TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati"

Transkripsi

1 7 TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati atau burung dara diklasifikasikan sebagai berikut: kelas Aves; sub kelas Neornithes; super ordo Neognathae; ordo Columbiformes; sub ordo Columbiae; famili Columbidae; genus Columba; spesies Columba livia (Levi 1945). Merpati termasuk famili Columbidae yang meliputi 289 spesies dengan ukuran mulai dari merpati Diamond yang memiliki ukuran panjang 12 cm sampai merpati Crowned yang berukuran sebesar kalkun betina dengan bermacammacam warna buah (Fruit Pigeon) sampai dengan warna abu-abu lembut. Burung merpati lokal telah lama dikenal masyarakat di perkotaan maupun pedesaan. Unggas ini berasal dari merpati liar (Columba livia) yang telah lama dibudidayakan dan asal penyebarannya dari daerah Eropa (Antawidjaja, 1988). Menurut Grzimek (1972), bagian terbesar dari famili Columbidae adalah merpati dengan jumlah mencapai 302 spesies, dari yang berukuran kecil sampai medium dengan panjang badan berkisar 15 cm sampai 80 cm. Selanjutnya Mac Kinnon dan Phillipps (1993), melaporkan bahwa jumlah spesies pada famili Columbidae sebanyak 280 spesies. Kebanyakan tetua merpati domestik yang ada, walaupun tidak semuanya adalah Rock Dove yang masih termasuk bangsa liar yang ada di pantai karang Eropa (Peterson 1967). Stern dan Dickinson (2010) menyatakan bahwa rock pigeon yang ada saat ini adalah populasi hasil seleksi, dan merupakan merpati tipe liar yang tetap mempertahankan variasi dari nenek moyangnya. Merpati termasuk salah satu unggas domestik selain ayam, kalkun, bebek, angsa, ayam mutiara, burung unta, emu, ayam hutan dan lain-lainnya. Unggas domestik tersebut dipelihara dan dimanfaatkan daging, telur, bulu maupun tenaganya. Adapun unggas domestik penghasil daging seperti ayam, kalkun, bebek, angsa, ayam mutiara, merpati, burung unta, emu, ayam hutan, burung, dll. Unggas penghasil telur yaitu ayam, bebek, burung unta dan emu. Penghasil bulu adalah ayam, dan burung unta. Selanjutnya unggas yang dimanfaatkan tenaganya seperti merpati untuk balap merpati dan homing. Unggas juga dapat dimanfaatkan sebagai hewan penjaga (University of Kentucky 2011).

2 8 Istilah pada burung merpati; cock adalah burung merpati jantan dewasa; hen adalah burung merpati betina dewasa; squab (piyik) adalah anak burung merpati yang baru menetas maupun anak burung merpati yang masih dalam sarang dan belum disapih induknya. Adapun squaker adalah burung merpati muda dan belum dipasangkan (dijodohkan) (University of Kentucky 2011). Karakteristik Burung Merpati Merpati dapat hidup dimanapun kecuali di Antartika. Merpati bernavigasi sampai 1,000 mil atau 1,609.3 km; dapat merasakan medan magnet bumi; mampu terbang dengan kecepatan 75 mil atau km/jam; dapat mendengarkan ultra sound; melihat warna termasuk ultra violet; memberi makan piyik dengan susu (pigeon milk) meskipun jantan (Pigeon Recovery 2001). Muhaimi (1983) mengemukakan bahwa salah satu ciri yang membedakan antara merpati dengan unggas lain ialah merpati menghasilkan crop milk atau susu burung merpati (pigeon milk) yaitu cairan yang berwarna krem menyerupai susu yang dikeluarkan dari tembolok induk jantan maupun betina. Sumadi (1991) menambahkan bahwa crop milk induk merpati warnanya menyerupai keju dan cair, diproduksi induk sebelum telur yang dierami menetas. Cairan ini yang diberikan induk merpati kepada squab dengan cara meloloh (proses regurgitasi) dan memompakan ke dalam mulut squab. University of Kentucky (2011) menyatakan bahwa pigeon milk (susu burung merpati atau susu tembolok) diberikan kepada piyik dari sesaat setelah menetas hingga berumur 10 hari. Produksi susu tembolok tersebut dikontrol oleh hormon prolaktin. Prolaktin juga diproduksi oleh mamalia, namun pertama kali diidentifikasi pada burung merpati. Levi (1945) mengemukakan bahwa merpati jantan merupakan satu-satunya vertebrata jantan yang memberikan makanan dan melolohkan susu tembolok kepada anaknya. Levi (1945) mengemukakan bahwa merpati mempunyai sifat damai, tidak ada peck order dan kanibalisme, walaupun ditempatkan dalam satu kandang. Selain itu merpati mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, memilih pasangan dan mempunyai sense of location dalam waktu yang lama dan dalam jarak yang jauh. Stern dan Dickinson (2010) menyatakan bahwa burung merpati menunjukkan perilaku sosial yang menarik termasuk dalam pemilihan pasangan,

