bila terdapat lebih dari satu pilihan terapi, keputusan diserahkan kepada pertimbangan pasien. Masing-masing pilihan terapi harus mempertimbangkan prinsip-prinsip untuk mendapatkan : sensibilitas yang baik, nyeri minimal, mempertahankan ukuran jari semaksimal mungkin, normal ROM, dan baik secara kosmetik. 12

15 DAFTAR PUSTAKA 1. Canale S Terry MD. Campbell s Operative Orthopaedics. Tenth Edition. Mosby Inc Chapman Michael W MD. Fingertip Injuries. In : Operative Orthopaedic. Second Edition. J B Lippincott. 1993: Green David P MD, Hotchkiss Robert N MD, Pederson William C MD. Green s Operative Hand Surgery. Fourth Edition. Churchill Livingstone Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. Fourth Edition. Lippincott Williams and Wilkins. 1999: , , Skinner Harry B MD, PhD. Fingertip Injuries. In : Current Diagnosis and Treatment in Orthopaedics. Fourth 13

16 Edition. The McGraw-Hill Companies. 2003: Thompson Jon C MD. Netter s Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. Saunders Elsevier. 2002:

Fingertip Injury. Ahmad Fauzi Bagian Orthopaedi dan Traumatologi, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Fingertip Injury. Ahmad Fauzi Bagian Orthopaedi dan Traumatologi, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung [ TINJAUAN PUSTAKA ] Fingertip Injury Ahmad Fauzi Bagian Orthopaedi dan Traumatologi, Departemen Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Tujuan utama pengobatan cedera fingertip adalah

Lebih terperinci

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD.

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD. FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD. DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Fleksor Tendon 1.Anatomi dari Fleksor Tendon dan Struktur di Sekitarnya Carpal tunnel Merupakan ruang yang terletak antara tulang carpalia dan transverse

Lebih terperinci

TRAUMA REGIO MANUS (815)

TRAUMA REGIO MANUS (815) TRAUMA REGIO MANUS (815) - Distal dari metacarpal (ossa carpalia masuk regio wrsit) - Fungsi terpenting adalah gerakan ibu jari terhadap jari telunjuk/jari tengah (50%) 1. Fraktur Penanganan Fraktur :

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung

Lebih terperinci

Carpal tunnel syndrome

Carpal tunnel syndrome Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik

Lebih terperinci

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS DEPARTEMEN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan pembangunan disegala 1 BAB I PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum, dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh,

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan merupakan salah satu bagian tubuh yang menghubungkan seseorang dengan dunia luar. Hal ini memungkinkan kita untuk menyentuh, merasakan, memanipulasi, dan mengubah

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera

BAB I PENDAHULUAN. paling umum. Sebagian besar cedera pada tangan merupakan cedera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari fungsi tangan dan penggunaan jarijari tangan sangat penting untuk sebagian besar melakukan berbagai aktifitas dan hampir setiap profesi.

Lebih terperinci

RINOPLASTI AUGMENTASI DENGAN IMPLAN SILIKON MIRTA HEDIYATI REKSODIPUTRO

RINOPLASTI AUGMENTASI DENGAN IMPLAN SILIKON MIRTA HEDIYATI REKSODIPUTRO RINOPLASTI AUGMENTASI DENGAN IMPLAN SILIKON MIRTA HEDIYATI REKSODIPUTRO BAGIAN THT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA/ RS. CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA INDONESIA 49 Rinoplasti Augmentasi dengan implan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

Literature Review: Keefektifan Mobilisasi Dini pada Post Operasi Perbaikan Tendon Fleksor. Dadang Rohman*

Literature Review: Keefektifan Mobilisasi Dini pada Post Operasi Perbaikan Tendon Fleksor. Dadang Rohman* Literature Review: Keefektifan Mobilisasi Dini pada Post Operasi Perbaikan Tendon Fleksor Dadang Rohman* Abstrak Cedera pada tendon fleksor merupakan cedera yang sering terjadi. Cedera ini lebih sering

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft,

Lebih terperinci

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga

BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA. mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga BAB 2 PERSIAPAN REKONSTRUKSI MANDIBULA Rekonstruksi mandibula masih merupakan tantangan yang kompleks. Tulang mandibula berguna dalam proses pembicaraan, mastikasi, penelanan dan juga dukungan jalan pernafasan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran penting dalam melakukan berbagai aktivitas dari yang paling ringan sampai yang paling berat. Apabila terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Setelah dilakukan proses assessment pada pasien Ny. DA usia 44 tahun dengan diagnosa medis CTS dextra diperoleh permasalahan berupa nyeri tekan dan gerak pada pergelangan

Lebih terperinci

COMPARISON OF OUTCOMES BETWEEN NONOPERATIVE TREATMENT AND K-WIRE FIXATION OF CENTRAL METATARSAL FRACTURES ABSTRACT

COMPARISON OF OUTCOMES BETWEEN NONOPERATIVE TREATMENT AND K-WIRE FIXATION OF CENTRAL METATARSAL FRACTURES ABSTRACT COMPARISON OF OUTCOMES BETWEEN NONOPERATIVE TREATMENT AND K-WIRE FIXATION OF CENTRAL METATARSAL FRACTURES Rolandi Indra Pramukti* Ahmad Sjarwani** *Resident of Orthopaedic and Traumatology Department,

Lebih terperinci

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi: DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS TRIGGER FINGER DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA

FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA FACIAL GUN SHOT WOUND IN CONFLICT AREA PENDAHULUAN Penyebab tersering trauma wajah pada daerah konflik biasanya adalah luka tembak selain ledakan bom, yang ditandai dengan adanya penetrasi peluru pada

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontraktur Sendi Lutut pada Penanganan Fraktur Femur Secara Operatif dan Non Operatif di RS. M.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontraktur Sendi Lutut pada Penanganan Fraktur Femur Secara Operatif dan Non Operatif di RS. M. 29 Artikel Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sendi Lutut pada Penanganan Fraktur Femur Secara Operatif dan Non Operatif di RS. M. Djamil Padang Yandri E*, Manjas M**, Rahmadian R**, Erkadius***

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Bedah Mikro Orthopedi

Prinsip-Prinsip Bedah Mikro Orthopedi Prinsip-Prinsip Bedah Mikro Orthopedi Nucki N. Hidajat Bagian Orthopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RS Dr. Hasan Sadikin Bandung 1. Latar Belakang Sejarah Istilah pembedahan

Lebih terperinci

Islam, HTMJ Volume 15 no 1; 2017

Islam, HTMJ Volume 15 no 1; 2017 HANG TUAH MEDICAL JOURNAL www.journal-medical.hangtuah.ac.id Variasi Anatomi Jumlah Tendon Musculus Extensor Antebrachii di Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya Yoefan

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I

DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal sesuai dengan Undang-Undang No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP

SKIN GRAFT. Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP SKIN GRAFT Penyaji: dr.ramona Dumasari Lubis,SpKK NIP.132 308 599 DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 1 PENDAHULUAN Kulit menutupi seluruh permukaan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASCA GIPS FRAKTUR RADIUS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Di susun oleh : ALFIAN RUDIANTO J 100 090 049 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang terbentuk oleh otot, tendon, persendian, dan persarafan. Berdasarkan penyusunan tersebut, pergelangan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PASIEN DENGAN BRACHIAL PLEXUS INJURY SINISTRA DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Diploma III pada Jurusan Fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulang merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.

Lebih terperinci

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan

Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan Ika Rosdiana Adalah suatu cedera pada seluruh atau sebagian dari pleksus brakhialis yang terjadi pada saat proses persalinan Cedera pada upper plexus brachial : Erb s palsy Cedera pada lower plexus brachial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan muskuloskeletal mempunyai banyak permasalahan yang selalu menarik perhatian bagi seseorang fisioterapis, problem permasalahan muskuloskeletal adalah hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat BAB 1 PENDAHULUAN Mandibula adalah tulang rahang pembentuk wajah yang paling besar, berat dan kuat. Mandibula berfungsi dalam proses pengunyahan, penelanan dan bicara. Walaupun mandibula merupakan tulang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Perubahan Citra tubuh 1.1 Pengertian Perubahan merupakan suatu proses dimana terjadinya peralihan atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION CLOSE FRACTURE METACARPAL V DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION CLOSE FRACTURE METACARPAL V DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION CLOSE FRACTURE METACARPAL V DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI PASCA OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J 100 050 019 KARYA

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D.

SINDROM CARPAL TUNNEL. Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. SINDROM CARPAL TUNNEL Jeffrey N. Katz, M.D., dan Barry P. Simmons, M.D. Seorang Wanita pensiunan berumur 64 tahun, kinan (tangan kanan), mengeluhkan mati rasa yang hilang timbul, terasa geli dan nyeri

Lebih terperinci

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN PANDUAN SKILL LAB BLOK MEDICAL EMERGENCY DISLOKASI TMJ DAN AVULSI JURUSAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN Purwokerto, 2012 1 Blok M e d i c a

Lebih terperinci

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI CARPAL TUNNEL SYNDROME OLEH : AMANDA KRISTIN SEMBIRING PEMBIMBING : DR. ANTUN SUBONO, SP.S FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2014 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus

trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Asuhan neonatus, bayi, dan balita trauma pada flexsus brachialis, fraktur klavikula, dan fraktur humerus Oleh: Witri Nofika Rosa (13211388) Dosen Pembimbing Dian Febrida Sari, S.Si.T STIKes MERCUBAKTIJAYA

