APLIKASI TEORI IDA JEAN ORLANDO DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DI RUMAH SAKIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI TEORI IDA JEAN ORLANDO DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DI RUMAH SAKIT"

Transkripsi

1 APLIKASI TEORI IDA JEAN ORLANDO DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN DI RUMAH SAKIT A. Latar Belakang Masalah Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan menyembuhkan penderita pada kndisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperleh pelayanan pertlngan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang menginginkan pelayanan secara cepat. Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan baik aktual atau ptensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kndisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien leh perawat yang berkmpeten di ruang gawat darurat. Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi bilgis, psiklgis, dan ssial klien baik aktual yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resik tinggi. Ada beberapa faktr yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu : kndisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kndisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang sangat tinggi diantara prfesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009). Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau infrmasi yang mendasar pada kasus gawat darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkmpeten dalam melakukan pengkajian gawat darurat. Keberhasilan pertlngan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk pertlngan yang akan diberikan kepada pasien. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat pertlngan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertlngan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu 1 P a g e

2 melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kntrl servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengella pernafasan agar ksigenasi adekuat; C: Circulatin, mengecek sistem sirkulasi disertai kntrl perdarahan; D: Disability, mengecek status neurlgis; E: Expsure, envirmental cntrl, buka baju penderita tapi cegah hiptermia (Hlder, 2002). Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kndisi yang mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan priritas. Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam temp waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difkuskan pada Airway Breathing Circulatin (ABC). Karena kndisi kekurangan ksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kndisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan ksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kndisi gawat darurat sehingga memerlukan pertlngan segera. Apabila terjadi kekurangan ksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan tak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien (Mancini, 2011). Pelaksanaan asuhan keperawatan tersebut merupakan aplikasi unsur dan knsep dari beberapa teri dan mdel keperawatan yang di adpsi, digabung, dikembangkan serta dilaksanakan. Kemungkinan diantaranya teri dan mdel yang mewarnai asuhan keperawatan yaitu teri yang dikemukakan leh Ida Jean Orland yang dikenal dengan teri prses keperawatan atau disiplin prses keperawatan, Dalam terinya Orland mengemukanan tentang beberapa knsep utama, diantaranya adalah knsep disiplin prses keperawatan ( nursing prcess discipline) yang juga dikenal dengan sebutan prses disiplin atau prses keperawatan. Disiplin prses keperawatan meliputi kmunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan. (Tmey, 2006: 434). Orland juga menggambarkan mengenai disiplin nursing prses sebagai interaksi ttal (ttally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku 2 P a g e

3 tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat (Gerge, 1995 ;162) Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mencba membuat uraian mengenai lebih jauh mengenai Aplikasi Teri Keperawatan Ida Jean Orland Nursing Prcces Thery Dalam Asuhan dan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat di rumah sakit. B. Paradigma Keperawatan Teri Prses Keperawatan Orland Asumsi Orland terhadap metaparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam terinya. Sama dengan teri-teri keperawatan pendahulunya asumsinya tidak 3 P a g e

4 spesifik, namun demikian Schmieding (1993) medapatkan dari tulisan Orland mengenai empat area yang ditekuninya : 1. Perawat Perawat adalah suatu prfesi yang mempunyai fungsi autnmi yang didefinisikan sebagai fungsi prfesinal keperawatan. Fungsi prfesinal yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam terinya tentang disiplin prses keperawatan mengandung elemen dasar, yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawatan yang dirancang untuk kebaikan pasien 2. Manusia Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan nnverbal, kadang-kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhannya membutuhkan pertlngan, dan akan mengalami distress jika mereka tidak dapat melakukannya. Hal ini dijadikan dasar pernyataan bahwa perawat prfesinal harus berhubungan dengan seserang yang tidak dapat menlng dirinya dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Sehat Orland tidak medefinisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkntribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhannya berkntribusi terhadap sehat. 4. Lingkungan Orland berasumsi bahwa lingkungan merupakan situasi keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikit, dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan therapeutik dalam mencapai tujuannya, perawat perlu mengbservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda-tanda distress. C. Knsep Utama Dalam Teri Prses Keperawatan Teri keperawatan Orland menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai 4 P a g e

5 rang pertama yang mengidentifikasi dan menekankan elemen-elemen pada prses keperawatan dan hal-hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam prses keperawatan. Prses aktual interaksi perawat-pasien sama halnya dengan interaksi antara dua rang. Ketika perawat menggunakan prses ini untuk mengkmunikasikan reaksinya dalam merawat pasien, rland menyebutnya sebagai nursing prcces discipline. Itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien. Orland menggambarkan mdel terinya dengan lima knsep utama yaitu fungsi perawat prfesinal, mengenal perilaku pasien, respn internal atau kesegaraan, disiplin prses keperawatan serta kemajuan 1. Tanggung jawab perawat Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam medapatkan pengbatan atau dalam pemantauan. Perawat harus mengetahui kebutuhan pasien untuk membantu memenuhinya. Perawat harus mengetahui benar peran prfesinalnya, aktivitas perawat prfesinal yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktivitas spntan dan rutin yang bukan aktivitas prfesinal perawat yang dapat dilakukan leh perawat, sebaiknya hal ini dikurangi agar perawat lebih terfkus pada aktivitas-aktivitas yang benar-benar menjadi kewenangannya. 2. Mengenal perilaku pasien Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengbservasi apa yang dikatakan pasien maupun perilaku nnverbal yang ditunjukan pasien. 3. Reaksi segera Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respn segera atau respn internal dari perawat dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan. 4. Disiplin prses keperawatan Menurut Gerge (1995 hlm 162) mengartikan disiplin prses keperawatan sebagai interaksi ttal (ttally interactive) yang dilakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus dilakukan, mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tidakan yang tepat. 5. Kemajuan / peningkatan 5 P a g e

6 Peningkatan berari tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan prduktif. D. Disiplin Prses Keperawatan Dalam Teri Prses Keperawatan Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa disiplin prses keperawatan dalam nursing prcces thery dikenal dengan sebutan prses disiplin atau prses keperawatan. Disiplin prses keperawatan meliputi kmunikasi perawat kepada pasiennya yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat, menanyakan untuk validasi atau perbaikan. (Tmey, 2006 hlm 434). Disiplin prses keperawatan didasarkan pada prses bagaimana seserang bertindak. Tujuan dari prses disiplin ketika digunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang diharapkan. 1. Perilaku Pasien Disiplin prses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien. seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekpresi yang membutuhkan pertlngan, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kndisi gawat harus dipahami. Orland menekankan hal ini pada prinsip pertamanya dengan diketahuinya perilaku pasien, atau tidak diketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan. Perilaku pasien dapat verbal dan nn verbal. Inknsistensi antara dua perilaku ini dapat dijadikan faktr kesiapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya pertlngan seperti keluhan, permintaan, pertanyaan, kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nnverbal misalnya heart rate, edema, aktivitas mtrik: senyum, berjalan, menghindar kntak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak dikmunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat-pasien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat-pasien, ketidakakuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang diperlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak dipriritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus dirancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci 2. Reaksi Perawat 6 P a g e

7 Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat, reaksi ini tertidiri dari 3 bagian yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara tmatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Cnth perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian Persepsi, berfikir, dan merasakan terjadi secara tmatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus relajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengana ia berespn demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk tujuan membantu pasien. Displin prses keperawatan menentukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orland menawarkan prinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagi beberapa bservasi dilakukan dan dieksprasi dengan pasien adalah penting untuk memastikan dan memenuhi kebutuhannya atau mengenal yang tidak dapat dipenuhi leh pasien pada waktu itu. Orland (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplr dan bereaksi dengan pasien, yaitu ; a. Perawat harus menemuinya dan knsisten terhadap apa yang dikatakannya dan mengatakan perilaku nnverbalnya epada pasien b. Perawat harus dapat mengkmunikasikannya dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikannya c. Perawat harus menanyakan kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi. 3. Tindakan Perawat Setelah mevalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi prses disiplin dengan tindakan keperawatan, Orland menyatakan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan leh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tidakan prfesinal perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut Orland yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplrasi untuk memastikan bagaimana mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata-katanya. 7 P a g e

8 Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaitu : tindakan tmatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi prfesinal perawat. Sedangkan tindakan tmatis dilakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian bat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang direncanakan: a. tindakan merupakan hasil dari indetifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap perilaku pasien. b. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebituhan pasien. c. Perawat memvalidasi efektifitas tindakan, segera setelah dilakukan secara lengkap d. Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan. Tindakan tmatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa cnth tindakan tmatis tindakan rutinitas, melaksanakan instruksi dkter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat. 4. Fungsi prfesinal Tindakan yang tidak prfesinal dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi prfesinalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktivias termasuk prfesinal jika aktivitas tersebut direncanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien. Disiplin prses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nnverbalnya adalah knsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memvalidasi reaksinya. Membagi reaksinya leh perawat membantu pasien untuk menggunakan prses yang sama agar lebih efektif perlu kmunikasinya. Selajutnya tidakan yang sesuai untuk menyelesaikan kebutuhan adalah saling menguntungkan anatar pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakannya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi, perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulasi tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien. 8 P a g e

9 E. Kelebihan dan kekurangan Prses keperawatan dan prses disiplin Orland keduanya menggambarkan rangkaian tahapan. Setiap tahapan sama-sama tidak terpisah. Pada prses disiplin Orland hampir secara berkesinambungan saling mempengaruhi dimana perilaku pasien menjadi tujuan reaksi perawat, mengarahkan perilaku perawat, mengarahkan reaksi pasien. Kedua prses tersebut merupakan prses dinamis dan respnsif terhadap perubahan kndisi pasien. Prses keperawatan dan prses disipin Orland mempunyai banyak persamaan. Prses keperawatan panjang dan lebih frmal dan fasenya lebih mendetail dibandingkan prses disiplin Orland. Dan membutuhkan perawat untuk menggunakan pengetahuan dan prinsip keilmuan dan teri keperawatan. Orland hanya membutuhkan bahwa perawat harus mengikuti prinsip-prinsip yang ia tetapkan. Beberapa pint penting teri rland : Tanggung jawab perawat. Kebutuhan klien. Perilaku yang diperlihatkan klien. Reaksi segera. Disiplin prses keperawatan. Peningkatan / kemajuan. Tujuan keperawatan. Tindakan tmatis (segera). Tindakan deliberatif (terrencana). Dalam teri Orland terdapat salah satu pint yaitu Reaksi segera Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respn segera atau respn internal dari perawat dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan. Dalam Artian perawat lebih sigap,cepat dan tanggap dalam menghadapi situasi terutama kegawat daruratan medik. Kekurangan dari teri ini terhadap implikasi kegawatan adalah masih belum bisa diaplikasikan dalam Pengkajian Head t te, yang dirasa perlu guna penatalaksanaan kegawat daruratan secara knfrehensif. F. Kendala saat mengembangkan teri bila di terapkan dalam peraktik keperawatan. 9 P a g e

10 Karakteristik unik dari raungan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan keperawatan antara lain : Kndisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kndisi klien dan jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat. Keterbatasan sumber daya dan waktu Pengkajian, diagnsis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan ketepatan yang tinggi Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara prfesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat. Berdasarkan kndisi di atas, prinsip umum keperawatan yang diberikan leh perawat di ruang gawat darurat meliputi : Penjaminan keamanan diri perawat dan klien terjaga : perawat harus menerapkan prinsip universal precautin dan men cegah penyebaran infeksi. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan diagnsa keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan. Tindakan keperawatan meliputi : resucitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi masalah bilgi dan psiklgi klien. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat. Sistem mnitring kndisi klien harus dapat dijalankan Sistem dkumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga. APLIKASI TEORI PROSES KEPERAWATAN ORLANDO DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT Praktisi keperawatan dalam melaksanakan fungsinya perlu menerapkan teri atau mdel yang sesuai dengan situasi tertentu. Pada kndisi awal, kmbinasi dari beberapa teri atau mdel dapat dipertimbangkan, tetapi jika dipergunakan secara knsisten dapat dilakukan 10 P a g e

11 analisa atau evaluasi terhadap efektivitasnya. Dengan menggunakan berbagai teri dan mdel keperawatan, maka fkus dan knsekwensi praktek keperawatan dapat berbeda. Dibawah ini merupakan gambaran aplikasi disiplin prses keperawatan Orland pada penderita STEMI 1 jam setelah mendapat serangan. A. Gambaran Kasus Tn.R usia 45 tahun satu jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher, rahang, lengan serta ke punggung sebelah kiri. Nyeri dirasakan seperti tertekan benda berat. Nyeri menetap walaupun telah diistirahatkan. Nyeri dirasakan terus menerus lebih dari 30 menit. Kemudian leh keluaga dibawa ke UGD RS Cahaya Bangsa. Klien sebelumnya belum pernah dirawat atau sakit berat tetapi memiliki kebiasaan kurang lah raga, riwayat merkk berat 2 bungkus per hari, klien adalah serang kepala keluarga dan bekerja sebagai serang meneger di salah satu perusahaan. Hasil pemeriksaan fisik : kesadaran kmps mentis, tekanan darah 140/90 mmhg, Nadi 98 kali/pemit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Hasil pemeriksaan EKG menunjukan adanya ST elevasi. Hasil Labratrium terdapat enzim trpnin T psitip dan CKMB meningkat. Oleh dkter klien didiagnsa sindrma krner akut dengan ST elevasi Micard infark. A. Peaksanaan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teri Prses Keperawatan Orland. Pada kasus Tn X tersebut diatas maka perawat harus segera bereaksi terhadap perilaku pasien baik secara perbal maupun nn verbal, melakukan validasi, membagi bereaksi terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membantu pasien untuk mengurangi ketidaknyamanan baik fisik maupun psiklgis, ketidakmampuan pasien dalam menlng dirinya, serta mengevaluasi tindakan perawatan yang sudah dilakukannya. Semua itu dapat diterapkan melalui pendakaan disiplin prses keperawatan Orland sebagai berikut : 1. Fase Reaksi Perawat. Menutut Gerge (1995) bahwa reaksi perawat dimana terjadi berbagi reaksi perawat dan perilaku pasien dalam disiplin prses keperawatan teri Orland identik dengan fase pengkajian pada prses keperawatan. 11 P a g e

12 Pengkajian difkuskan terhadap data-data yang relatif menunjukan kndisi yang emergenci dan membahayakan bagi kehidupan pasien, data yang perlu dikaji pada kasus diatas selain nyeri dada yang khas terhadap adanya gangguan sirkulasi krner, juga perlu dikaji lebih jauh adalah bagaimana kharakteristik nyeri dada meliputi apa yang menjadi faktr pencetusnya, bagaimana kualitasnya, lkasinya, derajat dan waktunya. Disamping itu dapatkan juga data adakah kesulitan bernafas, rasa sakit kepala, mual dan muntah yang mungkin dapat menyertai keluhan nyeri dada. Perawat perlu mengkaji perilaku pasien nn verbal yang menunjukan bahwa pasien memerlukan pertlngan segera seperti : tanda-tanda vital, pada kasus didapatkan tekanan darah 140/90 mmhg, nadi 98 kali/menit, respirasi 30 kali/menit. Tampak gelisah, banyak keluar keringat. Perlu juga dikaji bagaimana kndisi akral apakah hangat atau dingin, CRT, kekuatan denyut nadi, Selanjutnya perawat perlu mengetahui data-data lain seperti catatan dari tim kesehatan lain, hasil labratrium dan pemeriksaan diagnstik. Pada kasus didapatkan : EKG ST elevasi, diagnsa medis SKA STEMI. Trpnin T psitif, CKMB meningkat. 2. Fase Nursing Actin Fase perencanaan pada prses keperawatan, sesuai dengan fase nursing actin pada disiplin prses keperawatan mencakup sharing reactin (analisa data), diagnsa keperawatan, perencanaan dan tindakan keperawatan atau implementasi. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan serta berhubngan dengan peningkatan perilaku pasien. Setelah mendapatkan data-data yang menunjukan perilaku pasien, menurut Orland perawat perlu melakukan sharing reactin yang identik dengan analisa data, sehingga dapat ditentukan diagnsa keperawatan. a. Diagnsa keperawatan Diagnsa keperawatan difkuskan terhadap masalah ketidak mampuan pasien untuk memenuhi kebutuhannya sehingga perlu pertlngan perawat. Dari data yang didapatkan pada kasus Tn X ditemukan masalah : 1) Ketidakmampuan pasien menlng dirinya dalam memelihara perfusi jaringan tt jantung (berhubungan dengan penurunan aliran darah sekunder terhadap bstruksi.) 12 P a g e

13 2) Ketidakmampuan pasien menlng dirinya dalam mengatasi rasa nyeri (berhubungan dengan adanya iskemik) 3) Ketidakmampuan pasien untuk melakukan aktivitas fisik (berhubungan dengan ketidaksimbangan suplai dan kebutuhan akan ksigen) b. Rencana Keperawatan Setelah masalah keperawatan pasien ditentukan disusun rencana keperawatan, fkus perencanaan pada pasien Tn X yaitu Rencana Tn X sendiri, dengan merumuskan tujuan yang saling menguntungkan baik pasien maupun perawat sehingga terjadi peningkatan perilaku Tn X kearah yang lebih baik. Adapun tujuannya yang diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn X yaitu mampu menlng dirinya memelihara perfusi tt jantung secara adekuat, pasien mampu menlng dirinya untuk mengatasi rasa nyeri, serta mampu melakukan pemenuhan aktivitas tanpa harus memberatkan kerja jantung. c. Implementasi Fkus implementasi adalah efektifas tindakan untuk menanggulangi yang sifatnya mendesak, terdiri dari tindakan-tindakan tmatis seperti melaksanakan tindakan pengbatan atas instruksi medis dan dan tindakan terencana terencana yang dianggap sebagai peran perawat prfesinal sesungguhnya.. Adapun implementasi keperawatan yang perlu dilakukan pada Tn X yaitu : 1). Membantu pasien dalam menlng dirinya untuk memelihara perfusi jaringan tt jantung a.) Tindakan Otmatis: (1). Berikan therapi nitrgliserin sesuai prgram therapi (2) Berikan therapi aspirin sesuai prgram therapi (3). Persiapkan klien untuk therapi trmblitik sesuai prgram (4). Persiapkan pasien untuk pelaksanaan PTCA sesuai prgram terapi. (5) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman b) Tindakan terencana (1) Istirahatkan pasien bed rest sampai kndisi akut teratasi dan keadaan stabil. (2) Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesui (3) Observasi tanda-tanda adanya penurunan kardiak utput. (4). Lakukan pemeriksaan EKG secara rutin 13 P a g e

14 2). Membantu pasien untuk menlng dirinya menlng dirinya dalam mengatasi rasa nyeri. a). Tindakan tmatis (1) Memberikan bat anti nyeri : mrfin sesuai dengan prgram therapi. (2) Berikan Oksigen melalui nasal canul 4 liter / menit sesuai prgram therapi (3) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman b). Tindakan terencana ; (1) Istirahatkan pasien : Bed rest sampai dengan kndisi klien stabil. (2) Psisikan pasien semi fwler (3) Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit atau sesuai kebutuhan (4) Observasi perkembangan nyeri : kharakreistik, kwalitas dan kwantitasnya (5) Lakukan tindakan relaksasi dengan menarik nafas dalam dan keluarkan nafas secara perlahan. 3). Membantu pasien untuk menlng dirinya dalam pemenuhan aktivitas seharihari a) Tindakan tmatis (1) Hindari pasien untuk melakukan mengedan ketika defekasi (2) Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas. b). Tindakan terencana (1) Observasi tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah melakukan aktivitas. (2) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari ; nutrisi, persnal hygiene, eliminasi. (3) Lakukan mbilisasi fisik setelah kndisi stabil 3 Evaluasi Evaluasi, pada fase tindakan prses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya.evaluasi asuhan keperawatan pada tuan X difkuskan terhadap perubahan perilaku terhadap kemampuan menlng dirinya untuk mengatasi ketidakmampuannya. Evaluasi 14 P a g e

15 dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksankan. Adapun hasil yang diharapkan adalah: a. Perfusi jaringan pada tt jantung meningkat atau adekuat, ditandai dengan tandatanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas nrmal, hasil pemeriksaan EKG nrmal. Nyeri dada tidak ada. b. Rasa nyaman terpenuhi: nyeri berkurang atau tidak ada, ditandai dengan : pasien mengatkan nyeri berkurang atau tidak ada, pasien relak. Tandatanda vital dalam batas nrmal, c Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari : tidak ada keluhan nyeri dada, sesak nafas atau palpitasi saat melakukan aktivitas, tekanan darah, nadi, respirasi dalam batas nrmal sebelum, selama dan setelah melakukan. Aktivitas. Pasien ammpu melakukan aktivitas sendiri dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari : makan, persnal higiene dan eliminasi. Dengan melihat aplikasi disiplin prses keperawatan pada kasus Tn X yang mengalami gangguan sistem kardivaskular berhubungan dengan sindrma akut krner nn ST elevasi, penulis mencba untuk membahas pelaksanaan aplikasi teri tersebut dengan membandingkan dengan prses keperawatan Pada kedua prses tersebut, pada bagian tertentu secara keseluruhan sama. Misalnya keduanya merupakan hubungan interpersnal dan membutuhkan interaksi antara pasien dan perawat. Pasien sebagai input dalam keseluruhan prses. Kedua prses menggambarkan pasien sebagai ttal persn. Tidak selalu tentang penyakit atau bagian tubuh. Kedua prses juga menggunakan metde tindakan keperawatan dan mengevaluasi tindakan tersebut. Fase pengkajian pada prses keperawatan sesuai dengan berbagi pada reaksi perawat dengan perilaku pasien dalan disiplin prses keperawatan rland. Perilaku pasien mengawali pengkajian. Perilaku yang dikaji adalah perilaku verbal yang dikatakan leh pasien yaitu riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utama, bagaimana keluhan itu dirasakan, bagaimana sifat dan kwalitas keluhan tersebut. Apa faktr pencetusnya. Dan faktr resik terhadap terjadinya gangguan kesehatan. Sedangkan perilaku nn verbal yang perlu diketahui leh perawat adalah tanda-tanda dari gangguan fungsi tubuh sebagai respn pasien terhadap tidak terpenuhinya kebutuhan yang membutuhkan pertlngan perawat, seperti perubahan tanda-tanda vital, keluar keringat yang berlebihan, ketidaknrmalan 15 P a g e

16 fungsi tubuh seperti yang ditunjukan leh hasil pemeriksaan penunjang EKG, pemeriksaan enzim rpnin dan lain sebagainya. Berbagi pada reaksi perawat dalam disiplin nursing prses adalah kmpnen yang sama dengan analisis pada prses keperawatan. Walaupun reaksi perawat adalah tmatis. Hal ini sedikit berbeda dengan analisa data pada prses keperawatan dimana serang perawat untuk mampu melakukan analisa data perlu menggunakan dasar teri keperawatan dan menggunakan prinsip dari pengetahuan fisik dan perilaku dan itu harus benar-benar menjadi dasar dalam menganalisa berbagai tanda dan gejala yang dirasakan atau ditemukan pada pasien. Fase perencanaan pada prses keperawatan, sesuai dengan fase nursing actin pada disiplin prses keperawatan. Tujuannya adalah selalu mengurangi akan kebutuhan pasien terhadap bantuan. Tujuannnya berhubungan dengan peningkatan perilaku pasien. Tujuan yang dirumuskan pada teri Orlanda menurut penulis masih terlalu umum yaitu fkuskan pada perubahan perilaku dalam menlng untuk memenuhi kebutuhan dirinya sehingga kemungkinan keberhasilannya sulit untuk diukur terutama terhadap masalah yang hanya diketahui leh perawat tetapi tidak disadari leh pasien. Seperti pada cnth kasus Tn X yaitu masalah penurunan perfusi jaringan pada tt jantung. Implementasi meliputi seleksi akhir dan pelaksanaan dari tindakan keperawatan dan ini juga merupakan bagian dari fase tindakan keperawatan pada prses disiplin Orland. Kedua prses memerintahkan bahwa tindakan harus sesuai bagi pasien sebagai individu yang unik. Pada Teri rland tindakan keperawatan ada dua macam yaitu tindakan tmatis yang sifatnya segera dan terencana. Keduanya tidakan tersebut lebih diarahkan terhadap penanggulangan masalah kperawatan yang bersifat segera dan mengacam kehidupan pasien dan kurang memperhatikan tindakan-tindakan yang bersifat prmtif atau preventif yang sebenarnya tidakan preventif seperti : pencegahan serangan ulang dan menghindari faktr resik adalah penting bagi pasien yang menderita penyakit jantung seperti yang dialami Tn. X. Evaluasi, pada fase tindakan prses disiplin merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Tindakan- tindakan yang terencana, setelah tidakan lengkap 16 P a g e

17 dilaksanakan, perawat harus mengevaluasi keberhasilannya. Evaluasi pada teri Orland sudah cukup baik, yang mana evaluasi selalu dilakukan setelah setiap tindakan keperawatan dilakukan secara lengkap. DAFTAR PUSTAKA Denges, M. E. (2002). Nursing care plane: Guidelines fr planning & dcumenting patient care, 3 rd editin, FA. Davis. Gerge. (1995). Nursing Theries (The Base fr Prfesinal Nursing Practice), Furth Editin. USA : Appletn & Lange. 17 P a g e

18 Hidayat AA. (2004). Pengantar knsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Nursalam. (2001). Prses dan Dkumentasi Keperawatan : Knsep dan Praktik. Jakarta : Salemba PPNI (2000) Standar Praktik Keperawatan. Jakarta : PPNI. Tmey Ann Marriner, Alligd M.R.(2006). Nursing Therists and Their wrk. 6 Ed. USA : Msby Inc P a g e

PEMICU GRAND THEORY KEPERAWATAN

PEMICU GRAND THEORY KEPERAWATAN PEMICU GRAND THEORY KEPERAWATAN 1. Tujuan Penugasan Melatih mahasiswa untuk mampu mengaplikasikan grand theory keperawatan dalam penyelesaian masalah pelayanan keperawatan. 2. Uraian Penugasan a. Grand

Lebih terperinci

TEORI KEPERAWATAN IDA JEAN ORLANDO. Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Nursing Theory

TEORI KEPERAWATAN IDA JEAN ORLANDO. Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Nursing Theory TEORI KEPERAWATAN IDA JEAN ORLANDO Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar Nursing Theory Oleh : KELOMPOK 1 Tatang Tri Budi. S Leli Ekasari Yuyun. R Monalisa PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN ANAK SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

Ialah cara pemeriksaan yg dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien atau pada orang tua atau sumber lain.

Ialah cara pemeriksaan yg dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien atau pada orang tua atau sumber lain. 1.1.Anamnesis Ialah cara pemeriksaan yg dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien atau pada rang tua atau sumber lain. Tujuan Mendapat keterangan sebanyak-banyaknya mengenai penyakit pasien

Lebih terperinci

IMPLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN TERAPI OBAT (I)

IMPLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN TERAPI OBAT (I) IMPLIKASI PROSES KEPERAWATAN DALAM PEMBERIAN TERAPI OBAT (I) Dhian R Lestari, S.Kep, Ners Tujuan Instruksinal Pembelajaran Mengidentifikasi langkah-langkah prses keperawatan dalam terapi bat Mengidentifikasi

Lebih terperinci

RENCANA KEPERAWATAN NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI NOC NIC

RENCANA KEPERAWATAN NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI NOC NIC RENCANA KEPERAWATAN NO DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI NOC NIC 1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang benar Setelah diberikan tindakan keperawatan

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya pengobatan, potensi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN PETUNJUK PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA BPK 1. PENDAHULUAN a) LATAR BELAKANG DAN DASAR HUKUM BPK mempunyai kewenangan untuk melakukan pemeriksaan keuangan,kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu

Lebih terperinci

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 33

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 33 ISSN N. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram 33 PENGARUH THERAPI AKTIFITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJ MUTIARA SUKMA PROPINSI NTB Oleh

Lebih terperinci

1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik.

1. Mampu melakukan tugas per tugas (task skills). Contoh : Mampu melakukan pengambilan sampel dan memindahkan biakan secara aseptik. Standar Kmpetensi Analis Kesehatan Psted by Riswant n Friday, February 5, 2010 Labels: Prfesi dan Kmpetensi Sudah sering kita mendengar istilah "kmpeten" dan "kmpetensi". Lalu apa maksud dari kedua kata

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

Artikel keperawatan sebagai ilmu

Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel keperawatan sebagai ilmu Artikel ini disusun guna memenuhi tugas Knsep Dasar Keperawatan Dsen pengampu: Ns.Dera Alfiyanti, S.Kep Di susun leh: Nama : Agung Siswy Nim : G0A011002 FIKKES DIII KEPERAWATAN

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang 3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan

Lebih terperinci

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang

dari inti yang banyak mengandung lemak dan adanya infiltrasi sel makrofag. Biasanya ruptur terjadi pada tepi plak yang berdekatan dengan intima yang Definisi Sindroma koroner akut adalah spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dan aliran darah

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL I. DEFINISI Pelayanan pada tahap terminal adalah pelayanan yang diberikan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE )

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE ) Jl.K.H. ZainalMustofa No. 310 Tasikmalaya Telp. ( 0265 ) 322333, Fax. ( 0265 ) 326767, E-Mail : rumahsakit.tmc@gmail.com www.rstmc.co.id SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

Standar Operating Procedure (SOP)

Standar Operating Procedure (SOP) Standar Operating Prcedure (SOP) PENGERTIAN PROSEDUR Gambaran umum untuk karyawan tentang cara kerja yang dilakukan sebagai pegangan bila terjadi perubahan staff serta dapat digunakan utk menilai efektivitas

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ADAPTASI (PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY) PADA PASIEN KANKER DI YAYASAN KANKER INDONESIA CABANG JAWA TIMUR

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ADAPTASI (PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY) PADA PASIEN KANKER DI YAYASAN KANKER INDONESIA CABANG JAWA TIMUR DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEMAMPUAN ADAPTASI (PENERAPAN MODEL ADAPTASI ROY) PADA PASIEN KANKER DI YAYASAN KANKER INDONESIA CABANG JAWA TIMUR R. Khairiyatul Afiyah Fakultas Keperawatan dan Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

KONSEP KEGAWATDARURATAN I

KONSEP KEGAWATDARURATAN I KONSEP KEGAWATDARURATAN I BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang

Lebih terperinci

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department

Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Ns. Furaida Khasanah, M.Kep Medical surgical department Survey WHO, 2009 : angka kematian akibat penyakit kardiovaskular terus meningkat, thn 2015 diperkirakan 20 juta kematian DKI Jakarta berdasarkan

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna

Lebih terperinci

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK

PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK PANDUAN PERLINDUNGAN TERHADAP KEKERASAN FISIK, USIA LANJUT, PENDERITA CACAT,ANAK-ANAK DAN YANG BERISIKO DISAKITI PENGERTIAN Kekerasan fisik adalah setiap tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90

BAB I TINJAUAN TEORI. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 1 BAB I TINJAUAN TEORI A. Pengertian Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diastolic>90 mmhg,yang terjadi pada seseoang paling sedikit tiga waktu terakhir yang berbeda (who 1978,komisi

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini untuk mengetahui pengalaman perawat melakukan tindakan restrain pada pasien perilaku kekerasan dengan pendekatan studi fenomenologi. 6.1 Kesimpulan Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Layanan Purna Jual Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indnesia N. 634/MPP/Kep/9/2002 tentang ketentuan dan tata cara pengawasan

Lebih terperinci

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan setiap warga negara Indonesia tinggal dalam

kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan setiap warga negara Indonesia tinggal dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai Indonesia sehat, dalam Indonesia sehat diharapkan

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I

KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I KERANGKA ACUAN PROGRAM PELATIHAN GAWAT DARURAT (TRIASE) DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI I 1. PENDAHULUAN Puskesmas rawat inap merupakan organisasi fungsional dalam upaya kesehatan yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi Ibu/Bapak Yth, Saya dr. Helda J Siahaan, saat ini sedang menjalani pendidikan spesialis saraf di FK USU dan saat ini sedang melakukan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT

PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT PROTAP DAN SOP TRIASE DI UNIT GAWAT DARURAT/UGD RUMAH SAKIT I. PENGERTIAN Triase (Triage) adalah tindakan untuk memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Paradigma baru pelayanan kesehatan mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat 2.1.1. Pengertian Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna

Lebih terperinci

OPINI PUBLIK PELANGGAN TENTANG KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM PENINGKATAN HUNIAN KAMAR DI HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN

OPINI PUBLIK PELANGGAN TENTANG KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM PENINGKATAN HUNIAN KAMAR DI HOTEL GARUDA PLAZA MEDAN JURAL ILMU SOSIALFAKULTAS ISIPOL UMA ISS : 2085 0328 OPII PUBLIK PELAGGA TETAG KOMUIKASI OVERBAL DALAM PEIGKATA HUIA KAMAR DI HOTEL GARUDA PLAZA MEDA ina Siti Salmaniah Siregar 1, Hafiza venda 2 1 Email:

Lebih terperinci

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian

PENYAKIT TERMINAL PERBEDAAN ANAK DENGAN DEWASA DALAM MENGARTIKAN KEMATIAN, 1. Jangan berfikir kognitif dewasa dengan anak tentang arti kematian PENYAKIT TERMINAL PENGERTIAN Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum 2. Psikologi Sosial. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psiklgi Ssial Fakultas Prgram Studi Tatap Muka Kde MK Disusun Oleh Psiklgi Psiklgi 10 61017 Abstract Materi tentang sikap, prasangka, diskriminasi, agresi, atribusi, knfrmitas, skema,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION

KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION KOMUNIKASI EFEKTIF KOMUNIKASI TENTANG PASIEN KEPADA DPJP DENGAN METODE SBAR SITUATION BACKGROUND ASSESSMENT RECOMMEDATION No 1. 2. 3. 4. Jenis kegiatan Situation Mengidentifikasi diri, unit/ ruangan, Menyebutkan

Lebih terperinci

Stroke. 1. Apa itu Stroke?

Stroke. 1. Apa itu Stroke? Strke Hampir tiga ribu rang meninggal setiap tahunnya di Hng Kng akibat strke. Pada saat ini, penyakit ini merupakan penyakit keempat yang paling fatal di Hng Kng. Secara umum, kebanyakan penderita strke

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER

PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER PENGKAJIAN PRIMER DAN SEKUNDER A. Pengertian Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, perkembangan ekonomi (Renjith dan Jayakumari, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab utama kematian dan gangguan kesehatan yang semakin meningkat di dunia (Renjith dan Jayakumari, 2011). Dalam 3 dekade terakhir,

Lebih terperinci

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I Lampiran Surat Keputusan Direktur RSPP No. Kpts /B00000/2013-S0 Tanggal 01 Juli 2013 PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA 2 0 1 3 BAB I 0 DEFINISI Beberapa definisi Resusitasi Jantung

Lebih terperinci

ILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI)

ILM. 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI) 1. PMKP 3.1 Area Klinik- JCI International Library of Measures 1 Acute Myocardial Infarction (AMI) JUDUL ISDN Diterima Dalam Waktu 24 Jam Dari Kedatangan Ke Rumah Sakit Untuk Pasien Dengan Akut Miokard

Lebih terperinci

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.

Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A. Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk proses respirasi. Respirasi merupakan proses

Lebih terperinci

D LAM PENDI D D I I D K I A K N

D LAM PENDI D D I I D K I A K N PERSPEKTIF PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN PERSPEKTIF BEHAVIORISME PERSPEKTIF KOGNITIF PERSPEKTIF HUMANISME (FENOMENOLOGIS) PERSPEKTIF BEHAVIORISME (Thrndike dan Skinner) Perkembangan perilaku manusia akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pasien pre operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat

Lebih terperinci

nonfarmakologi misalnya, teknik

nonfarmakologi misalnya, teknik LAMPIRAN CATATAN PERKEMBANGAN Hari Pertama Hari/ tanggal/ Waktu Rabu, 20 Mei 2015 Pukul 09.00-10.30 No. Implementasi DX 1. 9. Mengkaji keluhan nyeri meliputi lokasi, karakteristik, awitan/durasi, frekuensi,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest

Lebih terperinci

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI

DEFINISI KOMUNIKASI UNSUR KOMUNIKASI. 1. Sumber/komunikator. 2. Isi pesan. 3. Media/saluran. 4. Penerima/komunikan ORGANISASI DEFINISI KOMUNIKASI Sebuah prses penyampaian pikiran atau infrmasi dari seserang kepada rang lain melalui suatu cara tertentu sehingga rang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud leh penyampai

Lebih terperinci

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI

BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI BAB V PERANCANGAN DAN PEMBANGUNAN MODEL KOMPETENSI 5.1 Kerangka Identitas MEDIOR 1. Dasar Pemikiran Kelmpk Media Olahraga (MEDIOR) merupakan anggta KKG (Kelmpk Kmpas Gramedia) yang bertujuan untuk ikut

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT Faisal Yunus Bagian Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI - RS Persahabatan Jakarta PENDAHULUAN Asma penyakit kronik saluran napas Penyempitan saluran napas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Kesehatan 1 mendefinisikan kesehatan sebagai: Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Pandeirot *, Fitria**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya nefrologi dan endokrinologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

WAKTU. Problem. Potensi Problem. Berpindah dari tindakan setelah kejadian ke tindakan sebelum kejadian. 1. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)

WAKTU. Problem. Potensi Problem. Berpindah dari tindakan setelah kejadian ke tindakan sebelum kejadian. 1. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) 1. FMEA (Failure Mde Effect Analysis) 1.1. Kenapa FMEA Mengacu pada sistem evlusi mutu yang terfkus pada sistem pencegahan (mengatasi masalah sebelum masalah tersebut terjadi), maka Teknlgi mutu yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci