FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN"

Transkripsi

1 Sumijanto, dkk. ISSN FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN Sumijanto, Soedardjo S.A Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir BATAN, Serpong ABSTRAK FENOMENA KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN PRIMER REAKTOR PENELITIAN. Dari kenyataan operasi bahwa pada sistem pendingin primer reaktor penelitian BATAN telah terjadi proses korosi. Hal ini dapat diketahui dari meningkatnya harga konduktivitas air pendingin primer selama operasi reaktor. Sistem pemurnian air pendingin primer yang tersedia hanya mampu menyerap produk korosi yang berupa ion ataupun partikel padat saja. Sedangkan gas oksigen yang merupakan produk radiolisis air belum tertangani. Konsep instalasi sistem injeksi gas hidrogen untuk mengikat gas oksigen disusun dengan mempertimbangkan sifat-sifat gas hidrogen dan keselamatan reaktor. Penambahan sistem injeksi gas hidrogen pada sistem pemurnian air pendingin primer dihipotesakan mampu untuk mengatasi oksigen produk radiolisis sehingga korosi material struktur reaktor dapat dikendalikan. ABSTRACT CORROSION PHENOMENA ON PRIMARY COOLANT SYSTEM OF RESEARCH REACTOR. From the reality of operation that on primary coolant system of BATAN reactor research was occurred corrosion process. That condition is know from the increasing conductivity value of primary coolant water during reactor operation. Primary coolant water purification system which available only capable to absorb corrosion product of ion form or solid particle. On the other side the oxygen gas as water radiolysis product could not be handled yet. Concept of hydrogen gas injection system to reduce oxygen, made with consideration of hydrogen gas characteristic and reactor safety. Hydrogen gas injection system coupled with primary coolant water purification system hypotized capable to catch up oxygen product from radiolysis and then reactor material corrosion could be controlled. PENDAHULUAN A ir pendingin primer reaktor penelitian berfungsi untuk memindahkan panas hasil reaksi fisi, moderator netron dan perisai paparan radiasi dari dalam teras. Untuk menghindari korosi material struktur reaktor, maka kimia air pendingin tersebut harus memenuhi persyaratan kualitas tertentu sesuai dengan material yang ada dalam teras reaktor. Persyaratan kualitas dari kimia air pendingin primer ini seperti dituangkan di dalam LAK (Laporan Analisis keselamatan) reaktor penelitian yang bersangkutan. Persyaratan kualitas air pada prinsipnya adalah bahwa konduktivitas dan ph air pendingin primer reaktor harus memenuhi harga tertentu serta harus bebas dari unsur p engotor yang terlarut di dalamnya. Dalam prakteknya dilapangan, air yang akan digunakan sebagai pendingin primer telah diolah terlebih dahulu menggunakan sarana yang ada pada masing-masing fasilitas reaktor sehingga memenuhi persyaratan yang diminta dalam LAK. Meskipun demikian, selama reaktor beroperasi kualitas air pendingin primer ini selalu mengalami penurunan sebagai akibat dari proses korosi material struktur reaktor yang berlangsung secara terus-menerus sehingga menimbulkan ion logam ataupun partikel padat dalam air pendingin primer. Hal ini berarti bahwa unit pemurnian air yang ada dalam sistem pendingin primer tidak cukup mampu untuk mengatasi spesi agresif yang muncul selama operasi sehingga proses korosi struktur reaktor terus berlangsung. Radiasi sinar pengion yang timbul akibat reaksi pembelahan inti dalam teras reaktor akan berinteraksi dengan air pendingin primer dan menghasilkan produk molekuler radiolisa air yaitu H 2 O 2, O 2 dan H 2 disamping radikal bebas H dan OH dan sebagainya. Produk radiolisis yang dominan hanyalah O 2 dan H 2 dan produk inilah yang merupakan spesi agresif dan memicu korosi. Proses korosi perlu di tangani lebih serius karena hal ini akan mengganggu integritas struktur, peningkatan paparan radiasi yang kesemuanya akan

