PENGARUH UMUR DAN SANITASI TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA KELINCI DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
|
|
- Ridwan Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH UMUR DAN SANITASI TERHADAP KOKSIDIOSIS PADA KELINCI DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (THE INFLUENCE OF AGE OF RABBIT AND SANITATION AT RABBIT FARMING CENTRE IN BANYUMAS ON COCCIDIOSIS) Utami Diah Pramesti, M Indradji, dan Diana Indrasanti Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto e.mail.diahpramestiutami@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan tanggal 7 Juni 2012 sampai tanggal 7 Agustus Tujuan penelitian adalah (1) Mengetahui tingkat prevalensi koksidiosis di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas, (2) Mengetahui pengaruh kisaran umur dan sanitasi terhadap kejadian koksidiosis pada kelinci di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas. Metode penelitian yang digunakan adalah survei, dengan sasaran penelitian adalah ternak kelinci yang berumur < 4 bulan dan yang berumur > 4 bulan, sanitasi kandang kelinci dengan kriteria: bersih dan kotor. Teknik analisis data adalah analisis deskriptif dalam menguraikan tingkat prevalensi koksidiosis di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas dengan lokasi pengambilan sampel di Kecamatan Sumbang (Karanggintung), Kecamatan Sokaraja (Sokaraja Lor), Kecamatan Sumpiuh (Sumpiuh), Kecamatan Banyumas (Kemranjen) dan Kecamatan Baturaden (Banjarsari Wetan, Banjarsari Kulon dan Rempoah) dan analisis chi-square untuk mengetahui pengaruh variabel umur dan sanitasi terhadap koksidiosis pada kelinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat prevalensi pada sentra ternak kelinci di Kabupaten Banyumas sebesar 40,09%. Koksidiosis yang menyerang kelinci tidak dipengaruhi oleh umur (P>0,05), sehingga mempertegas pendapat bahwa penyakit koksidiosis dapat menyerang kelinci pada semua tingkat umur. Sanitasi juga tidak berpengaruh terhadap penyakit koksidiosis (P>0,05), dikarenakan kebersihan kandang kelinci pada sampel peternakan kondisinya relatif serupa. Kata kunci: kelinci, prevalensi, koksidiosis, umur, sanitasi ABSTRACK This study was conducted on 7 th June 2012 to 7 th August The objective of this research was (1) to determine the prevalence rate of the coccidiosis to age and sanitation at rabbit breeding centers in Banyumas, (2) to know the influence of rabbits age range and sanitation to coccidiosis at rabbit breeding centers in Banyumas. The research method used was survey method and the research target were rabbits aged <4 months and aged > 4 months and also the clean and dirty rabbit s cage sanitation criteria. Analysis techniques used were descriptive analysis in analyzing the prevalence of coccidiosis at rabbit breeding centers in Banyumas with sampling sites in Sumbang sub district (Karanggintung), Sokaraja sub district (Sokaraja Lor), Sumpiuh sub district (Sumpiuh), Banyumas sub district (Kemranjen) and Baturaden sub district (Banjarsari Wetan, Banjarsari Kulon and Rempoah), while chi-square analyses were used to determine the influence of age and sanitation variables to coccidiosis on rabbits. The results showed that the prevalence rate in some rabbit farming centers in Banyumas district amounted to 40,09%. Coccidiosis that attacked the rabbits was not influenced by age because coccidiosis was able to infect the rabbits at all ages (P>0,05). Sanitation had no effect on the coccidiosis (P>0,05) since the condition of rabbits cage hygiene at the sampling sites relatively similar. Keywords: Rabbits, Prevalence, Coccidiosis, Ages, Sanitation 359
2 PENDAHULUAN Kelinci merupakan salah satu komoditi peternakan yang potensial sebagai penyedia daging dan salah satu aneka ternak yang mendapat perhatian pemerintah untuk dikembangbiakkan. Kelinci mempunyai potensi yang sangat besar dan mudah diusahakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Manfaat kelinci selain diambil dagingnya, dapat juga dijadikan sebagai hewan percobaan dan hewan pemeliharaan (hewan hias). Hal tersebut yang menyebabkan banyaknya peminat masyarakat terhadap kelinci, sehingga populasi kelinci perlu diperhatikan dan ditingkatkan (Hustamin dan Dani, 2007). Usaha peternakan rakyat kelinci tidak terlepas dari berbagai hambatan internal kelinci. Salah satu kendala tersebut adalah penyakit koksidiosis. Koksidiosis merupakan salah satu penyakit parasit protozoa yang paling sering dan umum terjadi yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan penggunaan nutrisi. Penyakit tersebut ditandai dengan penurunan berat badan, diare yang sering hingga diare hebat dengan feses mengandung mukus dan atau darah yang mengakibatkan dehidrasi dan penurunan perkembangbiakkan serta mortalitas yang tinggi pada kelinci. Sebelum wabah koksidiosis terjadi di peternakan, usaha terbaik adalah dengan mencegah timbulnya penyakit tersebut dengan menerapkan manajemen pemeliharaan yang ketat. Seperti melakukan sanitasi yang baik terhadap kandang dan lingkungannya, maupun dengan obat tertentu yang dicampurkan dalam pakan yang lazim disebut koksidiostat (Setyawati dan Yuwono, 2006). Sehingga kejadian penelitian ini akan bermaksud untuk mengetahui bagaimana pengaruh umur dan sanitasi terhadap koksidiosis dan berapa angka kejadian penyakit koksidiosis di sentra peternakan kelinci di Kabupaten Banyumas. METODE Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : kelinci umur kurang dari 4 bulan, dan kelinci umur lebih dari 4 bulan dimana yang terinfeksi koksidiosis 17 ekor dan yang tidak terinfeksi 37 ekor, sehingga total jumlahnya sebanyak 54 ekor. Alat yang digunakan selama penelitian untuk menghitung ookista yaitu spuit injeksi, mortir, mikroskop listrik, termos, tabung reaksi, object glass, cover glass, tabung mikrohematokrit, sentrifuse, pipet, kertas, dan label. Bahan yang digunakan selama penelitian yaitu feses, garam jenuh 23%, aquadest, alkohol 70%. Penelitian menggunakan metode survei dengan menggunakan rancangan convenient sampling/selected sampling (Atmosukarto, 1994) dan pemeriksaan feses dengan metode natif dan sentrifus (Subekti dkk., 2007). Peubah yang diukur adalah umur (umur dibagi menjadi 2 yaitu umur < 4 bulan, umur > 4 bulan) dan sanitasi (sanitasi dibagi menjadi 2 yaitu sanitasi kotor dan sanitasi bersih. Didefinisikan sanitasi bersih yaitu sebagai kondisi yang tidak lembab, tidak berbau menyengat diluar itu dikondensikan sebagai kondisi kotor. Data yang diperoleh setelah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis Chi-Square. HASIL DAN PEMBAHASAN Prevalensi Koksidiosis di Sentra Peternakan Kelinci Kabupaten Banyumas Prevalensi adalah suatu bagian dari studi epidemiologi yaitu jumlah ternak dalam populasi yang mengalami penyakit, gangguan atau kondisi tertentu pada suatu rentan waktu yang 360
3 dihubungkan dengan besar populasi dari mana kasus itu berasal (Timmreck, 2004). Analisis mengenai prevalensi kelinci berdasarkan lokasi sentra peternak kelinci di Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini. Tabel 1. Perhitungan Prevalensi Berdasarkan Lokasi No Lokasi Jumlah Kelinci Jumlah Kelinci yang Prevalensi (%) Terinfeksi (ekor) 1 Karanggintung Banyumas ,11 3 Banjarsari Wetan ,10 4 Rempoah ,88 5 Kedungbanteng Sumampir Banjarsari Kulon Sumpiuh Total ,09 Berdasarkan hasil penelitian terhadap 54 sampel kelinci di Kabupaten Banyumas pada berbagai umur, terdapat 17 ekor kelinci yang positif terinfeksi koksidiosis atau sebesar 44,58% dari total sampel. Terdapat delapan kelompok tingkat prevalensi yang dibedakan berdasarkan lokasi. Tingkat prevalensi tertinggi terdapat di Karanggintung yaitu sebesar 20% atau 9 ekor yang positif terinfeksi dari 45 ekor jumlah kelinci, sedangkan tingkat prevalensi terendah terdapat pada Banjarsari Wetan sebesar 4,10% atau 3 ekor yang positif terinfeksi dari 75 ekor jumlah kelinci dan Banyumas sebesar 11,11% atau 1 ekor dari 9 ekor jumlah kelinci yang dipelihara. Tingginya tingkat prevalensi pada suatu daerah kemungkinan disebabkan oleh pakan ternak yang berasal dari hijauan rumput yang diberikan. Hal tersebut disebabkan pengambilan rumput atau hijauan oleh peternak dilakukan pada pagi dan sore hari, dimana pada waktu tersebut hijauan cenderung tercemar Eimeria sp. sehingga memperbesar kemungkinan kelinci terserang penyakit. Sedangkan sanitasi daerah di Karanggintung tergolong bersih diantara delapan sentra ternak kelinci dalam penelitian ini. Diduga faktor umur kelinci yang sudah lepas sapih jadi masih rentan kekebalan tubuhnya. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Bariroh dkk. (2001) yang menyebutkan bahwa 90% koksidiosis menyerang kelinci lepas sapih hingga umur 6 bulan. Penyebab rendahnya prevalensi di suatu daerah kemungkinan dikarenakan pengambilan pakan pada waktu siang hari dimana Eimeria sp. akan mati saat terkena sinar matahari walaupun sanitasi pada daerah tersebut tergolong kotor. Pada masa peralihan tersebut tingkat kekebalan umur kelinci masih rendah sehingga rentan untuk terinfeksi bakteri yang bisa masuk ke tubuh ternak kapan saja. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Brahmantiyo dan Raharjo. (2001), menyatakan bahwa anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada umur 6-8 minggu. Diduga kelinci yang terserang diare non infeksi dapat disembuhkan sedangkan kelinci yang terserang penyakit disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, protozoa, kapang atau agen infeksi yang lain tidak dapat disembuhkan. Data penelitian yang teramati dari pemeriksaan 54 ekor kelinci yang mengalami diare hanya 17 ekor yang terdiagnosa terinfeksi koksidiosis 31,48% yang berarti 68,52% kelinci yang mengalami diare tidak disebabkan oleh koksidiosis. Sehingga, koksidiosis di 361
4 Kabupaten Banyumas memiliki prevalensi lebih dari separuh (40,09%) dari kelinci yang mengalami diare dan kembung (53,96%) (Setyawati dkk., 2012). Pengaruh Umur Terhadap Koksidiosis Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis Chi-Square menunjukkan bahwa F hit lebih kecil dari F tabel ini menunjukan bahwa umur tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh umur kelinci tidak berpengaruh nyata terhadap koksidiosis, dikarenakan penyakit koksidiosis dapat menyerang kelinci dalam berbagai umur. Namun hal teresebut tidak sesuai dengan pendapat Al-Mathal (2008), yang menyatakan bahwa koksidiosis yang disebabkan oleh spesies Eimeria steidae lebih sering menginfeksi kelinci muda (umur 2 bulan), kemudian rata-rata kejadian koksidiosis akan menurun seiring dengan bertambahnya umur. Karena semakin bertambahnya umur kelinci kekebalan tubuhnya menjadi lebih kebal terhadap penyakit daripada pada waktu masih umur muda. Menurut Levine (1990), anak kelinci harus disapih seawal mungkin dan dipisahkan dari induknya, sebab kelinci dewasa (carier) merupakan sumber infeksi bagi kelinci umur muda. Pada penelitian ini, total jumlah kelinci yang berada pada umur kurang dari 4 bulan sebanyak 36 ekor, pada umur tersebut terdapat 14 ekor yang positif yang terinfeksi koksidiosis dan yang tidak terinfeksi sebanyak 22 ekor. Sedangkan total kelinci yang berada pada umur lebih dari 4 bulan sebanyak 17 ekor dengan 3 ekor yang terinfeksi koksidiosis dan 14 ekor yang tidak terkena koksidiosis. Dikarenakan kekebalan tubuh pada ternak tersebut masih kurang begitu kuat karena masih dalam keadaan lepas sapih dari induknya. Walaupun tidak jarang juga penyakit koksisdiosis juga dapat menyerang kelinci umur produktif dikarenakan kebersihan pakan yang diberikan ataupun tingkat sanitasi kandang ternak yang masih kotor (Bariroh dkk, 2001). Pengaruh Sanitasi Terhadap Koksidiosis Berdasarkan perhitungan menggunakan analisis Chi-Square bahwa F hit lebih kecil dari F tabel menunjukan bahwa sanitasi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0.05), sehingga sanitasi tidak mempengaruhi penyakit koksidiosis pada ternak kelinci. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan antara induk kelinci yang karier koksidiosis berada dalam kandang yang sama dengan anak-anak kelinci yang belum lepas sapih. Sehingga induk kelinci menjadi sumber penularan koksidiosis pada anak-anak kelinci. Hasil pengamatan terhadap sanitasi pada tatalaksana perkandangan di tempat penelitian sebagian besar masih terdapat kandang yang kotor dan lembab menyebabkan lalat dan hewan kecil yang berterbangan di sekitar kandang yang dapat menularkan penyakit, selain itu sebagian kandang dibiarkan tidak terkena sinar matahari. Menurut pendapat Brahmantiyo dan Raharjo (2001) sinar matahari pada pagi hari sangat penting bagi kesehatan tubuh ternak. Sampel kelinci yang terserang penyakit koksidiosis yang dipengaruhi oleh sanitasi kotor berjumlah 3 ekor dan pada sanitasi bersih berjumlah 14 ekor. Hal tersebut dikarenakan faktor kebersihan kandang yang belum terjaga dengan baik maupun dari segi pakan yang diberikan kurang terjaga kebersihannya pada waktu pengambilannya, serta diduga tertularnya kelinci muda dengan kelinci dewasa yang pernah terserang penyakit koksidiosis. Usaha pencegahan dari penyakit koksidiosis dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan disekitar kandang termasuk tempat pakan dan tempat minum setiap hari dengan 362
5 dicuci bersih, sanitasi yang baik akan menekan perkembangan penyakit yang menyerang terhadap ternak kelinci maupun peternak itu sendiri. Kandang pemeliharaan diusahakan selalu kering agar tidak menjadi sarang penyakit bagi kelinci, karena kandang yang lembab dan basah menyebabkan kelinci mudah terserang penyakit dan menyebabkan siklus hidup bakteri/kuman cepat berkembangbiak. Menurut pendapat Fitri (2010) bahwa beternak kelinci sebaiknya ditempat yang memiliki iklim sedang dengan suhu ideal C, karena kelinci sangat peka terhadap suhu lingkungan dan kelembaban yang tinggi. Pada penelitian terdapat peternakan kelinci yang telah menerapkan sanitasi sesuai standar kebersihan, diantaranya pada daerah Karanggintung dan Rempoah. Peternak tersebut membersihan kandang kelincinya setiap dua kali sehari, tempat pakan dan minum kelinci yang diberikan juga selalu dibersihkan. Namun ada pula yang masih dan dikontrol belum sesuai standar kebersihan, diantaranya pada peternakan Rempoah dan Banjarsari Kulon, dimana kandang kelinci dibersihkan sekali dalam sehari, pembuangan kotoran dan sisa pakan yang masih tercecer disekitar kandang, tempat pakan dan minum juga jarang dibersihkan. Pakan yang diberikan pada kelinci tidak dikontrol dan diperhatikan apakah sudah berjamur ataupun belum. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan peternak yang belum mengetahui secara luas tentang cara pemeliharaan yang benar dan baik terhadap ternak kelinci yang dipeliharanya. Menurut pendapat Kartadisastra (1994) pakan yang tercecer dan tidak cepat dibersihkan dapat dijadikan sarang bakteri ataupun lalat sebagai tempat menetaskan telur lalat, hal tersebut dapat mengakibatkan ternak kelinci mudah terserang penyakit dengan cepat dan menularkan kepada ternak kelinci lainnya. SIMPULAN 1. Tingkat prevalensi pada sentra ternak kelinci di Kabupaten Banyumas sebesar terjadi di daerah Karanggintung yaitu dengan tingkat prevalensi sebesar 20% dan terendah 4,10%. 2. Penyakit koksidiosis yang menyerang kelinci tidak dipengaruhi oleh umur dan sanitasi. DAFTAR PUSTAKA Atmosukarto K Cara Pengambilan dan Penentuan Besar Sampel Untuk Penelitian Sosial. Media Litbangkes Vol. IV Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes. Al-Mathal Hepatic Coccidiosis of the Domestic Orycolagus cuniculus domesticus L. In Saudi Arabia. World Journal of Zoology. 3 (1): Bariroh, N.R, Wafiatiningsih, I. Sulistyono dan R.A. Saptani Prospek Pengembangan Kelinci Non-Lokal di Kalimantan Timur. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Samarinda dan Bogor. Brahmantiyo, B dan Y.C. Raharjo Pengembangan Pembibitan Kelinci di Pedesaan dalam Menunjang Potensi dan Prospek Agribisnis Peternakan. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci. Bogor. Fitri, I. M Sistem Pakar Untuk Memprediksi Jenis Penyakit Pada Kelinci dengan Metode Forward Chaining. Skripsi. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Jawa Timur. Hustamin R. dan Dani Panduan Memelihara Kelinci Hias. Cetakan ketiga. Agro Media Pustaka. Jakarta. 363
6 Kartadisatra, H. R Beternak Kelinci Unggul. Angkasa. Bandung. Levine, N.D Text Book Of Veterinary Parasitology. Penerjemah G. Ashadi Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. P : , , 521. Setyawati, S.J.A dan Endro Yuwono Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler Terhadap Penyakit Koksidiosis Melalui Infeksi Simultan Ookista. Animal Production. Vol. 8, No. 1. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Setyawati, S.J.A., Indrasanti, D., Hastuti, S., S., Yuwono, E., Indradji, M., Prabowo, D Inventarisasi Penyakit Ternak Kelinci di Sentra Peternak Kelinci di Kabupaten Banyumas. Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Agribisnis Peternakan dalam Mendukung Pemenuhan Protein Hewani Nasional. Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. Subekti, S., S. Koesdarto, S. Mumpuni, H. Puspitawati, dan Kusnoto Penuntun Praktikum Teknik Laboratorium Seksion Ilmu Penyakit Helminth Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Sutisna, A Usaha Budidya dan Pemasaran Produk Kelinci di Wilayah Jawa Barat. Lokakarya Nasional Potensi dan Pengembangan Usaha Kelinci. Bandung. Timmreck. T.C Epidemiologi Suatu Pengantar. Edisi 2. Penerbit. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 364
TOTAL NILAI PACKED CELL VOLUME (PCV) DAN ERITROSIT KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN BANYUMAS.
TOTAL NILAI PACKED CELL VOLUME (PCV) DAN ERITROSIT KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI KABUPATEN BANYUMAS. TOTAL VALUE PACKED CELL VOLUME (PCV) AND ERYTHROCYTES INFECTED RABBIT COCCIDIOSIS IN BANYUMAS
Lebih terperinciUpaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista
Upaya Peningkatan Kekebalan Broiler terhadap Penyakit Koksidiosis melalui Infeksi Simultan Ookista (Oocyst Simultaneous Infection to Increase Broiler Immunity from Coccidiosis) S.J.A. Setyawati dan Endro
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN PETERNAK KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (ANALYSIS OF BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME CONTRIBUTION OF RABBITS FARMS IN BANYUMAS DISTRICT) Denny Wibowo, Krismiwati
Lebih terperinciFakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK
114 PENGARUH TATALAKSANA KANDANG TERHADAP INFEKSI HELMINTHIASIS SALURAN PENCERNAAN PADA PEDET PERANAKAN SIMENTAL DAN LIMOUSIN DI KECAMATAN YOSOWILANGUN LUMAJANG Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan ternak lain, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, mudah dikembangbiakkan,
Lebih terperinciPrevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDING CENTER SOBANGAN VILLAGE, DISTRICT MENGWI, BADUNG
Lebih terperinciPrevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung THE PREVALENCE OF TREMATODES IN BALI CATTLE BREEDERS REARED IN THE SOBANGAN VILLAGE, MENGWI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak babi merupakan salah satu bagian penting dalam menunjang perekonomian banyak negara. Populasi babi terus meningkat dari tahun ke tahun terkait meningkatnya
Lebih terperinciPrevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan
Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014 Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan Prevalence of
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya melakukan pemeriksaan parasit cacing pada ternak sapi dan melakukan observasi lingkungan kandang
Lebih terperinciPEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA
PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA Disusun Oleh: Mochamad Iqbal G1B011045 Kelompok : VII (Tujuh) LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS
Lebih terperinciTOTAL PROTEIN PLASMA (TPP) DAN FIBRINOGEN DARAH PADA KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS
TOTAL PROTEIN PLASMA (TPP) DAN FIBRINOGEN DARAH PADA KELINCI YANG TERINFEKSI KOKSIDIOSIS DI SENTRA PETERNAKAN KELINCI DI KABUPATEN BANYUMAS (PLASMA PROTEIN TOTAL (PPT) AND FIBRINOGEN IN BLOOD OF RABBITS
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF
PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciPENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi
PENGENDALIAN INFEKSI CACING HATI PADA SAPI OLeh : Akram Hamidi PENDAHULUAN Infeksi cacing hati (fasciolosis) pada ternak ruminansia (sapi dan kerbau) di Indonesia merupakan penyakit parasiter yang disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni 9.665.117,07 sedangkan tahun 2013 yakni 9.798.899,43 (BPS, 2014 a ). Konsumsi protein hewani asal daging tahun 2011 2,75
Lebih terperinciPrevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung
Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung PREVALENSI NEMATODA GASTROINTESTINAL AT SAPI BALI IN SENTRA PEMBIBITAN DESA SOBANGAN, MENGWI, BADUNG
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN
PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN S.M. Hadi Saputra, Sri Minarti, dan M.Junus Jurusan Produksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Prevalensi, Intensitas, Leucocytozoon sp., Ayam buras, Bukit Jimbaran.
ABSTRAK Leucocytozoonosis merupakan salah satu penyakit yang sering menyebabkan kerugian berarti dalam industri peternakan. Kejadian penyakit Leucocytozoonosis dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu umur,
Lebih terperinciPENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN
M. Handayani, dkk Pendapatan Tenaga Kerja... PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN FAMILY LABOUR INCOME ON CATTLE FARMING IN TOROH SUBDISTRICT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani adalah suatu strategi nasional dalam rangka peningkatan ketahanan pangan yang sangat diperlukan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN ABSTRAK
JURNAL UDAYANA MENGABDI, VOLUME 15 NOMOR 1, JANUARI 2016 UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN I.A.P.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN
Agros Vol.17 No.2, Juli 2015: 214-221 ISSN 1411-0172 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN ANALYSIS OF LIVESTOCK REVENUE AND FEASIBILITY BROILER CHICKENS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh parasit cacing yang dapat membahayakan kesehatan. Penyakit kecacingan yang sering menginfeksi dan memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan
Lebih terperinci(ANALYSIS OF NEEDED INVESTMENT FOR BROILER CHICKEN FARM IN PURBALINGGA)
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI USAHA PETERNAKAN AYAM NIAGA PEDAGING DI KABUPATEN PURBALINGGA (ANALYSIS OF NEEDED INVESTMENT FOR BROILER CHICKEN FARM IN PURBALINGGA) Atun Rohayat, Nunung Noor Hidayat, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi parasit internal masih menjadi faktor yang sering mengganggu kesehatan ternak dan mempunyai dampak kerugian ekonomi yang besar terutama pada peternakan rakyat
Lebih terperinciTERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT
TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing merupakan salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk dipelihara oleh masyarakat. Masyarakat banyak memelihara kucing, tetapi banyak juga yang kurang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Pusat Pembibitan dan Penggemukan Ternak Wonggahu pada tahun 2002 dikelola oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo
Lebih terperinciTHE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD
THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya
Lebih terperinciKOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif
KOKSIVET SUPRA '95 Vaksin Koksidiosis Poliphalent Iradiasi Aktif PENDAHULUAN Bertepatan dengan ulang tahun ke 50 Kemerdekaan Indonesia, atau Tahun Indonesia Emas 1995, satu lagi karya monumental bangsa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci
Sains Peternakan Vol. 10 (2), September 2012: 64-68 ISSN 1693-8828 Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan daging dan susu semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Peningkatan kebutuhan akan daging dan susu memberikan dampak positif pada
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi
Lebih terperinciPerformans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif
Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif Performance of Male and Female Talang Benih Duck Growth Reared Intensively Kususiyah dan Desia Kaharuddin Jurusan
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL
1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the
Lebih terperinciD Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EFISIENSI PRODUKSI PETERNAKAN AYAM PEDAGING RISKI JAYA ABADI KEBUMEN DITINJAU DARI EFISIENSI MANAJEMEN,TEKNIS DAN EKONOMIS Production Efficiency
Lebih terperinciPenampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter
Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Abdul Azis, Anie Insulistyowati, Pudji Rahaju dan Afriani 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
8 BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan mulai Juli sampai dengan Agustus 2010. Pemeliharaan ayam broiler dimulai dari Day Old Chick (DOC)
Lebih terperinciTABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM.
TABEL HIDUP NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles subpictus Grassi DI LABORATORIUM Nur Rahma 1, Syahribulan 2, Isra Wahid 3 1,2 Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi,
Lebih terperinciPENDAHULUAN mencapai ekor, tahun 2015 bertambah menjadi ekor
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi domba di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2014 mencapai 16.091.838 ekor, tahun 2015 bertambah menjadi 17.024.685 ekor (Direktorat Jenderal
Lebih terperinciAnalisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)
Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1. Sejarah UPTD BPPTD Margawati Garut Unit Pelaksana Teknis Dinas Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba atau disingkat UPTD BPPTD yaitu
Lebih terperinciANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG
ANALISIS PENGGUNAAN TENAGA KERJA RUMAH TANGGA PADA PEMELIHARAAN DOMBA DI KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG ANALYSIS OF USE FAMILY LABOR CULTIVATION OF SHEEP LIVESTOCK IN THE SUBDISTRICT BUAHDUA DISTRICT
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul
Lebih terperinciEVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG
EVALUATION OF SLAUGHTERED FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DIARY COWS IN PRODUCTIVE AGE AT KARANGPLOSO SUB DISTRICT MALANG Riski Ary Fauzi, Sarwiyono, and Endang Setyowati Faculty of Animal Husbandry, University
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG
ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni
Lebih terperinciI. Pendahuluan. Yunilas 1
Yunilas: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Curahan Waktu Tenaga Kerja Wanita dalam Pemeliharaan Ternak Sapi di Kecamatan Hamparan Perak
Lebih terperinciSTRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN
STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN H. MASNGUT IMAM S. Praktisi Bidang Peternakan dan Pertanian, Blitar, Jawa Timur PENDAHULUAN Pembangunan pertanian berbasis sektor peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tingkat konsumsi ayam dan telur penduduk Indonesia tinggi. Menurut Badan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ayam dan telur bukanlah jenis makanan yang asing bagi penduduk indonesia. Kedua jenis makanan tersebut sangat mudah dijumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan makanan yang memiliki nilai gizi baik akan meningkat.
Lebih terperinciEVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R.
EVALUASI PERTUMBUHAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN CAMPURAN DEDAK HALUS SKRIPSI AMELIA L. R. HUTABARAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciFREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN
FREKUENSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI NO. 32 MUARA AIR HAJI KECAMATAN LINGGO SARI BAGANTI PESISIR SELATAN Fitria Nelda Zulita, Gustina Indriati dan Armein Lusi Program Studi
Lebih terperinciKisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak
Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ
Lebih terperinciAnalisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (3): 11-16 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Analisa ekonomi usaha peternakan broiler yang menggunakan dua tipe kandang berbeda Imam Ismail, Hari
Lebih terperinciAnimal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :
Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 839 844 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN PERILAKU DENGAN MOTIVASI PARA PETERNAK DI PAGUYUBAN KAMBING PERAH PERANAKAN
Lebih terperinciANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI
ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI Nuriadin 1, Takdir Saili 2, La Ode Ba a 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Halu Oleo 2
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciAnalisis Biaya dan keuntungan...simon pardede
ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL. Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK
ANALISIS EKONOMI PENGGEMUKAN KAMBING KACANG BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL Oleh : M. Jakfar dan Irwan* ABSTRAK Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui usaha penggemukan ternak kambing pola kooperator (perlakuan)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 di kandang peternak di Desa Kedu Temanggung dan pada bulan April 2016 di kandang unggas Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADA USAHA AYAM NIAGA PEDAGING DI KABUPATEN PURBALINGGA
ANALISIS FUNGSI PRODUKSI PADA USAHA AYAM NIAGA PEDAGING DI KABUPATEN PURBALINGGA (ANALYSIS OF PRODUCTION FUNCTION BROILER CHICKEN FARMS IN PURBALINGGA) Yochie Anggih Buntara, Nunung Noor Hidayat, dan Hudri
Lebih terperinciBUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus )
BUDIDAYA IKAN BELUT ( Synbranchus ) 1. SEJARAH SINGKAT Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi
Lebih terperinciI. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh
I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas hubungan antara berat badan ayam broiler dengan infeksi Ascaris lumbricoides. B. Tempat
Lebih terperinciPOTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY
POTENSI PENGEMBANGAN USAHATERNAK KELINCI DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI VALENT FEBRILIANY PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Lebih terperinciHubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (1): 23-28 ISSN : 0852-3681 E-ISSN : 2443-0765 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciFAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT
FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT LATAR BELAKANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KESEHATAN KUNCI SUKSES USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN MOTO KLASIK : PREVENTIF > KURATIF
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA
SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA THE QUANTITATIVE OF LOCAL GOAT FEMALE AS A SOURCE OF BREED AT KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan
37 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yaitu observasi atau pengukuran variable penelitian
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL
6 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL Darah Itik Peking yang Diberi Tepung Temu Hitam dilaksanakan 31 Desember 2015 s.d 1 Februari 2016 di Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah (Pannisetum purpureum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar hampir di seluruh Nusantara. Populasisapibali dibandingkan dengan sapi lainnya seperti sapi ongole,
Lebih terperinciSTUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN
STUDI PATOGENISITAS EIMERIA TENELLA PADA AYAM BURRS DI KALIMANTAN SELATAN SALFINA, A. HAMDAN, dan D.D. SISWANSYAH Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima BaturNo.4, Banjarbaru,
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY
ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY Kevin Novarsy*, Linda Herlina**, Adjat Sudradjat**. Universitas
Lebih terperinci1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki
Lebih terperinciJIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h
ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER POLA KEMITRAAN DI DESA BONTOMATENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Iskayani, Veronica Sri Lestari, Wempie Pakiding Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciPENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.
PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA Herlina 1, Erris 2* 1 STIKes Prima Jambi 2 Politeknik Kesehatan Jambi Jurusan Kesehatan Lingkungan *Korespondensi penulis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah yang biasa digunakan untuk menyebutkan ayam hasil budidaya teknologi peternakan dengan menyilangkan sesama jenisnya. Karekteristik ekonomi dari
Lebih terperinci