CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS
|
|
- Iwan Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS DEPARTEMEN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2015
2 DAFTAR ISI I. Pendahuluan 1 II. Insidensi 1 III. Factor Genetic 1 IV. Etiologi 2 V. Diagnosa dan diagnose banding 2 VI. Terapi 3 Therapi Non Operative/Konsevatif 3
3 CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) I. PENDAHULUAN Congenital Talipes Equinovarus (Clubfoot) adalah salah satu kelainan bawaan pada kaki yang terpenting. Kelainan ini mudah didiagnosa tapi sulit diterapi secara sempurna walaupun oleh seorang yang sangat ahli. Kelainan yang terjadi pada Clubfoot adalah : equinus pada tumit, seluruh hindfoot varus, serta midfoot dan forefoot aduksi dan supinasi. Derajat kelainan mulai dari ringan, sedang atau berat yang dilihat dari rigiditasnya atau resistensinya, dan dari penampilannya. Pengenalan dan penanganan secara dini pada clubfoot sangat penting dimana Golden Period untuk terapi adalah tiga minggu setelah lahir, karena pada umur kurang dari tiga minggu ligamen-ligamen pada kaki masih lentur sehingga masih dapat dimanipulasi. II. INSIDENSI Angka kejadiannya bervariasi terhadap ras dan jenis kelamin. Pada Caucasian frekwensinya 1,2/1000 kelahiran, dengan perbandingan laki-laki : perempuan = 2 : 1. Stewart, pada tahun 1951, pada penelitiannya mendapatkan insiden pada Hawaiians 4,9/1000 kelahiran. Tingginya angka pada hawaiians ini didukung oleh Ching yang melaporkan insidensi CTEV 6,81/1000 kelahiran. Angka kejadian yang tinggi pada Maori (grup Polynesia) juga dilaporkan oleh Elliot, Alldred, dan Veale. Beals melaporkan pada Maori frekwensinya 6,5 7 per seribu kelahiran. Di Cina 0,39/1000, Jepang 0,53/1000, Malaysia 0,68/1000, Filipina 0,76/1000, Caucasians 1,12/1000, Puerto Rican 1,36/1000, Indian 1,51/1000, Afrika Selatan (hitam) 3,50/1000, dan Pilynesia 6,81/1000 kelahiran. Kejadian terkena bilateral sekitar 50% dari kasus. Sisi kanan sedikit lebih banyak dari kiri. III. FAKTOR GENETIK Faktor genetik hanya memegang peranan sekitar 10%, sisanya merupakan kejadian yang pertama kali didalam keluarga. Secara umum dapat dikatakan bahwa CTEV terjadi kurang berat pada kasus yang sporadis bila dibandingkan dengan ada faktor familial, dan makin banyak 1
4 kejadian CTEV dalam keluarga makin besar kemungkinannya punya anak dengan CTEV yang rigid. Selain faktor keturunan, faktor lingkungan sangat memegang peranan penting. Gambaran ini dibuktikan oleh Idelberger, yang membandingkan insidensi CTEV pada kembar monozygot dan dizygot. Pada monozygote 13 dari 40 (32,5%) kembarannya menderita yang sama, dan pada dizygot hanya 4 dari 134 (2,9%). Dari data ini dapat menyokong adanya kedua faktor pengaruh tersebut. Pada kelurga Caucasians dapat dikatakan bila orang tua normal akan mendapat kemungkinan anak laki-laki dengan CTEV 2%, bila perempuan 5%. Bila salah satu orang tua terkena dan sudah mempunyai anak yang terkena juga maka kemungkinan punya anak lagi dengan CTEV 10% - 25%. Pada orang Maori, bila orang tua normal akan mempunyai resiko punya anak dengan CTEV laki-laki atau perempuan sebanyak 9%. Bila orang tua terkena maka kemungkinan anaknya akan terkena 30%. IV. ETIOLOGI Teori etiologi CTEV sudah lama dikenal sejak zaman Hippocrates. Menurut teori ini penyebab CTEV adalah adanya kekuatan mekanik dari luar yang mengakibatkan terganggunya kecepatan tumbuh tulang, ligamen dan otot. Tapi teori ini sekarang sudah tidak bisa diterima lagi oleh karena kejadian CTEV tidak bertambah pada kasus dengan hamil kembar, bayi yang berat, primiparous uterus, hydramnion dan oligohydramnion. Menurut White, 1929, penyebab CTEV adalah kerusakan nervus peroneus oleh tekanan di dalam uterus. Menurut Midelton, 1934, oleh karena tidak adanya otot yang seimbang karena dysplasia peroneal dan menurut Bechtol dan Mossman, 1950, disebabkan oleh pemendekan relatif dari serabut otot yang mengalami degenerasi di dalam uterus. V. DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING Gambaran klinik clubfoot sangat karakteristik, kaki dan tungkai bawah seperti tongkat (clublike). Terdapat lekukan yang dalam pada bagian posterior sendi ankle, kaki bagian tengah dan kaki bagian depan terjadi aduksi, inversi dan aquinus. Dengan adanya inversi dan aduksi dari kaki bagian depan akan menyebabkan terabanya benjolan tulang pada subkutis dorsum pedis sisi lateral. Kulit pada sisi cembung (dorsum pedis), tipis, teregang, dan tidak ada lekukan kulit, malleolus lateralis lebih menonjol dibanding yang medial. Kulit sisi cekung (daerah medial dan plantar) terdapat cekungan yang dalam. Tulang naviculare berdekatan langsung dengan malleolus medialis, sehingga pada palpalsi jarak antara kedua tulang tersebut tidak terdapat sela. Kaki bagian depan dalam posisi equinus dan jaringan lunak sisi plantar kaki sangat kontraktur. Dapat diraba ligamentum dan kapsul sendi sisi medial kaki dan sisi posterior sendi ankle memendek dan menebal. Terdapat juga atrofi dari otot betis 2
5 dan pemendekan dari kaki. Keadaan equinus ini kaku dan bila dilakukan manipulasi pasif hanya terkoreksi sedikit. Bila keadaan ini datang terlambat untuk dikoreksi, maka keadaan kontraktur akan lebih parah dan akan lebih kaku, anak akan berjalan pada sisi kaki lateral dan pada malleolus lateralis. Anak tersebut bila berjalan akan terasa sakit dan terbentuk bursa dengan cepat. VI. TERAPI Tujuan terapi talipes equinovarus adalah : 1. Mereduksi dislokasi atau sublokasi sendi talocalcaneonaviculare 2. Mempertahankan reduksi 3. Memperbaiki normal articular alignment 4. Membuat keseimbangan otot antara evorter dan invertor, dan dorsi flexor dan plantar flexor 5. Membuat kaki mobile dengan fungsi normal dan weight bearing Terapi harus sudah dimulai pada hari-hari pertama kelahiran, 3 minggu pertama merupakan golden period, sebab jaringan lunak pada usia ini masih lentur. 1 Therapi Non Operative/Konsevatif Perawatan non operatif dimulai sejak penderita lahir, dengan melakukan elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur dan kemudian dipertahankan dengan pemasangan gips secara serial selama 6 minggu dan gips diganti setiap minggu. Dari 6 minggu sampai 12 minggu dipasang splint clubfoot tipe Denis Brown. Setelah penderita waktunya berjalan setiap malam dipasang splint sepatu Denis Brown dan siang hari memakai sepatu outflare sampai usia prasekolah. Dari serial terapi tersebut yang paling penting adalah tahap pertama yaitu elongasi jaringan lunak yang mengalami kontraktur dengan manipulasi pasif. Elongasi dari m. triceps surae, capsul posterior, dan ligamentum ankle dan subtalar Teknik : Os calcis dipegang antara ibu jari dan jari II, ditarik ke distal dan didorong ke medial menjauhi mallelous lateralis, tangan satunya mendorong daerah calcaneocuboid ke dorsiflexi, seluruh kaki tetap dalam posisi inversi. Tidak diperbolehkan melakukan dorsiflexi daerah kaki bagian depan, hai ini akan menyebabkan kaki melengkung. (roker-bottom). 3
6 Elongasi dari m. tibialis posterior dan ligamentum tibionaviculare Teknik : Os calcis dipegang antara ibu jari dan jari kedua, ditarik ke distal, dengan tangan yang lain jari kedua dan ibu jari memegang naviculare dan kaki bagian tengah ditarik ke distal ke daerah ibu jari kaki dan abduksi. Elongasi ligamentum plantar calcaneonaviculare dan jaringan lunak plantar pedis Teknik : Dengan satu tangan mendorong tumit ke proximal dan tangan yang lain memegang kaki bagian tengah ke arah dorsifleksi. Setiap tahapan di atas dilakukan sekitar 20 sampai 30 kali dan setiap gerakan dipertahankan selama 10 hitungan. Reduksi tertutup dislokasi medial dan plantar sendi talocalcaneonaviculare Tahapan ini dikerjakan setelah tahap di atas sudah cukup berhasil. Teknik : Kaki bagian belakang dipegang dengan tangan, jari kedua di atas corpus talus (di atas sinus tarsi), dekat anterior dan distal malleolus lateralis, ibu jari pada anterior malleolus medialis. Tangan satunya memegang kaki bagian tengah dan depan di antara ibu jari dan jari kedua, dengan menggunakan