2 150 ISSN Sumijanto, dkk. berpengaruh pada umur operasi reaktor, meningkatnya kesulitan dalam pemeliharaan reaktor dan pengolahan limbah. Pengembangan sistem pemurnian kimia air pendingin primer untuk mengatasi spesi agresif yang muncul selama operasi merupakan alternatif yang tepat untuk menekan proses korosi material struktur reaktor. Dalam makalah ini dibahas tentang konsep dasar dari pengembangan sistem pemurnian air pendingin primer khusus kemungkinan penggunaan gas hidrogen untuk mengikat gas oksigen hasil radiolisis air selama reaktor beroperasi SISTEM PEMURNIAN AIR Sistem pemurnian air yang ada di fasilitas reaktor terdiri dari dua unit yang mempunyai fungsi berbeda. Pertama, sistem pemurniaan air yang secara khusus dirancang untuk menyediakan air bebas mineral yang akan digunakan sebagai air pendingin primer dan kedua, sistem pemurnian air yang berfungsi untuk mempertahankan tingkat kemurnian air pendingin primer selama reaktor beroperasi. Sistem pemurnian air pendingin primer di rancang terpisah dengan sistem pembuangan panas dari air pendingin primer reaktor. Sistem ini umumnya terdiri dari filter dan resin penukar ion. Filter harus dapat menyaring partikel-pertikal kecil sampai ukuran 5 µm, sedangkan resin penukar ion harus dapat memurnikan air agar kualitasnya memenuhi persyaratan LAK. Kapasitas dari sistem pemurnian ini biasanya adalah kurang lebih 1 sampai dengan 5 % dari laju alir yang masuk ke sistem pembuangan panas. Skema sistem pem-buangan panas dan sistem pemurnian air pendingin primer reaktor seperti pada Gambar 1.

3 Sumijanto, dkk. ISSN Gambar 1. Sistem Pemurnian Air Pendingin Primer Reaktor Penelitian. TATA KERJA Pentahapan konsep dasar pengembangan sistem pemurnian air pendingin primer untuk mengatasi spesi agresif yang timbul selama operasi reaktor dilakukan dengan sistematika sebagai berikut : Evaluasi fungsi, kemampuan dan kapasitas sistem pemurnian kimia air pendingin primer yang ada pada fasilitas reaktor. Evaluasi tentang fenomena interaksi antara air pendingin primer dengan material struktur reaktor. Evaluasi tentang proses radiolisis air Konsep dasar sistem injeksi gas hidrogen ke dalam air pendingin primer untuk mengikat gas oksigen hasil radiolisis air. PEMBAHASAN Sistem Pemurnian Kimia Air Pendingin Primer Suatu hal yang perlu dicermati bahwa meskipun air pendingin primer reaktor telah menggunakan air yang memenuhi persyaratan LAK, akan tetapi pada kenyataannya serangan korosi terhadap material struktur reaktor masih tetap berlangsung. Kondisi ini terlihat dalam keadaan operasi dimana selalu terjadi perbedaan harga konduktivitas antara air yang masuk dan keluar dari sistem pemurnian air pendingin primer. Dengan kata lain bahwa kualitas kimia air pendingin primer selama operasi reaktor memang tidak pernah melanggar ketentuan kualitas seperti yang tercantum dalam LAK. Keadaan tersebut dapat terjadi karena sistem pemurnian air pendingin primer mampu membersihkan seluruh produk korosi ataupun partikel padat yang terlarut dalam air. Kenyataan ini dapat diartikan bahwa sebenarnya selama operasi telah terjadi proses korosi material struktur reaktor secara terus menerus meskipun air reaktor yang digunakan telah memenuhi persyaratan LAK. Kesimpulan dari fenomena ini yaitu bahwa sistem pemurnian air pendingin primer telah berfungsi dan mempunyai kapasitas yang cukup untuk sekedar menyerap partikel ataupun ion logam produk korosi tetapi belum cukup mampu secara signifikan mengendalikan proses korosi pada struktur reaktor itu sendiri. Interaksi Air Pendingin Primer Dengan Material Struktur Reaktor Air pendingin primer merupakan substansi yang korosif bila kontak langsung dengan material struktur reaktor. Secara praktis korosi sulit untuk dihentikan, dikarenakan logam ataupun paduan logam yang digunakan sebagai struktur reaktor mempunyai kecenderungan yang besar untuk kembali ke dalam keadaan yang lebih stabil melalui korosi. Hal inilah yang dapat dipastikan bahwa bila lapisan pelindung pada logam struktur reaktor rusak dan logam kontak langsung dengan air sebagai lingkungan maka terjadilah proses korosi. Selain karena rusaknya lapisan pelindung tersebut, pada dasarnya permukaan logam juga mempunyai potensi untuk membentuk daerah anoda dan katoda dalam jumlah banyak dan menyebar sehingga dapat memicu korosi merata. Sebagai gambaran secara umum, berikut diuraikan fenomena korosi logam dalam lingkungan air yang dapat di bagi menjadi tiga tahapan. Pertama, terbentuknya daerah anoda pada permukaan logam akibat ketidakhomogenan permukaan, dimana pada daerah ini akan terjadi reaksi oksidasi logam : M fi M n+ + ne (1) Kedua, bersamaan dengan terbentuknya daerah anoda tersebut maka pada daerah lain yang lebih pasif akan membentuk daerah katoda dimana elektron yang dilepaskan dari anoda akan bergerak menuju katoda melalui logam untuk proses reduksi. Reaksi oksidasi ataupun reduksi tersebut berlangsung secara seimbang dan dalam waktu yang bersamaan. Ketiga, apabila dalam air ada oksigen bebas maka oksigen ini akan bergerak menuju daerah katoda dan bertemu dengan elektron membentuk ion hidroksil menurut reaksi berikut:!/2 O 2 + 2e + H 2 O fi 2OH - (2) Apabila sistem tidak mengandung oksigen maka pada daerah katoda ion H + yang ada dalam air akan tereduksi menjadi gas H2 menurut reaksi berikut: (3) 2H+ + 2e fi H 2 Dalam lingkungan beroksigen maka kecepatan korosi ditentukan oleh reaksi katodik yaitu reaksi 2 karena reaksi ini bergantung pada kecepatan difusi oksigen dalam air.

4 152 ISSN Sumijanto, dkk. Kenaikan suhu akan menurunkan viskositas air sehingga difusi oksigen dalam air akan lebih mudah sehingga mempercepat laju korosi. Ion hidroksil (OH - ) ataupun gas H2 yang terbentuk pada permukaan logam akan menghalangi elektron untuk kontak dengan oksigen ataupun ion H + sehingga akan memperlambat proses korosi. Pada ph relatif rendah (H + relatif tinggi) maka ion hidroksil akan bereaksi dengan ion H + menghasilkan air sehingga reaksi lebih cepat yaitu seperti berikut : OH - + H + fi H 2 O (4) Pada air yang mengalir seperti pada air pendingin primer reaktor penelitian maka ion OH - dan gas H 2 akan terangkut sehingga reaksi korosi akan berjalan lagi. Dari uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa korosi adalah reaksi berantai antara anoda dan katoda. Dari fenomena ini maka untuk menghambat korosi dapat dilakukan dengan menghambat reaksi katoda, reaksi anoda atau keduanya secara bersamaan. Mengurangi spesi agresif seperti O 2 dan ion H + yang terkandung dalam air yang berperan dalam reaksi anoda ataupun katoda adalah langkah yang tepat untuk menekan laju korosi. Tangki reaktor serta pipa-pipa dalam sistem pendingin primer terbuat dari bahan aluminium.atau paduan aluminium. Logam aluminium dikenal sebagai logam lunak, ringan dan reaktif. Sifat reaktif ini ditunjukkan oleh gaya gerak listrik (emf) pada seri standart potensial oksidasi yang besarnya adalah 1,66 Volt terhadap SHE ( Standard Hydrogen Electrode ). Akan tetapi aluminium juga dikenal sebagai logam yang mempunyai ketahanan korosi sangat baik dikarenakan mempunyai lapisan film oksida pelindung Al2O3 yang terikat sangat kuat pada permukaannya. Stabilitas film oksida seperti yang ditunjukkan pada diagram Pourbaix ( potensial versus ph ) yaitu bahwa pada rentang ph antara 4 s/d 8,5 logam aluminium adalah pasif karena diproteksi oleh film oksida Al 2 O 3. Diluar batas rentang pasif yaitu pada ph< 4 dan ph>8,5 aluminium akan terkorosi karena lapisan film oksidanya bereaksi dengan asam dan basa menghasilkan ion Al 3+ - dan ion AlO 2 (ion aluminat) yang larut, sehingga membuka permukaan logam yang selanjutnya logam bereaksi dengan lingkungan menurut reaksi sebagai berikut : Pada kondisi ph< 4 Al2O3 + 6 H + 2Al H2O (5) Al + 3H + Al /2 H2 (6) Pada kondisi ph> 8,5 Al 2 O 3 + OH - 2AlO 2 - Al + OH - + H 2 O AlO /2H 2 (7) + 3/2H 2 (8) Di dalam rentang pasif (ph 4 s/d 8,5), logam aluminium tidak akan terkorosi jika lapisan film oksida tidak terlarut karena lingkungan kimia atau rusak karena gerakan mekanik dari luar. Material teras reaktor selain aluminium banyak komponen yang terbuat dari bahan stainless steel. Ketahanan dari kedua material tersebut khususnya dalam kondisi lingkungan air pendingin primer mempunyai karakter yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan untuk mem-peroleh kondisi dimana keduanya tidak terkorosi. Upaya yang terbaik adalah bahwa harus diciptakan kondisi lingkungan yaitu ph dan kandungan ion dalam air dimana kedua material tersebut hanya mengalami korosi minimal. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa material reaktor dalam lingkungan air sangat mudah mengalami korosi. Oksigen mempunyai peran yang signifikan dalam proses korosi material reaktor. Radiolisis Air Air pendingin primer reaktor akan kontak langsung dengan elemen bakar sehingga proses radiolisis tidak dapat dihindarkan. Proses radiolisis air ini akan menghasilkan berbagai spesi yang agresif terhadap bahan struktur reaktor. Berbagai reaksi elementer yang mungkin terjadi dalam radiolisis air di sajikan secara skematik sebagai berikut : H 2 O H 2 O + + e - (ionisasi) (9) H2O + + aq H + aq + OH (10) e - + H2O + aq OH - aq + H (11) H + aq + OH - aq H 2 O + aq (12) (13) H 2 O OH + H Dari sini terlihat bahwa aksi primer radiasi menyebabkan peruraian air menjadi radikal bebas OH dan H. Selanjutnya radikal satu akan bereaksi dengan yang lain dan menghasilkan pembentukan gas hidrogen, hidrogen peroksida dan air menurut reaksi : (14) H + H H 2