3 9 perhitungan jenis kelamin, peremajaan untuk calon induk, manipulasi ratio jenis kelamin anak, perilaku dominasi dalam kelompok (tidak ada peck order) dan kedua induk meloloh anaknya. Blakely dan Bade (1998) menambahkan bahwa bila salah satu pasangan mati atau dipisahkan oleh manusia, maka dapat dicarikan pasangan lain dalam beberapa hari; tetapi bila pasangan yang dipisahkan itu kembali, pasangan lama akan terwujud kembali. Merpati betina biasanya lebih kecil dan tidak terlalu ribut dibanding dengan jantan pada saat kawin. Pada proses cooing dan billing, betina selalu menempatkan paruhnya pada paruh jantan. Ukuran merpati jantan lebih besar dengan tekstur bulu yang lebih kasar dan bulu leher lebih tebal. Merpati jantan pada saat bercumbu membuat gerakan melingkar, memekarkan bulu ekor dan menjatuhkan atau merebahkan bulu sayap. Manfaat Burung Merpati Cartmill (1991) melaporkan bahwa merpati atau burung dara digunakan sebagai penghasil daging, penyedia bibit sport, lomba, hias, penelitian bahkan untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Bangsa merpati dibedakan menjadi tiga tipe yaitu bangsa yang diambil keindahannya untuk pameran (fancy breed); bangsa yang dinilai ketangkasannya (performing breed); bangsa yang diambil kegunaannya sebagai daging (utility group). Blakely dan Bade (1998) dan Fekete et al. (1999) menyatakan merpati dapat dibagi menjadi 3 kelompok utama yaitu untuk tujuan: (1) pameran; (2) ketangkasan dan (3) produksi `daging. Tipe Hias (Fancy Breed) Cartmill (1991) menyatakan bahwa tipe fancy breed terdiri atas Indian dan American fantail yang mempunyai ekor kipas yang besar, Pouter yang mempunyai kemampuan menggembungkan badan ke udara; Jacobin, Swallow, Chinese owl dan English trumpeter yang memiliki keindahan pada pola bulu yang dimiliki. Modena dan Helmet yang mempunyai bentuk badan yang bervariasi. Adapun Gambar 2 menunjukkan burung merpati hias.

4 10 Modena pigeon Modena pigeon African owl pigeon Sumber : Jerry (2011) Sumber : Jerry (2011) Sumber:pigeonfarms.com Satinette Frill back Helmet Sumber:faisalabad.olx.com.pk Sumber:Brown (2009) Sumber:faisalabad.olx.com.pk English fantail pigeon Jacobin pigeon White Fantail pigeon Sumber: wales.inetgiant.co.uk Sumber: Brown (2009) Sumber: Saad (2011) Gambar 2 Burung merpati hias Tipe Ketangkasan (Performing Breed) Cartmill (1991) mengemukakan bahwa merpati dari tipe performing breed seperti Homer memiliki kecepatan dan ketahanan terbang, Birmingham memiliki kemampuan terbang dengan berputar (rolling), Parlor Tumbler memiliki kemampuan jungkir balik di atas lantai. Merpati tipe ketangkasan roll dan balap dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

5 11 PerformingBreed (Roll) Sumber: Allan (2009) Birmingham roller pigeon Sumber: elec-intro.com Return home Sumber: elec-intro.com Gambar 3 Burung merpati tipe ketangkasan Burung merpati balap datar Burung merpati balap tinggi Gambar 4 Burung merpati balap Sumber: pigeonbirdfarm.files.wordpress.com

6 12 Tipe Pedaging (Utility Group) Cartmill (1991) mengemukakan bahwa merpati yang termasuk ke dalam utility group dan mempunyai ukuran tubuh yang besar yaitu King, Carneau, French, Swiss Mondain dan Runt. Selanjutnya Bokhari (2001) mengemukakan bahwa bangsa yang baik menghasilkan squab antara lain: Carneau, Florentines, Homer-Giant, King, Mondain, Runt dan Strassor. Merpati tipe pedaging dapat dilihat pada Gambar 5. Merpati silangan Homer x King lebih banyak dikembangkan di Indonesia. Antawidjaja (1988) melaporkan bahwa Homer x King merupakan persilangan antara bangsa King dan Homer, menghasilkan daging yang tinggi dan merupakan salah satu bangsa merpati yang paling populer, mempunyai tingkat kesuburan dan ketahanan fisik yang tinggi, aktif dan sedikit tenang. Red Carneau King Sumber :pigeon-france.com Sumber: pigeonaspets.co.uk Gambar 5 Burung merpati King dan Carnaue (tipe pedaging) Fenotipe Warwick et al. (1990) menjelaskan bahwa fenotipe merupakan penampakan luar atau sifat-sifat lain dari suatu individu yang dapat diamati atau dapat diukur. Hardjosubroto (1994) mengemukakan bahwa penampilan individu ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen di dalam kromosom dan mitokondria yang dimiliki, pengaruh genetik juga bersifat baka tak akan berubah-ubah dan diwariskan pada keturunannya. Faktor genetik sebagai kemampuan dapat dikatakan bahwa penampilan individu ditentukan oleh kemampuan dan kesempatan yang ada.

