TOTAL NILAI PACKED CELL VOLUME (PCV) DAN ERITROSIT KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN BANYUMAS.
|
|
- Yandi Setiawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TOTAL NILAI PACKED CELL VOLUME (PCV) DAN ERITROSIT KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN BANYUMAS. TOTAL VALUE PACKED CELL VOLUME (PCV) AND ERYTHROCYTES INFECTED RABBIT COCCIDIOSIS IN BANYUMAS Putri Meisari, Mohandas Indradji dan Diana Indrasanti Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh koksidiosis terhadap kadar Packed Cell Volume (PCV) dan jumlah eritrosit pada kelinci di Kabupaten Banyumas. Penelitian menggunakan metode survei dan metode laboratoris. Pengambilan sampel menggunakan metode convenient sampling/ accident sampling/ selected sampling (tidak terikat).sasaran penelitian adalah peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas. Model analisis yang digunakan adalah Pengujian Student (T test). Hasil penelitian diperoleh rataan (Ŷa) total Packed Cell Volume (PCV) kelinci yang terinfeksi koksidiosis 3,1757 x 10 6 dan rataan (Ŷb) Packed Cell Volume (PCV) total kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosi 1,5900 x Rataan (Ŷa) jumlah eritrosit kelinci yang terinfeksi koksidiosis 28,29% dan rataan (Ŷa) jumlah eritrosit kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis 29,75%. Hasil uji t menunjukan bahwa koksidiosis tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan total Packed Cell Volume (PCV) (P > 0,05) namun berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah eritrosit (P < 0.05). Kata Kunci : Packed Cell Volume (PCV), Eritrosit, Kelinci, Koksidiosis ABSTRACT The aim of this research was to determine the effect of rabbit coccidiosis on levels of Packed Cell Volume (PCV) and the number of erythrocytes in Banyumas. The research used survey methods and laboratory methods. The samplied was taken by convenient sampling method/ accident sampling /selected sampling (not attached). Target of the research was rabbit farms in Banyumas. The analysis model was used Student Testing (T test). The results were obtained by averaging (Ŷ a) Total Packed Cell Volume (PCV) of infected rabbit coccidiosis x 10 6 and the average (Ŷ b) Packed Cell Volume (PCV) of total non-infected rabbits coccidiosis x The average (Ŷ a) number of erythrocytes infected rabbit coccidiosis 28.29% (Ŷ a) and the average number of erythrocytes uninfected rabbit coccidiosis 29.75%. The T test results showed that coccidiosis did not significantly affect the total decline Packed Cell Volume (PCV) (P> 0.05) but significantly affect on decreasing the number of erythrocytes (P <0.05). Key words : Packed Cell Volume (PCV), Erythrocytes, Rabbit, Coccidiosis PENDAHULUAN Peternakan Kelinci memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian dan ketahanan pangan nasional. Kelinci merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial sebagai penyedia daging dalam hal diversifikasi sumber protein hewani. Kelinci juga mempunyai kualitas daging yang baik dengan kadar protein tinggi (20,8%), namun kadar lemak rendah (10,2%) dan kolesterol rendah dibandingkan daging ternak lain (Iskandar, 2001). Kelinci mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh dunia. Kendala yang sering terjadi dalam beternak kelinci adalah serangan penyakit. 353
2 Menurut Iskandar (2005), salah satu penyakit yang sering menjadi kendala beternak kelinci yaitu penyakit koksidiosis. Koksidiosis merupakan salah satu penyakit parasitik di sebabkan oleh Eimeria sp. Menurut Iskandar (2005), penyakit koksidiosis pada kelinci dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi, karena pada umumnya kelinci yang terinfeksi koksidiosis nafsu makannya akan menurun, kurus dan dapat menyebabkan kematian secara mendadak setelah mengalami diare. Selain dampak negatif secara ekonomi, penyakit koksidiosis juga dapat menyebabkan kelinci tidak tumbuh normal dan kerugian secara fisiologis. Pemeriksaan darah (hematologi klinis) merupakan salah satu metode untuk menetapkan suatu diagnosis penyakit yang dapat memberi gambaran tentang keadaan patologis dan fisiologis. Melalui pemeriksaan ini dapat diketahui adanya kelainan-kelainan dalam darah atau organ-organ pembentuk darah, serta kelainan darah akibat proses sistemik (Guyton dan Hall, 1982). Koksidiosis merupakan penyakit yang menyerang kelinci terutama umur muda (5-8 minggu) sedang kelinci dewasa cenderung karier. Penyakit koksidiosis yang terjadi pada kelinci umur 2,5 bulan dapat menyebabkan anemia yang ditandai menurunnya kadar haemoglobin, nilai Packed Cell Volume (PCV) dan total eritrosit (Tyasseta, 2009). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai total Packed Cell volume (PCV) dan eritrosit pada kelinci yang terinfeksi koksidiosis di Kabupaten Banyumas. MATERI DAN METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Banyumas yaitu Kedung Banteng, Karang Gintung, Sumampir, Rempoah dan Sokaraja. Materi penelitian yaitu 14 ekor kelinci terinfeksi koksidiosis dan 4 ekor kelinci tidak terinfeksi koksidiosis. Penelitian menggunakan metode survei dan metode laboratoris yaitu pemeriksaan feses dengan metode natif dan metode sentrifuse serta pemeriksaan darah serta pemeriksaan darah untuk menghitung total Packed Cell volume (PCV) dan jumlah eritrosit. Pengambilan sampel menggunakan metode convenient sampling/ accident sampling/ selected sampling (tidak terikat) (Sugiyono, 2011). Metode Analisis Model analisis yang digunakan adalah Pengujian Student (T test) (Sugiyono, 2011). Perhitungan Statistik Untuk Total Packed Cell Volume (PCV) Keterangan : Y 1 : Total PCV Kelinci Normal Y 2 : Total PCV Kelinci Terinfeksi Koksidiosis N : Jumlah Sampel DB : Derajat Bebas (N1+N2-2) Perhitungan Statistik Untuk Jumlah Eritrosit 354
3 Keterangan : Y a : Jumlah Eritrosit Kelinci Normal Y b : Jumlah Eritrosit Kelinci Terinfeksi Koksidiosis N : Jumlah Sampel DB : Derajat Bebas (Na+Nb-2) HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Banyumas mempunyai iklim tropis basah dengan rata-rata suhu udara rata-rata 26,3 o C. Suhu minimum sekitar 24,4 o C dan suhu maksimum sekitar 30,9 o C. Ketinggian wilayah di kabupaten banyumas sebagian besar berada pada kisaran m dpl yaitu seluas ,3 ha. Namun untuk wilayah baturraden terletak pada ketinggian sekitar 640 mdpl dengan suhu 18 C- 25 C. (Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2012). Sedangkan menurut Direktorat Perbibitan Ternak (2011) kondisi lingkungan yang ideal bagi kelinci untuk tumbuh dan berkembang biak yaitu pada suhu o C. Dengan demikian sebagian besar kondisi lingkungan Kabupaten Banyumas kurang ideal untuk perkembangan kelinci. Dapat disimpulkan bahwa secara geografis wilayah Baturraden memiliki potensi besar sebagai tempat mengembangkan peternakan kelinci. Sarwono (2002) menambahkan bahwa kelinci dapat dipelihara dan berkembangbiak dengan baik di daerah berketinggian di atas 500 mdpl dengan suhu udara sejuk, yaitu berkisar antara o C dan kelembaban antara 60 90%. Dengan kondisi geografis Kabupaten Banyumas yang besar berada didataran rendah dan bersuhu tinggi maka potensi penyakit yang menyerang ternak kelinci menjadi besar termasuk penyakit parasitik seperti koksidiosis. Koksidiosis di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas pada umumnya menginfeksi kelinci muda. Kenampakan ookista dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu hasil isolasi dari kelinci di Kabupaten Banyumas. Sesuai dengan pendapat Iskandar (2005) bahwa kelinci muda lebih sering terinfeksi koksidiosis namun pada umumnya disebabkan oleh Eimeria stiedae yaitu koksidiosis bentuk hati dengan gejala-gejala berupa diare, nafsu makan hilang, dan bulu kasar. Kelinci tidak tumbuh normal, badan kurus dan tidak tampak sehat. Pada Gambar 1a merupakan hasil ookista yang belum bersporulasi dan Gambar 1b menunjukan ookista yang sudah bersporulasi hasil isolasi dari feses kelinci. Ookista yang terlihat telah bersporulasi merupakan hasil isolasi yang didiamkan selama 14 hari pada suhu 4 C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah eritrosit sampel kelinci yang terinfeksi koksidiosis di Kabupaten Banyumas mengalami penurunan dibandingkan dengan kelinci normal sebesar 4-7 x 10 6 (Budiyono, 2008). Kelompok kelinci yang terinfeksi kosidiosis memiliki rataan (Ȳ1) total eritrosit yaitu 3,1757 x 10 6 (Tabel 1). Meskipun jika dibandingkan dengan rataan (Ȳ2) total eritrosit sampel kelinci tidak terinfeksi koksidiosis yaitu 1,5900 x 10 6 lebih besar daripada rataan (Ȳ1) total eritrosit kelinci yang terinfeksi. Menurut Hana dkk. (2011) penurunan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu lamanya koksidiosis menginfeksi kelinci tersebut. Sedangkan Iskandar (1991) menyatakan bahwa penurunan jumlah eritrosit dipengaruhi oleh banyaknya ookista yang menginfeksi kelinci. 355
4 (a) (b) Gambar 1. Ookista Eimeria sp kelinci yang terinfeksi koksidiosis di kabupaten Banyumas (a) belum bersporulasi dan (b) bersporulasi. Tabel 1. Hasil Rataan dan Simpang Baku Eritrosit Variabel Rataan Simpang Baku (Sd) t Hitung t Tabel 0,05 0,01 Eritrosit (Y1) 3,1757 x ,55 t Hit 1,96 ** 1,746 2,583 (Y2) 1,5900 x ,84 (Y1 = eritrosit kelinci teinfeksi koksidiosis ; Y2 = eritrosit kelinci tidak terinfeksi koksidiosis) Kelompok kelinci yang tidak terinfeksi dalam penelitian ini memiliki rataan jumlah eritrosit rendah. Hal tersebut dikarenakan penurunan jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Wicaksono (2009) penurunan jumlah eritrosit tidak hanya terjadi karena infeksi parasitik, akan tetapi dapat disebabkan oleh defisiensi nutrien terutama mikronutrien yang dibutuhkan dalam pembentukan eritrosit tidak mencukupi. Menurut Abun (2005) beberapa mikronutrien yang dapat berpengaruh dalam pembentukan eritrosit adalah vitamin B 12, mineral Zn, dan Cu. Mikronutrien berkaitan erat dengan jumlah kandungan nutrisi yang diberikan dan sistem pencernaan kelinci. Sehingga apabila pakan yang diberikan kepada kelinci tidak mencukupi kebutuhan mikronutrien pembentuk eritrosit maka kelinci dapat terkena anemia. Hasil uji t menunjukan bahwa koksidiosis pada kelinci berpengaruh nyata terhadap penurunan total eritrosit (t hitung > t 0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa total eritrosit kelinci yang terinfeksi Eimeria sp. menurun. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Iskandar (1991) bahwa infeksi Eimeria sp. dapat berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah erotrosit. Tyasseta (2009) juga menyatakan bahwa koksidiosis pada kelinci dapat menurunkan kadar haemoglobin (Hb), total eritrosit darah atau Packed Cell Volume (PCV). Tabel 2. Hasil Rataan dan Simpang Baku Packed Cell Volume (PCV) Variabel Rataan Simpang Baku (Sd) t Hitung t Tabel 0,05 0,01 PCV (Ya) 28,29 6,95 t Hit -0,34 ** 1,746 2,583 (Yb) ,54 (Ya = PCV kelinci teinfeksi koksidiosis ; Yb = PCV kelinci tidak terinfeksi koksidiosis) 356
5 Rataan total Packed Cell Volume (PCV) sampel kelinci yang terinfeksi koksidiosis mengalami penurunan dibandingkan dengan kelinci yang normal sebesar 33-48% (Budiyono, 2008). Kelompok kelinci yang terinfeksi kosidiosis memiliki rataan (Ȳa) total Packed Cell Volume (PCV) yaitu 28,29% (Tabel 2). Hasil tersebut lebih kecil dari rataan (Ȳb) total Packed Cell Volume (PCV) sampel kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis yaitu 29,75% (Tabel 2). Penurunan total Packed Cell Volume (PCV) disebabkan oleh infeksi koksidiosis. Penurunan Packed Cell Volume (PCV) akibat infeksi koksidiosis berbanding lurus dengan penurunan total jumlah eritrosit. Apabila jumlah eritrosit menurun maka total Packed Cell Volume (PCV) akan menurun juga (Guyton dan Hall 1982). Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 rataan jumlah eritrosit dan Packed Cell Volume (PCV) mengalami penurunan dibandingkan dengan kelinci normal yaitu dengan jumlah eritrosist 4-7 x 10 6 / µl dan total Packed Cell Volume (PCV) 33-48% (Budiyono, 2008). Berdasarkan hasil tersebut infeksi koksidiosis pada kelinci di Kabupaten Banyumas menyebabkan penurunan jumlah eritrosit dan total Packed Cell Volume (PCV). Menurunnya jumlah eritrosit dan total Packed Cell Volume (PCV) dapat diartikan bahwa kelinci yang terinfeksi koksidiosis mengalami anemia. Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan Praag (2003) bahwa infeksi koksidiosis dapat menyebabkan anemia yaitu penurunan total jumlah eritrosit dan total Packed Cell Volume (PCV) darah. Hana dkk. (2011) juga menyatakan bahwa infeksi koksidiosis dapat menyebabkan demam dan penurunan berat badan, disertai dengan anemia mikrositik normokromik, anemia makrositik normokromik, leukositosis, limfositosis, hiperfibrinogenemia. Anemia dapat diartikan penurunan jumlah eritrosit, hemoglobin, dan penurunan nilai Packed Cell Volume (PCV). Anemia mikrositik normokromik dan anemia makrositik normokromik adalah yang paling sering terjadi pada hewan akibat infeksi. Anemia tersebut dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, fungi, virus, protozoa dan parasit (Wicaksono, 2009). Hasil uji t menunjukkan bahwa infeksi koksidiosis pada kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan total Packed Cell Volume (PCV) (t hitung < t 0,05). Infeksi koksidiosis pada kelinci berpengaruh terhadap penurunan total Packed Cell Volume (PCV), akan tetapi tidak berpengaruh signifikan/ sangat nyata. Hal tersebut disebabkan persentase penurunan total Packed Cell Volume (PCV) kelinci yang terinfeksi koksidiosis tidak terlalu besar dibandingkan total Packed Cell Volume (PCV) kelinci yang tidak terinfeksi koksidiosis. SIMPULAN Jumlah eritrosit kelinci yang terinfeksi koksidiosis menurun. Koksidiosis pada Kelinci berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah eritrosit (P > 0,05). Total Packed Cell Volume (PCV) pada kelinci yang terinfeksi koksidiosis menurun, meskipun tidak signifikan (P < 0,05). DAFTAR PUSTAKA Abun Efek Suplementasi Produk Fermentasi dalam Ransum terhadap Komponen Darah Kelinci. Makalah Ilmiah. Universitas Diponegoro. Jatinangor. Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas dalam Angka Tahun BPS dan BAPEDA. Banyumas. Budiyono Gambaran Darah Kelinci yang Divaksin Ekstrak Caplak Rhipicephalus sanguineus. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 357
6 Direktorat Perbibitan Ternak Pedoman Pembibitan Kelinci yang Baik (Good Breeding Practice). Direktorat Perbibitan Ternak. Jakarta. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan, penerjemah Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology Hana A., Soesanto M., Siti I.O.S., Dwi L.K Respons Peristalsis dan Neuron Mienterik Nitrergik Usus Halus Kelinci yang Diinfeksi Eimeria magna. Jurnal Veteriner. Vol. 12 No. 2: Iskandar, T Kepekaan Kelinci (Oryctolagus cuniculus) Terhadap Infeksi Eimeria stiedae dan Gambaran Darahnya. Journal Article. Vol. 23 (42) P Balai Penelitian Veteriner. Bogor. Iskandar, T Studi Patogenitas dan Waktu Sporulasi Eimeria stiedae Galur Lapang pada Kelinci. Widyariset, LIPI. 3: Iskandar, T Masalah Koksidiosis pada Kelinci Serta Penanggulangannya.Lokakarya Nasional Potensi Dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.Balai Penelitian Veteriner. Bogor. Praag, Esther van Protozoa Enteritis : Coccidiosis. Artikel Imiah. Diakses 05 Januari Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sarwono, B Kelinci Potong dan Hias. Agromedia Pustaka. Jakarta. Tyasseta, Frida Diagnosa Koksidiosis dan Infeksi Staphylococcus Aureus pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) E 114. Makalah Koasistensi. diakses 09 Mei Wicaksono, Ardilasunu Anemia. Artikel Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 358
TOTAL PROTEIN PLASMA (TPP) DAN FIBRINOGEN DARAH PADA KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
TOTAL PROTEIN PLASMA (TPP) DAN FIBRINOGEN DARAH PADA KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (PLASMA PROTEIN TOTAL (PPT) AND FIBRINOGEN IN BLOOD OF RABBITS
Lebih terperinciKata kunci: Fascioliosis, total eritrosit, kadar hemoglobin,pakced cell voleme, Sapi Bali
ABSTRAK Fascioliosis pada sapi di Indonesia disebabkan oleh cacing Fasciola gigantica yang berpredileksi di saluran empedu dan hati. Infeksi cacing ini menyebabkan gangguan fungsi hati dan kerusakan saluran
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (ANALYSIS OF BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME CONTRIBUTION OF RABBITS FARMS IN BANYUMAS DISTRICT) Denny Wibowo, Krismiwati
Lebih terperinciPENGARUH UMUR DAN SANITASI TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA KELINCI DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
PENGARUH UMUR DAN SANITASI TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA KELINCI DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (THE INFLUENCE OF AGE OF RABBIT AND SANITATION AT RABBIT FARMING CENTRE IN BANYUMAS ON COCCIDIOSIS)
Lebih terperinciGAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN
Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 172-177 ISSN 0853-421 7 GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN (HEMATOLOGICAL CONDITION OF SHEEP DURING TRANSPORTATION
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni 9.665.117,07 sedangkan tahun 2013 yakni 9.798.899,43 (BPS, 2014 a ). Konsumsi protein hewani asal daging tahun 2011 2,75
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani adalah suatu strategi nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang sangat diperlukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam broiler adalah bahan pangan sumber protein hewani yang berkualitas tinggi karena mengandung asam amino esensial yang lengkap, lemak, vitamin, dan mineral serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan telur terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, persentase hematokrit, MCV, MCH dan MCHC ayam broiler dengan perlakuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sub sektor peternakan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat merupakan fungsi integral dalam pembangunan sektor pertanian secara keseluruhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu sumber protein hewani pada saat ini di Indonesia belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga budidaya kelinci yang ada saat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
Lebih terperinciKOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887)
KOKSIDIOSIS PAD A SAPI YANG DlSEBABKAN EIMERIA ZUERNII (RIVOLTA, 1887) SKRIPSI Ole h DESY SUGESTI B. 190046 FAKUL TAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 988 RINGKASAN Koksidia merupakan paras
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR
EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI
Lebih terperinciHASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum
HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu
Lebih terperinciBAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING
BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi unggas yang telah lama berkembang di Indonesia salah satunya ialah puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat sebagai sumber
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci
Sains Peternakan Vol. 10 (2), September 2012: 64-68 ISSN 1693-8828 Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan
Lebih terperinciHubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil
HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN PERSENTASE KARKAS DAN TEBAL LEMAK PUNGGUNG DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING Fajar Muhamad Habil*, Siti Nurachma, dan Andiana Sarwestri Universitas Padjadjaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang sering dipelihara dan dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia. Alasan utama masyarakat memelihara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Parasitemia Menurut Ndungu et al. (2005), tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat ringan (mild reaction), tingkat sedang (severe reaction),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi Bali adalah salah satu bangsa sapi murni yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus) dan mempunyai bentuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung
Lebih terperinciIdentifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak
Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com
Lebih terperinciPengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.
1 Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik kelinci keturunan flemish giant jantan Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H0504075 I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciGAMBARAN KLINIS SAPI BALI YANG TERINFEKSI. CACING Fasciola spp SKRIPSI
GAMBARAN KLINIS SAPI BALI YANG TERINFEKSI CACING Fasciola spp SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai GelarSarjanaKedokteranHewan Diajukan Oleh EkaWidyana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu komoditas ternak mudah berkembangbiak, tidak banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai hewan kesayangan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista
Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista (Oocyst Simultaneous Infection to Increase Broiler Immunity from Coccidiosis) S.J.A. Setyawati dan Endro
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat. Hal ini seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai
1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan pakan, yang mana ketersedian pakan khususnya untuk unggas harganya dipasaran sering
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH
ANALISIS KUALITAS AIR MINUM SAPI PERAH RAKYAT DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Doso Sarwanto 1) dan Eko Hendarto 2) ABSTRAK Produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas air yang dikonsumsinya.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY
POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Lebih terperinciImbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W
PENGARUH TINGKAT SERAT KASAR DALAM RANSUM PELET TERHADAP IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN PADA KELINCI REX THE EFFECT LEVEL OF CRUDE FIBER IN RATION OF PELLETS ON THE PROTEIN EFFICIENCY RATIO OF REX RABBIT Yanuar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik Mojosari merupakan itik lokal yang berasal dari Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik ini merupakan petelur unggul. Telur itik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun
Lebih terperinciSkripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
PENGARUH SUHU PEMANGGANGAN DAN SUPLEMENTASI MENIR KEDELAI TERPROTEKSI DAN MINYAK IKAN LEMURU TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelinci adalah salah satu ternak penghasil daging yang dapat dijadikan sumber protein hewani di Indonesia. Sampai saat ini masih sangat sedikit peternak yang mengembangkan
Lebih terperinciPenampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh
Media Peternakan, April 2004, hlm. 25-29 ISSN 0126-0472 Vol. 27 N0. 1 Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh L. Khotijah, R. G. Pratas, &
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. satu komoditi yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas khususnya ayam dan itik di Indonesia merupakan salah satu komoditi yang sangat berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat (Supartono & Yunus,
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN
Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS
Lebih terperinciSKRIPSI BUHARI MUSLIM
KECERNAAN ENERGI DAN ENERGI TERMETABOLIS RANSUM BIOMASSA UBI JALAR DENGAN SUPLEMENTASI UREA ATAU DL-METHIONIN PADA KELINCI JANTAN PERSILANGAN LEPAS SAPIH SKRIPSI BUHARI MUSLIM PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam ras tipe pedaging yang umumnya dipanen pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang bertujuan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sapi di Indonesia terus berkembang seiring meningkatkan pengetahuan dan teknologi dibidang peternakan. Sapi Bali adalah jenis sapi lokal yang memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng). Karakteristik dari sapi bali bila dibedakan dengan sapi lainnya
Lebih terperinciSKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK
i 0 b('/ PEMANFAATAN RANSUM AMPAS TEH (Cnnzrllin sinensis) YANG DITAMBAHKAN SENG (Zn) LEVEL BERBEDA TERHADAP REPRODUKSI DAN KONSUMSI KELINCI BETINA PADA SETIAP STATUS FISIOLOGI SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah
24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah
Lebih terperinciEvaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan
Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan Sulastri Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,
Lebih terperinciSTUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN
STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN SALFINA, A. HAMDAN, dan D.D. SISWANSYAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima BaturNo.4, Banjarbaru,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) Siti Amanah, Hanung Dhidhik Arifin, dan Roisu Eni Mudawaroch Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Darah merupakan organ khusus yang berbentuk cair yang berbeda dengan organ lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan tersebut memiliki laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya
Lebih terperinci