BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA"

Transkripsi

1 BAB IV RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dijelaskan proses rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara. Pembahasan akan diawali dengan pembagian tipe sistem rekonstruksi yang dibangun beserta penjelasannya masing - masing. Pembahasan akan dilanjutkan dengan menjabarkan secara rinci proses rancang bangun untuk setiap tipe sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara. Penjelasan pada bab ini akan diakhiri dengan menunjukkan hasil implementasi sistem rekonstruksi untuk setiap tipe sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara. IV.1 Pembagian Tipe Sistem Rekonstruksi Lintas Terbang Pesawat Udara Rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara pada tesis ini dibagi menjadi tiga tipe. Pembagian ini didasarkan kepada jumlah variabel yang tersedia untuk memprediksi/merekonstruksi karakteristik lintas terbang suatu pesawat udara. Ketiga tipe sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara yang akan dirancang didefinisikan sebagai berikut A. Rekonstruksi Tipe A. Pada rekonstruksi tipe A jumlah minimal data yang tersedia untuk merekonstruksi didefinisikan sebagai berikut a. Data posisi - Longitude - Latitude - Altitude b. Data sikap pesawat udara - Sudut theta (pitch) - Sudut phi (roll) - Sudut psi (heading) c. Kecepatan pesawat udara 35

2 d. Engine throttle setting e. Defleksi bidang kendali - Elevator - Aileron - Rudder f. Brake status (on atau off) g. Landing gear status (up atau down) h. Wind speed i. Wind direction Sistem rekonstruksi tipe ini hanya berfungsi untuk menampilkan kembali data data terbang secara kuantitatif dan secara fisik (visualisasi tiga dimensi). Dalam dunia investigasi sistem rekonstruksi tipe ini sering disebut dengan istilah flight data visualization. B. Rekonstruksi Tipe B. Pada rekonstruksi tipe B data yang tersedia hanya data posisi (longitude, latitude, dan altitude) dan kecepatan pesawat udara setiap waktunya. Data sikap pesawat udara, engine throttle setting dan defleksi bidang kendali merupakan parameter yang dibangkitkan oleh software yang digunakan. Pada tipe B ini, pesawat udara diarahkan untuk mengikuti flight path tertentu. Proses untuk mengarahkan pesawat udara pada flight path tertentu akan dilakukan dengan merancang sistem kendali yang membangkitkan input pada bidang kendali maupun throttle sehingga pesawat udara dapat diarahkan pada flight path dan kecepatan tertentu. C. Rekonstruksi Tipe C. Pada rekonstruksi tipe C informasi yang diperoleh untuk merekonstruksi/memprediksi karakteristik terbang suatu pesawat udara sangat minim. Sebagai contoh adalah kasus hilangnya sebuah pesawat udara. Pada kasus ini, data yang tersedia berupa data posisi kontak terakhir (latitude, longitude dan altitude) dan juga heading pesawat tersebut. Proses rekonstruksi lintas terbang pada tipe C ini dilakukan dengan membuat beberapa skenario konfigurasi terbang. Melalui beberapa skenario konfigurasi terbang ini, pesawat disimulasikan sehingga akan diperoleh posisi pesawat udara tersebut relatif terhadap posisi kontak terakhirnya. 36

3 Untuk merealisasikan ketiga sistem rekonstruksi di atas, akan dibangun suatu sistem yang terdiri dari sistem hardware dan software. Pekerjaan pada sistem hardware meliputi perancangan sistem tayang/display yang berfungsi untuk memvisualisasikan dinamika gerak pesawat, visualisasi lintas terbang dan menampilkan data data rekonstruksi. Dinamika gerak pesawat udara yang direkonstruksi dapat dilihat baik secara kuantitif maupun secara fisik (visualisasi 3 dimensi). Untuk tujuan tersebut sistem tayang/display akan dibangun dengan menggunakan tiga unit komputer yang terkoneksi dalam satu jaringan. Koneksi dalam jaringan dilakukan melalui kabel internet yang terhubung pada sebuah switch. Satu komputer, selain terhubung dengan jaringan internal juga terhubung dengan jaringan Internet. Ketiga unit komputer yang digunakan beserta fungsi display masing masing ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar IV.1. Diagram skematis sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Dengan keterangan sebagai berikut Komputer DA berfungsi untuk menampilkan data data rekonstruksi dalam bentuk kuantitatif. Komputer XP berfungsi untuk memvisualisasikan data data rekonstruksi dalam bentuk tampilan tiga dimensi. Komputer GE berfungsi untuk memvisualisasikan data data posisi/flight path pesawat udara pada bola bumi. 37

4 Pekerjaan pada sistem software meliputi instalasi software X-Plane, pembuatan sistem pengirim dan penerima data antar komputer, pembuatan plugin untuk mengatur fungsi fungsi pada X-Plane, penempatan model bola bumi dan pengaturan komunikasi antar komputer maupun Internet. Program X-Plane merupakan program utama yang digunakan pada sistem rekonstruksi yang dibangun. Program ini akan ditempatkan pada komputer XP. Pembuatan sistem pengirim dan penerima data dilakukan dengan menggunakan Matlab/Simulink. Untuk kebutuhan ini program Matlab/Simulink akan ditempatkan pada komputer DA. Pembuatan plugin dilakukan dengan menggunakan Microsoft Visual C++. Plugin diperlukan untuk pengaturan fungsi fungsi pada X-Plane. Melalui plugin yang dibuat, X-Plane dapat diatur untuk menerima data dari komputer DA atau sebaliknya, mengirim data ke komputer GE dan menggunakan/tidak menggunakan model X-Plane dalam sistem rekonstruksi yang dirancang. Plugin plugin yang dibuat akan ditempatkan pada komputer XP. Model bola bumi yang digunakan adalah model bola bumi Google Earth. Untuk mengakses Google Earth komputer harus terhubung dengan Internet. Oleh sebab itu, instalasi program Google Earth akan dilakukan pada komputer GE yang terhubung dengan Internet. Komunikasi antar komputer akan diatur berdasarkan tipe sistem rekonstruksi yang dirancang. Namun secara umum, komunikasi data antara komputer DA dengan XP dilakukan melalui protokol User Datagram Protocol (UDP), sedangkan komunikasi antara komputer GE dan XP dilakukan melalui sebuah file yang di-share ke komputer GE. Dari sisi perancangan sistem software, fungsi masing masing komputer didefinisikan sebagai berikut Komputer DA - Menjalankan program Matlab/Simulink. - Menerima/mengirim data data terbang ke/dari X-Plane via UDP. Fungsi menerima atau mengirim data akan disesuaikan berdasarkan tipe sistem rekonstruksi yang digunakan - Mem-plot data data terbang dalam domain waktu. 38

5 Komputer XP - Menjalankan progam X-Plane. - Menjalankan plugin plugin yang mengatur X-Plane untuk menerima atau mengirim data ke komputer DA dan GE. Komputer GE - Menjalankan program Google Earth yang langsung terkoneksi online dengan server Google Earth. - Membaca file pada komputer XP yang berisi data posisi setiap waktu dan menempatkan data data tersebut pada model bumi Google Earth secara online. Pembahasan secara rinci tipe sistem rekonstruksi yang dibangun beserta implementasinya masing masing akan dijabarkan pada pasal IV.2 sampai dengan pasal IV.4 berikut ini. IV.2 Rancang Bangun Sistem Rekonstruksi Lintas Terbang Pesawat Udara Tipe A Rekonstruksi tipe A merupakan jenis rekonstruksi dengan data/variabel yang lengkap. Pendefinisian kata lengkap didasarkan atas kebutuhan parameter parameter program yang digunakan untuk melakukan rekonstruksi. Tipe A ini lebih tepat disebut sebagagi visualisasi data data terbang dalam tayangan tiga dimensi. Hal ini disebabkan karena data data yang digunakan cukup lengkap. Berikut ini adalah jumlah variabel minimal yang dibutuhkan untuk melakukan rekonstruksi tipe A. a. Data posisi - Longitude - Latitude - Altitude b. Data sikap pesawat udara - Sudut theta (pitch) - Sudut phi (roll) - Sudut psi (heading) c. Kecepatan pesawat udara 39

6 d. Engine throttle setting e. Defleksi bidang kendali - Elevator - Aileron - Rudder f. Brake status (on atau off) g. Landing gear status (up atau down). h. Wind speed i. Wind direction Data data di atas dapat diperoleh melalui hasil rekaman data terbang pada flight data recorder (FDR). Namun pada tesis ini data yang akan digunakan adalah data yang dihasilkan melalui rekaman simulasi pada X-Plane. Agar data data yang direkam merepresentasikan hasil sebuah rekaman FDR maka variabel variabel yang direkam disesuaikan dengan rekaman pada FDR. Data data yang diperoleh tersebut dikirim kembali ke X-Plane. Dalam hal ini X-Plane hanya berfungsi sebagai visualisasi data data dari flight data recorder. Diagram skematis sistem rekonstruksi tipe A (sistem hardware dan software) dapat dilihat pada Gambar IV.2 di bawah ini. Gambar IV.2. Diagram konseptual sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara tipe A Deskripsi fungsi masing masing komputer untuk rekonstruksi tipe A dapat dijelaskan sebagai berikut 40

7 Komputer DA Komputer DA berfungsi untuk membaca data data terbang dari satu file yang terdapat pada komputer DA untuk selanjutnya dikirim ke komputer XP melalui UDP. File yang dibaca berisi data data terbang pesawat udara serta kondisi cuaca. Aplikasi sistem baca dan kirim data pada komputer DA dibangun dengan menggunakan Matlab/Simulink. Data data yang dibaca dan dikirim tersebut dapat dilihat pada bagian awal sub-bab IV.2. Data butir a sampai dengan butir g selain ditayangkan pada komputer DA juga langsung dikirim ke komputer XP. Data butir h dan butir i hanya ditayangkan saja pada komputer DA karena data hasil rekaman simulasi sebelumnya sudah mengikutsertakan faktor angin sehingga tidak diperlukan lagi pengiriman kecepatan dan arah angin. Frekuensi pengiriman data dari komputer DA ke komputer XP sebesar 50 Hz, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil visualisasi dengan kualitas yang baik pada X-Plane. Pada gambar di bawah ditunjukkan hasil rancang bangun Data Sender yang digunakan komputer DA pada sistem rekonstruksi tipe A. Gambar IV.3. Diagram fungsi komputer DA Tipe A Sebagai studi kasus pada sistem rekonstruksi tipe A, digunakan pesawat King Air Beechcraft 200 namun sistem data sender di atas juga dilengkapi dua template data sehingga user dapat menambahkan data terbang dan langsung dapat mengirimkan data data tersebut ke komputer XP. Pemilihan data terbang yang akan dikirim dapat ditentukan melalui kotak isian yang berwarna merah. Input 1 41

8 merupakan template data terbang pesawat 1, input 2 data terbang pesawat 2 dalam hal ini adalah pesawat King Air B200 (digunakan sebagai studi kasus) dan input 3 merupakan template data terbang pesawat 3. Komputer XP Komputer XP berfungsi untuk menjalankan software X-Plane. Melalui komputer XP dinamika gerak pesawat udara dapat divisualisasikan berdasarkan data data yang diterima dari komputer DA. Pada kasus rekonstruksi tipe A, model persamaan X-Plane tidak digunakan. Proses untuk tidak menggunakan (mengoverride) model persamaan X-Plane dilakukan dengan pembuatan plugin. Plugin adalah satu file yang berisi perintah perintah yang dapat dimengerti oleh X- Plane. Setelah model persamaan X-Plane di override maka dibutuhkan suatu sistem pada X-Plane yang berfungsi untuk menerima data data dari komputer DA, memisahkan data data terbang ke lokasi masing masing serta mengatur frekuensi penerimaan data ke komputer XP. Proses di atas dilakukan dengan menggunakan plugin juga. Pada rekonstruksi tipe A ini, terdapat dua jenis plugin yang dibuat. Plugin pertama diberi nama dengan TypeA_DataRecv.xpl berfungsi untuk men-disable-kan model persamaan, menerima data, memisahkana data serta mengatur frekuensi data data yang masuk ke komputer XP. Plugin kedua adalah XP2GE.xpl yang berfungsi untuk menulis data posisi (latitude, longitude dan altitude) ke dalam file setiap detik. File yang ditulis oleh plugin XP2GE.xpl selanjutnya di-share dengan komputer GE melalui switch. File yang di-share ini dibaca oleh komputer GE untuk selanjutnya ditempatkan pada model bumi Google Earth. Berikut ini adalah tampilan pada komputer XP, model persamaan X-Plane tidak digunakan (X-Plane hanya berfungsi sebagai flight data visualization/monitoring). 42

9 Gambar IV.4. Diagram fungsi komputer XP Tipe A Komputer GE Pada komputer GE dijalankan program Google Earth yang langsung terkoneksi online dengan server Google Earth. Data data posisi pesawat udara diperoleh dengan membaca file yang berasal dari komputer XP. Proses membaca file serta menempatkannya pada model bumi Google Earth dilakukan dalam waktu satu detik. Berikut ini adalah diagram fungsi komputer GE yang menampilkan model bumi Google Earth. Gambar IV.5. Diagram fungsi komputer GE Tipe A Rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara tipe A telah selesai dilakukan. Pada pasal berikut ini akan dijelaskan implementasi sistem 43

10 rekonstrusi tipe A yang sudah dirancang. Proses implementasi sistem yang dirancang ini dilakukan dengan menggunakan pesawat udara King Air B200. IV.3 Implementasi Sistem Rekonstruksi Tipe A Untuk menguji sistem rekonstruksi tipe A yang dibangun, maka akan dilakukan proses uji coba dengan menggunakan data data terbang FDR pesawat udara King Air B200 yang sudah disimpan sebelumnya. Proses implementasi sistem rekonstruksi tipe A akan dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut a. Pengumpulan data data pesawat baik data data geometri pesawat maupun data data terbang lainnya. b. Pra-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan dilakukan pemisahan data data terbang dan mem-plot data data tersebut dalam domain waktu. c. Rekonstruksi. Pada bagian ini data data terbang divisualisasikan dalam tampilan tiga dimensi pada X-Plane. d. Post-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan ditunjukkan flight profile pesawat udara hasil rekonstruksi. IV.3.1 Pengumpulan data pesawat udara King Air Beechcraft 200 Data data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara King Air Beechcraft 200 ditunjukkan pada Tabel IV.1 berikut ini. Tabel IV.1. Data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara King Air Beechcarft 200 Parameter Nilai Wingspan 54 ft 6 in 16,61 m Length 43 ft 9 in 13,34 m Height 15 ft 0 in 4,57 m Wing area 303 ft 2 28,2 m 2 Empty weight lb kg Max takeoff weight (MTOW) lb kg Powerplant 2 x Pratt & Whitney Canada PT-42 Turboprops, 850 shp (635 kw) each Crew 1 2 Capacity 13 passangers Sedangkan data prestasi pesawat tersebut ditunjukkan pada Tabel IV.2 berikut ini. 44

11 Tabel IV.2. Data prestasi pesawat udara King Air Beechcraft 200 Parameter Nilai Keterangan Maximum speed 294 knots 545 km/h at ft (7.600 m) Cruise speed 289 knots 536 km/h at ft (7.600 m) max cruise Stall speed 75 knots 139 km/h IAS flaps down Range nm km with maximum fuel and 45 minute reserve Service ceiling ft m Rate of climb ft/min 12,5 m/s Wing loading 41,3 lb/ft 2 201,6 kg/m 2 Power/mass 0,14 hp/lb 220 W/kg Gambar tiga pandangan King Air B200 beserta modelnya pada X-Plane ditunjukkan pada Gambar IV.6 di bawah ini. (a). Tampak Depan (b). Tampak Samping (c). Tampak Atas (d). Tampak 45 0 dari sisi kiri depan Gambar IV.6. Gambar tiga pandang King Air B200 dan pemodelannya pada X-Plane 45

12 IV.3.2 Pra-rekonstruksi Sebelum dilakukan proses rekonstruksi lintas terbang, terlebih dahulu akan dilakukan pengumpulan data data awal, selama terbang dan kondisi akhir terbang pesawat udara King Air B Kondisi awal Berdasarkan rekaman data pada flight data recorder (FDR), diketahui bahwa pesawat udara King Air B200 terbang dari bandar udara Husein Sastranegara Bandung, Jawa Barat - Indonesia dengan keterangan sebagai berikut [26] Bandara keberangkatan Husein Sastranegara Kode Bandara BDO Runway 11 Elevasi runway 740,66 m (2430 ft) dari permukaan laut Koordinat 6,8974 LS; 107,5668 BT Tanggal 21 Januari 2007 Waktu 1001 WIB Kecepatan angin 5 knots Arah angin 31 derajat dari Utara bumi - Kondisi akhir Bandara kedatangan Husein Sastranegara Kode Bandara BDO Runway 29 Elevasi runway 740,66 m (2430 ft) dari permukaan laut Koordinat 6,9003 LS; 107,5755 BT Tanggal 21 Januari 2007 Waktu WIB Kecepatan angin 5,00 knots Arah angin 31,64 derajat terhadap utara bumi 46

13 Berdasarkan data kondisi awal dan kondisi akhir di atas, dapat diketahui bahwa pesawat udara King Air B200 terbang selama 4 menit 35 detik. Pesawat King Air B200 takeoff dari Bandara Husein Sastranegara pada runway 11 dan kembali ke Bandara Husein Sastranegara pada runway 11 juga. Secara rinci data data terbang yang diperoleh dari flight data recorder dapat dilukiskan pada grafik 2 dimensi seperti ditunjukkan pada gambar gambar di bawah ini. Gambar IV.7. Track posisi data longitude terhadap latitude King Air B200 Pada Gambar IV.7 di atas ditunjukkan track posisi (longitude vs latitude) pesawat udara King Air B200. Berdasarkan lukisan data posisi tersebut dapat dilihat bahwa pesawat udara King Air B200 kembali lagi ke posisi keberangkatan yaitu bandara Husein Sastranegara. Gambar IV.8. Data tinggi terbang terhadap waktu King Air B200 Pesawat udara King Air B200 takeoff dari ketinggian 740,00 m di atas permukaan laut, selanjutnya terbang menanjak sampai ketinggian 1679,6 m di atas permukaan laut. Setelah sampai pada ketinggian ini pesawat terbang turun 47

14 kembali pada ketinggian 740 m di atas permukaan laut seperti ditunjukkan pada Gambar IV.8 di atas. Gambar IV.9. Data sudut pitch, roll dan heading terhadap waktu King Air B200 Sudut pitch pesawat udara King Air B200 mengalami perubahan dalam selang sampai dengan Kenaikan sudut pitch terjadi pada saat pesawat memasuki fasa climb (selang waktu detik). Sudut roll pesawat udara King Air B200 juga mengalami osilasi pada selang sampai dengan Sudut heading pesawat memiliki nilai awal (berangkat dari runway 11) dan ketika kembali ke runway 29, nilai sudut heading ini berubah menjadi 287,

15 Gambar IV.10. Data defleksi bidang kendali terhadap waktu King Air B200 Pada Gambar IV.10 dapat dilihat defleksi bidang kendali selama pesawat beroperasi.untuk elevator, defleksi maksimumnya sebesar -5,715 0 (up) yang terjadi pada detik ke , sedangkan defleksi maksimum down sebesar 3,440 0 yang terjadi pada detik ke 120. Untuk bidang kendali aileron, defleksi positif (aileron kiri berdefleksi ke bawah, aileron kanan berdefleksi ke atas) berarti pesawat udara roll ke kanan dan sebaliknya. Nilai defleksi bidang kendali aileron kanan maupun kiri berkisar pada nilai < + 6,50 0 dan > -4,80 0 sedangkan defleksi bidang kendali rudder berkisar pada nilai < ± 1,60 0. Gambar IV.11 di bawah ini merupakan data engine throttle setting untuk kedua engine selama pesawat beroperasi. Dapat dilihat bahwa engine throttle setting maksimum terjadi mulai detik ke 42 sampai dengan detik ke 141. Setelah melalui detik ini, setting-an engine diturunkan secara bertahap dan kembali ke posisi nol pada saat pesawat landing. 49

16 Gambar IV.11. Data engine throttle setting terhadap waktu King Air B200 Pada Gambar IV.12 di bawah ini ditunjukkan status brake mulai dari kondisi diam sampai dengan pesawat kembali lagi ke bandara. Dapat dilihat, brake release dilakukan pada detik ke 45 dan kembali diaktifkan pada detik ke 250 yaitu ketika pesawat kembali ke landasan. Gambar IV.12. Brake status terhadap waktu King Air B200 Gambar IV.13 di bawah ini merupakan landing gear status yang terjadi selama pesawat dioperasikan. Melalui gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa landing gear dinaikkan pada detik ke 66 dan diturunkan kembali pada detik ke

17 Gambar IV.13. Landing gear status terhadap waktu King Air B200 Gambar IV.14. Kondisi angin terhadap waktu King Air B200 Pada Gambar IV.14 di atas ditunjukkan kecepatan dan arah angin pada daerah tersebut. Dapat dilihat pada waktu tersebut, kecepatan udara sebesar 5 knots dengan arah 31,63 knots dari arah utara bumi runway 11 bandara Husein Sastranegara. Kecepatan dan arah angin konstan selama pesawat beroperasi. Berdasarkan data data terbang pesawat udara King Air B200 di atas, maka akan dilakukan proses rekonstruksi yaitu memvisualisasikan data data tersebut dalam tampilan 3 dimensi. Visualisasi yang dilakukan meliputi visualisasi fligth path selama pesawat beroperasi, sikap pesawat udara, dinamika bidang kendali, brake status, landing gear status dan juga throttle setting dari engine. 51

18 IV.3.3 Rekonstruksi Proses rekonstruksi dilakukan dengan mengirim data data terbang dari komputer DA ke komputer XP. Proses pengiriman data data terbang tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada komputer DA, berisi data data terbang yang disimpan dalam file berformat *.mat. Pada kasus rekonstruksi pesawat udara B200, jumlah data yang disimpan dalam file ini berisi 18 parameter yaitu Tabel IV.3. Daftar parameter terbang rekonstruksi tipe A Parameter Satuan Parameter Satuan Latitude Engine 1 throttle [ratio 0-1] Longitude Engine 2 throttle [ratio 0-1] Altitude [m] sea level Speed [m/s] Pitch angle Indicated altitude [ft] sea level Roll angle Wind speed [knots] Heading angle Wind direction Elevator deflection Brake status [On/Off] Aileron deflection Landing gear status [Up/Down] Rudder deflection Time [detik] Data data tersebut dibaca oleh sistem Data Sender yang terdapat pada komputer DA. Setelah dibaca, data data tersebut dikirim ke komputer XP melalui UDP dengan rate sebesar 50 data per detik (data wind speed, wind direction dan time tidak dikirim). Data data tersebut diterima oleh komputer XP untuk kemudian divisualisasikan pada X-Plane. Pada komputer XP terdapat dua plugin yaitu plugin TypeA_Recv.xpl berfungsi untuk mengatur karakteristik pesawat udara King Air berdasarkan data data yang diterima dari komputer DA. Plugin yang kedua adalah XP2GE.xpl yang berfungsi untuk membuat file berisi data posisi pesawat setiap detiknya. Pada komputer GE terdapat program Google Earth yang sudah terkoneksi dengan server Google Earth dan kemudian komputer GE membaca file yang berasal dari komputer XP. Data data pada file yang dibaca oleh komputer GE selanjutnya ditempatkan pada model bumi Google Earth. Proses ini dilakukan secara kontinu sampai data data pada komputer DA selesai dibaca. 52

19 Sebagai penjelasan hasil rekonstruksi tipe A, akan digunakan beberapa titik rekonstruksi dimana pesawat udara mengalami perubahaan keadaan terbang. Jumlah titik yang dipilih sebanyak 12 seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar IV.15. Titik titik penjelasan hasil sistem rekonstruksi tipe A pesawat udara King Air B200 Tabel IV.4. Daftar titik - titik penjelasan hasil sistem rekonstruksi tipe A pesawat udara King Air B200 Titik Keadaan Titik Keadaan 1 Initial condition 7 Straight flight 2 Engine full throttle, brake release 8 Turn right 3 Liftoff 9 Desecent 4 Screen Height 10 Landing gear down 5 Landing gear up 11 Touch down 6 Turn left 12 Final condition Penjelasan kondisi pesawat udara serta hasil rekonstruksinya pada X-Plane untuk masing masing titik dijelaskan pada halaman berikut ini 53

20 Titik 1 Kondisi Awal Pada kondisi ini, pesawat udara masih diam di atas landasan. Engine throttle masih di set pada kondisi 0. Begitu juga dengan kondisi brake masih dalam keadaan aktif. Pada X-Plane, hasil rekonstruksi data data pada titik 1 dapat ditunjukkan pada Gambar IV.16 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 1 Kondisi awal Latitude 6,897 LS Aileron def. 0,000 L Longitude 107,567 BT 0,000 R Altitude 2440,609 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 0,000 [ [ratio] Pitch 0,691 Speed (IAS) 1,440 [knots] Roll -0,144 Brake On [On/Off] Heading 109,060 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. 0,000 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,000 deg] Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 1 Kondisi awal Brake indicator (red = on) Gambar IV.16. Hasil rekonstruksi pada titik 1 Kondisi awal 54

21 Titik 2 Brake release, full throttle Pada titik ini, throttle setting sudah di set full dan kondisi brake off. Sehingga pesawat mulai bergerak. Dapat dilihat pada gambar di bawah, pesawat sudah melewati garis garis putih pada landasan. Begitu juga dengan lampu brake indicator tidak menyala lagi. Hasil rekonstruksi data data pada pada titik 2 dapat dilihat pada Gambar IV.17 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 2 Brake release, full throttle Latitude 6,897 LS Aileron def. 0,225 L Longitude 107,567 BT -0,625 R Altitude 2440,609 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ [ratio] Pitch 0,243 Speed (IAS) 5,949 [knots] Roll -0,164 Brake Off [On/Off] Heading 109,070 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. 0,9600 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,125 deg] Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 2 Brake release, full throttle Brake indicator (off) Gambar IV.17. Hasil rekonstruksi pada titik 2 Brake release, full throttle 55

22 Titik 3 Lift off Pada titik ini, pesawat udara King Air B200 lift off dari landasan. Berdasarkan data rekonstruksi pada titik 3, pesawat roll ke kiri sebesar -3,514 deg. Data ini bersesuain dengan hasil visualisasi pada X-Plane. Tampak pada Gambar IV.18 di bawah pesawat udara King Air B200 sedikit roll ke kiri. Data rekonstruksi pada titik 3 Lift off Latitude 6,897 LS Aileron def. 0,235 L Longitude 107,567 BT -0,645 R Altitude 2444,218 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch -3,514 Speed (IAS) 110,200 [knots] Roll 101,210 Brake Off [On/Off] Heading -5,080 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. 0,000 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 3 Lift off Gambar IV.18. Hasil rekonstruksi pada titik 3 Lift off 56

23 Titik 4 Titik Screen Height Pada titik ini, pesawat udara King Air B200 sudah memasuki titik akhir takeoff (screen height). Hal ini ditandai dengan tinggi terbang yang sudah mencapai 759,200 m dari permukaan laut atau 759,20 740,00 = 19,2 m ( 62,99 ft) di atas permukaan tanah (FAR 23, pesawat udara mencapai akhir fasa takeoff apabila mencapai tinggi terbang 50 ft di atas permukaan tanah). Hasil rekonstruksi data data pada titik 4 dapat dilihat pada Gambar IV.19 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 4 Take off Latitude 6,898 LS Aileron def. 2,025 L Longitude 107,570 BT -3,375 R Altitude 2490,806 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch 8,313 Speed (IAS) 117,700 [knots] Roll -6,738 Brake Off [On/Off] Heading 99,297 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. -0,320 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,430 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 4 Takeoff Gambar IV.19. Hasil rekonstruksi pada titik 4 Takeoff 57

24 Titik 5 Landing gear up Pada titik ini, perubahan yang terjadi adalah landing gear dinaikkan. Selain perubahan keadaan landing gear, pesawat juga secara kontinu terus melakukan terbang menanjak. Hal ini dapat dilihat melalui kenaikan tinggi terbang secara kontinu dari waktu ke waktu. Hasil rekonstruksi data data pada titik 5 dapat dilihat pada Gambar IV.20 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 5 Landing gear up Latitude 6,899 LS Aileron def. 1,320 L Longitude 107,571 BT -2,200 R Altitude 2546,908 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch 5,108 Speed (IAS) 125,400 [knots] Roll 4,860 Brake Off [On/Off] Heading 100,350 * Landing gear Up [Up/Dw] Elevator def. -0,320 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,440 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 5 landing gear up Gambar IV.20. Hasil rekonstruksi pada titik 5 Landing gear up 58

25 Titik 6 Turn left Pada titik 6, pesawat udara melakukan terbang belok ke kiri. Pada kondisi ini, aileron kiri berdefleksi sebesar 5,000 derajat ke atas dan aileron kanan berdefleksi sebesar 6,240 derajat ke bawah sehingga pesawat roll ke kiri. Hasil rekonstruksi pada titik ini dapat dilihat pada Gambar IV.21 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 6 Turn left Latitude 6,901 LS Aileron def. 5,000 L Longitude 107,580 BT -6,240 R Altitude 2738,509 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch 8,175 Speed (IAS) 154,000 [knots] Roll -23,378 Brake Off [On/Off] Heading 98,678 * Landing gear Up [Up/Dw] Elevator def. -1,440 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. -0,040 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 6 Turn left Gambar IV.21. Hasil rekonstruksi pada titik 6 Turn left 59

26 Titik 7 Straight flight Pada titik ini, pesawat udara melakukan straight flight. Melalui data di bawah dapat dilihat defleksi bidang kendali berharga nol, namun engine throttle setting di set pada kondisi maksimum. Sudut pitch pesawat sebesar 5,768 deg, sudut roll 0,000 deg dan heading berada pada sudut 66,856 deg terhadap utara bumi. Hasil rekonstruksi pada titik 7 dapat dilihat pada Gambar IV.22 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 7 Straight flight Latitude 6,901 LS Aileron def. 0,000 L Longitude 107,590 BT 0,000 R Altitude 3005,24 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch 5,786 Speed (IAS) 170,200 [knots] Roll 0,000 Brake Off [On/Off] Heading 66,856 * Landing gear Up [Up/Dw] Elevator def. 0,000 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,000 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 7 Straight flight Gambar IV.22. Hasil rekonstruksi pada titik 7 Straight flight 60

27 Titik 8 Turn right Pada titik 8 pesawat udara King Air B200 terbang belok ke kanan. Dapat dilihat melalui data di bawah, defleksi aileron kiri sebesar 3,200 deg ke atas, defleksi aileron kanan sebesar 2,375 deg ke bawah sehingga pesawat udara roll ke kanan. Pada kondisi ini engine throttle setting pada kondisi maksimum dan kecepatan mencapai harga 180,60 knots. Hasil rekonstruksi pada titik 8 dapat dilihat pada Gambar IV.23 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 8 Turn right Latitude 6,889 LS Aileron def. 3,200 L Longitude 107,630 BT -2,375 R Altitude 4737,519 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 1,000 [ratio] Pitch 10,969 Speed (IAS) 180,600 [knots] Roll 45,431 Brake Off [On/Off] Heading 102,240 * Landing gear Up [Up/Dw] Elevator def. 0,120 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,160 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 8 Turn right Gambar IV.23. Hasil rekonstruksi pada titik 8 Turn left 61

28 Titik 9 Descent Pada titik ini, pesawat udara King Air B200 masuk pada fasa terbang menurun (descent). Hal ini dapat dilihat melalui sudut pitch maupun penurunan tinggi terbang secara kontinu pada data di bawah. Pada kondisi ini engine throttle setting di set pada kondisi 0,113 dan terjadi juga penurunan kecepatan menjadi 150 knots. Hasil rekonstruksi pada titik 9 dapat dilihat pada Gambar IV.24. Data rekonstruksi pada titik 9 Descent Latitude 6,906 LS Aileron def. -0,200 L Longitude 107,620 BT 0,120 R Altitude 4645,655 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 0,113 [ratio] Pitch -8,798 Speed (IAS) 150,000 [knots] Roll 2,560 Brake Off [On/Off] Heading 272,370 * Landing gear Up [Up/Dw] Elevator def. 0,120 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. -0,040 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 9 Descent Gambar IV.24. Hasil rekonstruksi pada titik 9 - Descent 62

29 Titik 10 Landing gear down Pada titik 10, perubahan yang terjadi adalah landing gear diturunkan. Dapat dilihat juga peawat mengalami penurunun tinggi terbang secara kontinu. Sudut pitch pada titik ini sebesar -8,854 derajat, roll -1,801 derajat dan heading pesawat terhadap utara bumi sebesar 273,200 derajat. Hasil rekonstruksi pada titik 10 dapat ditunjukkan pada Gambar IV.25 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 10 Landing gear down Latitude 6,906 LS Aileron def. 0,000 L Longitude 107,620 BT 0,000 R Altitude 4025,578 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 0,000 [ratio] Pitch -8,854 Speed (IAS) 146,6 [knots] Roll -1,801 Brake Off [On/Off] Heading 273,200 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. 0,000 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,000 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 10 Landing gear down Gambar IV.25. Hasil rekonstruksi pada titik 10 Landing gear down 63

30 Titik 11 Touch down Pada titik 11, pesawat udara King Air B200 masuk pada fasa touch down dengan permukaan landasan. Melalui data di bawah ini dapat dilihat kecepatan pesawat udara bersentuhan dengan permukaan sebesar 90,360 knots. Pada kondisi ini sudut pitch bernilai +2,815 deg, roll -0,123 deg dan heading pesawat udara sebesar 291,86 deg terhadap utara bumi. Hasil rekonstruksi pada titik 11 dapat dilihat pada Gambar IV.26. Data rekonstruksi pada titik 11 Touch down Latitude 6,902 Aileron def. 0,000 L Longitude 107,580 0,000 R Altitude 744,000 [ft] Eng. 1 & 2 thro. 0,000 [ratio] Pitch 2,815 Speed (IAS) 90,360 [knots] Roll -0,123 Brake Off [On/Off] Heading 291,86 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. -3,980 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,000 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 11 Touch down Gambar IV.26. Hasil rekonstruksi pada titik 11 Touch down 64

31 Titik 12 Kondisi akhir Pada titik 12, pesawat sudah berada pada landasan dan berhenti pada koordinat 6,9 LS; 107,575 BT dan pada tinggi terbang 743,900 m (2440,609 ft) di atas permukaan laut (0,00 meter di atas permukaan tanah). Pada kondisi ini brake di aktifkan kembali. Hasil rekonstruksi pada titik 12 dapat dilihat pada Gambar IV.27 di bawah ini. Data rekonstruksi pada titik 12 Kondisi akhir Latitude 6,900 LS Aileron def. 0,000 L Longitude 107,575 BT 0,000 R Altitude 743,900 [m] Eng. 1 & 2 thro. 0,113 [ratio] Pitch -0,207 Speed (IAS) 0,000 [knots] Roll 0,115 Brake On [On/Off] Heading 287,57 * Landing gear Dw [Up/Dw] Elevator def. 0,000 Wind speed 5,000 [knots] Rudder def. 0,000 Wind direction 31,640 * L left aileron R right aileron * measured from North Up up Dw down Hasil rekonstruksi pada titik 12 Kondisi akhir Brake indicator (red = on) Gambar IV.27. Hasil rekonstruksi pada titik 12 Kondisi akhir 65

32 IV.3.4 Post Rekonstruksi Proses rekonstruksi lintas terbang pesawat udara King Air B200 sudah dilakukan. Penjelasan mengenai proses rekonstruksi mulai dari kondisi awal pesawat sampai dengan pesawat kembali landing dan berhenti pada landasan yang sama dapat dilihat pada bagian IV.3.3. Berikut ini adalah hasil rekonstruksi untuk keseluruhan fasa terbang yang ditunjukkan dalam bentuk flight path. Terdapat dua jenis flight path yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini yaitu fligth path pada model bumi X-Plane dan flight path pada model bumi Google Earth. Gambar IV.28. Tampilan hasil rekonstruksi pada model bumi X-Plane Gambar IV.29. Tampilan hasil rekonstruksi pada Google Earth 66

33 Baik rekonstruksi pada model bumi X-Plane maupun model bumi Google Earth menghasilkan hasil yang sama. Perbedaannya adalah pada model bumi Google Earth, permukaan bumi merupakan hasil foto satelit sedangkan permukaan bumi pada X-Plane merupakan hasil rendering komputer. Melalui sistem rekonstruksi di atas, diperoleh beberapa keuntungan yaitu semua parameter terbang yang diterima pada komputer XP divisualisasaikan dalam tiga dimensi dengan menggunakan model pesawat yang direkonstruksi. Hal ini memberikan gambaran yang jelas antara hubungan input yang diberikan pilot dan respon pesawat akibat input tersebut. Selain itu, penempatan posisi pesawat (lintas terbang) secara real time pada model bumi memberikan gambaran yang jelas terhadap arah terbang pesawat yang direkonstruksi selama beroperasi Proses implementasi rekonstruksi lintas terbang tipe A dengan menggunakan data data FDR hasil rekaman simulasi pesawat udara King Air B200 telah selesai dilakukan. Selanjutnya pada pasal IV.4 akan dijelaskan rekonstruksi lintas terbang pesawat udara tipe B. IV.4 Rancang Bangun Sistem Rekonstruksi lintas terbang Pesawat Udara Tipe B Rekonstruksi tipe B merupakan jenis rekonstruksi yang dibangun berdasarkan data flight path suatu pesawat udara. Data flight path suatu pesawat udara pada umumnya dapat diperoleh dari rekaman peralatan GPS (Global Positioning System). Pada rekonstruksi tipe ini, data defleksi bidang kendali, engine throttle setting dan juga data sikap pesawat udara selama beroperasi tidak tersedia. Oleh sebab itu, program simulasi yang digunakan harus dapat membangkitkan data data di atas berdasarkan flight path pesawat tersebut. Berbeda dengan rekonstruksi tipe A, model persamaan software simulator X-Plane tidak difungsikan maka sebaliknya untuk rekonstruksi tipe B, model persamaan pada X-Plane akan digunakan/difungsikan. 67

34 Permasalahan utama dalam perancangan sistem rekonstruksi tipe B adalah penentuan perintah perintah bidang kendali (elevator, rudder, aileron) dan engine setting throttle yang tepat sehingga pesawat dapat diarahkan untuk mengikuti flight path tertentu dan dengan kecepatan tertentu. Untuk melakukan proses ini maka akan dirancang suatu sistem kendali yang mengatur defleksi bidang kendali dan engine throttle setting sehingga pesawat udara dapat diarahkan pada suatu flight path dan kecepatan tertentu. Penjelasan rancang bangun sistem kendali ini dapat dilihat pada pasal IV.5. Tidak berbeda dengan rekonstruksi tipe A, pekerjaan rancang bangun rekonstruksi tipe B terdiri dari dua pekerjaan utama juga yaitu perancangan sistem hardware (perangkat keras) dan perancangan sistem software (perangkat lunak). Pada perancangan sistem hardware akan dibangun 3 unit sistem tayangan yang terdiri dari sistem tayangan data data terbang, sistem tayangan visualisasi data data terbang dalam bentuk tiga dimensi dan sistem tayangan visualisasi posisi pesawat udara selama beroperasi pada model bumi. Sedangkan pekerjaan pada perancangan software meliputi pembuatan sistem penerima data data terbang, pembuatan plugin untuk pengiriman data data dan plugin untuk pengendalian pesawat udara. Berikut ini adalah diagram fungsi (gabungan sistem hardware dan software) sistem rekonstruksi tipe B. Dapat dilihat bahwa komputer XP tidak menerima data dari komputer DA melainkan mengirim data ke komputer DA, sedangkan data pada komputer GE diberikan oleh komputer XP dengan men-share sebuah file yang berisi data data posisi pesawat setiap detiknya. 68

35 Gambar IV.30. Diagram fungsi sistem rekonstruksi tipe B Deskripsi masing masing komputer di atas beserta dengan fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut Komputer DA Komputer DA berfungsi untuk menerima data data yang berasal dari komputer XP. Aplikasi sistem penerima data data dari komputer XP dibangun dengan menggunakan Matlab/Simulink. Data data yang diterima pada komputer DA adalah 1. Posisi (longitude, latitude, dan altitude) 2. Sikap pesawat udara (pitch, roll, dan heading) 3. Kecepatan 4. Percepatan linear (a x,a y,a z ) 5. Percepatan anguler ( p, q, q ) 6. Sudut serang dan sudut slip samping 7. Parameter aerodinamika (C L,C D ) 8. Parameter engine (engine throttle setting dan engine power) 9. Defleksi bidang kendali (elevator, aileron, dan rudder) 10. Kecepatan dan arah angin 11. Brake dan landing gear status Berikut ini adalah sistem penerima data yang dibangun dengan menggunakan Matlab/Simulink pada komputer DA. 69

36 Gambar IV.31. Diagram fungsi komputer DA Tipe B Melalui sistem di atas, data data yang diterima pada komputer DA selain ditampilkan dalam bentuk angka angka juga disimpan dalam sebuah file. Sehingga ketika proses simulasi selesai data data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari waktu. Komputer XP Komputer XP berfungsi untuk menjalankan program X-Plane. Melalui komputer XP dinamika gerak pesawat udara dapat divisualisasikan berdasarkan input yang diberikan ke komputer XP ini. Pada kasus rekonstruksi tipe B, model persamaan X-Plane digunakan/difungsikan. Proses untuk memberikan input ke komputer XP dilakukan melalui plugin. Plugin yang dirancang berisi data data pengendali yang berisi perintah perintah untuk megatur agar pesawat udara mengikuti suatu flight path tertentu. Perancangan plugin ini akan dijelaskan pada bagian IV.3.3. Selain plugin untuk mengatur flight path pesawat udara, pada komputer XP ini juga terdapat plugin untuk mengirim data data hasil simulasi ke komputer DA dan juga ke komputer GE. Total jumlah plugin yang terdapat pada komputer XP adalah tiga, yaitu waypoint.xpl untuk mengatur gerak pesawat, XP2GE.xpl untuk 70

37 membuat satu file yang di share ke komputer GE berisi data posisi pesawat selama beroperasi, TypeB_DataSender.xpl berisi perintah untuk mengirim data data terbang ke komputer DA. Berikut ini adalah tampilan komputer XP. Gambar IV.32. Diagram fungsi komputer XP Tipe B Komputer GE Fungsi komputer GE baik pada rekonstruksi tipe A maupun tipe B sama yaitu menjalankan program Google Earth yang langsung terkoneksi online dengan server Google Earth. Data data posisi pesawat udara diperoleh dengan membaca file yang berasal dari komputer XP. Proses membaca file serta menempatkannya pada model bumi Google Earth dilakukan dalam waktu satu detik. Berikut ini adalah diagram fungsi komputer GE yang menampilkan model bumi Google Earth. 71

38 Gambar IV.33. Diagram fungsi komputer GE Tipe B Rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara tipe B telah selesai dilakukan. Pada pasal berikut ini akan dijelaskan implementasi sistem rekonstrusi tipe B yang sudah dirancang. Sebagai kasus rekonstruksi tipe B, digunakan pesawat udara Cessna 172 SP. Proses implementasi sistem rekonstruksi tipe B dijelaskan pada pasal IV.5 di bawah ini. IV.5. Implementasi Sistem Rekonstruksi Tipe B Untuk menguji sistem rekonstruksi tipe B yang dibangun, maka akan dilakukan proses uji coba dengan menggunakan data data terbang (posisi dan kecepatan) pesawat udara Cessna 172 SP yang sudah disimpan sebelumnya (disesuaikan dengan data GPS). Proses implementasi sistem rekonstruksi tipe B akan dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut a. Pengumpulan data data pesawat baik data data geometri pesawat maupun data data terbang lainnya. b. Pra-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan dilakukan pemisahan data data terbang dan mem-plot data data tersebut dalam domain waktu. c. Rekonstruksi. Pada bagian ini akan dirancang sistem kendali yang mengarahkan pesawat tersebut untuk mengikuti flight path dan kecepatan tertentu. 72

39 d. Post-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan ditunjukkan hasil rekonstruksi lintas terbang dan kecepatan yang dibandingkan dengan data lintas terbang dan kecepatan sebenarnya. IV.5.1 Pengumpulan Data Pesawat Cessna 172 SP Data data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara Cessna 172 SP ditunjukkan pada tabel IV.5 berikut ini. Tabel IV.5. Data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara Cessna 172 SP [13] Parameter Nilai Wingspan 36 ft 1 in 11,00 m Length 27 ft 2 in 8,28 m Height 8 ft 11 in 2,72 m Wing area 174 ft 2 16,20 m 2 Empty weight lb 743,00 kg Max takeoff weight (MTOW) lb 1.110,00kg Powerplant 1 Lycoming IO-360-L2A flat-4 engine, 160 hp (120 kw) at 2,400 rpm Crew 1 Capacity 3 passangers Sedangkan data prestasi pesawat tersebut ditunjukkan pada tabel IV.2 berikut ini. Tabel IV.6. Data prestasi pesawat udara Cessna 172 SP Parameter Nilai Keterangan Maximum speed 123 knots 228 km/h at sea level Never exceed speed 163 knots 302 km/h at sea level Range 687 nm 1,272 km At 60% power at ft Service ceiling ft m Rate of climb 720 ft/min 3.7 m/s Max. Wing loading 14,1 lb/ft 2 68,8 kg/m 2 Min. Power/mass 0,065 hp/lb 110 W/kg Berikut ini adalah pemodelan pesawat udara Cessna 172 SP pada Plane Maker. 73

40 (a). Tampak depan (b). Tampak samping (c). Tampak atas (d). Tampak 45 0 dari sisi kiri depan Gambar IV.34. Pemodelan pesawat udara Cessna 172 SP pada Plane Maker Pengumpulan data data geometri dan sistem propulsi Cessna 172 SP selesai dilakukan. Berikut ini akan dijelaskan proses untuk merekonstruksi lintas terbang berdasarkan data flight path dan kecepatan pesawat udara. IV.5.2 Pra-Rekonstruksi Data data yang dijadikan sebagai dasar proses rekonstruksi adalah data posisi (latitude, longitude), tinggi terbang dan kecepatan pesawat tersebut. Data data tersebut pada umumnya dapat diperoleh dari rekaman GPS. Pada tesis ini data data yang digunakan untuk rekonstruksi lintas terbang tipe B diperoleh dari hasil simulasi pada X-Plane. Kemudian berdasarkan data data yang ada (latitude, longitude, altitude dan kecepatan) akan dirancang suatu sistem kendali yang mengarahkan pesawat udara untuk mengikuti flight path yang sudah ditentukan. Berikut ini adalah data data terbang yang digunakan sebagai dasar untuk proses rekonstruksi lintas terbang tipe B. 74

41 Latitude vs Longitude latitude longitude Gambar IV.35. Data rekaman GPS latitude vs longitude pesawat udara Cessna 172 SP 180 Altitude vs time Altitude [m] time [sec] Gambar IV.36. Data rekaman GPS altitude vs time pesawat udara Cessna 172 SP 60 Speed vs time Speed [m/s] time [sec] Gambar IV.37. Data rekaman GPS speed vs time pesawat udara Cessna 172 SP 75

42 Ketiga parameter di atas akan digunakan sebagai dasar untuk merancang sistem kendali yang kemudian akan menghasilkan besarnya defleksi bidang kendali serta setting engine throttle setting sehingga pesawat udara dapat mengikuti path parameter terbang di atas. Berikut ini akan dijelaskan prosedur untuk merancang sistem kendali masing masing data di atas. IV.5.3 Rekonstruksi Proses rekonstruksi dilakukan dengan pemilihan titik titik tertentu pada flight path pesawat di atas. Titik titik ini disebut dengan waypoint. Pada flight path di atas dipilih 4 waypoint tertentu dimana pesawat mengalami perubahan terbang yang cukup signifikan. Berikut ke-empat waypoint beserta data data nya ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar IV.38. Pemilihan waypoint perancangan sistem kendali flight path Dengan data data nya dapat ditunjukkan pada Tabel IV.7 di bawah ini 76

43 Tabel IV.7. Data waypoint perancangan sistem kendali flight path Waypoint Latituda Longituda Altitude Speed [derajat] -LS [derajat] - BT [m] [m/s] 1 6, ,568 46,920 2,00 2 6, ,573 91,524 36,20 3 6, , ,960 44,00 4 6, , ,820 49,10 Pemilihan gain gain pengendali sebagai input perintah kepada bidang kendali dan engine throtte dilakukan dengan cara trial and error sampai diperoleh error antara reference waypoints dengan current status sama dengan nol. Berikut ini adalah diagram prosedur yang digunakan untuk mendapatkan parameter parameter pengendali untuk masing masing bidang kendali dan setting engine throttle. Gambar IV.39. Diagram perancangan sistem kontrol waypoint, sistem rekonstruksi lintas terbang tipe B [11] Dengan menggunakan prosedur pada diagram di atas dan dengan proses trial and error diperoleh parameter pengendali untuk masing masing bidang kendali dan engine throttle setting seperti ditunjukkan pada Tabel IV.8 di bawah ini. 77

44 Tabel IV.8. Parameter pengendali sistem rekontruksi lintas terbang tipe B Waypoint Gain - Elevator Gain - Aileron Gain - Rudder Gain Engine 1 ke 2 0,002 0,005 0,085 1,00 2 ke 3 0,05 0,005 0,001 0,85 3 ke 4 0,09 0,005 0,001 0,95 Dengan mengimplementasikan parameter parameter pengendali di atas, diperoleh hasil simulasi/rekonstruksi latitude vs longitude, altitude dan kecepatan. Hasil rekonstruksi ketiga parameter di atas akan ditunjukkan dengan membandingkannya dengan flight path tujuan. Perbandingan hasil rekonstruksi dengan flight path tujuan ditunjukkan pada bagian IV.5.4 berikut ini. IV.5.4 Post Rekonstruksi Pada bagian ini akan dibandingkan hasil rekonstruksi lintas terbang yang diperoleh dengan flight path objective. Gambar IV.40 di bawah ini ditunjukkan perbandingan antara hasil rekonstruksi parameter longitude vs latitude dengan data longitude vs latitude objective Latitude vs Longitude Flight path objective Flight path reconstruction latitude longitude Gambar IV.40. Hasil rekonstruksi longitude vs latitude dibandingkan dengan longitude vs latitude objective Dari hasil rekonstruksi flight path (longitude vs latitude) di atas diperoleh bahwa hasil rekonstruksi mendekati data longitude vs latitude objective. 78

45 Altitude objective Altitude reconstruction Altitude vs time Altitude [m] time [sec] Gambar IV.41. Hasil rekonstruksi altitude dibandingkan dengan altitude objective Dari hasil rekonstruksi altitude pesawat udara Cessna 172 SP di atas diperoleh bahwa hasil rekonstruksi mendekati data altitude objective pesawat tersebut Speed objective Speed reconstruction Speed vs time 40 Speed [m/s] time [sec] Gambar IV.42. Hasil rekonstruksi kecepatan dibandingkan dengan kecepatan objective 79

46 Begitu juga dengan hasil rekonstruksi kecepatan, diperoleh bahwa hasil rekonstruksi mendekati data kecepatan objective pesawat udara Cessna 172 SP. Proses rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara tipe B telah selesai dilakukan, berikut ini akan dijelaskan proses rekonstruksi tipe C. IV.6 Rancang Bangun Sistem Rekonstruksi lintas terbang Pesawat Udara Tipe C Pada rekonstruksi tipe C informasi yang diperoleh untuk memprediksi karakteristik terbang suatu pesawat udara sangat minim. Sebagai contoh adalah kasus hilangnya sebuah pesawat udara. Pada kasus ini flight data recorder pesawat juga tidak ditemukan. Melalui sistem rekonstruksi tipe C akan diprediksi lokasi jatuh/titik titik pencarian pesawat tersebut. Pada tipe C, pekerjaan rancang bangun sistem rekonstruksi lintas terbang terdiri dari dua pekerjaan utama yaitu perancangan sistem hardware (perangkat keras) dan perancangan sistem software (perangkat lunak). Perancangan sistem hardware tipe C tidak berbeda dengan perancangan hardware pada sistem hardware pada rekonstruksi tipe A dan tipe B yaitu pembuatan sistem tayang yang terdiri dari 3 unit display. Sistem tayang yang dirancang terdiri dari sistem tayang data data terbang dalam bentuk kuantitatif, sistem tayang visualisasi data data terbang dalam bentuk tiga dimensi serta sistem tayang visualisasi posisi pesawat udara pada model bumi selama proses rekonstruksi dilakukan. Pekerjaan pada perancangan sistem software meliputi pembuatan sistem penerima data data terbang dan pembuatan plugin untuk pengiriman data terbang. Berikut ini adalah diagram fungsi (gabungan sistem hardware dan software) sistem rekonstruksi tipe C. Dapat dilihat bahwa komputer XP selain menerima data dari komputer DA juga mengirim data ke komputer DA. Data yang dikirim berupa data data input yaitu input bidang kendali, throttle setting, kecepatan dan arah angin. Data pada 80

47 komputer GE diberikan oleh komputer XP dengan men-share sebuah file yang berisi data data posisi pesawat setiap detiknya. Gambar IV.43. Diagram fungsi sistem rekonstruksi tipe C Deskripsi masing masing komputer di atas beserta dengan fungsinya dapat dijelaskan sebagai berikut Komputer DA Pada komputer DA dirancang sistem penerima dan pengirim data dengan menggunakan Matlab/Simulink. Sistem pengirim data berfungsi untuk mengirim data data input berupa defleksi bidang kendali (elevator, aileron dan rudder), throttle setting, kecepatan dan arah angin.. Sistem penerima data berfungsi untuk menerima data data terbang hasil simulasi pada X-Plane. Berikut ini data data output hasil simulasi pada X-Plane yang diterima pada komputer DA. 1. Posisi (longitude, latitude, dan altitude) 2. Sikap pesawat udara (pitch, roll, dan heading) 3. Kecepatan 4. Percepatan linear (a x,a y,a z ) 5. Percepatan anguler ( p, q, q ) 6. Sudut serang dan sudut slip samping 7. Parameter aerodinamika (C L,C D ) 8. Parameter engine (engine throttle setting dan engine power) 9. Defleksi bidang kendali (elevator, aileron, dan rudder) 81

48 10. Kecepatan dan arah angin 11. Brake dan landing gear status Berikut ini adalah sistem penerima/pengirim data yang dibangun dengan menggunakan Matlab/Simulink pada komputer DA. Gambar IV.44. Diagram fungsi komputer DA Tipe C Melalui sistem di atas, data data yang diterima pada komputer DA selain ditampilkan dalam bentuk angka angka juga disimpan dalam sebuah file. Sehingga ketika proses simulasi selesai dilakukan data data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari waktu. Komputer XP Komputer XP berfungsi untuk menjalankan program X-Plane. Pada kasus rekonstruksi tipe C, model persamaan X-Plane digunakan/difungsikan. Melalui komputer XP dinamika gerak pesawat udara dapat divisualisasikan berdasarkan input yang diberikan ke komputer XP ini. Proses input/output data dilakukan dengan menggunakan plugin. Terdapat 3 plugin pada komputer XP yaitu 82

49 TypeC_DataReceiver.xpl berfungsi untuk menerima input dari komputer DA, TypeC_DataSender.xpl berfungsi untuk mengirim data data terbang ke komputer DA dan XP2GE.xpl berfungsi untuk membuat sebuah file yang berisi posisi setiap 1 detik. File ini akan diakses oleh komputer GE untuk kemudian menempatkannya pada permukaan bumi model Google Earth. Pada gambar berikut ditunjukkan tampilan komputer XP. Gambar IV.45. Diagram fungsi komputer XP Tipe C Komputer GE Fungsi komputer GE pada rekonstruksi tipe A tipe B maupun tipe C sama yaitu menjalankan program Google Earth yang langsung terkoneksi online dengan server Google Earth. Data data posisi pesawat udara diperoleh dengan membaca file yang berasal dari komputer XP. Proses membaca file serta menempatkannya pada model bumi Google Earth dilakukan dalam waktu satu detik. Berikut ini adalah diagram fungsi komputer GE yang menampilkan model bumi Google Earth. 83

50 Gambar IV.46. Diagram fungsi komputer GE Tipe C Proses implementasi sistem rekonstruksi tipe C dijelaskan pada pasal IV.7 di bawah ini. IV.7 Implementasi Sistem Rekonstruksi Tipe C Rekonstruksi tipe C merupakan tipe rekonstruksi lintas terbang dengan data yang sangat minim. Oleh karena minimnya data yang diperoleh, maka diperlukan beberapa skenario untuk merekonstruksi lintas terbang yang terjadi. Sebagai studi kasus implementasi sistem rekonstruksi tipe C akan digunakan pesawat udara Boeing Adam Air 574 yang hilang pada penerbangan Juanda Sam Ratulangi pada tanggal 1 Januari 2007 lalu. Proses implementasi sistem rekonstruksi tipe C akan dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut a. Pengumpulan data data pesawat baik data data geometri, konfigurasi pesawat, sistem propulsi dan juga informasi yang berhubungan dengan pesawat tersebut sesaat sebelum hilang kontak dari radar. b. Pra-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan dilakukan pendefinisian skenario skenario terbang yang akan dijadikan sebagai dasar untuk melakukan rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574. c. Rekonstruksi. Pada bagian ini akan ditampilkan hasil-hasil rekonstruksi yang diperoleh dari simulasi pada X-Plane. d. Post-Rekonstruksi. Pada bagian ini akan ditunjukkan prediksi titik titik lokasi Adam Air relatif terhadap kontak terakhir. 84

51 IV.7.1 Pengumpulan Data Pesawat Adam Air 574 Data data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara Boeing dapat dilihat pada Tabel IV.9 dan Tabel IV.10 berikut ini. Tabel IV.9. Data geometri, konfigurasi berat dan sistem propulsi pesawat udara Adam Air - B Parameter Nilai Wingspan 54 ft 6 in m Length 43 ft 9 in m Height 15 ft 0 in 4.57 m Wing area 303 ft m 2 Empty weight 7,755 lb kg Max takeoff weight (MTOW) 12,500 lb 5,670 kg Powerplant 2 x Pratt & Whitney Canada PT-42 Turboprops, 850 shp (635 kw) each Crew 1 2 Capacity 13 passangers Tabel IV.10. Data prestasi pesawat udara Adam Air-B Parameter Nilai Keterangan Maximum speed 294 knots 545 km/h at 25,000 ft (7,600 m) Cruise speed 289 knots 536 km/h at 25,000 ft (7,600 m) max cruise Stall speed 75 knots 139 km/h IAS flaps down Range 1,800 nm 3,338 km with maximum fuel and 45 minute reserve Service ceiling 32,000 ft 10,700 m Rate of climb 2,450 ft/min 12.5 m/s Wing loading 41.3 lb/ft kg/m 2 Power/mass 0.14 hp/lb 220 W/kg Gambar tiga pandangan Boeing beserta modelnya pada X-Plane ditunjukkan pada Gambar IV.47 di bawah ini. 85

52 (a). Tampak Depan (b). Tampak Samping (c). Tampak Atas (d). Tampak 45 0 dari sisi kiri depan Gambar IV.47. Gambar tiga pandangan dan hasil pemodelan pesawat udara B pada X-Plane Sebelum proses rekonstruksi dilakukan, maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data data yang dijadikan acuan untuk merekonstruksi penerbangan yang terjadi. Untuk kasus pesawat udara Adam Air no penerbangan 574, diperoleh data data sebagai berikut [13] Pesawat berangkat dari Bandara Juanda Surabaya pada tanggal 1 Januari 2007, pukul WIB. Penerbangan dijadwalkan selama 2 jam menuju Bandara Sam Ratulangi Manado dan tiba pada pukul WITA. Pesawat terbang pada rute Juanda Sam Ratulangi, namun pada pukul WITA pesawat kehilangan kontak dari radar. Adapun rute pesawat tersebut ditunjukkan pada Gambar IV.48 di bawah ini. 86

53 Gambar IV.48. Rute pesawat udara Adam Air 574, Juanda Sam Ratulangi [13] Posisi terakhir sebelum pesawat hilang dari pantauan radar dideteksi oleh satelit Singapura pada koordinat dan kondisi terbang seperti ditunjukkan pada tabel IV.9 di bawah ini. Tabel IV.11. Koordinat kontak terakhir dan kondisi terbang Adam Air 574 [13] Parameter Nilai Keterangan Koordinat kontak terakhir LS, BT Tinggi terbang ft ( m) Di atas permukaan laut Kecepatan pesawat Sikap pesawat (heading) Kecepatan angin > knots (130 km/jam) 70 0 dari Utara 70 knots dari Timur Sampai dengan penulisan tesis ini, lokasi bangkai pesawat udara Adam Air belum ditemukan. Namun diperoleh beberapa koordinat yang diidentifikasi sebagai black box (flight data recorder dan voice data recorder) Adam Air. Selain black box, ditemukan juga beberapa part dari pesawat ini yang sudah menjadi puing puing. Adapun koordinat koordinat tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini [13]. 87

54 Tabel IV.12. Koordinat identifikasi posisi black box dan beberapa part pesawat udara Adam Air Koordinat Keterangan LS, BT, Lokasi flight data recorder (FDR) kedalaman m di bawah permukaan laut LS, BT, kedalaman m di bawah permukaan laut LS, BT Lokasi voice cockpit recorder(vcr) FDR dan VCR terpisah sejauh 1,4 km Lokasi ditemukannya potongan horizontal tail IV.7.2 Pra Rekonstruksi Karena data data yang dibutuhkan untuk merekonstruksi sangat minim sehingga perlu dilakukan beberapa skenario untuk memprediksi/merekonstruksi lokasi jatuhnya pesawat udara Adam Air 574 tersebut. Berikut ini adalah beberapa konfigurasi terbang yang dipilih untuk dijadikan sebagai skenario dalam merekonstruksi jatuhnya pesawat Adam Air 574. Pada rekonstruksi tipe ini, proses simulasi dilakukan berdasarkan skenario skenario/konfigurasi terbang yang ditetapkan. Pada tesis ini jumlah skenario yang digunakan sebanyak 10 skenario seperti ditunjukkan pada tabel tabel di bawah ini. Tabel IV.13. Skenario 1 dan 2 rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574 Parameter Skenario 1 Skenario 2 Koordinat - Latituda 3, LS 3, LS - Longituda 119, BT 119, BT - Tinggi terbang [ft] - dpl [ft] - dpl Sudut sikap - Roll 0,00 0 0, Heading 70,00 0 dari utara 70,00 0 dari utara - Pitch 0,00 0 0,00 0 Input bidang kendali - Elevator -6,00 0 [ke bawah] 0, Rudder 0,00 0 0, Aileron 0,00 0 0,00 0 Engine throttle setting (left) 0,25 [ rasio] 0,00 [ rasio] Engine throttle setting (right) 0.25 [ rasio] 0.50 [ rasio] Kondisi cuaca - Kecepatan angin 70,00 [knots] 70,00 [knots] - Arah angin dari Timur ke Barat dari Timur ke Barat 88

55 Tabel IV.14. Skenario 3 dan 4 rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574 Parameter Skenario 3 Skenario 4 Koordinat - Latituda 3, LS 3, LS - Longituda 119, BT 119, BT - Tinggi terbang [ft] - dpl [ft] - dpl Sudut sikap - Roll 0,00 0 0, Heading 70,00 0 dari utara 70,00 0 dari utara - Pitch 0,00 0 0,00 0 Input bidang kendali - Elevator -5,00 0-5, Rudder 0,00 0 0, Aileron -5,00 0 0,00 0 Engine throttle setting (left) 0,00 [ rasio] 0,00 [ rasio] Engine throttle setting (right) 0,00 [ rasio] 0,00 [ rasio] Kondisi cuaca - Kecepatan angin 70,00 [knots] 70,00 [knots] - Arah angin dari Timur ke Barat dari Timur ke Barat Tabel IV.15. Skenario 5 dan 6 rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574 Parameter Skenario 5 Skenario 6 Koordinat - Latituda 3, LS 3, LS - Longituda 119, BT 119, BT - Tinggi terbang [ft] - dpl [ft] - dpl Sudut sikap - Roll 0,00 0 0, Heading 70,00 0 dari utara 70,00 0 dari utara - Pitch 0,00 0 0,00 0 Input bidang kendali - Elevator -7,00 0 [ke bawah] -2,00 0 [ke bawah] - Rudder 0,00 0 0, Aileron 0,00 0 0,00 0 Engine throttle setting (left) 0,50 [ rasio] 0,50 [ rasio] Engine throttle setting (right) 0,00 [ rasio] 0,00 [ rasio] Kondisi cuaca - Kecepatan angin 70,00 [knots] 70,00 [knots] - Arah angin dari Timur ke Barat dari Timur ke Barat 89

56 Tabel IV.16. Skenario 7 dan 8 rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574 Parameter Skenario 7 Skenario 8 Koordinat - Latituda 3, LS 3, LS - Longituda 119, BT 119, BT - Tinggi terbang [ft] - dpl [ft] - dpl Sudut sikap - Roll 0,00 0 0, Heading 70,00 0 dari utara 70,00 0 dari utara - Pitch 0,00 0 0,00 0 Input bidang kendali - Elevator -3,00 0 [ke bawah] 3,00 0 [ke atas] - Rudder 0,00 0 0, Aileron -3,00 0-0,20 0 Engine throttle setting (left) 0,40 [ rasio] 0,25 [ rasio] Engine throttle setting (right) 0,40 [ rasio] 0.25 [ rasio] Kondisi cuaca - Kecepatan angin 70,00 [knots] 70,00 [knots] - Arah angin dari Timur ke Barat dari Timur ke Barat Tabel IV.17. Skenario 9 dan 10 rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air 574 Parameter Skenario 9 Skenario 10 Koordinat - Latituda 3, LS 3, LS - Longituda 119, BT 119, BT - Tinggi terbang [ft] - dpl [ft] - dpl Sudut sikap - Roll 0,00 0 0, Heading 70,00 0 dari utara 70,00 0 dari utara - Pitch 0,00 0 0,00 0 Input bidang kendali - Elevator 0,00 0 0, Rudder 0,00 0 0, Aileron 0,00 0 0,00 0 Engine throttle setting (left) 0,00 [ rasio] 0,40 [ rasio] Engine throttle setting (right) 0,00 [ rasio] 0,00 [ rasio] Kondisi cuaca - Kecepatan angin 70,00 [knots] 70,00 [knots] - Arah angin dari Timur ke Barat dari Barat ke Timur Berdasarkan data data kondisi dan konfigurasi terbang di atas maka akan dilakukan rekonstruksi lintas terbang pesawat udara Adam Air. Proses rekonstruksi ini ditunjukkan pada sub bab IV.7.3 di bawah ini. 90

57 IV.7.3 Rekonstruksi Proses rekonstruksi lintas terbang Adam Air 574 diawali dengan menempatkan pesawat udara pada kondisi terbang sesuai dengan data data pada Tabel IV.11. Setelah pesawat udara ditempatkan pada koordinat tersebut, selanjutnya adalah mengatur konfigurasi terbang berdasarkan skenario skenario pada Tabel IV.13 sampai dengan Tabel IV.17. Kemudian pesawat udara disimulasikan sampai jatuh pada koordinat tertentu. Berikut ini adalah hasil hasil rekonstruksi lintas terbang yang diperoleh berdasarkan skneario skenario yang ditentukan. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 1 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.49. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 1 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 1 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2068 LS - Longituda 119,2617 BT 91

58 Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 2 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.50. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 2 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 2 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2397 LS - Longituda 118,9463 BT Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 3 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.51. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 3 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 3 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2433 LS - Longituda 114,3800 BT 92

59 Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 4 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.52. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 4 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 4 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,0450 LS - Longituda 119,6571 BT Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 5 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.53. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 5 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 5 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,4399 LS - Longituda 119,5752 BT 93

60 Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 6 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.54. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 6 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 6 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2846 LS - Longituda 118,9799 BT Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 7 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.55. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 7 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 7 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2507 LS - Longituda 119,0451 BT 94

61 Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 8 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.56. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 8 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 8 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2544 LS - Longituda 118,8208 BT Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 9 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.57. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 9 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 9 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 4,2388 LS - Longituda 119,6120 BT 95

62 Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 10 (a). Lintas terbang pada koordinat latituda dan longituda (b). Lintas terbang pada koordinat latituda, longituda dan altituda Gambar IV.58. Hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 10 Berdasarkan hasil rekonstruksi lintas terbang skenario 10 di atas diperoleh posisi jatuhnya pesawat Adam Air pada koordinat sebagai berikut Koordinat akhir - Latituda 3,2825 LS - Longituda 119,4542 BT Proses rekontruksi berdasarkan skenario skenario yang ditentukan telah selesai dilakukan. Prediksi koordinat jatuh dan jarak jatuh nya pesawat Adam Air 574 terhadap kondisi awal juga telah ditemukan. Pada bagian IV.7.4, ke sepuluh rekonstruksi lintas terbang tersebut akan diringkaskan dalam bentuk point point jatuh. IV.7.4 Post Rekonstruksi Berikut ini adalah titik titik koordinat jatuh pesawat udara Adam Air hasil rekonstruksi lintas terbang berdasarkan skenario skenario pada Tabel IV.13- Tabel IV

63 Gambar IV.59. Titik titik jatuhnya pesawat Adam Air berdasarkan simulasi skenario 1-10 Berdasarkan hasil prediksi simulasi di atas, maka pencarian lokasi Adam Air dapat dilakukan pada daerah daerah/koordinat seperti ditunjukkan pada gambar di atas. Dapat dilihat bahwa untuk tipe rekonstruksi jenis ini (data sangat minim) semakin banyak skenario skenario yang dilakukan maka kemungkinan untuk mendapatkan titik titik pencarian yang tepat semakin besar. Oleh sebab itu perlu dilakukan penambahan jumlah skenario skenario terbang. 97

BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dievaluasi hasil sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara yang dibangun. Proses evaluasi

Lebih terperinci

BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai persyaratan persyaratan yang dibutuhkan dalam rancang bangun sistem rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA DENGAN PERANGKAT LUNAK X - PLANE

RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA DENGAN PERANGKAT LUNAK X - PLANE JUDUL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA DENGAN PERANGKAT LUNAK X - PLANE TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA Penjelasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi perangkat lunak X-Plane yang digunakan sebagai alat bantu pada rancang bangun sistem rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB

BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT

SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT BAB SIMULASI GERAK WAHANA PELUNCUR POLYOT. Pendahuluan Simulasi gerak wahana peluncur Polyot dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Simulink Matlab 7.. Dalam simulasi gerak ini dimodelkan gerak roket

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FASA LANDING

BAB IV ANALISIS FASA LANDING BAB IV ANALISIS FASA LANDING 4.1. Analisis Penentuan Maximum Landing Weight Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, penentuan Maximum Landing Weight (MLW) dilakukan dengan mengacu kepada flight manual

Lebih terperinci

VISUALISASI NAVIGASI PESAWAT DALAM FORMAT TIGA DEMENSI

VISUALISASI NAVIGASI PESAWAT DALAM FORMAT TIGA DEMENSI VISUALISASI NAVIGASI PESAWAT DALAM FORMAT TIGA DEMENSI Asro Nasiri, Tohir Ismail STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Berdasarkan penelitian penyebab kecelakaan terbesar pesawat terbang yaitu berkisar 60%

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR 33 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR 4.1 Pengujian Rangkaian Untuk dapat melakukan pengontrolan gerakan sirip elevator pada pesawat tanpa awak, terlebih dahulu dilakukan uji rangkaian

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP II KRTI 2017 Evaluasi tahap II KRTI 2017 ini meliputi Laporan Tertulis dan Video Terbang. 1. Ketentuan Laporan Tertulis 1. Laporan tertulis diketik dengan

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM,

DAFTAR PUSTAKA. Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM, DAFTAR PUSTAKA Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM, Informasi Bandara Internasional Minangkabau. Basuki, Heru. 1986. Merancang Dan Merencanakan Lapangan Terbang Cetakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KAPASITAS RUNWAY

MANAJEMEN KAPASITAS RUNWAY MANAJEMEN KAPASITAS RUNWAY Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM FAKTOR PENGARUH KAPASITAS RUNWAY Beberapa faktor pengaruh antara lain: 1. Jumlah runway 2. Pemisahan pesawat yang landing

Lebih terperinci

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF 6.1. Hasil Analisis Fasa Terbang Setelah tiap tahap analisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan hasil-hasil tersebut

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Komponen Berat Pesawat Udara Berat pesawat udara, pada umumnya, terbagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu APS (Aircraft Prepared for Service) weight, payload, dan berat bahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A MATRIKS LEMMA

LAMPIRAN A MATRIKS LEMMA LAMPIRAN A MATRIKS LEMMA Dengan menganggap menjadi sebuah matriks dengan dimensi, dan adalah vektor dari dimensi, maka didapatkan persamaan: (A.1) Dengan menggunakan persamaan (2.32) dan (2.38), didapatkan

Lebih terperinci

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika

Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika PESAWAT TERBANG Dengan mempelajari bagaimana pesawat bisa terbang Anda akan mendapatkan kontrol yang lebih baik atas UAV Anda. Bagaimana Sebuah Pesawat Bisa Terbang? - Fisika Empat gaya aerodinamik yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP)

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) Sejak diwujudkannya Flingt Inspection Unit atau satuan udara kalibrasi tumbuh

Lebih terperinci

Mohammad Ardi Cahyono1, Andry Renaldy Pandie2

Mohammad Ardi Cahyono1, Andry Renaldy Pandie2 ANALISIS FLIGHTDATA RECORDER KECELAKAAN PESAWAT TERBANG A320 UNTUK MENDAPATKAN STALL SPEED DAN PROSES REKONSTRUKSI KECELAKAAN MENGGUNAKAN SOFTWARE FLIGHTSCAPE Mohammad Ardi Cahyono1, Andry Renaldy Pandie2

Lebih terperinci

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance Pelabuhan Udara Gibraltar Airport Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Desain Fasilitas Sisi Udara Sistem Bandar Udara ARFL dan ARC Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA

Lebih terperinci

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang LESSON - 3 ( LAPANGAN TERBANG ) Materi : Perencanaan Lapangan Terbang Buku Referensi : Perencanaan dan Perancangan Bandar Udara, Jilid 1 dan 2, Horonjeff, R. & McKelvey, FX. Merancang, Merencana Lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN PROGRAM

BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN PROGRAM BAB IV ANALISIS DAN PENGUJIAN PROGRAM Pengujian dan analisis sistem dibagi menjadi dua bagian, yaitu : Pada bagian sistem pengirim Pada bagian sistem penerima 4.1 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM PADA BAGIAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 Evaluasi tahap 2 KRTI 2015 ini meliputi Laporan Tertulis dan Video Terbang. 1. Ketentuan Laporan Tertulis Laporan tertulis diketik dengan font

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara 15 BAB III LANDASAN TEORI A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan nomor SKEP/161/IX/03 tanggal 3 September

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle)

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle) Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle) Rahmat Fauzi 2209106077 Pembimbing : Surabaya, 26 Januari 2012 Ir. Rusdhianto

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 3.1. Pendahuluan Pada tahap pelaksanaan tugas akhir ini, dilakukan penerapan penilaian keselamatan pada suatu proses pengembangan pesawat

Lebih terperinci

SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05

SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05 SIMULASI GERAK LONGITUDINAL LSU-05 Muhammad Fajar Pusat Teknologi Penerbangan/LAPAN muhammad.fajar@lapan.go.id Abstrak LAPAN sedang mengembangkan pesawat tanpa awak LSU-05 dengan berat total 75 kg. Pesawat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. Dasar Teori BAB II DASAR TEORI.1 Umum Analisis prestasi terbang pada tugas akhir ini menggunakan pesawat terbang tipe Boeing 747-400. Data yang diperoleh dari Flight Data Recorder dipilah-pilah menjadi lebih sederhana

Lebih terperinci

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. MSTT - UGM 1 MATERI PEMBELAJARAN Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Tahap terakhir dari perancangan alat ini adalah tahap pengujian. Ada beberapa pengujian yang akan dilakukan. 4.1 Pengujian Sensitivias Sensor Suhu DHT11 Modul DHT11 merupakan modul

Lebih terperinci

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan ABSTRACT

Novi Andria Peneliti Pusat Teknologi Roket, Lapan   ABSTRACT Analisis Faktor Koreksi Perhitungan Trayektori... (Novi Andria) ANALISIS FAKTOR KOREKSI PERHITUNGAN TRAYEKTORI ROKET LAPAN, STUDI KASUS: RX200 LAPAN-ORARI (CORRECTION FACTOR ANALYSIS OF TRAJECTORY CALCULATION

Lebih terperinci

Variabel-variabel Pesawat

Variabel-variabel Pesawat Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan

Lebih terperinci

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.

BAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 18 BAB III PENJELASAN SIMULATOR Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 3.1 Antar Muka Gambar 0.1 GUI Simulator Error! Reference source

Lebih terperinci

PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9

PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9 PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9 Raden Gugi Iriandi 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAK Ketika helikopter

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini menggunakan data side scan sonar yang berasal dari survei lapang untuk kegiatan pemasangan kabel PLN yang telah dilakukan oleh Pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Dua unit komputer 2. Path Profile 3. Kalkulator 4. GPS 5. Software D-ITG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL AKHIR DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL AKHIR DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL AKHIR DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data GPS Percobaan menggunakan GPS dilakukan untuk mengetahui posisi payload berdasarkan data altitude, longitude, dan latitude. Sebelum melakukan uji coba

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING

BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING Pada Bab III sebelumnya telah dijelaskan mengenai pemodelan dalam Simulink yang dibuat untuk menguji algoritma Filter Kalman dalam sistem Radar Tracking dan juga algoritma

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Instalasi Hardware Penempatan perangkat elektonik autopilot pada wahana Proto-03 dapat dilihat pada gambar 4.1. berikut ini. Gambar 1.1. Tata letak perangkat

Lebih terperinci

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN

MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN MARKING LANDASAN DAN PERLAMPUAN Sejak awal mula penerbangan, pilot selalu memakai tanda-tanda di darat sebagai alat bantu navigasi ketika mengadakan approach ke sebuah lapangan terbang. Fasilitas bantu

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING

BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING 8 BAB 3 PERANCANGAN KONTROL DENGAN PID TUNING 3. Algoritma Kontrol Pada Pesawat Tanpa Awak Pada makalah seminar dari penulis dengan judul Pemodelan dan Simulasi Gerak Sirip Pada Pesawat Tanpa Awak telah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENDETEKSI KEBERADAAN TELEPON SELULAR BERBASIS GPS (GLOBAL POSITIONING SYSTEM) Gutama Indra 1, Dewi Agustini Santoso 2, M. Ary Heryanto 3 1,2,3) Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : ABSTRAK

TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : ABSTRAK TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : 0522114 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH No.65, Bandung,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL

BAB IV ANALISA HASIL BAB IV ANALISA HASIL Bab ini menjelaskan pengujian dan data serta analisis. Subbab pengujian dan data menampilkan data-data yang dapat dipertanggung-jawabkan dan menjelaskan serangkaian prosedur percobaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Dalam suatu penelitian perlu dilakukan pemgumpulan data untuk diproses, sehingga hasilnya dapat digunakan untuk analisis. Pengadaan data untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang yang semakin modern, persaingan pun semakin ketat. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang semakin berkembang khususnya dibidang telekomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mendisain sebuah sistem kontrol untuk sebuah plant yang parameterparameternya tidak berubah, metode pendekatan standar dengan sebuah pengontrol yang parameter-parameternya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

Pengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan

Pengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan Pengembangan Perangkat Lunak untuk Menentukan Berat Payload Maksimum dalam Satu Rute Penerbangan Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat kelulusan program sarjana Strata Satu (S1) Oleh : Dany Eka Saputra 13601043

Lebih terperinci

Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235)

Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235) WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235) The Short Takeoff Landing Method (CN235 Turbo Prop Field

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bandar Udara Menurut Horonjeff dan McKelvey (1993), bandar udara adalah tempat pesawat terbang mendarat dan tinggal di landasan, dengan bangunan tempat penumpang menunggu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia transportasi saat ini memberikan beberapa dampak baik dan buruk bagi pengguna alat transportasi maupun lalu lintas khususnya diperkotaan. Kota Medan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. c. Perangkat lunak Mission Planner. f. First Person View (FPV) Camera BOSCAMM

3 METODE PENELITIAN. c. Perangkat lunak Mission Planner. f. First Person View (FPV) Camera BOSCAMM 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Januari 2015 sampai Juni 2015, bertempat di Laboratorium Teknik Elektronika, Laboratorium Terpadu Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akibat kondisi kegiatan take - off dan landing pesawat yang begitu padat pada jam - jam sibuk, maka pengelola bandara perlu mempertimbangkan pengembangan fasilitas

Lebih terperinci

PENGESAHAN ANALISIS KINERJA TAKE-OFF DAN LANDING PESAWAT B BERDASARKAN VARIASI ELEVASI RUNWAY. Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

PENGESAHAN ANALISIS KINERJA TAKE-OFF DAN LANDING PESAWAT B BERDASARKAN VARIASI ELEVASI RUNWAY. Yang dipersiapkan dan disusun oleh : PENGESAHAN ANALISIS KINERJA TAKE-OFF DAN LANDING PESAWAT B 747-400 BERDASARKAN ARIASI ELEASI RUNWAY Yang dipersiapkan dan disusun oleh : WARLI AFDILLAH 02050026 Telah dipertahankan di depan Tim Penguji

Lebih terperinci

Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID

Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID Desain dan Implementasi Automatic Flare Maneuver pada Proses Landing Pesawat Terbang Menggunakan Kontroler PID Mokhamad Khozin-2207100092 Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan, Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, serta

Lebih terperinci

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD

Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD Pelatihan Tracking dan Dasar-Dasar Penggunan GPS PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN - KEBUDAYAAN KEMENDIKBUD GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) Slide 2 Merupakan salah satu sistem yang akan membantu untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak

I. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak untuk banyak keperluan penerbangan baik dibidang militer maupun sipil. Dibandingkan dengan wahana

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Dalam pengoperasiannya ada tiga jenis pengoperasian yang harus dilakukan pada stasiun bumi pemantau gas rumah kaca ini, yaitu :

Dalam pengoperasiannya ada tiga jenis pengoperasian yang harus dilakukan pada stasiun bumi pemantau gas rumah kaca ini, yaitu : III. PETUNJUK PENGOPERASIAN ALAT Dalam pengoperasiannya ada tiga jenis pengoperasian yang harus dilakukan pada stasiun bumi pemantau gas rumah kaca ini, yaitu : 1. Prosedur Data Logging, yaitu langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN MODUL SIMULATOR FISIKA

BAB IV PENGUJIAN MODUL SIMULATOR FISIKA BAB IV PENGUJIAN MODUL SIMULATOR FISIKA 4.1 Spesifikasi Pengujian 4.1.1 Ruang Lingkup Pengujian Pengujian terhadap implementasi modul simulator dilakukan melalui dua tahap pengujian. Pengujian tahap pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konfigurasi Bandar Udara 2.1.1 Definisi Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: SKEP/161/IX/2003, Bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Tujuan dari uji coba dan analisa adalah untuk mengetahui kinerja dari pengendali MPC tanpa constraint dan MPC tanpa constraint dengan observer dengan parameter penalaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Touch screen merupakan salah satu teknologi display yang menjadi trend untuk gadget masa kini. Hampir semua gadget masa kini seperti smartphone, konsol permainan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data histori penggunaan bandwidth dan data akses situs pada jaringan komputer yang berkaitan dengan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Analisis Kapasitas Runway 3 Mulai Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data 1. Data penumpang pesawat tahun 2005-2015 2. Data Pergerakan Pesawat

Lebih terperinci

Visualisasi Virtual Reality Pada Simulasi Real-Time Dalam Lingkungan MATLAB. Singgih S. Wibowo

Visualisasi Virtual Reality Pada Simulasi Real-Time Dalam Lingkungan MATLAB. Singgih S. Wibowo Visualisasi Virtual Reality Pada Simulasi Real-Time Dalam Lingkungan MATLAB Singgih S. Wibowo Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung singgih_wibowo@yahoo.com singgih.wibowo@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green. Par LED W PAR LED (Parabolic Light Emitting Diode) Tidak bisa dielakkan bahwa teknologi lampu LED (Light Emitting Diode) akan menggantikan lampu pijar halogen, TL (tube lamp) dan yang lain. Hal ini karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ditentukan pada Bandar Udara Husein Sastranegara terletak Jalan Pajajaran No.156 Bandung, Propinsi Jawa Barat. Bandara ini berada di

Lebih terperinci

PA U PESAW PESA AT A T TER

PA U PESAW PESA AT A T TER PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT BAB 4 PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT 4. Perhitungan Parameter Aerodinamika Roket Polyot Menggunakan Digital Datcom dan Missile Datcom Roket Polyot dalam operasinya memiliki lintas terbang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii - iv v vi - vii viii ix x BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini dilakukan di Bandar Udara di Kota Bandung, yaitu Bandar Udara Husein Sastranegara yang berlokasi di Jalan Pajajaran Nomor 156 Bandung,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET Juniron Sitepu (1), Kasmir Tanjung (2) Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1)

GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) GEOTAGGING+ Acuan Umum Mode Survei dengan E-GNSS (L1) Apa Mode Survei yang reliable? Kapan kondisi yang tepat? Realtime: RTK-Radio; RTK-NTRIP Post Processing: Static- Relative; Kinematic; Stop and Go Realtime:

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE)

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER FUZZY PREDIKTIF UNTUK TRACKING KETINGGIAN AKTUAL PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) THORIKUL HUDA 2209106030 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie A.K, M.T. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda

Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda E97 Pemodelan Gerak Belok Steady State dan Transient pada Kendaraan Empat Roda Yansen Prayitno dan Unggul Wasiwitono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi Gedung Karya Lt.7 Departemen Perhubungan - Jl. Medan Merdeka Barat No. 8 JKT 10110 INDONESIA Phone : (021) 3517606, (021)

Lebih terperinci

Studi Penentuan Lokasi Runway 2 Dengan Memperhatikan Kontur Kebisingan Bandara Juanda

Studi Penentuan Lokasi Runway 2 Dengan Memperhatikan Kontur Kebisingan Bandara Juanda JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-28 Studi Penentuan Lokasi Runway 2 Dengan Memperhatikan Kontur Kebisingan Bandara Juanda Daviq Yepti Edik, Ervina Ahyudanari

Lebih terperinci

Prototype Synopsis Page pada Model Landing Gear System Pesawat Terbang dengan Kontrol PLCmikro PIC16F877A dan Aplikasi HMI Stampplot

Prototype Synopsis Page pada Model Landing Gear System Pesawat Terbang dengan Kontrol PLCmikro PIC16F877A dan Aplikasi HMI Stampplot Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.3 Prototype Synopsis Page pada Model Landing Gear System Pesawat Terbang dengan Kontrol

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Perancangan Simulasi pengendali pintu gerbang Melalui media Bluetooth pada Ponsel bertujuan untuk membuat sebuah prototype yang membuka, menutup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang berhubungan dengan CNS/ATM khususnya bagian ADS-B Flight Monitoring. Observasi dan wawancara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah

BAB IV PEMBAHASAN. Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Proses Kerja Safety Board Papan Penampil Keselamatan Kerja atau Safety Board adalah sebuah papan yang digunakan untuk menampilkan data-data terkait informasi keselamatan kerja. Adapun

Lebih terperinci

Dr. Djunjunan No.133 Bandung 40173

Dr. Djunjunan No.133 Bandung 40173 BAB III DATA DAN METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode korelasional. Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi

Lebih terperinci