Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven"

Transkripsi

1 SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Teresa Zefanya (1), Bambang Setia Budi (2) fany (1) Mahasisw i program sarjana, Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. (2) A sisten Profesor, Kelompok Keahlian Sejarah Teori dan kritik A rsitektur, Program Studi Teknik A rsitektur, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Perkembangan sosial, budaya, dan ekonomi di Kota Bandung memicu timbulnya transformasi pada citra Kota Bandung dari Kota Kolonial menjadi ikon pariwisata khususnya di bidang busana dan kuliner. Industri kreatif yang semakin berkembang menyebabkan banyak pengalihfungsian bangunan bersejarah menjadi bangunan komersial terutama di Kawasan Dago dan Riau. Salah satu penggunaan adaptif yang paling banyak terjadi adalah alih fungsi bangunan bersejarah dari rumah tinggal menjadi factory outlet. Proses pengalihfungsian bangunan seringkali dilakukan melalui tahap renovasi bangunan tanpa melibatkan arsitek ataupun ahli bangunan bersejarah sehingga bangunan karakter asli bangunan bersejarah menjadi rusak bahkan hilang. Artikel ini akan mengangkat bangunan De Drie Locomotiven sebagai obyek studi kasus mengenai penggunaan adaptif bangunan bersejarah menjadi factory outlet. Penulisan artikel ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk restorasi pada eksterior bangunan bersejarah tersebut. Kata-kunci : Bandung, bangunan bersejarah, De Drie Locomotiven, factory outlet, penggunaan adaptif. Pendahuluan Pada abad ke-17, wilayah Bandung hanya terdiri atas 25 sampai 30 rumah. Bandung disebut sebagai Tatar Ukur oleh kalangan penduduk pribumi karena salah seorang penguasanya yang terkenal adalah Dipati Ukur sedangkan pemerintah Kompeni Belanda menyebut Bandung sebagai Negorij Bandong atau West Oedjoengberoeng. Perkembangan wilayah Bandung sebagai sebuah kota diawali oleh surat keputusan Gubernur Jenderal Daendels yang memerintahkan kepada Bupati Bandung dan Bupati Parakanmuncang agar memindahkan ibukotanya masing- masing ke tepi Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang sedang dibangun. Berdasarkan surat Daendels tanggal 25 Mei 1810, Bupati Wiranatakusumah II memindahkan Ibukota Kabupaten Bandung dari Dayeuhkolot ke daerah alun - alun Bandung saat ini. Tak berapa lama kemudian, ketika Daendels mengontrol pembangunan jalan raya yang melintasi Kota Bandung dengan didampingi Bupati Bandung, Daendels menancapkan tongkat kayu dan memerintahkan supaya di tempat tersebut segera dibangun sebuah kota. Di tempat Daendels menancapkan tongkatnya tersebut, orang kemudian membuat tugu batu kecil yang saat ini dikenal sebagai Kilometer 0 (Nol) di Jalan Asia Afrika, Bandung (Kunto, 2014). Pada awal abad ke-20, Kota Batavia sebagai pusat pemerintahan Kolonial Belanda di Hindia Belanda sudah dirasa tidak nyaman sehingga pemerintah Kolonial memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Kota Bandung (Kunto, 2014). Pada tahun 1918 Departemen Perusahaan Pemerintah (het Department van Gouvernementsbedreijven) ditetapkan berkedudukan di Bandung termasuk bebagai dinas seperti kreta api, trem, pos telegram telepon dan pertambangan (Voskuil, 2007). Walaupun pusat pemerintahan tidak jadi dipindahkan ke Kota Bandung, pengembangan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 219

2 Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Bandung berjalan pesat mengikuti Rencana Bandung Utara yang dibuat van Ghijsel tahun 1917 disusul dengan Kerangka Rencana Pengembangan Seluruh Bandung tahun 1927 (Voskuil, 2007). Dulu Kawasan Dago yang terletak di Kawasan Bandung Utara merupakan kawasan rumah peristirahatan orang Belanda (Anonim, 2014), oleh karena itu, bangunan- bangunan di Kawasan Bandung Utara mayoritas didirikan dengan langgam Indo- Eropa yaitu gaya arsitektur Eropa yang disesuaikan dengan iklim tropis di wilayah Hindia Belanda seperti pada bangunan Gedung Sate (Kunto, 2014). Saat ini, perkembangan sosial budaya dan ekonomi di Kota Bandung telah menjadikan Kota Bandung sebagai destinasi wisata terutama wisata belanja. Perkembangan tersebut tentu saja berdampak pada wajah Kota Bandung. Dalam Najmi (2015) disebutkan bahwa sejak awal tahun 2000 kawasan Dago dan Riau telah mengalami transformasi yang sangat signifikan tidak hanya di dalam interior bangunan tetapi juga pada fasade bangunan. Kebanyakan bangunan tersebut direnovasi oleh pemilik bangunannya atau oleh operator bisnis penyewa bangunan tanpa menggunakan bantuan arsitek (Najmi, 2015). Penggunaan bangunan bersejarah sebagai factory outlet dapat menyebabkan kerusakan pada arsitektur kolonial Kota Bandung (Poerbo, 2008 dalam Adiwibowo, 2015). Artikel ditulis untuk memaparkan perubahan pada fasade De Drie Locomotiven yang dialihfungsikan dari rumah tinggal menjadi factory outlet dari tahun ke tahun serta untuk merekomendasikan restorasi fasade pada bangunan tersebut. De Drie Locomotiven De Drie Locomotiven Gambar 1. Foto Udara Technishe Hoogeschool dan De Drie Locomotiven tahun 1930 Sumber : komunitasaleut.com, 2015 De Drie Locomotiven atau yang sering disebut sebagai Bangunan Tiga Villa Dago atau Tiga Lokomotif awalnya dirancang sebagai villa (Anonim, 2014). De Drie Locomotiven yang terletak di Jalan Ir. H. Juanda nomor 111, 113, 115 dan saat ini dimiliki oleh Mashudi yang merupakan mantan Gubernur Jawa Barat (Hartono,1997). Dalam Hartono (1997) disebutkan bahwa De Drie Locomotiven dibangun pada tahun 1937, dalam Voskuil (2007) ditulis bahwa bangunan ini dibangun pada tahun 1939, sementara dalam info Pikiran Rakyat (Anonim, 2015) disebutkan bahwa pembangunan dimulai pada tahun 1936 dan rampung setahun kemudian sehingga belum diketahui B 220 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

3 Teresa Zefany a dengan pasti kapan didirikannya De Drie Locomotiven ini. Adapun berdasarkan Data Bangunan Bersejarah Kota Bandung dari Data Bandung Heritage tahun 1997, bangunan De Drie Locomotiven dikategorikan sebagai bangunan cagar budaya kelas A yang dianggap memiliki kualitas estetika yang tinggi karena dirancang oleh arsitek professional berpendidikan tinggi arsitektur yaitu A lbert Frederick Aalbers. De Drie Locomotiven dianggap bernilai sejarah karena bangunan dibangun pada masa sejarah pembangunan Sarana Pemukiman Bersejarah di Utara. Pembangunan De Drie Locomotiven merupakan salah satu perwujudan Rencana Perluasan Kawasan Bandung Utara ( Uitbreiding Plan Bandoeng Noord) sebagai perumahan masyarakat Eropa (Anonim, 2015). Selain itu, bangunan ini juga mewakili gaya arsitektur Modern Internasional (Art Deco Streamline) yang banyak digunakan sebelum tahun 1940 sehingga De Drie Locomotiven dianggap penting dalam lingkungan karena bangunan berperan sebagai Important Element atau elemen penting dalam suatu kawasan dilihat dari segi visual (Hartono, 1997). Atap ketiga bangunan Locomotiven berbentuk datar dan menggunakan material beton yang diangga sebagai terobosan pada masa itu (Anonim, 2015). Disamping dianggap langka dan unik dilihat dari aspek kualitas estetika bentuknya, bangunan ini dianggap penting bagi ilmu pengetahuan karena bangunan tersebut menjadi obyek penelitian bidang- bidang ilmu pengetahuan seperti arsitektur, struktur, desain, seni dan bidang ilmu pengetahuan lain walaupun De Drie Locomotiven bukan merupakan pusat kegiatan budaya bersejarah (Hartono, 1997). Transformasi Fasade De Drie Locomotiven Jalan Dago saat ini dikenal sebagai shopping street atau surga wisata belanja terutama pakaian karena sepanjang jalan dipenuhi oleh tempat- tempat berbelanja pakaian. Sementara definisi dari shopping street adalah toko yang berdiri sendiri dan berderet di sepanjang jalan, baik jalan besar maupun jalan kecil (Jessica, 2011). Oleh sebab itu, banyak bangunan hunian peninggalan kolonial Belanda yang direnovasi mengikuti kebutuhan dan fungsi barunya. Dari ketiga bangunan De Locomotiven, bangunan nomor 111 dan 113 telah mengalami penggunaan adaptif sebagai factory outlet serta telah beberapa kali berganti operator. Bangunan nomor 111 pertama kali direnovasi dan digunakan oleh Victoria Factory Outlet sebelum saat ini digunakan oleh Cheap Outlet. Seperti terlihat pada gambar 2, pemilik bisnis melakukan perubahan pada fasade bangunan dengan menambahkan nama toko dan membuat gerbang tanpa melibatkan arsitek (Najmi, 2015). Banyak orang terutama dari komunitas Bandung Heritage yang memprotes perubahan pada fasade bangunan yang semakin merusak keaslian bangunan. Gambar 2. Foto Fasade Victoria Factory Outlet Sumber : 1.bp.blogspot.com, 2008 dan Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 221

