DAFTAR ISI. halaman 1 KATA PENGANTAR... TATA LAKSANA SURVEILLANCE ALAT KESEHATAN...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. halaman 1 KATA PENGANTAR... TATA LAKSANA SURVEILLANCE ALAT KESEHATAN..."

Transkripsi

1 BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTUR JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALKES 2007

2 DAFTAR ISI I. II. III. IV. KATA PENGANTAR... TATA LAKSANA SURVEILLANCE ALAT KESEHATAN... CARA PENGISIAN FORM LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN (UNTUK DISTRIBUTOR)... CARA PENGISIAN FORM LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN (UNTUK MASYARAKAT UMUM)... PROSEDUR TETAP PELAKSANAAN SURVEILLANCE ALAT KESEHATAN... halaman

3 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah swt yang dengan rahmat dan karunianya penyusunan Juknis Surveillance Alat Kesehatan dapat diselesaikan sesuai rencana dan tepat waktu. Petunjuk teknis ini disusun untuk melengkapi Pedoman Surveillance Alat Kesehatan yang telah selesai sebelumnya. Diharapkan, dengan terbitnya Juknis Surveillance ini, semua pihak yang terlibat dan berkepentingan dibidang alat kesehatan secara bersama sama dapat melaksanakan pengamanan terhadap alkes yang beredar dipasaran sesuai dengan fungsinya masing-masing. Petunjuk teknis serveillance memuat rincian yang bersifat praktis sehingga memudahkan dalam pelaksanaannya dilapangan. Petunjuk teknis ini ditujukan bagi petugaas kesehatan pusat mapun propinsi dalam melakukan pengawasan terhadap surveillance pada saran distribusi mapun produsen serta petunjuk bagi pengisian formulir pengaduan akan kejadian yang diduga berhubungan dengan penggunaan alat kesehatan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pakar, praktisi serta seluruh komponen yang telah berkeja sama dalam memberikan hasil yang terbaik pagi kegiatan ini. Kami menyadari, bahwa tidak ada gading yang tak retak, karena itulah saran serta kritik untuk perbaikan petunjuk teknis ini kami terima dengan tangan terbuka. Akhirnya, kami berharap agar Petunjuk Teknis ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya. Jakarta, Maret 2007 Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Drs.T.Bahdar J.hamid,Apt.M.pharm NIP

4 TIM PENYUSUN Penasehat : Drs. Richard Penanggung Jawab : Drs. T. Bahdar Johan H. Apt, M.Pharm Ketua : Drs. Baginda Nasution, Apt, MM Sekretaris : Helsy Pahlemy, S.Si, Apt Anggota : 1. Dra. Indrati, Apt, MM 2. Drg. Arianti Anaya, MKn 3. Dra. Resworini, Apt. 4. Dra. Mesra Retty, Apt 5. Dra. Rully Makarawo, Apt 6. R.Rosady, ST. 7. Dra. Vita Picola, Apt 8. Dra. Ninik Haryati, Apt 9. Dra. Lilik, Apt 10. Vennyi vernisa, S.Si, Apt 11. Hasnil Randa Sari, S,Si,Apt 12. Eva Silvia, BE 13. Nurhidayat, S.Si, Apt 14. Ismi S.Si, Apt Sekretariat : 1. Siti Nurhasanah, S.SI, Apt

5 BAB I TATA LAKSANA PELAKSANAAN POST MARKET SURVEILLANCE Terdapat 3 komponen utama dari kegiatan post market, yaitu: 1. Sistem surveillance yang dimiliki produsen 2. Proses monitoring post-market 3. Program vigilance. Berikut adalah uraian mengenai tata laksana komponen dari post market surveillance: 1. Tata Laksana system surveillance yang dimiliki produsen. Produsen harus memberikan perhatian yang besar pada monitoring keamanan dan efektifitas produk yang mereka hasilkan setelah dipasarkan diwilayah Indonesia. Pada dasarnya, surveillance adalah proses yang memungkinkan produsen memahami bagaimana kinerja alat kesehatan di pasaran dan menyediankan tindak lanjut untuk memelihara kualitas, keamanan dan kepuasan konsumen. Suatu perusahaan yang mencantumkan namanya pada suatu produk alkes dalam hal ini produsen maupun distributor - mutlak bertanggung jawab terhadap kesesuaian produk tersebut dengan ketentuan yang berlaku. Produsen atau Distributor alkes harus memiliki Prosedur terdokumentasi yang memungkinkan untuk: 1) Mengumpulkan informasi dari pengguna mengenai kejadian yang tidak diingini dan masalah pada kinerja alkes serta mengirim informasi tersebut kepada produsen

6 2) Melaporkan rincian kejadian yang tidak diingini dan masalah pada kinerja tersebut kepada pemerintah 3) Melaporkan setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah luar negeri terhadap produk mereka kepada Dit Jen. Bina Kefarmasian dan Alkes jika produk yang terlibat dari batch atau produksi yang sama diedarkan di Indonesia. 4) Melaporkan hasil investigasi yang dilakukan produsen kepada Dit Jen Bina Kefarmasian dan Alkes 5) Membantu Dit Jen Bina Kefarmasian dan alkes melakukan investigasi 6) Melakukan kegiatan tindak lanjut melalui system vigilance 7) Memelihara catatan distribusi produk yang diedarkan atau diekspor dari Indonesia. 8) Melaporkan bila terjadi penyalahgunaan/kesalahgunaan produk yang disalurkannya. 2. Tata laksana Proses monitoring post market Efektifitas pelaksanaan sistem surveillance yang dimiliki produsen dapat ditentukan dan diinspeksi oleh Pemerintah. Produsen atau distributor harus dapat membuktikan bahwa produk alkes yang dipasarkan di Indonesia telah melaksanakan dan mengikuti prosedur dan proses surveillance. Kegiatan monitoring yang dilakukan oleh Pemerintah meliputi: 1. Monitoring prosedur serveillance 2. On-site inspeksi terhadap produsen dan distributor alkes 3. Mencatat dan mengevaluasi kejadian yang tidak diingini 4. Inspeksi terhadap catatan dan dokumen produsen atau distributor 5. Memonitor produk alkes dipasaran untuk Uji ditempat atau mengambil sample untuk uji laboratorium 6. Melakukan uji atau audit untuk mengkonfirmasi kesesuaian dengan prinsip esensial 7. Audit terhadap catatan distributor

7 8. Audit terhadap kemudahan pelacakan bahan baku yang digunakan oleh produsen dan penelusuran bagian komponen 9. Audit kesesuaian dengan persyaratan system manajemen mutu 10. Audit terhadap informasi teknik dan klinik untuk menunjukkan kesesuaian terhadap prinsip esensial Jika ditemukan kejadian yang tidak diinginkan, pemerintah c,q, Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alkes memberikan surat peringatan yang bertujuan untuk klarifikasi kepada pemegang izin edar, sedangkan tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah: 1. Recalls (penarikan dari peredaran) 2. Peringatan keamanan 3. Perbaikan produk yang dilakukan oleh produsen 3. Tata Laksana Program Vigilance Ada perbedaan yang menyolok antara surveillance dan vigilance, surveillance adalah kegitan yang bersifat proaktif, sedangkan vigilance adalah kegiatan reaktif, yang dilakukan setelah terjadinya suatu peristiwa atau kejadian tidak diingini. Vigilance merupakan elemen dari post market surveillance yang memastikan bahwa telah diambil tindakan yang memadai dalam menghadapi kejadian yang tidak diingini untuk mencegah berulangnya kembali kejadian yang tidak diingini tersebut. Pemerintah melakukan vigilance dengan cara: 1) Menelaah dan menginvestigasi klaim terhadap suatu produk 2) Evaluasi terhadap kejadian tidak diingini yang dilaporkan 3) Penyebaran informasi, jika diperlukan, yang dapat digunakan untuk mencegah hal yang sama terulang, atau untuk mengurangi konsekuensi dari insiden tersebut; dan

8 4) Menyarankan untuk melakukan modifikasi pada produk atau mengambilnya dari peredaran. BAB II MEKANISME PELAKSANAAN PELAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI Mekanisme pelaksanaan pelaporan kejadian yang tidak diingini adalah sebagai berikut: 1. Kejadian tidak diingini yang diketahui oleh distributor diteruskan kepada produsen untuk dikaji apakah perlu dilaporkan atau tidak, 2. Untuk kejadian yang masuk dalam kategori dilaporkan, maka laporan ditujukan kepada Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan cq. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk dikaji ulang dan diambil tindakan yang sesuai. 3. Bagi kejadian yang termasuk kategori tidak dilaporkan terjadi berulang, maka kejadian tersebut masuk dalam kategori perlu dilaporkan. Berikut adalah skema pelaporan kejadian tidak diingini oleh distributor/produsen. Pelaksanaan penyusunan telaahan terhadap Kejadian yang tidak diingini Terdapat dua kategori kejadian tidak diingini pada alkes: 1. Kategori 1: Kejadian yang perlu dilaporkan 2. Kategori 2: Kejadian yang tidak perlu dilaporkan. Berikut adalah petunjuk untuk menelaah jenis kategori suatu kejadian apakah perlu atau tidak dilaporkan: Kategori 1: Kejadian Yang Perlu Dilaporkan Terdapat 3 kriteria dasar penggolongan kategori ini, yang dipaparkan dalam tabel berikut:

9 Kejadian yang harus dilaporkan A. Telah terjadi kejadian tidak diingini 1.Kesalahan fungsi/kerusakan karakteristik.kinerja alkes 2. Kesalahan desain dan atau pembuatan 3. Kemasan/lembar instruksi tdk lengkap 4. Berdampak besar pd kesehatan masyarakat 5. Literatur ilmiah/hasil pengujian B. Produsen terkait dg kejadian tidak diingini 1. pendapat ahli kesehatan profesional C. Kejadian yg mengarah kematian. Luka serius 1. Kematian 2. Informasi kejadian 2. Luka serius serupa sebelumnya 3. Informasi lain 3. Mengarah pada kematian atau luka serius jika berulang Beberapa contoh kejadian tidak diingini yang harus dilaporkan: Infusion pump berhenti bekerja, sehubungan dengan kesalahan fungsi, tetapi alarm tidak berbunyi. Pasien berada dalam kondisi memerlukan cairan. Selama penggunaan defibrillator eksternal pada seorang pasien, defibrillator gagal mengantarkan level energy sesuai program sehubungan dengan terjadinya kesalahan fungsi. Intravena set terpisah dan darah pasien keluar sehingga pasien mengalami kehilangan darah. Beberapa contoh kejadian tidak diingini yang melibatkan kekhawatiran pada kesehatan masyarakat: Setelah melakukan implan ortopedik, ditemukan eror dalam catatan kesehatan sehingga perlu ditanyakan mengenai efektifitas material implant yang dapat menyebabkan risiko terhadap kesehatan masyarakat. Produsen memberikan rincian yang tidak tepat mengenai metode pembersihan alat bedah reusable yang digunakan dalam bedah otak, yang menimbulkan risiko terjadinya penyebaran CJD.

10 Kategori 2 : Kejadian Yang Tidak Perlu Dilaporkan Berikut adalah tabel berisi resume kejadian yang tidak perlu dilaporkan: No Kejadian yang tidak perlu dilaporkan Kejadian 1. Kekurangan alkes yang ditemui oleh operator sebelum digunakan 2. Kejadian yang disebabkan kondisi pasien 3. Masa pakai alat terlampaui 4. Perlindungan terhadap fungsi yang salah berjalan baik 5. Jauh kemungkinan kematian /luka serius 6. Kejadian tidak diingini telah diduga 7. Telah dijelaskan pada nota pemberitahuan 8. Laporan pengecualian (yang dijamin oleh badan berwenang) Berikut ini dipaparkan bagan pelaporan kejadian tidak diingini pada alat kesehatan: Skema pelaporan kejadian tidak diingini pada alat kesehatan (Berlaku Untuk Distributor/Produsen) (Kerjasama dengan Dinkes)

11 Penyelidikan produsen Kejadian yg tdk diingini Dilaporkan? N File kompla Tren Y Dilapork Jenis Informasi Jadwal Ditujukan kpd DITJEN BINFAR&ALKE S cq. Dir. Bina Prodis Alkes Penarikan dr peredaran [kerja sama dg Dinkes Prop /Kab/Kota ] Perbaikan pd alkes [produsen/distribut Monitoring pd sarana alkes [kerja sama dg Dinkes Untuk kejadian tidak diingini yang ditemukan oleh masyarakat umum: 1. Laporan diberikan kepada Dinas Kesehatan setempat, yang kemudian melakukan pengkajian apakah kategori kejadian tersebut perlu dilaporkan atau tidak. 2. Jika hasil kajian menunjukkan perlu dilaporkan, maka laporan diberikan kepada Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan cq. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk dikaji ulang dan diambil tindakan yang sesuai. 3. Bagi kajadian yang termasuk kategori tidak dilaporkan terjadi berulang, maka kejadian tersebut masuk dalam kategori perlu dilaporkan. Berikut adalah skema pelaporan kejadian tidak diingini oleh masyarakat. Skema pelaporan kejadian yang tidak diingini pada alat kesehatan (Berlaku untuk Masyarakat)

12 Dinas Kesehata n Kejadian yg tdk diingini Dilaporka? N File Trend? Y Dilaporkan DITJEN BINFAR & ALKES cq. Dir. Bina Prodis Alkes Penarikan dr peredaran [kerja sama dg Dinkes Prop /Kab/Kota ] Perbaikan pd alkes [produsen/distribut Monitoring pd sarana alkes [kerja sama dg Dinkes Prop/Kab/Kota] Dibawah ini adalah skema yang menunjukkan pelaporan hasil sampling ole Pemerintah :

13 Sampling Dinas Kesehatan Kab/Kota PENGUJIAN Balai POM HASIL Lab. Penguji Li Rekalpitulasi oleh Dinas Kese Propinsi Evaluasi oleh Ditjen Binfar dan Alkes Tindak Lanjut Uji Ulang Laboratorium Recall TMS Peringata MS Surat Pemberitahua n hasil (MS) k Di k BAB III

14 PROSEDUR TERDOKUMENTASI PENANGANN LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN Berikut disajikan SOP Penanganan laporan kejadian tidak diingin : DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALKES DIREKTORAT BINA PRODIS ALKES Dokumen SOP Berlaku mulai tanggal PROSEDUR TETAP PENANGANAN LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI Penerbitan ke : I Revisi ke : No. Halaman 1 dari 2 Disiapkan oleh:. Disyahkan oleh: I. TUJUAN 1. Keseragaman dalam penanganan Laporan Surveillance 2. Efisiensi dan efektifitas dalam penyelesaian kejadian tidak diingini II. RUANG LINGKUP Kejadian tidak diingini yang berhubungan dengan produk alat kesehatan. III.PROSEDUR 1. Laporan kejadian tidak diinginni dapat berasal dari: 1. Laporan masyarakat 2. Laporan dari sarana kesehatan 3. Hasil sampling 2. Penanganan laporan kejadian tidak diingini dilakukan oleh : a) Tim Pusat b) Tim Propinsi A. Penanganan oleh Tim Pusat Dibentuk Tim Teknis Penanganan hasil survaillance yang terdiri dari: Pelindung : Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alkes Ketua : Sub. Dit. Pada Prodis Alkes Wakil Ketua : Sub.Dit. pada Prodis Alkes Sekretaris : Salah satu Ka.Sie pada Prodis Alkes

15 Tim ini dapat dibentuk dengan penunjukan secara resmi Tugas Tim Teknis adalah sebagai berikut: 1. Melakukan telaahan dan merekapitulasi hasil laporan 2. Menganalisa jenis tindak lajut yang akan diambil 3. Menyusun rencana kegiatan tindak lanjut 4. Melakukan tindak lanjut 5. Mengevaluasi pelaksanaan tindak lanjut B. Penanganan Laporan Survaillance oleh Tim Propinsi Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menyusun Tim Teknis Penangan hasil survaillance Propinsi yang terdiri dar i: Pelindung : Ka. Dinas Kesehtan Propinsi Ketua : Pejabat yang menangani masalah alkes Sekretaris : Staf yang menangani masalah terkait. Adapun tugas Tim Teknis Propinsi adalah: 1. Menerima dan merekapitulasi hasil survaillance 2. Melakukan koordinasi mengenai hasil survaillance dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota 3. Melakukan tindak lanjut 4. Membuat laporan perkembangan tindak lanjut hasil survaillance IV. JADWAL PEMBERIAN LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI 1. Jika produsen menyadari telah terjadi kejadian tidak diingini yang berhubungan dengan alat kesehatan, maka produsen bersama dengan distributor harus menentukan apakah kejadian ini perlu dilaporkan atau tidak. 2. Jika kejadian tersebut termasuk kategori dilaporkan dan sifatnya adalah hampir kejadian tidak diingini atau kejadian tersebut tidak menyebabkan kematian atau luka serius, distributor harus memasukkan laporan produsen mengenai kejadian tidak diingini tidak lebih dari 30 hari kalender dari tanggal diketahuinya kejadian tersebut.

16 3. Jika kejadian tersebut menyebabkan kematian atau luka serius, distributor harus memasukkan laporan produsen mengenai kejadian tidak diingini tersebut langsung/segera sejak tanggal diketahuinya kejadian tersebut, yaitu dalam waktu 48 jam untuk initial report dan 10 hari untuk final reportnya.. 4. Laporan masalah yang menyebabkan ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat, dimana terjadi risiko kematian, luka serius, atau sakit serius, dan mungkin memerlukan tindakan pemulihan, haruslah dilaporkan dalam waktu 48 jam untuk initial report dan 5 hari untuk final reportnya.

17 BAB IV FORMULIR LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI PADA ALKES Berikut adalah formulir yang digunakan untuk melaporkan kejadian tidak diingii pada alkes beserta petunjuk teknis cara pengisian form. FORMULIR LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI PADA ALKES (Berlaku untuk Dinas Kesehatan/Perusahaan) I. INFORMASI ADMINISTRATIVE III. INFORMASI FASILITAS KESEHATAN Tipe Laporan (pilih satu) Nama Alamat Awal Follow-up Akhir Tel/Fax Trend Kontak Person Kategori Laporan Mengancam Kes. Masy Menyebabkan Kematian/ serious injury Lainnya IV. INFORMASI PRODUK IV. Informasi Produk Alat Kesehatan Informasi Alkes Generik No Reg Kode Tanggal Laporan Tanggal kejadian kejadian tidak diingini Tanggal peringatan produsen Tanggal laporan berikutnya Pihak yang berwenang, yang menyusun laporan ini Nama Dinkes/Perusahaan Alamat Tel./ Fax Informasi Spesifik Produk Alkes Nama/Merk Model No. Katalog No. Seri/ Lot Nama Produsen Alamat Produsen Kontak Person Tel/Fax Ijin Produsen Operator pada saat kejadian Petugas kesehatan professional Pendamping lainnya Pasien Tidak diperlukan

18 Identitas Kantor pemeritnah, Badan sertifikasi, dll yang juga dikirimi laporan ini: Penggunaan Produk Sekali pakai Penggunaan kembali produk sekali pakai Penggunaan kembali produk reusable Petugas kesehatan professional Servis ulang / Barang refurbished Lokasi Alat saat ini II. INFORMASI KEJADIAN KLINIS Penjelasan kejadian atau masalah V. HASIL INVESTIGASI PRODUSEN Hasil analisa produsen terhadap produk Uraikan, dalam kejadian ini, rincian tentang metode investigasi, hasil dan kesimpulan VI. INFORMASI PASIEN Usia Lk/Pr. BB(kg) Solusi dan keluaran yang focus pada pasien Tindakan perbaikan yang relevan dengan penanganan pasien: Keluaran Pasien: Daftar alat kesehatan yang terlibat dalam kejadian ini: Tindakan pemulihan/tindakan perbaikan/tindakan pencegahan (Jelaskan tindakan apa yang diambil terhdap kejadian yang dilaporkan VII. Informasi Lain yang Dilaporkan Produsen/sponsor mengetahui Nama Negara yang pernah

19 tersebut bagi semua tipe kejadian atau tipe produk. Termasuk tindakan yang diambil untuk mencegah berulangnya kejadian. Jelaskan pula jadwal penyelesaian berbagai rencana kerja). mengalami kejadian serupa: Komentar tambahan: Kirimkaan laporan ini ke alamat : Direktorat Bina Prodis Alkes Jl. HR.Rasuna Said Kav. PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI (bagi petugas Dinkes dan Distributir Alkes) I. Informasi Administratif Terdapat 3 kategori laporan, yaitu Laporan awal : untuk kejadian yang tidak diingini pada alat kesehatan yang dicatat untuk pertama kali. Follow up: untuk lkejadian tindak lanjut dari kejadian yang pernbah terjadi dan dicatat sebelumnya. Trend: untuk kejadian yang tidak diingini yang berulang dalam waktu yag tidak terlalu lama. Kategori laporan Suatu kejadian digolongkan kategori serius jika menyebabkan pasien: Kematian/Mengancam nyawa : Cek hanya jika anda menduga kematian merupakan akibat kejadian tidak diingini, termasuk tanggal kematian, jika diketahui. Jangan cek jika: Pasien mati katika menggunakan produk, tetapi tidak ada dugaan yang berhubungan dengan kematain dan penggunaan produk tersebut Janin aborsi karena cacat lahir. Mengancam nyawa Dirawat dirumah sakit

20 Kelumpuhan atau kerusakan permanen Cacat lahir Membutuhkan intervensi medis atau bedah untuk penencegahan kerusakan permanen II. Informasi kejadian klinis Jelaskan kejadian secara detil, termasuk penjelasan mengenai apa yang terjadi dan ringkasan seluruh informasi klinik yang relevan (status medis sebelum kejadian: tanda dan/gejala; diagnosa yang berbeda untuk kejadian; tretmen; hasil, dan lainnya). Untuk menghemat waktu dan keterbatasan tempat, lampirkan salinan catatan tersebut dengan menghilangakn bagian yang berdifat rahasia). Jangan memberikan identitas / nama pasien, dokter, atau institusi. Informasi mengenai kondisi lingkungan yang mungkin mempengaruhi kejadian harus dicantumkan, khususnya jika berhubungan dengan produk. III. Informasi Fasilitas Kesehatan Berupa informasi tempat kejadian yang tidak diingini (jika sesuai) IV. Informasi Produk Nama Gunakan nama dagang/merk, jika tidak diketahui atau tudak ditemuai, gunakan nama generik dan nama pabrik atau pemilik label. V. Hasil Investigasi Produsen Cukup jelas VI. Informasi Pasien Gunakan satu form untuk satu pasien, jika laporan melibatkan alkes yang berdampak pada lebih dari satu pasien, oleh alat yang sama. Dalam kasus tersebut, tuliskan jumlah pasien. Dalam kasus yang melibatkan orangtua-anak/janin dan mengalami kejadian tidak diingini akibat penggunaan alat pada ibu selama kehamilan. Beberapa prinsip berlaku untuk hal tersebut:

21 1. Jika tidak mempengaruhi anak/janinm laporakan hanya orang tuanya 2. Pada kasus yang menyebabkan kematian, aborsi, laporkan orang tua sebagai pasien pala laporan. 3. Jika hanya anak//janin yang mengalami kpejgaruh kejadian tidak diingi (selain kematian, atau aborsi), informasi yang dituliskan adalah atas nama anak. 4. Jika kedua nya, baik ibu dan anak mengalami pengaruh kejadian tidak diinginkan, keduanya dilaporkan sebagai paisen indivisual. Identifikasi pasien Gunakan hanya inisial pasien atau kode lain untuk mengidentifikasi pasien, yang memungkinkan kita atau pihak pelapor dengan segera mengenali kasus tersebut jika mendapat informasi lebih kanjut. Jangan menggunakan nama pasien atau nomor identitas resmi. Identitas pasien dijaga kerahasiaannya oleh Departemen Kesehatan. Dep Kes tidak akan mempublikasikan identitas pelapor karena permintaan publik. Jika tidak ada pasien yang terlibat (misalnya kasus hanya pada produk), kosongkan kolom tersebut. Usia Gunakan satuan tahun, bulan hari. Jika pasien berusia lebih dari 3 tahun gunakan tahunm ( misalnya, 4 tahun) Jika pasien berusia kurang dari 3 tahun, gunakan bulan (misalnya 24 bulam) Jika pasien berusia kurang dari 1 bulan, gunakan hari (misalnya 5 hari). Jenis kelamin Berikan ceck list sesuai dengan jenis kelamin pasien. Berat badan Tuliskan berat badan dalam satuan kg. Lakukan perkiraan jika berat pastinya tidak diketahui. VII. Informasi lain yang dilaporkan Cukup jelas

22 LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI PADA ALAT KESEHATAN (Berlaku untuk masyarakat umum ) Digunakan untuk melaporkan setiap hal yang diguga merupakan persoalan alat kesehatan yang mungkin dapat membahayakan kesehatan. A. Spesifikasi Produk (Berikan jawaban yang rinci. Jika muncul tanda *, coret yang tidak perlu) 1. Jenis Produk (mis. Urin kateter) 2. Merk dan Model 3. Nomer seri/batch/lot 4. Tgl Pembuatan Tgl penjualan Tgl kadaluarsa 5.Nama Produsen alamat dan tel. 6. Nama dan alamat distributor 7. Apakah persoalan ini sudah diinformasikan kepada produsem? ڤ Ya ڤ Belum Jika ya, sebutkan tanggal dan kontak person 8. Apakah terdapat produk/ kemasan produk untuk diinspeksi? ڤ Ya ڤ Tidak B. Uraian Persoalan 1. Akibat dan Riwayat persoalan: (Termasuk riwayat, lingkungan, akibat dan sketsa yang relevan atau informasi pelengkap)

23 C. Identifikasi Pemberi Laporan Anda ingin identitas anda dirahasiakan? ڤ Ya Tidak ڤ 1. Nama 2. Pekerjaan 3. Nama Institusi 4. Alamat 5. Telepon Pelapor awal 8. Pekerjaan dan Institusi 9. Telepon D. Formulir ini dialamatkan ke Direktorat Bina Prodis Alkes Departemen Kesehatan Jl. HR.Rasuna Said.Blok C Lt7/720

24 PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR LAPORAN KEJADIAN TIDAK DIINGINI (bagi masyarakat umum) A. Spesifikasi Produk 1. Jenis produk nama generic dari alat kesehatan yang pada umumnya ditemukan setelah nama merk. Misalnya, urin kateter. 2. Merk dan Model nama patent atau nama pabrik (untuk poduk generic) yang merupakan identitas produk, model merupakan bagian nama produk yang menunjukkan khususan produk. 3. Nomor seri/batch/lot: Kode yang diberikan produsen yang menunjukkan riwayat produksi suatu alat 4. Tanggal pembuatan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa: jika ada. 5. Nama dan alamat produsen Identitas produsen dan nama kota yang tercantum apada label/etiket produk 6. Nama dan alamat distributor Identitas distributor dan nama kota yang tercantum apada label/etiket produk 7. cukup jelas jelas 8. cukup jelas B. Uraian Persoalan Berisi informasi yang berhubungan dengan kondisi alat, serta akibat yang timbul yang diasumsikan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan. 2. Akibat dan Riwayat persoalan: (Termasuk riwayat, lingkungan, akibat dan sketsa yang relevan atau informasi pelengkap)

25 Merupakan informasi pelengkap yang meliputi riwayat penggunaan alat dan pasien, kondisi lingkungan disekitare alat dan pasien, serta informasi lain yang relevan. C. Identitas Pemberi Laporan Cukup jelas

SISTEM PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN

SISTEM PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN SISTEM PENGAWASAN ALAT KESEHATAN DAN PKRT Oleh : Drs. Masrul, Apt. Sub Direktorat Inspeksi Alkes dan PKRT Direktorat t Bina Produksi dan Distribusi ib i Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian

Lebih terperinci

USER MANUAL E-MONITORING POST MARKET & SURVEILLANCE UNTUK PRODUSEN/PENYALUR VERSI 1.0

USER MANUAL E-MONITORING POST MARKET & SURVEILLANCE UNTUK PRODUSEN/PENYALUR VERSI 1.0 USER MANUAL E-MONITORING POST MARKET & SURVEILLANCE UNTUK PRODUSEN/PENYALUR VERSI 1.0 PT. EDI INDONESIA Copyright @2014 Daftar Isi Pendahuluan... 3 Memulai Aplikasi... 4 Halaman Utama Aplikasi... 4 Konsumen...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK. 00.06.42.0255 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DI BIDANG ALAT KESEHATAN DALAM ANTISIPASI GLOBALISASI

KEBIJAKAN DI BIDANG ALAT KESEHATAN DALAM ANTISIPASI GLOBALISASI KEBIJAKAN DI BIDANG ALAT KESEHATAN DALAM ANTISIPASI GLOBALISASI POKOK BAHASAN 1. Dasar Hukum 2. Strategi Pembinaan Alat Kesehatan 3. Harmonisasi Regulasi Alat Kesehatan 4. Pengawasan di Bidang Alat Kesehatan

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN Formulir 1 Formulir Pendaftaran Alat Kesehatan DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN PERMOHONAN PENDAFTARAN ALAT KESEHATAN PERATURAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK.00.05.3.00914 TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN HK.00.05.3.00914 TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.3.00914 TENTANG PEMASUKAN OBAT JALUR KHUSUS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang a. bahwa untuk keadaan tertentu, diperlukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 14/M-DAG/PER/3/2007 TANGGAL : 7 Maret 2007 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 14/M-DAG/PER/3/2007 TANGGAL : 7 Maret 2007 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I. NOMOR : 14/M-DAG/PER/3/2007 TANGGAL : 7 Maret 2007 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran I : Permohonan Pendaftaran Barang Untuk Memperoleh Nomor Registrasi Produk (NRP)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ALAT KESEHATAN & PKRT

PENGENDALIAN ALAT KESEHATAN & PKRT DISAMPAIKAN PADA: PERTEMUAN SOSIALISASI PERATURAN ALAT KESEHATAN DAN PKRT PONTIANAK, 20 MEI 2013 PENGENDALIAN ALAT KESEHATAN & PKRT Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Drg Arianti Anaya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor HK KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK. 00.06.42.0255 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN ALPHA HYDROXY ACID (AHA) DALAM KOSMETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN REGISTRASI

PEDOMAN PENILAIAN REGISTRASI PEDOMAN PENILAIAN REGISTRASI LAMPIRAN A DATA ADMINISTRASI 1 Berikan Foto copy sertifikat Produksi alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Cq Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat

Lebih terperinci

Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI. PKPA Tahun 2017

Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI. PKPA Tahun 2017 Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya, Badan POM RI PKPA Tahun 2017 VISI DAN MISI Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT Kompleks Ruko Taman Tekno Boulevard, Blok A 20 Jl. Taman Tekno Widya, Serpong, Tangerang

Lebih terperinci

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA

UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS SAITNIHUTA Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kode pos : 2457 Email :puskesmassaitnihuta@yahoo.co.id KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN UJI PETIK ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

1. Dasar Hukum 2. Tugas Pokok dan Fungsi 3. Restruktur Organisasi 4. Strategi Pengamanan Alat Kes dan PKRT 5. Sertifikat Produksi 6. Ijin Edar 7.

1. Dasar Hukum 2. Tugas Pokok dan Fungsi 3. Restruktur Organisasi 4. Strategi Pengamanan Alat Kes dan PKRT 5. Sertifikat Produksi 6. Ijin Edar 7. Dra Nasirah Bahaudin Apt MM Dra Nasirah Bahaudin Apt MM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan Bogor, 1 Maret 2011 1. Dasar Hukum 2. Tugas Pokok dan Fungsi 3. Restruktur Organisasi 4. Strategi

Lebih terperinci

PRODUKSI. Oleh : Dra. Rully Makarawo, Apt DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

PRODUKSI. Oleh : Dra. Rully Makarawo, Apt DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KEBIJAKAN SERTIFIKAT PRODUKSI Oleh : Dra. Rully Makarawo, Apt DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIRJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN - KEMKES RI DASAR HUKUM UU RI No.32 tahun

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI ALAT TRANSPORTASI DAN TELEMATIKA NOMOR : 21/IATT/PER/10/2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGAWASAN PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) LAMPU SWA-BALAST UNTUK PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1190/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN EDAR ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan 1. Pendahuluan Codes of Practice ini telah ditulis sesuai dengan persyaratan badan akreditasi nasional dan dengan persetujuan PT AJA Sertifikasi Indonesia yang saat ini beroperasi. PT. AJA Sertifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

E-REPORT UNTUK ADMIN PENYALUR

E-REPORT UNTUK ADMIN PENYALUR User Manual E-REPORT UNTUK ADMIN PENYALUR VERSI 1.0 COPYRIGHT @2014 Daftar Isi Pendahuluan... 2 Memulai Aplikasi... 3 Halaman Utama Aplikasi... 3 Informasi... 4 Alat Kesehatan... 4 Sertifikat Produksi

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN

PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN RUMAH SAKIT PGI CIKINI RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA, INDONESIA 2013 RS PGI Cikini Panduan Manajemen Komplain 1 PANDUAN MANAJEMEN KOMPLAIN A. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya

Lebih terperinci

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012 Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN Lampiran 6 No. No. RM IDENTITAS PASIEN Nama TTL JK Pekerjaan SP Agama Ayah Ibu Alamat anamnesis diagnosis Tindakan/ Pengobatan Dokter/

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.617, 2015 KKI. Pelanggaran Disiplin. Dokter dan Dokter Gigi. Dugaan. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS DI BIDANG TEKNIK KESEHATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME MONITORING EFEK SAMPING KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS

PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS PELAKSANAAN SURVEI AKREDITASI PUSKESMAS AKREDITASI PUSKESMAS DAN KLINIK Akreditasi puskesmas adalah proses penilaian eksternal oleh Komisioner Akreditasi terhadap puskesmas apakah sesuai dengan standar

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi

Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi Pengawasan Mutu Obat di Instalasi Farmasi B a d a n P e n g a w a s Obat dan Makanan R a p a t K o o r d i n a s i N a s i o n a l, P r o g r a m K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n D

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis

BAB VIII. Manajemen Penunjang Layanan Klinis BAB VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Pelayanan Laboratorium Standar 8.1. Pelayanan Laboratorium Tersedia Tepat Waktu untuk Memenuhi Kebutuhan Pengkajian Pasien, serta Mematuhi Standar, Hukum dan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer

2011, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemer No.923, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Efek Samping Kosmetika. Pengawasan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI BESAR BAHAN DAN BARANG TEKNIK Jl. Sangkuriang No. 14 Bandung 40135 JAWA BARAT INDONESIA Telp. 022 2504088, 2510682, 2504828 Fax. 022 2502027 Website : www.b4t.go.id

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1010/MENKES/PER/XI/2008 TENTANG REGISTRASI OBAT Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi persyaratan,

Lebih terperinci

Rapat Konsultasi Teknis

Rapat Konsultasi Teknis DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN Edisi I Bulan Februari 2009 Informasi kefarmasian dan alat kesehatan Rapat Konsultasi Teknis Program Obat dan Perbekkes Pertemuan Persiapan Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TAHUN 2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK LAMPIRAN I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-33/PJ/2016 Tanggal : 18 Juli 2016 TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK A. Gambaran Umum 1. Tahapan persiapan KSWP adalah tahapan yang

Lebih terperinci

1. NOTIFIKASI KOSMETIKA

1. NOTIFIKASI KOSMETIKA 1. NOTIFIKASI KOSMETIKA Dengan diterapkannya Harmonisasi ASEAN maka mulai diberlakukan sistem notifikasi kosmetika yaitu suatu proses pemberitahuan kepada pihak otoritas negara sesuai persyaratan dan tata

Lebih terperinci

Catatan informasi klien

Catatan informasi klien Catatan informasi klien Ikhtisar Untuk semua asesmen yang dilakukan oleh LRQA, tujuan audit ini adalah: penentuan ketaatan sistem manajemen klien, atau bagian darinya, dengan kriteria audit; penentuan

Lebih terperinci

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB

REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB REGULASI PENGELOLAAN DISTRIBUSI OBAT DAN URGENCY SERTIFIKASI CDOB Disampaikan oleh: Direktur Pengawasan Distribusi Produk Terapetik & PKRT Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IKATAN APOTEKER INDONESIA Tangerang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1191/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PENYALURAN ALAT KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PENGAWASAN ALKES & PKRT

PENINGKATAN SISTEM PENGAWASAN ALKES & PKRT PENINGKATAN SISTEM PENGAWASAN ALKES & PKRT DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN Drs. RAHBUDI HELMI, Apt, MKM KASUBDIT INSPEKSI APAKAH ARTI SEBUAH PELAPORAN? REPORT KNOW CHANGE IMPROVEMENT

Lebih terperinci

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat

Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan. e-catalogue Obat Ketersediaan Obat dalam Penyelenggaraan JKN: Formularium Nasional dan e-catalogue Obat Direktorat Tata Kelola Obat Publik & Perbekalan Kesehatan Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN JENDERAL BINA KEFARMASIAN & ALAT KESEHATAN Dra. Maura Linda Sitanggang, Ph.D SEKRETARIS DIREKTORATJENDERAL BINA KEFARMASIAN & ALAT KESEHATAN Drs.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF BAGI TENAGA KESEHATAN, PENYELENGGARA FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN, PENYELENGGARA SATUAN

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN Lampiran SK Direktur Utama RSI Garam Kalianget No.... tentang Panduan Evaluasi Praktek Dokter PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN : PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR : 1340 TAHUN 2017 TANGGAL : 29 Desember 2017

LAMPIRAN : PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR : 1340 TAHUN 2017 TANGGAL : 29 Desember 2017 LAMPIRAN : PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR : 1340 TAHUN 2017 TANGGAL : 29 Desember 2017 Format 1 : bentuk formulir permohonan informasi. PEMERINTAH KOTA BANDUNG Jl. Wastukancana No. 2 Bandung Telp. (022)

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN

PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN PANDUAN IDENTIFIKASI PASIEN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II Jl. Wates KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294 Telp. 0274 6499706, Fax. 0274 6499727 i SURAT

Lebih terperinci

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013 PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY Yogyakarta,25-26 februari 2013 Memberikan rekomendasi sebagai syarat perijinan bagi tenaga kesehatan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS REGISTRASI AKUN APLIKASI e REGISTRASI OBAT (AeRO) aero.pom.go.id

PETUNJUK TEKNIS REGISTRASI AKUN APLIKASI e REGISTRASI OBAT (AeRO) aero.pom.go.id PETUNJUK TEKNIS REGISTRASI AKUN APLIKASI e REGISTRASI OBAT (AeRO) aero.pom.go.id Memulai Proses Registrasi Akun AeRO Aplikasi e Registrasi Obat dan Produk Biologi (AeRO) ini ditujukan dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 t

2017, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.355, 2017 KEMEN-KOMINFO. Uji Petik Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks No.565, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Standadisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/M-DAG/PER/4/2016 TENTANG STANDARDISASI BIDANG PERDAGANGAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG TATA KERJA DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.352, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Tata Cara. Penanganan. Kasus. Pelanggaran Disiplin. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT KEBIJAKAN OBAT DAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Helsy Pahlemy DIREKTORAT PELAYANAN KEFARMASIAN Disampaikan pada Pertemuan Hisfarsi Jakarta Jakarta, 27 Agustus 2016 TATA SAJI PENDAHULUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

b. Sertifikat CPOB sesuai dengan bentuk sediaan yang diajukan

b. Sertifikat CPOB sesuai dengan bentuk sediaan yang diajukan CHECKLIST DOKUMEN PRA REGISTRASI OBAT BARU I. INFORMASI PRODUK Nama obat : Bentuk sediaan & kekuatan : Zat aktif : Kemasan : Pendaftar : Produsen : Kategori registrasi : II. DOKUMEN YANG DISERAHKAN A.

Lebih terperinci

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS)

POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) POKJA KUALIFIKASI dan PENDIDIKAN STAFF (KPS) Elemen Penilaian KPS 1 1. Perencanaan harus mempertimbangkan misi rumah sakit, keragaman pasien, jenis pelayanan dan teknologi yang digunakan dalam asuhan pasien

Lebih terperinci

E-REPORT UNTUK ADMIN PRODUSEN PKRT

E-REPORT UNTUK ADMIN PRODUSEN PKRT User Manual E-REPORT UNTUK ADMIN PRODUSEN PKRT VERSI 1.0 COPYRIGHT @2014 Daftar Isi Pendahuluan... 2 Memulai Aplikasi... 3 Halaman Utama Aplikasi... 3 Informasi... 4 Alat Kesehatan... 4 Sertifikat Produksi

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 18-2 1. TUJUAN... 18-3 2. RUANG LINGKUP...

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR Kode : Pengendalian Dokumen dan Rekaman

MANUAL PROSEDUR Kode : Pengendalian Dokumen dan Rekaman MANUAL PROSEDUR Kode : 00404 06001 Pengendalian Dokumen dan Rekaman JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 1 MANUAL PROSEDUR Pengendalian Dokumen dan Rekaman JURUSAN

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 18-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI..... 18-2

Lebih terperinci

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar.

Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Makasar. REFORMASI PERIJINAN SERTIFIKASI PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN & PKRT DAN PENGAWASAN POST MARKET Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan dan PKRT Direktur Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN NOMOR : 422/BPPI/6/2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN NOMOR : 422/BPPI/6/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53, Lantai 19-20 Jakarta 12950 Kotak Pos 3538 JKSMG Telp. 021-5255509 5251429, Fax. 021-5251429

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

Tata laksana dan metoda survey akreditasi

Tata laksana dan metoda survey akreditasi Tata laksana dan metoda survey akreditasi Pelaksanaan survei Periksa dokumen yang menjadi regulasi: dokumen eksternal dan internal Telusur: Wawancara: Pimpinan puskesmas Penanggung jawab program Staf puskesmas

Lebih terperinci

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA FORMULIR KLAIM CACAT TETAP TOTAL ATAU SEMENTARA PENTING Formulir ini harus dilengkapi oleh Pemegang Polis, diisi dengan jelas dan dikembalikan kepada Penanggung, disertai Surat Keterangan Dokter untuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012

MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 MANAJEMEN REKAM MEDIS DALAM STANDAR AKREDITASI VERSI 2012 EMAN SULAEMAN, SKM DPP PORMIKI (Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia) TUJUAN AKREDITASI (PMK NO.12/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lebih terperinci

Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018

Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018 1 Oleh : drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Penilaian Alat Kesehatan dan PKRT Bali, 4 Mei 2018 DEFINISI 2 ALAT KESEHATAN instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan

Lebih terperinci

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 KAN 02 SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI PENYELENGGARA UJI PROFISIENSI (PUP) Terbitan Nomor : 4 Desember 2012 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala W anabakti,

Lebih terperinci

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM PERSYARATAN SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI SISTIM MUTU () KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI PALEMBANG JL. PERINDUSTRIAN II

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ] Disiapkan oleh, Disahkan oleh, (Ketua Tim Manajemen Halal) (Perwakilan Manajemen) Daftar Isi... 1 Halaman Pengesahan... 2 1. Pendahuluan...3 1.1 Informasi Umum

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGENDALIAAN ALAT KESEHATAN DALAM MENYONGSONG SJSN. Oleh: Drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

KEBIJAKAN PENGENDALIAAN ALAT KESEHATAN DALAM MENYONGSONG SJSN. Oleh: Drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan KEBIJAKAN PENGENDALIAAN ALAT KESEHATAN DALAM MENYONGSONG SJSN Oleh: Drg. Arianti Anaya, MKM Direktur Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan DASAR HUKUM UU Kesehatan No 36 Tentang Kesehatan PP No 72

Lebih terperinci

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan Dasar Hukum Pengertian Akreditasi Maksud dan Tujuan Akreditasi Proses Akreditasi Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKSI CATATAN MEDIS DAN PELAPORAN

STRUKTUR ORGANISASI SEKSI CATATAN MEDIS DAN PELAPORAN STRUKTUR ORGANISASI SEKSI CATATAN MEDIS DAN PELAPORAN WADIR PELAYANAN KA. BIDANG PELAYANAN KA. SIE CATATAN MEDIK DAN PELAPORAN PENANGGUNG JAWAB CASEMIX PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN PELAKSANA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.04.1.33.12.11.09938 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENARIKAN OBAT YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR DAN/ATAU PERSYARATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Penerapan Skema Sertifikasi Produk Penerapan Skema Sertifikasi Produk Barang Rumah Tangga Lainnya dan Peralatan Komersiel (21.06) Daftar isi 1 Ruang lingkup 2 Acuan Normatif 3 Sistem sertifikasi 4 Definisi 5 Proses sertifikasi 6 Persyaratan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit SA 0 Dokumentasi Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 DOKUMENTASI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN TAHUN 2014 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Lebih terperinci

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1. APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.63/UM.001/MPEK/2013 TENTANG PENGELOLAAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Lebih terperinci

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk

Lebih terperinci

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk PSN 305-2006 Pedoman Standardisasi Nasional Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi... i

Lebih terperinci