Tinjauan Pustaka. Sejarah Perkembangan Kota Bandung
|
|
- Ratna Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kota Bandung, perkembangan permukiman di Bandung, arsitektur kolonial Belanda, upaya pemugaran bangunan-bangunan kolonial Belanda di Bandung, fasade bangunan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein, serta kajian teori karakter kawasan dan fasade bangunan. II.1 Sejarah Perkembangan Kota Bandung Berdasarkan pernyataan yang tertulis pada buku Ciri Perancangan Kota Bandung karya Djefry W. Dana, dinyatakan bahwa awal mula berdirinya kota Bandung tidak lepas dari jasa Wiranatakusumah II yang menjadi Bupati Kabupaten Bandung pada tahun 1794 hingga tahun Pemerintah Hindia Belanda, yang saat itu menguasai Nusantara, khususnya Jawa, dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memiliki rencana membuat Groote Postweg (Jalan Raya Pos) yang membelah Pulau Jawa sepanjang kira-kira 1000 kilometer. Jalan ini menghubungkan Anyer di ujung barat dan Panarukan di ujung timur. Hal ini bertujuan untuk mempermudah hubungan antara daerah-daerah yang berdekatan serta dilalui jalan tersebut. Atas perintah Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, sejak tanggal 25 Mei 1810 ibukota Kabupaten Bandung yang semula berada di Krapyak (sekarang Dayeuh Kolot) berpindah mendekati Jalan Raya Pos. Atas persetujuan sesepuh serta tokoh-tokoh dibawah pemerintahannya, Bupati Wiranatakusumah II memindahkan ibukota Kabupaten Bandung dari Krapyak ke daerah yang terletak diantara dua buah sungai, yaitu Cikapundung dan Cibadak, daerah sekitar alun-alun Bandung sekarang, yang dekat dengan Groote Postweg (Jalan Raya Pos). Daerah yang tanahnya melandai ke arah timur laut tersebut dianggap cocok dengan persyaratan kesehatan maupun kepercayaan yang dianut pada saat itu. Sungai-sungai yang mengapitnya juga dapat berfungsi sebagai sarana utilitas kota Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2 Berdasarkan pernyataan yang tertulis dalam buku Bandoeng, Beeld van een stad karya Robert P.G.A. Voskuil, masa kekuasaan Verenigne Oostindische Compagnie (VOC) di Bandung ditandai dengan munculnya budidaya kopi pertama di Bandung pada tahun 1718 sampai tahun Kemudian VOC memonopoli perdagangan dengan seringnya membeli hasil panen kopi dengan harga yang murah untuk kemudian dijual di Eropa dengan harga yang tinggi. Masa kekuasaan VOC berakhir pada awal tahun Pada saat itu VOC berada dalam pengawasan Pemerintah Belanda. Setelah habisnya hak monopoli yang ada, akhirnya pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bangkrut dan resmi dibubarkan 11. Berdasarkan pernyataan yang tertulis dalam buku Bandoeng, Beeld van een stad karya Robert P.G.A. Voskuil, masa kekuasaan Bataafsche Republiek (Republik Batavian / Pemerintah Hindia Belanda) di Bandung tidak lepas dari kepemimpinan Herman Willem Daendels di Bandung. Pada bulan Januari 1807 Herman Willem Daendels diangkat sebagai Gubernur Jenderal di Asia. Sebelum berangkat Daendels dianugerahi pangkat Marsekal Negeri Belanda oleh Raja Lodewijk Napoleon. Daendels dilahirkan di Hattem Belanda pada tahun Pada tahun 1787 sebagai patriot muda Daendels melarikan diri ke Perancis, kemudian kembali ke Belanda pada tahun 1795 sebagai jenderal dalam pasukan Pichegru. Daendels ditugaskan oleh untuk mempertahankan Jawa terhadap Inggris. Dibawah pimpinan Gubernur Jenderal Daendels, Groote Postweg (jalan raya Pos) dibuat dengan alasan untuk kepentingan ekonomi dan militer. Jalan ini menghubungkan Anyer di ujung barat dengan Panarukan di ujung timur, yang membentang sepanjang kira-kira 1000 kilometer. Atas perintah Daendels, sejak tanggal 25 Mei 1810 ibukota Kabupaten Bandung yang semula berada di Karapyak dipindahkan mendekati Jalan Raya Pos. Daendels meninggal dunia pada bulan Mei 1818 di St.George del Mina, ibukota pantai barat Afrika 11. Menurut Djefry W. Dana, untuk mengatur pembangunan kota Bandung akibat bertambahnya jumlah penduduk, maka disusun Plan der Negorij Bandoeng 11 Voskuil, Robert P.G.A. (1996), Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend,
3 (Rencana Kota Bandung) dengan tujuan agar pembangunan kota lebih terarah dan terkendali. Pada tahun 1850 dibangun Masjid Agung dan Pendopo Kabupaten serta ruang terbuka / alun-alun di pusat kota Bandung sekarang. Pada tahun 1866 dibangun beberapa bangunan sekolah seperti Sekolah Guru / Sekolah Raja (Kweekschool) di Jalan Merdeka sekarang dan Sekolah Pangereh Praja / Sakola Menak (OSVIA) di daerah Tegallega. Pada tahun 1867 dibangun Gedung Karesidenan yang terletak di Jalan Otto Iskandardinata sebagai tempat tinggal Residen Priangan yang bernama Van der Moore. Sekitar tahun 1890 dibuat beberapa taman kota serta fasilitas-fasilitas penunjang kota lainnya. Dengan demikian, Bandung berkembang dari kota kecil menjadi sebuah permukiman kota dengan segala sarana pelengkapnya 12. Menurut Djefry W. Dana, meskipun Groote Postweg (Jalan Raya Pos) telah dibuat, keberadaannya tidak cukup kuat untuk melindungi Belanda dari tentara Inggris yang kemudian datang ke Indonesia pada tahun 1811 dibawah pimpinan Thomas Stamford Raffles. Selain itu, menurut Robert P.G.A. Voskuil, masa kekuasaan Inggris di Bandung ditandai dengan diterapkannya Cultuurstelsel (Undang-undang Tanam Paksa) di Jawa pada tahun 1830 oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch. Tanam Paksa dilakukan hampir sama dengan kerja paksa seperti pada zaman VOC, tetapi kali ini berdasarkan pajak bumi dari Raffles 13. Menurut Robert P.G.A. Voskuil, masa kolonial modern di Bandung ditandai dengan adanya het Decentralisatiebesluit (Keputusan Otonomi) pada tahun 1905 yang secara hukum menciptakan banyak peluang bagi Batavia, Meester Cornelis dan Buitenzorg menjadi kota-kota di Jawa yang mendapat status gemeente (Kotapraja). Hal ini diikuti oleh sejumlah kota lain pada tanggal 1 April 1906, termasuk Bandung. Sejak saat itu, kota Bandung mengalami perkembangan pesat di segala bidang Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend,
4 Didalam buku tersebut juga dinyatakan bahwa pada tahun 1918 het Departement van Gouvernementsbedreijven (Departemen Perusahaan Pemerintah) ditetapkan berkedudukan di Bandung termasuk berbagai dinas yang berada dibawah kekuasaan pemerintah seperti kereta api, trem, pos telegram telepon dan pertambangan. Pemindahan tersebut menyebabkan aktivitas membangun disepanjang batas kota, disebelah Utara Jl.Riau meningkat sejak Melihat perkembangan kota yang cepat, maka pada tahun 1917 Kotapraja memiliki Rencana Pengembangan Bandung Utara yang disusun oleh arsitek F.J.L. Ghysels dari het Algemene Ingenieurs en Architecten Bureau (AIA) dari Jakarta. Biro ini dipilih pada tahun 1920 untuk menjadi Departemen Perencanaan yang menangani semua pembangunan kantor pemerintah di kawasan timur laut. Tetapi pada kenyataannya, proyek yang terlaksana hanya dua bangunan kantor, sehingga lahan peruntukannya tidak dibangun hingga bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi Kotapraja 14. Berikut ini merupakan perkembangan kota Bandung jika digambarkan dalam bentuk diagram : Tjitaroem Plein U Gambar II.1 Diagram Peta Perkembangan Kota Bandung Sumber : Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven 14 Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend,
5 Berikut ini merupakan perkembangan kota Bandung yang dapat digambarkan sebagai berikut : Tjitaroem Plein U Gambar II.2 Peta Perkembangan Kota Bandung Tahun 1906 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Tjitaroem Plein U Gambar II.3 Peta Perkembangan Kota Bandung Tahun 1911 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
6 Tjitaroem Plein U Gambar II.4 Peta Perkembangan Kota Bandung Tahun 1916 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Tjitaroem Plein U Gambar II.5 Peta Perkembangan Kota Bandung Tahun 1921 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
7 Tjitaroem Plein U Gambar II.6 Peta Perkembangan Kota Bandung Tahun 1931 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Tjitaroem Plein U Gambar II.7 Peta Perkembangan Kota Bandung Sejak Tahun 1942 Sumber : Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
8 Berdasarkan gambar peta perkembangan kota Bandung tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan perumahan di Bandung (terutama di kawasan perumahan Tjitaroem Plein) tidak sekaligus dibangun pada satu periode, melainkan berangsur-angsur, sehingga bentuk dan fasade bangunan-bangunannya tidak selalu sama. II.2 Perkembangan Permukiman di Bandung Pertambahan penduduk yang cepat dalam dekade pertama abad keduapuluh memerlukan penanganan yang tepat oleh aparat perencana Kotapraja. Tempat harus disiapkan untuk pembangunan kawasan perumahan dan kantor yang baru. Menurut Robert P.G.A. Voskuil, Bagian Perumahan Kotapraja adalah instansi yang pertama kali memenuhi permintaan akan adanya rumah kecil dan sederhana. Selama Perang Dunia I, penambahan jumlah rumah di Bandung terlalu sedikit. Sejalan dengan kenaikan sewa, maka berkurang pula minat para warga yang lemah modal, sehingga banyak yang kemudian terpaksa tinggal di rumah kampung yang sederhana dengan kondisi rumah yang kurang menyenangkan dan kesehatan lingkungan yang tidak memadai 15. Didalam buku tersebut juga dinyatakan bahwa pihak swasta kurang berminat untuk membangun rumah kecil sederhana dengan harga murah. Akhirnya pada tahun 1919 Dewan Kotapraja membangun perumahan sederhana tersebut dengan Ir. A. Polderwaart sebagai pelopornya, kemudian diikuti oleh Ir. Heetjans sebagai Direktur Pekerjaan Kotapraja. Pada awalnya bangunan ini terbuat dari kayu berdinding bilik atau anyaman bambu. Biaya perawatan yang cukup tinggi menyebabkan bangunan seperti ini ditinggalkan, kemudian dicoba menggunakan bahan bangunan tembok. Pada tahun 1920 proyek pertama dicoba rumah model kampung di daerah Astanaanyar, kemudian pada tahun 1921 di Cihapit dibangun 127 rumah dan 12 toko. Sampai awal tahun 1930-an, ketika keadaan krisis ekonomi dunia tidak memungkinkan lagi untuk membangun, telah berdiri 800 rumah untuk dihuni. Pada tahun 1927, barulah dibuat Kerangka 15 Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend,
9 Pengembangan Kota bagian Selatan yang akan diperuntukkan bagi penduduk pribumi 16. tahun 1921 : Berikut ini merupakan gambar perumahan kecil Kotapraja di Cihapit pada Gambar II.8 Perumahan Kecil Kotapraja di Cihapit pada Tahun 1921 Sumber : Voskuil, Robert P.G.A. (1996), Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend, 62 II.3 Arsitektur Kolonial Belanda Menurut Sandy Aminuddin Siregar dalam disertasinya yang berjudul Bandung, The Architecture of A City in Development, sejarah suatu bangsa dapat dikategorikan berdasarkan tiga aspek, yaitu : masa religi-politiknya, bentuk etnisnya dan kolonialnya 17. Dalam hal ini, aspek kolonial adalah aspek yang akan dibahas dalam penelitian ini. 16 Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend, Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven,
10 II.3.1 Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia Berdasarkan pernyataan yang tertulis dalam buku Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia karya Yulianto Sumalyo, sejarah dunia memasuki masa kolonialisasi pada abad XVII. Masa kolonialisasi di Indonesia juga dimulai dari abad XVII hingga pertengahan abad XX, tepatnya pada tahun Menurut Sandy Aminuddin Siregar dalam disertasinya yang berjudul Bandung, The Architecture of A City in Development, berdasarkan sejarahnya, Inggris, Portugis, Belanda dan Jepang pernah menjajah Indonesia. Hubungan antara penjajah dan yang dijajah inilah yang menyebabkan adanya perkembangan arsitektur di Indonesia. Didalam buku tersebut juga dinyatakan bahwa setelah Portugis datang ke Indonesia pada tahun 1498, pada akhir abad ke-16 barulah Belanda datang ke Indonesia. Pada awalnya, Belanda memulai penjajahan dengan membangun benteng di Batavia (Jayakarta). Setelah dua abad kemudian barulah Belanda dapat menguasai beberapa kota di Indonesia 19. Menurut Djefry W. Dana, tidak semua orang-orang Belanda mendukung penjajahan di Indonesia, terutama para arsitek Belanda yang tinggal di Indonesia. Mereka menginginkan bangsa Indonesia maju dalam segala aspek, terutama perkembangan arsitekturnya. Bentuk arsitektur kolonial Belanda di Indonesia setelah tahun 1900 merupakan arsitektur modern yang berkembang di Belanda pada saat yang bersamaan, yang disesuaikan dengan iklim tropis basah di Indonesia. Beberapa bangunan mengambil elemen-elemen tradisional setempat untuk diterapkan pada bentuk arsitekturnya. Dengan demikian, maka muncul langgam arsitektur yang disebut Indo Europeeschen Architectuur Stijl, yaitu langgam arsitektur perpaduan arsitektur Eropa dan tradisional Indonesia, dengan atap tropis (atap perisai dan pelana) sebagai ciri khasnya. Langgam arsitektur ini banyak diterapkan pada bangunan-bangunan kolonial di Indonesia Sumalyo, Yulianto (1993), Arsitektur Kolonial Belanda Di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven, Dana, Djefry W. (1990), Ciri Perancangan Kota Bandung, P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
11 II.3.2 Arsitektur Kolonial Belanda di Bandung Didalam buku Bandoeng, Beeld van een stad karya Robert P.G.A. Voskuil, dinyatakan bahwa tahun 1920 hingga tahun 1930-an adalah periode ketika keadaan sangat baik untuk pembangunan tempat tinggal dan tempat kerja ideal untuk para warga Eropa di daerah tropis, termasuk kota Bandung. Berbagai bangunan Pemerintah dibangun dengan gaya Neoklasik, seperti tempat kediaman Residen dan Sekolah Guru Pribumi, yang sekarang merupakan tempat kediaman Gubernur dan Kantor Polisi Kota Jl.Merdeka. Hal tersebut tampaknya diilhami oleh gaya Yunani dan Romawi Kuno berbentuk fasade yang selama berpuluhpuluh tahun disukai oleh Pemerintah Hindia Belanda. Dalam dekade pergantian abad, arsitektur Eklektik cukup populer, yang ditandai dengan adanya kombinasi elemen-elemen yang asal dan waktu terciptanya berbeda-beda 21. Salah satu faktor pembentuk fasade bangunan adalah langgam arsitekturnya. Banyaknya tipe atau jenis bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial Belanda menyebabkan adanya tipologi bangunan rumah tinggal kolonial Belanda dalam arsitektur. Berbagai literatur selalu menjelaskan arsitektur modern sebagai langgam Art Nuoveau, International Style, Art and Craft Movement, atau yang paling dikenal adalah Art Deco. Berdasarkan laporan penelitian yang dilakukan oleh Indah Widiastuti yang berjudul Kajian Tipologi Fasade Bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Bandung; Studi Kasus : Kawasan Permukiman Uitbreidingensplan Bandoeng Noord, dinyatakan bahwa Hellen Jessup mendefinisikan 3 langgam bangunan rumah tinggal kolonial (Dutch Indische), yaitu : 1. Imperial Style (berlandaskan aturan-aturan klasik); 2. Indische Style (perpaduan gaya Eropa dan tradisional); 3. International Style (mengikuti selera modernisme yang anti historis) Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend, Widiastuti, Indah (2001), Kajian Tipologi Fasade Bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Bandung; Studi Kasus : Kawasan Permukiman Uitbreidingensplan Bandoeng Noord, Laporan Penelitian Institut Teknologi Bandung, Bandung,
12 Didalam buku Bandoeng, Beeld van een stad karya Robert P.G.A. Voskuil, dinyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan kota Bandung yang cepat didukung oleh semangat Pemerintah kota yang ingin maju kemudian membuat para ahli bangunan dan para arsitek tertarik untuk berkarya ke kota Bandung. Beberapa dari mereka antara lain : Ir. J. Gerber, Ir. Henri E. Maclaine Pont, A. F. Aalbers dan Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Keempat arsitek tersebut memiliki ciri khas gaya membangun yang berbeda-beda 23. Ir. J. Gerber memiliki gaya membangun dengan mencoba menggabungkan gaya barat dan timur. Contoh hasil karyanya yang terkenal adalah Gedung Sate yang dibangun pada tahun Ir. Henri E. Maclaine Pont memiliki gaya membangun dengan gaya Indische atau gaya setempat, baik secara arsitekturnya maupun penggunaan materialnya, yaitu kayu dan bambu. Contoh hasil karyanya yang terkenal adalah gedung aula Institut Teknologi Bandung. A. F. Aalbers memiliki gaya yang sangat berlawanan dengan gaya membangun Ir. Henri E. Maclaine Pont. Hasil karyanya dapat dinilai sebagai ungkapan representatif dari bangunan modern tahun 1930-an di Hindia Belanda. Bangunan-bangunan yang dibuatnya membuat kota memiliki bentuk yang baik, modern dan berskala internasional, yang sangat kontras dengan lingkungan sekitarnya. Adapun beberapa contoh hasil karyanya, antara lain : Gedung Denis (1935), Pension de Driekleur / Gedung Triwarna (1938), Hotel Savoy Homann (1939), dan Societeit Concordia / Gedung Merdeka (1940). Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker memiliki gaya membangun dengan mempertahankan gaya Neo Gothic tradisionalnya. Jika dilihat dari cara mengatur bangunan dan ornamennya, dapat dilihat bahwa ia terpengaruh oleh gaya Art Deco. Contoh hasil karyanya yang terkenal adalah Villa Isola (1933) yang dimiliki oleh Dominique Berretty Voskuil, Robert P.G.A. (1996),Bandoeng, Beeld van een stad, Asia Maior, Purmerend,
13 Gambar II.9 Villa Isola, Rumah Tinggal Kolonial yang Terkenal di Bandung Sumber : Akihary (1996), Ir. F.J.L. Ghijsels Architect in Indonesia, Seram Press, Netherlands,
14 II.4 Upaya Pemugaran Bangunan-bangunan Kolonial Belanda di Bandung Berdasarkan tata guna lahannya, kawasan perumahan Tjitaroem Plein merupakan kawasan dengan fungsi hunian 24. Meskipun demikian, masih banyak bangunan yang fungsinya telah berubah seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa sekarang ini bangunan-bangunan kolonial Belanda tersebut dilestarikan dengan tujuan untuk menambah nilai kesejarahan kota Bandung sekaligus mengenang kota Bandung tempo dulu. Meskipun demikian, tidak ada peraturan baku yang mengaturnya. Didalam buku Architecture in Context karya Brent C. Brolin, dinyatakan bahwa ada beberapa cara untuk mencapai hubungan yang simpatik dengan lingkungan sekitarnya, yaitu : mengambil motif-motif desain yang sudah ada; menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama tetapi kemudian memanipulasikannya sehingga nampak berbeda; mencari bentuk-bentuk baru yang memiliki efek visual yang serupa atau setidaknya mendekati bentuk lamanya; dan mengabstraksikan atau mentransformasikan bentuk aslinya 25. Menurut yang tertulis pada Burra Charter atau Piagam Burra pada tanggal 19 Agustus 1979 di Burra, Australia Selatan, perubahan pada bangunan-bangunan kolonial dapat berupa konservasi, preservasi, restorasi, rekonstruksi dan adaptasi. Konservasi adalah seluruh proses pemeliharaan sebuah tempat untuk mempertahankan signifikansi budayanya). Preservasi adalah mempertahankan bahan sebuah tempat dalam kondisi eksisting dan memperlambat pelapukan. Restorasi adalah mengembalikan bahan eksisting sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dengan menghilangkan tambahan atau dengan meniru kembali komponen eksisting tanpa menggunakan material baru. Rekonstruksi adalah mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana yang diketahui dan dibedakan dari restorasi dengan menggunakan 24 (2001), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung , P.T. Surya Anggita Sarana Consultant & Pemerintah Kota Bandung, Bandung. 25 Brolin, Brent C. (1980), Architecture in Context, Van Nostrand Reinhold Company, New York,
15 material baru sebagai bahan. Adaptasi adalah memodifikasi sebuah tempat untuk disesuaikan dengan pemanfaatan eksisting atau pemanfaatan yang diusulkan. Dengan demikian, bangunan-bangunan kolonial di Bandung diharapkan agar dipertahankan dengan tujuan untuk mempertahankan nilai-nilai kesejarahan kota Bandung. II.5 Fasade Bangunan di Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Menurut yang tertulis pada buku Webster s Third New International Dictionary karya Philip Babcock dan Merriam Webster, yang dimaksud dengan fasade bangunan adalah bagian muka dari bangunan, wajah eksterior bangunan, yang secara arsitektural merupakan bagian depan, dan kadang-kadang berbeda dari bagian depan bangunan lainnya karena detail arsitektural atau ornamennya 26. Didalam buku Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design karya Matthew Carmona, Tim Heath, Taner Oc. dan Steven Tiesdell, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan detail adalah bagian dari fasade bangunan yang menjadi fokus perhatian mata yang memiliki keteraturan (order). Didalam buku tersebut juga dinyatakan bahwa keteraturan (order) berkaitan dengan simetris, keseimbangan, repetisi atau pengulangan, grid atau pola dan lainlain. Selain itu, dinyatakan pula dalam buku tersebut beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk mencapai keharmonisan bangunan yaitu letak bangunan, massa bangunan, skala, proporsi, irama dan material. Letak bangunan merupakan posisi bangunan terhadap lingkungan. Massa bangunan merupakan volume atau bentukan bangunan secara tiga dimensi. Skala merupakan perbandingan bangunan dengan objek disekitarnya. Proporsi merupakan hubungan antara elemen-elemen atau bagian-bagian bangunan. Irama merupakan susunan dan ukuran elemenelemen atau bagian-bagian penting pada fasade bangunan. Aspek material meliputi bahan, tekstur dan warna Gove, Philip Babcock, Webster, Merriam (1981), Webster s Third New International Dictionary, G & C Merriam Company Publisher, Springfield. 27 Carmona, Matthew, Heath, Tim, Oc., Taner, Tiesdell, Steven (2003), Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design, Architectural Press, Oxford,
16 Bangunan-bangunan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein didominasi oleh langgam Indo Europeeschen Architectuur Stijl, yaitu langgam arsitektur perpaduan arsitektur Eropa dan tradisional Indonesia, dengan atap tropis (atap perisai dan pelana) sebagai ciri khasnya. Atap seperti ini merupakan bentuk adaptasi bangunan dengan iklim tropis basah di Indonesia. Beberapa bangunan mengambil elemen-elemen tradisional setempat untuk diterapkan pada bentuk arsitekturnya. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, berdasarkan gambar peta perkembangan kota Bandung, maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan perumahan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tidak sekaligus dibangun pada satu periode, melainkan berangsur-angsur, sehingga bentuk dan fasade bangunanbangunannya tidak selalu sama. Meskipun demikian, karakter fasade bangunan dapat diketahui dengan menggunakan metoda tipologi dan statistika (kuantitas), lalu ditentukan karakter fasadenya berdasarkan kriteria tertentu. II.6 Kajian Teori Karakter Kawasan dan Fasade Bangunan Penelitian ini bertujuan untuk mengatur atau menata fasade bangunanbangunan rumah tinggal di kawasan Tjitaroem Plein Bandung. Oleh karena itu, teori-teori yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan karakter kawasan dan fasade bangunan. Kedua teori ini dipilih karena keterkaitannya satu sama lain. II.6.1 Kajian Teori Karakter Kawasan Menurut yang tertulis pada buku Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design karya Matthew Carmona, Tim Heath, Taner Oc dan Steven Tiesdell, karakter adalah identitas suatu tempat 28. Selain itu, didalam buku Genius Loci karya Christian Norberg-Schulz, dinyatakan bahwa karakter adalah konsep umum yang bersama-sama dengan tempat menyusun konsep place atau 28 Carmona, Matthew, Heath, Tim, Oc., Taner, Tiesdell, Steven (2003), Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design, Architectural Press, Oxford,
17 tempat 29. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan dengan mencari karakter atau sesuatu yang menjadi identitas / ciri khas kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Salah satu unsur yang dijadikan elemen pembentuk karakter kawasan adalah fasade bangunan-bangunannya. Teori karakter kawasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dalam bukunya Housing Design Quality, Through Policy, Guidance and Review. Didalam buku tersebut dinyatakan bahwa karakter kawasan terbentuk oleh unsur-unsur : garis sempadan bangunan, massa bangunan, besaran bangunan, skala, proporsi, roofscape, corner-focalpoint, elemen vertikal dan horizontal 30. Unsur-unsur tersebut bersifat tangible / nyata, sehingga dapat dilihat secara langsung. Oleh karena itu, teori ini serupa dengan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan melalui pengamatan bentuk fisik dan unsur-unsurnya yang bersifat tangible / nyata (dapat dilihat secara langsung) yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara dalam bukunya The Aesthetic Townscape 31. II.6.2 Kajian Teori Karakter Fasade Bangunan Adapun teori karakter fasade bangunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley dalam bukunya yang berjudul Responsive Environments. Dalam buku tersebut dinyatakan bahwa dalam hubungan penataan fasade bangunan, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mencapai keserasian visual, yaitu 32 : 1. Menggambarkan seluruh permukaan (fasade / tampak bangunan); 2. mencari petunjuk visual yang menyangkut makna tempat tertentu (kontekstual) dan yang berkaitan dengan penggunaan, sehingga desain fasade yang direkomendasikan dapat mengakomodasi kebutuhan penggunanya; 29 Norberg-Schulz, Christian (1984), Genius Loci, Rizzoli International Publication Inc., New York, Carmona, Matthew (2001), Housing Design Quality, Through Policy, Guidance and Review, Spon Press, London. 31 Ashihara, Yoshinobu (1983), The Aesthetic Townscape, The MIT Press, Cambridge. 32 Bentley, Ian (1985), Responsive Environments, The Architectural Press, London,
18 3. menganalisis karakter visual konteks dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya, dalam hal ini perlu diperhatikan elemen (detail dinding, jendela dan pintu) dan hubungan antar elemen (irama horizontal dan vertikal); 4. menganalisis desain baru yang terpadu dengan bangunan disebelahnya; 5. mensintesa petunjuk yang bersifat kontekstual dengan yang bersifat penggunaan. Teori ini dianggap sebagai teori yang pantas untuk dijadikan sebagai metoda penelitian, dengan pertimbangan : 1. Dengan menggambarkan seluruh permukaan (fasade / tampak bangunan), maka objek penelitian dapat dengan mudah dianalisa; 2. pencarian petunjuk visual yang menyangkut makna tempat tertentu (kontekstual) tidak dilakukan karena penelitian ini lebih mengutamakan petunjuk visual yang berkaitan dengan penggunaan; 3. analisa elemen-elemen fasade bangunan (detail dinding, jendela dan pintu) dan hubungan antar elemen (irama horizontal dan vertikal) sangat dibutuhkan untuk menganalisa bangunan lebih spesifik; 4. bangunan-bangunan disebelahnya berperan dalam membentuk karakter / kekuatan tempat di kawasan perumahan; 5. proses sintesa petunjuk yang bersifat kontekstual dengan yang bersifat penggunaan tidak dilakukan karena penelitian ini lebih mengutamakan petunjuk visual yang berkaitan dengan penggunaan. Salah satu elemen / bagian dari fasade bangunan yang berperan menentukan karakter fasade bangunan adalah ornamen. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa tidak semua ornamen dirancang untuk tujuan fungsional, tetapi semua ornamen pasti berfungsi sebagai elemen estetis yang dapat memperindah bangunan. Dengan demikian, ornamen dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat memperindah (hiasan); dekorasi 33. Menurut Cliff Moughtin, Taner Oc. dan Steven Tiesdell dalam buku Urban Design : Ornament and Decoration, nilai estetis ornamen ditentukan oleh empat 33 Brolin, Brent C., Richard, Jean (1982), Sourcebook of Architectural Ornament, Van Nostrand Reinhold Company, New York,
19 faktor. Pertama, kualitas ruang dimana ornamen tersebut ditempatkan. Kedua, bentuk dan pola ornamen tersebut. Ketiga, lingkup area yang dapat menikmati ornamen tersebut. Keempat, cara agar ornamen tersebut dapat dinikmati oleh orang lain yang melihatnya 34. Setelah pada bab ini dijelaskan tentang sejarah perkembangan kota Bandung, perkembangan permukiman di Bandung, arsitektur kolonial Belanda, upaya pemugaran bangunan-bangunan kolonial Belanda di Bandung, fasade bangunan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein, serta kajian teori karakter kawasan dan fasade bangunan, bab selanjutnya menjelaskan tentang analisa karakter fasade bangunan. Seluruh analisa karakter fasade bangunan dilakukan berdasarkan kajian teori karakter kawasan dan fasade bangunan. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan penelitian, yaitu memahami karakter fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein Bandung. 34 Moughtin, Cliff, Oc., Taner, Tiesdell, Steven (1995), Urban Design : Ornament and Decoration, Butterworth-Heinemann Ltd., Oxford, 4. 31
Lampiran A Foto Bangunan Objek Penelitian di Jl.Cilaki
Daftar Pustaka (2001), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2001-2010, P.T. Surya Anggita Sarana Consultant & Pemerintah Kota Bandung, Bandung. Akihary (1996), Ir.F.J.L. Ghijsels Architect in Indonesia,
Lebih terperinciI.1 Latar Belakang Penelitian
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak bangunan-bangunan kolonial. Hal ini disebabkan oleh adanya penjajahan VOC, Belanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.
Lebih terperinciDAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN
~ GRAHAILMU DAFTAR lsi KATA PENGANTAR PENDAHULUAN DAFTARISI BAB 1 SEKILAS TENTANG ARSITEKTUR CINA PADA AKHIR ABAD KE-19 DI PASURUAN BAB2 Arsitektur Cina Akhir Abad Ke-19 di Pasuruan Denah, Bentuk, dan
Lebih terperinciPROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DAFTAR ISI LATAR BELAKANG KEDATANGAN BANGSA BARAT KE INDONESIA What: (latar belakang) Indonesia negara dengan SDA yang melimpah Why: (Alasan) Orang-orang
Lebih terperinciAnalisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan
Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan III.1 Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dilakukan beberapa analisa, yaitu : 1. Analisa fungsi bangunan Analisa
Lebih terperinciBAB III ELABORASI TEMA
26 BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Tema : Arsitektur Kontekstual Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Berada di lingkungan komplek kampus Telkom sehingga dalam perancangannya perlu menyesuaikan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian
Lebih terperinci163 Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009
BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan
Lebih terperinciPerkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG
BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG 2.1 Kawasan Cagar Budaya di Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota yang mempunyai Kawasan Cagar Budaya. Yang dimaksud dengan Kawasan Cagar Budaya adalah
Lebih terperinciSEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia
SEJARAH KOTA BANDUNG AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia A. Asal Nama Bandung Banding/Ngabanding -------- berdampingan/berdekatan Bandeng/Ngabandeng --- sebutan untuk genangan air yang luas dan
Lebih terperinciBAB III PROFIL PERUSAHAAN
29 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Profil Tempat Kerja Praktek 3.1.1. Sejarah Instansi Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu
Lebih terperinciWajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi
SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan
Lebih terperinciSTUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR
STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciSejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah
Lebih terperinciMASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA
MASA PEMERINTAHAN HERMAN WILLIAN DAENDELS DI INDONESIA Latar Belakang Kedatangan Herman William Daendels Herman William Daendels di utus ke Indonesia pada tahun 1808 dengan tujuan yakni mempertahankan
Lebih terperinciarea publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai
2. BAB V KESIMPULAN Kesimpulan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan penelitian, sebagai berikut: a) Apakah yang dimaksud dengan makna eksistensi elemen vegetasi simbolik pada penelitian ini? b) Seperti
Lebih terperinciPENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH
PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Lebih terperinci2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik
2.2 Tinjauan Gaya Neo Klasik Eropa dan Indonesia 2.2.1 Sejarah Gaya Arsitektur Neo Klasik Pada akhir zaman klasik, timbul kejenuhan terhadap bentuk, konsep dan norma arsitektur klasik, yang sudah merajai
Lebih terperinciKOLONIALISME DAN IMPERIALISME
KOLONIALISME DAN IMPERIALISME Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa penjajahan Belanda, Indonesia mengalami pengaruh occidental (Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk kebudayaan, hal ini antara lain dapat dilihat dalam
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA INSERTION
BAB III TINJAUAN TEMA INSERTION 3.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kota ditandai dengan makin pesatnya pembangunan fisik berupa bangunanbangunan baru di pusat kota. Bangunan-bangunan baru tersebut dibangun
Lebih terperinciBAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip
Lebih terperinciKAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati
KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama
Lebih terperinciBab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi
Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka diperlukan adanya saran atau rekomendasi yang dibuat sebagai masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting
Lebih terperinciRekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Teresa Zefanya (1), Bambang Setia Budi (2) fany tanuriady @gmail.com (1) Mahasisw i program sarjana, Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga
Lebih terperinciPreservasi dan Konservasi. Mata Kuliah Perancangan Kota Oleh Achmad Delianur Nasution
Preservasi dan Konservasi Mata Kuliah Perancangan Kota Oleh Achmad Delianur Nasution Mengapa melakukan Preservasi Objek- objek bersejarah di Perkotaan? penghubung kita ke masa lalu ianya telah menjadi
Lebih terperinciKesimpulan dan Saran
Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa berdasarkan hasil observasi / survey, teori karakter kawasan dan teori fasade bangunan, didapat kesimpulan yang merupakan jawaban pertanyaan
Lebih terperinciREVITALISASI BANGUNAN MEGARIA SEBAGAI PUSAT SINEMA
REVITALISASI BANGUNAN MEGARIA SEBAGAI PUSAT SINEMA Oleh : Harry Anggara 1 & Agus Dharma 2 Abstrak Bangunan bioskop Megaria merupakan salah satu peninggalan sejarah perkembangan arsitektur di tanah air.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai Kabanaran, dibagian timur sungai Premulung, terdapat sebuah pasar yang besar yang termasuk
Lebih terperinciTIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI. Abstraksi
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 TIPOLOGI GEREJA IMMANUEL DI DESA MANDOMAI Alderina 1) Abstraksi Terdapat suatu gereja peninggalan Zending Barmen (Jerman) yang berlokasi di desa Saka Mangkahai
Lebih terperinciAspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi
Lebih terperinciKARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN
KARAKTER SPASIAL BANGUNAN KOLONIAL RUMAH DINAS BAKORWIL KOTA MADIUN Jurnal Ilmiah Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: PIPIET GAYATRI SUKARNO 0910651009 KEMENTERIAN
Lebih terperinciPERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN
PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN Saya siswa kelas 5A Siap Belajar dengan Tenang dan Tertib dan Antusias Pada abad ke-16 berlayarlah bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Timur. Diantaranya adalah Portugis, Spanyol,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mega Destatriyana, 2015 Batavia baru di Weltevreden Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk
Lebih terperinciTipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta
TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Judul Pada awalnya kota Jakarta adalah sebuah kota kecil yang berdiri di atas lahan bekas Pelabuhan Sunda Kalapa, dibangun oleh Pangeran Fatahillah pada tahun 1527
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D
STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indah Pujiyanti Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Perkembangan suatu kota merupakan sebuah bentuk adaptasi masyarakat yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat meregenerasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ARSITEKTUR KONTEKSTUAL 2.1.1 Definisi Arsitektur Kontekstual Brent C. Brolin (1980) dalam Firgus (2010) melalui bukunya Architecture in Context memberikan pengertian suatu perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1,Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, sekitar 60 Kilometer dari kota Jakarta dengan luas sekitar
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG
Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2015 ADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS
KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciArsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T
Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T Arsitektur Awal Kemerdekaan Arsitektur awal kemerdekaan berakar dari usaha pengembalian pemerintah Hindia Belanda setelah Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal
Lebih terperinciPenerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan
Lebih terperinciLINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA
PEMERINTAH KOTA BANDUNG LINTASAN SEJARAH KOTA BANDUNG DAN PEMERINTAHANNYA 1. PENDAHULUAN SEJAK TAHUN 1998, PEMERINTAH KOTA BANDUNG MENETAPKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER SEBAGAI HARI JADI KOTA BANDUNG. SEBELUMNYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi sekaligus ibu kota negara Indonesia. Jakarta terletak di bagian barat laut Pulau Jawa. Koordinatnya
Lebih terperinciTransformasi Atap Masjid Raya Bandung
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Transformasi Atap Masjid Raya Bandung Zuhrissa Putrimeidia Aswati zuhrissa@gmail.com Mahasisw a Program Sarjana, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk
Lebih terperinciKARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG
KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend
Lebih terperinciPendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Pendekatan Kontekstual pada Rancangan Pusat Kajian Pekembangan Islam di Komplek Makam Siti Fatimah binti Maimun, Leran, Manyar, Gresik Firdha Ayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Manfaat...
Lebih terperinciKARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG
KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG (Kasus Studi pada Factory Outlet Glamour yang merupakan peralihan fungsi dari fungsi hunian kolonial) Abstrak Peralihan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Existensi proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Existensi proyek Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki keistimewaan. Dikatakan istimewa, karena kota ini adalah salah satu dari beberapa
Lebih terperincisesudah adanya perjanjian Wina dan terutama dibukanya terusan Suez. Hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia pertama kali ditandai dengan kedatangan bangsa Portugis pada abad 16 M kemudian diteruskan dengan kedatangan bangsa Belanda yang
Lebih terperinciElemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah
Lebih terperinciEkspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya
Ekspresi gaya arsitektur kolonial pada desain interior Gedung Lindeteves Surabaya Juan Antonio Koeswandi Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur, Universitas Widya Kartika Jl. Sutorejo Prima Utara II/1, Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai tahun 1942 (Sidharta, 1987 dalam Samsudi) Menurut Muchlisiniyati Safeyah (2006) Arsitektur kolonial merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsitektur Kolonial 2.1.1. Pengertian Arsitektur Kolonial Arsitektur kolonial Belanda adalah arsitektur Belanda yang dikembangkan di Indonesia selama Indonesia masih dalam kekuasaan
Lebih terperinciSchoemaker dan Jejaknya di Kota Bandung
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Schoemaker dan Jejaknya di Kota Bandung Anisa Chandra Kharimah anisachandra@gmail.com Program Studi A rsitektur Sekolah A rsitektur, Perancangan, dan Perencanaan Kebijakan
Lebih terperinciLebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan panjang sejarah terbentuknya kota Jakarta dimulai dari sebuah area kecil yang kini disebut daerah jembatan gantung kota intan. Dahulu lokasi tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat
Lebih terperinciMASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA
MASA KOLONIAL EROPA DI INDONESIA Peta Konsep Peran Indonesia dalam Perdagangan dan Pelayaran antara Asia dan Eropa O Indonesia terlibat langsung dalam perkembangan perdagangan dan pelayaran antara Asia
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan. beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini.
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat dikemukakan beberapa temuan sebagai kesimpulan dalam penelitian ini. 1. Perkembangan morfologi dan aspek-aspek simbolik di Kota
Lebih terperinciPenghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB Muhammad Fahry Aziz fahryazizm@gmail.com Mata Kuliah Arsitektur Kolonial, Jurusan Desain Interior,
Lebih terperinciRumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar
Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1
KISI-KISI PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 Nama Sekolah : SMA Islam Al-Azhar BSD Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Jumlah Soal : 50 Kelas / Semester : XI / Ganjil Bentuk Soal : Pilihan
Lebih terperinciEGYPTIAN ARCHITECTURE
EGYPTIAN ARCHITECTURE - terdapat pada daerah iklim yang panas kering - material tanah liat atau bebatuan lokal dengan warna asli materialnya. - Monumen dengan gaya arsitektur ini cenderung terdiri dari
Lebih terperinci5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ruang hidup dan mati bergantung pada karakter enclosure dan spatial stratanya. Karakter dari enclosure dan spatial strata
Lebih terperinciKARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA
KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda E-mail: hattamusthafa@gmail.com ABSTRACT Old
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota Semarang sebelah utara, berbatasan
Lebih terperinciElemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo
Elemen Pintu dan Jendela pada Stasiun Kereta Api Sidoarjo Shabrina Maharani 1, Antariksa 2, Rinawati Pudji Handajani 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciKEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA
KEUNGGULAN LOKASI TERHADAP KOLONIALISME DI INDONESIA ALASAN BANGSA EROPA MELAKUKAN PERJALANAN SAMUDRA KARENA JATUHNYA KOTA KONSTANTINOPEL KE TANGAN BANGSA TURKI. UNTUK MENCARI REMPAH-REMPAH. INGIN MENJELAJAHI
Lebih terperinciBAB 5: SEJARAH POLITIK KOLONIAL
www.bimbinganalumniui.com 1. Pada tahun 1811, seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia telah berhasil direbut oleh... a. Alfonso d Albuqueque b. Lord Minto c. Bartholomeus Diaz d. Thomas Stamford
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ARSITEKTUR II
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 2 ISSN (E) : 2540-7589 PENERAPAN KONSEP ARSITEKTUR NEO VERNAKULAR PADA STASIUN PASAR MINGGU Ghina Fajrine1), Agus Budi Purnomo2),Jimmy
Lebih terperinciBAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya
BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur
Lebih terperinci2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.
1 1.3.3 Treatment 1. Opening Film ini diawali dengan munculnya peta Negara Indonesia, kemudian muncul sebuah bulatan yang akan memfokuskan peta tersebut pada bagian peta Pulau Jawa. Selanjutnya, bulatan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciPELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD)
PELESTARIAN BANGUNAN GEDUNG PELAYANAN PERIZINAN TERPADU JATIM (EKS SOERABAIASCH HANDELSBLAD) Lina Mardiani 1, Antariksa 2, Abraham M. Ridjal 2 1 Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut
Lebih terperinciElemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Elemen-Elemen Arsitektural Post Kantoor di Tanah Deli Lia Veronica Wirjono wirjono126@y ahoo.com Mahasisw a Prodi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan,
Lebih terperinci