BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. State Of The Art Penelitian dan pengembangan verifikasi terhadap ciri yang dimiliki manusia khususnya pada bentuk geometri tangan telah banyak dilakukan. Penelitian tentang bentuk geometri tangan dengan metode chain code pernah dilakukan oleh Santosa, Ari Made pada Tahun 2010 dengan judul penelitian Verifikasi Geometri Tangan Menggunakan Metode Chain Code dengan Metrika Dynamic Time Warping. Hasil penelitian Santosa, Ari Made menunjukkan bahwa metode chain code dapat menghemat ruang penyimpanan. Pengujian dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa akurasi tertinggi sistem mencapai 84,67% dengan catatan bahwa akurasi sistem tersebut menurun seiring dengan bertambahnya banyak pengguna sistem tersebut. Penelitian dengan metode Dominant Point pernah dilakukan oleh Ida Bagus Yogi Pratama pada tahun 2013 dengan judul sistem verifikasi tanda tangan online dengan metode dominant points dan location of dominant points hasil dari penelitian ini yaitu mampu mengenali dan membedakan tanda tangan yang dimiliki oleh orang yang berbeda melalui arah gerak dari tanda tangan tersebut. Pengujian ini menghasilkan akurasi sistem tanpa adanya simple dan trained imposters sebesar 99,65% pada threshold (T) 65,1 dengan spesifikasi rejection error (FNMR) sebesar 0% dan acceptance error sebesar 0,35%. Penelitian yang menggunakan metode time series pernah dilakukan oleh Christian Gruber, Michael Coduro dan Bernhard Sick dengan judul Signature Verification with Dynamic RBF Network and Time Series Motif. Penelitian ini menyajikan algoritma klasifikasi baru untuk time series. Langkah pertama disebut dengan motif waktu seri yang mewakili karakteristik subsquences dari seri waktu yang diekstrak menggunakan point ekstrim. Langkah kedua motif diekstrasi digunakan untuk melatih fungsi jaringan (DRBF) dibandingkan ke jaringan basis radial standar. Tingkat kesalahan sistem sekitar 1,5%. 6

2 Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Musa Mailah dan Lim Boon Han pada Tahun 2008 dengan judul Biometric Signature Verification Using Pen Position, Time, Velocity and Pressure Parameters. Sistem ini menghasilkan penolakan palsu sebesar 1,3% dan penerimaan palsu 0% dengan acuan menggunakan tanda tangan palsu yang telah ditiru. Pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu verifikasi dari bentuk geometi tangan dengan menggunakan metode multi matcher yaitu perpaduan antara metode arah chain code dan lokasi dari dominant points Tangan Tangan adalah bagian tubuh di ujung suatu lengan. Sebagian besar manusia memiliki dua tangan, biasanya dengan empat jari dan satu ibu jari. Bagian dalam tangan adalah telapak tangan. Jika jari-jari ditekuk erat, tangan akan membentuk suatu kepalan. Selain manusia, banyak jenis hewan lain yang memiliki tangan, terutama dari kelompok primata. Ibu jari disebut juga jari jempol. Selain itu keempat jari yakni jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking Chirognomy Chirognomy adalah studi tentang bentuk, ukuran dan penampilan tangan, termasuk analisis tekstur, warna dan kelenturan kulit. Tempat yang baik untuk memulai studi Chirognomy adalah dengan mengenal bentuk tangan dasar. Penilaian bentuk tangan memberikan wawasan tentang karakter penting dari individu. Sepanjang sejarah palmists telah mengembangkan berbagai sistem kategorisasi untuk jenis tangan. Salah satu sistem yang populer mengklasifikasikan tangan menjadi 7 jenis: Elemental,Square, Spatulate, filsafat, Conic, psikis dan Campuran. Dalam palmistri tradisional Cina ada jenis tangan 5 yang sesuai dengan 5 unsur Air, Api, Bumi Kayu, dan Metal. Jenis paling sederhana klasifikasi, dan salah satu yang saya mendukung, mencerminkan 4 kategori unsur yang digunakan dalam astrologi barat: Bumi, Air, Api dan Air. 7

3 Jenis unsur didefinisikan oleh bentuk telapak tangan dalam hubungannya dengan panjang jari-jari. Apakah telapak persegi atau lonjong? Apakah jari-jari pendek atau panjang? 2.4. Pola dan Pengenalan Pola Pola dalam hal ini merujuk pada pengertian suatu komposisi stimulus penginderaan yang kompleks yang dapat dikenali oleh manusia sebagai pengamat sebagai suatu kelompok objek. Rekognisi pola merupakan proses pengenalan kembali terhadap pola yang pernah dikenal. Bila dilihat dari jenis prosesnya, pemrosesan informasi memiliki dua jenis pemrosesan, yaitu data driven dan conceptually driven. Pemrosesan data driven dimulai dengan datangnya data penginderaan. Sedangkan dalam conceptually driven pemrosesan informasi dimulai dengan pembentukan konsep atau harapan individu tentang informasi yang mungkin dijumpainya. Rekognisi pola melibatkan baik pemrosesan data dengan data driven (informasi diterima oleh indera) maupun conceptually driven (pengetahuan yang disimpan di memori). Rekognisi pola (pattern recognition) merupakan proses yang menjembatani antara proses deteksi sinyal penginderaan yang sederhana (yang cenderung data driven ) dengan persepsi terhadap pola-pola yang kompleks (yang cenderung conceptually driven) Preprocessing Berbagai teknik pengolahan citra digital dapat digunakan untuk mempersiapkan citra agar dapat menghasilkan ciri yang lebih baik pada tahap pemisahan ciri. Beberapa teknik yang bisa digunakan pada tahap prapengolahan citra (preprocessing) diantaranya Grayscale, normalisasi intensitas Keabuan (Grayscale) Tujuan teknik grayscale adalah untuk mendapatkan citra keabuan. Citra keabuan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: I(x,y) = α.r + β.g + γ.b...(2.1) 8

4 Dengan I(x,y) adalah level keabuan pada suatu koordinat yang diperoleh dengan mengatur komposisi warna R (merah), G (hijau), B (biru) yang ditunjukan oleh parameter α, β, dan γ. Secara umum nilai α, β, dan γ adalah 0,33. Nilai yang lain juga dapat diberikan untuk ketiga parameter tersebut asalkan total keseluruhan nilainya adalah Pengambangan (Thresholding) Proses thresholding adalah proses pengolahan citra asli menjadi citra biner. Hasil akhir dari thresholding ini adalah citra dengan warna hitam dan putih. Proses thresholding dilakukan dengan menjumlahkan nilai RGB dari setiap pixel. Jika nilai penjumlahan lebih kecil dari 3 kali level thresholding yang ditentukkan, maka warna pixel tersebut diubah menjadi hitam (bernilai 0). Sebaliknya jika nilai penjumlahan RGB lebih besar, maka warna pixel dirubah ke warna putih (bernilai 1). Berikut adalah contoh gambar sebelum dan sesudah di thresholding. (a) (b) Gambar 2.1 Citra thresholding dengan level 128 (a) citra asli (b) Citra hasil threshholding 2.6. Sistem Biometrik Sebuah sistem biometrik pada hakikatnya merupakan sebuah sistem pengenalan pola yang melakukan identifikasi personal dengan melakukankeotentikan dari karekteristik fisiologis (retina, iris, sidik jari, struktur wajah, pola mata, geometri telapak tangan) dan perilaku tertentu yang dimiliki seseorang. Secara logika sistem ini dibagi menjadi dua modul: modul pendaftaran dan modul identifikasi. Modul pendaftaran yang berfungsi untuk mengambil datadata dari individu dan menyimpannya kedalam sistem. Untuk dapat digunakan 9

5 dalam proses pencocokan, representasi digital tersebut diproses lebih lanjut untuk mendapatkan representasi yang cukup untuk mewakili yang disebut dengan template. Template ini kemudian dapat disimpan kedalam database didalam sistem biometrik atau pada kartu magnetik (smart card). Modul identifikasi berfungsi untuk mengidentifikasi individu pada titik akses. Pada saat pengoperasian, pemindahan biometrik menangkap karekteristik yang akan di identifikasi dan di ubah menjadi format digital, kemudian oleh extraction feature diproses menjadi representasi yang sama dengan template-nya dan kemudian dicocokan untuk mendapatkan identitas. Karekteristik fisiologis manusia dapat dipakai sebagai identitas atau identitas personal, dalam karekteristik fisiologis manusia untuk biometrik harus memenuhi bebarapa kriteria yaitu: unik, permanen, dan dapat diambil atau diukur secara kuantitatif dan nilai dari pengukuran tersebut dapat digunakan untuk kepentingan identifikasi. Beberapa karekteristik fisilogis untuk identifikasi personal antara lain yang sudah sering dipakai maupun dalam penyelidikan atau pengembangan lebih lanjut antara lain adalah: wajah, pola retina, hand geometri, iris mata, pola suara, tandatangan dan sidik jari Wajah Wajah dapat diidentifikasi secara otomatis dengan suatu sistem yang kompleks karena tampilan struktur wajah dapat berubah-ubah. Tampilan struktur wajah dapat dilihat dari ekspersi wajah, gaya dan warna rambut, bulu-bulu diwajah telinga, posisi kepala, dan lain-lain yang dapat menghasilkan citra yang berbeda dengan citra yang diambil sebelumnya. Bentuk wajah dapat dilihat pada gambar 2.2 Gambar 2.2 Bentuk wajah 10

6 2.6.2 Pola Retina Pola retina dapat dijadikan sebagai sistem biometrik. Struktur yang terdapat pada pola retina terdapat pada pola pembuluh darah pada retina yang akan dipantulkan kembali pada sebuah kamera yang akan merekam pola tersebut yang dideteksi oleh intra red. Pada pola retina dapat dilihat pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Pola Retina Geometri Sruktur Tangan Hand geometry adalah struktur geometri tangan seseorang. Struktur ini termasuk lebar tangan orang, lebar telapak tangan, tebal tipisnya telapak tangan, panjang jari tangan dan lain-lain. Geometri struktur tangan dapat dijadikan sebagai sistem biometrik karena tangan bersifat unik. Bentuk scane hand geometry dapat dilihat pada gambar 2.4 Gambar 2.4 Hand Geometry Iris Mata Iris (selaput mata) pada mata dapat dijadikan sebagai sistem biometrik. Struktur yang terdapat pada iris mata ternyata unik untuk setiap manusia, sedangkan pola iris mata sebelah kiri dan kanan berbeda yang letaknya terlindung dibelakang selaput mata (kornea) yang membuat iris mata terlindung dari kerusakan. Maka iris mata dapat dilihat pada gambar 2.5 Gambar 2.5 Iris Mata 11

7 2.6.5 Pola Suara Salah satu hal yang pendekatan biometrik sudah banyak dipakai dengan pengenalan suara atau ucapan. Suara dapat di identifikasikan melalui jarak jauh dengan sistem vocal. Sistem vocal adalah suatu sistem yang digunakan dalam menganalisa suara dengan teknologi speech processing. Bentuk pola suara dapat dilihat pada gambar 2.6 Gambar 2.6 Pola Suara Verifikasi Tandatangan Suatu hal yang mendasari tanda tangan adalah antara bagian yang konstan dengan kebiasaan karena bagian yang berubah-ubah pada tiap kali mentanda tangani. Proses yang mengacu pada aspek dari proses dinamis pembuatan tandatangan, seperti tekanan dan kecepatan tandatangan. Bentuk tandatangan dapat dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Verifikasi Tandatangan Sidik Jari Sidik jari dapat dijadikan sebagai sistem biometrik dimana sidik jari bersifat unik. Berdasarkan klasifikasi pola sidik jari dapat dinyatakan secara umum kedalam tiga kategori yaitu: arch, loop, dan whorl. Pada pola sidik jari dapat dilihat pada gambar 2.8 Arch Loop Whorl Gambar 2.8 Pola Sidik jari 12

8 2.6.8 Telapak tangan (Palmprint) Telapak tangan dari tangan manusia berisi banyak pola bukit dan lembah seperti sidik jari. Area telapak tangan adalah jauh lebih besar dari area suatu jari dan sebagai hasilnya, telapak tangan diharapkan menjadi lebih membedakan lagi dibanding sidik jari. Karena alat pemindai telapak tangan harus menangkap suatu area besar, mereka lebih besar dan lebih mahal dibanding sensor sidik jari. Telapak tangan manusia juga berisi fitur tambahan seperti garis utama dan kerutan yang dapat ditangkap oleh suatu alat pemindai dengan resolusi yang lebih rendah, yang mana akan bersifat lebih murah. Akhirnya, ketika menggunakan suatu scanner telapak tangan dengan resolusi tinggi, semua fitur seperti geometri tangan, fitur bukit dan lembah (misalnya, rincian yang tidak penting dan bentuk tunggal seperti delta), bentuk utama dan kerutan dapat dikombinasikan untuk membangun suatu sistem biometrika yang sangat akurat. Gambar 2.9 Pola Tangan 2.7 Metode Chain Code Suatu pola dari suatu karakter di dalam citra dapat dikenali jika kita mampu mendapatkan ciri-ciri khusus. Setiap objek pasti mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan karakter yang lain. Ciri-ciri berguna untuk membedakan antara pola yang satu dengan yang lain. Ciri yang bagus adalah ciri yang memiliki daya pembeda yang tinggi, sehingga pengelompokan pola berdasarkan ciri yang dimiliki dapat menghasilkan keakuratan yang tinggi. Ekstrasi ciri adalah proses pengambilan ciri-ciri dari suatu objek di dalam citra untuk membedakan objek yang satu dengan yang lain. Chain code adalah metode yang melakukan penelusuran pixelpixel objek dengan panduan arah mata angin. 13

9 Gambar 2.10 Arah mata angin Mekanisme penelusuran disetiap dominant points menyebabkan teknik chain code dapat digunakan untuk menemukan struktur pembentuk dari suatu objek. Ilustrasi proses chain code dapat dilihat pada Gambar (a) (b) (c) (d) Gambar 2.11 (a) Huruf Y Dalam Bentuk Biner, (b) Arah Penelsuran Awal, (c) Acuan Arah Mata Angin, (d) Hasil Chain Code Untuk Huruf Y Hasil akhir dari proses ekstraksi ciri berbasis chain code yang dilakukan adalah sebuah vektor ciri yang berisi informasi urutan kode chain code pembentuk huruf. Mekanisme yang dilakukan oleh chain code menghasilkan urutan chain code untuk setiap huruf dapat memiliki panjang yang berbeda, sehingga 14

10 diperlukan sebuah mekanisme normalisasi untuk menyamakan panjang chain code agar dapat digunakan sebagai input pada proses klasifikasi. Langkah-langkah normalisasi yang dilakukan yaitu merubah chain code menjadi matriks berisi nilai dan frekuensinya, menghapus nilai dengan frekuensi 1 (satu buah), menerapkan rumus normalisasi untuk mencari frekuensi sesuai yang diinginkan, dan membangun ulang chain code sesuai frekuensi yang baru. Langkah awal normalisasi chain code adalah dengan jittering reduction. Jittering terjadi karena gerakan tangan yang user input-kan tidak sempurna, sehingga titik-titik yang tersimpan menjadi tidak smooth (halus). Cara yang digunakan untuk mengurangi jittering adalah dengan tidak menghiraukan kode direction primitives yang panjangnya kurang dari konstanta yang telah ditentukan. Misalnya terdapat kode direction primitives seperti di bawah ini: Kode direction primitives akan berubah setelah proses jittering reduction dengan konstanta 3 dilakukan. Kode direction primitives dari chain code di atas akan berubah menjadi: Nilai konstanta jittering didapat dari hasil analisa terhadap hasil direction primitives dari input dengan direction primitive yang diinginkan. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa nilai terbesar maksimum jittering yang paling banyak terdeteksi adalah 2 digit. Prosedur ini akan dilakukan pada setiap stroke yang ada, sehingga setiap stroke akan memiliki chain code. Chain code inilah yang akan digunakan untuk menentukan dominant points serta untuk membandingkan kecocokan antara telapak tangan acuan (reference) dengan yang akan dicocokkan. Normalisasi frekuensi chain code dibutuhkan karena dari setiap input, frekuensi dari direction primitive yang telah melalui jittering reduction akan 15

11 selalu berbeda. Nilai frekuensi baru kode ke-i didapatkan dengan rumus normalisasi yang diterapkan sebagai berikut: F i n = F i Ʃ F i N...(2.5) Contoh dari direction primitives dari sebuah stroke yang telah mengalami jittering reduction menghasilkan kode: Frekuensi yang ditentukan untuk sebuah stroke adalah 10 kode, maka akan dilakukan normalisasi frekuensi kode dengan rumus tersebut di atas. Frekuensi Angka 2 awal F i N = = Frekuensi Angka 0 F i N = = Frekuensi Angka 6 F i N = = Frekuensi Angka 2 akhir F i N = = Hasil akan dibulatkan jika menunjukkan adanya angka dibelakang koma. Kode dari contoh di atas setelah mengalami normalisasi akan berubah menjadi: Dominant Points Dominant points adalah titik-titik yang termasuk dalam kategori berikut ini: (a) titik awal dan titik akhir stroke; (b) local extrema; (c) titik tengah yang 16

12 menghubungkan dua titik dari kategori (a) dan (b) yang berurutan. Konteks kurva dalam hal ini adalah fungsi f (x). Fungsi f (x) dan f (x1) = 0, di mana x1 adalah angka yang terletak dalam domain dari f, maka x1 disebut angka kritis dari fungsi f. Dan titik (x1,f (x2)) disebut sebagai titik kritis dari fungsi f. Local extrema mencakup local maxima dan local minima. Kata local dipakai untuk menunjukkan bahwa perhtian hanya diberikan pada interval tertentu pada domain fungsi. Gambar 2.12 Contoh dominant points Increasing Function dan Decreasing Function Interval dalam fungsi dapat ditentukan termasuk increasing atau decreasing dari nilai derivative-nya. Fungsi termasuk fungsi increasing jika nilai deriatifnya berada di atas nol dan akan termasuk fungsi decreasing jikan nilai deriatifnya berada di bawah nol. Gambar 2.13 Fungsi f(x) = x 2 10x

13 Gambar 2.13 adalah contoh untuk fungsi f(x) = x 2 10x + 30 yang nilai derivative-nya adalah f (x) = 2x 10. Batas interval adalah bila nilai derivative-nya nol didapatkan satu nilai, x = 5. Tabel 2.1 Fungsi decreasing dan increasing pada f(x) = x 2 10x + 30 Interval Tanda dari f (x) Hasil (-, 5) (-) - (5, ) (+) + Kesimpulan decreasing increasing Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa fungsi f(x) = x 2 10x + 30 akan bersifat decreasing bila nilai x<5 dan bersifat increasing bila x> Local Maxima dan Local Minima Titik kritis yang termasuk dalam local maxima atau local minima atau tidak termasuk dalam keduanya dapat diperhatikan dari perubahan tanda derivative-nya. Titik tersebut bisa termasuk local maximum atau local minimum jika terjadi perubahan tanda tersebut, namun jika tidak terjadi perubahan tanda, maka titik tersebut bukan termasuk keduanya. a) (x1,f (x1)) adalah local maximum jika f (x1) > 0 untuk x < x1 dan f (x1) < 0 untuk x > x1 b) (x1,f (x1)) adalah local minimum jika f (x1) < 0 untuk x < x1 dan f (x1) > 0 untuk x > x1 c) (x1,f (x1)) bukan local maximum maupun local minimum jika f (x1) > 0 untuk x < x1 dan f (x1) < 0 untuk x > x1 Suatu titik dikatakan locam maximum jika pada titik tersebut fungsi berubah dari increasing menjadi decreasing, dan dikatakan local minimum jika pada titik tersebut fungsi berubah dari decreasing menjadi increasing. Titik yang merupakan local minimum bisa jadi nilainya (y atau f(x)) lebih besar daripada local maximum, dan begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan perhatian diberikan hanya pada domain interval tertentu, tetapi tidak demikian dengan global maximum dan global minimum, karena perhatian diberikan pada seluruh domain. Global maximum adalah local maximum yang memiliki nilai 18

14 tertinggi pada seluruh domain dan global minimum adalah local minimum yang memiliki nilai paling kecil pada seluruh domain Local minimum Local maximum Global maximum Local minimum Global minimum Gambar 2.14 Contoh maximum dan minimum 2.9 Direction Primitives Direction Primitives digunakan untuk mengubah arah gerak ke dalam kode. Arah gerak yang dipakai ada 8 macam, yauti {E, SE, S, SW, W, NW, N, NE}. Arah gerak tersebut akan dikodekan ke dalam bilangan 0 sampai 7. Gambar 2.15 Direction code untuk 8 arah mata angin Seluruh arah gerak dikodekan lalu akan didapatkan chain code untuk setiap stroke. Arah gerak dari titik A(xa,ya) ke titik B (xb,yb) ditentukan dari persamaan Δx = xb xa, dan Δy = yb ya, jika Δx > 0 maka Δx = 1, jika Δx < 0 19

15 maka Δx = -1. Hal yang sama berlaku untuk Δy, kemudian berdasarkan tabel 2.2 maka dapat diketahui nilai direction primitives-nya (d). Tabel 2.2 Menentukan direction code berdasarkan Δx dan Δy di Δx Δy Gambar 2.16 Contoh chain code 2.10 Normalisasi Normalisasi merupakan proses untuk merubah data menjadi data dalam bentuk normal dimana data normal berarti data tersebut berada dalam range yang diinginkan. Normalisasi sangat diperlukan dalam sistem verifikasi khususnya verifikasi biometri tangan sebab data input-an user tidak akan selalu sama di setiap waktunya, seperti misalnya besar kecilnya sebuah telapak tangan, kemiringan telapak tangan pada media, ratio gambar, dan lainnya yang akan mempengaruhi kualitas verifikasi. Cara kerja sederhana dari normalisasi yaitu saat range data lebih dari range yang dibutuhkan, maka proses normalisasi akan merapatkan data ke range yang diinginkan dan jika range data kurang dari range yang dibutuhkan maka proses normalisasi akan melonggarkan data ke range yang dibutuhkan. Proses normalisasi pada ukuran sebuah gambar dilakukan dengan melakukan normalisasi pada sisi horisontal dan normalisasi pada sisi vertikalnya. 20

16 x i = x i O x min x max x min W..(2.3) y i = y i O y min y max y min H...(2.4) Titik (x O i, y O i ) adalah data berupa titik yang hendak dinormalisasi, titik (x i, y i ) adalah hasil normalisasi, x min = min {x o i }, y min = min {y o i }, x max = max {x o i }, y max = max {y o i }, W dan H adalah lebar dan tinggi yang diinginkan. Keproposionalan gambar harus tetap terjaga. Ratio gambar input-an dengan gambar setelah mengalami proses normalisasi haruslah proposional. Caranya adalah dengan mengambil ratio gambar masukan kemudian menjadikannya acuan untuk ratio gambar setelah proses normalisasi, contohnya jika bentuk telapak tangan yang dimasukkan bersifat portrait atau degan kata lain memiliki ratio height > width, maka tinggi gambar akan diubah menjadi skala pixel yang ditentukan (misalnya 130 pixel). Lebar gambar akan menyesuaikan berdasarkan ratio yang ada, begitu juga seballiknya, jika bentuk telapak tangan yang dimasukkan bersifat landscape atau dengan kata lain memiliki ratio height < width, maka lebar gambar akan diubah menjadi skala pixel yang ditentukkan (misalkan 280 pixel). Tinggi gambar akan menyesuaikan berdasarkan ratio yang ada. Ukuran telapak tangan yang diinginkan didapat setelah proses di atas dijalankan. Tiap koordinat titik akan dinormalisasi, baik secara vertical maupun horizontal, kemudian sebuah titik dinormalisasi, koordinatnya dipindah ke tempat yang sesuai agar hasil akhir karakter setelah dinormalisasi akan terletak di tengahtengah kanvas. 21

17 2.11 Dynamic Time Warping (DTW) Dynamic Time Warping adalah metode untuk menghitung jarak antara dua data time series. Keunggulan DTW dari metode jarak yang lain adalah mampu menghitung jarak dari dua vector data dengan panjang berbeda. Jarak DTW di antara dua vector dihitung dari jalur pembengkokan optimal (optimal warping path) dari kedua vector tersebut. Ilustrasi pencocokan dengan DTW ditunjukan pada gambar di bawah ini : Gambar 2.17 Ilustrasi pencocokan dengan metode DTW Teknik menghitung DTW yang paling handal adalah metode pemrograman dinamis. Jarak DTW dapat dihitung dengan rumus : D(UV) = γ(m, n)..(2.15) γ(m, n) = d base (u j, v j ) + min[γ(i 1, j), γ(i 1, j 1), γ(i, j 1)]..(2.16) γ(0,0) = 0, γ(0, ) = 0, γ(, 0) =...(2.17) Nilai kolom (i, j) terlihat sebagai nilai penjumlahan jalur pembengkokan dari kolom (1,1) hingga (i, j). Kolom dengan nilai γ(i, j)(1 i < m, 1 j n) dinamakan matrik jarak terjumlahkan. Berikut adalah contoh matrik jarak terjumlahkan : 22

18 Table 2.3 Ilustrasi matriks jarak terjumlahkan (commulative distance matrix) dengan 2 vektor U={2,5,2,5,3} dan V={0,3,6,0,6,1} Tabel berikut menunjukan langkah-langkah mendapatkan matriks jarak terjumlahkan yang ditunjukan pada Tabel berikut : Tabel 2.4 Langkah 1 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom1 Komulatif =Komulati f (0-2) Minimum (0-5) (0-2) (0-5) (0-3) Tabel 2.5 Langkah 2 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom2 Komulatif =Komulatif (3-2) Minimum (3-5) (3-2) (3-5) (3-3)

19 Tabel 2.6 Langkah 3 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom3 Komulatif =Komulatif 6-2) ) Minimum 6-2) ) ) Tabel 2.7 Langkah 4 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom4 Komulatif =Komulatif (0-2) (0-5) (0-2) Minimum (0-5) (0-3) Tabel 2.8 Langkah 5 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom5 Komulatif =Komulatif 6-2) ) ) ) Minimum 6-3) Tabel 2.9 Langkah 6 Matrik Jarak Terjumlahkan =kolom6 Komulatif =Komulatif 1-2) ) ) )

20 1-3) Minimum Hasil 15 adalah jarak minimum seperti tampak pada matriks jarak terjumlahkan pada Tabel 2.9. Metode DTW digunakan untuk sistem pengenalan suara, pencocokan biometri tangan dan dapat diaplikasikan pada sistem pencocokan fitur bentuk biometrika bibir manusia Pengukuran Unjuk Kerja Sistem Kesalahan pada sistem biometrika dapat terjadi karena dua data biometrika milik orang yang sama tidak selalu mutlak sama. Pengaruh ketidak sempurnaan saat akuisisi data, usia, pekerjaan, derau, kondisi kesehatan, dan lain sebagainya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mengapa dua biometrika yang berasal dari orang yang sama tidak selalu mutlak sama. Sistem tradisional (seperti password dan PIN), selalu dapat memberikan jawaban absolut YA atau TIDAK terhadap pertanyaan apakah PIN yang diverifikasi sama dengan PIN yang diklaim. Sistem biometrika tidak dapat memberikan jawaban absolut seperti itu. Tanda tangan yang didapat dari orang yang sama pada saat yang berbeda tidaklah selalu mutlak sama. Sistem biometrika hanya dapat memberikan jawaban seberapa besar tingkat kemiripan dua biometrika yang diuji atau seberapa besar probabilitas dua biometrika yang diuji berasal dari orang yang sama. Jenis-jenis kesalahan yang dijadikan tolak ukur dalam pengukuran unjuk kerja sistem biometrika adalah decision error rate, matching error rate, dan image acquisition rate Rasio Kesalahan Keputusan Unjuk kerja suatu sistem biometrika seringkali dinyatakan dengan rasio kesalahan keputusan (decision error rate), yaitu rasio kesalahan penerimaan (false acceptance rate) dan rasio kesalahan penolakan (false rejection rate) False Acceptance Rate (FAR) menyatakan bagian transaksi dengan klaim salah terhadap identitas (yang terdaftar di sistem) ataupun non-identitas (yang tidak terdaftar di sistem) yang diterima sistem, sedangkan False Rejection Rate (FRR) menyatakan bagian transaksi dengan klaim benar terhadap identitas (yang 25

21 terdaftar di sistem) ataupun non-identitas (yang tidak terdaftar di sistem) yang ditolak sistem Rasio Kesalahan Pencocokan Rasio kesalahan pencocokan (matching error rate) menyatakan probabilitas terjadinya kesalahan pencocokan pada sistem. Terdapat 2 jenis rasio kesalahan pencocokan, yaitu rasio kesalahan kecocokan (false match rate) dan rasio kesalahan ketidakcocokan (false non match rate) ((Putra, 2010, p34). False Match Rate (FMR) menyatakan probabilitas sampel dari pengguna cocok dengan acuan yang diambil secara acak milik pengguna yang berbeda. False match rate disebut juga false positive. Rasio kesalahan kecocokan dihitung dengan rumus : FMR = Jumlah kesalahan cocok Jumlah keseluruhan pencocokan x 100%...(2.18) False Non Match Rate (FNMR) menyatakan probabilitas sampel dari pengguna tidak cocok dengan acuan lain yang diberikan pengguna yang sama. False non match rate disebut juga false negative. Rasio kesalahan ketidakcocokan dihitung dengan rumus : FNMR = Jumlah Kesalahan Tidak Cocok Jumlah Keseluruhan proses pencocokan x 100%.. (2.19) FMR seringkali disamakan dengan FAR, dan FNMR disamakan dengan FRR. FMR dan FNMR pada umumnya tidak sama dengan FAR dan FRR. FMR dan FNMR diperhitungkan dari jumlah perbandingan (pencocokan) yang dilakukan, sedangkan FAR dan FRR diperhitungkan dari keseluruhan transaksi Grafik Receiver Operation Characteristics (ROC) Grafik karakteristik operasi penerima (ROC) adalah grafik yang digunakan untuk menunjukan unjuk kerja suatu sistem biometrika. ROC memiliki 3 jenis model grafik seperti ditunjukan pada Gambar Gambar 2.18 (a), sumbu x menyatakan nilai ambang dan sumbu y menyatakan FAR/FRR atau FMR/FMNR. Pada Gambar 2.18 (b), sumbu x menyatakan FRR (FNMR) dan sumbu y menyatakan FAR (FMR), sedangkan pada Gambar 2.18 (c) sumbu x menyatakan FAR (FMR) dan sumbu y 26

22 menyatakan GAR (Genuine Acceptance Rate). Salah satu dari ketiga grafik tersebut dapat digunakan untuk mewakili untuk kerja suatu sistem biometrika. (a) (b) (c) Gambar 2.18 (a), (b), (c) Model grafik ROC GAR menyatakan tingkat kesuksesan pengenalan suatu sistem biometrika (bukan tingkat kesalahan) dan dapat dinyatakan sebagai : GAR = 1 FRR, atau GAR = 1 FNMR...(2.20) Menghitung GAR berarti menghitung seberapa besar sistem sukses mengenali pengguna secara benar. 27

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)

Lebih terperinci

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan

BAB 4. Sistem Yang Diusulkan 61 BAB 4 Sistem Yang Diusulkan 4.1 Kerangka Sistem Pada bagian ini dijelaskan lebih lanjut mengenai kerangka sistem yang diusulkan serta urut-urutan sistem berjalan. 4.1.1 Pengambilan Data Pada proses

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemalsuan identitas sering kali menjadi permasalahan utama dalam keamanan data, karena itulah muncul teknik-teknik pengamanan data seperti penggunaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. a. Universal (universality), dimana karakteristik yang dipilih harus dimiliki oleh setiap orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasar dari ciri atau tanda dari seseorang maka identitas seseorang itu dapat diketahui. Permasalahan yang menyangkut identitas seseorang tersebut dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengontrol akses menuju suatu wilayah atau material yang dilindungi, dibutuhkan teknik pengenalan individu yang handal. Seiring dengan perkembangan zaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu memanfaatkan teknologi untuk melakukan kegiatannya. Ini dikarenakan teknologi membuat tugas manusia menjadi lebih ringan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Keamanan data pribadi merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap orang yang hidup di era dimana Teknologi Informasi (TI) berkembang dengan sangat pesat. Setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manuasia. Biometrika telah lama dikenal sebagai pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan sidik jari merupakan salah satu metode yang diterapkan pada teknologi yang digunakan manusia seperti pada mesin absensi, alat pengamanan pada brankas dan

Lebih terperinci

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah Sistem Identifikasi Biometrik Finger Knuckle Print Menggunakan Histogram Equalization dan Principal Component Analysis (PCA) M.FAIZ WAFI 09121001043 Sistem Komputer

Lebih terperinci

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Terdapat banyak jenis pola: Pola visual Pola temporal Pola logikal Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Statistik

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN INDIVIDU MELALUI IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS DISKRIMINATOR SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR

SISTEM PENGENALAN INDIVIDU MELALUI IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS DISKRIMINATOR SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR SISTEM PENGENALAN INDIVIDU MELALUI IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MATRIKS DISKRIMINATOR SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Oleh: Ahmad Sirojuddin Luthfi - 1210100052 Dosen Pembimbing : Drs. Nurul

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si APLIKASI FILTER LOG GABOR PADA SISTEM PENGENALAN IRIS MATA (Application Log-Gabor Filter in Iris Recognition System ) SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP 1206100051 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kontribusi penelitian. Masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Pada penelitian ini, algoritma untuk identifikasi sidik jari tersusun dari 3 tahapan proses yakni tahap preprocessing fingerprint image, minutiae extraction, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mata adalah indra terbaik yang dimiliki oleh manusia sehingga citra (gambar) memegang peranan penting dalam perspektif manuasia. Namun mata manusia memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN REAL TIME MENGGUNAKAN METODE DOMINANT POINT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN REAL TIME MENGGUNAKAN METODE DOMINANT POINT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN REAL TIME MENGGUNAKAN METODE DOMINANT POINT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION Oleh: Bakhtiar Arifin (1206 100 722) Dosen Pembimbing: Prof. DR. M.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi informasi, maka informasi menjadi suatu barang yang berharga di dalam masyarakat. Oleh karena itu maka dibutuhkan suatu sistem yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI Nama Mahasiswa : Yuliono NRP : 1206 100 720 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Soetrisno, M.IKomp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang teori-teori penunjang yang diperlukan dalam perancangan verifikasi tanda tangan online dengan metode time series. 2.1 State of the art Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metodologi, dan sistematika

BAB I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metodologi, dan sistematika BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, metodologi, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini. 1.1

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam pengerjaan perancangan dan pembuatan aplikasi pengenalan karakter alfanumerik JST algoritma Hopfield ini menggunakan software Borland Delphi 7.0. 3.1 Alur Proses Sistem

Lebih terperinci

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login

Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login The 13 th Industrial Electronics Seminar 011 (IES 011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 6, 011 Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Pengujian Pengenalan Wajah Menggunakan Raspberry Pi

Pengujian Pengenalan Wajah Menggunakan Raspberry Pi Pengujian Pengenalan Wajah Menggunakan Raspberry Pi 1 Irvan Budiawan, 2 Andriana Prodi Teknik Elektro, Universitas Langlangbuana Bandung JL. Karapitan No.116, Bandung 40261 E-mail: 1 budiawan.irvan@gmail.com

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM VERIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN METODE MENGHITUNG PANJANG DAN LEBAR RUAS JARI ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROGRAM VERIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN METODE MENGHITUNG PANJANG DAN LEBAR RUAS JARI ABSTRAK PENGEMBANGAN PROGRAM VERIFIKASI TELAPAK TANGAN DENGAN METODE MENGHITUNG PANJANG DAN LEBAR RUAS JARI Yudhi Sanjaya/0322106 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING

PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) PENGENALAN BILANGAN ARAB MENGGUNAKAN TEMPLATE MATCHING Muhammad Hanif Dwiadi¹, Sofia Naning Hertiana², Gelar Budiman³ ¹Teknik Telekomunikasi,, Universitas Telkom Abstrak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE ABSTRAK VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR CHAIN CODE Andre Sitorus (0822107) Jurusan Teknik Elektro email: tiantorus11@gmail.com ABSTRAK Pola yang dibentuk oleh

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang

Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang 17 BAB II REKOGNISI KARAKTER NUMERIK 2.1 Gambaran Singkat Rekognisi Karakter Optik Rekognisi karakter optik merupakan salah satu aplikasi pengenalan pola yang dirancang untuk menerjemahkan teks baik berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

YOGI WARDANA NRP

YOGI WARDANA NRP PENGEMBANGAN ALGORITMA SISTEM IDENTIFIKASI MATA MANUSIA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE GABOR PADA PERALATAN AOI ( AUTOMATED OPTICAL INSPECTION ) YOGI WARDANA NRP. 2107 100 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur

Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur Identifikasi Tanda Tangan Dengan Ciri Fraktal dan Perhitungan Jarak Euclidean pada Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur Cahya Hijriansyah 1, Achmad Solichin 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra Citra dapat direpresentasikan sebagai kumpulan picture element (pixel) pada sebuah fungsi analog dua dimensi f(x,y) yang menyatakan intensitas cahaya yang terpantul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biometrik adalah salah satu teknologi cangih yang banyak dipakai untuk menjadi bagian dari system keamanan di berbagai bidang. Biometrik ini bahkan sudah digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab 2 ini berisi tentang pembahasan teori-teori tentang jaringan syaraf tiruan, Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab 2 ini berisi tentang pembahasan teori-teori tentang jaringan syaraf tiruan, Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 ini berisi tentang pembahasan teori-teori tentang jaringan syaraf tiruan, Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ). 2.1. Algoritma Algoritma adalah urutan langkah-langkah

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA Seminar Nasional Teknologi Informasi 2007 1 APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA Murinto 1) Rusydi Umar 2) Burhanuddin 3) 1,2,3) Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH ABSTRAK Biometrika merupakan cara untuk mengidentifikasi individu menggunakan karekteristik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE

APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE APLIKASI BIOMETRIKA PENCOCOKAN CITRA DAUN TELINGA BERBASIS TEKSTUR DAN BENTUK MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET DAN CHAIN CODE Ezy Claudia Nivsky 1, Ernawati 2, Endina Putri Purwandari 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROGRAM PENGOLAHAN CITRA BIJI KOPI Citra biji kopi direkam dengan menggunakan kamera CCD dengan resolusi 640 x 480 piksel. Citra biji kopi kemudian disimpan dalam file dengan

Lebih terperinci

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB) REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB) Elfrida Sihombing (0922019) Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME

IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME Jurnal POROS TEKNIK, Volume 4, No. 1, Juni 2012 : 24-29 IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME Gunawan Rudi Cahyono (1) (1) Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang secara tidak disadari diikuti oleh perkembangan teknologi sangat banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan kata dalam dunia teknologi informasi merupakan suatu permasalahan yang tidak asing dalam bidang kecerdasan buatan. Pengenalan kata dalam bidang kecerdasan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. identifikasi (Naseem, 2010). Sudah banyak sistem biometrik yang dipakai pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biometrik merupakan cara untuk merekam fisik seseorang atau karakteristik kebiasaan atau sifat yang bisa digunakan untuk otentikasi atau identifikasi (Naseem, 2010).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. istem biometrika merupakan teknologi pengenalan individu dengan menggunakan bagian tubuh atau

I. PENDAHULUAN. istem biometrika merupakan teknologi pengenalan individu dengan menggunakan bagian tubuh atau 1 Sistem Pengenalan Individu Melalui Identifikasi Telapak Tangan dengan Menggunakan Matriks Ahmad Sirojuddin Luthfi dan Nurul Hidayat Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

KEAMANAN DENGAN SISTEM BIOMETRIK Oleh : Krisnawati

KEAMANAN DENGAN SISTEM BIOMETRIK Oleh : Krisnawati 1 KEAMANAN DENGAN SISTEM BIOMETRIK Oleh : Krisnawati Abstrak Saat ini teknologi yang umum untuk mengenali seseorang di dunia digital adalah pasangan user ID dan password. Teknologi ini dirasakan memiliki

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk

IV. RANCANG BANGUN SISTEM. Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk IV. RANCANG BANGUN SISTEM 4.1 Analisis dan Spesifikasi Sistem Perangkat lunak bantu yang dibuat adalah perangkat lunak yang digunakan untuk menyisipkan label digital, mengekstraksi label digital, dan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pengolahan citra digital telah mengalami perkembangan pesat dengan semakin banyak penelitian tentang pengenalan objek dari sebuah citra. Pengenalan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klasifikasi sidik jari merupakan bagian penting dalam sistem pengidentifikasian individu. Pemanfaatan identifikasi sidik jari sudah semakin luas sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses autentikasi itu sendiri adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses autentikasi itu sendiri adalah BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini proses autentikasi semakin banyak digunakan untuk berbagai macam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses autentikasi itu sendiri adalah proses untuk menentukan

Lebih terperinci

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK Wiratmoko Yuwono Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS Jl. Raya ITS, Kampus ITS, Sukolilo Surabaya 60111

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan perangkat lunak dari sistem biometrik sidik jari dibuat dibagi menjadi 2 module utama yakni : module enhencement sidik jari berikut aplikasi penyimpanan kedalam database

Lebih terperinci

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL

PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL Makalah Nomor: KNSI-472 PENCARIAN CITRA BERDASARKAN BENTUK DASAR TEPI OBJEK DAN KONTEN HISTOGRAM WARNA LOKAL Barep Wicaksono 1, Suryarini Widodo 2 1,2 Teknik Informatika, Universitas Gunadarma 1,2 Jl.

Lebih terperinci

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN METODE MODIFIED DIRECTION FEATURE (MDF) DAN EUCLIDEAN DISTANCE

PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN METODE MODIFIED DIRECTION FEATURE (MDF) DAN EUCLIDEAN DISTANCE PENGENALAN TANDA TANGAN DENGAN METODE MODIFIED DIRECTION FEATURE (MDF) DAN EUCLIDEAN DISTANCE Fitri Damayanti D3 Manajemen Informatika Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, PO BOX 2, Kamal, Bangkalan

Lebih terperinci

PENDETEKSI DAN VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE IMAGE DOMAIN SPASIAL. Abstrak

PENDETEKSI DAN VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE IMAGE DOMAIN SPASIAL. Abstrak PENDETEKSI DAN VERIFIKASI TANDA TANGAN MENGGUNAKAN METODE IMAGE DOMAIN SPASIAL Annisa Hayatunnufus [1], Andrizal,MT [2], Dodon Yendri,M.Kom [3] Jurusan Sistem Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN DFT (DISCRETE FOURIER TRANSFORM)

KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN DFT (DISCRETE FOURIER TRANSFORM) KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN DFT (DISCRETE FOURIER TRANSFORM) Cilla Sundari 1, Muhammad Nasir 2, Hari Toha Hidayat 3 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

RANCANG DAN IMPLEMENTASI PATTERN RECOGNITION PADA GARIS TELAPAK TANGAN UNTUK AKSES KEAMANAN PINTU

RANCANG DAN IMPLEMENTASI PATTERN RECOGNITION PADA GARIS TELAPAK TANGAN UNTUK AKSES KEAMANAN PINTU RANCANG DAN IMPLEMENTASI PATTERN RECOGNITION PADA GARIS TELAPAK TANGAN UNTUK AKSES KEAMANAN PINTU Mutia Rafika 1*, Abdul Rakhman 1, Jon Endri 1 1 Program Studi Teknik Telekomunikasi, Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci