Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 12 Januari 2000
|
|
- Surya Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 12 Januari 2000 Laporan dari Kongres Ke-21 PAPE di Manila (1): PENDIDIKAN PADA MILENIUM KE-3 Oleh : Ki Supriyoko Pertemuan penting kalangan pengembang pendidikan swasta di negara-negara Asia Pasifik baru-baru ini dilaksanakan di Manila, Philippina melalui forum Pan- Pacific Association of Private Education (PAPE). Ada dua agenda penting di dalam pertemuan ini; masing-masing ialah pertemuan pimpinan (board meeting) yang diikuti oleh 13 orang dan kongres ke-21 yang diikuti oleh sekitar 300 orang. Dalam tradisi PAPE memang sudah dibiasakan adanya kongres tahunan yang dilaksanakan secara bergiliran di masing-masing ne-gara anggota. Kalau tahun ini diselenggarakan di Manila, Philippina maka tahun sebelumnya kongres dilaksanakan di Seoul, Korea; dan tahun depan akan dilaksanakan di Hawai, Amerika Serikat (AS). Di dalam kongres tahunan ini dibahas persoalan-persoalan pendidikan yang berkembang, baik yang berskala internasional maupun yang berskala regional, khususnya di kawasan Asia Pasifik. Kongres ke-21 menampilkan "kata-kata kunci" dari seorang pakar pendidikan bernama Bro. Andrew Gonzalez, FSC; di samping sekretaris Departemen Pendidikan Philippina, dia adalah Presiden Asosiasi Universitas-Universitas Katholik di Asia. Dalam kongres ini juga ditampilkan presentasi dari nara sumber lain di luar Philippina antara lain dari Indonesia. Oleh panitia saya diminta membawakan makalah dengan judul "The National Education Performance for Sus-tainable Development in The Third Millennium". Setidak-tidaknya ada tiga permasalahan yang berkembang di dalam kongres ke- 21; masing-masing adalah tuntutan pendidikan di Milenium Ke-3, kinerja pendidikan yang bervariasi di negara-negara anggota PAPE, serta peran pendidikan swasta di dalam membangun kinerja pendidikan di masing-masing negara. Karakteristik Milenium Ke-3 "The time is running short", demikian apa yang disampaikan oleh Takashi Hara, kepala sekolah Showa Daiichi High School, To-kyo, Jepang. Sekarang, menjelang datangnya Milenium Ke-3 muncul persaingan yang sangat ketat di semua
2 2 bidang kehidupan sehingga terasakan bahwa peredaran waktu berjalan dengan sangat cepat dan pendek. Siapa cepat akan dapat, siapa lambat tidak akan dapat. Di dalam persaingan ini diperlukan sosok manusia unggul; manusia yang bukan saja berkualitas tetapi mau menjalani kehidupan dengan penuh keseriusan dan kesungguhan, yang oleh orang Jepang disebut "makotto". Keadaan yang demikian itu akan lebih dirasakan lagi dalam Milenium Ke-3 nanti. Orang harus bersungguh-sungguh menghadapi kehidupan ini dan harus mampu bersaing sehingga dapat "bermain" di dalam waktu yang berjalan cepat. Senada dengan pendapat tersebut di atas maka Heisik Oh, seorang kepala sekolah Ewha Girls 'Foreign Language High School Seoul, Korea secara sistematis mengiidentifikasi apa yang diprediksi akan mewarnai kehidupan manusia pada era Milenium Ke-3 nanti. Heisik mengidentifikasi ada enam kecenderungan yang akan mewarnai kehidupan kita nantinya sebagai berikut. Pertama, tentang perbedaan (diversity). Tumbuhnya perbedaan da-lam kehidupan semakin tidak mungkin dihindarkan. Dalam konteks pendidikan; kalau suatu bangsa ada yang cenderung mengaplikasi budaya Barat seperti Australia maka bangsa lain justru cenderung kembali ke budaya Timur seperti Jepang, sementara bangsa lainnya lagi akan menyimbangkan di antara keduanya seperti Indonesia. Kedua, tentang kualitas (quality). Milenium Ke-3 menuntut terpe-nuhinya kualitas di semua bidang kehidupan. Kualitas akan menjadi pilihan. Guru yang berkualitas akan dipilih oleh yayasan untuk di-beri kesempatan berkembang. Sekolah yang berkualitas akan dipilih oleh masyarakat tanpa membedakan statusnya, negeri atau swasta. Tanpa kualitas dipastikan siapapun dia dan apapun jenisnya akan mengalami gulung tikar. Ketiga, tentang faktor ekonomi (economic). Kehidupan di Milenium Ke-3 nanti akan lebih ekonomis dalam pengertian adanya relevansi antara harga dengan kualitas. Orang-orang Asia akan mau memba-yar mahal bersekolah di AS apabila kualitas pendidikan AS memang menonjol; sementara itu orang-orang Amerika mau membayar mahal untuk berstudi di Jepang kalau kualitas pendidikan Jepang memang unggul. Sebaliknya tidak ada seorang pun yang mau membayar, apalagi mahal, untuk sesuatu yang tidak berkualitas. Sekolah gra-tis pun akan ditolak masyarakat kalau mutunya jelek. Keempat, tentang faktor generasi (generational). Kemajuan yang pesat di Milenium Ke-3 menyebabkan apa-apa yang diajarkan kepada anak-anak di sekolah berbeda dengan apa-apa yang dialami orang tua sebagai generasi sebelumnya. Nilainilai di sekolah bukan tidak mungkin berbeda dengan nilai-nilai di rumah. Itu sudah merupakan konsekuensi dari proses alih generasi yang cepat. Di dalam hal ini diperlukan penyelarasan nilai-nilai, meskipun untuk melaksanakan-nya diperlukan enerji tersendiri. Kelima, tentang faktor alam (nature). Yang lepas dari pengamatan banyak orang barangkali adalah diprediksi di Milenium Ke-3 nanti akan muncul gerakan kembali
3 3 kepada alam. Teori-teori kedokteran, ilmu-ilmu pertanian, teknologi-teknologi irigasi, dsb, yang selama ini sudah berkembang dengan pesat akhirnya akan kembali kepada teori alam. Dalam pendidikan demikian juga halnya; teori mendidik anak yang sudah dikembangkan secara pesat akhirnya pun akan kembali kepada alam. Mendidik anak secara natural, sederhana, dan tidak berbelit-belit. Keenam, tentang agama (religy). Milenium Ke-3 juga akan tertandai dengan kehidupan dalam konteks multi-religius; artinya ilmu-ilmu yang berkembang pesat justru akan menyadarkan manusia betapa kita ini mempunyai berbagai keterbatasan. Apabila dengan teknologi satelit kita dapat mengetahui secara lebih jelas mengenai kekayaan alam dan karakteristik manusia penghuninya maka kita akan sadar bahwa dibalik itu semua ada kekuatan tertentu yang telah menciptakannya. Pada akhirnya kita tidak akan lagi sombong dan arogan dengan penguasaan ilmu dan teknologi yang kita kuasai. Sudah Mulai Bahwa kehidupan manusia pada Milenium Ke-3 nantinya akan semakin kompleks kiranya tidak terhindarkan; sebagai akibatnya pelaksanaan pendidikan pun akan menjadi semakin kompleks pula. Seorang kepala sekolah di Jepang seperti Takashi Hara serta kepala sekolah di Korea seperti Heisik Oh sudah mempunyai wawasan yang sedemikian luas. Bagaimana dengan wawasan kepala-kepala sekolah di Indonesia? Keluasan wawasan kepala sekolah serta praktisi pendidikan lainnya di Jepang, Korea, dan negara-negara maju lainnya bahkan sudah ditindaklanjuti dalam aktivitas akademiknya di sekolah seha-ri-hari. Mereka sudah mulai mengaplikasi konsepkonsep pendidikan dalam aktivitas sehari-hari untuk mempersiapkan diri memasuki Mi-lenium Ke-3. Karena orang Jepang meyakini kompetisi akan mewarnai ke-hidupan manusia pada Milenium Ke-3 nanti maka sejak sekarang ini siswa-siswa SD, SLTP dan SM di Jepang secara mental sudah disi-apkan untuk mengalahkan bangsa-bangsa lainnya. Ketika ia belajar komputer maka semangatnya ialah untuk mengalahkan bangsabang-sa lain agar supaya tidak mengalahkan Jepang. Di Korea sejak dini anak-anak sudah ditanamkan semangat untuk mengalahkan Jepang dalam berbagai aspek kehidupan karena Jepang dianggap bangsa yang paling unggul sekarang ini. Sekolah-sekolah di Taiwan lebih drastis lagi. Peralatan yang ada di sekolah seperti komputer, alat peraga, laboratorium, sampai buku-buku perpustakaan dirombak total untuk diganti yang baru sebagaimana dengan tuntutan teknologi mutakhir. Sejak di bangku sekolah para siswa sekolah sudah mempraktekkan segala sesuatu yang berstandard internasional supaya "kebiasaan" seperti ini bisa dipertahankan di masyarakat. Hanya dengan cara dan metode de-mikian mereka yakin dapat memenangkan persaingan pada Milenium Ke-3 nantinya. Apakah sekolah-sekolah di Indonesia sekarang ini sudah me-lakukannya?
4 4 Permasalahan kedua yang cukup menyita perhatian di dalam kongres adalah mengenai kinerja pendidikan yang sangat bervariasi di antara negara-negara maju, berkembang dan belum maju. Seperti diketahui kemajuan suatu negara biasanya berhubungan secara tim-bal balik (reciprocal relationship) dengan kemajuan pendidikannya. Semakin maju suatu negara semakin maju pula pendidikan, demikian pula sebaliknya, semakin belum maju suatu negara semakin belum maju pula pendidikannya. Hal tersebut menjadi cukup relevan karena sejak berdirinya PAPE pada tahun 1979, keanggotaan lembaga ini telah mengakomodasi negara-negara yang pendidikannya sudah maju seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang dan Republik Korea; negara-negara yang sedang berkembang pendidikannya seperti Taiwan, Hong Kong dan Singapura; serta negara-negara yang sama sekali belum maju pendidikannya seperti Malaysia, Thailand, dan Philippina. Dimanakah posisi Indonesia? Sampai sekarang, posisi negara kita masih berada dalam kelompok yang terakhir. Indonesia masih termasuk di dalam kategori negara yang sama sekali belum maju pendidikannya. Kinerja pendidikan suatu negara amat penting untuk diukur, dievaluasi dan ditingkatkan karena hal ini juga berimplikasi kepada kehidupan masyarakatnya. Dalam soal kedisiplinan misalnya; kalau kita boleh jujur, kedisiplinan masyarakat Indonesia masih sangat rendah bila dibanding dengan masyarakat Singapura karena kinerja pendidikan Indonesia masih jauh berada di bawah Singapura. Demi-kian juga dalam soal kemandirian, transparansi, profesionalisme dan permasalahan kehidupan yang lain. Sangat Bervariasi Kinerja pendidikan suatu negara tercermin di dalam berbagai angka sekaligus; misalnya saja Human Development Index (HDI), Competitiveness Index (CI), kualitas perguruan tinggi, daya tam-pung pendidikan dasar, menengah dan tinggi, kemampuan membaca siswa, kemandirian siswa, profesionalisme guru, dsb. Berdasarkan angka-angka tersebut pula ternyata diperoleh peringkat yang bervariasi di antara negara-negara di Asia Pasifik anggota PAPE. Namun demikian kalau kita cermati ternyata negara-negara di Asia Tenggara, terkecuali Singapura, umumnya berada dalam posisi tertinggal. Dalam soal HDI misalnya. Publikasi terakhir UNDP, "Human Development Report 1999", menuliskan bahwa negara-negara di Asia Tenggara umumnya memiliki peringkat yang rendah. Kelompok Lima Besar dalam soal ini adalah Kanada di peringkat satu (1), Norwegia (2), AS (3), Jepang (4), dan Belgia (5); sedangkan negara-negara di Asia Tenggara berada di peringkat menengah dan bawah, misal Malaysia (56), Thailand (67), Philippina (77) dan Indonesia (105). Dalam soal CI juga diperoleh gambaran yang sama. Publikasi terakhir WEF,
5 5 "Global Competitiveness Report 1999", juga menyatakan bahwa negara-negara di Asia Tenggara umumnya berada dalam posisi yang rendah. Kelompok Tujuh Besar dalam kemampuan ber-kompetisi secara ekonomik dipegang oleh Singapura (1), AS (2), Hong Kong (3), Taiwan (4), Kanada (5), Swis (6) dan Luksemburg (7); sementara itu negara-negara di Asia Tenggara berada di dalam peringkat menengah dan bawah, misalnya Malaysia (16), Thailand (30), Filipina (33), dan Indonesia (37). Dalam hal tingkat partisipasi pendidikan menengah demikian pula halnya. Negara seperti Jepang angkanya sudah 99,9 atau ka-takanlah 100 persen; artinya 100 dari 100, atau seluruh anak usia pendidikan menengah telah bersekolah. Tak ada seorang pun yang tidak bersekolah. Negara-negara seperti AS, Australia, Canada dan New Zealand angkanya masing-masing adalah 96,3, 96,0, 95,2 dan 92,9; sementara itu Philippina, Malaysia, Indonesia, dan Thailand berturut-turut baru mencapai 77,8, 64,0, 56,1 dan 47,6. Peringkat perguruan tinggi sebagaimana yang dipublikasi oleh AsiaWeek dalam "World Class University 1999"juga merupakan indikator kinerja pen-didikan suatu negara. Dari publikasi ini terlihat bahwa ternyata Jepang, Australia dan negara-negara "Cina Modern" seperti Hong Kong, Taiwan, Singapura dan Republik Korea mengungguli negara-negara di Asia Tenggara pada umumnya. Di dalam kategori perguruan tinggi umum (multi disciplinary university) tidak satu pun negara di Asia Tenggara, kecuali Singa-pura, yang berhasil memasukkan wakilnya dalam kelompok Sepuluh Besar. Kesepuluh perguruan tinggi dalam kelompok ini berasal dari Jepang (2), Republik Korea (2), Hong Kong (2), Australia (2), Taiwan (1), dan Singapura (1). Kinerja negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia dan Indonesia dalam masalah pemeringkatan kualitas perguruan tinggi belum "oke". University of Malaya (UM) Kuala Lumpur yang diunggulkan oleh Malaysia hanya berhasil menempati posisi 46; sedangkan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diunggulkan oleh Indonesia hanya menempati posisi 67. Bahkan yang lebih tragis lagi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang di Indonesia dianggap cukup berkualitas ternyata justru menempati posisi paling "bontot", yaitu posisi 79 dari 79 perguruan tinggi. Inilah gambaran kualitas perguruan tinggi di negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Dari angka-angka tersebut tergambarkan dengan jelas bahwa kinerja pendidikan negara-negara anggota PAPE sendiri masih amat bervariasi; ada yang sudah memuaskan, ada pula yang menjanjikan, akan tetapi ada yang masih sangat menyedihkan. Lagi-lagi Indone-sia termasuk di dalam kelompok yang terakhir ini. Kolaborasi Mutualistik Kalau dirunut lebih jauh sebenarnya kinerja pendidikan suatu negara sekaligus mencerminkan kesiapan negara yang bersangkutan di dalam menghadapi datangnya Milenium Ke-3. Kinerja pendidikan yang memuaskan mencerminkan kesiapan, sedangkan kinerja pendidikan yang menyedihkan mencerminkan ketidaksiapan.
6 6 Seperti diketahui bahwa prinsip yang akan berkembang pada Milenium Ke-3 nanti adalah "win win competition" dalam menjalankan kehidupan yang menuntut persaingan dan persandingan. Oleh kare-na itu amat beralasan bahwa negara-negara yang "kuat" membantu negara-negara yang "lemah" dalam meningkatkan kinerja pendidikan di masa-masa mendatang. Jepang misalnya; kinerja pendidikan negara Matahari Terbit ini tentu tidak diragukan lagi. Negara ini ternyata memiliki ranking HDI yang tinggi (4), mempunyai daya saing yang kuat (14), angka harapan hidup paling tinggi (80 tahun), memiliki GNP yang sangat tinggi (4.812,1 US$ billions), dan anggaran pendidikan yang amat memadai (3,6 persen dari GNP). Wajarlah kalau negara ini memiliki banyak perguruan tinggi kelas dunia, tidak ada anak berusia pen-didikan dasar dan menengah yang tidak bersekolah, dan tidak ada satu pun orang tua yang tidak dapat membaca. Jepang sangat ber-potensi membantu negara-negara lain. Keadaan tersebut juga berlaku bagi negara-negara anggota PAPE lainnya yang memiliki kinerja pendidikan secara memadai se-perti AS, Canada, Australia, Republik Korea, dan sebagainya. Negara-negara lain yang memiliki kinerja pendidikan belum memuaskan, khususnya negara-negara di lingkungan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Philippina dan Thailand harus bersiap diri menerima bantuan secara profesional. Terlebih-lebih lagi nega-ra-negara yang baru saja "standing up" seperti Vietnam, Papua Neugini, Fiji, dsb, juga perlu segera mempersiapkan diri secara mental dan fisik untuk menerima bantuan. Pasalnya, untuk menerima bantuan dari manca negara kini memang perlu persiapan. Kolaborasi mutualistik seperti itu dapat membantu meningkatkan kesiapan negara-negara di Asia Pasifik, khususnya anggota PAPE, dalam memantapkan kinerja pendidikannya untuk memasuki Milenium Ke-3 yang sudah ada di depan mata! ( bersambung )
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari PENDIDIKAN DI MILENIUM KE-3 Oleh : Ki Supriyoko
Majalah Bulanan Tamansiswa PUSARA, terbit di Yogyakarta, Edisi Januari 2000 PENDIDIKAN DI MILENIUM KE-3 Oleh : Ki Supriyoko Sekitar 300 pakar dan praktisi pendidikan yang berasal dari berbagai negara,
Lebih terperinciSurat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian BERITA NASIONAL, terbit di Yogyakarta, Edisi 14 Juni 1996 RANKING KOMPETISI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Barangkali kita masih teringat akan pengalaman sekitar dua atau tiga tahun lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsep daya saing daerah berkembang dari konsep daya saing yang digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak mewarnai pengembangan dan aplikasi
Lebih terperinciDETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA. Oleh : Ki Supriyoko
DETERMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Faktor atau determinan apa saja yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan dasar, utamanya SD, di Indonesia? Sejauhmanakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing ekonomi menunjukkan kemampuan suatu wilayah menciptakan nilai tambah untuk mencapai kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada
Lebih terperinciMajalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006
Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006 PEMANTAPAN KINERJA PENDIDIKAN MELALUI PROFESIONALISME GURU Oleh : Ki Supriyoko A. PENGANTAR Kinerja pendidikan nasional telah lama menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan industri terbesar dalam penggerak perekonomian yang tercatat mengalami pertumbuhan positif diseluruh dunia ditengah-tengah ketidakpastian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini
Lebih terperinciDaya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia
Daya Saing Global Indonesia 2008-2009 versi World Economic Forum (WEF) 1 Tulus Tambunan Kadin Indonesia Tanggal 8 Oktober 2008 World Economic Forum (WEF), berkantor pusat di Geneva (Swis), mempublikasikan
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED) Latar Belakang The Asia-Pacific Parliamentarians' Conference on Environment and Development (APPCED) didirikan oleh Parlemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia menghadapi persoalan dalam membangun ekonomi maka suatu daerah harus membangun perekonomian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 3 Januari MENUJU PERGURUAN TINGGI INDONESIA BERKELAS DUNIA Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi 3 Januari 2001 MENUJU PERGURUAN TINGGI INDONESIA BERKELAS DUNIA Oleh : Ki Supriyoko Sekitar dua puluh tiga abad yang lalu, atau tepatnya dalam
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)
ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat
Lebih terperinciSurat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko
Surat Kabar Harian YOGYA POS, terbit di Yogyakarta Edisi 12 Oktober 1990 KEPENDUDUKAN DAN KEPENDIDIKAN ISLAM Oleh : Ki Supriyoko Mencermati dengan seksama terhadap gambaran besar tentang kependudukan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi
Lebih terperinciBIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia
BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial dan lingkungan ekonomi masyarakat berdasar lingkup lokal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Salah satu dasar penerapan pengembangan bahasa Mandarin dalam kurikulum pendidikan nasional adalah karena adanya keberagaman budaya dan bahasa yang ada di masyarakat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN
PENGEMBANGAN NEGARA MAJU DAN BERKEMBANG www.bimbinganalumniui.com 1. Indikator penggolongan negara-negara dikategorikan sebagai negara maju atau berkembang berbeda-beda karena... (1) Dasar kualifikasi
Lebih terperinciInvestor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife
TSX/NYSE/PSE: MFC SEHK:945 Untuk disiarkan segera Investor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife Hampir tiga perempat investor mendukung dinaikkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun
Lebih terperinciOleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd
Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd Pendidikan bermutu dalam pembangunan sebuah bangsa (termasuk di dalamnya pembangunan pada lingkup kabupaten/kota) adalah suatu keniscayaan, melalui pendidikan bermutu
Lebih terperinciMEMBANGUN INDONESIA: MENUJU MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN
Ki Supriyoko: MEMBANGUN INDONESIA: MENUJU MASYARAKAT MULTIKULTURAL DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN [@] A. PENGANTAR Pendidikan dan masyarakat multikultural memiliki hubungan timbal balik (reciprocal relationship);
Lebih terperinciSISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN PERAN BUDAYA DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Oleh : PROF.DR. KI SUPRIYOKO, M.Pd. Makalah Disampaikan Pada : SEMINAR PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL VIII TEMA PENEGAKAN HUKUM DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha secara sadar yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat dipungkiri bahwa masa depan bangsa sangat ditentukan oleh pendidikan. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciIndikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan
Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator
Lebih terperinciPerlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.
KEBIJAKAN PEMDA DALAM MENGEMBANGKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT Oleh Dardjo Sumardjo Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab sehingga minat dan budaya baca masyarakat kita belum sebagaimana yang diharapkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi professional accountant khususnya di era ASEAN Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jurusan akuntansi merupakan salah satu jurusan ilmu sosial di perguruan tinggi yang masih banyak diminati hingga saat ini. Sejalan dengan kemajuan dunia teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jasa telah menjadi bagian yang cukup dominan pengaruhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasa transportasi, jasa pendidikan, jasa reparasi,
Lebih terperinciInstitut Teknologi Nasional (ITN) Malang Mendapat ISO 9001:2008
Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang Mendapat ISO 9001:2008 Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang resmi mendapat ISO 9001:2008. Sertifikat tersebut diserahkan langsung oleh Rudi Wijaya, branch manager
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, negara-negara di seluruh dunia menjadi satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses globalisasi. Begitu pula halnya dengan pasar modal Indonesia, melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara dimana nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menjadi kunci indikator ekonomi
Lebih terperinciFilsafat, Kebijakan Dasar dan Perkembangan Pendidikan Swasta di Indonesia
Filsafat, Kebijakan Dasar dan Perkembangan Pendidikan Swasta di Indonesia M Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd. Direktur Pan-Pasific Association of Private Education (PAPE) eski bukan satu-satunya determinan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat dunia di era globalisasi sekarang ini adalah dunia menjadi tanpa batas, kemajuan iptek serta aplikasinya terhadap kehidupan manusia, adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat distandardisasi secara internasional di setiap negara. Harmonisasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa karena kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilannya dalam bidang pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek rent seeking (mencari rente) merupakan tindakan setiap kelompok kepentingan yang berupaya mendapatkan keuntungan ekonomi yang sebesarbesarnya dengan upaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan
Lebih terperinciCorruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.
Corruption Perception Index 2016 Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Apa itu Corruption Perception Index (CPI)? Indeks Gabungan Hingga 13 sumber data Menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala. sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan atau kesuksesan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam mengelola organisasi pendidikan dipengaruhi oleh kemampuan untuk melakukan kegiatan
Lebih terperinciSertifikasi AUN-QA, UNAIR Utamakan Kualitas Pendidikan
Sertifikasi AUN-QA, UNAIR Utamakan Kualitas Pendidikan UNAIR NEWS Penilaian proses penyelenggaraan pendidikan oleh delapan asesor ASEAN University Networking-Quality Assessment (AUN-QA) di Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar produsen terjadi hampir di semua sektor industri. Salah satu sektor industri yang tingkat persaingannya tinggi saat ini yaitu sektor industri teknologi
Lebih terperinciPeran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia
Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh: Mhd Hendra Wibowo 1 Indonesia Kreatif dan Mandiri Teknologi melalui Pendayagunaan Kekayaan Intelektual (KI) adalah cita-cita yang wajar
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciOleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana
Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana Disampaikan sebagai Keynote Speech dalam SENASTEK II tahun 2015 di Denpasar Visi Kemenristek 2015-2019 Terwujudnya pendidikan
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU
UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU Oleh : Lailatussaadah Dosen Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry Email: lailamnur27@gmail.com ABSTRAK Kinerja guru merupakan hasil, kemajuan dan prestasi kerja guru
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan rahmat dan karunia- Nya, dapat menyelesaikan Executive Summary Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka tiga faktor Ukuran ekonomi, Cina sebagai pusat perdagangan dunia, dan pengaruh permintaan domestik
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh apapun seperti yang di temui pada kehidupan sehari-harinya. besarnya investas dan rutinitas sumber daya manusia yang ada.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Game animasi yang di tayangkan di internet banyak di senangi oleh banyak pemirsa, tidak hanya oleh anak-anak, tetapi juga orang dewasa. ini di karenakan game animasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, batasan ekonomi antar negara telah menjadi semakin kabur (borderless world), aktivitas ekonomi tidak hanya terbatas pada lingkungan domestik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan di bidang teknologi dan sistem informasi, terutama. internet dengan jangkauan publik yang mencakup seluruh dunia berdampak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan di bidang teknologi dan sistem informasi, terutama internet dengan jangkauan publik yang mencakup seluruh dunia berdampak pada citra lembaga pendidikan tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fuja Siti Fujiawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan oleh setiap negara. Pendidikan merupakan
Lebih terperinciTENTANG HASIL REKOMENDASI SIDANG KOMISI KONGRES PPI DUNIA TAHUN 2012
SURAT KEPUTUSAN KONGRES ALIANSI PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA INTERNASIONAL (PPI DUNIA)/ OVERSEAS INDONESIAN STUDENTS ASSOCIATION ALLIANCE (OISAA)TAHUN 2012 Nomor : 04/OISAA/KR/II/2012 TENTANG HASIL REKOMENDASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini semakin pesat dan menuntut semua pihak agar bisa dan siap bersaing di era globalisasi. Kenyataan yang
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa adanya pendidikan yang memadai dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di tengah kompetisi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciBahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan
Lebih terperinciNEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG
Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan
Lebih terperinciAbstrak. Dasar Berpikir
PENDIDIKAN TINGGI UNTUK PEMBANGUNAN EKONOMI IKAPUTERA WASPADA*) Abstrak Paradigma pembangunan pendidikan, pada kekuatan sumber daya alam (natural resource based) bukan prioritas, kemudian berubah bertumpu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit untuk diprediksi. Keadaan ini merupakan kelanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kegiatan ekonomi di dunia saat ini menjadi semakin berkait dan bergantung satu sama lain. Hampir tidak ada negara yang tidak mempunyai interaksi dengan dunia luar.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. maju apabila rakyatnya memiliki pendidikan yang tinggi dan berkualitas,
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu negara dan bangsa akan menjadi negara dan bangsa yang maju apabila rakyatnya
Lebih terperinciUNTUK DISIARKAN SEGERA
14 November 2013 TSX/NYSE/PSE: MFC SEHK:945 UNTUK DISIARKAN SEGERA Manulife Investor Sentiment Index menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia akan kekurangan dana tabungan pada masa pensiun Jakarta Dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting
I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting karena pendidikan merupakan pondasi pembangunan suatu bangsa. Jika pendidikan tidak berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak hanya terbatas pada pelayanannya saja (Kuncoro,2000).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi serta tantangan era perdagangan menyebabkan semakin ketatnya kompetisi dalam dunia bisnis, begitu juga dengan bisnis dalam pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pendidikan memegang peranan
Lebih terperinciMENINGKATKAN PENGUASAAN BILANGAN DENGAN MENTAL ARITMATIKA SEMPOA. Ismarti Dosen Tetap Prodi Matematika UNRIKA Batam
MENINGKATKAN PENGUASAAN BILANGAN DENGAN MENTAL ARITMATIKA SEMPOA Ismarti Dosen Tetap Prodi Matematika UNRIKA Batam ismarti78@gmail.com Abstrak Salah satu tujuan kurikulum terpenting dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyiapkan manusia menghadapi masa depan agar bisa hidup lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu tempat yang mempertemukan pihak-pihak yang kelebihan dana (investor) dengan pihak yang kekurangan dana (perusahaan). Maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan
Lebih terperinci628 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI
PERAN PENYUNTING BAHASA DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BUKU AKADEMIK PERGURUAN TINGGI TERBITAN UNIVERSITY PRESS Universitas Sebelas Maret Abstrak Akhir-akhitr ini university press memiliki berbgaai persoalan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa perpustakaan merupakan tempat tumpukan buku tanpa mengetahui pasti ciri dan fungsi perpustakaan. Ada beberapa ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai indusri terbesar di dunia, tidak ada yang meragukan lagi. Penelitian yang dilakukan oleh World Tourism Organizatioan (WTO) menunjukkan kecenderungan
Lebih terperinciSurvey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia
www.pwc.com/id Survey Bisnis Keluarga 2014 Indonesia November 2014 Terima kasih.. Atas partisipasi dalam survey dan kehadirannya Agenda Latar belakang Family business survey 2014 Sekilas temuan utama Gambaran
Lebih terperinciKERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 02 Sesi KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Kalimantan Barat, Oesman Sapta Odang menilai Indonesia
Lebih terperinciSurat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995
Surat Kabar Harian PIKIRAN RAKYAT, terbit di Bandung, Edisi: 30 Desember 1995 PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KESEHATAN DI JAWA BARAT Oleh : Ki Supriyoko Salah satu survei kependudukan, KB, dan kesehatan yang
Lebih terperinciTujuan Pembelajaran. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan pembelajaran ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan: 1. Tantangan kecenderungan global dan nasional yang ada di Indonesia 2. Beberapa permasalahan pokok yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bukanlah merupakan mereka yang tingkat kesejahteraannya tinggi. Mereka
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sebagian besar masyarakatnya bertopang pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Akan tetapi, petani Indonesia bukanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan antar negara-negara di dunia dalam hal perekonomian merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu, menjadi negara maju adalah impian dari setiap negara. Sebuah
Lebih terperinci