7 13 Fenotipe dapat dibedakan menjadi dua yaitu yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Noor (2008) menyatakan bahwa sifat kualitatif adalah sifat yang dikontrol oleh sepasang atau beberapa pasang gen yang memiliki perbedaan jelas antar fenotipenya. Warwick et al. (1990) mengemukakan bahwa sifat kualitatif merupakan sifat yang dapat mengklasifikasikan secara jelas individu-individu ke dalam satu dari dua kelompok atau lebih dan pengelompokan itu jelas satu sama lain. Sifat ini dikontrol oleh sepasang gen atau beberapa pasang gen dan hampir tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Noor (2008) menjelaskan bahwa faktor genetik yang mempengaruhi warna pada ternak selain sifat kuantitatif adalah gen ganda. Gen ganda adalah dua gen atau lebih yang mempengaruhi suatu sifat. Selanjutnya diterangkan bahwa sumber semua warna baik itu rambut, bulu, kulit dan mata pada ternak adalah melanin. Warna Bulu Warna bulu burung merpati ras sudah diketahui, sedangkan warna bulu merpati lokal masih bervariasi. Warna bulu King ada yang merah, biru serta kuning. Carneau warna bulunya merah, putih, hitam serta kuning. Begitu juga warna mata banyak variasi yang muncul, sedangkan warna shank sudah seragam yaitu merah. Warna Dasar Merpati memiliki tiga warna dasar yang berbeda yaitu warna hitam, coklat dan merah, sedangkan warna biru adalah tipe warna bulu merpati liar yang dekat dengan warna hitam, warna putih adalah albino karena tidak mengandung pigmen sama sekali pada bulu (Levi 1945). Warna biru tidak terdapat pada merpati karena pigmen hitam yang menjadi satu dalam sel bulu merpati akan membias menjadi terang sebagai warna biru. Warna biru pada bulu merpati dengan berbagai pola adalah pola warna hitam. Contoh tiga warna dasar bulu merpati yaitu coklat, biru (hitam) dan merah (Mosca 2000). Warna bulu putih adalah bulu yang tidak mempunyai pigmen warna (Lebranche 2000). Warna dasar bulu merpati memiliki dominasi sebagai berikut: Ash red (B A ) > Blue /Wild type (+) > Brown (b). Modifikasi dari Ash red adalah dilute yang

8 14 tidak mempunyai rambut halus kuning, sehingga Ash red dengan adanya gen dilute warnanya kuning keemasan (B A ), (d), (C//C). Ash red mealy (B a ), (C + ) yaitu Ash red dengan adanya pola warna pelangi, Ash red chek (B A ), (C). Pola Strawberry Ash red sooty, gen Sooty (So) memiliki warna abu gelap pada ekor dan sayap yaitu (B A ), (C + ), (So); Ash red grizzle (B A ), (G). Warna dasar biru dengan Bar (+//+), fenotipenya biru terang dengan pola Bar, mutasinya warna Blue dun dengan pola Silver check (d, +, C), yang membawa gen modifikasi dilute (d) yaitu warna terang dan menampilkan warna Brownish/hitam seperti dun dan bukan biru/hitam pada Blue check standard. Modifikasi lain dari biru adalah Bronze velvet akibat kombinasi 3 gen yaitu warna biru (+), T-pattern atau Velvet (C T ) dan Kite bronze (K), tanpa faktor Kite bronze, burung memiliki warna hampir hitam. Warna dasar coklat (b), modifikasinya Brown bar (b)(+), bentuk dilute disebut Khaki (b), (+), (d) nampak lebih terang warnanya. Warna dasar coklat kurang dominan diantara tiga warna dasar bulu burung merpati. Modifikasinya Cream (B A /+/d) mirip Ash red dilute; Brown grizzle, Brown qualmond dan Blue qualmond, Khaki (brown dilute) dan Dilute blue. Corak bulu Checker (C) dominan terhadap Barless (c); pada corak bulu T-pattern berarti burung mempunyai warna biru lebih tua hampir hitam (C T ) dominan terhadap c T ). Warna mata, terdapat beberapa warna iris mata pada merpati yaitu: (1) Bull eye; (2) Pearl eye, (3) Red and Orange (Huntley 1999b). Warna dasar bulu merpati disajikan pada Gambar 6. Merpati mempunyai bulu leher yang berwarna-warni yaitu hijau, kuning dan ungu yang disebut hackle. Hackle jantan dan betina dewasa nampak sama, tetapi jantan mempunyai hackle yang lebih berwarna-warni dibandingkan dengan betina (Lebranche 2000) Ash Red (B A ) Red Color

9 15 Blue Bar (+) Brown (b) Brown Color Gambar 6 Warna dasar bulu burung merpati Sumber: Huntley (1999b) Warna Iris Mata Warna iris mata dikendalikan oleh gen. Noor (2008) menyatakan bahwa sumber warna iris mata adalah melanin. Oliphant (2006) menyatakan bahwa ada tiga warna iris mata yang ditemukan pada merpati, dua di antaranya mengandung sel-sel pigmen stroma, sedang yang satu tidak memiliki sel-sel pigmen. Warna iris mata kuning (kerikil) dan putih memiliki sel pigmen yang mengandung butiran pigmen birefringent (kristal) dan ultrastructurally mirip dengan iridophores vertebrata poikilothermic. Kedua jenis warna iris mata tersebut mengandung guanin sebagai "pigmen", selain itu iris mata kuning sekurang-kurangnya memiliki dua pigmen fluorescing kuning yang sementara diidentifikasi sebagai pteridines. Sel-sel pigmen iris kuning dan putih secara struktural identik, perbedaannya hanya ada atau tidak adanya pigmen kuning ini. Sel-sel pigmen dari stroma iris mata putih sesuai dalam kimia struktur dan pigmen untuk iridophores