Lebih terperinci

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM) Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM) Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang Range of Motion Pendahuluan Range of Motion (ROM) adalah suatu teknik dasar yang digunakan untuk menilai gerakan dan untuk gerakan awal ke dalam suatu program intervensi terapeutik Gerakan dapat dilihat

Lebih terperinci

Sem 9 G M Q 79.3 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A Sem 3. Sem 5. Sem 4

Sem 9 G M Q 79.3 K6 K6 K6 K6 P5.A3 P5.A3 P5.A3 P5.A5 P5.A5 P5.A Sem 3. Sem 5. Sem 4 MODUL GASTROSCHISIS KODE MODUL : MBA 010 A. Definisi Gastroschisis adalah kegagalan penutupan dinding perut dengan defek berada di sebelah kanan umbilikal cord (95% kasus) disertai dengan herniasi organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika manusia mendapatkan sebuah ujian salah satunya diberikan rasa sakit karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa, bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS. A. Pengkajian Fisioterapi. fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS A. Pengkajian Fisioterapi Untuk penentuan masalah dan atau melakukan pelaksanaan pelayanan fisioterapi pada kasus carpal tunnel syndrome perlu dilakukan beberapa tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,

Lebih terperinci

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep

PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN. Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN Disampaikan Oleh; Ns, Mei Fitria K, S.Kep Pembalutan Pembalutan adalah penutupan suatu bagian tubuh yang cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu Pembalut adalah

Lebih terperinci

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai

Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Kasus Hands-On (7/2008) Insufisiensi Vena Kronik dan Ulkus Vena Tungkai Laporan Khusus Hands-On Insufisiensi Vena Kronik dan Setidaknya 70 % dari semua ulkus pada tungkai berawal dari insufisiensi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) CLOSE FRACTURE PROXIMAL INTERPHALANX DIGITI IV

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) CLOSE FRACTURE PROXIMAL INTERPHALANX DIGITI IV PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION (ORIF) CLOSE FRACTURE PROXIMAL INTERPHALANX DIGITI IV DEXTRA DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview. untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut : 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Data Penyusun menggunakan VDS, goniometer, dan interview untukmenentukanhasil data yaitu sebagai berikut : 1. Nyeri yaitusepertiberikut : Evaluasi nyeri menggunakan

Lebih terperinci

TELAAH PUSTAKA CARPAL TUNNEL SYNDROME

TELAAH PUSTAKA CARPAL TUNNEL SYNDROME TELAAH PUSTAKA CARPAL TUNNEL SYNDROME M.Hardian Basuki 1) 1) Staf Departemen Orthopaedi dan Traumatologi RS dr.sutomo Surabaya Submitted : Oktober 2016 Accepted : November 2016 Published : Januari 2017

Lebih terperinci

3 KUESIONER PENELITIAN

3 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TIPE 2 DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT

OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT OMPHALOMESENTERIKUS REMNANT Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik memahami dan mengerti tentang embriologi, anatomi dan topografi daerah abdomen, patogenesis omphalomesenterikus

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr.

PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr. PENATALAKSANAAN INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS POST OPERASI FRACTURE COLLES DISERTAI DISLOKASI ULNA DEXTRA DI RST Dr. SOEDJONO MAGELANG Disusun oleh: FATHIA NURUL RAHMA J 100 090 019 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN KONTRAKTUR

LAPORAN PENDAHULUAN KONTRAKTUR LAPORAN PENDAHULUAN KONTRAKTUR A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Kontraktur adalah pemendekan jarak 2 titik anatomis tubuh sehingga terjadi keterbatasan rentang gerak (range of motion). Kontraktur adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah eksperimental uji klinis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah eksperimental uji klinis. digilib.uns.ac.id 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah eksperimental uji klinis. 3.2.WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di RSO Prof.Dr.R.Soeharso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang

Lebih terperinci

LAPORAN STATUS KLINIK

LAPORAN STATUS KLINIK KEMENTRIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI LAPORAN STATUS KLINIK NAMA MAHASISWA : GANESA PUPUT DINDA KURNIAWAN N.I.M. : P 27226009061 TEMPAT PRAKTIK : RSUP

Lebih terperinci

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot)

Medical First Responder. Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) Medical First Responder Cedera musculoskeletal (Cedera pada tulang & otot) SASARAN Selesai mengikuti pelajaran, peserta mampu: 1. Menjelaskan patah tulang terbuka & tertutup, serta menyebutkan 4 tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dibidang kesehatan adalah penyelenggaran upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hidup sehat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Fraktur merupakan kondisi ketika tulang mendapat tekanan yang melebihi kekuatan dari tulang tersebut sehingga menyebabkan terjadinya patah tulang (Atlas of pathophysiology,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah digilib.uns.ac.id 59 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Kolagen Tipe I yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kolagen murni dengan nama dagang Suprasoft. Konsep penelitian ini adalah dengan

