I.1 Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I.1 Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak bangunan-bangunan kolonial. Hal ini disebabkan oleh adanya penjajahan VOC, Belanda dan Inggris di Bandung yang berdampak pada berkembangnya langgam arsitektur kolonial di Bandung. Langgam arsitektur kolonial tersebut dicirikan oleh bentuk fisik bangunan beserta ornamen-ornamen yang digunakannya. Menurut Sandy Aminuddin Siregar dalam disertasinya yang berjudul Bandung, The Architecture of A City in Development, bangunan kolonial dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsi dan bentuk fisiknya menjadi empat. Pertama, bangunan kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang tetap. Kedua, bangunan kolonial dengan fungsi tetap tetapi bentuk fisiknya berubah. Ketiga, bangunan kolonial dengan fungsi berubah tetapi bentuk fisiknya tetap. Keempat, bangunan kolonial dengan fungsi dan bentuk fisik yang berubah 1. Selain disebabkan atas keinginan pemilik bangunannya, perubahan kepemilikan dan letak bangunan juga menjadi salah satu faktor berubahnya fungsi dan bentuk fisik bangunan. Letak bangunan yang berada di area-area tertentu memungkinkan pemilik bangunan untuk merubah fungsi bangunan, terutama dari bangunan rumah tinggal menjadi bangunan komersial. Hal ini berpengaruh pada bentuk fisik bangunan, terutama fasade bangunan, yang biasanya dilakukan perubahan dengan alasan agar tampilan bangunan lebih menarik perhatian pelanggan sehingga tertarik untuk datang. Berdasarkan sudut pandang arsitekturnya, seiring dengan berjalannya waktu, tanpa disadari hal tersebut dapat mengurangi nilai-nilai yang terkandung dalam elemen-elemen arsitektur pada bangunan. Menurut pernyataan yang tertulis pada buku The Urban Design Process karya Hamid Shirvani, konservasi dalam 1 Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven,

2 sudut pandang yang luas tidak hanya bermakna pelestarian terhadap struktur dan tempat historis, melainkan juga memperhatikan segala struktur dan tempat yang ada 2. Dengan demikian, bangunan konservasi tersebut tetap kontekstual dengan lingkungannya. Konteks adalah kondisi yang saling berhubungan dengan sesuatu yang sudah ada atau terjadi, misalnya lingkungan. Jadi, kontekstual adalah bersesuaian, berhubungan dan dipengaruhi oleh konteks 3. Dalam hal ini, kontekstual kawasan lebih ditekankan pada keseragaman bentuk massa bangunan, fasade bangunan, roofscape dan lain-lain. Meskipun mengalami perubahan, bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial tersebut harus tetap memenuhi syarat-syarat rumah tinggal yang sehat, yaitu : kebutuhan cahaya, udara, sinar atau cahaya matahari, ventilasi, dan akses menuju ruang terbuka 4. Beberapa elemen pada bangunan sengaja dibuat oleh perancang dengan tujuan tertentu, baik untuk alasan fungsional maupun estetika. Selain itu, ada juga beberapa elemen pada bangunan yang berfungsi sebagai penanda ciri khas suatu langgam arsitektur tertentu. Jadi, ada beberapa elemen pada bangunan yang keberadaannya tidak terlalu penting, melainkan hanya sebagai ornamen atau elemen estetis saja. Dari penjelasan tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa tidak semua ornamen dirancang untuk tujuan fungsional, tetapi semua ornamen pasti berfungsi sebagai elemen estetis yang dapat memperindah bangunan. Dengan demikian, ornamen dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat memperindah (hiasan) atau dekorasi 3. Salah satu kawasan di Bandung yang banyak mengalami perubahan fasade bangunan adalah kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Banyaknya bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein membentuk karakter atau kekuatan tempat yang harus dipertahankan di kawasan perumahan tersebut. Meskipun demikian, belum ada peraturan baku yang mengatur fasade 2 Shirvani, Hamid (1985), The Urban Design Process, Van Nostrand Reinhold Company Inc., New York, Brolin, Brent C., Richard, Jean (1982), Sourcebook of Architectural Ornament, Van Nostrand Reinhold Company, New York, Carmona, Matthew, Heath, Tim, Oc., Taner, Tiesdell, Steven (2003), Public Places-Urban Spaces : The Dimensions of Urban Design, Architectural Press, Oxford, 21. 2

3 bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan tersebut. Tjitaroem berarti Citarum dan plein berarti lapangan, lahan datar atau pelataran yang tidak terlampau luas, biasanya ditumbuhi rumput, terletak disekitar bangunan atau gedung dan tanpa jaringan jalan didalamnya. Jadi, yang dimaksud dengan Tjitaroem Plein adalah Taman Citarum 5. Kawasan perumahan Tjitaroem Plein meliputi : Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisanggarung, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan, Jl.Taman Cibeunying Utara dan kawasan disekitarnya. Pembangunan perumahan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tidak berlangsung pada satu periode, melainkan berangsur-angsur. Hal ini dapat dibuktikan dengan beragamnya bentuk bangunan-bangunan di kawasan perumahan Tjitaroem Plein. Banyaknya bangunan-bangunan rumah tinggal di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang mengalami perubahan menyebabkan bentuk bangunan-bangunannya tidak selalu sama. Hal inilah yang menyebabkan bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein belum teratur dengan baik. Disamping itu, belum ada peraturan baku yang mengatur fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan tersebut. Dengan demikian, maka dibutuhkan kajian karakter fasade bangunanbangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein untuk mengatur fasade bangunannya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada para pemilik bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein betapa pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam elemen-elemen arsitektur pada bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di Bandung. Meskipun terdapat perubahan, maka diharapkan perubahan tersebut tidak mengurangi nilai karakter fasade langgam yang digunakan oleh bangunan rumah tinggal kolonial tersebut, sehingga nilai karakter atau kekuatan tempat di kawasan perumahan Tjitaroem Plein tetap terjaga. 5 Kunto, Haryoto (1986), Semerbak Bunga di Bandung Raya, P.T. Granesia, Bandung,

4 I.2 Permasalahan Penelitian Banyaknya bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein membentuk karakter atau kekuatan tempat yang harus dipertahankan di kawasan perumahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pertanyaan penelitian, yaitu : Bagaimana karakter fasade bangunanbangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein Bandung? I.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami karakter fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein Bandung sebagai bahan masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan rumah tinggal di kawasan perumahan Tjitaroem Plein. I.4 Lingkup Studi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka lingkup permasalahan penelitian yang dikaji adalah karakter fasade bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan perumahan Tjitaroem Plein Bandung, dengan objek studi bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Bahureksa, Jl.Banda, Jl.Brantas, Jl.Cihapit, Jl.Cilaki, Jl.Cilamaya, Jl.Ciliwung, Jl.Cimandiri, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, Jl.Ciwulan, Jl.Progo, Jl.Serayu, Jl.Tirtayasa, Jl.Taman Cibeunying, Jl.Taman Cibeunying Selatan dan Jl.Taman Cibeunying Utara. Objek penelitian ini adalah bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum, dan Jl.Ciwulan. Alasan pemilihan objek penelitian ini adalah karena beberapa kriteria yang dapat menguatkan pernyataan bahwa kawasan Tjitaroem Plein pantas untuk dijadikan objek penelitian, yaitu : 4

5 1. Menurut pernyataan yang tertulis pada Bahan Draft Peraturan Daerah Tentang Bangunan Bersejarah Kota Bandung karya Harastoeti Dibyo, kualitas fisik kawasan atau subkawasan yang potensial untuk dilestarikan dapat diidentifikasikan berdasarkan tanda-tanda sebagai berikut 6 : a. Tatanan elemen fisik dalam lingkungannya, lingkungan yang jelas batasnya dalam tatanan yang lebih luas (kawasan atau kota) dan merupakan focal point dalam kawasannya; b. sense of place, berkaitan dengan daya gugahnya terhadap masyarakat dalam aspek emosional dan kesejarahan, berupa pandangan atau kehadiran tema-tema urban tertentu. Sense of place, memiliki kontribusi terhadap identitas kota; c. saling keterkaitan didalam lingkungannya, ditunjukkan dengan tatanan elemen-elemen yang berkaitan dengan posisi, ukuran panjang dan tinggi jalan, dalam lingkungan yang sangat jarang tetapi menonjol; d. gaya dan desain, berkaitan dengan warna, material, tekstur dan silhoute, dimana terdapat persamaan dan perbedaan diantara bangunanbangunannya. Elemen-elemen ini tampak unik dan menarik perhatian; dan e. menunjukkan hasil karya keahlian, yaitu material yang digunakan dalam konstruksi telah mengalami proses agar tampak asli dan otentik, misalnya dinding batu, plester, yang tampak secara menyeluruh digunakan dalam bangunan-bangunannya. 2. Kawasan perumahan Tjitaroem Plein terletak didalam kompleks rancangan kawasan Gedung Sate. Menurut Suwardjoko P. Warpani dalam artikelnya pada harian Pikiran Rakyat edisi Rabu 27 Juli 2005 yang berjudul Gedung Sate, Jangan Rusak Citranya, pemerintah kolonial Belanda pernah menyusun peraturan bangunan khusus bagi kawasan perumahan disekitar Gedung Sate, yaitu : ketinggian bangunan dilarang melebihi ketinggian Gedung Sate; bangunan di sekeliling Gedung Sate dalam radius 1 km harus menggunakan atap sirap; KDB maksimum 40%; serta dilarang membangun tembok atau 6 Dibyo, Harastoeti (2005), Bahan Draft Peraturan Daerah Tentang Bangunan Bersejarah Kota Bandung, Dinas Pariwisata Kota Bandung & Paguyuban Pelestarian Budaya Bandung, Bandung, 26. 5

6 pagar halaman. Jadi, dapat diketahui bahwa kawasan Tjitaroem Plein sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai objek penelitian. 3. Kawasan Tjitaroem Plein belum pernah dijadikan sebagai objek penelitian yang berkaitan dengan karakter fasade bangunan. U Gambar I.1 Peta Kota Bandung Sumber : (2001), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung , P.T. Surya Anggita Sarana Consultant & Pemerintah Kota Bandung, Bandung U Lokasi objek penelitian Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Gambar I.2 Peta Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Sumber : Dokumen Pribadi 6

7 I.5 Metodologi Penelitian Untuk menyelesaikan penelitian ini, metode yang digunakan adalah : 1. Metoda tipologi Mengelompokkan bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di perumahan di kawasan Tjitaroem Plein Bandung berdasarkan fungsi bangunannya. Tipe adalah kelompok objek yang dikarakteristikkan berdasarkan struktur bentuk yang sama Metoda deskriptif Membuat gambar tampak bangunan sehingga didapat fasade bangunan untuk kemudian dianalisa. 3. Metoda analitis Menganalisa fasade bangunan melalui tampak bangunan berdasarkan kriteriakriteria yang berkaitan dengan karakter kawasan dan fasade bangunan. Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan penelitian ini antara lain : 1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan mencari data-data mengenai karakter kawasan dan fasade bangunan berdasarkan buku-buku yang berkaitan dengan karakter kawasan dan fasade bangunan, kemudian ditentukan teori-teori yang akan digunakan, yaitu Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona, Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara dan Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley. Untuk memahami teori-teori yang dikemukakan oleh Matthew Carmona, Yoshinobu Ashihara dan Ian Bentley, keterkaitan ketiga teori tersebut satu sama lain harus dipahami terlebih dahulu. Adapun skema pemahaman ketiga teori tersebut yaitu : 7 Moneo, Rafael (1978), On Typology, dalam Siregar, Sandy Aminuddin (1990), Bandung, The Architecture of A City in Development, Departement Architectuur Katholieke Universiteit Leuven, 15. 7

8 Teori Penataan Fasade Bangunan (Ian Bentley) Menggambarkan seluruh permukaan (fasade / tampak bangunan) Unsur-unsur acuan dalam analisa Analisa tampak bangunan berdasarkan aspek-aspek acuan Teori Karakter Kawasan (Matthew Carmona) Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan (Yoshinobu Ashihara) Hasil analisa Kesimpulan dan saran / rekomendasi Gambar I.3 Skema Pemahaman Teori yang Digunakan dalam Penelitian Sumber : Analisa Pribadi Dari skema pemahaman ketiga teori tersebut, dapat diketahui bahwa Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona serupa dengan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Kedua teori tersebut menyatakan beberapa unsur karakter kawasan, yaitu : garis sempadan bangunan, massa bangunan, besaran pembangunan, skala, proporsi, roofscape, corner- focalpoint, elemen vertikal dan horizontal 8. Seluruhnya bersifat tangible / nyata, sehingga dapat dilihat secara langsung. Unsur-unsur karakter kawasan tersebut juga merupakan unsur-unsur acuan dalam analisa Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh 8 Carmona, Matthew (2001), Housing Design Quality, Through Policy, Guidance and Review, Spon Press, London. 8

9 Yoshinobu Ashihara merupakan bagian dari Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley. Menurut pernyataan yang tertulis pada NALARs edisi 5 No.2 Juli 2006, dalam judul Identifikasi Unsur Pembentuk Karakter Lingkungan dan Bangunan dalam Upaya Pengendalian Kualitas Visual, Woerjantari Soedarsono menyatakan bahwa unsur-unsur pembentuk karakter fasade bangunan diantaranya : massa bangunan, bentuk atap, jarak bebas, tinggi bangunan, material atau bahan, bukaan solid-void, dinding, entrance, balkon dan detail atau ornamen. Pernyataan ini kemudian dijadikan acuan dalam menganalisa dan menyimpulkan hasil penelitian. 2. Studi Banding Studi banding dilakukan dengan membandingkan penelitian sejenis untuk dijadikan acuan dalam penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Widiastuti dengan judul Kajian Tipologi Fasade Bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Bandung; Studi Kasus : Kawasan Permukiman Uitbreidingensplan Bandoeng Noord. 3. Observasi lapangan atau survey visual Observasi lapangan atau survey visual dilakukan dengan melakukan pemotretan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial di kawasan Tjitaroem Plein untuk kemudian dianalisa. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi bangunan atau struktur, yang meliputi kondisi umum, jenis langgam, tipe konstruksi dan tampilan-tampilan lainnya. Sarana untuk merekam kondisi tersebut adalah fotografi, yang dilengkapi catatan untuk menjelaskan kondisi lapangan, bagaimana cara kerja sistem di lapangan dan bagaimana kondisi tersebut mengalami perubahan 9. Foto-foto dilakukan dengan menggunakan alat berupa kamera digital. Bagian dari bangunanbangunan kolonial yang difoto adalah fasade atau tampak bangunan secara keseluruhan. Selain itu, elemen-elemen fasade bangunan, seperti elemenelemen horizontal, elemen-elemen vertikal, bukaan, kolom, dinding, detail dan 9 Burns, John A. (1988), Recording Historic Structures, The American Institute of Architec Press, Washington D.C.,

10 lain-lain juga turut difoto. Bagian lainnya yang turut difoto adalah beberapa blok atau deret bangunan (penggal jalan) yang mencakup beberapa bangunan dan jalan yang berada didepannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui suasana jalan tersebut sehingga dapat diketahui karakter yang dimiliki oleh jalan tersebut. Foto-foto hasil pemotretan yang bersifat perspektifis digunakan sebagai acuan dalam membuat gambar tampak / fasade bangunan secara orthogonal. 4. Analisa a. Analisa fungsi bangunan Analisa fungsi bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jalan mana saja yang didominasi oleh fungsi hunian / rumah tinggal dan fungsi lainnya. Dengan demikian, dapat diketahui jalan-jalan objek penelitian di kawasan perumahan Tjitaroem Plein yang berpotensi untuk diteliti lebih lanjut dengan tujuan untuk memperkecil lingkup penelitian. b. Analisa jarak bebas bangunan Jarak bebas merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa jarak bebas bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan jarak bebas bangunan yang dimiliki oleh objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa jarak bebas bangunan dilakukan dengan menggambarkan site / tapak. c. Analisa pola dan proporsi massa bangunan Pola dan proporsi massa bangunan merupakan salah satu unsur pembentuk karakter fasade bangunan. Oleh karena itu, analisa pola dan proporsi massa bangunan perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola dan proporsi massa bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa pola dan proporsi massa bangunan dilakukan dengan membuat tabel data pola dan 10

11 proporsi massa bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. d. Analisa visual bangunan Analisa visual dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keberadaan ornamen yang dimiliki oleh bangunan objek penelitian, yaitu : Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. Analisa visual bangunan dilakukan dengan membuat tabel data ornamen bangunan objek penelitian di Jl.Cilaki, Jl.Cimanuk, Jl.Cipunagara, Jl.Cisangkuy, Jl.Citarum dan Jl.Ciwulan. e. Analisa bukaan bangunan Analisa bukaan bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui proporsi badan bangunan dan keberadaan bukaan bangunan objek penelitian di Jl.Cisangkuy. Dalam hal ini, analisa bukaan bangunan dilakukan dengan membuat tabel data bukaan bangunan objek penelitian khusus di Jl.Cisangkuy. f. Analisa fasade bangunan Analisa fasade bangunan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui karakter fasade bangunan objek penelitian. Analisa fasade bangunan dilakukan dengan menerapkan teori-teori pendukung penelitian dalam analisa, yaitu Teori Penataan Fasade Bangunan yang dikemukakan oleh Ian Bentley, Teori Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Matthew Carmona dan Teori Pendekatan dalam Menelusuri Karakter Kawasan yang dikemukakan oleh Yoshinobu Ashihara. Sama seperti analisa bukaan bangunan, analisa fasade bangunan juga hanya dilakukan terhadap bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak jalan di Jl.Cisangkuy. 11

12 5. Simulasi Tujuan dilakukan simulasi adalah untuk mendeskripsikan karakter fasade bangunan yang dihasilkan dalam penelitian ini. Simulasi dilakukan dengan membuat bangunan objek simulasi, kemudian meletakkannya di salah satu tapak di Jl.Cisangkuy sebagai jalan objek penelitian yang dipilih. Dengan demikian, dapat diketahui pada kondisi atau keadaan bagaimana penelitian ini layak dan cocok untuk diterapkan. I.6 Sistematika Pembahasan Latar belakang penelitian Lingkup Studi Permasalahan / Isu Utama Tujuan Penelitian Kajian Teori Kegiatan Penelitian Simulasi Kesimpulan Saran / Rekomendasi Kajian Karakter Fasade Bangunan-bangunan Rumah Tinggal Kolonial di Kawasan Perumahan Tjitaroem Plein Bandung Gambar I.4 Skema Pemikiran Penelitian Sumber : Analisa Pribadi 12

Lampiran A Foto Bangunan Objek Penelitian di Jl.Cilaki

Lampiran A Foto Bangunan Objek Penelitian di Jl.Cilaki Daftar Pustaka (2001), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2001-2010, P.T. Surya Anggita Sarana Consultant & Pemerintah Kota Bandung, Bandung. Akihary (1996), Ir.F.J.L. Ghijsels Architect in Indonesia,

Lebih terperinci

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan

Analisa Karakter Fasade Bangunan. Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan Bab III Analisa Karakter Fasade Bangunan III.1 Kerangka Analisa Karakter Fasade Bangunan Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka dilakukan beberapa analisa, yaitu : 1. Analisa fungsi bangunan Analisa

Lebih terperinci

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dan Saran Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Setelah dilakukan analisa berdasarkan hasil observasi / survey, teori karakter kawasan dan teori fasade bangunan, didapat kesimpulan yang merupakan jawaban pertanyaan

Lebih terperinci

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi

Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Bab IV Simulasi IV.1 Kerangka Simulasi Untuk menjawab pertanyaan penelitian, maka diperlukan adanya saran atau rekomendasi yang dibuat sebagai masukan dalam menyusun pedoman penataan fasade bangunan-bangunan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS

KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS KAJIAN KARAKTER FASADE BANGUNAN-BANGUNAN RUMAH TINGGAL KOLONIAL DI KAWASAN PERUMAHAN TJITAROEM PLEIN BANDUNG TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Sejarah Perkembangan Kota Bandung

Tinjauan Pustaka. Sejarah Perkembangan Kota Bandung Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan sejarah perkembangan kota Bandung, perkembangan permukiman di Bandung, arsitektur kolonial Belanda, upaya pemugaran bangunan-bangunan kolonial Belanda

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH

PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH PENDEKATAN DESAIN PENCAHAYAAN FASADE BANGUNAN BERSEJARAH Parmonangan Manurung Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo

Lebih terperinci

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan untuk fasilitas-fasilitas pendukungnya. menginap dalam jangka waktu pendek. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Indonesia sebagai negara berkembang terus menerus berusaha untuk meningkatkan hasil yang maksimal di segala bidang pembangunan, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN HOTEL INNA DIBYA PURI SEBAGAI CITY HOTEL DI SEMARANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang direncanakan menjadi pusat perdagangan dan industri yang berskala regional, nasional dan internasional. Kawasan Johar merupakan salah satu pusat perniagaan

Lebih terperinci

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi

Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Wajah Militair Hospitaal dan 'Kota Militer' Cimahi Aileen Kartiana Dewi aileen_kd@yahoo.com Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda pada tahun 1619 yang dipimpin oleh Jan Pieterzoon Coen. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Judul Pada awalnya kota Jakarta adalah sebuah kota kecil yang berdiri di atas lahan bekas Pelabuhan Sunda Kalapa, dibangun oleh Pangeran Fatahillah pada tahun 1527

Lebih terperinci

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta Steven Nio (1), Julia Dewi (1) stevennio93@gmail.com, julia.dewi@uph.edu (1) Arsitektur,

Lebih terperinci

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura

Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Bangunan Universitas Tanjungpura Kriteria Desain Fasade Pembentuk Karakter Visual Universitas Tanjungpura Mariyah Nurul Fikroh 1, Rinawati P. Handajani 2, Rr Haru Agus Razziati 3 1 Mahasiswa Bimbingan, Jurusan arsitektur/ Teknik Universitas

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 6 Mahasiswa dapat menguraikan materi tugas perancangan arsitektur 4, yaitu : fungsi kegiatan mejemuk dan komplek dalam suatu kawasan

Lebih terperinci

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1. JUDUL Judul Studio Tugas Akhir yang di ambil adalah Kawasan Wisata Bunga Kota Bandung 1.2. LATAR BELAKANG Tanaman dapat memberikan keindahan, kenyamanan, dan berbagai fungsi lainnya

Lebih terperinci

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Sugeng Triyadi S. Andi Harapan S. Abstrak Perumahan gempol merupakan salah satu perumahan peninggalan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitar Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota yang memiliki beragam keindahan dan kenyamanan. Oleh karena itu, Kota Bandung memiliki banyak julukan seperti The Capital City of Asia Afrika,

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Latar Belakang Perancangan Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini. Khususnya di DKI Jakarta. Di berbagai wilayah terus tumbuh pusat-pusat

Lebih terperinci

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta Adinda Rafika Dani (1), Djoko Wijono (2) adinda.rafika@gmail.com (1) Mahasiswa Program S2 Arsitektur,

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indah Pujiyanti Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA BAB 3 TINJAUAN KHUSUS TEMA 3.1 Alasan Pemilihan Tema Rencana pengembangan suatu bangunan atau suatu site, tentu tidak akan dengan begitu saja merubah secara keseluruhan baik fisik bangunan atau keadaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari proses yang dilakukan mulai pengumpulan data, analisa, sintesa, appraisal yang dibantu dengan penyusunan kriteria dan dilanjutkan dengan penyusunan konsep dan arahan,

Lebih terperinci

ADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG

ADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG Jurnal Reka Karsa Jurusan Teknik Arsitektur Itenas No. 3 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2015 ADAPTASI BANGUNAN BARU TERHADAP BANGUNAN LAMA DI KAWASAN KONSERVASI GEDUNG SATE BANDUNG

Lebih terperinci

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK

STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK STUDI RUANG PARKIR UNIVERSITAS SULTAN FATAH (UNISFAT) DEMAK Mohhamad Kusyanto Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar belakang Tema 8 BAB III BAB III TINJAUAN KHUSUS Latar belakang penggunan tema Arsitektur Kontekstual adalah: Perkembangan teknologi dan informasi yang cukup pesat sehingga perlunya penyesuaian

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI Unsur-unsur bangunan seperti Ketinggian bangunan, Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB) / Building

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan setiap kota dalam hal jumlah penduduk, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan semakin terbukanya akses ke kota lain, menyebabkan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap kota pastinya memiliki nilai sejarah tersendiri, dimana nilai sejarah ini yang menjadi kebanggaan dari kota tersebut. Peristiwa peristiwa yang telah terjadi

Lebih terperinci

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik adalah ruang hidup dan mati bergantung pada karakter enclosure dan spatial stratanya. Karakter dari enclosure dan spatial strata

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan 129 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa ciri-ciri elemenelemen arsitektural bangunan rumah lama di Kota Baru sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Cahaya merupakan kebutuhan dasar manusia dalam menghayati ruang dan melakukan berbagai kegiatan dalam ruang pada bangunan serta sebagai prasyarat bagi penglihatan

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi

Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Citra Lokal Pasar Rakyat pada Pasar Simpang Aur Bukittinggi Gina Asharina, Agus S. Ekomadyo Program Studi Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2  Jum'at, 3 Mei :48 wib Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek A. Umum Pertumbuhan ekonomi DIY meningkat 5,17 persen pada tahun 2011 menjadi 5,23 persen pada tahun 2012 lalu 1. Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita BAB III METODE PERANCANGAN Perancangan merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan, dan tahapan tersebut memburtuhkan proses dalam jangka waktu yang tidak singkat. Menurut Booker perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Metode Penelitian Pada pendekatan penelitian ini merujuk dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh sejumlah peneliti yang memiliki beberapa kesamaan judul

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI Lembar Judul i Lembar Pengesahan.ii Abstraksi.....iii Lembar Persembahan..iv Kata Pengantar.v Daftar Isi...viii Daftar Gambar..xiii Daftar Skema... xvi Daftar Tabel xvii BAB I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

Morfologi Spasial Kompleks Perumahan Karyawan Pabrik Gula Wonolangan, Probolinggo

Morfologi Spasial Kompleks Perumahan Karyawan Pabrik Gula Wonolangan, Probolinggo Morfologi Spasial Kompleks Perumahan Karyawan Pabrik Gula Wonolangan, Probolinggo Rachma Nita Sunarto 1, Sigmawan Tri Pamungkas 2, Noviani Suryasari 2 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar.  Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir BAB IV : KONSEP 4.1 Konsep Dasar Table 5. Konsep Dasar Perancangan Permasalahan & Kebutuhan Konsep Selama ini banyak bangunan atau gedung kantor pemerintah dibangun dengan hanya mempertimbangkan fungsi

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibu kota negara yang terus berkembang mengalami permasalahan dalam hal penyediaan hunian yang layak bagi warga masyarakatnya. Menurut data kependudukan,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS Pertemuan Ke Sub dan TIK 1 1. Pengantar Perkuliahan 1.1. Materi Pokok Studio Perancangan Arsitektur 2 Mahasiswa dapat menguraikan materi

Lebih terperinci

Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1

Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1 Nama Matakuliah STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN - 1 Kode/ sks : TKA 1116/ 3 sks (2 sks/ 2 jam Kuliah - 1 sks/ 3 jam Latihan) Prasyarat : Status Matakuliah : wajib Deskripsi singkat matakuliah: Matakuliah

Lebih terperinci

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya

Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya Ririn Dina Mutfianti, F. Priyo Suprobo Perencanaan Dan Perancangan Kota, Program Studi

Lebih terperinci

Galeri Arsitektur Jawa Tengah OUTPUT INPUT

Galeri Arsitektur Jawa Tengah OUTPUT INPUT 1.7 Alur Pikir Perencanaan dan Perancangan Arsitektur GAJT INPUT FENOMENA Munculnya gaya arsitektur baru yang berkembang saat ini, membuat gaya arsitektur lama semakin tertinggal dan penerapannya di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta dalam sepuluh tahun terakhir ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan di sektor ekonomi dan sosial. Kekuatan di bidang pendidikan dan pariwisata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Diponegoro merupakan salah satu Universitas terkemuka di Indonesia serta termasuk ke dalam lima besar Universitas terbaik seindonesia, terletak di provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan kawasan perkotan yang semakin hari semakin pesat, mempunyai pengaruh besar pada kehidupan masyarakat di dalamnya. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG

KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG KARAKTER VISUAL FASADE BANGUNAN KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOTA MALANG Efrina Amalia Ridwan, Antariksa, Noviani Suryasari Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjend

Lebih terperinci

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA

KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda E-mail: hattamusthafa@gmail.com ABSTRACT Old

Lebih terperinci

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia termasuk dalam universitas yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Persaingan yang ketat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Unsur-unsur arsitektur kota berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang sehingga harus dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan citra kawasan adalah

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

UTS SPA 5 RAGUAN

UTS SPA 5 RAGUAN UTS SPA 5 RAGUAN 0851010072 OBYEK 2 OBYEK 1 Prisma OBYEK 1: kultur simbol yang diambil pada obyek 1 ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi rumah adat batak Karo (tempat Perkumpulan warga),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. termanfaatkan dalam penataan kotanya. Kota Medan memiliki luas 265,10 Km 2,

BAB I PENDAHALUAN. termanfaatkan dalam penataan kotanya. Kota Medan memiliki luas 265,10 Km 2, BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota terpenting dan terbesar di Indonesia bagian Barat. Kota Medan memiliki sejarah dan karakter kota yang belum digali dan termanfaatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam BAB III METODE PERANCANGAN Suatu proses perancangan membutuhkan suatu metode yang memudahkan bagi perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam Perancangan Pusat Dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang Penataan Kawasan Kampung Jenggot Pekalongan sebagai BAB I PENDAHULUAN Kota Pekalongan secara geografis memiliki posisi yang strategis. Secara geografis dan ekonomis Kota Pekalongan menjadi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa arahan untuk selubung bangunan sebagai berikut : 6.1.1..Selubung bangunan berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional

Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Aspek Arsitektur Kota dalam Perancangan Pasar Tradisional Agus S. Ekomadyo (1), Kustiani (2), Herjuno Aditya (3) (1) Kelompok Keilmuan Perancangan Arsitektur, SAPPK, Institut Teknologi

Lebih terperinci

MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008. Oleh : Arvin Kustiawan

MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008. Oleh : Arvin Kustiawan LAPORAN PERANCANGAN MUSEUM DIRGANTARA AR 40Z0 - TUGAS AKHIR PERANCANGAN ARSITEKTUR SEMESTER I 2007/2008 Oleh : Arvin Kustiawan 152 03 019 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-63 Merepresentasikan Kejutan sebagai Tema dalam Rancangan Galeri Kuliner di Kawasan Tunjungan Surabaya Yuli Indri Ani dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Olahraga dapat menjadi batu loncatan sebagai pemersatu bangsa, daerah dan negara lainnya, baik di dalam skala nasional maupun internasional. Dalam setiap skala, negara-negara

Lebih terperinci

Citra Tata Ruang Kawasan Talang Semut Palembang

Citra Tata Ruang Kawasan Talang Semut Palembang TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Citra Tata Ruang Kawasan Talang Semut Palembang Zulfikri Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Abstrak Kondisi kota-kota tua ( kawasan kota

Lebih terperinci

MENINGKATKAN CITRA VISUAL MASA LALU KOTA MELALUI PENCAHAYAAN. Niniek Anggriani Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim

MENINGKATKAN CITRA VISUAL MASA LALU KOTA MELALUI PENCAHAYAAN. Niniek Anggriani Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim Jurusan Teknik Arsitektur - UPN Veteran Jatim ABSTRACT Town as a(n) organism which is life always have journey of its growth as according to town age length. To fulfill its life demand hence woke up by

Lebih terperinci

PENERAPAN CITRA VISUAL BATIK PADA ELEMEN PERANCANGAN BENTUK DAN MASSA BANGUNAN KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO

PENERAPAN CITRA VISUAL BATIK PADA ELEMEN PERANCANGAN BENTUK DAN MASSA BANGUNAN KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO PENERAPAN CITRA VISUAL BATIK PADA ELEMEN PERANCANGAN BENTUK DAN MASSA BANGUNAN KAMPUNG BATIK JETIS SIDOARJO Fairuz Mutia, Sigmawan Tri Pamungkas, Abraham M. Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur

Lebih terperinci

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Atika Almira (1), Agus S. Ekomadyo (2) (1) Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG

KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG KAJIAN ARSITEKTUR HEMAT ENERGI SECARA PASIF PADA PERUMAHAN DI MALANG Ertin Lestari Adhi Widyarthara Gaguk Sukowiyono Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI Malang sebagai

Lebih terperinci

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6. DAFTAR ISI Contents HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi ABSTRAKSI... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Kondisi Umum Kelautan di

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN JEND. SUDIRMAN, PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dilihat dari korelasi kegiatannya, terutama kegiatan transportasi, komunikasi dan perdagangan, kota Purwokerto merupakan kota transit menuju daerah Jawa Barat yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG

KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG KARAKTERISTIK FASADE BANGUNAN FACTORY OUTLET DI JALAN IR. H. DJUANDA BANDUNG (Kasus Studi pada Factory Outlet Glamour yang merupakan peralihan fungsi dari fungsi hunian kolonial) Abstrak Peralihan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern

SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SHOPPING MALL DALAM BENTENG VASTENBURG DI SURAKARTA Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

- BAB I - PENDAHULUAN

- BAB I - PENDAHULUAN - BAB I - PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mal salah satu obyek rekreasi yang banyak dinikmati oleh masyarakat sebagai tempat hiburan untuk merelaksasikan diri, karena tuntutan aktifitas kesibukan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Katolik masuk ke Indonesia melalui Bangsa Portugis pada tahun 1512 dengan tujuan untuk berdagang di daerah penghasil rempahrempah tepatnya di kepulauan Maluku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli kontrak akibat

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bambu sebagai hasil hutan bukan kayu (HHBK) sangat potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri yang menggunakan kayu sebagai bahan baku. Selain berpotensi sebagai

Lebih terperinci

Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer

Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penataan Kawasan Koridor Komersial pada Jalan Arteri Primer Kasus: Jl. K.H. Agus Salim Kota Gorontalo Zuhriati A. Djailani (1), Heryati (2) (1) KK Rancang Kota, Program Studi Arsitektur,

Lebih terperinci