5 Sumijanto, dkk. ISSN OH + OH H 2 O 2 (15) H + OH H 2 O (16) Radikal bebas juga dapat ikut dalam reaksi : H 2 O 2 + H H 2 + HO 2 (17) H 2 O 2 + OH H 2 O + HO 2 (18) HO2 + HO2 H2O2 + O2 (19) H2O2 H2O + 1/2 O2 (20) Reaksi-reaksi di atas hanya merupakan sebagian dari banyak reaksi yang mungkin terjadi dalam radiolisis air. Sebagai hasil reaksi ke - seluruhan dapat tuliskan : 2H2O H2O2 + H2 H2O2 H2O + 1/2 O2 Jadi sebagai produk molekular radiolisis air adalah H 2 O 2, O 2 dan H 2 (disamping radikal-radikal bebas ). Oksigen merupakan spesi produk radiolisis yang mempercepat laju korosi material struktur reaktor. Oleh karena itu kandungan oksigen dalam air pendingin primer harus dikurangi hingga konsentrasi serendah mungkin. Untuk mengurangi jumlah gas oksigen dapat dimasukkan gas hidrogen ke dalam air pendingin primer sehingga menggeser kesetimbangan reaksi kimia : 2 H2 + O2 2 H2O Reaksi rekombinasi hasil radiolisis O 2 dan H 2 menjadi H 2 O dipengaruhi oleh suhu. Makin tinggi suhu makin tinggi kecepatan reaksi sehingg hal ini akan memperkecil efek hasil radiolisis. Konsep Dasar Sistem Injeksi Gas Hydrogen Sistem injeksi gas hidrogen dirancang untuk dapat memasukkan gas hidrogen ke dalam air pendingin primer dengan mempertimbangkan sifatsifat gas dan keselamatan operasi reaktor. Instalasi ini di pasang pada sistem pemurnian air pendingin primer sedemikian hingga air yang ke luar dari kolom resin penukar ion seluruhnya masuk ke dalam tabung reaktor. Oksigen produk radiolisis yang terkandung dalam air diharapkan akan bertemu dengan gas hidrogen dan bereaksi menjadi air menurut reaksi, 2 H 2 + O 2 2 H 2 O Selanjutnya air dikembalikan ke dalam tangki reaktor. Dengan demikian maka secara bertahap kandungan oksigen dalam air pendingin primer akan terus menurun dan pada akhirnya laju korosi dapat ditekan. Diagram alir sistem injeksi gas hidrogen seperti pada Gambar 2.

6 154 ISSN Sumijanto, dkk. Gambar 2. Diagram alir sistem injeksi gas hidrogen. 1. Tabung gas hidrogen murni bertekanan tinggi. Tabung ini menyediakan gas hidrogen yang akan di injeksikan kedalam air pendingin primer dimana dosisnya (tekanan gas yang keluar) dapat di atur melalui katup regulator. 2. Tabung reaktor berukuran tinggi 100 cm, diameter 20 cm, bahan dari perspek transparan dengan tekanan disain 10 atm. Tabung ini dilengkapi dengan komponen-komponen sebagai berikut: Nosel gas hidrogen yang dipasang pada bagian bawah berguna untuk menyebarkan gas hidrogen sehingga dapat merata keseluruh air. Sprayer yang dipasang pada bagian atas untuk membuat butir-butir air masuk sehingga akan memudahkan interaksi antara gas oksigen terlarut dan gas hidrogen yang diberikan. Instrumen kontrol level air yang bekerja secara otomatis untuk menjaga ketinggian air dalam tabung. Indikator tekanan. Katup keselamatan Katup venting. KESIMPULAN Pada sistem pendingin primer telah terjadi proses korosi material struktur reaktor. Sistem pemurnian air pendingin primer yang tersedia hanya mampu menyerap produk korosi yang berupa ion ataupun partikel padat. Sedangkan gas oksigen yang merupakan produk radiolisis air belum tertangani. Konsep instalasi sistem injeksi gas hidrogen untuk mengikat gas oksigen disusun dengan mempertimbangkan sifat-sifat gas hidrogen dan keselamatan reaktor. Penambahan sistem injeksi gas hidrogen pada sistem pemurnian air pendingin primer mampu mengatasi oksigen produk radiolisis sehingga korosi material struktur reaktor dapat dikendalikan. DAFTAR PUSTAKA 1. SUMIJANTO, Aspek Kimia Air Pendingin Primer Dalam Pemeliharaan Reaktor Triga 2000 Bandung, P2TKN-BATAN Serpong, GOSTA WRANGLEN, An Introduction To Corrosion and Protection of Metal, Depar-tement of

7 Sumijanto, dkk. ISSN Electrochemistry and Corrosion Science, USA, IGN. WISNU SUSETYO, Kimiawi Zat Pen-dingin, PPBMI BATAN Yogyakarta, IAEA, Water Chemistry and Corrosion Problem in Nuclear Power Plant, Proceeding of a Symposium, Viena, November RAINWATER.J.H, Maintainance of Primary Coolant Water Quality in The Material Testing Reactor, Phillips Petroleum Co, Idaho Ope-ration Office, USAEC, 1957 TANYA JAWAB M. Yanis M Dari fenomena korosi ini berapa lama bahan yang digunakan layak untuk dipakai dan bagaimana caranya untuk menghitung setiap parameter yang mempengaruhinya. Sumijanto Bahan yang dipakai dalam hal ini adalah gas H2 dan ini dipakai terus selama reaktor beroperasi. Adapun parameter yang mempengaruhi adalah jumlah O 2 yang ada dalam air Tekanan H 2. Luas permukaan kontak antara H2 dengan air. Laju aliran fluida. M. Husna Al Hasa Bagaimana pendapat saudara tentang peranan parameter suhu dan waktu terhadap laju korosi yang berlangsung pada sistem pendingin primer reaktor. Menurut pendapat saudara proses korosi yang telah terjadi pada pipa primer dan apa saran saudara untuk memperlambat terjadi mekanisme korosi. Sumijanto Parameter suhu memang ada pengaruhnya terhadap reaksi korosi, khususnya bila tidak ada pelindung/penghalang korosi sedangkan waktu juga demikian yaitu bergantung lapisan pelindung, jika ada pelindung dengan baik maka waktu hampir tidak berpengaruh terhadap laju korosi dan sebaliknya. Pada pipa primer jenis korosi yang terjadi bergantung pada kondisi permukaan pipa dan spesi yang dominan dalam air pendingin dan jenisnya mulai dari korosi merata, galvanis hingga pitting korosi. Suwoto Seberapa jauh penambahan sistem injeksi gas hidrogen tersebut mampu mengatasi korosi material stru ktur reaktor? Apa ada cara lain selain dengan sistem injeksi gas hidrogen yang anda terangkan untuk mengatasi korosi? Mohon penjelasan. Sumijatno Sistem injeksi hidrogen secara langsung akan mengikat O 2 dalam air baik dari hasil radiolisis air ataupun udara, sehingga korosi material yang dipicu oleh adanya gas O 2 akan berkurang, akan tetapi masih banyak hal-hal lain yang memicu korosi (tanpa O 2 ), jadi untuk menghambat korosi tidak hanya O 2 saja yang diatasi masih banyak penyebab lainnya. Banyak cara lain yang dapat digunakan untuk mencegah korosi, tetapi suatu hal penting bahwa tidak boleh menggunakan zat pencegah korosi yang berdampak pada aktivitas dalam teras. Jadi cara banyak pertimbangannya harus tepat. Suyamto Apa benar bahwa korosi menyebabkan kenaikan suhu. Yang benar terjadinya pengerakan sehingga transfer panasnya terganggu. Sumijatno Proses korosi secara langsung memang tidak menyebabkan kenaikan suhu. Akan tetapi bila produk korosi menutupi permukaan kelongsong elemen bakar maka akan mengganggu perpindahan panas sehingga suhu kelongsong naik. Dan bila terjadi pada transfer panas (HE) maka akan terjadi perpindahan panas tidak sempurna baru berdampak pada suhu.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi 3.1 Konfigurasi Teras Reaktor Spesifikasi utama dari HTTR diberikan pada tabel 3.1 di bawah ini. Reaktor terdiri

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA PENDAHULUAN Disamping sebagai senjata nuklir, manusia juga memanfaatkan energi nuklir untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu pemanfaatan energi nuklir secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4

Sel Volta (Bagian I) dan elektroda Cu yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO 4 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN Sel Volta (Bagian I) Pada sesi 3 sebelumnya, kita telah mempelajari reaksi redoks. Kita telah memahami bahwa reaksi redoks adalah gabungan dari reaksi

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 16-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 16 Oksidasi dan Korosi Dalam reaksi kimia di mana oksigen tertambahkan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra 3.3 KOROSI Korosi dapat didefinisikan sebagai perusakan secara bertahap atau kehancuran atau memburuknya suatu logam yang disebabkan oleh reaksi kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi dan peradabaan manusia, kebutuhan terhadap energi mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS 96 ISSN 0216-3128 Sumijanto ANALISIS EFEKTIVITAS HIDRAZIN (N 2 H 4 ) SEBAGAI ALTERNATIF INHIBITOR KOROSI PADA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS Sumijanto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini 43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5 BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini, hasil pengolahan data untuk analisis jaringan pipa bawah laut yang terkena korosi internal akan dibahas lebih lanjut. Pengaruh operasional pipa terhadap laju korosi dari

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam

Lebih terperinci

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti Vol. 3, No. 1, Januari 2018, ISSN (p): 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275 PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan E.Coli dalam air dengan menggunakan elektroda platina-platina (Pt/Pt) dilakukan di Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Korosi Dosen pengampu: Drs. Drs. Ranto.H.S., MT. Disusun oleh : Deny Prabowo K2513016 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara Untuk mengetahui laju korosi baja karbon dalam lingkungan elektrolit jenuh udara, maka dilakukan uji korosi dengan

Lebih terperinci

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>> Matakuliah Tahun : Versi : / : Pertemuan 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja tahan karat Austenitic stainless steel (seri 300) merupakan kelompok material teknik yang sangat penting yang telah digunakan luas dalam berbagai lingkungan industri,

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Logam merupakan salah satu jenis bahan yang sering dimanfaatkan untuk dijadikan peralatan penunjang bagi kehidupan manusia dikarenakan logam memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI ISSN 1979-2409 Penerapan Pengelolaan (Treatment) AirUntuk Pencegahan Korosi Pada Pipa AliranSistem Pendingin Di Instalasi Radiometalurgi (Eric Johneri) PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN

Lebih terperinci

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN BAB II : MEKANISME KOROSI dan MICHAELIS MENTEN 4 BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN Di alam bebas, kebanyakan logam ditemukan dalam keadaan tergabung secara kimia dan disebut bijih. Oleh karena keberadaan

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Baja merupakan paduan yang terdiri dari unsur utama besi (Fe) dan karbon (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang tersusun dalam

Lebih terperinci

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

REDOKS dan ELEKTROKIMIA REDOKS dan ELEKTROKIMIA Overview Konsep termodinamika tidak hanya berhubungan dengan mesin uap, atau transfer energi berupa kalor dan kerja Dalam konteks kehidupan sehari-hari aplikasinya sangat luas mulai

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining BAB II PEMBAHASAN II.1. Electrorefining Electrorefining adalah proses pemurnian secara elektrolisis dimana logam yangingin ditingkatkan kadarnya (logam yang masih cukup banyak mengandung pengotor)digunakan

Lebih terperinci

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Lecture Presentation NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY By : NANIK DWI NURHAYATI, S,Si, M.Si Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Uji Korosi Dari pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil berupa data hasil perhitungan weight loss, laju korosi dan efisiensi inhibitor dalam Tabel

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K.

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS RGTT200K. ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DEGRADASI GRAFIT OLEH AIR INGRESS PADA TERAS Sumijanto Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Gd 80 Serpong Tangsel 15310 Tlp: 021

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar abad ke 19 pelapisan tembaga dengan emas banyak dilakukan orang, baik secara manual maupun secara listrik terhadap benda-benda logam. Pelapisan logam dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelasan merupakan proses penyambungan setempat dari logam dengan menggunakan energi panas. Akibat panas maka logam di sekitar lasan akan mengalami siklus termal

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI S u n a r d i Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya. Salah satu bahan tambang yang banyak fungsinya yaitu batu bara, misalnya untuk produksi besi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Aluminium merupakan jenis logam yang banyak digunakan dalam industri maupun rumah tangga. Aluminium banyak dimanfaatkan dikarenakan memiliki kelebihan diantaranya

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010 SEMINAR TUGAS AKHIR STUDI KASUS DESAIN PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA PIPA BAWAH TANAH PDAM JARINGAN KARANG PILANG III Oleh : Aisha Mei Andarini Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc Surabaya,

Lebih terperinci

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material Sarasati Istiqomah (0823320), Vina Puji Lestari (08233006), Imroatul Maghfioh (0823325), Ihfadni Nazwa (0823326), Faridhatul Khasanah (0823334), Darmawan (0823339),

Lebih terperinci

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin

CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin CARBON STEEL CORROSION IN THE ATMOSPHERE, COOLING WATER SYSTEMS, AND HOT WATER Gatot Subiyanto and Agustinus Ngatin Chemical Engineering Department Bandung State Polytechnic E.mail : Gattot_Subiyanto@yahoo.com

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerak adalah suatu deposit keras dari senyawa anorganik yang sebagian besar terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh pengendapan partikel mineral

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF Husen Zamroni, R. Sumarbagiono, Subiarto, Wasito Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PRARANCANGAN SISTEM

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT Aditiya Yolanda Wibowo, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN

Fe Fe e - (5.1) 2H + + 2e - H 2 (5.2) BAB V PEMBAHASAN 63 BAB V PEMBAHASAN 5. 1. KETAHANAN KOROSI SUS 316L 5.1.1 Uji Celup SUS 316L Baja tahan karat mendapatkan ketahanan korosi hasil dari terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam. Lapisan pasif adalah

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI

MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI MODEL PENGARUH INHIBITOR TERHADAP LAJU KOROSI Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat mengikuti sidang Sarjana Matematika Program Studi Matematika Institut Teknologi Bandung disusun oleh: Adwitha Yusuf 10103020

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Laju Korosi Baja Karbon Pengujian analisis dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi baja karbon dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI 39 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil eksperimen akan ditampilkan pada bab ini. Hasil eksperimen akan didiskusikan untuk mengetahui keoptimalan arang aktif tempurung kelapa lokal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reaktor nuklir membutuhkan suatu sistem pendingin yang sangat penting dalam aspek keselamatan pada saat pengoperasian reaktor. Pada umumnya suatu reaktor menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup penting di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Hal ini tidak tidak terlepas

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01)

ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) Buletin Pengelolaan Reaktor Nuklir. Vol. 9 No. 2, Oktober 2012: 27-34 ANALISIS DAN PENGENDALIAN KONDUKTIVITAS AIR PADA KOLOM RESIN CAMPURAN (MIX-BED) SISTEM AIR BEBAS MINERAL (GCA 01) ABSTRAK Setyo Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

Handout. Bahan Ajar Korosi

Handout. Bahan Ajar Korosi Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui

Lebih terperinci

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI Definisi Reduksi Oksidasi menerima elektron melepas elektron Contoh : Mg Mg 2+ + 2e - (Oksidasi ) O 2 + 4e - 2O 2- (Reduksi) Senyawa pengoksidasi adalah zat yang mengambil elektron

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK * Ir. Soewefy, M.Eng, ** Indra Prasetyawan * Staff Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencuci pakaian, untuk tempat pembuangan kotoran (tinja), sehingga badan air 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran air minum oleh virus, bakteri patogen, dan parasit lainnya, atau oleh zat kimia, dapat terjadi pada sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER Ferry Budhi Susetyo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta e-mail : fbudhi@unj.ac.id Abstrak Rust remover akan menghilangkan seluruh karat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Eksperimen dilakukan untuk mengetahui proses pembakaran spontan batubara menggunakan suatu sistem alat uji yang dapat menciptakan suatu kondisi yang mendukung terjadinya pembakaran

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Korosi Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan logam atau berkarat. Korosi adalah terjadinya perusakan material (khususnya logam)

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA

Lebih terperinci

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER ISSN 979-409 PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER Yanlinastuti, Sutri Indaryati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENGUKURAN

Lebih terperinci

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA Aluminium adalah salah satu logam ringan (light metal) dan mempunyai sifat-sifat fisis dan mekanis yang baik, misal kekuatan tarik cukup tinggi, ringan, tahan korosi, formability

Lebih terperinci

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112) TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10

Lebih terperinci

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4 A. DESKRIPSI Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, karena barang yang anda miliki rusak karena berkarat. Sepeda,

Lebih terperinci

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1. Tahap penelitian Tahapan penelitian ini dapat dilihat pada gambar III.1. Perumusan Masalah Tahap Persiapan Persiapan alat: Aerator, ozon generator dan dekomposer Pembuatan

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Oleh : Agus Solehudin Dipresentasikan pada : Seminar Nasional VII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Korosi BAB II TEORI DASAR 2.1 Korosi Korosi didefinisikan sebagai pengrusakkan atau kemunduran suatu material yang disebabkan oleh reaksi dengan lingkungan di sekitarnya. Pada metal, korosi dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA - 2 - CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI Kejadian Awal Terpostulasi No. Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuel cell merupakan sistem elektrokimia yang mengkonversi energi dari pengubahan energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell mengembangkan mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI Oleh BUDI SETIAWAN 04 03 04 015 8 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo

PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX. Sulaksono Cahyo Prabowo 1 PENGARUH VARIASI WAKTU ANODIZING TERHADAP STRUKTUR PERMUKAAN, KETEBALAN LAPISAN OKSIDA DAN KEKERASAN ALUMINIUM 1XXX Sulaksono Cahyo Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA 30 BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil Pengujian Polarisasi Potensiodinamik 4.1.1 Data Laju Korosi (Corrosion Rate) Pengujian polarisasi potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan

Lebih terperinci

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S (Agus Solehudin)* * Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK Universitas Pendidikan Indonesia Emai : asolehudin@upi.edu Abstrak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pengujian panas yang dihasilkan dari pembakaran gas HHO diperlukan perencanaan yang cermat dalam perhitungan dan ukuran. Teori-teori yang berhubungan dengan pengujian yang

Lebih terperinci

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr

Sel Volta KIM 2 A. PENDAHULUAN B. SEL VOLTA ELEKTROKIMIA. materi78.co.nr Sel Volta A. PENDAHULUAN Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari aspek elektronik dari reaksi kimia. Sel elektrokimia adalah suatu sel yang disusun untuk mengubah energi kimia menjadi energi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA) 216, dkk. IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT,,,,, DAN DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA), Kris Tri Basuki dan A. Purwanto P3TM BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci