ANALISIS KESALAHAN MENJUMLAH PECAHAN DI SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO SUWARNI DUNGGIO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KESALAHAN MENJUMLAH PECAHAN DI SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO SUWARNI DUNGGIO"

Transkripsi

1 ANALISIS KESALAHAN MENJUMLAH PECAHAN DI SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO SUWARNI DUNGGIO MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Si Ismail Pioke S.Pd M.Pd ABSTRAK Suwarni Dunggio, Analisis Kesalahan Menjumlah Pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi Program Studi SI PGSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Dr. Hj. Asni Ilham S.Pd, M.Si dan Pembimbing II Ismail Pioke S.Pd M.Pd. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana analisis kesalahan menjumlah pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan menjumlah pecahan yang dilakukan siswa di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan instrumen penilaian menggunakan tes hasil belajar siswa dengan menggunakan presentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang ada di SDN 1 Suwawa memperoleh hasil presentase yang dapat dilihat dari 2 sub indikator penilaian, yakni sub indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan terdapat kesalahan yaitu sebesar 11 atau 47,83 %, dan pada sub indikator penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan yaitu sebesar 14 atau 60,87 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Kata kunci : Analisis, Kesalahan, Menjumlah, Pecahan

2 PENDAHULUAN Rendahnya hasil belajar siswa jelas dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran yang belum dikembangkan guru secara optimal. Persoalan mendasar yang hingga kini masih sangat dilematis dan kerap dihadapi guru di dalam proses pembelajaran matematika, adalah membangun suasana pembelajaran yang aktif yang mampu melibatkan siswa dalam interaksi dialogis dan berkualitas dengan guru, atau antar siswa. Akibatnya pembelajaran matematika kurang menarik, menyenangkan, dan membosankan bagi siswa. Siswa hanya menjadi penerima pasif, kurang responsif, dan ada kecenderungan untuk menolak berinteraksi dengan guru. Sehingga cara penyajian materi sulit dipahami siswa. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis kesalahan menjumlah pecahan yang dilakukan siswa di SDN I Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat : 1. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi siswa mengenai pola kesalahan yang mereka miliki selama ini dan mampu mengatasi kesalahan tersebut, sehingga siswa terdorong untuk mempelajari kembali konsep-konsep yang benar mengenai bilangan pecahan. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada sekolah tentang pola kesalahan terkait dengan operasi penjumlahan bilangan pecahan, sehingga diharapkan guru dapat mengajarkan konsep yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan lagi. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian akan memberikan informasi tentang pola kesalahan terkait dengan operasi penjumlahan bilangan pecahan sehingga dapat dijadikan sebagai masukan bagi calon guru matematika untuk merancang pembelajaran yang dapat mengatasi kesalahan khususnya pada materi pokok pecahan. 4. Bagi Peneliti Dapat memberikan pengetahuan tentang kesalahan-kesalahan siswa dalam menjumlah pecahan. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai kajian untuk melalukan penelitian selanjutnya.

3 KAJIAN PUSTAKA Hakekat Analisis Kesalahan Pengertian Analisis Kesalahan Menurut Muda (2006:44) bahwa analisis merupakan proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang berangkat dari dugaan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahaanbagian itu sendiri serta hubungan antar bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan pemahaman makna keseluruhan. Sedangkan kesalahan menurut beliau adalah keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu di luar kebenaran itu sendiri. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1996:37) analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa dan untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya. Analisis mempunyai tujuan untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.analisis kesalahan sebagai prosedur kerja mempunyai langkah-langkah tertentu. Menurut Tarigan (1988:67) langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data kesalahan 2. Mengidentifikasi dan mengklarifikasi kesalahan 3. Menjelaskan Kesalahan 4. Mengoreksi kesalahan Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Menjumlah Pecahan Konsep Sebagian besar siswa hanya menghafalkan definisi konsep tanpa mengetahui hubungan antara konsep satu dengan konsep-konsep yang lainnya. Akibatnya konsep yang baru menjadi tidak berhubungan dengan konsep sebelumnya. Ausubel, dkk (dalam Berg, 1991: 8) mendefinisikan konsep adalah benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang memiliki ciri-ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Sementara itu menurut Gagne (dalam Ruseffendi, 1980: 12) konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda (objek) ke dalam contoh dan non contoh. Kategori Kesalahan Berg (1991:101) mengemukakan bahwa kesalahan siswa dalam matematika dapat dibagi dalam berbagai jenis kesalahan antara lain: 1) Ralat yang terjadi secara acak tanpa pola tertentu, 2) Salah ingat atau hafal, 3) Kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu. Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada kesalahan siswa menurut Berg (1991) yaitu kesalahan yang terjadi secara konsisten, terus-menerus dan menunjukkan pola tertentu. Kesalahan-Kesalahan pada Penjumlahan Pecahan Tirosh (2000), mengklasifikasikan kesalahan yang dibuat oleh partisipan ketika menjumlah pecahan dalam dua kategori yaitu

4 1) Kesalahan Konseptual Kesalahan konseptual adalah kesalahan yang dilakukan siswa salah satunya adalah kesalahan melakukan penjumlahan. Contoh : + = Ini menunjukan bahwa siswa dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan menggunakan cara yang di anggap mudah yakni langsung menjumlahkan pecahan tersebut tanpa menyeimbangkan letak opersai bilangan tersebut dalam keseluruhan model penjumlahan. 2) Kesalahan berdasar pada pengetahuan formal Kesalahan pada pemikiran yang terbatas tentang dugaan pecahan dan kurangnya pengetahuan dalam menghubungkan operasi termasuk dalam kategori ini. Kurangnya pengetahuan mungkin adalah sumber dari hasil buruk responsi pada berbagai tugas termasuk penjumlahan pecahan. Contoh :1. + = ( kurang tepat / belum selesai ) 2. + = = ( tepat ) Seorang guru yang memperkenalkan dengan berbagai sumber pada kesalahan respon siswa seharusnya membantu guru dalam mengidentifikasi sumber spesifik kesalahan siswa dan yang sesuai intruksi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam menjumlah pecahan terdiri atas 2 macam yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan berdasar pada pengetahuan formal. Faktor Penyebab Terjadinya Kesalahan Menjumlah Pecahan Menurut Radatz (dalam Krismayanti, 2006) menemukan beberapa faktor penyebab kesalahan menjumlah pecahan yaitu: 1) Kesulitan Konsep 2) Kesulitan memahami informasi tentang ruang 3) Kesulitan karena kurangnya penguasaan keterampilan prasyarat, fakta-fakta dasar dan konsep (algoritma). 4) Ketidaktepatan penggabungan 5) Penerapan hukum atau strategi yang tidak relevan Hakikat Menjumlah Pecahan Pengertian Menjumlah Pecahan Heruman (2012:43) mengartikan pecahan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagina yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Depdikbud (dalam Heruman, 2012: 43) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Kesulitan itu terlihat dari kurang bermaknanya kegiatan pembelajaran. Akibatnya, guru biasanya

5 langsung mengajarkan pengenalan angka, seperti pada pecahan, 1 disebut pembilang dan 2 disebut penyebut. Shamsudin (2007:96) menyatakan bahwa pecahan adalah sebagian dari sebuah benda. Pada prinsipnya, pecahan digunakan untuk menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama (Subarinah, 2006:79). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Jumlah seluruh bagian yang sama ini bersama-sama membentuk satuan (unit). Selanjutnya menurut Sukajati (2008:6) bahwa kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan mempunyai 2 bagian yaitu pembilang dan penyebut yang penulisannya dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring. Dengan demikian pecahan adalah bagian-bagian yang sama dari keseluruhan. Disini perlu diberikan penekanan pada konsep keseluruhan sebagai satuan dan konsep yang sama pada bagian. Kedua konsep ini dapat dikaitkan dengan panjang, luas, volume, dan satuan perhitungan. Misalkan kita perkenalkan penggaris satu meter sebagai satuan (secara keseluruhan) maka dengan cara mengukur (bagian-bagian yang sama) kita dapat mengatakan bahwa 10 cm sebagai 1/10 meter, 50 cm sebagai ½ meter. Menurut Kennedy (dalam Sukayati, 2003:1-2) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai berikut. 1. Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari utuh atau keseluruhan Pecahan biasa dapat digunakan untuk menyatakan makna dari setiap bagian dari yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4 orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus mendapat bagian yang sama, maka masing-masing anggota keluarga akan memperoleh bagian dari keseluruhan cake itu. Pecahan biasa mewakili ukuran dari masing-masing potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat siatuasi dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh) dan disebut penyebut. Sedangkan 1 menunjukkan banyaknya bagian yang menjadi perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang. 2. Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian. Apabila sekumpulan obyek dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan sama banyak, maka kalimat matematikanya dapat 12 : 2 = 6 atau x 12 = 6. Sehingga untuk mendapatkan dari 12, maka anak harus memikirkan 12 obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyaknya anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula, dalam hal ini dari banyak obyek semula. Demikian juga bila sehelai kain yang panjangnya 3 m akan dipotong menjadi 4 bagian

6 yang berukuran sama, mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau. 3. Pecahan sebagai perbandingan (rasio) Hubungan antara sepasang bilangan sering dinyatakan sebagai sebuah perbandingan. Berikut diberikan contoh-contoh situasi yang biasa memunculkan rasio. 1) Dalam kelompok 10 buku terdapat 3 buku yang bersampul biru. Rasio buku yang bersampul biru terhadap keseluruhan buku adalah 3 : 10 atau buku yang tersampul biru dari keseluruhan buku. 2) Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30 m. Rasio panjang tali A terhadap panjang tali B tersebut adalah 10 : 30 atau atau panjang tali A ada dari panjang tali B. Dari ketiga situasi tersebut semuanya dikenalkan kepada siswa kita, dengan urutan kelas yang berbeda. Untuk tahap pertama konsep pecahan dikenalkan dengan memunculkan situasi yang pertama yaitu pecahan sebagai bagian dari yang utuh. Pengenalan Konsep Penjumlahan Pecahan Pengenalan operasi penjumlahan pada pecahan sebaiknya diawali dengan penjumlahan pecahan sederhana dan menggunakan alat peraga sederhana. Konsep penjumlahan bilanganbilangan yang lain, yaitu menggabungkan. Untuk langkah awal pengenalan penjumlahan pecahan adalah dengan menjumlahkan pecahan-pecahan senama. Setelah konsep ini tertanam dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan penjumlahan pecahan yang tidak senama dan pecahan campuran. Pada awal pembelajaran gunakan alat peraga, kemudian bantu siswa untuk membuat generalisasi tentang penjumlahan pecahan secara umum. Berikut beberapa contoh penjumlahan pecahan menurut Subarinah (2006: 87-90) adalah sebagai berikut: 1. Penjumlahan pecahan senama Contoh 1. Penjumlahan Caranya adalah: 1) Sediakan dua bangun lingkaran yang sama. 2) Lipat lingkaran pertama menjadi dua bagian yang sama. 3) Potong pada garis bilangan. 4) Ulangi untuk lingkaran kedua. 5) Gabungkan kedua potongan tersebut dengan cara menempelkan pada selembar kertas, maka akan diperoleh satu lingkaran yang utuh. Contoh 2. Penjumlahan