traksi ke arah longitudinal, kaki dalam posisi equinus dan inversi. Selanjutnya melakukan abduksi kaki bagian tengah, mendorong naviculare ke lateral dan talus bagian anterior ke medial dengan ibu jari. Secara klinis reduksi berhasil dengan terbentuknya kontur eksterna normal pada posisi istirahat. Setelah reduksi, dilakukan pemeriksaan radiologi, sisi AP dan lateral. Dianggap berhasil bila pada gambaran AP sudut talocalcaneal lebih dari 20 derajat dan T-MT1 kurang dari 15 derajat, pada gambaran lateral sudut talicalcaneal harus antara derajat. Keadaan terreduksi ini dipertahankan dengan gips yang diganti setiap seminggu sekali. 4
7 5
8 6
9 7
10 8
11 DAFTAR PUSTAKA 1. Apley s : System of Orthopaedics and fractures, 8 th edition, 2001, pp Tachdjian, M.O. : Pediatric Orthopedics, Second ed., vol. 4, WB. Saunders Co., Philadelphia, 1990, pp Salter. Robert B. : Textbook of Disorder and Injuries of The Musculosceletal System, Second ed., Williams & Wilkins, Baltimore/London, 1083, pp Campbell s, Operative Orthopaedics, 9 th edition, volume one, 1998, pp ************ 9
CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I
CTEV (Congenital Talipes Equino Varus)/ Club Foot-I CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus (mengarah ke bawah), varus (mengarah ke dalam/ medial), dan kaki depan adduktus (mendekati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah. keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional.
digilib.uns.ac.id 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional. 3.2. Sampel dan populasi Sampel dan populasi yang
Lebih terperinciPerbandingan Penanganan Clubfoot Metode Kite-Lovell dengan Ponseti
Perbandingan Penanganan Clubfoot Metode Kite-Lovell dengan Ponseti Andri Primadhi, Yoyos D. Ismiarto Bagian Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin,
Lebih terperinciDDH (Developmental Displacement of the Hip)-I
DDH (Developmental Displacement of the Hip)-I DDH juga diistilahkan sebagai Developmental Displasia of the hip. Dahulu, lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CONGINETAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV) BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CONGINETAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV) BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN DENNIS BROWN SPLINT TERHADAP PENURUNAN DERAJAT VARUS
ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN DENNIS BROWN SPLINT TERHADAP PENURUNAN DERAJAT VARUS PADA PASIEN CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS DI KLINIK PROMEDIK SEMARANG M. Syafi i, Siswiyanti, Reni Faridastuti Indriyani
Lebih terperinciEVALUASI RADIOLOGIS PADA PASIEN IDIOPATHIC CLUBFOOT YANG DITERAPI DENGAN METODE PONSETI DI RSO Prof. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA
Karya Tulis Akhir EVALUASI RADIOLOGIS PADA PASIEN IDIOPATHIC CLUBFOOT YANG DITERAPI DENGAN METODE PONSETI DI RSO Prof. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Karya Ilmiah Akhir Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA
HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan
Lebih terperinciCongenital Talipes Equinovarus (CTEV)
Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) Bayu Chandra Cahyono Fakultas Kedokteran Universitas Jember, RSD dr. Soebandi, Jember, Jawa Timur, Indonesia PENDAHULUAN Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar
KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA 17-21 TAHUN Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar Latar Belakang Apakah lengkung kaki kita normal? Belum ada data plantar pada usia tersebut Tekanan plantar
Lebih terperinciDRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009
DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP. 131 663 900 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009 A. ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Kelainan alat gerak adalah kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari otot,
Lebih terperinciFRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD.
FRAKTUR DIAFISIS TIBIA DAN FIBULA Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., M.Kes., CCD. DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG
Lebih terperinciBenny Seorang Bayi Perempuan 1 Bulan Dengan Congenital Talipes Equina Varus. Benny Setiyadi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Seorang Bayi Perempuan 1 Bulan dengan Congenital Talipes Equina Varus Benny Setiyadi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) atau Congenital Clubfoot merupakan
Lebih terperinciOSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR
BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR PREDIKSI REKURENSI TERAPI IDIOPATHIC CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. dr. R. SOEHARSO SURAKARTA
digilib.uns.ac.id i FAKTOR-FAKTOR PREDIKSI REKURENSI TERAPI IDIOPATHIC CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI RS ORTHOPAEDI PROF. DR. dr. R. SOEHARSO SURAKARTA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plantar Arch Index 2.1.1 Definisi Pedis adalah regio yang paling banyak terpengaruh variasi anatomi, salah satu karakteristik yang terpenting adalah variabilitas ketinggian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: ini mempunyai caput, collum dan corpus.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Pedis 2.1.1 Ossa Tarsalia Tarsus atau pangkal kaki tersusun oleh: A. Talus Os talus bersendi diatas dengan tibia dan fibula, dibawah dengan os calcaneus, dan didepan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH
BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIS EKSTREMITAS BAWAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH dr. Jainal Arifin, Sp.OT, M.Kes dr. M. Sakti, Sp.OT, M.Kes Sub Divisi Rheumatology Bagian Ilmu
Lebih terperinciANKLE & FOOT. Yulianto W, Dipl.PT, M.Kes.
ANKLE & FOOT Yulianto W, Dipl.PT, M.Kes. BASIC BIOMEKANIK Sendi Situasi Posisi Tibiofibular Talocrural Subtalar Resting position CPP Pola kapsular Resting position CPP Pola kapsular Resting position CPP
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA
PENATALAKSANAAN ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN SPRAIN ANKLE DEXTRA DISUSUN OLEH : SARTI RAHAYU P27226015085 PROGAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA KARANGANYAR 2015
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CONGINETAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV) BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CONGINETAL TALIPES EQUINO VARUS (CTEV) BILATERAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang saling berinteraksi dengan lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal dalam bergerak atau beraktivitas.
Lebih terperinciDISLOKASI SENDI PANGGUL
DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010), menunjukkan bahwa kejadian osteoartritis lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria di antara semua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan terdapatnya
digilib.uns.ac.id 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Arthrogryposis, atau arthrogryposis multiplex congenita (AMC), adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan terdapatnya beberapa kontraktur
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEJADIAN CTEV DENGAN TIMBULNYA DDH PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN CTEV DENGAN TIMBULNYA DDH PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN TESIS REZA RAHMAT 0706312310 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI ILMU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI SENDI PERGELANGAN KAKI A.1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terbentuk dari 3 persendian yaitu articulatio talocruralis, articulatio subtalaris dan articulatio
Lebih terperinciInsidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan. Kecenderungan terjadinya obesitas dapat disebabkan karena pola makan dan ketidakseimbangan
Lebih terperinciWan Rita Mardhiya, S. Ked
Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi
Lebih terperinciKaki Pengkor yang Terabaikan
Kaki Pengkor yang Terabaikan John Norgrove Penny, M.D., F.R.C.S.(C) Ringkasan: Deformitas kaki pengkor yang terabaikan merupakan kecacatan yang banyak terjadi pada anak-anak dan dewasa di negara berkembang.
Lebih terperinciINTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.
INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd. A. PENDAHULUAN Anak-anak dengan gangguan motorik (gerakan) mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, seperti:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Alamat : No. Handphone : Dengan ini menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaki merupakan salah satu bagian tubuh terpenting. Kaki merupakan penopang berat badan dan beban yang paling besar baik saat berdiri, berjalan, ataupun saat berlari,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J
NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Pergelangan Kaki 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki/ sendi loncat adalah bagian kaki yang terbentuk dari tiga persendian yaitu articulatio talocruralis,
Lebih terperinciANATOMI HUMERUS DAN FEMUR
ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal
Lebih terperinciFINGER TIP INJURY. Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., MKes., CCD
FINGER TIP INJURY Yoyos Dias Ismiarto, dr., SpOT(K)., MKes., CCD DEPARTEMEN/SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciFRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK. Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD
FRAKTUR DAN DISLOKASI SENDI SIKU PADA ANAK Yoyos Dias Ismiarto, dr, SpOT(K),M.Kes.CCD DEPARTEMEN / SMF ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI DROP FOOT ec. LESI NERVUS PERONEUS SINISTRA DI RSUD KABUPATEN SRAGEN NUNGKI HALIDA RIZKA NIM : J 100 100 058 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Menyelesaikan Tugas
Lebih terperinciKelompok. Nama Anggota
Kelompok... Nama Anggota... CARA PENGISIAN Satu buku digunakan untuk satu anggota. Data dasar diambil pada saat seorang menjadi anggota kelompok (hal. 5). Pemeriksaan rutin dilakukan pada setiap pertemuan
Lebih terperinciTULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR
TULANG DAN PERSENDIAN EXTREMITAS INFERIOR Prof. DR. dr. Hj. Yanwirasti, PA BAGIAN ANATOMI Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Dibentuk oleh : - sacrum - coccygis - kedua os.coxae Fungsi : Panggul (pelvis)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan
Lebih terperinciBAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat
BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis (OA) adalah penyakit articulatio degeneratif yang berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan disabilitas. Osteoarthritis
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH
HUBUNGAN TINGGI LOMPATAN DAN BENTUK ARCUS PEDIS DENGAN KEJADIAN SPRAIN PERGELANGAN KAKI PADA ATLET BULUTANGKIS YANG MELAKUKAN JUMPING SMASH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa sekarang banyak penduduk baik yang berusia produktif maupun yang sudah usia non produktif yang mengalami gangguan kesehatan. Seiring dengan bertambahnya jumlah
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CALCANEUS SPUR SINISTRA DENGAN MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN MASSAGE DI RSAL DR.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CALCANEUS SPUR SINISTRA DENGAN MICRO WAVE DIATHERMY (MWD) DAN MASSAGE DI RSAL DR. RAMELAN SURABAYA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap populasi juga berbeda dengan populasi lainnya. 1 Data lebar mesiodistal gigi penting sebagai informasi sebelum
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 4 Prosedur pemeriksaan bayi baru lahir menggunakan skala ballard : 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksaan dan minta persetujuan tindakan. 2. Lakukan anamnesa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu populasi dengan populasi lainnya. 1 Adanya variasi ukuran lebar
Lebih terperinciEVALUASI PENATALAKSANAAN ARTHROGRYPOSIS MULTIPLE CONGENITA CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI KLINIK CLUBFOOT RS ORTOPEDI PROF.DR.R.
digilib.uns.ac.id i Tugas Akhir EVALUASI PENATALAKSANAAN ARTHROGRYPOSIS MULTIPLE CONGENITA CLUBFOOT DENGAN METODE PONSETI DI KLINIK CLUBFOOT RS ORTOPEDI PROF.DR.R.SOEHARSO SURAKARTA Karya Ilmiah Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)
MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genetika adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur dan fungsi gen pada organisme. Hubungan genetika dengan ilmu ortodonsia sangat erat dan telah diketahui sejak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nyeri plantaris 2.1.1 Pengertian Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
Lebih terperinciMODUL FISIOTERAPI PEDIATRI FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL FISIOTERAPI PEDIATRI FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL FISIOTERAPI PADA KETERLAMBATAN PERKEMBANGAN PEMERIKSAAN FISIOTERAPI Perkembangan motorik kasar yang tidak sesuai dengan usia Menetapnya
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)
LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR) I. KONSEP DASAR MEDIS A. Definisi 1. Kontraktur merupakan suatu keadaan patologis tingkat akhir dari suatu kontraksi. Umumnya kontraktur terjadi apabila pembentukan sikatrik
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand)
MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Pergelangan dan Tangan (Wrist Joint and Hand) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior wajah merupakan faktor
Lebih terperinciROM (Range Of Motion)
Catatan : tinggal cari gambar ROM (Range Of Motion) A. Pengertian Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS BILATERAL PASCA OPERASI ACHILLES TENDO LENGTHENING DI BBRSBD SURAKARTA
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS BILATERAL PASCA OPERASI ACHILLES TENDO LENGTHENING DI BBRSBD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulang merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, serta terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Anatomi Telapak Kaki Kaki manusia merupakan struktur mekanis yang kuat dan kompleks, kaki terdiri dari 26 tulang dan 33 sendi yang mana 20 dari sendi ini artikulasinya aktif, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan
Lebih terperinciOSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi
OSTEOARTHRITIS GENU 1. Definisi Osteoarthritis (OA) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang sendi berupa disintegritas dan perlunakan progesif, diikuti penambahan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi penduduk berusia lanjut bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA ANAK CEREBRAL PALSY DENGAN KONDISI CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS MENGGUNAKAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT Lazimah, Nur Susanti (Prodi Fisioterapi FIK-UNIKAL) Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk, Indonesia memiliki sejumlah permasalahan baik dalam perekonomian,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI PERGELANGAN KAKI 1. Persendian pada Pergelangan Kaki Pergelangan kaki terdiri dari tiga persendian yaitu articulatio subtalaris, articulatio talocruralis, dan articulatio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan ke arah perkembangan di bidang industri yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan munculnya industri-industri
Lebih terperinciPembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.
OSTEOARTHRITIS Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad Anggota : Monareza Restantia Shirly D. C 111 11 178 Uswah Hasanuddin C 111 11 206 Citra Lady
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciCEDERA KAKI Perhatian Dislokasi Panggul Mekanisme cedera Manifestasi klinis
CEDERA KAKI Perhatian Walaupun cedera tulang pada tungkai bawah terlihat serius, kasus tersebut sering tidak mengancam nyawa dan termasuk dalam secondary survey pada pasien trauma. Semua dislokasi biasanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia. a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Anatomi lutut Komponen sendi lutut besar karena menanggung tekanan beban yang berat dan mempunyai ROM yang luas. Gerakannya penting untuk memendekkan dan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bersama dengan kemajuan zaman yang dirasakan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dirasakan akan mempengaruhi kehidupan kesehatan dimasyarakat
Lebih terperinciCarpal tunnel syndrome
Carpal tunnel syndrome I. Definisi Carpal tunnel syndrome adalah keadaan nervus medianus tertekan di daerah pergelangan tangan sehingga menimbulkan rasa nyeri, parestesia, dan kelelahan otot tangan. Tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fraktur femur proksimal atau secara umum disebut fraktur hip diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatominya. Fraktur neck femur dan intertrokanter femur memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Masalah Dari sekian banyak anggota tubuh yang dimiliki dalam tubuh manusia, kesemuanya adalah merupakan satu kesatuan untuk menciptakan keharmonisan aktivitas seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Osteoarthritis disebut juga penyakit sendi degeneratif yaitu suatu kelainan pada kartilago (tulang rawan sendi) yang ditandai dengan perubahan klinis, histologist,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat
Lebih terperinciBUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL.
BUKU PANDUAN MANUAL SKILL BLOK 18. SISTEM MUSKULOSKELETAL. Pembantu Dekan 1. Penanggung Jawab Prof.DR Dr Eriyati Darwin PA Dr.HM.Setia Budi Zain PA (K). 1 MANUAL SKILLS LAB BLOK MUSKULO SKELETAL TUJUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2010, jumlah lanjut usia (lansia) sebesar 23,9 juta jiwa (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini menempati posisi keempat dari jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita dan akan
Lebih terperinciKaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal. Wearing High-Heeled Shoes with Lumbal Lordosis
TINJAUAN PUSTAKA Kaitan Pemakaian Sepatu Hak Tinggi dengan Lordosis Lumbal Handy Winata* *Dosen bagian Anatomi FK UKRIDA Alamat Korespodensi : Jl. Terusan Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 E-mail: hand_y19@yahoo.com
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF
LAMPIRAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF Pokok bahasan Sub Pokok bahasan : Latihan fisik rentang derak/ Range Of Motion (ROM) : Mengajarkan latihan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Pada tahun 1883 Alphonse Bertillon, dokter berkebangsaan Prancis, menemukan sistem identifikasi yang tergantung kepada karakter yang tetap dari bagian tubuh tertentu.
Lebih terperinciPENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Oleh: Bambang Priyonoadi
PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Oleh: Bambang Priyonoadi Abstrak Pada waktu berolahraga, sering terjadi cedera pada daerah sendi pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki mudah
Lebih terperinciCROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR
CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Kesehatan optimal
Lebih terperinciLatihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik
LAMPIRAN 1 Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Non Hemoragik A. Pengertian Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia untuk melakukan pergerakan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KOMPLIKASI PADA PASIEN FRAKTUR KLAVIKULA PASCA PENATALAKSANAAN OPERATIF DIBANDINGKAN DENGAN KONTRALATERAL
PERBANDINGAN KOMPLIKASI PADA PASIEN FRAKTUR KLAVIKULA PASCA PENATALAKSANAAN OPERATIF DIBANDINGKAN DENGAN KONTRALATERAL (RS Bina Sehat Kabupaten Jember periode 2007-2012) SKRIPSI Oleh Adhitya Wicaksono
Lebih terperinci