Lebih terperinci

FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK. Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD

FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK. Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN

Lebih terperinci

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035

Lebih terperinci

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh:

sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi pergelangan tangan dibentuk oleh: sendi radiocarpal, sendi intercarpal dan sendi radioulnar distal. Persendian antara lengan bawah dan tangan terutama melalui sendi radiocarpal dan sendi radioulnar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

REVIEW LITERATUR KEEFEKTIFAN MOBILISASI DINI PADA POST OPERASI PERBAIKAN TENDON FLEKSOR

REVIEW LITERATUR KEEFEKTIFAN MOBILISASI DINI PADA POST OPERASI PERBAIKAN TENDON FLEKSOR REVIEW LITERATUR KEEFEKTIFAN MOBILISASI DINI PADA POST OPERASI PERBAIKAN TENDON FLEKSOR Sapto Haryatmo Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo Abstract Objectives: The objective of this literature review is

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA Disusun oleh: DEWI FITRIANI J 100 090 060 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-530)

Modul 3. (No. ICOPIM: 5-530) Modul 3 Bedah Anak HERNIOTOMI (No. ICOPIM: 5-530) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi daerah inguinalis dan dinding depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyakit pada anggota gerak yang disebabkan oleh traumatik. Trauma merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggota gerak pada manusia merupakan anggota gerak yang sangat penting sepanjang daur kehidupan manusia, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan jaman, salah satu dampak kemajuan teknologi adalah semakin padatnya arus lalu lintas dewasa ini mengakibatkan meningkatnya angka kecelakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat

Lebih terperinci

MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI

MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI MODUL PENANGANAN PATAH TULANG DAN CEDERA SENDI TIM BANTUAN MEDIS BEM IKM FKUI 1 PENDAHULUAN Patah tulang merupakan cedera yang sering terjadi pada kecelakaan baik itu kecelakaan kerja, rumah tangga, maupun

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND, DAN TERAPI LATIHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND, DAN TERAPI LATIHAN 1 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DE QUERVAIN SYNDROME DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED, ULTRA SOUND, DAN TERAPI LATIHAN DI PUSKESMAS KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : FITRI KUSUMA DEWI

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TRIGGER FINGER SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TRIGGER FINGER SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI 1 PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI TRIGGER FINGER SINISTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Ruli Setyowati J 100 100 065 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna MelengkapiTugas-tugas

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PRE OPERASI KONDISI FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA 1/3 LATERAL DAN FRAKTUR COSTAE 3, 4, 5,6 DEXTRA DI RSO. PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

Pencegahan Infeksi Luka Operasi Dr. Nucki N Hidajat, SpOT(K), M.Kes, FICS FK-UNPAD/Bag. Orthopaedi & Traumatologi RS. Hasan Sadikin Bandung

Pencegahan Infeksi Luka Operasi Dr. Nucki N Hidajat, SpOT(K), M.Kes, FICS FK-UNPAD/Bag. Orthopaedi & Traumatologi RS. Hasan Sadikin Bandung Pencegahan Infeksi Luka Operasi Dr. Nucki N Hidajat, SpOT(K), M.Kes, FICS FK-UNPAD/Bag. Orthopaedi & Traumatologi RS. Hasan Sadikin Bandung PENDAHULUAN Ilmu mengenai infeksi berkembang diawali oleh Hipocrates

Lebih terperinci

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM

TRAUMA MUKA DAN DEPT. THT FK USU / RSHAM TRAUMA MUKA DAN HIDUNG DEPT. THT FK USU / RSHAM PENDAHULUAN Hidung sering fraktur Fraktur tulang rawan septum sering tidak diketahui / diagnosis hematom septum Pemeriksaan dapat dilakukan dengan palpasi

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN

Arif A, Chaidir R, Ismono D, Hidajat NN PERBANDINGAN TENSILE STRENGTH PASCA REPAIR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MODIFIKASI KESSLER 2, 4 DAN 6 STRAND YANG DINILAI PADA MINGGU KETIGA PENYEMBUHAN RUPTUR TENDON ACHILLES KELINCI 1 1 1 1 Arif A, Chaidir

Lebih terperinci

REPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302)

REPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302) Modul 8 Bedah Plastik REPAIR HIPOSPADIA (KORDEKTOMI & URETHROPLASTI) (No. ICOPIM: 5-302) 1. TUJUAN 1.1. Tujuan pembelajaran umum Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi,embriologi,

Lebih terperinci

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Konsep mobilisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk

Lebih terperinci