4 Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Sementara bangunan nomor 113 sempat dijual kepada Gossip Factory Outlet yang membuat bangunan mengalami banyak perubahan karena disesuaiakan dengan citra pemilik bangunan yang baru. Demi alasan komersial, operator bisnis mengubah fasade bangunan dengan menambahkan berbagai elemen arsitektur dan ornamen berwarna- warni serta mengecat bangunan dengan dominasi warna merah dan hitam (Najmi, 2015) seperti telihat pada gambar 3. Gambar 3. Foto Fasade Gossip Factory Outlet Sumber : blog.kagum-hotel.com, 2014 Menurut Najmi, semenjak di Kota Bandung tidak ada peraturan yang tegas terkait bangunan bersejarah di Bandung maka proses transformasi semacam ini tidak dapat dihentikan. Banyak pemilik bangunan bersejarah di Kota Bandung hanya tertarik dengan kebutuhan fungsional gedung sebagai bangunan komersial. Para pemilik bangunan berse jarah berpendapat bahwa citra aktivitas komersial merupakan hal yang paling utama karena itu citra bangunan sebagai rumah villa harus diubah. Oleh karena itu, proses transformasi bangunan hanya mempunyai satu tujuan yaitu menarik pengunjung. Gambar 4. Foto Fasade Denhaag Klappertart Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Saat ini bangunan nomor 113 digunakan oleh Denhaag Klappertart seperti terlihat pada gambar 4. Operator bisnis Denhaag Klappertart mengembalikan warna bangunan menjadi putih dan hanya menggunakan satu papan nama tanpa terlalu banyak menambahkan elemen arsitektur pada B 222 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

5 Teresa Zefany a bangunan. Dalam Najmi, disebutkan bahwa transformasi bangunan nomor 111 oleh Cheap Outlet didominasi oleh pemilik bisnis. Kegiatan berbelanja dijadikan sebagai bahan pertimbangan utama dalam mendesain penataan ruang spasial dan elemen bangunan. Bangunan diubah sesuai kebutuhan dalam bangunan komersial oleh pengguna bangunan tersebut tanpa bantuan arsitek. Seperti terlihat dalam gambar 5, fasade bangunan dicat warna- warni. Disebutkan lebih jauh dalam Najmi bahwa pemilik bangunan menganggap bahwa bangunan komersial harus mengacu pada kebutuhan ekonomi dan fungsional semata tanpa perlu menghabiskan uang untuk sesuatu yang tidak perlu seperti menggunakan jasa arsitek ketika pemilik dapat melakukan renovasi sendiri. Transformasi bangunan hanya didasarkan atas logika dan kepentingan bisnis. Saat ini masih ada satu bangunan dari tiga bangunan De Locomotiven yang masih berfungsi sebagai rumah tinggal yaitu bangunan nomor 115 seperti terlihat pada gambar 6. Walaupun pasti telah ada perubahan pada interior bangunan, fasade bangunan masih dipertahankan seasli mungkin seperti pada gambar 7. Walaupun sekarang di depan halaman rumah nomor115 dipasangi pagar dengan tinggi sedang dan terdapat pos satpam namun penggunaan pagar yang tipis dengan jarak antarjeruji yang cukup jauh tidak menutupi tampak depan bangunan dari jalan. Begitupun dengan pos satpam yang mencoba mengikuti bentuk streamline dari bangunan De Locomotiven dan letaknya yang tidak menutupi bangunan patut diapresiasi. Gambar 5. Foto Fasade Cheap Outlet Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 6. Bangunan De Locomotiven nomor 115 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Gambar 7. Foto Lama Bangunan De Locomotiven Sumber : Adiwibowo, 2015 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 223

6 Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven Diskusi Dalam Adiwibowo, disebutkan bahwa salah satu masalah utama dalam pelestarian bangunan bersejarah adalah ketidakpedulian masyarakat terhadap kegiatan konservasi bangunan. Banyak bangunan bersejarah yang dijadikan sebagai obyek wisata untuk mempertahankan keberadaan bangunan. Sebaliknya, upaya untuk mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah justru tidak diikuti oleh perawatan dan pemeliharaan yang memadai sehingga banyak bangunan bersejarah yang akhirnya menjadi rusak setelah dijadikan obyek wisata. Seringkali pemilik bangunan bersejarah menjual bangunannya kepada pihak pengembang yang mengalihfungsikan bangunan secara kurang tepat misalnya saja seperti pada bangunan De Locomotiven nomor 111 dan nomor 113 di Jalan Dago yang diberi banyak tambahan elemen arsitektural dan direnovasi tanpa bantuan arsitek (Najmi, 2015) sehingga merusak karakter dari bangunan bersejarah tersebut. Lebih jauh dalam Adiwibowo (2015), disebutkan bahwa penggunaan bangunan bersejarah sebagai factory outlet tanpa dikontrol oleh peraturan pemerintah yang tegas dan tidak didukung oleh kepedulian masyarakat terhadap bangunan bersejarah yang seharusnya dilestarikan dapat merusak citra arstektur kolonial di Kota Bandung. Fasade bangunan adalah sisi bangunan yang paling menonjol dan paling diperhatikan oleh masyarakat karena posisinya sebagai bidang eksterior bangunan yang menghadap langsung ke jalan. Fasade bangunan memperlihatkan citra bangunan dan struktur bangunan sehingga pada bangunan bersejarah detail pada fasadenya menunjukkan suasana bersejarah (historical ambience) yang berfungsi sebagai penarik pengunjung kepada situs ataupun bangunan cagar budaya (Adiwibowo, 2015). Menurut Askari dan Dola dalam Adiwibowo (2015), terdapat beberapa elemen visual dari fasade bangunan yang mempengaruhi citra bangunan bersejarah tersebut seperti langgam arsitektural, bentuk bangunan, tekstur, material, warna, dimensi dan skala bangunan, serta ornamen pada bangunan. Oleh karena itu, pelestarian bangunan bersejarah sebagai acuan pembangunan di kawasan bersejarah wajib mengikuti arahan sebagai berikut (Hartono, 1997): 1. Tanpa izin pemerintah, pemilik dan pengguna bangunan dilarang merubah bentuk dan penampilan eksterior bangunan bersejarah. 2. Pelestarian bangunan bersejarah, harus dilandasi oleh peningkatan ekonomi bangunan. 3. Pemugaran bangunan wajib dilakukan dengan memperhatikan nilai keaslian bentuk dan keindahan bangunan bersejarah. Berdasarkan Data Bangunan Bersejarah Kota Bandung dari Data Bandung Heritage tahun 1997, penataan kembali taman dan pagar halaman di Kawasan Utara yang mengusung konsep Garden City juga perlu dilakukan karena taman dan pagar halaman sangat menentukan kualitas penampilan depan bangunan. Kualitas taman perlu ditingkatkan dengan ditata kembali supaya tidak mengganggu penampilan eksterior bangunan sementara kualitas pagar perlu ditingkatkan dengan didesain kembali agar tidak menutupi atau merusak penampilan depan bangunan, misalnya saja dengan membuat pagar hijau. Dikaitkan dengan bangunan De Drie Locomotiven di Jalan Dago, perlu dilakukan penghijauan kembali terhadap halaman depan De Locomotiven nomor 111 dan nomor 113 yang saat ini digunakan sebagai lahan parkir dengan membuat pagar tanaman yang dapat meneduhi pejalan kaki ataupun kendaraan yang sedang diparkir. Penghijauan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan karakter kawasan Dago yang sepanjang ruas jalannya ditumbuhi oleh tanaman Damar (Agatis alba) sehingga yang diperlukan dalam proses penghijauan ini adalah minimal penanaman tanaman Damar tersebut di salah satu titik di bagian depan halaman Villa. Dalam Adiwibowo 2015, disebutkan bahwa bangunan bersejarah yang mempertahankan karakter asli fasadenya menimbulkan persepsi positif yang dapat menarik minat pengunjung untuk mengunjungi bangunan tersebut yang terntu saja sangat berguna bagi bangunan bersejarah yang B 224 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

7 Teresa Zefany a dialihfungsikan menjadi bangunan komersial. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan supaya Cheap Outlet mengecat kembali De Locomotiven yang digunakannya dengan warna putih dan menggunakan spanduk kecil saja seperti yang dilakukan Denhaag Klappertart di sampingnya. Penulis juga menyarankan supaya tulisan Cheap Outlet yang berwarna kuning ditempel saja pada tembok balkon supaya tidak perlu menggunakan struktur overhang tambahan. Apabila diperlukan bangunan tambahan, penulis merekomendasikan untuk dibuat bangunan yang tidak mencolok seperti pos satpam di De Locomotiven nomor 115 atau bahkan dibuat dengan material transparan supaya tidak menutupi fasade bangunan dari jalan. Gambar 8. Bangunan De Locomotiven nomor Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2017 Selain itu, penulis juga merasa perlu dibuat aturan yang tegas oleh pemerintah Kota Bandung mengenai pelanggaran terhadap sempadan bangunan dan penambahan elemen arsitektural yang dapat merusak atau bahkan menghilangkan karakter bangunan bersejarah. Peraturan tegas diperlukan supaya keaslian bangunan- bangunan bersejarah yang telah dialihfungsikan dapat dipertahankan semaksimal mungkin terutama pada bagian eksterior bangunan. Selain itu, mungkin bangunan- bangunan bersejarah yang telah kehilangan karakter asli bangunanannya setelah dialihfungsikan juga dapat direstorasi bagian eksterior bangunannya untuk mengembalikan nilai estetik dan sejarah dari bangunan. Kesimpulan Gambar 9. Foto Lama Bangunan De Locomotiven Sumber : Voskuil, 2007 Di dalam kawasan bersejarah biasanya terdapat beberapa bangunan bersejarah berkualitas tinggi yang dapat dipergunakan dengan baik sesuai dengna kebutuhan saat ini ataupun kebutuhan di masa yang akan datang. Pelestarian kawasan bersejarah seharusnya dilakukan dengan melindungi dan memelihara bangunan- bangunan bersejarah di dalamnya dengan baik. Sedangkan pembangunan di dalam kawasan bersejarah wajib menjaga keselarasan dengan bangunan bersejarah di sekitarnya. Pelestarian kawasan bersejarah dapat dilakukan dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan penampilan kawasan bersejarah tersebut. Akan tetapi, tentu saja pelestarian bangunan bersejarah di dalam kawasan bersejarah harus didukung oleh pemilik dan pemakai dari bangunan- bangunan tersebut. Bentuk dukungan yang dapat dilakukan misalnya saja dengan mempertahankan bentuk fasade bangunan bersejarah yang dialihfungsikan menjadi bangunan komersial. Walaupun ruang- ruang di dalam bangunan bersejarah direnovasi sesuai kebutuhan dari fungsi komersial yang diwadahinya akan tetapi warna cat dan material yang digunakan ketika renovasi sebisa mungkin disesuaikan dengan kriteria dari bangunan bersejarah tersebut terutama fasade bangunan. Jika sudah pernah dilakukan perubahan atau renovasi yang menyebabkan karakter bangunan bersejarah menjadi rusak atau hilang sebaiknya bangunan direstorasi ke keadaan semula semirip mungkin dengan keadaan asli waktu dibangun. Selain renovasi bangunan bersejarah, pada pembangunan gedung baru di kawasan bersejarah sebaiknya dilakukan pembangunan yang mengacu pada karakter penampilan visual bangunan- bangunan bersejarah yang terdapat dalam Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017 B 225