10 16 klasik meskipun mereka kekurangan irridescence kuat dan karena itu mungkin paling dianggap leucophores. Sel-sel pigmen dari beberapa iris kuning dapat dianggap "xanthophores yang mencerminkan sifat gabungan dari keduanya yaitu xanthophores klasik dan iridophore/leucophores. Adapun Gillespie (1992) menyatakan bahwa warna mata pada unggas terdiri dari tiga macam yaitu reddish bay, brown dan pearl. Warna iris mata burung merpati disajikan pada Gambar 7. Warna iris mata kuning Warna iris mata putih Gambar 7 Warna iris mata pada burung merpati Sumber: Huntley (1999a) Produktivitas Burung Merpati Produktivitas ternak meliputi sifat produksi maupun reproduksi. Adapun sifat produksi dan reproduksi pada burung merpati sebagai berikut: Pertumbuhan Pertumbuhan adalah pembentukan jaringan-jaringan baru yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berat, bentuk dan komposisi tubuh hewan (Winter dan Funk 1960). Selanjutnya Card (1962) mengemukakan bahwa ukuran tubuh mempunyai korelasi dengan pertumbuhan. Lawrence dan Fowler (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan suatu proses deposisi sel-sel, serta peningkat ukuran dan jumlah sel pada tingkat dan titik tertentu yang berbeda dalam suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ditandai oleh peningkatan jumlah sel pada jaringan (hyperplasia) dan peningkatan ukuran sel (hypertrophy). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan ataupun interaksi keduanya. Mc Donald et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot dan adanya perkembangan.

11 17 Sintadewi (1987) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan anak burung merpati sangat cepat pada minggu ke-1 dan ke-2, kemudian pertambahannya berkurang pada minggu ke-3 dan ke-4, sedangkan pada minggu ke-5 dan ke-6 bobot badan sudah mulai menurun dan tidak konstan sehingga bobot badan bervariasi menimbulkan keragaman yang besar. Rusdiyanto dan Sukardi. (1989) memperoleh kisaran bobot badan merpati lokal g pada umur empat minggu dengan pemeliharaan intensif. Adapun rataan bobot badan merpati ras penghasil daging berkisar g dengan kisaran bobot hidup sesuai strainnya seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Bobot hidup dewasa strain merpati penghasil daging Bobot Hidup (g) Strain Berat ( ) American Swiss Modena, White King, Silver King, Auto Sexing Texan Pioner, Auto Sexing King Medium ( ) White atau Red Carnaue, America Giant Homer Hungarian (biru, putih atau merah), Squabing Ringan ( ) Homer (homer pekerja) Sumber : Blakely dan Bade (1998) Produksi Telur. Merpati bertelur sebanyak 1-3 butir per periode bertelur dan rata-rata sebanyak 2 butir per periode bertelur. Telur merpati yang normal berbentuk ellips, tetapi ujung meruncing pada bagian yang berlawanan dengan rongga udara. Merpati yang dipelihara untuk tujuan komersial umumnya bertelur rata-rata setiap hari tergantung pada musim dan faktor lain (Priyati 1986). Induk jantan dan betina merpati mengerami telur-telur secara bergantian dengan alokasi pengeraman induk betina lebih lama dibandingkan jantan. Telur yang pertama menetas hari setelah dierami. Telur yang kedua menetas 48 jam kemudian (Blakely dan Bade 1998). Induk betina mulai bertelur lagi setelah squab berumur dua minggu, meskipun induk jantan dan betina masih meloloh atau memberi makan anak. Induk jantan meloloh anaknya lebih lama dibandingkan induk betina, sementara betina bertelur kembali (Alwazzan 2000). Puncak produksi bertelur terjadi pada umur bulan dan berlangsung selama 2-3 tahun (Blakely dan Bade 1998). Merpati dapat bertelur kembali

12 18 kurang lebih 14 hari kemudian, bila telur-telur tidak ditetaskan. Merpati dapat hidup lebih dari 20 tahun, dengan masa produktif sampai dengan umur 5-7 tahun (Winter dan Funk 1960). Produksi Daging. Squab atau piyik adalah merpati muda siap dipasarkan pada umur sekitar hari (Drevjany 2001b). Selanjutnya dilaporkan pula oleh Drevjany (2001b) bahwa kandungan kolesterol pada daging squab sangat dianjurkan bagi orang yang menghindari mengkonsumsi daging dengan kandungan kolesterol tinggi. Squab burung merpati disajikan pada Gambar 8. Gambar 8 Squab burung merpati Sumber : Drevjany (2001b) Drevjany (2001b) melaporkan bahwa daging squab berbeda dengan daging unggas lain karena mengandung lemak intramuskuler yang tinggi yang menambah daging menjadi lunak dan enak. Kandungan atau komposisi daging squab disajikan pada Tabel 2. Pasangan merpati masih muda (umur 2-3 tahun) dalam satu tahun mampu menghasilkan squab sebanyak ekor. Apabila pasangan tersebut tua (umur 5-6 tahun) hanya dihasilkan sekurang-kurangnya 12 ekor/tahun. Semakin tua umur merpati, kemampuan untuk menghasilkan squab semakin menurun (Blakely dan Bade 1988). Rata-rata produksi squab dari pasangan yang baik antara ekor/tahun. Produksi squab dari pasangan yang telah tua menurun menjadi ekor/tahun (Bokhari 2002). Menurut Drevjany (2001b) bahwa bobot badan squab setelah dibului adalah 66% dari bobot hidup.

