GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA"

Transkripsi

1 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Jakata, 14 Desembe 2015 Kepada Yth. Paa Kepala Satuan Keja Peangkat Daeah/Unit Keja Peangkat Daeah (SKPD/UKPD) pemegang, pelaksana dan penanggung jawab Dokumen Pelaksana Anggaan (DPA) Tahun Anggaan 2016 Pemeintah Povinsi DKI Jakata di Jakata SURAT EDARAN NOMOR 64/SE/2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN (RKA) SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)/UNIT KERJA PERANGKAT DAERAH (UKPD) TAHUN ANGGARAN 2016 Bedasakan Pasal 89 ayat (1) dan ayat (2) Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 59 Tahun 2007 tentang Peubahan atas Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daeah dinyatakan bahwa bedasakan nota kesepakatan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Pioitas dan Plafon Anggaan Sementaa (PPAS) antaa Kepala Daeah dan Pimpinan DPRD, Tim Anggaan Pemeintah Daeah (TAPD) menyiapkan ancangan Suat Edaan KeRala Daeah tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD/UKPD sebagai acuan Kepala SKPD/UKPD dalam menyusun RKA SKPD. Bedasakan Kesepakatan antaa Gubenu Povinsi DKI Jakata dengan Pimpinan DPRD Povinsi DKI Jakata tentang KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016, dan dengan mengacu pad a Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006 sebagaimana telah bebeapa kali diu bah teakhi dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daeah seta Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaan Pendapatan dan Belanja Daeah Tahun Anggaan 2016, dengan ini dibeitahukan hal sebagai beikut : 1. Pogam/Kegiatan SKPD/UKPD didasakan pada Peatuan Daeah Nomo 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daeah (RPJMD) Povinsi DKI Jakata , dalam angka pecepatan upaya pencapaian Vis; Pemeintah Povinsi DKI Jakata yaitu "Jakata Bau, kota moden yang tetata api, menjadi tempat hunian yang layak dan manusiawi, memiliki masyaakat yang bekebudayaan, dan dengan pemeintahan yang beoientasi pad a pelayanan publik".

2 2 2. Paa Kepala SKPO/UKPO aga menyusun dan menginput RKA SKPO/UKPO Tahun Anggaan 2016 ke dalam sistem e-budgeting dengan alamat managedki.net, segea setelah penand~tanganan KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016 antaa Gubenu Povinsi OKI Jakata besama Pimpinan OPRO Povinsi OKI Jakata sampai dengan sebelum RAPBO disampaikan kepada OPRO Povinsi OKI Jakata. Oalam penyusunan RKA SKPO/UKPO Tahun Anggaan 2016 haus mengacu pada KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016 yang telah disepakati antaa Gubenu Povinsi OKI Jakata dan Pimpinan OPRO Povinsi OKI Jakata. Adapun pedoman teknis penyusunan RKA Tahun Anggaan 2016 tecantum dalam Lampian III Suat Edaan ini. 3. Stuktu anggaan sementaa pendapatan daeah, belanja daeah dan pembiayaan daeah yang tecantum pada KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016 yang telah disepakati, menjadi pagu tetinggi dalam penyusunan RKA sebagaimana tecantum dalam Lampian I Suat Edaan ini. 4. Alokasi plafon anggaan sementaa belanja langsung pe SKPO/UKPO seta pe pogam dan kegiatan bedasakan KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016 yang telah disepakati dan menjadi pagu tetinggi dalam penyusunan RKA sebagaimana tecantum dalam Lampian II Suat Edaan ini. 5. Ookumen KUA dan PPAS Tahun Anggaan 2016 yang telah disepakati dapat diunduh dai situs jakata.go.id, dan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi Badan Peencanaan Pembangunan Oaeah Povinsi OKI Jakata. 6. Standaisasi haga, kode ekening, komponen belanja dan kelompok belanja sebagai acuan dalam penyusunan dan input RKA Tahun Anggaan 2016 dapat diakses dai situs managedki.net, dan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Oaeah Povinsi OKI Jakata. 7. Kepala SKPO/UKPO betanggung jawab sepenuhnya secaa administasi, teknis dan fisik tehadap keseluuhan matei RKA Tahun Anggaan 2016 yang disusun dan diinput ke dalam sistem e-budgeting. Edaan ini untuk menjadi pehatian dan aga dilaksanakan dengan sebaikbaiknya dan penuh tanggung jawab. Tembusan: 1. Wakil Gubenu Povinsi OKI Jakata 2. Seketais Oaeah Povinsi OKI Jakata 3. Paa Asisten Sekda Povinsi OKI Jakata 4. Inspektu Povinsi OKI Jakata 5. Kepala Badan Peencanaan Pembangunan Oaeah Povinsi OKI Jakata 6. Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Oaeah Povinsi OKI Jakata

3 Lampian I : Suat Edaan Gubenu Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata Nomo 64/SE/2015 Tanggal 14 Desembe 2015 RINGKASAN KUA DAN PPAS TAHUN ANGGARAN 2016 NO URAIAN RAPBD PENDAPATAN DAERAH 4.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daeah Retibusi Daeah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daeah Yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Asli Daeah Yang Sah 4.2 DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 4.3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus JUMLAH PENDAPATAN 5 BELANJA DAERAH 5.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Povinsi! Kabupaten/Kota Dan Pemeintah Desa Belanja Tidak Teduga 5.2 BELANJA LANGSUNG JUMLAH BELANJA 39,322,613,624,142 32,010,000,000, ,000,000, ,000,000,000 5,722,613,624,142 13,867,897,878,000 13,867,897,878,000 5,019,818,553,000 2,244,419,882,000 2,775,398,671,000 58,210,330,055,142 24,517,118,781,159 17,939,205,370,902 30,000,000,000 1,612,726,275,800 1,990,479,055,395 2,524,446,425,000 1,818,003, ,443,650,103 34,583,949,596,072 59,101,068,377,232

4 2 NO URAIAN RAPBD PEMBIAYAAN DAERAH 6.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Sisa Lebih Pehitungan Anggaan Tahun Anggaan Sebelumnya 7,933,425,813, Peneimaan Pinjaman Daeah JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 6.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN Penyetaan Modal (Investasi) Pemeintah Daeah 229,931,508,600 8,163,357,322,090 7,272,619,000,000 - PT MRT Jakata - PT Jakata Popetindo - PD PAL Jaya - PT Bank DKI - PD Dhama Jaya - PT Tanspotasi Jakata - PD Pasa Jaya Pembayaan Pokok Utang JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembiayaan Total Suplus/(Defisit) TOTAL APBD 2,282,619,000,000 2,950,000,000, ,000,000, ,000,000,000 50,000,000, ,000,000, ,000,000,000 7,272,619,000, ,738,322,090 (890,738,322, ,373,687,377,232 1(/8. ub~nu Povinsi Daeah Khusus 'Z:~lnukota Jakata, ~-~l '\./. ')X" <,'\, " ~.. \' I,'. 'I \ '.~. 7 "LA;,'(,'-. (.'./!...vl' /.,,"JJ '"2'::;-;7f'\;;~'suki ->..':.;~,:,. ~.~ T. Punama

5 URUSAN SKPD 1.07/ Pehubungan : Unit Pengelola Pengujian Kendaaan Bemoto Kedaung Angke PLAFON NOM OR PROGRAM I KEGIATAN ANGGARAN SEMENTARA (Rp) PROGRAM PENGEMBANGAN DATAIINFORMASI SKPD URUSAN PERHUBUNGAN Pembuatan Sisten UP PKB Kedaung Angke TOTAL :12:23 lampian II SE Gubenu Povinsi OKI Jakata Halaman dan 1.177

6 Lampian III Suat Edaan Gubenu Povinsi Daeah Khusus Ibukota Jakata Nomo 64/SE/2015 Tanggal 14 Desembe 2015 PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RKA SKPD/UKPD DAN PPKD ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH TAHUN Pendapatan Daeah Pendapatan daeah yang dianggakan dalam APBD Tahun Anggaan 2016 meupakan pekiaan yang teuku secaa asional dan memiliki kepastian seta dasa hukum peneimaannya. a. Pendapatan Asli Daeah (PAD) Penganggaan pendapatan daeah yang besumbe dai PAD mempehatikan hal-hal sebagai beikut : 1) Penganggaan pajak daeah dan etibusi daeah: a) Peatuan daeah tentang pajak daeah dan etibusi daeah bepedoman pad a Undang-Undang Nomo 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daeah dan Retibusi Daeah' dan Peatuan Pemeintah Nomo 97 Tahun 2012 tentang Retibusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retibusi Pepanjangan Izin Menpekejakan Tenaga Keja Asing. b) Penetapan taget pajak daeah dan etibusi daeah haus didasakan pad a data potensi pajak daeah dan etibusi daeah yang dimiliki seta mempehatikan pekiaan petumbuhan ekonomi pada tahun 2016 yang bepotensi tehadap taget pendapatan pajak daeah dan etibusi daeah seta ealisasi peneimaan pajak daeah dan etibusi daeah tahun sebelumnya. SKPD/UKPD melakukan upaya peningkatan pendapatan daeah yang besumbe dai pajak daeah dan etibusi daeah, mengingat ten encana peneimaan pajak daeah dan etibusi daeah selama 5 tahun mulai dai Tahun Anggaan 2011 sampai dengan Tahun Anggaan 2015 selalu meningkat. c) Dalam angka mengoptimalkan pendapatan daeah yang besunbe dai pajak daeah dan etibusi daeah, Pemeintah Daeah haus melakukan kegiatan penghimpunan data obyek dan subyek pajak daeah dan etibusi daeah, penentuan besanya pajak daeah dan etibusi daeah yang tehutang sampai dengan kegiatan penagihan pajak daeah dan etibusi daeah kepada wajib pajak daeah dan etibusi daeah seta pengawasan penyetoannya. d) Pendapatan yang besumbe dai Pajak Rokok, baik bag ian povinsi maupun bag ian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh pe seatus) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyaakat dan penegakan hukum oleh apaat yang bewenang sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomo 28 Tahun e) Pendapatan yang besumbe dai Pajak Peneangan Jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan peneangan jalan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 ayat (3) Undang- Undang Nomo 28 Tahun 2009.

7 2 f) Pendapatan yang besumbe dai Retibusi Pepanjangan Izin Mempekejakan Tenaga Keja Asing dialokasikan untuk mendanai penebitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan hukum, penatausahaan, biaya dampak negatif dai pepanjangan Izin Mempekejakan Tenaga Keja Asing, dan kegiatan pengembangan keahlian dan keteampilan tenaga keja lokal dan diatu dalam peatuan daeah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peatuan Pemeintah Nomo 97 Tahun g) Pendapatan yang besumbe dai Retibusi Pengendalian Lalu Lintas dialokasikan untuk mendanai peningkatan kineja lalu Iintas dan peningkatan pelayanan angkutan umum sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 9 Peatuan Pemeintah Nomo 97 Tahun h) Retibusi pelayanan kesehatan yang besumbe dai hasil klaim kepada Badan Penyelenggaa Jaminan Sosial (BPJS) yang diteima oleh Satuan Keja Peangkat Daeah (SKPD) atau Unit Keja pada SKPD yang belum meneapkan Pola Pengelolaan Keuangan-Badan Layanan Umum Daeah (PPK-BLUD), dianggakan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan PAD, jenis pendapatan Retibusi Daeah, obyek pendapatan Retibusi Jasa Umum, incian obyek pendapatan Retibusi Pelayanan Kesehatan. 2) Penganggaan hasil pengelolaan kekayaan daeah yang dipisahkan mempehatikan asionalitas dengan mempehitungkan nilai kekayaan daeah yang dipisahkan dan mempehatikan peolehan manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya dalam jangka waktu tetentu, dengan bepedoman pada Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Daeah. Pengetian asionalitas dalam konteks hash pengelolaan kekayaan daeah yang dipisahkan: a) Bagi Peusahaan Daeah yang menjalankan fungsi pemupukan laba (pofit oiented) adalah mampu menghasilkan keuntungan atau deviden dalam angka meningkatkan PAD; dan b) Bagi Peusahaan Daeah yang menjalankan fungsi kemanfaatan umum (public sevice oiented) adalah mampu meningkatkan baik kualitas maupun cakupan layanan dalam angka meningkatkan kesejahteaan masyaakat. 3) Penganggaan Lain-lain PAD Yang Sah: a) Pendapatan hasil pengelolaan dana beguli sebagai salah satu bentuk investasi jangka panjang non pemanen, dianggakan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-lain PAD Yang Sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana Beguli, incian obyek hasil pengelolaan Dana Beguli, incian obyek HasH Pengelolaan Dana Beguli dai Kelompok Masyaakat Peneima. b) Pendapatan bunga atau jasa gio dianggakan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah, obyek Bunga atau Jasa Gio, incian obyek Bunga atau Jasa Gio sesuai peuntukannya. c) Pendapatan bunga atau jasa gio dai dana cadangan menambah pokok dana cadangan sesuai dengan Peatuan Daeah Nomo 10 Tahun 1999 tentang Dana Cadangan Daeah.

8 3 d) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Petama (FKTP) milik pemeintah daeah yang belum meneapkan PPK-BLUD mempedomani Peatuan Pesiden Nomo 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemeintah Daeah dan Suat Edaan Mentei Dalam Negei Nomo 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 Hal Petunjuk Teknis Penganggaan, Pelaksanaan dan Penatausahaan seta Petanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada FKTP Milik Pemeintah Daeah. e) Pendapatan atas denda pajak daeah. dan etibusi daeah dianggakan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis Lain-Lain PAD Yang Sah dan diuaikan ke dalam obyek dan incian obyek sesuai kode ekening bekenaan. b. Dana Peimbangan Penganggaan pendapatan daeah yang besumbe dai pendapatan peimbangan mempehatikan hal-hal sebagai beikut: 1) Penganggaan Dana 13agi Hasil (DBH): a) Pendapatan dai DBH-Pajak yang tedii atas DBH-Pajak Bumi dan Bangunan (DBH-PBB) selain PBB Pekotaan dan Pedesaan, dan DBH-Pajak Penghasilan (DBH-PPh) dianggakan sesuai Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaan 2016 dan dengan mempehatikan pekembangan ealisasi pendapatan DBH Pajak selama 3 (tiga) tahun teakhi. Apabila Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Pea{uan Mentei Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaan 2016 belum ditetapkan, penganggaan pendapatan dai DBH-Pajak didasakan pada: (1) Realisasi pendapatan DBH-Pajak 3 (tlga) tahun teakhi yaltu Tahun Anggaan 2014, Tahun Anggaan 2013 dan Tahun Anggaan 2012; atau (2) Infomasi esmi dai Kementeian Keuangan mengenai dafta alokasi tansfe ke daeah Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi DBH-Pajak Tahun Anggaan 2016 tedapat peubahan dan ditetapkan setelah Peatuan Daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi DBH Pajak dimaksud pada Peatuan Daeah tentang Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam Lapoan Realisasi Anggaan (LRA) bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada pimpinan DPRD. b) Pendapatan Dana Bagi Hasil Sumbe Daya Alam (DBH-SDA), yang tedii dai DBH-Peikanan, DBH-Minyak Bumi, DBH-Gas Bumi dianggakan sesuai Peatuan Pesiden mengenai Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA Tahun Anggaan 2016.

9 4 Apabila Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai alokasi DBH-SDA Tahun Anggaan' 2016 belum ditetapkan, penganggaan pendapatan dai DBH-SDA didasakan pada: (1) Realisasi pendapatan DBH-SDA 3 (tiga) tahun teakhi, yaitu Tahun Anggaan 2014, Tahun Anggaan 2013 dan Tahun Anggaan 2012, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak stabilnya haga dan hasil poduksi (lifting) minyak bumi dan gas bumi Tahun Anggaan 2016, setadengan mempehatikan adanya pengalihan penyelenggaaan uusan pemeintahan sebagaimana diatu dalam Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2014 tentang Pemeintahan Daeah; atau (2) Infomasi esmi dai Kementeian Keuangan mengenai dafta alokasi tansfe ke daeah Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi DBH-SDA dilua Dana Reboisasi yang meupakan bagian dai DBH Kehutanan tedapat peubahan dan ditetapkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi DBH-SDA dimaksud pada peatuan daeah tentang Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan Apabila tedapat pendapatan lebih DBH-SDA dilua Dana Reboisasi Tahun Anggaan 2016 sepeti pendapatan kuang salu tahun-tahun sebelumnya atau selisih pendapatan Tahun Anggaan 2015, pendapatan lebih tesebut dianggakan dalam peatuan daeah tentang Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016, untuk selanjutnya dibeitahukan kepada Pimpinan DPRD. Pelaksanaan ehabilitasi hutan dan lahan oleh Pemeintah Kabupaten/Kota tesebut dilakukan sampai beakhinya Tahun Anggaan 2016 sesuai Suat Edaan Mentei Dalam Negei Nomo 120/253/SJ tanggal 16 Januai 2015 tentang Penyelenggaaan Uusan Peneintilhan Setelah Ditetapkannya Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2014 Pendapatan yang beasal dai DBH-Migas wajib dialokasikan untuk menambah anggaan pendidikan dasa yang besaannya adalah 0,5% (no 1 kona lima pe seatus) dai total DBH Migas sebagainana diamanatkan dalan Pasal 25 Peatuan Pemeintah Nomo 55 Tahun 2005 tentang Dana Peimbangan. 2) Penganggaan Dana Alokasi Umum (DAU): Penganggaan DAU sesuai dengan Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden dimaksud belum ditetapkan, maka penganggaan DAU didasakan pada alokasi DAU daeah povinsi, kabupaten dan kota Tahun Anggaan 2016 yang diinfomasikan secaa esmi oleh Kementeian Keuangan.

10 5 Apabila Peatuan Pesiden atau infomasi esmi oleh Kementeian Keuangan dimaksud belum ditebitkan, maka penganggaan DAU didasakan pada alokasi DAU Tahun Anggaan Apabila Peatuan Pesiden atau infomasi esmi oleh Kementeian Keuangan ditebitkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi DAU dimaksud pada peatuan daeah tentang Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan ) Penganggaan Dana Alokasi Khusus (OAK): OAK dan/atau OAK Tambahan dianggakan sesuai Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi OAK Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi OAK Tahun Anggaan 2016 belum ditetapkan, maka penganggaan OAK didasakan pada alokasi OAK daeah povinsi dan kabupaten/kota Tahun Anggaan 2016 yang diinfomasikan secaa esmi oleh Kementeian Keuangan, setelah Rancangan Undang-Undang tentang APBN Tahun Anggaan 2016 disetujui besama antaa Pemeintah dan OPR-RI. Apabila Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi Dana Alokasi Khusus Tahun Anggaan 2016 tesebut ditebitkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi Dana Alokasi Khusus dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan OPRO. Penyediaan dana pendamping atau sebutan lainnya hanya dipekenankan untuk kegiatan yang telah diwajibkan oleh peatuan peundang-undangan. c. Lain-Lain Pendapatan Daeah Yang Sah Penganggaan pendapatan daeah yang besumbe dai Lain-Lain Pendapatan Daeah Yang Sah mempehatikan hal-hal sebagai beikut: 1) Penganggaan Dana Bantuan Opeasional Sekolah (BOS) dialokasikan sesuai dengan Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Opeasional Sekolah Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Opeasional Sekolah Tahun Anggaan 2016 belum ditetapkan, penganggaaan dana BOS tesebut didasakan pada alokasi dana BOS Tahun Anggaan 2015.

11 6 Apabila Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Bantuan Opeasional Sekolah Tahun Anggaan 2016 tesebut ditebitkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi Dana BOS dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD. 2) Penganggaan Tunjangan Pofesi Guu (TPG) dialokasikan sesuai dengan Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Pofesi Guu Pegawai Negei Sipil Daeah Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan F'ofesi Guu Pegawai Negei Sipil Daeah Tahun Anggaan 2016 belum ditetapkan, penganggaaan TPG tesebut didasakan pada alokasi TPG Tahun Anggaan 2015 dengan mempehatikan ealisasi Tahun Anggaan 2014Apabila Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Pofesi Guu Pegawai Negei Sipil Daeah Tahun Anggaan 2016 tesebut ditebitkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi TPG dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD. 3) Penganggaan Dana Tansfe lainnya dialokasikan sesuai dengan Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tansfe lainnya Tahun Anggaan Apabila Peatuan Pesiden mengenai Rincian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Pedoman Umum dan Alokasi Dana Tansfe lainnya Tahun Anggaan 2016 tesebut ditebitkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi Dana Tansfe lainnya dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD.

12 7 Pendapatan Pemeintah Povinsi/Kabupaten/Kota yang besumbe dai dana tansfe lainnya, penggunaannya haus bepedoman pada masing-masing Peatuanl Petunjuk Teknis yang melandasi peneimaan dana tansfe lainnya dimaksud.. 4) Pendapatan daeah yang besumbe dai bantuan keuangan, baik yang besifat umum maupun besifat khusus yang diteima dai pemeintah povinsi atau pemeintah kabupaten/kota lainnya dianggakan dalam APBD peneima bantuan, sepanjang sudah dianggakan dalam APBD pembei bantuan. Apabila pendapatan daeah yang besumbe dai bantuan keuangan besifat umum tesebut diteima setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan dimaksud pada peatuan daeah tentang Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan Apabila pendapatan daeah yang besumbe dai bantuan keuangan besifat khusus tesebut diteima setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan alokasi bantuan keuangan besifat khusus dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016, untuk selanjutnya dibeitahukan kepada Pimpinan DPRD. 5) Penganggaan pendapatan hi bah yang besumbe dai pemeintah, pemeintah daeah lainnya atau pihak ketiga, baik dai badan, lembaga, oganisasi swasta dalam negei/lua negei, kelompok masyaakat maupun peoangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaan atau penguangan kewajiban pihak ketiga atau pembei hibah, dianggakan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud. Untuk kepastian penclapatan hibah yang besumbe dai pemeintah daeah lainnya tesebut didasakan pada pejanjian hibah antaa kepala daeah/pejabat yang dibei kuasa selaku pembei dengan kepala daeah/pejabat yang dibei kuasa selaku peneima, sedangkan untuk peneimaan hibah yang besumbe dai pihak ketiga juga didasakan pada pejanjian hibah an\aa pihak ketiga selaku pembei dengan kepala daeah/pejabat yang dibei kuasa selaku peneima. 6) Penganggaan pendapatan yang besumbe dai sumbangan pihak ketiga, baik dai baclan, lembaga, oganisasi swasta dalam negei, kelompok masyaakat maupun peoangan yang tidak mengikat dan tidak mempunyai konsekuensi pengeluaan atau penguangan kewajiban pihak ketiga atau pembei sumbangan, dianggakan dalam APBD setelah adanya kepastian pendapatan dimaksud. Dai aspek teknis penganggaan, pendapatan tesebut di atas dianggakan pada akun pendapatan, kelompok pendapatan lain-lain Pendapatan Daeah Yang Sah, dan diuaikan ke dalam jenis, obyek dan incian obyek pendapatan sesuai kode ekening bekenaan.

13 8 7) Dalam hal pemeintah daeah mempeoleh dana dauat dai pemeintah dianggakan pada akun pendapatan, kelompok Lain- lain Pendapatan Daeah Yang Sah, dan diuaikan ke dalam jenis, obyek dan ineian obyek pendapatan Dana Dauat. Dana dauat dibeikan pada tahap pasea beneana untuk mendanai pebaikan fasilitas umum untuk melayani masyaakat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 296 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomo 23 Tahun Pendapatan dana dauat dapat dianggakan sepanjang sudah ditebitkannya PeatLJan Pesiden mengenai ineian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai Alokasi Dana Dauat Tahun Anggaan Dalam hal Peatuan Pesiden mengenai incian APBN Tahun Anggaan 2016 atau Peatuan Mentei Keuangan mengenai alokasi Dana Dauat Tahun Anggaan 2016 ditetapkan setelah peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 ditetapkan, maka pemeintah daeah haus menyesuaikan aloka'si dana dauat dimaksud dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya ditampung dalam peatuan daeah tentang peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi pemeintah daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan telebih dahulu melakukan peubahan peatuan kepala daeah tentang penjabaan APBD Tahun Anggaan 2016 dengan pembeitahuan kepada Pimpinan DPRD. B. Pendapatan daeah diinci menuut uusan pemeintah daeah, oganisasi, kelompok, jenis, obyek, dan incian obyek pendapatan sebagaimana Lampian Il.a 2. Belanja Daeah Bedasakan Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2014, belanja daeah digunakan untuk pelaksanaan uusan pemeintahan konkuen yang menjadi kewenangan daeah yang tedii atas uusan pemeintahan wajib dan uusan pemeintahan pili han. Belanja daeah tesebut dipioitaskan untuk mendanai uusan pemeintahan wajib tekait pelayanan dasa yan'g ditetapkan dengan standa pelayanan minimal seta bepedoman pada standa teknis dan haga satuan egional sesuai dengan ketentuan peatuan peundang- undangan. Belanja daeah untuk uusan pemeintahan wajib yang tidak tekait dengan pelayanan dasa dan uusan pemeintahan pili han bepedoman pada analisis standa belanja dan stan da haga satuan egional. Uusan pemeintahan wajib yang bekaitan dengan pelayanan dasa meliputi: (a) pendidikan, (b) kesehatan, (c) pekejaan umum dan penataan uang, (d) peumahan akyat dan kawasan pemukiman, (e) ketentaman, ketetiban umum, dan pelindungan masyaakat, dan (f) sosial. Uusan Pemeintahan Wajib yang tidak bekaitan dengan pelayanan dasa meliputi: (a) tenaga keja, (b) pembedayaan peempuan dan pelindungan anak, (e) pangan, (d) petanahan, (e) lingkungan hidup, (f) administasi kependudukan dan pencatatan sipil, (g) pembedayaan masyaakat dan desa, (h) pengendalian penduduk dan keluaga beencana, (i) pehubungan, (j) komunikasi dan infomatika, (k) kopeasi, usaha kecil, dan menengah,(i) penanaman modal, (m) kepemudaan dan olahaga, (n) statistik, (0) pesandian, (p) kebudayaan, (q) pepustakaan, dan () keasipan. Uusan pemeintahan pili han meliputi: (a) kelautan dan peikanan, (b) paiwisata, (c) petanian, (d) kehutanan, (e) enegi dan sumbe daya mineal, (f) pedagangan, (g) peindustian, dan (h) tansmigasi.

14 9 Pemeintah daeah menetapkan taget capaian kineja setiap belanja, baik dalam konteks daeah, satuan keja peangkat daeah, maupun pogam dan kegiatan, yang betujuan untuk meningkatkan akuntabilitas peencanaan anggaan dan mempejelas efektifitas dan efisiensi penggunaan anggaan. Pogam dan kegiatan haus membeikan infomasi yang jelas dan teuku seta memiliki koelasi langsung dengan keluaan yang dihaapkan dai pogam dan kegiatan dimaksud ditinjau dai aspek indikato, tolok uku dan taget kinejanya. a. Belanja Tidak Langsung Penganggaan belanja tidak lang sung mempehatikan hal-hal sebagai beikut: 1) Belanja Pegawai a) Penganggaan untuk gaji pokok dan tunjangan Pegawai Negei Sipil Daeah (PNSD) disesuaikan dengan ketentuan peatuan peundangundangan seta mempehitungkan encana kenaikan gaji pokok dan tunjangan PNSD seta pembeian gaji ketiga belas. b) Penganggaan belanja pegawai untuk kebutuhan pengangkatan Calon PNSD sesuai fomasi pegawai Tahun c) Penganggaan belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji bekala, kenaikan pang kat, tunjangan keluaga dan mutasi pegawai dengan mempehitungkan acess yang besanya maksimum 2,5% (dua koma lima pe seatus) dai jumlah belanja pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan. d) Penganggaan penyelenggaaan jaminan kesehatan bagi Kepala DaeahlWakil Kepala Daeah, Pimpinan dan Anggota DPRD seta PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaan 2016 dengan mempedomani Undang-Undang Nomo 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomo 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaa Jaminan Sosial (BPJS) dan Peatuan Pesiden Nomo 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peatuan Pesiden Nomo 111 Tahun 2013 tentang Peubahan Atas Peatuan Pesiden Nomo 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. Tekait dengan hal tesebut, penyediaan anggaan untuk pengembangan cakupan penyelenggaaan jaminan kesehatan bagi Kepala DaeahlWakil Kepala Daeah, Pimpinan dan Anggota DPRD seta PNSD di lua cakupan penyelenggaaan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak dipekenankan dianggakan dalam APBD. e) Penganggaan penyelenggaaan jaminan kecelakaan keja dan kematian bagi Kepala Daeah/Wakil Kepala Daeah, Pimpinan dan Anggota DPRD seta PNSD dibebankan pada APBD dengan mempedomani Undang Undang Nomo 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomo 24 Tahun 2011, Peatuan Pemeintah Nomo 84 Tahun 2013 tentang Peubahan Kesembilan Atas Peatuan Pemeintah Nomo 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaaan Pogam Jaminan Sosial Tenaga Keja dan Peatuan Pesiden Nomo 109 Tahun 2013 tentang Penahapan Kepesetaan Pogam Jaminan Sosial.

15 10 f) Penganggaan Tambahan Penghasilan PNSO haus mempehatikan kemampuan keuangan daeah dengan pesetujuan OPRO sesuai amanat Pasal 63 ayat (2) Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun Kebijakan dan penentuan kiteianya ditetapkan telebih dahulu dengan peatuan kepala daeah sebagaimana diatu dalam Pasal 39 Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 21 Tahun g) Penganggaan Insentif Pemungutan Pajak Oaeah dan Retibusi Oaeah mempedomani Peatuan Pemeintah Nomo 69 Tahun 2010 tentang Tata Caa Pembeian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Oaeah dan Retibusi Oaeah. h) Tunjangan pafesi guu PNSO dan dana tambahan penghasilan guu PNSO yang besumbe dai APBN Tahun Anggaan 2016 melalui dana tansfe ke daeah dianggakan' dalam APBO pada jenis belanja pegawai, dan diuaikan ke dalam obyek dan incian obyek belanja sesuai dengan kode ekening bekenaan. 2) Belanja Bunga Bagi daeah yang belum memenuhi kewajiban pembayaan bunga pinjaman, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang supaya dianggakan pembayaannya dalam APBO Tahun Anggaan ) Belanja Subsidi Pemeintah daeah dapat menganggakan belanja subsidi kepada peusahaan/lembaga tetentu yang menyelenggaakan pelayanan publlk, antaa lain dalam bentuk penugasan pelaksanaan Kewajiban Pelayanan Umum (Public Sevice Obligation). Belanja Subsidi tesebut hanya dibeikan kepada peusahaan/lembaga tetentu aga haga jual dai hasil paduksinya tejangkau oleh masyaakat yang daya belinya tebatas. Peusahaanl lembaga tetentu yang dibei subsidi tesebut menghasilkan poduk yang meupakan kebutuhan dasa dan menyangkut hajat hidup oang banyak. Sebelum belanja subsidi tesebut dianggakan dalam APBO Tahun Anggaan 2016, peusahaan/lembaga peneima subsidi haus telebih dahulu dilakukan audit sesuai dengan ketentuan pemeiksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negaa sebagaimana diatu dalam Pasal 41 Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 21 Tahun ) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial Penganggaan belanja hibah dan bantuan sosial yang besumbe dai APBO mempedomani peatuan kepala daeah yang telah disesuaikan dengan Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang- Un dang Nomo 23 Tahun 2014 dan Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembeian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Besumbe dai APBO, sebagaimana telah diubah dengan Peatuan Mentei Oalam Negei Nomo 39 Tahun 2012 tentang Peubahan Atas Peatuan Mentei OalamNegei Nomo 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pembeian Hibahdan Bantuan Sosial Yang Besumbe dai APBO, seta peatuan peundangundangan lain di bidang hibah dan bantuan sosial. (

16 5) Belanja Bagi Hasil Pajak 11 a) Penganggaan dana Bagi. Hasil Pajak Daeah yang besumbe dai pendapatan pemeintah povinsi kepada pemeintah kabupaten/kota haus mempedomani Undang-Undang Nomo 28 Tahun Tata caa penganggaan dana bagi hasil pajak daeah tesebut haus mempehitungkan encana pendapatan pajak daeah pada Tahun Anggaan 2016, sedangkan pelampauan taget Tahun Anggaan 2015 yang belum diealisasikan kepada pemeintah kabupaten/kota ditampung dalam Peubahan APBD Tahun Anggaan 2016 atau dicantumkan dalam LRA bagi Pemeintah Daeah yang tidak melakukan Peubahan APBD Tahun Anggaan b) Penganggaan dana bagi hasil yang besumbe dai etibusi daeah dilaang untuk dianggakan dalam APBD Tahun 2016 sebagaimana maksud Pasal 94 Undang-Undang Nomo 28 Tahun 2009 dan Pasal 18 ayat (2) Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun c) Dalam angka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huuf c dan ayat (3) Undang-Undang Nomo 6 Tahun 2014 dan Pasal 97 Peatuan Pemeintah Nomo 43 Tahun 2014, pemeintah kabupaten/kota menganggakan belanja Bagi Hasil Pajak Daeah dan Retibusi Daeah kepada pemeintah desa paling sedikit 10% (sepuluh pe seatus) dai pajak daeah dan etibusi daeah kabupaten/kota. d) Dai aspek teknis penganggaan, pendapatan Bagi Hasil Pajak Daeah dai pemeintah povinsi untuk pemeintah kabupaten/kota dan pendapatan Bagi Hasil Pajak Daeah dan Retibusi Daeah dai pemeintah kabupaten/ kota untuk pemeintah desa dalam APBD haus diuaikan ke dalam dafta nama pemeintah kabupaten/kota dan pemeintah desa selaku peneima sebagai incian obyek peneima bagi hasil pajak daeah dan etibusi daeah sesuai kode ekening bekenaan. 6) Belanja Bantuan Keuangan a) Belanja bantuan keuangan dai pemeintah daeah kepada pemeintah daeah lainnya dapat dianggakan dalam APBD sesuai dengan kemampuan keuangan daeah setelah alokasi belanja yang diwajibkan oleh peatuan peundang-undangan dipenuhi oleh pemeintah daeah dalam APBD Tahun Anggaan Belanja bantuan keuangan tesebut, haus didasakan pada petimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan uusan pemeintahan daeah yang tidak tesedia alokasi dananya dan/atau meneima manfaat dai pembeian bantuan keuangan tesebut, seta dalam angka kejasama anta daeah sesuai kemampuan keuangan masing-masing daeah. Pembeian bantuan keuangan dapat besifat umum dan besifat khusus. Bantuan keuangan yang besifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan fomula antaa lain vaiabel: pendapatan daeah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peatuan kepala daeah. Bantuan keuangan yang besifat khusus digunakan untuk membantu capaian kineja pogam pioitas pemeintah daeah peneima bantuan keuangan sesuai dengan uusan pemeintahan yang menjadi kewenangan peneima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang besifat khusus ditetapkan telebih dahulu oleh pembei bantuan.

17 12 b) Bantuan keuangan kepada patai politik haus dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaan 2016 dan dianggakan pada jenis belanja bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada patai politik dan incian obyek belanja nama patai politik peneima bantuan keuangan. Besaan penganggaan bantuan keuangan kepada patai politik bepedoman kepada Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Caa Penghitungan, Penganggaan Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluan, dan Lapoan Petanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Patai Politik sebagaimana telah diubah dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 26 Tahun 2013 tentang Peubahan Atas Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Caa Penghitungan, Penganggaan Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluan, dan Lapoan Petanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Patai Politik. c) Dalam angka pelaksanaan Pasal 72 ayat (1) huuf b dan ayat (2) Undang-Undang Nomo 6 Tahun 2014 dan Pasal 95 Peatuan Pemeintah Nomo 43 Tahun 2014, pemeintah kabupaten/kota haus menganggakan alokasi dana untuk desa dan desa adat yang diteima dai APBN dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemeintah desa dalam APBD kabupaten/kota Tahun Anggaan 2016 untuk membiayai penyelenggaaan pemeintahan, pembangunan seta pembedayaan masyaakat, dan kemasyaakatan. Selain itu, pemeintah kabupaten/kota haus menganggakan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pemeintah desa dalam jenis belanja bantuan keuangan kepada pemeintah desa paling sedikit 10% (sepuluh pe seatus) dai dana peimbangan yang diteima oleh kabupaten/kota dalam APBD Tahun Anggaan 2016 setelah dikuangi OAK sebagaimana diatu dalam Pasal 72 ayat (4) dan ayat (6) Undang Undang Nomo 6 Tahun 2014 dan Pasal 96 Peatuan Pemeintah Nomo 43 Tahun Selanjutnya, pemeintah povinsi dan kabupaten/kota dapat membeikan bantuan keuangan lainnya kepada pemeintah desa, sebagaimana diatu dalam Pasal 72 ayat (1) huuf e Undang-Undang Nomo 6 Tahun 2014 dan Pasal 98 Peatuan Pemeintah Nomo43 Tahun Dai aspek teknis penganggaan, dalam APBD pembei bantuan keuangan, belanja bantuan keuangan tese but haus diuaikan dafta nama pemeintah daeah/desa selaku peneima bantuan keuangan sebagai incian obyek peneima bantuan keuangan sesuai kode ekening bekenaan. 7) Belanja Tidak Teduga Penganggaan belanja tidak teduga dilakukan secaa asional dengan mempetimbangkan ealisasi Tahun Anggaan 2015 dan kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat dipediksi sebelumnya, dilua kendali dan pengauh pemeintah daeah. Belanja tidak teduga meupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak dihaapkan tejadi beulang, sepeti kebutuhan tanggap dauat bencana, penanggulangan bencana alam dan bencana sosial, dana pendamping OAK yang tidak tetampung dalam bentuk pogam dan kegiatan pada Tahun Anggaan 2016, temasuk pengembalian atas kelebihan peneimaan daeah tahun-tahun sebelumnya. \

18 13 5) Suplus/Defisit APBD a) Suplus atau defisit APBD adalah selisih antaa anggaan pendapatan daeah dengan anggaan belanja daeah. b) Dalam hal APBD dipekiakan suplus, dapat digunakan untuk pembiayaan pembayaan cicilan pokok utang yang jatuh tempo, penyetaan modal (investasi) daeah, pembentukan dana cadangan, dan/atau pembeian pinjaman kepada pemeintah pusatlpemeintah daeah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial tesebut diwujudkan dalam bentuk pogam dan kegiatan pelayanan dasa masyaakat yang dianggakan pada SKPD yang secaa fungsional tekait dengan tugasnya melaksanakan pogam dan kegiatan tesebut. c) Dalam hal APBD dipekiakan defisit, pemeintah daeah menetapkan peneimaan penbiayaan untuk. menutup defisit tesebut, yang besunbe dai sisa lebih pehitungan anggaan tahun anggaan sebelumnya, pencaian dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daeah yang dipisahkan, peneimaan pinjaman, dan/atau peneimaan kembali pembeian pinjaman atau peneinaan piutang. d) Dalam penyusunan peencanaan penganggaan dan pembahasandalam hal ini KUA dan PPAS antaa Kepala Daeah dengan DPRD pada bulan Juni-Juli 2Q15 tekait dengan Belanja pelu pinsip kehati-hatian (pudential) bagi Peneintah Daeah. Hal ini pelu dikaitkan dengan penyusunan asunsi kebijakan, petumbuhan ekonomi dan poyeksi pendapatan seta kondisi ekonomi mako daeah, dengan wajib mempedomani penetapan batas maksinal defisit APBD Tahun Anggaan 2016 yang ditetapkan oleh Mentei Keuangan, dan nelapokan posisi suplus/defisit APBD kepada Mentei Dalan Negei dan Mentei Keuangan setiap semeste sesuai maksud Pasal 106 ayat (1) Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun 2005 dan Pasal 57 ayat (2) Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006, sebagaimana diu bah bebeapa kali teakhi dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 21 Tahun Dalam kaitan itu, sedapat mungkin Pemeintah menghindai Belanja melampaui batas defisit dipekenankan olel1 ketentuan tesebut di atas. Daeah APBD haus yang e) Dalam hal pemeintah daeah melakukan pinjaman, maka Pemeintah Daeah wajib mempedomani penetapan batas maksimal jumlah kumulatif pinjaman daeah yang ditetapkan oleh Mentei Keuangan. 3. Pembiayan Daeah a. Peneimaan Pembiayaan 1) Penganggaan Sisa Lebih Pehitungan Anggaan Tahun Sebelumnya (SiLPA) haus didasakan pada penghitungan yang cemat dan asional dengan mempetimbangkan pekiaan ealisasianggaan Tahun Anggaan 2015 dalam angka menghindai kemungkinan adanya pengeluaan pada Tahun Anggaan 2016 yang tidak dapat didanai akibat tidak tecapainya SiLPA yang diencanakan. Selanjutnya SiLPA dimaksud haus diuaikan pada obyek dan incian obyek sumbe SiLPA Tahun Anggaan 2015, sebagaimana contoh fomat sebagai beikut : (

19 Tabel3 Uaian SiLPA Tahun Anggaan Sebelumnya Tabel Uaian SiLPA Tahun Anggaan Sebelumnya ~-- Kode Rekening Uaian J(~~)h x I x _.I-.-.~-.I--1-- _SiLF.'~fa'h.-~.'n-Anggaan-S-e-be-'.~~~ia~_-'_ '_-_-~ :_._--_-~._.. -_--_--_-_-=: _X.J x.. _xi~1_ Pelampau~':'.P~neimaan PAD.~ I_~: ~.~~-+*-~~,~L~~,~a~ah. 1 1,:1 :-I;~~- -~~ '~-:~iilb~:~~i:;::n K-ekayaanDaeahYang til~t~ ~~~-~-~~","oo,'m,,"0=.~~~ ~-=~---~-.~----i Peimbangan x I x I x I Bagi HasH Pajak x! x I~?~...o~~9_i_H_a:!~~'~/\' f-- ~~.0.2= _o~l-clst._._- ~~~-_-==_~-,_---I x 03 +Pelampauan Peneimaan Lain-lain PD Yangj "" O""om'K""'"'lu I _l Sh : ~:. ~~ :: ~"",",,,",,," +- ~--~:;;;"'m'"'' "''"I' ","M'''' J ;I:ii:~ :~;~1~~:t~: ::; :::::::-:~:~,,"g ==.~ l~-':~;; 1f::;~:~~~F~~--~ -=~~-=l {~.~:t~ ~~f:f~:,~",,' x I x I ~4~0 Belanja Bantuan Keuangan 1?~ ~~ ~el_an_j_a _Tida_k_~~du..-:g:::.a _ Dst '~=i-:+~ ~i1=- t:~~~.~~~ =-- :~t--- -=~~-- Ixtx-'-X-!-06 --S'iSaBelanja DAK lc ;e ~.I:1-~=y~±@~~~~ :c ] ~--J l~ ix-x!ott~_.s_~sabeianta~~na BaglH'as =_~=,J \

20 15 R!~Jf] ~~ ~}~:~: ~:~; ~~~: :~~ --~-I=~~ II 1-" I x- +~-- ot -03- Dana Bagi Ha-iii--SDATuan Ha-i< , cfi2~c~ :;~ie:::~'~::::~~a',,00, o~""i",. -=_=1 '_~- :_--- x Ix~-x-- -b'' _ -06--'oSL _ _ ---=-==J.-- x x x 08 Sisa Belanja Dana Penyesuaian --.- _.._--_.- _._-~._- --- _ _._- I X X x Dana Penyesuaian BOS e x x x Dana Penyesuaian Tambahan Penghasilan i Guu '-xlx -x Dana Penyesuaian Tunjangan Pafesi I - I Guu -x 1-x- x Dana Penyesuaian Tunjangan -Setifikas-i-f ~ ~~ :_x~_ Guu 68-05! Dana-p-e-n-y-e-su-a-ia-n-D-ID--- = I ~ ~-- _x_ - ~~--~=h6!:~ ~ x I x x 09 Sisa Belanja Dana Otonom, Khusus ~ Ix_ X_L~~ _02. '!:~~~_O~onomi Khusu~_~ce_h _ x! x x Dana Otonomi Khusus Papua _- _:..IL_ -x.~ ~6' Dan~_Otono~~~husus Papua Baat xix x Og 04 Os!...! ----, , xix x 10 ' Sisa Belanja Dana Tambahan Infastuklu I x x x Dana Tambahan Infastuktu Papua I'{:'. '~:' 0,",T,mb,h," '"""'''"'""Pop",B"'L ~= x I x x 11 Os!..... L-.' L I I I I I 2) Pemeintah povinsi dan pemeintah kabupaten/kota dapat melakukan pinjaman daeah bedasakan peatuan peundang- undangan dibidang pinjaman daeah. Bagi pemeintah povinsi dan pemeintah kabupaten/ kota yang beencana untuk melakukan pinjaman daeah haus dianggakan telebih dahulu dalam ancangan peatuan daeah tentang APBD tahun anggaan bekenaan sesuai Pasal 35 ayat (3) Peatuan Pemeintah Nomo 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daeah. Sesuai amanat Pasal 300 dan Pasal 301 Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2014 seta Pasal 35 Peatuan Pemeintah Nomo 30 Tahun 2011 dan Peatuan Pemeintah Nomo 10 Tahun 2011 tentang Tata Caa Pengadaan Pinjaman Lua Negei dan Peneimaan Hibah antaa lain menyatakan bahwa bagi Pemeintah Daeah yang akan melakukan pinjaman yang besumbe dai Peneusan Pinjaman Lua Negei, Pemeintah Daeah Lain, Lembaga Keuangan Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan Masyaakat (obligasi) haus mendapat petimbangan telebih dahulu dai Mentei Dalam Negei. Untuk pinjaman jangka pendek digunakan hanya untuk menutup kekuangan aus kas sesuai maksud Pasal 12 ayat (4) Peatuan Pemeintah Nomo 30 Tahun 2011.

21 16 Untuk pinjaman jangka menengah digunakan untuk membiayai pelayanan publik yang tidak menghasilkan peneimaan sesuai maksud Pasal 13 ayat (4) Peatuan Pemeintah Nomo 30 Tahun Untuk pinjaman jangka panjang yang besumbe dai pemeintah, pemeintah daeah lain, lembaga keuangan bank, dan lembaga keuangan bukan bank sesuai maksud Pasal 14 ayat (4) Peatuan Pemeintah Nomo 30 Tahun 2011 digunakan untuk membiayai kegiatan investasi pasaana dan/atau saana dalam angka pelayanan publik yang: a) menghasilkan peneimaan langsung beupa pendapatan bagi APBO yang bekaitan dengan pembangunan pasaana dan saana tesebut; b) menghasilkan peneimaan tidak langsung beupa penghematan tehadap belanja APBO yang sehausnya dikeluakan apabila kegiatan tesebut tidak dilaksanakan; dan/atau c) membeikan manfaat ekonomi dan sosial. 3) Pemeintah daeah dapat melakukan pinjaman yang beasal dai peneusan pinjaman utang lua negei dai Mentei Keuangan setelah mempeoleh petimbangan Mentei Oalam Negei. Pejanjian peneusan pinjaman dilakukan antaa Mentei Keuangan dan Kepala Oaeah sesuai maksud Pasal301 Undang- Undang Nomo 23 Tahun b. Pengeluaan Pembiayaan 1) Penyetaan modal pemeintah daeah pada badan usaha milik negaal daeah dan/atau badan usaha lainnya ditetapkan dengan peatuan daeah tentang penyetaan modal. Penyetaan modal dalam angka pemenuhan kewajiban yang telah tecantum dalam peatuan daeah tentang penyetaan modal pada tahun sebelumnya, tidak pelu ditebitkan peatuan daeah tesendii sepanjang jumlah anggaan penyetaan modal tesebut belum melebihi jumlah penyetaan modal yang telah ditetapkan pada peatuan daeah tentang penyetaan modal. Oalam hal pemeintah daeah akan men am bah jumlah penyetaan modal melebihi jumlah penyetaan modal yang telah ditetapkan dalam peatuan daeah tentang penyetaan modal dimaksud, pemeintah daeah melakukan peubahan peatuan daeah tentang penyetaan modal tesebut. 2) Pemeintah daeah dapat menambah modal yang diseto dan/atau melakukan penambahan penyetaan modal pada Badan Usaha Milik Oaeah (BUMO) untuk mempekuat stuktu pemodalan, sehingga BUMO dimaksud dapat lebih bekompetisi, tumbuh dan bekembang, seta untuk melaksanakan penugasan yang dibeikan kepada BUMO sesuai dengan Undang-Undang Nomo 23 Tahun 2014 tentang Pemeintahan Oaeah. 3) Pemeintah Oaeah dapat membeikan pinjaman daeah kepada BUMO sebagaimana tetuang dalam Undang-Undang Nomo 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negaa, Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Oaeah, Keppes Nomo 99 Tahun 2015 tentang Pecepatan Penyelenggaa Pekeetaapian Umum di Wilayah OKI Jakata dan Pemendagi Nomo 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemeintah Oaeah. (

22 17 4) Jumlah pembiayaan neto haus dapat menutup defisit anggaan sebagaimana diamanatkan Pasal 28 ayat (5) Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun 2005 dan Pasal 61 ayat (2) Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 21 Tahun c. Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Bejalan IV. 1) Pemeintah daeah menetapkan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Anggaan 2016 besaldo nol. 2) Dalam hal pehitungan penyusunan Rancangan APBD menghasilkan SILPA Tahun Bejalan positif, pemeintah daeah haus memanfaatkannya untuk penambahan pogam dan kegiatan pioitas yang dibutuhkan, volume pogam dan kegiatan yang telah dianggakan, dan/atau pengeluaan pembiayaan. 3) Dalam hal pehitungan SILPA Tahun Bejalan negatif, pemeintah daeah melakukan penguangan bahkan penghapusan pengeluaan pembiayaan yang bukan meupakan kewajiban daeah, penguangan pogam dan kegiatan yang kuang pioitas dan/atau penguangan volume pogam dan kegiatannya. Teknis Penyusunan APBD Dalam menyusun APBD Tahun Anggaan 2016, pemeintah daeah dan DPRD haus mempehatikan hal-hal sebagai beikut: 1. Kepala daeah dan DPRD wajib menyetujui besama ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dimulainya Tahun Anggaan DPRD dan kepala daeah yang tidak menyetujui besama ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 sebelum dimulainya Tahun Anggaan 2016, dikenai sanksi administatif beupa tidak dibayakan hak-hak keuangan yang diatu dalam ketentuan peatuan peundang-undangan selama 6 (enam) bulan. Dalam hal kepala daeah telambat menyampaikan ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 kepada DPRD sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan bedasakan ketentuan peatuan peundangundangan, maka sanksi tidak dapat dikenakan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD. Sejalan dengan hal tesebut, pemeintah daeah haus memenuhi jadwal poses penyusunan APBD 'Tahun Anggaan 2016, mulai dai penyusunan dan penyampaian ancangan KUA dan ancangan PPAS kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati besama paling lambat akhi bulan Juli Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati besama akan menjadi dasa bagi pemeintah daeah untuk menyusun, menyampaikan dan membahas ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 antaa pemeintah daeah dengan DPRD sampai dengan tecapainya pesetujuan besama antaa kepala daeah dengan DPRD tehadap ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016, paling lambat tanggal 30 Nopembe 2015, sebagaimana diatu dalam ketentuan Pasal 105 ayat (3c) Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006, sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 21 Tahun Dalam membahas ancangan peatuan daeah tentang APBD Tahun Anggaan 2016 antaa kepala daeah dengan DPRD wajib mempedomani RKPD, KUA dan PPAS untuk mendapat pesetujuan besama sebagaimana dimaksud Pasal 311 ayat (3) Undang-Undang Nomo 23 Tahun \

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 643 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PROVINCIAL PROJECT IMPLEMENTATION UNIT UNTUK PROGRAM SANITASI

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS NOMOR 542 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN I

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG I SALINAN I fp~@"~{5}f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 {, TENTANG PEMANTAUAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN/PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG 8J~~g;~~ ~~ KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1867 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM KEPULAUAN SERIBU SEBAGAI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SELAKU KETUA TIM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAHASAN

Lebih terperinci

BAB II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

BAB II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) BAB II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) I. PRINSIP PENYUSUNAN APBD Prinsip Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 sebagai berikut: 1. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO " NOMOR: 2 TAHUN 2006 <'

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO  NOMOR: 2 TAHUN 2006 <' u 1--' PEMERNTAH KABUPATEN SDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SDOARJO " NOMOR: 2 TAHUN 2006

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG fij~@j~@~@j{~. (;j~ifalumiiv KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2013 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAYA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 624 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 1250 TAHUN 2013 TENTANG TIM

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 133 TAHUN 2015 TENTANG TIM PEMANTAUAN ORANG ASING, ORGANISASI MASYARAKAT ASING DAN TENAGA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PERMENDAGRI NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BANDI 17/12/2013 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 PEDOMAN PENYUSUNAN APBD 2014 Memuat pedoman

Lebih terperinci

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah - 4 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD

Lebih terperinci

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA \ IPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PELAKS...\NAAN KEGIATAN PENOATAAN KELUARGA 01 PROVINSI OJ~ERAH

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 t

2017, No Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 t No.825, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. APBD TA 2018. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1119 TAHUN 2015 TENTANG TIM PENGASURANSIAN BARANG MILIK DAERAH.DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1370 TAHUN 2015 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015 1 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERMENDAGRI NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BANDI 25/11/2014 bandi.staff.fe.uns.ac.id 1 MENIMBANG untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2015 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1062TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 850 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1126 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PANJAR PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2019 DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 890 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA SELEKSI TERBUKA JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DEPUTI GUBERNUR

Lebih terperinci

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2014 1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2064 TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA PANTI SOSIAL ASUHAN ANAK PUTRA UTAMA 2 SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2423 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR NOMOR 1568 TAHUN 2013 TENTANG IZIN

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA ". GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR. 920 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA PENYELENGGARA PEKAN PRODUK KREATIF DAERAH TAHUN 2015 -

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

Lebih terperinci

Uraian Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013

Uraian Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2013 LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37 TAHUN 2012 TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 Uraian Pedoman Penyusunan APBD

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA :\ GUBERNUR PROVINSI OAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PRGVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1013 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN BENDAHARA PENGELUARAN, BENDAHARA PENERIMAAN PEMBANTU,

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, . GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1544 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN LOKASI UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVI!'lSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

GUBERNUR PROVI!'lSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, GUBERNUR PROVNS DAERAH KHUSUS BUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVNS DAERAH KHUSUS BUKOTA JAKARTA NOMOR 2559 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN LOKAS UNTUK PEMBANGUNAN DPO/LPS D JALAN PASAR SENEN DALAM V RT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 75 TAHUN 2017 2017 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN

~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN I SALINAN I fi~@?~{5]f~~ ~J~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG C' PANDUAN RANCANG KOTA MEGA KUNINGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, NOMOR 2029 TAHUN 2015

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, NOMOR 2029 TAHUN 2015 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PRovINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2029 TAHUN 2015 TENTANG PE~SETUJUAN PEMANFAATAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA TANAH YANG TERLETAK

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG .,, ' [ SALINAN I fff~~~!jf~~..f~j~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 89 TAHUN 2013 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KORIDOR CILEDUG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

B U P A T I K L U N G K U N G

B U P A T I K L U N G K U N G B U P A T I K L U N G K U N G Semarapura, 29 Juni 2015 Nomor Lampira Hal : 903/454/DPPKA : 1 (satu) gabung : Surat Edaran Pedoman Yth. : Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD T A 2016 Kepada, 1.Kepala Satuan

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 279 TAHUN 2015 TENTANG KEWAJIBAN MELAMPIRKAN SURAT KETERANGAN LUNAS PEMBAYARAN PAJAK DAERAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2178 TAHUN 2014 TENTANG PENUNJUKAN KEPALA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SEKRETARIAT DAERAH Jalan Raya Panglima Sudirman Nomor 134 Telp , P R O B O L I N G G O

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SEKRETARIAT DAERAH Jalan Raya Panglima Sudirman Nomor 134 Telp , P R O B O L I N G G O PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO SEKRETARIAT DAERAH Jalan Raya Panglima Sudirman Nomor 134 Telp. 844651, 844652 P R O B O L I N G G O Probolinggo, 22 September 2014 Nomor : 903/ 645 /426.117/2014 Sifat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I .~;,1 PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH ' DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I BUPATI SIDOARJO, Menimbang: a. bahwa Pajak Ai

Lebih terperinci

. ~,:;: ~ '~"':o' :L..:; ..," ,." ~.: 8J~PJ>~Pl5~~ c;ff~~ INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG

. ~,:;: ~ '~':o' :L..:; .., ,. ~.: 8J~PJ>~Pl5~~ c;ff~~ INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG ,\. ~,:;: ~ '~"':o' :L..:;,." ~.:..," 8J~PJ>~Pl5~~ c;ff~~ INSTRUKSI GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG PENGUSULAN CALON KUASA PENGGUNA ANGGARAN/KUASA PENGGUNA

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2240 TAHUN 2014 TENTANG PENGHAPUSAN BANGUNAN/GEDUNG MILlKlDIKUASAI PEMERINTAH PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT SALINAN BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN RENCANA KERJA ANGGARAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018

RANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas dan

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam [A.1] LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 68 TAHUN 2012 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH PENYUSUNAN KUA DAN PPAS A. KETENTUAN UMUM Gubernur menyusun

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2004 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG

~~{ Jf'~YlF~~tJ. ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG . " I SALINAN I ~~{ Jf'~YlF~~tJ ~.f~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 95 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 92 TAHUN 2012 TENTANG PEGAWAI TIDAK TETAP

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

RANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA

SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN UMUM APBD DAN PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA LAMPIRAN II.1 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BUNGO. SISTEM DAN PROSEDUR PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 971 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PERINGATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181

Lebih terperinci

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK

BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK 63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 Tahun 2011 TANGGAL : 23 Mei 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 I. SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN MERANTI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING

STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING STRUKTUR APBD DAN KODE REKENING 1 STRUKTUR ANGGARAN KEPMENDAGRI 29/2002 PERMENDAGRI 13/2006 Klasifikasi belanja menurut bidang kewenangan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 53 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang

Lebih terperinci

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan 4. Belanja - Pengantar

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor : 920/598 - BPKAD/2017

SURAT EDARAN Nomor : 920/598 - BPKAD/2017 BUPATI LEBAK Rangkasbitung, 04 Agustus 2017 KEPADA YTH. PARA KEPALA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (OPD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK SURAT EDARAN Nomor : 920/598 - BPKAD/2017 Tentang Pedoman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH.

UNDANG-UNDANG TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 B U P A T I P U R W O R E J O PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia BAB 3 SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) 3.1 Sejaah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia Adapun sejaah Badan Pusat Statistik di Indonesia tejadi empat masa pemeintahan di Indonesia, antaa

Lebih terperinci

Struktur P-APBD TA. 2014

Struktur P-APBD TA. 2014 SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Dalam rangka transparansi dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :a.

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 NOTA KESEPAKATAN KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2016 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DENGAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG

Lebih terperinci

SISTEM DAN PROSEDUR PENYIAPAN RANPERDA APBD

SISTEM DAN PROSEDUR PENYIAPAN RANPERDA APBD LAMPIRAN II.3 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. SISTEM DAN PROSEDUR PENYIAPAN RANPERDA APBD II-3.1. KERANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

RENCANA STRATEGIS TAHUN BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 25-29 25-29 BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN Mengacu pada pogam dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh KPU RI, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sidoajo pada jangka

Lebih terperinci