7 Caranya adalah: 1) Sediakan dua bangun lingkaran yang sama. 2) Lipat lingkaran pertama dan kedua menjadi dua bagian yang sama beri tanda dengan garis. 3) Hasil lipatan kedua tadi lipat lagi sehingga diperoleh bagian-bagian yang sama, beri tanda dengan garis. 4) Potong lingkaran pertama dan kedua pada garis lipatan pertama. 5) Masing-masing hasil potongan lingkaran kedua potong lagi pada bagian lipatan kedua. 6) Gabungkan kedua potongan dari lingkaran kedua tersebut dengan cara menempelkan pada selembar kertas. Kemudian bandingkan hasilnya dengan potongan lingkaran pertama. Maka akan diperoleh satu dua potongan lingkaran kedua sama dengan satu potongan lingkaran pertama. Contoh 3. Penjumlahan Penjumlahan untuk penjumlahan ini menggunakan karton berbentuk persegi panjang. Sediakan beberapa karton seperempatan, beberpa karton dua perempuan, karton tigaperempatan dan beberapa karton pecahan yang lain. 2. Untuk dapat mengurutkan kita perlu mencari KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut, yaitu 4 dan 3. KPK dari 4 dan 3 adalah 12 Karena 3<8, maka < sehingga < 3. Untuk dapat mengurutkan < kita perlu mencari KPK dari penyebut kedua pecahan tersebut, yaitu 4 dan 6. Karena 9 < 10, maka < sehingga < Semakin banyak contoh tentu kita lebih baik, karena siswa semakin terbiasa membandingkan dua pecahan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa : 1. Pecahan dapat diajarkan sebagai perbandingan bagian yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda itu. Pada langkah awal pengenalan pecahan ini digunakan benda konkret yang ada disekitar kita. Sehingga perhatian siswa digunakan untuk menjelaskan. Benda-benda yang digunakan juga harus teratur, artinya benda mempunyai bentuk teratur dari benda sejenis harus sama besar atau sama panjang agar benda-benda tersbut mudah dibagi. Misalnya gunakan apel, kue bolu, kue bika, semangka. Tentu saja jangan menggunakan benda-benda

8 yang membahayakan. Pada tahap selanjutnya kita bisa menggunakan gambar-gamabar dari benda konkret, mislanya gambar bola, gambar semangka, gambar lingkaran, gamabr persegi, pada tahap ini sudah memasuki tahap semi konkrit. 2. Pecahan dapat diajarkan sebagai perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu himpunan terhadap keseluruhan. Misalnya dalam suatu kolam ada delapan katak. Ditengah kolam ada batu dan dari empat katak tersebut satu diantaranya naik di atas batu. Maka kita katakan katak yang naik diatas batu ada satu perempat dari seluruh katak yang ada di kolam. Dapat juga guru menyiapkan empat kelereng dengan tiga kelereng berwarna merah dan satu kelreng berwarna putih. Maka banyaknya klereng yang berwarna putih adalah seperempat bagian-bagian dari seluruh kelereng yang di bawa guru. Dan banyaknya kelereng yang berwarna merah adalah tigapreempat bagian dari seluruh kelereng yang dibawa guru. 3. Penelahaan pecahan juga dapat menggunakan kertas. Siwa melipat sembarang kertas. Kemudian bagian pinggir/tepi lipatan dipotong/digunting sehingga menjadi lembaran kertas yang mempunyai dua lipatan yang saling menutupi. 4. Selanjutnya mintalah kepada siswa untuk melipat kembali kertas yang telah digunakan tadi dengan jalan melipat garis lipatan sehingga tepat berimpitan dan memotong tepi lembaran yang bukan lipatan. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif Kuantitatif dengan instrumen penilaian menggunakan tes hasil belajar siswa dengan menggunakan presentase. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka diperoleh data mengenai kemampuan siswa menentukan hasil tes matematika dalam materi menjumlah pecahan. Analisis Data Setelah data penelitian diperoleh, maka hasil analisis kesalahan siswa dalam menyelesaikan tes matematika tersebut kemudian dideskripsikan berdasarkan persentase ratarata siswa untuk setiap tahapan pemecahan masalah pada setiap butir tes. Berikut adalah hasil pengolahan data untuk indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan dan indikator kesalahan pada proses penyelesaian soal atau penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan.

9 No Tabel 1. Hasil pengolahan data sub indikator kesalahan Dallam melakukan operasi Nama Siswa penjumlahan pecahan dan sub indikator kesalahan pada prosese penyellesaiaan soal atau penyelesaian soal yg tidak dilanjutkan Kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan Bentuk-bentuk kesalahan Kesalahan pada proses pengerjaan soal / penyelesaiaan yg tidak dilanjutkan 1 Fatmawati Tarwani 2 2 Rodin Djalani 2 3 Sri Rahayu Moh.Efendi Alis 1 5 Ibnu S. Datuela 2 6 Putri Lasulika Nur Tiwin Yunus Hermanto Dunggio Sofia nur Syahbani Nandito Ibrahim Anggi Oktaviani FirmansyaMokodompis 2 13 Amelia Lasulika Delvira A Sahril Nurvanesa Bohu 2 16 Putri Amelia Fadhilanu Repliyanto Anggowa Steviyawati Napu 2 19 Ariyanto Ahmad Sri Rahayu sidiki 2 21 Heriyanto Yusuf Siti Anisa Datau 2 23 Nareta Ismail Jumlah Persen 47,83 % 60,87 % 1. Kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan Juml ah Berdasarkkan tabel 1 menunjukan bahwa pada kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan diperoleh jumlah kesalahan sebesar 11 atau 47,83 %. Pada tabel ini juga dapat di lihat bahwa dari 23 orang siswa ada 11 orang siswa yang melakukan kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan yaitu Fatmawati Tarwani, Rodin Djalani, Ibnu S Datuela, Nurtiwin Yunus, Firmansyah Mokodompis, Nurvanesa Mokodompis, Putri Amelia Fadhil Anu, Repliyanto Anggowa, Steviyawati Napu, Sri Rahayu Sidiki, dan Siti Anisa Datau. Dan siswa-siswa yang tidak melakukan kesalahan ada 12 orang yakni Sri Rahayu, Moh.Efendi Alis, Putri Lasulika, Hermanto Dunggio, Sofia nur Syahbani, Nandito Ibrahim, Anggi Oktaviani, Amelia Lasulika, Delvira A Sahril, Ariyanto Ahmad, Heriyanto Yusuf, dan Nareta Ismail. 2. Kesalahan pada proses pengerjaan soal / penyelesaiaan yg tidak dilanjutkan Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa kesalahan pada proses pengerjaan soal atau penyelesaiaan yang tidak dilanjutkan diperoleh jumlah kesalahan sebesar 14 atau 60,87 %.

10 Pada tabel ini juga dapat dilihat dari 23 orang siswa ada 14 orang siswa yang melakukan kesalahan yaitu Fatmawati Tarwani, Rodin Djalani, Moh. Efendi Aliis, Ibnu S Datuela, Putri Lasulika, Hermanto Dunggio, Firmansyah Mokodompis, Delvira A Sahril, Nurvanesa Bohu, Steviyawati Napu, Ariyanto Ahmad, Sri Rahayu Sidiki, Heriyanto Yusuf, dan Siti Anisa Datsu.adapun siswa-siswa yang tidak melakukan kesalahan yaitu Sri Rahayu, Nur Tiwin Yunus, Sofia nur Syahbani, Nandito Ibrahim, Anggi Oktaviani, Amelia Lasulika, Putri Amelia Fadhilanu, Repliyanto Anggowa, dan Nareta Ismail. Pembahasan Sesuai dengan Hasil yang di peroleh oleh peneliti mengenai kesalahan menjumlah pecahan untuk indikator kesalahan konseptual yakni pada kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan hampir sebagian besar siswa melakukan kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan pecahan tersebut yakni dari 23 orang siswa ada 11 orang siswa atau 47,83 % yang melakukan kesalahan atau salah dalam melakukan operasi pejumlahan pecahan dan yang tidak melakukan kesalahan ada 12 orang siswa atau 52,17 %. Hal ini mengidentifikasi bahwa siswa dalam menyelesaikan soal penjumlahan pecahan tidak menyeimbangkan operasi dengan bilangan bulat pada pecahan dan dalam mengerjakan soal tersebut siswa hanya langsung menjumlahakan pecahan tersebut tanpa menyamakan penyebutnya terlebih dahulu.sehingga terdapat banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut. Pada kesalahan yang kedua yakni kesalah berdasarkan pada pengetahuan formal yaitu kesalahan pada proses pengerjaan soal atau pengerjaan soal yang tidak diselesaikan menunjukan bahwa dari 23 orang siswa ada 14 orang siswa atau 60,87 % yang melakukan kesalahan atau tidak menyelesaikan soal hingga akhir/ selesai dan yang tidak melakukan kesalahan ada 9 orang siswa atau 39,13 % Disini dapat dilihat bahwa siswa dalam menjumlahkan pecahan di SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango masih rendah, ini diperkuat dengan temuan hasil pengamatan penulis terhadap kegiatan pembelajaran dimana peneliti memberikan 10 butir soal untuk mengukur sejauh mana siswa dalam memahami atau mengerti materi tentang menjumlah pecahan. Dari kedua indikator kesalahan tersebut yaitu kesalahan konseptual yakni kesalahan pada operasi penjumlahan pecahan dan kesalahan berdasarkan pada pengetahuan formal yakni kesalahan pada proses penyelesaian soal atau pengerjaan soal yang tidak diselesaikan ada 6 orang siswa atau 26,08 % yang tidak melakukan kesalahan. Ini berarti pencapaian secara keseluruhan berdasarkan presentase yang sudah ditetapkan bahwa keseluruhan hasil capaian siswa masih kurang. karena sebagian besar siswa masih banyak melakukan kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika khususnya pada materi penjumlahan pecahan.karena dapat dilihat dari hasil presentase kedua kesalahan tersebut.

11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di kelas 5 SDN 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango tentang pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Dari 23 orang siswa dapat dilihat dari 2 sub indikator penilaian, yakni sub indikator kesalahan dalam melakukan operasi penjumlahan terdapat kesalahan yaitu sebesar 11 atau 47,83 %, dan pada sub indikator penyelesaian soal yang tidak dilanjutkan yaitu sebesar 14 atau 60,87 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika mengenai materi penjumlahan pecahan masih banyak siswa yang belum memahami mengenai materi ini. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut : 1. Kepada siswa peneliti mengharapkan agar dapat meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam belajar khususnya pada mata pelajaran matematika 2. Kepada guru di harapkan agar dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan khususnya pada mata pelajaran matematika demi tercapainya tujuan pendidikan 3. Kepada sekolah khususnya kepada pihak-pihak yang terkait terutama Kepala sekolah sebagai pelakasana supervisi diupayakan dapat memantau dan mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru, memberikan pembinaan secara berkala kepada guru, agar tujuan yang telah dirumuskan bersama oleh pihak sekolah dapat terwujud dengan baik. 4. Kepada peneliti lain dapat melaksanakan penelitian deskriptif kuantitatif yang serupa untuk pokok-pokok bahasan yang lain dalam pembelajaran Matematika guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran.

12 DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka. Anik Yuliani, Pola Kesalahan Pada Operasi Pembagian Bilangan Pecahan: Studi Kasus Pada 4 Siswa Kelas VII B SMP N 3 Depok Sleman. Yogyakarta: UPI. Bergeson, Terry Teaching and Learning Mathematics, Using Research to Shift From the Yesterday Mind to the Tommorow Mind. State Superintendent of Public Instruction. Dalam Diakses pada tanggal 18 April Heruman Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Krismayanti, D. F Miskonsepsi Bilangan dan Operasinya Siswa kelas VII di SMP Kanisius Pakem. Makalah. USD Yogyakarta. Ruseffendi Pengajaran Matematika Modern untuk Orangtua Murid dan SPG. Tarsito, Bandung. Subarinah, Sri Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Depdiknas. Suharsimi, Arikunto Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Sukayati Pecahan. Yogyakarta: PPPG Matematika. Sukajati Pembelajaran Operasi Penjumlahan Pecahan Menggunakan Berbagai Media. Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Shamsudin, Baharin Kamus Matematika Bergambar. Jakarta: Grasindo. Tirosh, D Enhancing Prospective Teachers Knowledge of Children s Conceptions: The case of Division of Fractions. Tel-Aviv University. Israel. Van Den Berg, E Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Sebuah Pengantar Berdasarkan Lokakarya yang Diselenggarakan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, 7-10 Agustus Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diperkenalkan lagi hal baru yaitu bilangan yang digunakan untuk menyatakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Pengurangan Bilangan Pecahan 2.1.1 Pengertian Pecahan Menurut Sugiarto, (2006:36), pecahan adalah suatu bilangan cacah yang digunakan untuk menyatakan banyaknya anggota

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Karmila Ahmad

ANALISIS KESALAHAN MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Karmila Ahmad ANALISIS KESALAHAN MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Karmila Ahmad Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pembimbing I Ismail Pioke S.Pd M.Pd,

Lebih terperinci

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 19 JUNI S.D. 2 JULI 2003 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA. Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd.

PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 19 JUNI S.D. 2 JULI 2003 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA. Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd. PELATIHAN SUPERVISI PENGAJARAN UNTUK SEKOLAH DASAR TANGGAL 9 JUNI S.D. JULI 00 DI PPPG MATEMATIKA YOGYAKARTA PECAHAN Disusun Oleh: Dra. Sukayati, M.Pd. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh DELI MA RUF NIM : 151 409 192 (Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN

PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN H. Sufyani Prabawanto, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 7 PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bilangan pecahan yang dibagi menjadi dua kegiatan belajar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pecahan Salah satu konsep yang mendasar dalam matematika adalah pecahan. Oleh karena itu, Pecahan merupakan konsep yang sangat penting pada jenjang pendidikan Sekolah

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Yeni Posumah NIM:

DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Yeni Posumah NIM: 1 DESKRIPSI KEMAMPUAN SISWA MENENTUKAN HASIL PERKALIAN PECAHAN DI SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Yeni Posumah NIM: 151 409 046 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. diri pada suatu proses. Menurut Poerwadarminta ( ) peran adalah sesuatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Peranan Media Himpunan 2.1.1 Pengertian Peranan Peran adalah perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka, kata peranan lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. soal matematika.hal ini berarti bila seseorang terampil dengan benar 7 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, terutama sejak usia Sekolah Dasar (Susanto, 2013:185).

BAB I PENDAHULUAN. siswa, terutama sejak usia Sekolah Dasar (Susanto, 2013:185). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang terus mengalami perkembangan baik dalam segi teori maupun segi penerapannya. Sebagai ilmu dasar, matematika digunakan secara luas

Lebih terperinci

Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji, S.Pd, M.Si. Ilustrator: Anang Heni Tarmoko

Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji, S.Pd, M.Si. Ilustrator: Anang Heni Tarmoko PAKET FASILITASI PEMBERDAYAAN KKG/MGMP MATEMATIKA PEMBELAJARAN OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SD MENGGUNAKAN BERBAGAI MEDIA Penulis: Dra. Sukajati, M.Pd. Penilai: Dra. Supinah Editor: Untung Trisna Swaji,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... 0 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Tujuan Penulisan Modul... C. Sasaran... D. Ruang Lingkup... BAB II PENGEMBANGAN MATERI... KB-: Konsep Dasar

Lebih terperinci

MAKALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN. Dosen Pengampu : Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd.

MAKALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN. Dosen Pengampu : Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. MAKALAH PENDIDIKAN MATEMATIKA SD 1 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN Dosen Pengampu : Dra. Siti Kamsiyati, M.Pd. Disusun oleh Kelompok 8/3C 1. Rahma Natatama K7116152 2. Rinda Suci Amalia K7116167 3.

Lebih terperinci

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR P 45 DESAIN DIDAKTIS PENGENALAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR Yusuf Suryana 1, Oyon Haki Pranata 2, Ika Fitri Apriani 3 1,2,3 PGSD UPI Kampus

Lebih terperinci

Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar

Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar Mengatasi Kesulitan Anak dalam Pembelajaran Pecahan Menggunakan Model Konkret dan Gambar Mutijah *) *) Penulis adalah calon dosen di STAIN Purwokerto. Menyelesaikan studi S-1 di IKIP Yogyakarta (Sekarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan BAB II KAJIAN TEORETIS 2. Pengertian Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan 2.. Pengertian Penjumlahan Penjumlahan merupakan suatu aturan yang mengaitkan setiap pasangan bilangan dengan bilangan yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif

BAB I PENDAHULUAN. lebih maju dan lebih kompetitif baik dalam segi kognitif (pengetahuan), afektif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan globalisasi menuntut pendidikan Indonesia untuk ikut berkembang mengikuti tuntutan tersebut agar pendidikan lebih maju dan lebih

Lebih terperinci

DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL

DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL 1 2 DESKRIPSI TIPE-TIPE KESALAHAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 5 TELAGA KAB GORONTALO NANING ISMAIL Ismail Pioke, S.Pd, M.Pd 1 Dr. Hj. Asni Ilham, S.Pd, M.Pd 2 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

Pengenalan Bilangan Pecahan

Pengenalan Bilangan Pecahan Pengenalan Bilangan Pecahan A. Pengertian Bilangan Pecahan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering membagi-bagikan makanan kepada orang lain. Misalkan kita membagi 10 buah jeruk kepada 5 orang dan setiap

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,

Lebih terperinci

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh: Ririn M. Tuna Pembimbing I : Ismail Pioke, S.Pd, M,Pd Pembimbing II: Dr. Hj. Asni Ilham,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi menurut Muhsetyo dkk, kenyataan di Sekolah Dasar. operasinya. Di samping itu, banyak pula guru Sekolah Dasar mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi menurut Muhsetyo dkk, kenyataan di Sekolah Dasar. operasinya. Di samping itu, banyak pula guru Sekolah Dasar mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pecahan merupakan salah satu kajian inti dari materi matematika yang dipelajari siswa di Sekolah Dasar (SD). Pembahasan materinya menitikberatkan pada pengerjaan (operasi)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat begitu pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya

Lebih terperinci

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

\MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR \MODEL DESAIN DIDAKTIS PENGURANGAN PECAHAN BERBASIS PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR Epon Nur aeni L dan Dindin Abdul Muiz Lidinillah PGSD UPI Kampus Tasikmalaya E-mail: eponalamsyah@yahoo.com,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013

PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013 PENGGUNAAN MEDIA GELAS FAKEL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV MI MUHAMMADIYAH BASIN TAHUN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Oleh : NUR ROCHMAN AHMADI A54B090041

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah upaya sadar untuk mengubah perilaku yang bersifat relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman sehingga bermanfaat bagi kehidupan orang yang

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA

MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA MENYELESAIKAN PEMBAGIAN PECAHAN TANPA ALGORITMA SEPTY SARI YUKANS 1, ZULKARDI 2, YUSUF HARTONO 3 1 Universitas Sriwijaya, septyukans@yahoo.com 2 Universitas Sriwijaya, zulkardi@yahoo.com 3 Universitas

Lebih terperinci

DESKRIPSI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN MENJUMLAH BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KABUPATEN GORONTALO

DESKRIPSI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN MENJUMLAH BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KABUPATEN GORONTALO DESKRIPSI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERAMPILAN MENJUMLAH BILANGAN BULAT DI KELAS IV SDN 2 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Penulis : Sunarti Ahmad Pembimbing : 1. Ismail Pioke, S.Pd, M.Pd 2.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I

BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I BAHAN AJAR MATEMATIKA KELAS 5 SEMESTER I Oleh: Sri Subiyanti NIP 19910330 201402 2 001 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI KECAMATAN JAKEN SEKOLAH DASAR NEGERI MOJOLUHUR 2015 I. Tinjauan Umum A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PEMBIMBING Deskripsi Bentuk-Bentuk Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Volum Kubus Dan Balok Pada Siswa Kelas V SDN 1 Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango Oleh : Nurhawatin Biga Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM), sejalan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pedagang, petani, tukang, penjaga toko,

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat Rohani SLBN 1 Palu, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 06 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB I BILANGAN Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra. Nurfaizah, M.Hum. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Widya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Oleh sebab

Lebih terperinci

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK

Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten Pulang Pisau ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE BERMAIN KARTU BAGI SISWA KELAS VI SDN MANTAREN 1 Oleh: Ramikayani, S.Pd Guru SDN Mantaren 1 Kabupaten

Lebih terperinci

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI

KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 KEDIRI Oleh: Aan Nurfahrudianto Dosen Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Banyak siswa yang mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DIDUKUNG MEDIA KONKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN PECAHAN PADA

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DIDUKUNG MEDIA KONKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN PECAHAN PADA PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DIDUKUNG MEDIA KONKRIT TERHADAP KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN NGEPEH TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

Standar Kompetensi 1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam pemecahan masalah Apa yang akan Anda Pelajari? Bilangan pecahan biasa, campuran, desimal, persen, dan permil Mengubah bentuk pecahan ke bentuk yang lain Operasi hitung tambah, kurang, kali, bagi, dan pangkat dengan melibatkan

Lebih terperinci

Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar

Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar Pengajaran Konsep Pecahan dan Kabataku Pecahan di Sekolah Dasar Scolastika Mariani Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Semarang Abstrak Tulisan ini membahas tentang pengajaran konsep pecahan dan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN BIASA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DAKON BILANGAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 TELAGA SYAMSUDIN DANGKUA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS III SDN NO. 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Dudung Priatna Abstrak Pembelajaran matematika perlu memperhatikan beberapa hal berikut diantaranya

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN. Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu Bilangan 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.

PROGRAM TAHUNAN. Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu Bilangan 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka. Lampiran : 1 PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : MATEMATIKA Satuan pendidikan : SEKOLAH DASAR Kelas : III Tahun Pelajaran : 2011/2012 Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu Bilangan 1. Melakukan operasi

Lebih terperinci

Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Tuladenggi

Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Tuladenggi Penggunaan Media Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Pokok Sumber Daya Alam Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Tuladenggi Rukmin Tjoede 1, Imran 2, Nurvita 3, Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Oleh: Sri Isminah SDN 2 Watulimo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Sri Isminah, Membantu Siswa Mengingat Kembali Pelajaran... 161 MEMBANTU SISWA MENGINGAT KEMBALI PELAJARAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN LEWAT METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS I TAHUN 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Nurul Khuswatun, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang tak bisa terpisah dari kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan menentukan model manusia yang akan dibentuknya. Karena

Lebih terperinci

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango

Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango Penerapan Teori Belajar Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan BentukPengurangan di Kelas V SDN 6 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango OLEH : Ni Kadek Santiani, Martianty Nalole, Samsiar RivaI JURUSAN

Lebih terperinci

Erna Siti Nur aini 1, Riana Irawati 2, Julia 3. Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang

Erna Siti Nur aini 1, Riana Irawati 2, Julia 3. Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016) PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA PADA MATERI MENYEDERHANAKAN PECAHAN

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Kualitatif 1

Jurnal Penelitian Kualitatif 1 Jurnal Penelitian Kualitatif 1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Fitria Ismail Dra. Samsiar

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Nurhasnah, Rizal, dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2013 VOLUME 1, NO. 1. ISSN ABSTRAK

JURNAL MATEMATIKA DAN PEMBELAJARANNYA 2013 VOLUME 1, NO. 1. ISSN ABSTRAK ABSTRAK PENERAPAN PEMBELAJARAN INDUKTIF DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SUB MATERI POKOK SUDUT PUSAT DAN SUDUT KELILING DI KELAS VIII-A SMPN 9 MOJOKERTO Abdillah, Dosen Pendidikan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOREKSI PEMBELAJARAN BERBASIS SISWA (STUDENT CENTERED LEARNING) DALAM PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR Slameto PGSD FKIP UKSW Salatiga slameto@staff.uksw.edu

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL Deskripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Memahami Deskripsi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Siswa Memahami Operasi Hitung Bilangan Bulat di Kelas Tinggi

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR

TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD kelas awal oleh Rahayu Condro Murti, M.Si Belajar dan Pembelajaran Belajar : berusaha untuk memperoleh kepandaian atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. (Sunanto, et al. 2006 : 13) variabel bebas dalam penelitian subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dan memiliki peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah beserta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh :

MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna Sri Rejeki (nikmatulhusna13@gmail.com) (srirejeki345@rocketmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bagian dari perkembangan zaman yang memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan manusia. Matematika memberikan kontribusi yang sangat

Lebih terperinci

Oleh SIKRIPON AMU NIM

Oleh SIKRIPON AMU NIM JURNAL PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN DUA ANGKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS II SDN 5 PULUBALA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan tes uji kompetensi matematika pada pokok bahasan pecahan ternyata hasilnya kurang memuaskan. Begitu

Lebih terperinci

Operasi pada Bilangan Pecahan

Operasi pada Bilangan Pecahan Operasi pada Bilangan Pecahan Pada kegiatan belajar ini, akan dibahas beberapa operasi pada bilangan pecahan. Operasi-operasi itu adalah operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi perkalian, dan

Lebih terperinci

KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN. bukan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak

KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN. bukan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak KESULITAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN A. PENDAHULUAN Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BALOK PECAHAN. ,,, dan seterusnya. Berikut contoh balok pecahan

BALOK PECAHAN. ,,, dan seterusnya. Berikut contoh balok pecahan BALOK PECAHAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti siswa di sekolah. Siswa sering menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit. Banyak faktor yang menyebabkan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tentang pemahaman siswa. Biasanya siswa memahami sesuatu hanya melalui 1 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Pemahaman Konsep Sudut a. Pengertian Pemahaman Dalam uraian ini penulis akan mengulas pengertian pemahaman dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salahsatu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atas studi pendahuluan yang dilaksanakan bersamaan Program Latihan

BAB I PENDAHULUAN. Atas studi pendahuluan yang dilaksanakan bersamaan Program Latihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atas studi pendahuluan yang dilaksanakan bersamaan Program Latihan Profesi (PLP) di SLB Negeri Cicendo berdasarka hasil observasi dan wawancara dengan wali kelas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi wicara bermakna dalam BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Hakikat Membaca Pada hakikatnya membaca merupakan keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang lambang grafis, yang perubahannya menjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Deskripsi Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian Pecahan Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Deskripsi Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian Pecahan Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Deskripsi Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian Pecahan 2.1.1 Kemampuan Siswa Menentukan Hasil Perkalian Menurut Sudjana (dalam Mirna 2012:6) kemampuan adalah kesanggupan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMBAGI BILANGAN CACAH DI SDN I KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Sri Yain R. Naue Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

Jumnah, Gandung Sugita, dan Marinus B. Tandiayuk. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Jumnah, Gandung Sugita, dan Marinus B. Tandiayuk. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Menggunakan Benda Konkret di Kelas IV SDN Makarti Jaya Bahodopi

Lebih terperinci

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASIKAN BANGUN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS II SDN I BUA KECAMATAN BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Oleh MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM. 151 410 323

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pecahan merupakan materi dasar dalam matematika, oleh karena itu sangat penting bagi semua siswa untuk dapat menguasai materi tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari pecahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI PENINGKATAN KEAKTIFAN BERDISKUSI SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA TENTANG PESAWAT SEDERHANA MELALUI KOMBINASI MODEL JIGSAW DENGAN NHT ( NUMBERED HEADS TOGETHER ) DI KELAS V SDN MARGOURIP I KECAMATAN NGANCAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, tujuan pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah memberikan penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana

SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana SKIM PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT OLEH SISWA SD JURNAL Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar Sarjana Program Studi S1 Pendidikan Matematika Disusun Oleh Ayu Ostyaningsih 202013020 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

JURNAL APLIKASI TIM MATIC UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN

JURNAL APLIKASI TIM MATIC UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN JURNAL APLIKASI TIM MATIC UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI PECAHAN APLICATION TIM MATIC TO INCREASING INTEREST AND STUDENT LEARNING OUTCOMES JUNIOR HIGH SCHOOL IN MATTER

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD 799 JURNAL KIP - Vol. IV. No. 1, Maret 2015 Juni 2015 PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD Harmelia

Lebih terperinci

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai

1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai 1. Nilai Tempat Bilangan 10.000 s.d. 100.000 Lambang bilangan Hindu-Arab yang setiap kali kita gunakan menggunakan sistem desimal dengan nilai tempat. Menggunakan sistem desimal (dari kata decem, bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL. Nurkhikmatun

PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL. Nurkhikmatun Didaktikum : Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 3, Juli 2016 ISSN 2087-3557 PENINGKATAN KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DALAM MENGERJAKAN SOAL CERITA MELALUI METODE BERMAIN KARTU SOAL SD Negeri Kutamendala

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPIK PECAHAN DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPIK PECAHAN DI SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TOPIK PECAHAN DI SEKOLAH DASAR Sugiarto Pudjohartono, Sardjana, A., Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email:sugiartousd@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB PECAHAN. Tujuan Pembelajaran

BAB PECAHAN. Tujuan Pembelajaran BAB PECAHAN 5 Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kamu dapat: Menjadikan pecahan biasa ke bentuk persen dan sebaliknya. Menjadikan pecahan biasa ke bentuk desimal dan sebaliknya. 3. Menjumlah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA MELAKUKAN PENGERJAAN HITUNG UTAMA PADA PECAHAN Oleh: T. Wakiman, dosen PGSD FIP UNY

PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA MELAKUKAN PENGERJAAN HITUNG UTAMA PADA PECAHAN Oleh: T. Wakiman, dosen PGSD FIP UNY Kode Makalah PM-9 PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA MELAKUKAN PENGERJAAN HITUNG UTAMA PADA PECAHAN Oleh: T. Wakiman, dosen PGSD FIP UNY Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo 1 Upaya Meningkatkan Keterampilan Menghitung Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa pada Siswa Kelas IV di SDN 4 Telaga Kabupaten Gorontalo Meriyanti T. Mohamad Dra. Martianty Nalole, M.Pd 1 Dra. Samsiar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Sejarah Ketrampilan Berhitung Berhitung adalah cabang dari matematika. Berbagai kamus ensiklopedi merumuskan berhitung sebagai ilmu (pengetahuan) tentang bilangan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran Siklus 1

Lampiran 1. Perangkat Pembelajaran Siklus 1 LAMPIRAN Lampiran 1 Perangkat Pembelajaran Siklus 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SDN Sidorejo lor 6 Mata Pelajaran Kelas/Smester Waktu : Matematika : 3 (tiga)/ii (dua) : 4 X 35 menit

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki

Lebih terperinci

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Learning Obstacle pada Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Setelah melakukan uji instrumen pada beberapa jenjang pendidikan, ditemukan beberapa learning

Lebih terperinci