13 19 Tabel 2 Komposisi nutrisi daging squab Komposisi Nutrisi Tipe Daging Air (%) Energi (kalori) Protein (%) Lemak (%) Serat (%) Abu (%) Total edible Daging dan kulit Daging Daging tanpa kulit Jerohan Sumber : Composition of Foods : United State Departement of Agriculture (1993) yang disarikan oleh Bokhari (2001) Daya Tunas dan Daya Tetas Hasil penelitian Muhaimi (1983) menunjukkan bahwa daya tetas yang rendah pada merpati ras Homer x King disebabkan oleh faktor pengelolaan, makanan, penyakit dan genetik. Persentase dari telur-telur merpati yang tidak menetas cukup tinggi, rata-rata 20% dari produksi telur. Bokhari (2001) melaporkan, kerugian pada peternakan merpati karena telur yang tidak subur, janin mati dan squab mati pada saat menetas yang mencapai dihilangkan dengan memilih bibit-bibit yang baik % dapat Mortalitas Burung merpati bersifat carrier terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Kontaminasi virus pada pemeliharaan burung merpati secara intensif hampir tidak ada. Hasil penelitian Muhaimi (1983) bahwa mortalitas anak sampai dengan umur empat minggu 2.38%; dara dan induk ditemukan sebesar 6.64% dan 0.23%. Mortalitas dapat dicegah dengan menjaga kebersihan kandang dan pemeliharaan yang baik agar burung merpati tidak mudah terjangkit penyakit. Parasit eksternal yang menjangkiti merpati hampir sama dengan unggas lain seperti kutu, tungau dan hama (Alwazzan 2000). Merpati rentan terhadap parasit baik secara internal maupun eksternal. Cacing dapat menyerang melalui air. Penyediaan air yang tidak bersih dapat membawa parasit eksternal dan hal ini

14 20 harus diupayakan dengan menjaga kebersihan pada kandang dan tenggeran sehingga penyakit tidak mudah berjangkit. Kerugian akibat penyakit penting diperhatikan. Pengurangan kematian dapat dilakukan dengan seleksi bibit dari pasangan merpati atas dasar uji keturunan dengan seleksi yang berencana dan program pemeliharaan yang baik. Seleksi diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat pertumbuhan yang lambat, bobot piyik yang rendah, produksi telur dan daya tetas yang menurun pada merpati yang pernah sakit (Bokhari 2001). Seleksi Seleksi adalah proses menentukan individu tertentu menjadi calon bibit (tetua), berapa banyak keturunan yang dihasilkan dan berapa lama digunakan sebagai bibit. Seleksi juga diartikan memberi kesempatan kepada individu yang memiliki gen-gen unggul berkembang biak sehingga generasi berikutnya memiliki rata-rata gen yang diinginkan lebih banyak dibandingkan generasi sekarang. Individu yang memiliki komposisi gen terbaik disebut memiliki nilai pemuliaan tinggi dan sebagai genetic parents. Dalam seleksi diperoleh ternak yang memiliki nilai pemuliaan tinggi yang akan menurunkan gen-gen baik kepada generasi berikutnya (Bourdon 2000). Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen yang tidak diinginkan, sehingga diharapkaan terjadi peningkatan produktivitas dan keseragaman yang tinggi. Perbedaan rataan performans ternak yang terseleksi dengan rataan performans populasi sebelum seleksi disebut diferensial seleksi (Hardjosubroto 1994). Ripitabilitas dan Heritabilitas Ripitabilitas diartikan ukuran kemampuan mengulang fenotipe yang sama, dapat diukur dari individu yang memiliki lebih dari satu catatan. Contoh sifat-sifat yang berulang: produksi susu, balap dan ketangkasan pada kuda, jumlah anak perkelahiran pada itik (Bourdon 2000). Jika ripitabilitas suatu sifat tinggi mengidentifikasikan kemampuan produksinya baik, sebaliknya jika ripitabilitasnya rendah berarti kemampuan produksinya rendah (Bourdon 2000). Heritabilitas berperan penting untuk menduga nilai pemuliaan, keragaman anak dan kemampuan produksi (Bourdon 2000). Heritabilitas adalah proporsi keragaman total pengamatan suatu sifat pada suatu kelompok dan merupakan

15 21 ekspresi dari gen-gen yang mempengaruhinya. Nilai heritabilitas suatu sifat antar populasi disesuaikan oleh genetik dan lingkungannya (Falconer dan Mackay 1996). Sifat pertumbuhan cenderung menunjukkan pewarisan tinggi, sehingga sifat-sifat tersebut mudah ditingkatkan melalui seleksi. Fertilitas adalah sifat yang nilai pewarisannya rendah, peternak tidak menekankan peningkatan fertility genetic dan sebaliknya manajemen pakan yang baik untuk meningkatkan fertilitas. Pengaruh lingkungan sangat mempengaruhi performans sifat-sifat yang memiliki heritabilitas rendah (Bourdon 2000). Sistem Perkawinan Menurut Perrins dan Berkhead (1983) terdapat empat macam sistem perkawinan dengan kategori lama hubungan pasangan dan jumlah perkawinan yang dilakukan dalam setiap persilangan yaitu : 1. Monogami : sepasang jantan dan betina pada waktu tertentu atau selama musim kawin atau sepanjang hidup berpasangan tetap. Masing-masing tetua mempunyai andil untuk mengasuh; 2. Poligami : satu pejantan kawin dengan beberapa betina, tetapi setiap betina hanya kawin dengan satu pejantan. Seekor pejantan mungkin berpasangan dengan beberapa betina terus menerus (simultaneous polygyny) atau bergantian menggilir betinanya (successive polygyny). Tetua yang bertanggungjawab mengasuh biasanya betina; 3. Poliandri : kebalikan poligami yaitu seekor betina berpasangan dengan beberapa pejantan baik terus menerus atau bergiliran. Jantan selalu menyediakan kebutuhan; 4. Pomiscuity; jantan dan betina kawin dengan individu lain sehingga merupakan pencampuran poligami dan poliandri. Baik jantan maupun betina menyediakan kebutuhan bersama. Adapun (Levi 1945) mengemukakan burung merpati memilih pasangan sendiri dan bersifat monogami Kecepatan Terbang Pigeon seperti burung lainnya bisa terbang menggunakan gerakan udara. Gerakan burung saat terbang pada prinsipnya bukan gerakan langsung. Adanya aliran udara (gerakan udara) dan adanya sibakan dari sayap burung maka adanya

16 22 perpindahan udara dan arus (aliran udara) yang menjaga hewan bertahan di udara dan bergerak maju maka burung bisa terbang. Ilmu yang mempelajari gerakan ini disebut aerodinamika (Feedburner 2011). Kecepatan terbang pada terowongan angin untuk burung merpati (Columba livia) lebih tinggi dibandingkan burung gagak (Pica pic) masing-masing 6-20 m detik -1 dan 4-14 m detik -1 dari hasil rekaman video berkecepatan tinggi (60 Hz) yang dilakukan oleh Tobalske dan Dial (1996). Tyne dan Berger (1976) menambahkan bahwa bulu ekor berfungsi sebagai pengendali ketika terbang dan penentu kapan akan berbelok, turun dan berhenti. Parentsnvolved.org (2011) menyatakan bahwa merpati bisa terbang 40 sampai 50 mil per jam. Merpati yang hidup di perkotaan tinggal dekat dengan pemukiman, terbang kurang dari 12 mil dalam sehari. Namun, otot-otot sayap mereka yang kuat mengakibatkan merpati bisa terbang lebih jauh lagi jika diperlukan. Beberapa jenis merpati dapat terbang sampai jarak 600 km dalam sehari. Merpati Daging dan Balap di Indonesia Merpati pedaging ras pernah dikembangkan di daerah Sukabumi sekitar tahun Selanjutnya Dinas Peternakan DKI Jakarta (2000) mengembangkan ternak merpati silangan Homer x King dengan tujuan untuk mengurangi tingkat penganguran dan menambah penghasilan bagi penduduk Jakarta dengan daging squab yang dapat dijual seharga Rp per ekor, tentunya mempunyai potensi yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Tahun 2002 peternak yang merupakan anggota himpunan peternakan merpati silangan Homer x King yaitu Haryono Herlambang, S.Sos mengembangkan merpati ras pedaging silangan tersebut dibawah binaan Suku Dinas Peternakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Pusat. Namun, kini peternakan tersebut tidak dilanjutkan lagi. Adapun budidaya merpati silangan Homer x King yang kini masih berproduksi adalah BPTHMT Batu Malang, Jawa Timur. Merpati balap dimanfaatkan untuk lomba balap merpati. Lomba balap merpati dibedakan oleh masyarakat menjadi dua jenis, yaitu balap merpati jarak jauh atau balap tinggi yang berjarak 5-7 km dan balap merpati jarak pendek (sprint) yang berjarak m (Yonathan 2003).

17 23 Lomba balap merpati jarak jauh dengan cara melepaskan beberapa ekor merpati dari jarak cukup jauh dari pagupon (kandang) oleh seorang pelepas merpati. Pagupon ini umumnya dibangun dan ditempatkan di sekitar rumah pemilik merpati dengan ketinggian sekitar 3-5 m dari permukaan tanah. Adapun jarak yang dilombakan sekitar 5-7 km. Lomba merpati balap jarak dekat dengan cara melepaskan merpati jantan pada jarak tertentu menuju merpati betina. Ketinggian terbang merpati balap jarak dekat m dari permukaan tanah. Lokasi yang digunakan berupa lapangan terbuka dengan permukaan datar dengan ukuran yang dapat digunakan untuk lomba minimum 1.000x300 m (Yonathan 2003). Merpati balap merupakan jenis merpati yang dapat diadu kecepatannya, di lokasi berbeda dengan jarak tempuh ratusan hingga ribuan meter. Penggemar merpati balap ini sudah ada di Indonesia di bawah naungan KONI pusat maupun daerah yaitu PPMBSI (Persatuan Penggemar Merpati Balap Sprint Indonesia). Keberadaan PPMBSI sama sekali tidak merusak lingkungan hidup yang ada karena semua burung merpati yang dipelihara, diperjualbelikan dan yang dilombakan merupakan hasil tangkaran masyarakat yang sifatnya tradisional maupun yang sudah profesional yang ada di seluruh Indonesia, bukan hasil menangkap di hutan atau di kebun, sehingga tidak merusak lingkungan hidup (PPMBSI 2004)

18 24

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burung mempunyai daya tarik khusus bagi manusia karena berbagai alasan diantaranya adalah burung lebih mudah dilihat dari hewan lain. Beberapa burung memiliki

Lebih terperinci

114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap

114 Warna dasar, pola bulu dan corak bulu burung merpati balap sama dengan burung merpati lokal, kecuali warna dasar putih tidak ditemukan pada balap 113 BAHASAN UMUM Gen yang mempengaruhi ekspresi sifat kualitatif terdapat pada kromosom otosom (kromsom Z), sehingga ekspresi pada kedua jenis kelamin sama, kecuali warna bulu adapula yang terpaut seks.

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BURUNG MERPATI LOKAL (Columba livia) SEBAGAI MERPATI BALAP DAN PENGHASIL DAGING.

PRODUKTIVITAS DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BURUNG MERPATI LOKAL (Columba livia) SEBAGAI MERPATI BALAP DAN PENGHASIL DAGING. PRODUKTIVITAS DAN PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BURUNG MERPATI LOKAL (Columba livia) SEBAGAI MERPATI BALAP DAN PENGHASIL DAGING Sri Darwati SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Burung Merpati TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati termasuk kedalam kelas unggas yang telah lama dikenal di Indonesia dengan sebutan burung dara (Gambar1). Burung merpati merupakan spesies paling terkenal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati

Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati Erna Winarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jln. Stadion Maguwoharjo No. 22 Sleman, Yogyakarta E-mail:

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan merpati di area Komplek Alam Sinar Sari, Desa Sinarsari, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung selama bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Magelang Bangsa itik jinak yang ada sekarang berasal dari itik liar yang merupakan species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi (Susilorini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012. I 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Peternakan puyuh di Indonesia saat ini cukup berkembang, hal ini karena semakin banyaknya usaha peternakan puyuh baik sebagai usaha sampingan maupun usaha utama untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan

I. PENDAHULUAN. potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki banyak potensi alam didalamnya sejak dahulu kala. Beragam sumber daya genetik hewan maupun tumbuhan dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati

TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati TINJAUAN PUSTAKA Burung Merpati Burung merpati mencakup sekitar 255 spesies dengan penyebaran yang hampir meliputi seluruh dunia. Kecuali di kutub dan beberapa kepulauan samudera. Bulunya yang khas berwarna

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Lokasi Penelitian Suhu dan kelembaban lokasi penelitian diamati tiga kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore hari. Rataan suhu dan kelembaban pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ayam Klasifikasi bangsa ayam menurut Myers (2001) yaitu kingdom Animalia (hewan); filum Chordata (hewan bertulang belakang); kelas Aves (burung); ordo Galliformes; famili Phasianidae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), 1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870. 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun, 7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh adalah spesies atau subspesies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Pada tahun 1870, puyuh Jepang yang disebut japanese

Lebih terperinci

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

Oleh: Suhardi, SPt.,MP Oleh: Suhardi, SPt.,MP Ayam Puyuh Itik Itik Manila (entok) Angsa Kalkun Merpati (semua jenis burung) Burung Unta Merak, bangau, dll Unggas atau khususnya ayam dalam sistematika taksonomi termasuk dalam

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di seluruh daratan, kecuali Amerika. Awalnya puyuh merupakan ternak

Lebih terperinci

BAB II COLUMBIFORMES, COLUMBIDAE, JENIS-JENIS MERPATI, MERPATI BALAP (Columba livia), STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI

BAB II COLUMBIFORMES, COLUMBIDAE, JENIS-JENIS MERPATI, MERPATI BALAP (Columba livia), STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI BAB II COLUMBIFORMES, COLUMBIDAE, JENIS-JENIS MERPATI, MERPATI BALAP (Columba livia), STRUKTUR MORFOLOGI DAN ANATOMI A. Ordo Columbiformes Kemampuan terbang memunginkan burung dapat bersarang di pohon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Burung jalak bali oleh masyarakat Bali disebut dinamakan dengan curik putih atau curik bali, sedangkan dalam istilah asing disebut dengan white starling, white mynah,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Perkembangan Puyuh Beberapa ratus tahun yang lalu di Jepang telah diadakan penjinakan terhadap burung puyuh. Mula-mula ditujukan untuk hewan kesenangan dan untuk kontes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kedu Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam Kedu berasal dari Desa Karesidenan Kedu Temanggung Jawa Tengah. Ayam Kedu memiliki kelebihan daya

Lebih terperinci

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A. 1. Pokok Bahasan : Jenis dan tipe ayam komersial A.2. Pertemuan minggu ke : 6 (2 jam) B. Sub Pokok Bahasan: 1. Ayam tipe petelur 2. Ayam tipe pedaging 3. Ayam tipe dwiguna

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Ciamis, Jawa Barat Kabupaten Ciamis merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki luasan sekitar 244.479 Ha. Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan ternak unggas yang cukup popular di masyarakat terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang mungil yang cocok untuk dimasukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan konsumen terhadap produk hasil ternak juga meningkat. Produk hasil ternak yang dipilih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Tekukur Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang terbentang dari India dan Sri Lanka di Asia Selatan Tropika hingga ke China Selatan dan Asia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011)

Gambar 1. Produksi Susu Nasional ( ) Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Sapi Perah di Indonesia Usaha peternakan sapi perah yang diusahakan oleh pribumi diperkirakan berdiri sekitar tahun 1925. Usaha ini berlanjut secara bertahap sampai saat ini.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang cukup banyak dan tersebar luas di wilayah pedesaan. Menurut Murtidjo (1993), kambing Kacang memiliki

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI 89 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN UKURAN TUBUH BURUNG MERPATI Pendahuluan Parameter genetik dapat diestimasi dari nilai tertentu dengan demikian merupakan besaran yang menggambarkan kondisi genetik suatu

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 ANALISIS HERITABILITAS POLA REGRESI LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Adi Rinaldi Firman 200110070044 LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal

Lebih terperinci

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN WAFIATININGSIH 1, IMAM SULISTYONO 1, dan RATNA AYU SAPTATI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak

PENDAHULUAN. cara diburu di hutan-hutan pedalaman. Puyuh liar biasanya hidup di semak-semak 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh adalah salah satu jenis burung yang hidup secara liar dan keberadaannya di alam bebas dan terbuka. Burung ini biasanya ditemukan dengan cara diburu di hutan-hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Bobot Lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Rataan dan standar deviasi bobot lahir kambing PE berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG

PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG PENANGKARAN DAN PERBIBITAN AYAM MERAWANG DI BANGKA BELITUNG HASNELLY Z., RINALDI dan SUWARDIH Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung Jl. Mentok Km 4 Pangkal Pinang 33134 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dunia peternakan saat ini khususnya perunggasan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

Gambar 1. Itik Alabio

Gambar 1. Itik Alabio TINJAUAN PUSTAKA Itik Alabio Itik Alabio merupakan salah satu itik lokal Indonesia. Itik Alabio adalah itik yang berasal dari Kabupaten Hulu Sungai Utara, Propinsi Kalimantan Selatan. Habitatnya di daerah

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN Oleh : Taufik Rizky Afrizal 11.12.6036 S1.SI.10 STMIK AMIKOM Yogyakarta ABSTRAK Di era sekarang, dimana ekonomi negara dalam kondisi tidak terlalu baik dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH :

SECARA UMUM CIRI-CIRI TERNAK UNGGAS ADALAH : UNGGAS Secara umum termasuk dalam ternak bersayap yg secara taksonomi zoologinya tergolong dalam kelas Aves. Jenis unggas cukup banyak diantaranya adalah ayam, itik, kalkun, dan angsa. Ternak unggas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Burung Merpati Balap Tinggian Karakteristik dari burung merpati balap tinggian sangat menentukan kecepatan terbangnya. Bentuk badan mempengaruhi hambatan angin, warna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat terutama kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING

IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING IDENTIFIKASI SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN UKURAN TUBUH PADA ITIK TEGAL, ITIK MAGELANG, DAN ITIK DAMIAKING S. SOPIYANA, A.R. SETIOKO, dan M.E. YUSNANDAR Balai Penelitian Ternak Jl. Veteran III PO Box 221

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Friesien Holstein Sapi perah adalah jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu (Blakely dan Bade, 1992) ditambahkan pula oleh Sindoredjo (1960) bahwa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH

KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH KARAKTERISTIK DAN KECEPATAN TERBANG MERPATI LOKAL TIPE TINGGIAN SKRIPSI RICKY FIRMANSYAH DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 RINGKASAN Ricky

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa

Panduan Ikan Louhan. anekaikanhias.com. 2. Ikan Louhan Kamfa Panduan Ikan Louhan A. Jenis-jenis ikan louhan yang pernah populer di Indonesia. Mungkin, dari beberapa jenis ikan ini, ada jenis ikan louhan yang pernah kamu pelihara : 1. Ikan Louhan Cencu Ikan louhan

Lebih terperinci

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp) MENGENAL IKAN LOUHAN -Nama lain : flower horn, flower louhan dan sungokong. -Tidak mengenal musim kawin. -Memiliki sifat gembira, cerdas dan cepat akrab dengan pemiliknya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF BURUNG MERPATI LOKAL

KARAKTERISTIK DAN KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF BURUNG MERPATI LOKAL KARAKTERISTIK DAN KERAGAMAN SIFAT KUALITATIF BURUNG MERPATI LOKAL Pendahuluan Sifat kualitatif burung merpati lokal masih beragam. Keragaman sifat kualitatif tersebut merupakan kekayaan plasma nutfah dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Boerawa Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dan PE betina. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, kambing Boer merupakan satu-satunya

Lebih terperinci