8 Rekomendasi Restorasi Fasade De Drie Locomotiven kawasan seperti jumlah lantai dan bentuk atap (skyline) serta material dan warna bangunan bersejarah di kawasan tersebut. Berdasarkan acuan pelestarian bangunan bersejarah dapat disimpulkan bahwa penggunaan adaptif bangunan bersejarah sebagai bangunan komersial seharusnya dilakukan untuk mempertahankan keberadaan bangunan dengan melakukan peningkatan ekonomi bangunan. Selain itu, pemugaran dan penggunaan bangunan wajib memperhatikan dan mempertahankan karakter bangunan bersejarah terutama fasade bangunan. Di era modern saat ini, sudah menjadi hal yang umum bahwa banyak bangunan bersejarah dialihfungsikan menjadi bangunan komersial untuk mempertahankan keberadaan bangunan bersejarah tersebut. Fasade bangunan bersejarah dapat ditonjolkan untuk menarik perhatian pengunjung sehingga perlu dilakukan pemugaran dan perawatan yang tepat tanpa merusak keaslian karakter dan citra bangunan bersejarah. Hal ini dapat dilakukan jika selama proses pemugaran dan renovasi untuk pengalihfungsian bangunan arsitek dan ahli bangunan bersejarah dilibatkan supaya tidak terjadi penambahan elemen arsitektur yang malah merusak bahkan menghilangkan karakter bangunan bersejarah. Adapun artikel diskursus ini ditulis dalam keterbatasan waktu dan keterbatasan informasi yang akurat mengenai bangunan Tiga Villa atau yang biasa dikenal sebagai De Drie Locomotiven sehingga masih banyak terdapat kekurangan dalam artikel ini. Sebaiknya artikel ini dilanjutkan dengan riset mengenai penggunaan bangunan saat ini untuk mengetahui berapa banyak bagian bangunan yang masih dipertahankan keasliannya dan berapa banyak bagian bangunan yang dapat direstorasi sehingga artikel dapat dijadikan rujukan dalam merenovasi bangunan bersejarah yang akan dialihfungsikan menjadi bangunan komersial. Daftar Pustaka Adiwibowo, R.S. et al. (2015). Correlations Between Public Appreciation of Historical Building and Intention to Visit Heritage Building Reused as Retail Store. Procedia Social and Behavioral Sciences, 184, Anonim. (2015). De Drie Locomotiven. diakses tanggal 4 Maret Anonim. (2014). Drie Locomotiven. page/2/ diakses tanggal 4 Maret Hartono, D. (1997). Data Bangunan Bersejarah Kota Bandung. Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung. Jessica, V. (2011). Bab II Tinjauan Data part 2. diakses tanggal 26 Maret Kunto, H. (2014). Wajah Bandoeng Tempo Doeloe. Bandung : Granesia. Najmi, I. Et al. (2015). Public Agencies Engagement on Heritage Building in Bandung Shopping Stre et : Intervening the Visible. Procedia Social and Behavioral Sciences, 184, Voskuil, R.P.G.A. Dkk. (2007). Bandung, Citra Sebuah Kota. Departemen Planologi Institut Teknologi Bandung. B 226 Prosiding Seminar Heritage IPLBI 2017

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,

Lebih terperinci

Perubahan Atap Masjid Agung Garut

Perubahan Atap Masjid Agung Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perubahan Atap Masjid Agung Garut Devinna Febrianni dev innaf@students.itb.ac.id Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari  pada Kamis, 10 April 2014 pukul WIB. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai macam wisata, seperti wisata kuliner dan belanja, selain itu Bandung juga menawarkan keindahan alam dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Haryoto Kunto (2000) dalam Wajah Bandoeng Tempoe Doeloe, Bandung sempat dijadikan Ibu Kota Nusantara Pemerintahan Hindia Belanda pada zaman kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki beragam keindahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Kota Bandung memiliki banyak julukan seperti The Capital City of Asia Afrika,

Lebih terperinci

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung

Transformasi Atap Masjid Raya Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Transformasi Atap Masjid Raya Bandung Zuhrissa Putrimeidia Aswati zuhrissa@gmail.com Mahasisw a Program Sarjana, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan

Lebih terperinci

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe Cut Azmah Fithri (1), Sisca Olivia (1), Nurhaiza (1) cutazmah@unimal.ac.id (1) Dosen Tetap Program Studi Arsitektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANGUNAN BERSEJARAH A. Pengaturan Hukum atas Alih Fungsi Bangunan Bersejarah Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan kota wisata yang banyak diminati oleh para wisatawan baik domestik, maupun internasional. Banyaknya tempat wisata dan hiburan yang ditawarkan kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya, Saujana17 alam dan budaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya, April 23, 2010 in tulisan Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya RETNO HASTIJANTI, Untag Surabaya Analisis Penilaian Bangunan Cagar

Lebih terperinci

163 Universitas Indonesia

163 Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP Pada bab ini dijelaskan mengenai kesimpulan semua pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya dan saran. Kesimpulan ini juga menjawab pertanyaan permasalahan yang dibuat pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. 1 metro.koranpendidikan.com, diakses pada 1 Maret 2013, pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Hotel memiliki beberapa klasifikasi tergantung dari sudut pandang tertentu. Hotel wisata yang menjadi judul penulisan ini sebenarnya berasal dari istilah tourist

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan ibukota di provinsi Jawa Barat yang terkenal dengan julukan Kota Kembang. Menurut sejarawan Haryanto Kunto dalam bukunya yang berjudul Wajah Bandoeng

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang terletak di Pulau Sumatra, Indonesia yang memiliki budaya yang khas, yaitu Budaya Melayu. Sebagai ibukota provinsi, sudah

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA Diajukan oleh : ARDHANA

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanpa terasa Bandung sudah memasuki usianya yang lebih dari 200 tahun. Sebuah perjalanan yang sangat panjang dari wilayah yang sebelumnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati

KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA. Theresiana Ani Larasati KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTABARU YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati Yogyakarta memiliki peninggalan-peninggalan karya arsitektur yang bernilai tinggi dari segi kesejarahan maupun arsitekturalnya, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta

Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Elemen Tangga Pada 3 Bangunan Kolonial di Taman Fatahillah Kota Tua Jakarta Hazimah Ulfah Az Zaky azzakyhazimah@gmail.com Arsitektur Kolonial, Sejarah Teori Kritik

Lebih terperinci

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya

Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perpaduan Elemen Arsitektur Tradisional dan Eropa pada Masjid Agung Manonjaya Maulidinda Nabila maulidnda@gmail.com A rsitektur Islam, Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Perumusan Masalah 1. Latar belakang dan pertanyaan penelitian Berkembangnya arsitektur jaman kolonial Belanda seiring dengan dibangunnya pemukiman bagi orang-orang eropa yang tinggal

Lebih terperinci

Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB

Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Penghawaan dan Pengaruh Psikologi pada Aula Barat dan Aula Timur ITB Muhammad Fahry Aziz fahryazizm@gmail.com Mata Kuliah Arsitektur Kolonial, Jurusan Desain Interior,

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain RANCANGAN PANEL INFORMASI INTERAKTIF MENGENAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG Aldin Meidani Algatia Achmad Syarief, MSD, PhD Program Studi Sarjana Desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T

Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T Arsitektur Modern Indonesia (1940-Abad 20) BY: Dian P.E Laksmiyanti, S.T, M.T Arsitektur Awal Kemerdekaan Arsitektur awal kemerdekaan berakar dari usaha pengembalian pemerintah Hindia Belanda setelah Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang adalah ibukota Provinsi Jawa Barat, Indonesia. merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya menurut jumlah penduduknya. Terletak di pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat-tempat bersejarah, obyek-obyek dan manifestasi adalah ekspresi yang penting dari budaya, identitas serta agama kepercayaan untuk masyarakat sekitar. Setiap nilai

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. TABEL 1.1 JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA DAN NUSANTARA KE OBJEK WISATA KOTA BANDUNG Jumlah. Jumlah Tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah sudah mencanangkan bahwa pariwisata harus menjadi andalan pembangunan Indonesia. Keputusan Presiden (Keppres) No. 38 Tahun 2005, mengamanatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan dalam berbagai bidang kini semakin terasa di Indonesia. Kemajuan teknologi telah membawa suatu pengaruh yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI

BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI BAB V ARAHAN DAN REKOMENDASI Bab ini memberikan arahan dan rekomendasi berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada kawasan studi, dengan membawa visi peningkatan citra Kawasan Tugu Khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung 5. HASIL RANCANGAN 5.1 Hasil Rancangan pada Tapak Perletakan massa bangunan pada tapak dipengaruhi oleh massa eksisting yang sudah ada pada lahan tersebut. Di lahan tersebut telah terdapat 3 (tiga) gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan setiap kota dalam hal jumlah penduduk, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan semakin terbukanya akses ke kota lain, menyebabkan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

Sejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang

Sejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Sejarah Kantor Nederlands-Indische Spoorweg (NIS) di Semarang Faisal Prabowo pbw.faisal@gmail.com KK Informatika, Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dan eksistensi kota, bangunan dan kawasan cagar budaya merupakan elemen lingkungan fisik kota yang terdiri dari elemen lama kota dengan nilai historis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. arsitek Indonesia masih berkiblat pada arsitektur kolonial tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arsitektur kolonial yang ada di Indonesia, tersebar di berbagai wilayah kota-kota besar termasuk di kota Medan. Tidak semua arsitektur kolonial dibangun oleh arsitektur

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan ibukota Jawa Tengah yang memiliki daya tarik tersendiri karena penduduknya yang beragam budaya dan agama. Untuk memasuki kota Semarang dapat

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG

BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG BAB 2 KAJIAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KOTA BANDUNG 2.1 Kawasan Cagar Budaya di Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota yang mempunyai Kawasan Cagar Budaya. Yang dimaksud dengan Kawasan Cagar Budaya adalah

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran

BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran BAB 1 : Pendahuluan BAB 2 : Tinjauan Teori BAB 3 : Metodologi Penelitian BAB 4 : Hasil dan Pembahasan BAB 5 : Kesimpulan dan Saran Siak Sri Indrapura merupakan ibukota kabupaten Siak. Secara administratif,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG (Kasus Studi pada Factory Outlet Glamour yang merupakan peralihan fungsi dari fungsi hunian kolonial) Abstrak Peralihan fungsi

Lebih terperinci

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 )

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 ) INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 ) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Interior Kontemporer Gaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota yang pesat merupakan salah satu ciri dari suatu negara yang sedang berkembang. Begitu pula dengan Indonesia, berbagai kota berkembang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Perkembangan suatu kota merupakan sebuah bentuk adaptasi masyarakat yang berangkat dari kultur history. Adalah konsekuen serius untuk kota agar dapat meregenerasikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi Elemen Preservasi Kawasan Kota dengan studi kasus Koridor Jalan Nusantara Kecamatan Karimun Kabupaten Karimun diantaranya menghasilkan beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-63 Merepresentasikan Kejutan sebagai Tema dalam Rancangan Galeri Kuliner di Kawasan Tunjungan Surabaya Yuli Indri Ani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA

PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA PERANCANGAN ARSITEKTUR dan PERANCANGAN KOTA TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah mengikuti kuliah ini, mahasiswa Magister Manajemen Pembangunan Kota Semester 2 akan dapat menjelaskan hubungan perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMUGARAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA DI DAERAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 29 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Profil Tempat Kerja Praktek 3.1.1. Sejarah Instansi Kota Bandung tidak berdiri bersamaan dengan pembentukan Kabupaten Bandung. Kota itu dibangun dengan tenggang waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN

BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN BAB V PENERAPAN KONSEP MAGERSARI DI KAWASAN PERMUKIMAN Penerapan konsep magersari pada kawasan permukiman magersari adalah berupa usulan perbaikan terhadap kawasan permukiman magersari, yang menghasilkan

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha - Bandung

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha - Bandung ABSTRAK Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis membahas proses pembuatan Kampanye Dago Heritage tentang Konservasi Bangunan Tua Di Dago, mulai dari visualisasi hingga penulisan laporan. Penulis diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG EKSISTING PROYEK Sungai Kapuas merupakan sebuah fenomena alam yang sudah menjadi ikon bagi kota Pontianak dimana kawasan tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda KONSERVASI PARTISIPASI KOMUNITAS SUNDA TAMAN BUDAYA SUNDA METODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkotaan yang semakin pesat, khususnya pada daerah Kiara Condong kota bandung. Memiliki dampak yang membuat situasi menjadi padat, polusi, panas, dan macet.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. RESPON KONTEKS DAN KONSEP UMUM Konsep umum dari bangunan terdiri dari beberapa teori yang mencakup Building Shape, Building Context, dan Building Function. Dalam fungsinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012

LAMPIRAN. Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 LAMPIRAN Lampiran 1. Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Kepresidenan Bogor. Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor, 2012 Lampiran 2. Rencana Tapak Area Utama Istana Kepresidenan Bogor. 101 Lampiran 3. Denah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung atau yang kita kenal juga dengan sebutan Paris Van Java, saat ini adalah salah satu kota tujuan wisata terbesar ke tiga di Indonesia setelah Bali dan Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah kota, sebagai untuk mengebumikan jenazah makam juga

Lebih terperinci

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya

Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya Reka Karsa Teknik Arsitektur Itenas No.4 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peninggalan sejarah merupakan suatu warisan budaya yang menceritakan keluhuran dari suatu budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di seluruh kepulauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1: Jumlah Perjalanan Wisatawan Nusantara. Sumber: Pusdatin Kemenparekraf & BPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu primadona sumber pendapatan bagi sebuah negara. Indonesia contohnya, yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan

Lebih terperinci

Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan

Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Penerapan Karakter Kota Lama Medan dalam Perancangan Pusat Kuliner di Tepi Sungai Deli Medan Suci Febriyani (1), Agus Ekomadyo (2), Hari Hajaruddin Siregar (3) (1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci