ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS"

Transkripsi

1 96 ISSN Sumijanto ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS Sumijanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN-BATAN) ABSTRAK ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2H 4) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS. Efektivitas hidrazin (N 2H 4) sebagai alternatif inhibitor korosi baja karbon rendah tipe GGG-304 dalam medium air pendingin sekunder RSG-GAS telah diuji secara elektrokimia menggunakan teknik potensiodinamik. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada temperatur 35 0 C, 40 0 C dan 50 0 C dengan konsentrasi hidrazin 0 ppm, 10 ppm, 30 ppm dan 50 ppm menunjukkan bahwa efektivitasnya meningkat dengan naiknya temperatur dan konsentrasi hidrazin. Hidrazin yang ditambahkan ke dalam air pendingin sekunder dapat mengurangi jumlah oksigen terlarut dan membentuk senyawa komplek Fe(N 2H 4) 3 2+ yang melapisi permukaan logam baja karbon rendah tipe GGG-304 melalui ikatan adsorpsi kimia. Senyawa komplek tersebut selain melapisi permukaan juga menyebabkan konduktivitas listrik air pendingin sekunder menurun sehingga meningkatkan efektivitas inhibisi hidrazin terhadap korosi. Pada batasan temperatur operasi (42 0 C), ketahanan korosi baja karbon rendah tipe GGG-304 meningkat hingga 94,12% (laju korosi dari 0,140 mpy menjadi 0,0024 mpy) pada dosis hidrazin 50 ppm. Hidrazin dapat dipertimbangkan sebagai alternatif inhibitor korosi pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS. Kata kunci : Hidrazin, korosi, pendingin. ABSTRACT EFECTIVITY ANALYSIS OF HIDRAZIN (N 2H 4) AS A COOROSION INHIBITOR ALTERNATIVE ON RSG GAS SECONDARY COOLING SYSTEM. Effectivity of hidrazin (N 2H 4) as a corrosion inhibitor alternative of low carbon steel GGG-304 type in secondary water coolant system of RSG-GAS was done electrochemicaly by using potentiodynamic technique. From this experiment at temperatures of 35 0 C, 40 0 C and 50 0 C with hidrazin consentration of 0 ppm, 10 ppm, 30 ppm and 50 ppm shows that effectivity of hidrazin increase related with temperature increasing and concentration of hidrazin. Hidrazin can redused dissolved oxygen and develop complex compound of Fe(N 2H 4) 2+ 3 in secondary coolant water and form thin layer on surface of carbon steel by chemical adsorption bondding. Complex compound besides form thin layer also caused decrease of electrical conductivity of water as a result of corrosion inhibition. At the limit operation temperatur (42 0 C), corrosion tenacity of low carbon steel reach 94,12% (corrosion rate from mpy to mpy) at hidrazin dose of 50 ppm. Consider to this experiment, hidrazin can be proposed as corrosion inhibitor alternative for RSG GAS secondary coolant system Key word : Hidrazin, corrosion, coolant PENDAHULUAN Baja karbon rendah tipe GGG-304 tipe GGG 403 digunakan sebagai material sistem pendingin sekunder RSG-GAS terutama pada pipa dan katup yang berada di luar gedung reaktor. Air proses yang berasal dari PAM PUSPIPTEK tanpa pengolahan lebih lanjut digunakan sebagai media pendingin sekunder [1]. Air pendingin sekunder mempunyai konduktivitas yang tinggi dengan banyaknya garam-garam yang larut di dalamnya seperti sulfat, kalsium dan klorida. Oksigen dan gas-gas korosif lain juga dapat larut karena air pendingin dialirkan melalui menara pendingin yang berhubungan langsung dengan udara luar. Dengan kualitas air pendingin seperti ini baja karbon rendah tipe GGG-304 sebagai material pipa sistem pendingin sekunder dapat mengalami korosi yang akhirnya dapat mengganggu kelangsungan operasi dan menimbulkan kerugian karena produksi radioisotop juga terganggu. Dalam sistem pendingin sekunder spesi yang paling berpengaruh terhadap laju korosi logam adalah oksigen terlarut dan garam-garam terlarut sehingga hal ini perlu mendapat perhatian. Selama ini penanganan untuk menekan terjadinya korosi

2 97 ISSN Sumijanto digunakan inhibitor korosi jenis Nalco Inhibitor ini efektif mengurangi laju korosi tetapi harganya relatif mahal dan meninggalkan residu pada sistem pendingin sekunder karena jenis inhibitor ini tidak volatil. Oleh karenanya pada penelitian ini hidrazin (N 2 H 4 ) dipilih sebagai alternatif inhibitor korosi pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS karena hidrazin bersifat volatil sehingga tidak meninggalkan residu dan kereaktifannya terhadap oksigen cukup tinggi sehingga mampu mengurangi jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Efektivitas hidrazin sebagai alternatif inhibitor korosi pada sistem sekunder RSG-GAS dianalisis dari hasil uji korosi terhadap material yang sama dengan material yang digunakan dalam sistem sekunder yaitu baja karbon rendah tipe GGG-304. Uji korosi dilakukan dengan teknik elektrokimia menggunakan CMS (Corrosion Measurement System) 100 pada kondisi fluida statis (fluida tidak mengalir) dengan variasi temperatur dan dosis konsentrasi hidrazin. Dengan kondisi pengujian tersebut maka data laju korosi yang dihasilkan belum memberikan informasi yang sempurna. Adapun adsorpsi hidrazin pada permukaan logam yang juga merupakan faktor penting dalam proses inhibisi korosi, dievaluasi menggunakan nilai-nilai tingkat penutupan permukaan terfraksi (θ) pada benda uji. TEORI Korosi Korosi adalah suatu degradasi elektrokimia dari logam atau paduan logam akibat bereaksi dengan lingkungan. Reaksi korosi akan terjadi jika di dalam logam terdapat dua elektroda dengan muatan berbeda yang masing-masing akan bertindak sebagai anoda dan katoda. Perbedaan muatan dalam logam dapat terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah adanya tegangan sisa, cacat permukaan, perbedaan impurities, perbedaan jenis logam, perbedaan tegangan, perbedaan elektrolit sebagai media lingkungan dan lain sebagainya. Secara elektrokimia, reaksi korosi terjadi melalui proses reaksi oksidasi pada daerah anoda dan reaksi reduksi pada daerah katoda. Proses reaksi oksidasi dan reduksi ini berlangsung secara bersamaan dan tidak dapat berdiri sendiri [2,3]. Mekanisme elektrokimia dari korosi logam dalam air adalah sebagai berikut: M M n+ + ne - (1) M = Logam yang terkorosi. Logam besi (Fe) dalam air dapat teroksidasi pada daerah anoda sebagai berikut : Fe Fe e - (2) Pada daerah katoda terjadi reduksi (reaksi dengan elektron) sebagai berikut : 2H + + 2e - H 2 (3) O 2 + 4e - + 2H 2 O 4OH - (4) O 2 + 4H + + 4e - 2H 2 O (5) Hidrazin Hidrazin adalah spesi kimia yang mempunyai formulasi N 2 H 4, merupakan salah satu jenis alternatif inhibitor korosi terhadap logam dimana proses inhibisinya secara efektif melalui penurunan konsentrasi oksigen terlarut dalam media serta membentuk senyawa komplek dengan ion logam (ion besi) yang melapisi permukaan logam sehingga logam terpisah dari lingkungan. Reaksi pembentukan ion komplek besi (II) dengan hidrazin adalah sebagai berikut : Fe N 2 H 4 Fe(N 2 H 4 ) 3 2+ (6) Adsorpsi Adsorpsi adalah suatu jenis adhesi yang terjadi pada permukaan zat padat yang berinteraksi dengan fluida menghasilkan pengumpulan atau pemekatan molekul fluida di sekitar permukaan zat padat [4]. Adsorpsi terjadi karena setiap molekul pada permukaan mempunyai gaya sisa yang membentuk tegangan permukaan. Akibatnya molekul pada permukaan mempunyai energi bebas yang lebih besar dari pada molekul di bawah permukaan. Karena permukaan selalu berusaha mendapatkan energi bebas serendah mungkin maka permukaan akan menyerap massa yang tegangan permukaannya lebih rendah untuk menurunkan energi bebasnya. Ada dua cara adsorpsi pada permukaan zat padat [5] yaitu adsorpsi fisik (fisisorpsi) dan adsorpsi kimia (kemisorpsi). Adsorpsi fisik adalah adsorpsi dimana gaya yang terlibat adalah gaya intermolekuler (gaya van der waals). Sedangkan adsorpsi kimia adalah adsorpsi di mana gaya yang terlibat adalah gaya valensi yang jenisnya sama dengan yang bekerja pada pembentukan senyawa kimia. Setelah zat padat melakukan adsorpsi maka permukaannya akan tertutup adsorpbat (terlapisi adsorpbat) dan di tempat ini mulai terjadi proses inhibisi korosi. Tingkat penutupan permukaan (tingkat pelapisan) biasanya dinyatakan sebagai penutupan terfraksi (θ).

3 Sumijanto ISSN Jumlah tempat adsorpsi yang tertutup adsorpbat θ = Jumlah tempat adsorpsi yang tersedia Laju adsorpsi berbanding lurus dengan laju perubahan penutupan permukaan sehingga dapat ditentukan dengan mengamati perubahan penutupan terfraksi terhadap waktu [6]. Tingkat penutupan terfraksi (θ) dapat dievaluasi menggunakan nilainilai efektivitas inhibisi. Nilai efektivitas inhibisi dapat dihitung menggunakan besaran laju korosi yang terkait dengan penggunaan inhibitor menurut persamaan berikut : (CRuninhibited CRinhibited ) Efektivitas inhibisi = CRuninhibited dengan : CR uninhibited = laju korosi tanpa inhibitor CR inhibited = laju korosi dengan inhibitor Secara umum nilai efektivitas inhibisi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi inhibitor pada temperatur konstan. TATA KERJA Alat dan bahan Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat CMS100, heater, ph meter, konduktivitimeter, oksigen meter, mikroskop optik, mesin poles. Bahan-bahan yang digunakan adalah contoh material sistem sekunder (baja karbon rendah tipe GGG-304) sebagai benda uji korosi, larutan hidrazin, air pendingin sekunder RSG-GAS, air bebas mineral, etanol dan amplas dengan grade 240, 400, 600, 800, 1000 dan Preparasi benda uji korosi Bahan baja karbon rendah tipe GGG-304 berbentuk silinder dengan diameter penampang 15 mm dan tebal 5 mm, dihaluskan permukaannya dengan cara diampelas mulai grade 240, 400, 600, 800, 1000 dan 1200 sampai permukaannya rata dan homogen mengkilap. Pembuatan larutan uji (inhibitor) Dibuat larutan hidrazin sebagai larutan uji dengan konsentrasi 0, 10, 30 dan 50 ppm dengan cara mengencerkan larutan hidrazin 100 ppm dengan air pendingin sekunder. Pengukuran ph, daya hantar listrik dan oksigen terlarut Larutan hidrazin 0, 10, 30 dan 50 ppm hidrazin dipanaskan pada temperatur 35 0 C selama 1 jam, lalu didinginkan hingga temperatur kamar selanjutnya diukur ph, daya hantar listrik dan oksigen terlarut. Hal yang sama juga dilakukan pada temperatur 40 0 C dan 50 0 C. Pengujian korosi Larutan hidrazin 50 ppm yang telah dipanaskan pada temperatur 35 0 C selama 1 jam, didinginkan hingga temperatur kamar, disiapkan sebanyak 250 ml untuk digunakan sebagai media uji korosi. Kemudian dilakukan uji korosi terhadap benda uji baja karbon rendah tipe GGG-304 dalam media tersebut menggunakan CMS100 dengan menu potensiodinamik. Hal yang sama dilakukan pada larutan hidrazin 0, 10, 30 dan 50 ppm untuk temperatur 35 0 C, 40 0 C dan 50 0 C. Analisis permukaan benda uji Untuk mengetahui terbentuknya lapisan hidrazin pada permukaan logam, benda uji diambil foto struktur mikronya menggunakan mikroskop optik dengan pembesaran 250 kali sebelum dilapisi hidrazin dan setelah dilapisi hidrazin dengan mencelupkan kedalam larutan hidrazin 10 ppm pada temperatur 35 0 C selama 1 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Hidrazin merupakan alternatif inhibitor korosi yang memiliki atom nitrogen dan mampu melapisi permukaan logam melalui proses adsorpsi kimia. Sifat volatil hidrazin akan memberikan keuntungan pada kondisi air sekunder karena tidak meninggalkan padatan seperti bila digunakan inhibitor korosi Nalco. Namun disisi lain sifat volatilnya akan berakibat yang merugikan karena

4 99 ISSN Sumijanto akan banyak hidrazin yang terbuang melalui evaporasi dalam menara pendingin. Efektivitas hidrazin dianalisis melalui laju korosi yang diperoleh selama pengujian. Pengukuran laju korosi dilakukan dengan teknik potensiodinamik menggunakan CMS100 pada rentang potensial antara 0,5 Volt sampai 1,5 Volt dari E corr listrik dan oksigen terlarut dalam air sekunder sebagai media uji diukur sebagai data dukung untuk analisis efektivitas hidrazin. Pengaruh konsentrasi hidrazin dan temperatur air pendingin sekunder terhadap ph, konduktivitas listrik, dan oksigen terlarut diberikan pada Tabel 1. N 2 H 4 + O 2 N H 2 O (7) (potensial korosi) dengan laju perubahan potensial (scan rate) 0,56 mv/det. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Efektivitas Hidrazin Faktor-faktor lain yang terkait dengan konsentrasi hidrazin seperti ph, konduktivitas Dari Tabel 1, terlihat bahwa ph dan konduktivitas listrik relatif tidak berubah/tetap tetapi kandungan oksigen terlarut dalam medium air pendingin sekunder turun secara signifikan. Hal ini dikarenakan hidrazin merupakan inhibitor tipe scavenger oksigen, sehingga mampu mengurangi jumlah oksigen terlarut dalam air pendingin sekunder melalui reaksi berikut : Tabel 1.Pengaruh temperatur dan konsentrasi hidrazin terhadap ph, konduktivitas listrik dan oksigen terlarut. Konsentrasi hidrazin (ppm) Temperatur ( o C) PH Konduktivitas listrik (µs/cm) Oksigen terlarut (mg/l) 35 7,60 126,2 3,4 40 7,66 129,2 3,2 50 7, ,8 35 7,54 125,4 2, ,60 126,4 2,6 50 7,71 133,5 2, ,50 124,5 2, ,56 125,9 2, ,68 130,6 2,1 35 7,09 115,2 2,2 40 7,20 123,4 2,1 50 7,33 121,5 1,9 Penurunan jumlah oksigen terlarut dengan bertambahnya konsentrasi hidrazin pada beberapa temperatur ditunjukkan pada Gambar oC 40oC 50oC Gambar 1. Hubungan konsentrasi hidrazin terhadap oksigen terlarut pada berbagai temperatur. Dari hasil pengujian korosi menggunakan CMS100 didapatkan beberapa parameter kinetika korosi serta efektivitas inhibisi seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Nilai efektivitas inhibisi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi hidrazin, karena semakin luas permukaan baja karbon yang tertutupi oleh lapisan film dan memberikan perlindungan terhadap korosi. Bertambahnya efektivitas inhibisi hidrazin pada korosi baja karbon dalam air pendingin sekunder dengan bertambahnya konsentrasi hidrazin ditunjukkan pada Gambar 2. Efektivitas inhibisi dapat mencapai 92,86 % pada konsentrasi hidrazin 50 ppm dengan temperatur 40 0 C dan mencapai maksimal 99,29 % pada konsentrasi hidrazin 50 ppm dengan temperatur 50 0 C. Pada kondisi operasi air pendingin sekunder dengan temperatur maksimal yang diijinkan sebesar 42 0 C maka efektivitas

5 Sumijanto ISSN inhibisi hidrazin adalah 94,12 % pada dosis hidrazin 50 ppm. Pengaruh Temperatur terhadap Efektivitas Hidrazin Tabel 2, menunjukkan bahwa kenaikan temperatur medium air pendingin sekunder meningkatkan laju korosi baja karbon rendah tipe GGG-304 tanpa adanya hidrazin, karena meningkatkan kelarutan garam-garam terlarut seperti sulfat dan klorida yang cenderung menaikkan laju korosi. Sedangkan kenaikan temperatur air pendingin sekunder yang mengandung hidrazin dengan konsentrasi 10 ppm, 30 ppm, dan 50 ppm menurunkan laju korosi baja karbon rendah tipe GGG-304. Dengan demikian hidrazin semakin efektif dalam menginhibisi korosi dengan naiknya temperatur. Hal ini juga dapat dilihat dari naiknya efektivitas inhibisi dengan naiknya temperatur ditunjukkan pada Gambar 3. Meskipun demikian mengingat bahwa temperatur maksimal dalam sistem pendingin sekunder RSG GAS adalah sebesar 42 0 C maka dengan perhitungan intrapolasi akan diperoleh efektivitas hidrazin pada kondisi temperatur 42 0 C dengan dosis konsentrasi hidrazin 50 ppm adalah 94,12 %. Tabel 2.Hasil pengujian korosi baja karbon pada beberapa konsentrasi dan temperatur Konsentrasi hidrazin (ppm) I corr = Arus korosi E corr = Potensial korosi Temperatur ( o C) I corr (µa cm -2 ) E corr (mv) Laju korosi (mpy) Efektivitas inhibisi (%) 35 0, , , , , ,2 0, , ,5 0,038 2, , ,2 0,034 39, , ,8 0,027 80, , ,1 0,023 41, , ,2 0, , ,2 0,006 95, , ,5 0,006 84, , ,7 0,004 92, , ,001 99,29 efisiensi inhibisi (%) konsentrasi hidrazin (ppm) 50oC 40oC 30oC Gambar 2. Grafik hubungan antara efektivitas inhibisi terhadap konsentrasi hidrazin. Menurunnya jumlah oksigen terlarut dengan naiknya temperatur menyebabkan inhibitor hidrazin lebih mudah membentuk lapisan film yang melindungi permukaan baja karbon rendah tipe GGG-304 karena makin sedikit molekul hidrazin yang terurai akibat bereaksi dengan oksigen. Pada Tabel 1, terlihat bahwa kenaikan konduktivitas yang relatif kecil dengan naiknya temperatur, terutama pada konsentrasi hidrazin 50 ppm. Meskipun kelarutan sulfat dan klorida meningkat dengan naiknya temperatur, hidrazin lebih mudah teradsorpsi karena melibatkan elektron valensi pada proses adsorpsinya dibandingkan ion sulfat dan klorida yang terlihat dari turunnya laju korosi. Kenaikan temperatur air pendingin dengan adanya hidrazin juga menurunkan jumlah oksigen terlarut, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.

6 101 ISSN Sumijanto Gambar 3. Grafik hubungan temperatur terhadap efektivitas inhibisi pada berbagai konsentrasi yang berbeda Oksigen terlarut (mg/l) T emperatur (oc) 50 ppm 30 ppm 10 ppm 0 ppm Gambar 4. Grafik hubungan temperatur terhadap oksigen terlarut pada berbagai konsentrasi hidrazin Adsorpsi Hidrazin Pada Permukaan Baja Karbon Rendah Tipe GGG-304 Jumlah hidrazin yang teradsorpsi pada baja karbon rendah tipe GGG-304 sangat bergantung dari konsentrasi hidrazin yang larut dalam air pendingin sekunder. Baja karbon rendah tipe GGG- 304 sebagai adsorben dapat mengalami kejenuhan sehingga konsentrai hidrazin yang diadsorpsi tidak akan berubah lagi. Temperatur juga berpengaruh terhadap proses adsorpsi karena berhubungan dengan energi pengaktifan, mobilitas ion-ion, dan jumlah oksigen terlarut dalam medium korosif. Kenaikan temperatur dapat menurunkan energi pengaktifan proses korosi serta meningkatkan mobilitas ion-ion dalam larutan. Dengan adanya hidrazin dalam larutan yang teradsorpsi pada baja karbon rendah tipe GGG-304, dapat meningkatkan energi pengaktifan serta menurunkan mobilitas ionion dalam air pendingin sehingga laju korosi dapat lebih kecil dibandingkan tanpa adanya inhibitor hidrazin. Proses adsorpsi dapat digambarkan dalam bentuk isoterm adsorpsi yang diikutinya, yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi hidrazin yang teradsorpsi dengan konsentrasi hidrazin yang berada dalam larutan pada kondisi keseimbangan dan temperatur konstan. Derajat penutupan permukaan oleh inhibitor hidrazin yang teradsorpsi dihitung menggunakan persamaan berikut. θ = CR uninhibited CR dengan : CR uninhibited : laju korrosi tanpa inhibitor CR inhibiteed : laju korosi dengan inhibitor CR uninhibited inhibited Nilai-nilai faktor penutupan permukaan θ yang didapat dari berbagai temperatur dan konsentrasi hidrazin ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3.Harga θ pada berbagai temperatur dan konsentrasi hidrazin Temperatur ( o C) Konsentrasi hidrazin (ppm) θ , , , , , , , , ,9929 Dari Tabel 3 terlihat bahwa untuk konsentrasi 50 ppm pada temperatur 35 o C memberikan harga θ sebesar 0,8462, pada 40 o C sebesar 0,9286, dan pada 50 o C sebesar 0,9929. Hal ini menunjukkan bahwa hidrazin yang teradsorpsi pada baja karbon meningkat dengan naiknya

7 Sumijanto ISSN temperatur. Dari beberapa variabel temperatur yang dilakukan uji korosi, didapatkan hasil bahwa pada temperatur 50 o C terjadi adsorpsi yang paling besar karena meberikan harga faktor penutupan permukaan yang paling besar, yang berarti permukaan yang tertutupi oleh lapisan film lebih besar. Dengan perhitungan intrapolasi maka harga derajat penutupan permukaan (θ) maksimal pada baja karbon rendah tipe GGG-304 pada temperatur operasi (42 0 C) diperoleh sebesar 0,9412 dengan dosis konsentrasi hidrazin 50 ppm. Lapisan film yang terbentuk merupakan senyawa kompleks [Fe(N 2 H 4 ) 3 ] 2+, yang melibatkan elektron valensi dalam pembentukan ikatannya, yaitu enam pasang elektron bebas molekul hidrazin disumbangkan untuk pembentukan kompleks tersebut atau tiap-tiap molekul hidrazin mampu menyumbangkan dua pasang elektron bebasnya dalam pembentukan kompleks. Jadi terjadi adsorpsi polar dimana baja karbon rendah tipe GGG-304 menarik cairan hidrazin yang bersifat polar dari larutan. Adsorpsi kimia terikat secara kuat pada bagian permukaan baja karbon rendah tipe GGG-304 sebagai adsorben, menyebabkan hidrazin sebagai adsorbat tidak dapat bergerak dari bagian permukaan satu ke permukaan lainnya dan tidak dapat diganti oleh molekul hidrazin yang lain. Teradsorpsinya hidrazin pada baja karbon rendah tipe GGG-304 diawali dengan adsorpsi fisik yang terjadi pada permukaan logam Fe yang selanjutnya terjadi proses pembentukan ikatan adsorpsi kimia. Atom nitrogen sebagai ujung polar dengan pasangan elektron bebasnya diorientasikan terhadap permukaan logam sehingga terjadi donor pasangan elektron bebas untuk pembentukan lapisan film yang teradsorpsi secara kimia. Struktur mikro baja karbon sebelum dan susudah pelapisan hidrazin ditunjukkan pada Gambar 5. ( a ) ( b ) Gambar 5. (a) Struktur mikro baja karbon rendah tipe GGG-304 sebelum pelapisan pada temperatur 35 0 C, dengan tingkat pembesaran 250X. (b) Struktur mikro baja karbon rendah tipe GGG-304 dengan pelapisan hidrazin pada konsentrasi 10 ppm, temperatur 35 0 C, dengan tingkat pembesaran 250X Pada gambar 5b terlihat adanya selaput tipis lapisan yang menutupi permukaan baja karbon rendah tipe GGG-304. Pada gambar 5a lapisan tersebut tidak ditemukan, hal ini karena lapisan hidrazin berfungsi melindungi serangan korosi sehingga peran inhibitor hidrazin menjadi efektif. KESIMPULAN Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa hidrazin efektif sebagai inhibitor korosi baja karbon tipe GGG-304. Keefektifan hidrazin meningkat dengan meningkatnya konsentrasi hidrazin dan naiknya temperatur air. Efektivitas inhibisi hidrazin mencapai 92,86% pada konsentrasi hidrazin 50 ppm dengan temperatur 40 0 C dan mencapai maksimal 99,29% pada konsentrasi hidrazin 50 ppm dengan temperatur 50 0 C. Untuk sistem pendingin sekunder RSG-GAS yang menggunakan baja karbon tipe GGG-304 seperti pada eksperimen ini dengan temperatur maksimal pendingin sekunder 42 0 C maka hidrazin dapat ditambahkan dengan konsentrasi 50 ppm dengan efektivitas sebesar 94,12%. Hidrazin membentuk lapisan film yang melindungi baja karbon rendah tipe GGG-304 terhadap korosi melalui ikatan adsorpsi kimia. Hidrazin dapat dipertimbangkan sebagai alternatif inhibitor korosi untuk material GGG-304 seperti yang digunakan pada sistem pendingin sekunder RSG-GAS. SARAN Mengingat hidrazin mudah menguap pada saat proses penguapan air sekunder dalam menara pendingin maka untuk efisiensi penggunaan hidrazin sebagai inhibitor korosi dalam sistem sekunder RSG GAS perlu dipikirkan cara agar hidrazin yang ditambahkan dalam air sekunder, sebanyak mungkin melekat kuat pada permukaan baja karbon melalui ikatan adsorpsi kimia. DAFTAR PUSTAKA 1. NATIONAL NUCLEAR ENERGY AGENCY, Safety Analysis Report Rev 8, Multipurpose Reactor GA. Siwabessy, March 1999.

8 103 ISSN Sumijanto 1. FONTANA M.G., Corrosion Engineering, Third Edition. McGraw Hill Book Company, New York, TRETHEWEY K.R., CHAMBERLEIN, Alih Bahasa ALEX TRI KANTJONO WIDODO, Korosi Untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasawan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, CONSIDINE D.M., CONSIDINE G.D, Encyclopedia of Chemistry, Fourth Edition, Van Nostrand Reinhold Company, New York, ADAMSON A.W., GAST A.P., Physical Chemistry of Surface, Sixth Edition, John Wiley and Sons Inc, New York, ATKINS P.W., Physical Chemistry, Oxford University Press, Oxford, Tegas Sutondo Sejauh mana hidrazin berfungsi sebagai inhibitor pada pendingin sekunder RSG? Sumijanto Ketahanan korosi baja karbon rendah SSS 304 pada suhu 42 0C/merupakan suhu operasi air sekunder RSG, meningkat hingga 94,12 %. Hidrazin dapat dipertimbangkan sebagai inhibitor alternatif. TANYA JAWAB

Baja karbon rendah tipe tipe 000 ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PENDING IN SEKUNDER RSG-GAS SEBAGAI SISTEM

Baja karbon rendah tipe tipe 000 ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PENDING IN SEKUNDER RSG-GAS SEBAGAI SISTEM 96- ISSN 0216-3128 ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PENDING IN SEKUNDER RSG-GAS SEBAGAI SISTEM Sumijanto Sumijanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuk/ir (PTRKN-BATAN)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kajian mengenai korosi dan inhibisi korosi pada logam Cu-37Zn dalam larutan Ca(NO 3 ) 2 dan NaCl (komposisi larutan uji, tiruan larutan uji di lapangan) melalui penentuan laju

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV. 1 Analisis Hasil Pengujian Metalografi dan Spektrometri Sampel Baja Karbon Dari hasil uji material pipa pengalir hard water (Lampiran A.1), pipa tersebut terbuat dari baja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

PENAMBAHAN EDTA SEBAGAI INHIBITOR PADA LAJU KOROSI LOGAM TEMBAGA. Abstrak

PENAMBAHAN EDTA SEBAGAI INHIBITOR PADA LAJU KOROSI LOGAM TEMBAGA. Abstrak Rahmad Nuryanto, Dkk.:Penambahan EDTA sebagai Inhibitor pada Laju Korosi Logam Tembaga PENAMBAHAN EDTA SEBAGAI INHIBITOR PADA LAJU KOROSI LOGAM TEMBAGA Rahmad Nuryanto 1), Retno A.L 2 ), Khabibi 3) 1)2)3)

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Laporan Tugas Akhir PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ORGANIK SARANG SEMUT TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON API 5L GRADE B DI LINGKUNGAN HCL 0.5M DAN H 2 SO 4 Saudah 2710100113 Dosen Pembimbing Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT. Hartono Program Diploma III Teknik Perkapala, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRACT One of the usage

Lebih terperinci

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) 172 Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb) Eri Aidio Murti 1 *, Sri Handani 1, Yuli Yetri 2 1 Jurusan Fisika Universitas Andalas 2 Politeknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Nama : M.Isa Ansyori Fajri NIM : 03121003003 Shift : Selasa Pagi Kelompok : 3 PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA Korosi

Lebih terperinci

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Jurnal Gradien Vol.3 No.1 Januari 2007 : 231-236 Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina Samsul Bahri Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metode Penelitian Adapun langkah-langkah pengerjaan dalam penelitian ini adalah pertama mengambil sampel baja karbon dari pabrik tekstil yang merupakan bagian dari pipa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengelasan adalah suatu proses penggabungan logam dimana logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan selain digunakan untuk memproduksi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT Toto Rusianto Jurusan Teknik Mesin, FTI, IST AKPRIND Yogyakarta Email: totorusianto@yahoo.com ABSTRACT Stress Corrosion Craking

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP Pengaruh Variasi Bentuk dan Ukuran Scratch Polyethylene Wrap Terhadap Proteksi Katodik Anoda Tumbal Al-Alloy pada Baja AISI 1045 di Lingkungan Air Laut Moch. Novian Dermantoro NRP. 2708100080 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG

Lebih terperinci

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT Abstralc Secara awam icorosi ditcenai sebagai penglcaratan, merupakan suatu peristiwa

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 22 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Proses Penelitian Mulai Preparasi dan larutan Pengujian Polarisasi Potensiodinamik untuk mendapatkan kinetika korosi ( no. 1-7) Pengujian Exposure (Immersion) untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl

PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl PEMANFAATAN OBAT PARACETAMOL SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1M HCl Saddam Husien NRP 2709100094 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST, M.Sc PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl Abdur Rozak 2709100004 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan ST, M.sc. Latar Belakang

Lebih terperinci

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida Diah Riski Gusti, S.Si, M.Si, jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Abstrak Telah dilakukan penelitian laju korosi baja dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai Muhammad Nanang Muhsinin 2708100060 Dosen Pembimbing Budi Agung Kurniawan, ST,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl Pandhit Adiguna Perdana 2709100053 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, S.T.,M.Sc.

Lebih terperinci

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1 VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK Yusep Sukrawan 1 ABSTRAK VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Pelapisan khromium keras

Lebih terperinci

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI

PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI 0032: Kemas A. Zaini Thosin dkk. MT-1 PELAPISAN ALLOY BERBASIS NIKEL PADA SUBSTRAT CARBON STEEL UNTUK SISTEM PEMIPAAN PADA PEMBANGKIT LISTRIK ENERGI PANAS BUMI Kemas A. Zaini Thosin 1,, Eni Sugarti 1,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegagalan yang terjadi pada suatu material bisa disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu penyebabnya adalah korosi. Korosi adalah suatu kerusakan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Untuk mengetahui perilaku korosi pada baja dari sponge bijih besi laterite dan membandingkannya secara kuantitatif dengan perilaku korosi dari baja

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat mengikuti sidang Sarjana Matematika Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung disusun oleh: Adwitha Yusuf 10103020

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN INHIBITOR KOROSI PADA PIPA SEKUNDER REAKTOR RSG-GAS

ANALISIS LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN INHIBITOR KOROSI PADA PIPA SEKUNDER REAKTOR RSG-GAS ANALISIS LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN INHIBITOR KOROSI PADA PIPA SEKUNDER REAKTOR RSG-GAS Febrianto, Geni Rina Sunaryo dan Sofia L. Butarbutar PTRKN-BATAN Gedung 80, Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang,

Lebih terperinci

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT

EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT Lely Susita R. M., dkk. ISSN 0216-3128 89 EFEK IMPLANTASI ION CERIUM TERHADAP SIFAT KETAHANAN KOROSI BAJA NIRKARAT TIPE AISI 316 L DALAM LINGKUNGAN ASAM SULFAT Lely Susita R.M., Tjipto Sujitno, Elin Nuraini,

Lebih terperinci

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida Rahmat Ilham, Komalasari, Rozanna Sri Irianty Jurusan S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga Soejono Tjitro, Juliana Anggono Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam proses pembuatan komponen-komponen atau peralatan-peralatan permesinan dan industri, dibutuhkan material dengan sifat yang tinggi maupun ketahanan korosi yang

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN PKMI-3-2-1 UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550 O C) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr SEBAGAI KANDIDAT KELONGSONG (CLADDING) BAHAN BAKAR NUKLIR Beni Hermawan, Incik Budi Permana,

Lebih terperinci

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36 Gurum AP. Ayu SA, Dita Rahmayanti, dan Nindy EM. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung. Jl Prof. Dr. Sumantri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin Chemical Engineering Department Bandung State Polytechnic E.mail : Gattot_Subiyanto@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN

FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN Sumijanto, dkk. ISSN 0216-3128 149 FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN Sumijanto, Soedardjo S.A Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK FENOMENA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA OLEH : NICKY ERSANDI NRP. 4105 100 041 DOSEN PEMBIMBING : DONY SETYAWAN, ST., M.Eng 1. PENDAHULUAN A. Latar belakang Material kapal harus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC Mirza Pramudia 1 1 Fakultas Teknik, Universitas Trunojoyo, Madura Jl. Raya Telang, Po. Box 2 Kamal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas, yang dimana tujuan utamanya adalah untuk mencegah logam dengan korosifnya, namun juga mendapatkan

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Untuk menentukan jenis korosi, laju korosi dan inhibitor yang sesuai pada korosi material runner turbin di lingkungan PLTA Saguling, dilakukan pengukuran dan pengujian laboratorium

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI BENTUK DAN UKURAN GORESAN PADA LAPIS LINDUNG POLIETILENA TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA TUMBAL PADUAN ALUMINIUM PADA BAJA AISI

Lebih terperinci

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N

LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 44-49 LAJU DAN BENTUK KOROSI PADA BAJA KARBON MENENGAH YANG MENDAPAT PERLAKUAN PADA SUHU AUSTENIT DIUJI DI DALAM LARUTAN NaCl 3 N R. KOHAR

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai

BAB I PANDAHULUAN. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda. merupakan pelapisan logam pada benda padat yang mempunyai BAB I PANDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan modern tak lepas dari peranan industri elektroplating. Berbagai industri barang perhiasan, kerajinan, komponen sepeda motor, mobil, mesin, barang elektronik,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan

Lebih terperinci

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM Bambang Darmawan 1), Asep Setiadi 2), Ega Tqwali 3), 1,2,3) Dosen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujiaan 4.1.1. Pengujian Ketebalan Lapisan Dengan Coating Gauge Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tebal lapisan yang terdapat pada spesimen dengan menggunakan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian terhadap impeller dengan material baja tahan karat AISI 304 dengan media limbah pertambangan batu bara di BATAN Puspitek

Lebih terperinci

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material Sarasati Istiqomah (0823320), Vina Puji Lestari (08233006), Imroatul Maghfioh (0823325), Ihfadni Nazwa (0823326), Faridhatul Khasanah (0823334), Darmawan (0823339),

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL

PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL PENGARUH KONSENTRASI NIKEL DAN KLORIDA TERHADAP PROSES ELEKTROPLATING NIKEL Mentik Hulupi Agustinus Ngatin Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Bandung E-mail: hulupimentik@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR

PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR J. Ris. Kim. Vol. 5, No. 2, Maret 212 PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 4 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR Sri Handani dan Megi Septia Elta Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *)

PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH. Nizam Effendi *) PENGARUH VARIASI RAPAT ARUS TERHADAP KETEBALAN LAPISAN ELEKTROPLATING SENG PADA BAJA KARBON RENDAH Nizam Effendi *) Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi rapat arus terhadap

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA 30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan

Lebih terperinci

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR Saifudin 1*, Suroto Munahar 2, Dimas Abdul Khusaeni 3 Program Studi Mesin Otomotif, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Magelang Jl. Mayjend Bambang Sugeng

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>> Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Pengukuran laju korosi logam tembaga dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengukuran dalam larutan aqua regia pada ph yaitu 1,79; 2,89; 4,72 dan 6,80. Pengukuran pada berbagai

Lebih terperinci

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi Satriananda *) ABSTRAK Air yang mengandung Besi (Fe) dapat mengganggu kesehatan, sehingga ion-ion Fe berlebihan dalam air harus disisihkan.

Lebih terperinci

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING PROS ID ING 2 0 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING Jurusan

Lebih terperinci

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( )

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. Adam Alifianto ( ) Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo Adam Alifianto (2707 100 021) Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, minyak bumi masih memegang peranan penting bagi perekonomian indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai pemasok kebutuhan masyarakat dalam negeri.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah mengekstrak polipeptida dari ampas kecap melalui cara pengendapan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan industri yang melibatkan air garam seperti industri minyak dan gas, proses desalinasi

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37

PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37 PENGARUH PENAMBAHAN INHIBITOR EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS TERHADAP PENURUNAN LAJU KOROSI BAJA ST-37 Lusiana Br Turnip, Sri Handani, Sri Mulyadi Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Andalas, Padang

Lebih terperinci

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH AGITASI DAN PENAMBAHAN KONSENTRASI INHIBITOR SARANG SEMUT (MYRMECODIA PENDANS) TERHADAP LAJU KOROSI BAJA API 5L GRADE B DI MEDIA LARUTAN 1M HCl Disusun oleh : Dinar

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970

PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 TUGAS AKHIR MM091381 PENGARUH VARIASI ph DAN ASAM ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK KOROSI CO 2 BAJA BS 970 Dosen Pembimbing : Budi Agung Kurniawan, ST., M.Sc Oleh : Inti Sari Puspita Dewi (2707 100 052) Latar

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN Reny Afriany 1, Kusmono 2, R. Soekrisno 2 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin dan Industri,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PENGARUH TEBAL PELAPISAN CHROME TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA BAJA SS400 DENGAN METODE ELEKTROPLATING Disusun Oleh : Nama : Mulyudha NPM : 20408600 Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE SKRIPSI Oleh EKA FEBRIYANTI 04 04 04 023 2 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci