HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Sarana Fisik Provinsi NAD Awal Pasca Gempa dan Tsunami Bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan banyak sekali korban jiwa, luka-luka dan hilang serta menyebabkan hancurnya harta benda dan rusaknya infrastruktur. Berdasarkan catatan Kompas tentang Gempa dan Tsunami (2005), jumlah korban yang meninggal dan hilang akibat gempa dan tsunami mencapai jiwa yang tersebar diseluruh Nanggroe Aceh Darussalam, km jalan dan 499 buah jembatan yang putus yang mengakibatkan transportasi dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya terhambat dan buah kantor pemerintah rusak dan hancur, sehingga pelayanan publik terganggu. Bencana yang mengakibatkan hilangnya kepemilikan materi dan keluarga dalam sekejap, apalagi dalam jumlah besar, sangat potensial menggoreskan trauma dan menyisakan ketakutan luar biasa bagi yang mengalaminya, sehingga beberapa hal dapat terjadi antara lain: (1) wajar jika orang menampilkan respon perilaku tidak lazim menyusul suatu kejadian yang sangat di luar batas kewajaran. Ada yang menyangkal bahwa keluarga besarnya hilang dan ditemukan tak bernyawa sehingga merasa sangat bersalah karena ia hidup sendirian. Beberapa hari setelah bencana, banyak orang merespon dengan cara-caranya sendiri diantaranya dengan menangis atau justru diam seribu bahasa, berteriak-teriak memanggil anaknya yang tidak ditemukan, tidak membolehkan jenazah orang terdekatnya diambil untuk dimakamkan dan sebagainya; dan (2) manusia memiliki coping mechanism alamiahnya sendiri sehingga dari sejumlah besar orang yang mengalami kekerasan atau bencana, cukup banyak yang mampu bangkit dari keruntuhan bencana. Beberapa hari setelah tsunami, masyarakat Aceh mulai menggeliat satu demi satu perlahan bergerak, bangun, berjalan, bahkan mencoba berjualan lagi. Hal tersebut menjadi contoh bahwa manusia dibekali dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara alamiah. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan di lapangan masih terdapat korban bencana yang mengalami masalah-masalah lebih serius, mengalami gangguan pasca trauma atau diagnosa lain, tetapi persentasenya relatif kecil, mungkin 5 persen saja dari keseluruhannya.

2 Letak Geografis Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Mauraxa adalah dua dari sembilan kecamatan yang ada di Kota Banda Aceh. Kecamatan Kuta Alam membawahi sebelas kelurahan/gampong dan Kecamatan Meuraxa membawahi enam belas kelurahan/gampong (Tabel 7). Batas-batas Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh yaitu sebelah utara dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kecamatan Baiturrahman, sebelah barat dengan Kecamatan Meuraxa dan sebelah timur dengan Kecamatan Syiah Kuala. Adapun batas-batas Kecamatan Meuraxa sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan dengan Kecamatan Jaya Baru, sebelah timur dengan Kecamatan Kuta Raja dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Peukan Bada. Tabel 7 Kelurahan/Gampong pada Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Meuraxa No Kecamatan Kuta Alam Kecamatan Meuraxa 1 Kota Baru Alue Deaah Tengoh 2 Bandar Baru Asonanggroe 3 Kuta Alam Blang Oi 4 Peunayong Cot Lamkuweuh 5 Mulia Deah Baro 6 Keuramat Deah Gampong 7 Laksana Gampong Baru 8 Beurawe Gampong Blang 9 Lampulo Gampong Pie 10 Lamdingin Lamjabat 11 Lambaro Skep Lampaseh Aceh 12 - Lambung 13 - Punge Ujong 14 - Punge Jurong 15 - Surin 16 - Ulhee-lhee Penduduk Sebelum terjadi gempa dan tsunami jumlah kepala keluarga (KK) di Kecamatan Kuta Alam adalah KK, dengan jumlah penduduk jiwa, yaitu laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Pasca bencana gempa dan tsunami jumlah kepala keluarga yang selamat sampai Desember 2005 adalah KK, dengan jumlah penduduk jiwa dengan rincian laki-laki jiwa dan perempuan (Tabel 8). Pasca bencana gempa dan tsunami, jumlah kepala keluarga yang selamat di Kecamatan Meuraxa sampai Desember 2005 adalah KK, dengan jumlah

3 penduduk jiwa dengan rincian laki-laki 7210 jiwa dan perempuan jiwa (Tabel 9). Kalau diperhatikan jumlah penduduk yang tersisa di Kecamatan Meuraxa pasca gempa dan tsunami hanya sekitar 25 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Kuta Alam, padahal sebelumnya wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk. Hal ini disebabkan hampir semua kelurahan/gampong yang ada di Kecamatan Meuraxa berhadapan langsung dengan laut dan pelabuhan Ulele. Tabel 8 Jumlah penduduk Kecamatan Kuta Alam pasca gempa dan tsunami No Kelurahan/Gampong Jumlah Penduduk Pasca Gempa dan Tsunami KK LK PR 1 Kota Baru Bandar Baru Kuta Alam Peunayong Mulia Keuramat Laksana Beurawe Lampulo Lamdingin Lambaro Skep Jumlah Laporan Camat Kuta Alam, Tabel 9 Jumlah penduduk Kecamatan Meuraxa pasca gempa dan tsunami No Kelurahan/Gampong Jumlah Penduduk Pasca Gempa dan Tsunami KK LK PR 1 Alue Deaah Tengoh Asonanggroe Blang Oi Cot Lamkuweuh Deah Baro Deah Gampong Gampong Baru Gampong Blang Gampong Pie Lamjabat Lampaseh Aceh Lambung Punge Ujong Punge Jurong Surin Ulhee-lhee Jumlah Laporan Yayasan Lamjabat, 2006 Berdasarkan Laporan Kegiatan Tabani Masholih Aceh (HTI, Januari 2005), anggota masyarakat yang selamat dari musibah gempa bumi dan tsunami

4 ditampung di lokasi-lokasi pengungsian, ditiap kecamatan terdapat sekitar 2-5 posko besar yang menampung sebanyak pengungsi. Jumlah pengungsi di posko tidak tetap karena mereka pindah ke tempat lain pada saat tidak betah dan atau alasan lain. Selain di posko pengungsian, korban bencana juga ada yang masih tinggal di rumah-rumah penduduk yang masih utuh. Perumahan Jumlah rumah yang hancur/hilang/rusak akibat bencana gempa dan tsunami di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh unit, dengan rincian rumah hancur/hilang unit, rusak berat unit dan rusak ringan unit. Di Kecamatan Meuraxa Jumlah rumah yang rusak dan hancur hampir mencapai 100 persen dan yang tersisa hanyalah puing-puing dan bahkan tidak meninggalkan bekas. Adat dan Budaya Masyarakat Aceh Budaya merupakan salah satu warisan masyarakat di suatu desa atau daerah yang paling tinggi nilainya. Warisan ini tercipta dari hasil karya dan karsa masyarakat yang diterima secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Budaya adalah milik rakyat, baik yang berdomisili di daerah terisolir maupun masyarakat diperkotaan. Budaya akan selalu mengalami perubahan. Hal ini disebabkan adanya dinamika sosial atau terjadinya proses perubahan sosial seiring dengan berjalannya waktu (Nyakpha, 2004). Dalam sebuah tradisi budaya, katakanlah dalam masalah saudara, bagi masyarakat Aceh jika dikatakan, Saboh syehdara atau Saboh taloe darah, artinya diantara mereka mempunyai hubungan darah atau hubungan kekerabatan. Pada syedara lingka dan syedara gampoeng didasarkan pada tempat tinggal atau tempat menetap. Syehdara kaweun (kawin) merupakan kekeluargaan yang dibangun melalui hubungan darah dan hubungan perkawinan (Kurdi, 2005). Ketenteraman, keseimbangan, keamanan dan kedamaian merupakan hal-hal yang sangat menentukan dalam kehidupan masyarakat Aceh. Mereka selalu berupaya dan menghormati nilai-nilai atau aturan-aturan yang telah disepakati bersama atau aturan yang telah ditetapkan agama. Seubakhe-bakhe ureung Aceh, wate geusebut nan Allah dan Nabi teuiem atawa seungap, artinya sebodohbodohnya orang Aceh ketika disebut nama Allah dan nabinya mereka akan terdiam, tak meneruskan pekerjaan yang sedang ia lakukan (Syahrizal, 2004). Budaya ini

5 masih dirasakan dan terlihat dalam kehidupan hari-hari. Dengan menghargai adat masyarakat Aceh masih dapat bertahan hidup dalam kedamaian hati, ketenteraman jiwa, keseimbangan dan teguh dalam pendirian (Kurdi, 2005). Bagi orang Aceh mempersepsikan dirinya sebagai orang Islam merupakan bagian dari kehidupan budaya, seakan-akan diri mereka telah menyatu dengan ajaran Islam (Husein, 1970). Ajaran itu memberi pengaruh terhadap perilaku masyarakat Aceh dalam membina hubungan dengan Allah SWT, hubungan masyarakat dengan alam sekitarnya dan hubungan dengan dirinya sendiri. Struktur kemasyarakatan di Aceh terdiri dari syedara saboh ma, syedara saboh nek, syedara saboh aneuk, syedara lingka, syedara gampong dan kaoem. Artinya, struktur kemasyarakatan di Aceh terdiri dari saudara satu ibu, saudara satu nenek, saudara sesama anak, tetangga, sekampung dan sesama kaum muslimin. Latar belakang yang dibangun oleh masyarakat Aceh dalam memahami dan mengikat hubungan antara saudara adalah berdasarkan norma-norma agama. Oleh karena itu, tatanan budaya dalam kehidupan masyarakat Aceh, terutama di desadesa, sering terdengar ungkapan han teupeh bak tajak han teupeh bak tawoe saboeh nangroe Tuhan peulara yang artinya kemanapun kita pergi dan pulang tidak ada yang menghalangi, karena semua dijaga oleh Allah yang maha Kuasa. Kalimat itu memiliki nilai sastra yang tinggi yang menunjukkan bahwa budaya orang Aceh tidak mengalpakan nilai-nilai keagamaan dalam setiap kesempatan baik berkaitan dengan kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial budaya (Sufi, 2002). Orang Aceh pada umumnya berkarakter keras, tidak mau didikte, tidak cepat menyerah hampir dalam semua kesempatan dan teguh dalam menghadapi masalah. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan makanan yang di konsumsi dalam keseharian. Orang Aceh gemar makanan yang pedas-pedas, seperti gulai pliek ue, gulai kambing, ikan lele dan sambal yang terdiri dari asam sunti dan rempah-rempah yang sebagian besar bumbunya itu adalah cabe dan lada. Daging merupakan makanan yang mengandung protein yang dibutuhkan oleh tubuh apalagi ditambah dengan bumbu cabe dan lada membuat orang jadi panas dan pedas. Begitu juga dengan ikan lele dan ramuan-ramuan lainnya, jika kita perhatikan hampir semua makanan dari masakan tradisional aceh itu dapat dikatakan tidak ada yang tidak pedas (Sufi, 2002). Menurut Hill (1960), sebelum tsunami, masyarakat Aceh memiliki banyak rujukan budaya yang menjadi dasar pemikiran mereka seperti lembaga adat, Hadih

6 Maja, adat istiadat, seni budaya, hikayat, pantun, syair dan struktur-struktur adat lainnya. Dalam karya seni tari, ditemukan gerak, likok, dan syair yang memuat pesan dengan kandungan nilai yang bersifat implisit, seperti dalam Tari Laweuty, Tari Pho, Tari Seudati, Tari Saman dan sebagainya. Pasca tsunami struktur lembaga dan seni-seni budaya yang ada dalam masyarakat Aceh itu sudah tidak dapat dijadikan rujukan karena di samping hancurnya lembaga adat, struktur budaya dari ketuaketua adat meninggal dunia, khususnya mereka yang berdomisili dekat pesisir Aceh Barat dan Kota Banda Aceh. Dalam beberapa kesempatan, ungkapan yang sering dijadikan rujukan perilaku terkesan memiliki bukti yang nyata. Sebelumnya orang Aceh mengetahui dan mempraktekkan adat-budaya dalam kehidupan bermasyarakat, namun sekarang sudah ditinggalkan. Mereka suka mengutip beberapa sumber nilai dalam Hadih Maja, sehingga ditemukan sifat-sifat yang terpuji dengan konsekuensi buruk, memperlihatkan bukti yang amat nyata. Sifat geumaseh (pemurah) dan seutia (loyalsetia) adalah sifat dan perilaku yang amat terpuji dalam kurun waktu tertentu, namun pada kurun waktu lain sifat itu menjadi buruk akibatnya. Banyak orang yang terlibat ketika terjadi tsunami pada tanggal 26 Desember 2004 yang lalu. Masing-masing mereka lari menyelamatkan diri. Banyak orang yang tidak setia kepada sanak keluarga apalagi kepada orang lain. Mayat bergelimpangan dimana-mana dalam keadaan telanjang bulat hanya sedikit diantara mereka yang memiliki budaya kesetiakawanan sosial. Di tempat lain ditemukan pula ungkapan serupa, Ta weueh ie mata gob saboh tima, rho ie mata droe teueh saboh blang, (untuk mencegah agar air mata orang lain jangan tumpah seember, akan boleh jadi tumpah air mata sendiri satu hamparan sawah). Ungkapan ini memiliki arti bahwa jika membantu orang, ingat-ingat nasib sendiri. Ini adalah suatu contoh bagaimana sifat suka menolong dan membantu kesulitan orang lain, justru harus dibayar dengan kerugian lebih besar pada diri sendiri, padahal sifat dan perilaku suka menolong orang lain merupakan sifat sangat terpuji dalam tata kehidupan orang Aceh (Kurdi, 2005). Masalah-Masalah Keluarga Pasca Gempa dan Tsunami Pengungsian, baik yang disebabkan oleh bencana alam seperti banjir, gempa bumi, angin topan (tornado), gelombang pasang (tsunami), maupun yang disebabkan oleh bencana sosial dan politik seperti tawuran antar warga, konflik antar ras, peperangan, dan lain-lain menyisakan permasalahan yang perlu segera

7 ditangani. Permasalahan tersebut berdampak pada terhambatnya pemenuhan kebutuhan dasar, tercerai berainya anggota keluarga dan timbulnya masalah psikososial yang pada akhirnya mempengaruhi keberfungsian sosial korban bencana. Bantuan pangan, sandang dan pemukiman yang bersifat sementara dapat saja diusahakan dengan segera untuk mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan dasar (fisiologis) korban bencana melalui bantuan pemerintah atau bantuan dari organisasi-organisasi non pemerintah. Berbagai masalah dihadapi keluarga korban bencana gempa dan tsunami di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dalam penelitian ini permasalahan-permasalahan yang dihadapi keluarga dikelompokkan menjadi enam, yaitu masalah pangan, kesehatan, pendidikan, perumahan, pakaian dan pekerjaan/pendapatan. Masalah Pangan Permasalahan pangan yang masih dialami oleh 52.2 persen keluarga adalah tidak adanya pangan hewani dalam menu yang disajikan setiap hari, dan makan kurang dari 3 kali sehari dengan menu bukan empat sehat masih juga dialami oleh 26.8 persen keluarga (Lampiran 2). Jika dicermati data pada Tabel 10, secara keseluruhan masih ada 12.3 persen keluarga mengalami masalah pangan walaupun bencana sudah berlalu 1.5 tahun. Rata-rata skor masalah pangan secara keseluruhan adalah Berdasarkan tipologi rata-rata masalah pangan paling tinggi dialami oleh keluarga utuh (30.08) dan terendah dialami oleh keluarga janda (24.43). Rendahnya masalah pangan yang dihadapi keluarga janda karena adanya bantuan-bantuan khusus untuk anak yatim. Tabel 10 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah pangan Kategori masalah Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) Pangan n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga 0.708

8 Pada saat data dikumpulkan, sebagian besar keluarga masih mendapatkan bantuan bahan makanan berupa beras (10 kg/individu), minyak (1 kg/individu) mie dan sarden yang diberikan tiap bulan yang jumlahnya berdasarkan banyaknya anggota keluarga. Namun demikian, tidak semua keluarga bernasib baik karena sebagian desa sudah tidak menerima bantuan apapun baik dari pemerintah maupun dari LSM. Masalah Kesehatan Adanya fasilitas pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah dan LSM dalam dan luar negeri membuat keluarga tidak mengalami banyak masalah dalam hal pengobatan. Petugas medis secara rutin datang ke barak-barak pengungsian untuk memeriksa kesehatan tanpa dikenakan biaya. Namun demikian masih ada keluarga yang mengalami kesulitan untuk membayar biaya pengobatan pada saat mereka berobat ke dokter praktek. Hal ini dikarenakan mereka sakit pada saat petugas medis tidak datang ke barak-barak sehingga harus berobat sendiri ke dokter atau ke rumah sakit. Hasil penelitian menunjukkan masih ada 47.8 persen contoh menyatakan mengalami kesulitan dalam membayar obat-obatan. Jika dilihat berdasarkan tipologinya, 65 persen keluarga duda menyatakan sulit membayar obatobatan dan hanya sebagian kecil (8.7%) keluarga yang menyatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit tidak selalu dibawa berobat ke dokter atau puskesmas (Lampiran 2). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor masalah kesehatan yang paling rendah dijumpai pada tipologi keluarga utuh (25.73), dan skor tertinggi pada keluarga duda (40.00). Tingginya skor masalah kesehatan yang dihadapi oleh tipologi duda dimungkinkan karena contoh harus menghadapi sendiri masalah kesehatan anggota keluarga yang sebelumnya dibantu oleh istri. Tabel 11 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah kesehatan Kategori masalah Kesehatan Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum

9 tipologi keluarga Pada keluarga utuh, adanya orang tua yang masih lengkap, permasalahan kesehatan dapat ditanggulangi bersama-sama. Pada tipologi janda, peran ibu relatif masih berfungsi terkait dengan kesehatan anggota keluarga. Namun demikian, berdasarkan analisis anova tidak ada perbedaan yang nyata terkait masalah kesehatan antara ketiga tipologi keluarga. Masalah Pendidikan Pada bulan-bulan pertama pasca bencana, proses belajar-mengajar sulit dilakukan. Bukan saja karena gedung sekolah rusak, tetapi juga karena sebagian guru yang mengajar dan siswa juga tak jelas keberadaannya atau kehilangan keluarga. Sekolah-sekolah di kawasan yang selamat dari amukan tsunami, masih dimanfaatkan menjadi tempat pengungsian (Hidayati, 2005). Secara keseluruhan, masih ada 21.0 persen keluarga mengalami masalah pendidikan dengan kategori tinggi. Berdasarkan tipologi, keluarga duda mengalami masalah pendidikan paling tinggi dengan rata-rata 48.34, paling rendah dialami oleh tipologi keluarga janda yakni (Tabel 12). Berdasarkan analisis anova tidak ada perbedaan yang nyata terkait masalah pendidikan antara ketiga tipologi keluarga. Tabel 12 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah pendidikan Kategori masalah pendidikan Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Pada saat penelitian ini dilakukan masih ada 5.3 persen anak usia sekolah yang tidak bersekolah pasca gempa dan tsunami. Untuk melaksanakan wajib belajar bagi anak usia sekolah pemerintah daerah telah memberikan perhatian yang serius dengan memberikan biaya pendidikan gratis mulai dari TK hingga jenjang SLTA, termasuk fasilitas sekolah seperti seragam, tas, sepatu, buku-buku dan snack gratis yang dibagikan seminggu sekali di sekolah.

10 Selain pendidikan formal, saat ini banyak pendidikan non formal yang bermunculan di Banda Aceh seperti yang dilaksanakan oleh Yayasan Lamjabat di Kecamatan Meuraxa. Yayasan ini melaksanakan berbagai kegiatan seperti pelatihan komputer, perbengkelan, menjahit, memasak dan pelatihan pertanian yang dilakukan oleh BRR dan LSM dengan sasaran utama adalah para remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ibu-ibu yang tidak bekerja dan bapakbapak yang kehilangan pekerjaan. Hal yang sama juga dilakukan di Kecamatan Kuta Alam. Namun demikian masih ada 33.9 persen anak keluarga contoh yang tidak mengikuti pendidikan non formal dengan berbagai alasan antara lain: (1) tidak sesuai dengan bakat; (2) tidak memiliki modal jika ingin buka usaha sendiri; (3) kurangnya lapangan pekerjaan; dan (4) membosankan. Permasalahan pendidikan lainnya yang dihadapi 48.6 persen keluarga adalah tidak mampu menyediakan fasilitas belajar di rumah untuk keperluan sekolah anak. Hal ini disebabkan karena sebagian besar keluarga masih tinggal di barak pengungsian (Lampiran 2). Masalah Perumahan/Tempat Tinggal Masalah perumahan/tempat tinggal sangat dirasakan oleh karena keluarga korban tsunami masih tinggal di tenda-tenda pengungsian. Sebagian besar keluarga merasa tidak nyaman dengan fasilitas sangat tidak memadai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 34.8 persen keluarga menyatakan rumah untuk tempat berlindung tidak memadai, 29.7 persen menganggap rumah tidak dilengkapi dengan fasilitas MCK (mandi, cuci dan kakus), 31.4 persen menyatakan kurangnya ruangan untuk sekeluarga dan 25.4 persen keluarga menyatakan bahwa rumah/tempat tinggal saat ini tidak memiliki cukup penerangan (Lampiran 2). Hal tersebut dimungkinkan karena keluarga tinggal di barak-barak pengungsian karena pembangunan perumahan untuk para korban bencana yang dijanjikan pemerintah belum semua selesai. Disamping itu juga karena memang status mereka sebelum tsunami sebagai pengontrak yang tidak memiliki lahan untuk perumahan, jadi terus bertahan tinggal di barak-barak walaupun kondisi barak yang tidak memenuhi standar kesehatan. Hal ini dilakukan karena tidak mampu mengeluarkan biaya kontrak yang harganya sangat tinggi. Di tenda-tenda pengungsian, para pengungsi sering harus saling menyesuaikan diri, terutama karena situasi yang serba darurat. Sebagian pengungsi mengalami kesulitan untuk dapat menyesuaikan diri karena mengalami perubahan status,

11 misalnya ibu rumahtangga yang menjadi janda, bapak-bapak yang menjadi duda biasanya mengalami kekakuan dalam berperilaku. Hasil pengkategorian skor masalah perumahan/tempat tinggal yang dihadapi keluarga menunjukkan bahwa sebanyak 25.4 persen keluarga mengalami masalah perumahan dengan kategori tinggi (Tabel 13). Skor masalah perumahan paling tinggi dialami oleh keluarga utuh (29.1 persen) dan paling rendah keluarga janda yaitu 6.7 persen. Tingginya skor permasalahan perumahan pada tipologi keluarga utuh dimungkinkan karena barak yang disediakan hanyalah satu ruangan yang berukuran 4x4 m dimana seluruh anggota keluarga baik laki-laki dan perempuan harus melakukan semua aktivitas dalam suatu ruangan tanpa ada dinding pembatas. Tidak ada perbedaan yang nyata terkait masalah perumahan antara ketiga tipologi keluarga. Tabel 13 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah perumahan Kategori masalah rumah Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Masalah Pakaian Pada hari-hari pertama bencana gempa dan tsunami, masalah pakaian sangat dirasakan oleh para korban yang selamat, 6 bulan pasca bencana bantuan pakaian yang diterima oleh korban cukup memadai, hal ini terbukti saat penelitian ini berlangsung hanya 16.7 persen anggota keluarga tidak memiliki pakaian yang memadai yaitu pakaian di rumah dan pakaian untuk bepergian (Lampiran 2). Bagi keluarga yang bekerja di kantor pemerintahan dan swasta disediakan pakaian dinas yang baru untuk menggantikan pakaian dinas yang hilang akibat tsunami. Rendahnya masalah pakaian ini juga diperkuat oleh sebagian keluarga yang menganggap masalah pakaian bukanlah masalah penting yang harus selalu dipenuhi, dan sudah menjadi suatu kebiasaan bagi keluarga yang berpenghasilan rendah pakaian baru hanya dibeli setahun sekali yaitu pada saat lebaran saja.

12 Terkait dengan masalah pakaian, secara keseluruhan hanya 8.0 persen keluarga tergolong dalam kategori tinggi (Tabel 14). Hasil analisis deskriptif mengindikasikan bahwa rata-rata skor masalah pakaian terendah dijumpai pada keluarga tipologi janda (10.00), tertinggi adalah pada tipologi keluarga duda (27.50). Tingginya skor permasalahan pakaian pada tipologi keluarga duda dimungkinkan karena tidak adanya istri yang mengurus masalah pakaian bagi seluruh anggota keluarga Tabel 14 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah pakaian Kategori masalah pakaian Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Masalah Pekerjaan/Pendapatan Setelah 1.5 tahun pasca bencana, masih terdapat 15.2 persen contoh tidak bekerja dan 24.6 persen contoh menyatakan bahwa penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari (Lampiran 2). Alasan contoh tidak bekerja adalah karena tidak memiliki modal untuk memulai usaha kembali dan tidak memiliki fasilitas untuk kelaut mencari ikan. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian contoh bekerja sebagai buruh bangunan yang saat ini banyak dibutuhkan dan tidak memerlukan modal. Kehilangan pendapatan adalah salah satu gambaran adanya penurunan sumberdaya material yang sangat berpengaruh terhadap keberfungsian keluarga. Beberapa LSM yang ada di Provinsi NAD berinisiatif membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yakni membersihkan puing-puing sisa bangunan yang sudah hancur dengan gaji Rp /hari dan memperoleh makan siang gratis. Secara keseluruhan masih ada 10.1 persen keluarga yang mengalami permasalah pekerjaan dengan kategori tinggi (Tabel 15). Berdasarkan tipologi masalah pekerjaan terendah dialami oleh keluarga utuh dengan rata-rata dan tertinggi dialami oleh keluarga janda dengan rata-rata Tingginya skor masalah

13 pekerjaan/pendapatan pada keluarga janda disebabkan tidak adanya lagi penopang nafkah keluarga yang sebelum tsunami umumnya dipegang oleh suami. Hilangnya pencari nafkah utama keluarga membuat keluarga pada tipologi janda mengalami masalah dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tabel 15 Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori masalah pekerjaan Kategori masalah Utuh (n=103) Duda (n20) Janda (n=15) Total (n=138) Pekerjaan n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimal Analisis Anova antar tipologi keluarga Karakteristik Sosial-Ekonomi Keluarga Jumlah Anggota Keluarga Sumberdaya Coping Secara keseluruhan rata-rata jumlah anggota keluarga contoh adalah 4 orang. Berdasarkan tipologi rata-rata jumlah anggota keluarga pada tipologi keluarga utuh lebih banyak daripada keluarga duda dan janda. Kisaran jumlah anggota keluarga pada tipologi keluarga utuh adalah 3 hingga 8 orang, keluarga duda 2 hingga 7 orang dan keluarga janda 2 hingga 4 orang (Tabel 16). Tabel 16. Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori jumlah anggota Utuh Duda Janda Total Kategori Jumlah (n=103) (n=20) (n=15) (n=138) Anggota Keluarga n % n % n % n % = 4 orang orang = 7 orang Total Rata-Rata 4.28 (a) 2.75 (bc) 2.47 (cd) 3.86 Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga 0.000

14 Ket : * huruf dalam kurung pada baris yang sama adalah analisis uji lanjut duncan; huruf yang berbeda berarti berbeda nyata Jumlah anggota keluarga pada keluarga utuh dengan keluarga duda dan janda pasca gempa dan tsunami berbeda nyata (p<0.01). Hal ini berarti bencana tersebut telah mengakibatkan berkurangnya jumlah anggota keluarga ketiga tipologi keluarga. Secara umum, jumlah anggota keluarga setelah gempa dan tsunami termasuk dalam kategori keluarga kecil yakni lebih kecil atau sama dengan empat orang. Pekerjaan Pasca gempa dan tsunami banyak orang yang kehilangan pekerjaannya, setahun setelah bencana sebagian besar telah kembali bekerja. Jenis pekerjaan utama contoh sangat bervariasi, diantaranya buruh, PNS/ABRI, pedagang/wiraswasta, karyawan swasta dan LSM/relawan. Dilihat dari jenis pekerjaannya, persentase terbesar (30.4%) keluarga utuh berprofesi sebagai buruh dan keluarga duda (35%) dan janda (46.7%) berprofesi sebagai pedagang/wiraswasta dan ada 15.2 persen contoh yang tidak memiliki pekerjaan. Sebagian besar (94.2%) contoh tidak mempunyai pekerjaan tambahan yang dapat memberikan tambahan pemasukan untuk keluarga. Hanya sebagian kecil (5.8%) contoh yang mempunyai pekerjaan tambahan bekerja sebagai pedagang/wiraswasta, mengurus barak dan buruh. Tabel 17. Sebaran contoh menurut kategori pekerjaan utama dan tambahan Jenis Pekerjaan Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Utama 1. Buruh Tidak Bekerja Pedagang/Wiraswasta Swasta PNS/ABRI LSM/Relawan Total Tambahan 1. Tidak Bekerja Pedagang/Wiraswasta Mengurus barak Buruh Total

15 Sebagian besar (90.6%) anak keluarga contoh tidak mempunyai pekerjaan yang dapat membantu keuangan keluarga. Hanya 9.4 persen anak keluarga contoh yang bekerja sebagai buruh, PNS/ABRI, swasta dan pedagang/wiraswasta. Rendahnya persentase anak keluarga contoh yang bekerja dimungkinkan karena usianya masih di bawah umur. Hal yang sama juga terjadi pada anggota keluarga lain hanya 1.4 persen yang bekerja sebagai buruh dan pedagang/wiraswasta Tabel 18. Sebaran contoh menurut kategori pekerjaan utama anak dan anggota keluarga lain Pekerjaan Anak & Anggota Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) Keluarga Lain n % n % n % n % Anak 1. Tidak Bekerja Buruh PNS/ABRI Swasta Pedagang/wiraswasta Total Anggota keluarga lain 1. Tidak Bekerja Buruh Pedagang/wiraswasta Total Pengeluaran Rata-rata pengeluaran keluarga secara keseluruhan adalah Rp Berdasarkan tipologi keluarga, rata-rata pengeluaran keluarga pada keluarga tipologi duda paling tinggi (Rp ) dibandingkan keluarga tipologi janda (Rp ) dan utuh (Rp ) (Tabel 19). Berdasarkan kategori pengeluaran, sebagian besar keluarga dari tipologi utuh dan janda berada pada kisaran antara Rp /kapita/ bulan, dan pada tipologi keluarga duda sebanyak 35 persen berada pada kategori Rp > /kap/bulan. Hasil analisis anova menunjukkan adanya perbeda- an pengeluaran antara ketiga kelompok tipologi keluarga. Analisis lanjut dengan metode Duncan menunjukkan bahwa yang berbeda nyata adalah pengeluaran tipologi keluarga utuh dan duda. Jika dibandingkan dengan batas kemiskinan Provinsi NAD pada tahun 1999 (BPS, 2002) yakni sebesar Rp untuk wilayah perkotaan, maka rata-rata pengeluaran keluarga dalam penelitian ini masih di atas ambang kemiskinan.

16 Bahkan bila dibandingkan dengan garis batas kemiskinan Indonesia pada tahun 2002 yakni sebesar Rp maka pengeluaran rata-rata keluarga penelitian masih berada di atas ambang kemiskinan. Hal ini mengindikasikan, keluarga dalam masyarakat NAD, khususnya keluarga yang termasuk dalam penelitian ini perekonomiannya telah bangkit kembali setelah bencana gempa dan tsunami melanda. Tabel 19. Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori pengeluaran Kategori Pengeluaran (Rp/kap/bulan) Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % < > > > > > Total Rata-Rata (ac) (bc) (cb) Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Ket : * huruf dalam kurung pada baris yang sama adalah analisis uji lanjut duncan; huruf yang berbeda berarti berbeda nyata Jenis pengeluaran keluarga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pengeluaran pangan dan non pangan. Secara naluri setiap keluarga lebih dahulu memanfaatkan setiap pendapatannya untuk pangan, kemudian untuk kebutuhan non pangan. Namun demikian, perilaku ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti pendapatan, jumlah anggota keluarga, pendidikan kepala keluarga, lokasi tempat tinggal dan musim (Mangkuprawira, 1989). Secara umum, rata-rata pengeluaran pangan keluarga contoh adalah Rp /kap/bulan. Jumlah ini lebih besar dibandingkan pengeluaran non pangan yaitu Rp /kap/bulan. Hal ini sejalan dengan persentase pengeluaran pangan 51.9 persen yang lebih tinggi dibandingkan pengeluaran non pangan 48.1 persen. Berdasarkan tipologi keluarga, maka pengeluaran pangan keluarga duda adalah yang paling tinggi Rp dibandingkan tipologi keluarga janda Rp /kap/bulan dan utuh Rp /kap/ bulan. Pengeluaran non pangan tertinggi juga dijumpai pada tipologi keluarga duda yaitu Rp /kap/bulan diikuti oleh tipologi keluarga janda sebesar Rp /kap/bulan dan keluarga utuh Rp

17 /kap/bulan. Analisis anova menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata pengeluaran non pangan antar ketiga tipologi keluarga. Selanjutnya uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perbedaan yang nyata hanya antara pengeluaran non pangan keluarga utuh dan duda, pengeluaran pangan keluarga janda tidak berbeda dengan dua tipologi lainnya (Tabel 20). Tabel 20. Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori pengeluaran pangan dan non pangan Pengeluaran (Rp/bulan Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) Pangan Rata-rata Standar Deviasi Minimum Maksimum Persentase tipologi keluarga Non Pangan Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum Persentase 46.1 (ac) 49.5 (bc) 48.7 (cba) 48.1 tipologi keluarga Ket : * huruf dalam kurung pada baris yang sama adalah analisis uji lanjut duncan; huruf yang berbeda berart berbeda nyata Pengeluaran keluarga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk pangan ke pengeluaran non pangan (BPS, 1998). Hal ini sesuai dengan hukum Engel mengenai hubungan pendapatan dan pengeluaran, persentase pengeluaran untuk pangan akan menurun bila pendapatan semakin tinggi (Bryant, 1990). Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya rendah. Artinya konsumsi suatu barang akan menurun bila pendapatan meningkat, sebaliknya elastisitas permintaan terhadap barang bukan makanan pada umumnya tinggi. Dengan demikian, kenaikan pendapatan berakibat pada kenaikan permintaan terhadap suatu barang (BPS, 1998). Pendapatan Rata-rata pendapatan keluarga per kapita per bulan pasca bencana gempa dan tsunami disajikan pada Tabel 21. Secara umum, rata-rata pendapatan keluarga

18 adalah Rp /kap/bulan dengan kisaran Rp /kap/bulan hingga Rp /kap/bulan. Rata-rata pendapatan keluarga paling tinggi dijumpai pada keluarga dengan tipologi duda yakni Rp /kap/bulan, selanjutnya keluarga janda dengan rata-rata Rp /kap/bulan dan terendah pada keluarga utuh Rp /kap/bulan. Hasil analisis anova menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) antar pendapatan pada ketiga tipologi keluarga. Banyak keluarga yang kehilangan sumber penghasilannya pasca gempa dan tsunami sehingga mereka harus merintis kembali usaha/pekerjaan yang dilakukan sebelumnya atau mencari pekerjaan baru untuk menghidupi keluarganya Tabel 21. Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori pendapatan Kategori Pendapatan (Rp/kap/bulan) Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % 1. < > > > > > Total Rata-Rata (ac) (bc) (cba) Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Ket : * huruf dalam kurung pada baris yang sama adalah analisis uji lanjut duncan; huruf yang berbeda berarti berbeda nyata Aset Berbagai aset yang masih dimiliki oleh keluarga pasca gempa dan tsunami mulai dari rumah, tanah, kolam/tambah, ternak, kendaraan, perhiasan/barang berharga, tabungan dan barang elektronika (Tabel 22). Data yang diperoleh menunjukkan ada empat keluarga yang sama sekali tidak memiliki aset karena mereka kehilangan seluruh harta benda yang dimiliki. Rata-rata nilai aset yang dimiliki keluarga secara keseluruhan adalah Rp Berdasarkan tipologi, nilai aset tertinggi dimiliki keluarga janda (Rp ) dan terendah dimiliki oleh keluarga utuh (Rp ). Artinya meskipun keluarga utuh tidak mengalami kehilangan pasangan, kehilangan ataupun kerusakan harta benda dampaknya dirasakan bersama dengan keluarga janda dan duda. Namun, hasil analisis anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata antara aset pada keluarga utuh, duda dan janda.

19 Aset berupa ternak hanya dimiliki oleh keluarga utuh. Nilai aset terbesar keluarga berasal dari kolam/tambak yang mengalami kerusakan yang sangat parah pada saat bencana. Aset kendaraan lebih banyak dimiliki oleh keluarga utuh dan keluarga duda. Dan aset berupa tabungan untuk anak dimiliki oleh semua tipologi keluarga, tetapi tabungan khusus pendidikan hanya dimiliki oleh keluarga utuh. Tabel 22. Rata-rata nilai aset yang masih dimiliki keluarga Aset Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) 1. Rumah Tanah Kebun Kolam/tambak Ternak : 1. Kambing Itik Ayam Kendaraan : 1. Mobil Motor Sepeda Becak Perhiasan dan Surat Berharga : 1. Emas Investasi Surat Berharga Tabungan : Tabungan anak Tabungan Penddk Barang Elektronik : 1. Radio Televisi Tape Vcd Rice cooker Mesin cuci Kipas angin Dispenser Komputer Kulkas Mesin jahit Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga

20 Kepemilikan aset merupakan salah satu sumberdaya materi ataupun modal yang dapat dimanfaatkan keluarga untuk memulai usaha yang mengalami kehancuran pada saat gempa dan tsunami terjadi. Banyak diantara keluarga yang menjual aset yang dimiliki untuk menopang kehidupannya meskipun mereka mendapatkan bantuan dari berbagai pihak seperti pemerintah, LSM dalam maupun luar negeri. Ciri-ciri Pribadi Umur Rata-rata umur kepala keluarga berkisar antara 41 sampai 45 tahun, dan masih termasuk usia produktif. Bila dilihat berdasarkan kategori, 50.5 persen keluarga utuh dan 55 persen keluarga duda berusia tahun. Berbeda dengan keluarga janda 66.7 persen berusia tahun (Tabel 23). Namun demikian, hasil uji anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata umur antara kedua tipologi keluarga. Masih tingginya persentase contoh yang tergolong dalam kelompok umur tahun khususnya bagi contoh dari tipologi keluarga janda yang sebagian besar masuk dalam usia reproduksi menunjukkan masih tingginya peluang untuk menikah lagi dan memiliki anak. Dengan demikian, dimungkinkan terjadinya lost generation akibat gempa dan tsunami tidak separah yang diperkirakan. Tabel 23. Statistik dan sebaran contoh menurut kategori umur Kategori umur Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % < 21 tahun tahun tahun > 60 tahun Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan kepala keluarga secara keseluruhan (60.9%) adalah SLTA/sederajat. Meskipun demikian terdapat 11.7 persen pada tipologi keluarga utuh dan 6.7 persen pada tipologi keluarga janda yang berpendidikan perguruan

21 tinggi Meskipun demikian. Tetapi masih ada 1.4% kepala keluarga utuh dan janda yang tidak pernah menduduki bangku sekolah (Tabel 24). Tingkat pendidikan yang semakin tinggi diharapkan dapat mempermudah keluarga dalam menata kehidupannya kembali pasca gempa dan tsunami baik dari aspek ekonomi maupun trauma psikologis yang dialaminya. Tabel 24. Sebaran contoh menurut kategori pendidikan formal Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) Pendidikan Formal n % n % n % n % 1. Tidak Sekolah SD/sederajat SLTP/sederajat SLTA/sederajat PT Total Tingkat Kesehatan Skor tingkat kesehatan merupakan indikator tingkat kesehatan yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan keluarga pasca enam bulan terakhir. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka tingkat kesehatan semakin rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan kepala keluarga selama enam terakhir sebagian besar (87.0%) cukup baik (Tabel 25). Tabel 25. Statistik dan sebaran keluarga menurut kategori skor kesehatan Selama enam bulan terakhir Kategori Tingkat Kesehatan Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Rata-Rata (ac) (b) 9.73 (ca) Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga Ket : * huruf dalam kurung pada baris yang sama adalah analisis uji lanjut duncan; huruf yang berbeda berarti berbeda nyata

22 Hal ini dimungkinkan dengan semakin membaiknya sarana pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah maupun LSM yang sifatnya gratis. Di tenda-tenda pengungsian yang masih ada, tersedia pelayanan kesehatan secara cuma-cuma sehingga masyarakat dapat berobat tanpa memikirkan biaya yang harus dikeluarkan. Hasil analisis anova menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p<0.05) tingkat kesehatan antara ketiga tipologi. Uji lanjut Duncan mengindikasikan perbedaan yang nyata antara tingkat kesehatan keluarga duda dengan keluarga janda dan utuh. Hal ini dapat dimaknai bahwa pada keluarga utuh dan janda perawatan kesehatan lebih baik dengan membawa anggota keluarga yang sakit ke tempat pengobatan atau dengan adanya tindakan yang bersifat kuratif. Jika dilihat berdasarkan jenis penyakit, terdeteksi 9 jenis penyakit yang diderita oleh keluarga pada enam bulan terakhir (Tabel 26). Jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh ketiga tipologi keluarga adalah pilek/influenza (47.8%), panas (29%) dan ISPA (25.4%). Tabel 26. Sebaran keluarga menurut jenis penyakit yang diderita (hari) enam bulan terakhir Jenis Penyakit Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Panas Pilek/influenza ISPA Batuk Pilek Diare (>5 kali) Mencret biasa Asma Malaria Gatal-gatal/eksim Rata-rata lama sakit bagi sebagian besar keluarga adalah 2.58 hari untuk jenis penyakit gatal-gatal/eksim. Hal ini dimungkinkan oleh sanitasi terutama ketersediaan air bersih yang masih kurang memadai terutama untuk wilayah pengungsian yang menyebabkan jenis penyakit ini mudah terjangkit (Tabel 27).

23 Tabel 27. Rata-rata lama sakit (hari) selama enam bulan terakhir Jenis Penyakit Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) 1. Panas demam Pilek/influenza Batuk biasa (ISPA) Batuk pilek Diare (>5 kali) Mencret biasa Asma Malaria Gatal-gatal/eksim Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam waktu enam bulan terakhir frekuensi penyakit gatal-gatal/eksim paling banyak (64.3%) dan malaria (50.0%) diderita keluarga dengan frekuensi 4 kali/6 bulan (Tabel 28). Seringnya penyakit ini diderita keluarga dapat diakibatkan oleh sanitasi air yang digunakan untuk mandi sangat rendah, apalagi dengan adanya sisa-sisa air laut pada saat tsunami yang belum kering Tabel 28. Sebaran keluarga menurut frekuensi penyakit yang diderita selama dalam enam bulan terakhir Jenis Penyakit Frekuensi (kali/6 bulan)/persentase Panas demam Pilek/influenza Batuk biasa (ISPA) Batuk pilek Diare (>5 kali) Mencret biasa Asthma Malaria Gatal-gatal/eksim Upaya penanggulangan penyakit yang dilakukan oleh keluarga adalah dengan berobat ke dokter praktek, mantri, rumah sakit umum, puskesmas, dan posko kesehatan. Namun yang paling banyak dilakukan adalah berobat ke puskesmas dan posko kesehatan. Pengobatan secara gratis yang tersedia di puskesmas dan posko menjadi pilihan para keluarga karena disediakan secara cuma-cuma (Tabel 29).

24 Tabel 29. Sebaran keluarga menurut upaya pengobatan penyakit yang dilakukan Jenis Penyakit Puskes mas Posko kesehatan RSU Dokter Praktek Man tri Beli di Apotik Obat Sendiri Tidak Diobati 1. Panas demam Pilek/influenza Batuk biasa (ISPA) Batuk pilek Diare (>5 kali) Mencret biasa Asthma Malaria Gatal-gatal/eksim Kepribadian Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (87.0%) kepribadian kepala keluarga tergolong pada kategori ekstrovert. Berdasarkan tipologi, persentase contoh yang termasuk kategori ekstrovert pada keluarga utuh dan janda lebih besar daripada keluarga duda. Hasil analisis anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0.05) kepribadian di antara ketiga tipologi (Tabel 30). Orang yang ekstrovert dalam kesehariannya melihat kenyataan dan keharusan, tidak lekas merasakan kritikan, ekspresi emosinya spontan, tidak begitu merasakan kegagalan, tidak banyak mengadakan analisis, sifatnya yang terbuka dan kritik terhadap diri sendiri. Pribadi yang intovert dengan ciri orang yang suka memikirkan tentang diri sendiri, banyak fantasi, lekas merasakan kritikan, menahan ekspresi emosi, sifatnya yang tertutup, lekas tersinggung dalam diskusi, suka membesarkan kesalahannya, analisis dan kritik diri menjadi buah pikirannya (Lampiran 3). Tabel 30. Statistik dan sebaran contoh menurut kategori skor kepribadian Kategori Skor Kepribadian Utuh (n=103) Duda (n=20) Janda (n=15) Total (n=138) n % n % n % n % Intovert Ekstrovert Total Rata-Rata Standar Deviasi Minimum Maksimum tipologi keluarga

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Pada akhir Desember 2004, terjadi bencana gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darusssalam (NAD) dan Sumatera Utara. Bencana ini mengakibatkan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali

BAB I PENDAHULUAN. seluruhnya akibat pengaruh bencana tsunami. Pembangunan permukiman kembali BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permukiman kembali masyarakat pesisir di Desa Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat merupakan upaya membangun kembali permukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

skripsi dengan judul Pengaruh Program Pertanian Organik terhadap Sosial Ekonomi

skripsi dengan judul Pengaruh Program Pertanian Organik terhadap Sosial Ekonomi Kuesioner Penelitian No. Responden : Dengan Hormat, Saya yang bernama David Frans Siregar, Mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU sedang mengadakan penelitian dalam rangka penyelesaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bencana menurut Undang-Undang No.24 tahun 2007 adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana dan memiliki jumlah penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam maupun akibat dari ulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA

BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA BUPATI SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa untuk meringankan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target

BAB I PENDAHULUAN. Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi 20%, maupun target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia prevalensi balita gizi buruk adalah 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0% atau secara nasional prevalensi balita gizi buruk dan gizi kurang adalah sebesar

Lebih terperinci

masalah pangan tidak begitu dirasakan oleh sebagian keluarga antara lain karena banyaknya bantuan yang diterima. Selain itu kondisi kehidupan

masalah pangan tidak begitu dirasakan oleh sebagian keluarga antara lain karena banyaknya bantuan yang diterima. Selain itu kondisi kehidupan PEMBAHASAN UMUM Bencana yang menimpa umat manusia bisa berupa bencana alam maupun bencana akibat perilaku manusia. Bancana gempa dan tsunami salah satu dari bencana alam. Bencana akibat perilaku manusia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi iklim global di dunia yang terjadi dalam beberapa tahun ini merupakan sebab pemicu terjadinya berbagai bencana alam yang sering melanda Indonesia. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional (UU RI No 24 Tahun 2007). penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KORBAN BENCANA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KORBAN BENCANA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

NO RESPONDEN : PEWAWANCARA :

NO RESPONDEN : PEWAWANCARA : KUISIONER KULIAH LAPANGAN SOSIOLOGI PEDESAAN TAHUN 2011/2012 Kata Pengantar NO RESPONDEN : PEWAWANCARA : Kami adalah mahasiswa jurusan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) Universitas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERFUNGSIAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERFUNGSIAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERFUNGSIAN PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (Analysis of Factors Influencing Instrumental Function after Earthquake and Ttsunami Disaster

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang pergantian tahun 2004, Indonesia dirundung bencana. Setelah Nabire, Papua dan Alor, Nusa Tenggara Timur, Aceh pun tak luput dari bencana. Bencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 ) 38 KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH 4.1. Kota Banda Aceh 4.1.1. Letak Geografis Secara geografis Kota Banda Aceh terletak antara 5 30 05 0 35 LU dan 95 30 99 0 16 BT, dengan ketinggian rata-rata 0,80 meter

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUAN. Jumlah Desa Rusak Tidak Total Kabupaten/Kota I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten dari beberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengalami kerusakan akibat tsunami. Dari 204 desa yang

Lebih terperinci

Insidensial. Bencana Alam

Insidensial. Bencana Alam Insidensial Bencana Alam Lokasi Bencana Tanah Longsor Di Kelurahan Salakan Bupati Banggai Kepulauan saat Menjenguk Korban Tanah Longsor Di Puskesmas Plus Salakan Kabupaten Banggai Kepulauan merupakan salah

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi KONSEP ILMU EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erupsi Merapi yang terjadi dua tahun lalu masih terngiang di telinga masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan kehilangan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kecamatan Purbolinggo Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Purbolinggo Kabupaten Lampung Timur. Kecamatan Purbolinggo sebelum pemekaran kabupaten,

Lebih terperinci

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif xvii Ringkasan Eksekutif Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS KEADAAN DARURAT

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL 4.1. Karakteristik Daerah/Wilayah Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan untuk mengetahui program pembangunan yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tsunami 26 Desember 2004 yang disebabkan oleh gempa 9.1 SR di dasar laut Samudera Hindia (sebelah barat Aceh) telah 10 tahun berlalu. Bencana tsunami itu mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti

BAB I PENDAHULUAN. Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana gempa bumi yang berkekuatan 8,9 skala Richter yang diikuti gelombang tsunami yang melanda sebagian besar kawasan pesisir Aceh dan Nias pada hari Minggu tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami Tsunami adalah sederetan gelombang laut yang menjalar dengan panjang gelombang sampai 100 km dengan ketinggian beberapa

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi Gambaran umum Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dalam penelitian ini dihat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK 12 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DESA OLAK KECAMATAN SUNGAI MANDAU KABUPATEN SIAK A. Kondisi Geografis Desa Olak merupakan salah satu daerah integral yang terletak di Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASKA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, 25 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Desa Buana Sakti Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung. Desa Buana

Lebih terperinci

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari upaya responsif

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pada hakekatnya, Visi merupakan cara pandang jauh ke depan tentang cita-cita atau kondisi ideal yang diinginkan di masa depan dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilintasi oleh jalur api (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan Australia. Letak wilayah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik faktor alam dan/ atau faktor non alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Bencana Bencana merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan timbulnya kerugian dan korban jiwa. Indonesia juga mengalami beberapa bencana alam maupun bencana akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara rawan bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, tanah longsor, badai dan banjir. Bencana tersebut datang hampir setiap

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RESPONDEN

KARAKTERISTIK RESPONDEN 18 KARAKTERISTIK RESPONDEN Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik lansia yang menjadi responden. Adapun data karakteristik yang dimaksud meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status perkawinan,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Perawang Barat maju pesat dalam pembangunan maupun perekonomian, hal ini didukung BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Sejarah Desa Perawang Barat adalah salah satu Desa hasil dari pemekaran dari Desa Induk yaitu Desa Tualang berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR RELOKASI PEMUKIMAN PASCA BENCANA GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI DI KELURAHAN KOTA ATAS SABANG Penekanan Desain Arsitektur Tradisional dan Bioklimatik

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN

BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN BAB II LOKASI UMUM PENELITIAN A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Kampar adalah merupakan satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kampar dengan ketinggian 30/50 Meter dari permukaan laut, suhu maksimum

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Konsumen Responden dalam penelitian ini adalah pembeli sayuran segar di Pasar Modern Superindo Godean Kota Yogyakarta yang bersedia diwawancarai. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Propinsi Banten terdiri dari tujuh Kabupaten/Kota yang diantaranya Pandeglang, Lebak, Tangerang, Serang, Kota Tangerang, Cilegon, dan Kota Serang.

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerusakan infrastruktur dan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tersedia (Pemerintah Republik Indonesia, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 26 tahun 2007 mengamanatkan perlunya suatu perencanaan pembangunan yang berbasis penatagunaan ruang yang mengharuskan setiap daerah menyusun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci