II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstein Neonatus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstein Neonatus"

Transkripsi

1 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstein Neonatus Sapi Friesian Holstein atau FH berasal dari Provinsi Belanda Utara dan Provinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni pada umumnya bewarna hitam dan putih, kadang-kadang merah dan putih dengan batas-batas warna yang jelas. Selain diambil atau diperah susunya, sapi FH juga baik sebagai sapi pedaging, karena pertumbuhan cepat dan karkas sangat bagus. Sementara itu, lemak daging anak sapi bewarna putih, sehingga baik sekali untuk produksi veal (daging anak sapi). Masa kebuntingan induk sapi adalah 280 hari dengan bobot sapi neonatus mencapai 43 kg (Sudono et al. 2003). Klasifikasi sapi Friesian Holstein menurut Sudono et al. (2003) adalah: Kingdom: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Artiodactyla Famili: Bovidae Genus: Bos Spesies: B. taurus Sistem kebal anak sapi sudah berkembang sejak dini dalam kehidupan fetal, meski periode kebuntingan pada sapi 280 hari, timus fetus dapat dijumpai pada 40 hari setelah konsepsi. Sumsum tulang dan limpa muncul pada hari ke-55, limfonodus ditemukan pada hari ke-60, tetapi peyer pacth belum muncul sampai hari ke-175. Limfosit darah perifer terlihat pada fetus anak sapi pada hari ke-45, IgM terdapat pada hari ke-59, sedangkan IgG pada hari ke-135. Limfosit darah anak sapi mampu berespon terhadap mitogen pada hari ke-75 dan 80. Namun demikian, kemampuan ini menghilang untuk sementara sekitar waktu kelahiran sebagai akibat peningkatan kadar steroid dalam serum. Meskipun sistem kebal pada neonatus sudah berkembang dengan baik sebelum lahir, tetapi kemampuannya jauh lebih rendah dibandingkan dengan hewan dewasa, karena sistem kekebalannya belum berfungsi secara sempurna. Oleh karena itu sapi

2 4 neonatus rentan terhadap penyakit menular bukan karena ketidakmampuan mengadakan tanggap kebal yang menjadi sifatnya tetapi karena status sistem kebalnya yang belum prima (Tizard 2000). Gambar 1. Sapi Penelitian Jenis plasenta sapi adalah syndesmochorial dimana epitel korion langsung berhubungan dengan jaringan uterine. Oleh karena itu, pada hewan berplasenta jenis ini molekul imunoglobulin terhalang masuk ke dalam uterus dan antibodi hanya dapat diperoleh melalui kolostrum (Tizard 2000) Darah Darah terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit yang tersuspensi dalam plasma darah. Volume darah total yang beredar adalah sekitar 8% dari berat badan. Sekitar 55% volume darah berupa plasma yang merupakan cairan darah (Ganong 1979). Sebagian besar sel- sel darah berada di dalam pembuluh darah, akan tetapi sel darah putih dapat bermigrasi melintasi dinding pembuluh darah menuju jaringan untuk melawan infeksi (Guyton and Hall 1997). Darah berfungsi membawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan menuju jaringan tubuh, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan sebaliknya membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru. Darah juga berfungsi membawa produk buangan, hormon, serta berperan dalam pengendalian suhu tubuh, keseimbangan air, dan berperan dalam sistem buffer. Darah sangat penting dalam sistem pembekuan sehingga dapat mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Selain itu darah mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh (Frandson 1992).

3 Sel Darah Putih Sel darah putih atau leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit berasal dari bahasa Yunani, leukos berarti putih dan cytos yang berarti sel. Istilah leukosit berasal dari sampel darah yang telah disentrifugasi, leukosit akan ditemukan pada Buffy coat, yaitu lapisan tipis bewarna putih khas yang terletak diantara lapisan sel darah merah yang tersedimentasi dengan lapisan plasma darah. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoeboid, dan dapat menembus dinding kapiler (diapedesis). Sel darah putih berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh (Guyton and Hall 1997). Sel darah putih sebagian dibentuk dalam sumsum tulang (granulosit dan monosit serta sedikit limfosit) dan sebagian lagi di jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Pembentukan sel tipe granulosit pada masing-masing pool dalam sumsum tulang meliputi beberapa bagian, yaitu stem cell pool, proliferating pool dan maturation-storage pool (Brown 1980). Setelah dibentuk, sel-sel diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan (Guyton and Hall 1997). Sel darah putih memiliki nukleus dan organel-organel sel. Berdasarkan hal tersebut, sel darah putih dapat digolongkan menjadi sel darah putih granular dan sel darah putih agranular (Gambar 2). Ciri yang menonjol dari sel darah putih tipe granulosit adalah adanya granula di dalam sitoplasma. Tiap jenis granulosit mempunyai jenis granula yang berbeda serta memiliki sifat khas pada nukleusnya yang berlobus banyak. Berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan, sel darah putih granulosit dibedakan menjadi tiga yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Nukleus granulosit disebut juga polimorfonuklear. Sel darah putih agranulosit dibedakan menjadi dua yaitu limfosit dan monosit (Bevelander and Judith 1988).

4 6 a. b. c. d. Gambar 2. a. Limfosit b. Monosit c. Neutrofil d. Basofil (Sumber : Harvey 2001) Respon sel darah putih dapat terjadi dalam bentuk penurunan (leukopenia) maupun peningkatan jumlah total sel darah putih (leukositosis). Leukopenia sering terjadi akibat penggunaan bahan-bahan immunosuppressive dan kerusakan limfosit (Meyer and John 1998). Leukositosis dapat berlangsung secara normal (leukositosis fisiologis) maupun sebagai bentuk respon adanya penyakit (reaktif leukositosis). Leukositosis fisiologis terjadi pada hewan yang stres akibat fisik maupun sebagai induksi dari penyakit. Peningkatan jumlah total sel darah putih dimediasi oleh hormon epinefrin dan hormon kortikosteroid (Jain 1993). Leukositosis juga dipengaruhi oleh kinetika neutrofil yang akan mengubah penghitungan jumlah total sel darah putih (Brown 1980). Perubahan respon leukositosis terlihat pada anak sapi yang terserang kolibasilosis pertama kali (Jain 1993). Banyak faktor yang mempengaruhi jumlah total sel darah putih dalam sirkulasi darah, antara lain pertambahan umur. Jumlah total sel darah putih tinggi pada sapi yang baru lahir dan pada masa pertumbuhan (umur 1-2 tahun) serta akan mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya umur, aktivitas otot, dan kondisi emosi (stres) saat pengambilan darah (Schalm et al. 1975). Jumlah total sel darah putih juga dipengaruhi oleh hormon epinefrin dan hormon kortikosteroid. Epinefrin akan meningkatkan jumlah limfosit dan neutrofil yang bersirkulasi dalam darah, sedangkan peningkatan kortikosteroid dapat mempengaruhi jumlah neutrofil yang lebih tinggi dari limfosit. Pelepasan kortikosteroid secara endogenous akan berpengaruh pada penghitungan jumlah total sel darah putih (Jain 1993). Respon sel darah putih terhadap kortikosteroid

5 7 diantaranya berupa neutrofilia, limfopenia, monositosis, dan eosipenia (Meyer and John 1998). Hormon epinefrin akan meningkatkan sirkulasi darah dan limfe. Sebagai konsekuensinya sel darah putih dalam pembuluh darah dan limfonodus dikerahkan menuju sirkulasi darah. Hal ini menyebabkan terjadinya leukositosis yang disertai neutrofilia dan limfositosis. Perbedaan utama antara respon yang diperantarai hormon epinefrin dan hormon kortikosteroid adalah pada sekresi epinefrin terjadi leukositosis yang bersifat sementara dan sangat singkat, sedangkan pada kortikosteroid leukositosis berlangsung lebih lama (Jain 1993). Neutrofil merupakan sel darah putih tipe granulosit. Neutrofil mengandung tiga tipe granula sitoplasma, yaitu tipe azurophilic (primary), specific (secondary), dan tertiary. Granula tersebut memiliki substansi yang berbeda yang berperan dalam regulasi neutrofil dan perlawanan terhadap infeksi bakteri. Tipe granula specific dan azurophilic bekerja sama dalam memfagosit bakteri (Tabel 1) (Dellmann and Eurell 1998). Tabel 1. Tipe granula dan jenis proteinnya (Dellmann and Eurell 1998) Tipe Granula Azurophilic (primary granules) Specific (secondary granules) Tertiary Protein Myeloperoxidase, serine proteases, neutrophil elastase dan cathepsin G, asam hidrolitik enzim dan lisosim. Lactoferrin dan cathelicidin, bacterial lisosim, cationic protein, myeloperoksidase. Cathepsin, gelatinase. Neutrofil merupakan jenis sel darah putih yang paling banyak ditemukan dalam sirkulasi darah. Neutrofil pada anak sapi yang baru lahir berkisar antara 40-70% (Dellmann and Eurell 1998), dan diproduksi setiap 6-8 hari oleh sumsum tulang (Jubb et al. 1991). Neutrofil dewasa meninggalkan storage pool setelah dewasa, selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah. Sekitar 50% neutrofil berada dalam sirkulasi darah (circulating pool) dan 50% menempel pada

6 8 pembuluh darah (marginal pool). Setelah dari marginal pool, neutrofil menuju jaringan tubuh (Brown 1980). Neutrofil berperan sebagai garis pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme asing khususnya melawan infeksi bakteri (Dellmann and Eurell 1998; Meyer and John 1998). Saat terjadi infeksi bakteri akut, bakteri akan merusak sel dan sel akan melepaskan faktor kemotaktik ke jaringan. Faktor kemotaktik tersebut akan menarik neutrofil ke dalam jaringan melalui proses diapedesis dan neutrofil akan menuju ke lokasi infeksi untuk melakukan fagositosis (Meyer and John 1998; Brown 1980). Setelah memfagositosis benda asing, enzim lisosom akan mencerna benda asing tersebut kemudian neutrofil mengalami otolisis dan melepaskan zat-zat hasil degradasi ke dalam jaringan limfe. Jaringan limfe akan mengeluarkan histamin dan faktor leukopoietik (sitokin dan interleukin) yang merangsang sumsum tulang melepaskan cadangan neutrofil sehingga produksi neutrofil meningkat (Meyer and John 1998). Jumlah neutrofil yang meningkat dalam sirkulasi darah (neutrofilia) disebabkan oleh aktivitas yang berlebihan, pengaruh hormon, serta adanya infeksi. Hormon kortikosteroid akan mengurangi laju diapedesis neutrofil menuju jaringan sehingga neutrofil berada lebih lama dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hipersegmentasi (Jain 1993). Selain itu kortikosteroid menyebabkan demarginasi neutrofil yang berakibat pada meningkatnya jumlah neutrofil di dalam sirkulasi darah. Hormon epinefrin akan meningkatkan jumlah neutrofil yang bersirkulasi dalam darah (Meyer and John 1998). Eosinofil termasuk sel darah putih granulosit yang berukuran hampir sama dengan neutrofil. Persentase eosinofil dalam sirkulasi darah berkisar antara 2 sampai 8% dari jumlah total sel darah putih (Meyer and John 1998). Eosinofil berada dalam sirkulasi darah hanya dalam waktu yang singkat (kurang dari satu hari) sebelum sel-sel tersebut meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan pada waktu tertentu (Brown 1980). Eosinofil merupakan sel fagosit yang motil dan memiliki kemampuan memfagosit dan membunuh bakteri, walaupun kemampuannya lebih rendah dibandingkan dengan neutrofil (Dellmann and Eurell 1998; Jubb et al. 1991). Peningkatan jumlah eosinofil dalam sirkulasi darah (eosinofilia) dapat terjadi karena penyakit yang disebabkan oleh parasit, inflamasi

7 9 pada organ yang mengandung sel mast, sedangkan eosinopenia terjadi akibat pengaruh glukokortikoid (Meyer and John 1998). Basofil berperan dalam alergi sistemik yang berlangsung akut dengan melepaskan histamin dan heparin. Seperti halnya eosinofil, basofil juga berada dalam sirkulasi darah hanya dalam waktu yang singkat (kurang dari satu hari) sebelum sel-sel tersebut meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan pada waktu tertentu. Basofil bertahan tidak lebih dari sehari dalam jaringan dan bertahan lebih singkat saat terjadi inflamasi (Jain 1993). Meningkatnya jumlah basofil dalam sirkulasi darah disebut basofilia. Keadaan basofilia biasanya disertai dengan eosinofilia. Kondisi ini terjadi karena eosinofil bereaksi saat terdapat sel mast dan basofil (Meyer and John 1998). Limfosit merupakan jenis sel darah putih yang terlibat dalam sistem kekebalan tubuh (Bevelander and Judith 1988). Jumlah limfosit pada anak sapi yang baru lahir adalah 3.931±1.744/µl. Seiring dengan perkembangan umur yang terus bertambah, maka jumlah limfosit juga meningkat. Jumlah limfosit pada anak sapi umur 24 jam secara fisiologis mengalami peningkatan dan lebih tinggi dibandingkan dengan pada saat lahir (Jain 1993). Peningkatan jumlah limfosit ini terus berlangsung hingga anak sapi berumur 1 tahun (Schalm et al. 1975). Jumlah limfosit menjadi dominan, dan persentasenya mencapai 70-80% pada sapi berumur 1-2 tahun (Dellmann and Eurell 1998; Schalm et al. 1975). Tizard (2000) melaporkan bahwa limfosit berperan penting sebagai efektor khusus dalam menanggapi antigen yang melekat pada makrofag dan untuk menghasilkan antibodi. Antigen akan menyebabkan respon kekebalan seluler (limfosit T) dan humoral (limfosit B) yang dapat menghasilkan antibodi (Brown 1980; Guyton and Hall 1997). Antigen yang masuk ke dalam tubuh akan menstimulus limfosit T yang selanjutnya akan menghasilkan migration inhibition factor (MIF), dan faktor kemotaktik yang menjaga makrofag tetap berada di area antigen. Selanjutnya makrofag bersama limfosit T memproses antigen. Limfosit T helper akan menstimulus transformasi limfosit B menjadi sel plasma yang akan menghasilkan antibodi yang akan memudahkan neutrofil dan makrofag untuk melakukan fagositosis (Brown 1980). Sel limfosit T (helper) akan dirangsang untuk membelah diri (cell division) serta mengeluarkan limfokin (Brown 1980).

8 10 Limfokin berfungsi merangsang pertumbuhan dan proliferasi sel T (suppressor), merangsang pertumbuhan, dan diferensiasi limfosit B untuk membentuk sel plasma serta aktivasi sistem makrofag. Limfokin memperlambat migrasi makrofag setelah secara kemotaktik makrofag tertarik ke area jaringan yang meradang, sehingga makrofag berkumpul dalam jumlah banyak kemudian mengaktifkan makrofag untuk proses fagositosis yang lebih efisien. Sementara limfosit T (suppressor) menjaga pembentukan antibodi yang berlebihan (Guyton and Hall 1997). Limfosit kembali ke dalam sirkulasi darah setelah migrasi ke jaringan. Sebagian besar limfosit berasal dari organ limfoid. Limfosit secara umum mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan sel darah putih granulosit. Limfosit T dapat bertahan beberapa tahun, begitu juga dengan limfosit B (Meyer and John 1998). Peningkatan jumlah limfosit dalam sirkulasi darah (limfositosis) dapat terjadi akibat pengaruh hormon epinefrin, infeksi akibat benda asing, dan inflamasi yang berlangsung kronik. Sedangkan limfopenia (penurunan jumlah limfosit dalam sirkulasi darah) dapat terjadi karena pengaruh glukokortikoid (endogen/eksogen), penggunaan obat-obatan imunosupresif, dan radiasi yang menyebabkan kerusakan sel darah putih (Meyer and John 1998). Monosit pada sapi berjumlah ± 1000/µl. Keberadaan monosit sebagai indikasi adanya respon inflamasi kronis ditandai dengan peningkatan jumlah monosit dalam sirkulasi darah (Jain 1993). Monosit memiliki sifat motil dan kemampuan fagositosis dalam melawan bakteri dengan lipid kapsul yang dimilikinya (Raphael 1987). Monosit dalam pembuluh darah merupakan sel yang belum aktif. Proses monosit menjadi makrofag terjadi saat monosit meninggalkan pembuluh darah menuju jaringan (Brown 1980). Monosit berada dalam sirkulasi darah sekitar 21 jam, kemudian menuju jaringan dan tidak kembali lagi ke dalam sirkulasi darah (Jubb et al.1991; Jain 1993). Selanjutnya monosit di dalam jaringan menjadi makrofag tetap (fixed macrophag) dan bersifat spesifik untuk tiap organ, misalnya makrofag pada sinus hati disebut dengan sel kupffer, pada jaringan kulit dan jaringan subkutan dikenal sebagai histiosit (Dellmann and Brown 1987).

9 11 Makrofag bertahan selama beberapa minggu atau bulan dalam jaringan (Meyer and John 1998). Monosit atau makrofag berperan penting bagi tubuh untuk melawan infeksi mikroba dan pada kondisi stres. Hal ini dikarenakan monosit dalam keadaan normal merupakan sumber pembentukan makrofag tetap pada Mononuclear Phagocytes System (MPS) serta secara tidak langsung monosit memberi tanda pada MPS untuk menjalankan fungsinya (Jain 1993). Menurut Brown (1980), makrofag memiliki fungsi dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme. Mekanisme ini berlangsung ketika antibodi memberi respon terhadap adanya antigen. Selanjutnya makrofag menempel pada antigen oleh kemotaksis, makrofag mengelilingi antigen dengan pseudopodia yang membentuk fagosom. Makrofag juga berfungsi mengganti sel yang rusak, memproses informasi keberadaan antigen untuk limfosit, dan memproduksi interferon (senyawa anti viral). Peningkatan jumlah monosit dalam sirkulasi darah (monositosis) terjadi saat inflamasi kronis. Istilah monositopenia jarang digunakan karena jumlah monosit pada hewan domestik normal relatif sedikit (Meyer and John 1998) Kolostrum Sapi Kolostrum merupakan nutrisi utama yang pertama kali dikonsumsi oleh anak neonatus. Kolostrum dihasilkan oleh kelenjar ambing pada akhir kebuntingan dan beberapa hari setelah melahirkan. Kolostrum dikenal sebagai susu pertama (Anonimus 2008a; Ruckebusch et al.1991). Kolostrum mengandung imunoglobulin dengan konsentrasi tinggi, yang tidak terdapat dalam darah anak sapi yang baru lahir. Imunoglobulin (Ig) kolostrum terdiri dari IgG (85-90 %), IgM (5%), dan IgA (7%). Anak dari sapi, domba, kambing, babi, kuda, sangat tergantung pada kolostrum untuk dapat memperoleh antibodi. Disamping mengandung limfosit dan monosit, kolostrum juga mengandung protein, vitamin A, E, karoten, dan riboflavin yang sangat tinggi, sedangkan kadar laktosa, vitamin D, dan besi lebih rendah dibandingkan dengan susu (Frandson 1992).

10 12 Kandungan IgG dan IgA dalam kolostrum sangat penting sebagai perlindungan terhadap enteric E. coli (Tizard 2000). Imunoglobulin G di dalam kolostrum akan menetralkan toksin E. coli, IgA disekresikan kembali ke dalam lumen usus, sedangkan IgM membantu mengontrol respon antibodi tahap awal dan membunuh E. coli (Widiasih 2005 ). Selain itu kolostrum mampu mencegah infeksi E. coli dengan cara menghambat perlekatan bakteri pada membran mukosa usus, kolonisasi dan pertumbuhan bakteri pada saluran usus, serta mencegah penyerapan bakteri oleh tubuh akibat adanya laktoferin yang merupakan sistem kekebalan tidak spesifik di dalam kolostrum dan berfungsi menghambat dan membunuh bakteri melalui proses oksidasi. Antibodi yang terkandung di dalam kolostrum akan diabsorpsi ke dalam sirkulasi darah untuk mencegah invasi mikroorganisme, sedangkan antibodi kolostrum yang tidak diabsorpsi (karena usus halus tidak lagi permeabel), tetap berada di dalam lumen usus dan berperan sebagai kekebalan pasif lokal (Stott 1979). Konsumsi kolostrum sangat penting untuk kekebalan pasif dan memenuhi kebutuhan nutrisi (karbohidrat, lemak, potein, mineral dan vitamin). Kolostrum juga mengandung hormon, faktor pertumbuhan, sitokin, enzim, polyamine, dan nukleotida. Insulin sebagai faktor pertumbuhan I ditemukan dalam kolostrum dengan konsentrasi yang tinggi untuk membantu perkembangan sistem gastrointestinal pada sapi neonatus (Blum and Hammon 2000). Kolostrum sebaiknya diberikan sesegera mungkin setelah anak sapi lahir untuk efisiensi dan kesempurnaan dalam penyerapan antibodi (Blum and Hammon 2000). Menurut Esfandiari (2005), kolostrum sapi berubah menjadi susu sepenuhnya dalam waktu sekitar 2-10 hari. Menurut Blum and Hammon (2000), konsentrasi masing-masing zat aktif dalam kolostrum akan berubah setelah onset laktasi. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada anak sapi dalam 24 jam pertama setelah kelahiran (Arthington et al. 2000; Hasnawi 2008) Escherichia coli Escherichia coli (E. coli) termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang (Gambar 3), anaerobik fakultatif dan tidak berspora. Bakteri ini tumbuh optimal pada suhu 37 C, namun demikian beberapa galur laboratorium dapat

11 13 bermultiplikasi pada temperatur hingga 49ºC (Anonimus 2008b; Tizard 2000). Berikut klasifikasi E. coli menurut Songer and Post (2005): Kingdom: Bakteri Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus : Spesies: Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Escherichia Escherichia coli Dinding bakteri gram negatif berstruktur rumit dan terdiri dari suatu kompleks polisakarida, lipida, dan protein. Kompleks ini dikenal sebagai endotoksin. Aktivitas pada bagian lipopolisakarida dari kompleks endotoksin mempengaruhi sasaran sistem tertentu. Endotoksin yang dihasilkan bakteri gram negatif akan menyebabkan respon yang memiliki karakteristik, antara lain konstriksi arteri, demam, hipoglikemia, leukopenia yang diikuti leukositosis (Schalm et al. 1975). Endotoksin yang masuk dalam tubuh akan diproses oleh sistem fagosit mononuklear. Endotoksin akan merangsang aktivitas makrofag dan pembersihan partikel dari aliran darah serta menyebabkan peningkatan lisozim serum. Selain itu akan mempengaruhi neutrofil yang menyebabkan pelepasan pirogen leukosit. Produksi antibodi meningkat dan berlangsung lama pada tanggap kebal I serta memacu mitogen sel B, yaitu merangsang sel B untuk melepas limfosit (Tizard 2000). Escherichia coli merupakan jenis mikroorganisme yang biasa terdapat dalam sistem pencernaan ternak. Galur E. coli pada umumnya tidak berbahaya, tapi beberapa strain diantaranya dapat menyebabkan diare parah bahkan kematian. Biasanya E. coli menyebabkan terganggunya jaringan epitel usus sehingga fungsi absorbsi nutrisi berkurang. Seringkali E. coli diduga sebagai penyebab utama diare pada sapi (Navade et al. 2000)

12 14 Gambar 3. Escherichia coli (Sumber : Anonimus 2008b) Jenis E. coli penyebab diare pada anak sapi antara lain enteric E. coli, merupakan jenis paling umum dengan tanda klinis utama berupa diare hebat. Biasanya diawali dengan demam, kemudian dengan cepat kembali normal atau mendekati normal, anak sapi menjadi lemas dan mengalami dehidrasi serta dapat menyebabkan kematian (Navade et al. 2000). Berdasarkan faktor virulensinya menurut Andrew et al. (2004), enteric E.coli dapat diklasifikasikan menurut serotipenya sebagai berikut : 1. Enterotoxigenic E.coli (ETEC) Enterotoxigenic E.coli merupakan enteric E. coli yang disebabkan oleh bakteri E. coli dari jenis K-99. Infeksi dari strain ini berakibat fatal. Racun menyebabkan cairan yang dipompa ke dalam usus sedemikian banyak sehingga anak sapi biasanya mati bahkan sebelum gejala diare muncul. Diare seperti ini dapat muncul pada anak sapi berumur kurang dari 3 hari (Gordon and Daria 2004). Enterotoxigenic E.coli memproduksi heat labile (LT) dan heat stabile (ST) enterotoksin yang menyebabkan akumulasi cgmp (cyclic Guanosin Monofosfat) pada sel target dan sekresi cairan elektrolit yang terus-menerus ke dalam lumen usus (Raphael 1987). Enterotoxigenic E.coli menggunakan adhesin fimbrae untuk berikatan dengan sel enterosit pada usus kecil (Andrew et al. 2004). Patogenesa diare yang terjadi akibat ETEC meliputi terjadinya kolonisasi pada usus kecil dan produksi serta aksi enterotoksin yang bertanggung jawab dalam merusak keseimbangan pergerakan cairan dan elektrolit di dalam epitel usus. Kolonisasi pada usus kecil oleh enterotoxigenic E. coli tergantung pada pili. Pili berperan dalam penempelan bakteri pada titik sel epitel yang spesifik. Pili K-

13 15 99 ditemukan pada ETEC dari serogrup 8,9,20,64, dan 101. Produksi antigen K- 99 dimediasi oleh plasmid dan bergantung pada suhu. Strain dari O grup 101 menghasilkan K-99 yang paling banyak dibandingkan dengan strain yang lain dari grup O (Gyles and Charles 1993). 2. Enteropathogenic E. coli (EPEC) Enteropathogenic E. coli merupakan penyebab diare pada kelinci, anjing, kucing dan kuda. Enteropathogenic E. coli juga menyebabkan diare, namun mekanisme kolonisasi molekuler dan etiologinya berbeda dengan ETEC. Enteropathogenic E. coli tidak mempunyai fimbrae, toksin ST dan LT. Enteropathogenic E. coli menggunakan intimin untuk berikatan dengan sel usus inang. Perubahan pada ultrastruktur sel usus merupakan penyebab utama terjadinya diare (Gyles and Charles 1993). Enteropathogenic E. coli disebut juga Attaching E. coli (AEEC). Perlekatan bakteri pada permukaan usus menyebabkan kerusakan bahkan hilangnya mikrofili (Quinn et al. 2002). 3. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC) Enterohemorrhagic E. coli sering ditemukan menyerang sapi dan kambing. Satu-satunya anggota dari virotipe ini adalah strain O157: H7, yang menyebabkan diare berdarah. Enterohemorrhagic E. coli dapat menyebabkan hemolytic uremic syndrome dan gagal ginjal yang tiba-tiba. Enterohemorrhagic E. coli menggunakan fimbrae bakteri untuk berikatan dengan sel enterosit inang. Escherichia coli biasanya menjangkiti anak sapi yang baru berusia dibawah 14 hari, namun pada banyak kasus dapat terjadi pada umur kurang dari 1 minggu. Escherichia coli akan menyebabkan infeksi dan seringkali menyebabkan kematian tanpa gejala klinis diare terlebih dahulu. Anak sapi yang tidak memperoleh kolostrum biasanya mati karena septisemik (Gyles and Charles 1993). 4. Enteroinvasive E. coli (EIEC) Enteroinvasive E. coli (EIEC) dapat menyebabkan infeksi akut pada sapi neonatus, yang dikarakteristikkan oleh bakteremia dan septikemia. Infeksi ini

14 16 terjadi melalui pakan atau kontaminasi dari umbilikal, biasanya menyerang sapi neonatus berumur 1 minggu (Quinn et al. 2002). 5. Nekrotoksigenic E. coli (NTEC) Nekrotoksigenic E. coli (NTEC) menyebabkan terjadinya enteritis, haemorrhagic colitis, dan diare. Kerusakan meliputi organ usus sampai pembuluh darah. Perlekatan terjadi pada enterosit. Cytotoxic yang menjadi faktor kerusakan adalah Cytotoxic Necrotizing Factor 1 (CNF1) dan Cytotoxic Necrotizing Factor 2 (CNF2) (Quinn et al. 2002). 6. Verotoxigenic E. coli (VTEC) Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini meliputi oedema pada babi, haemorrhagic enterocolitis pada anak sapi. Verotoxin (VT) terdiri dari VT1, VT2, dan VT2e. Toksin yang dihasilkan dapat membunuh vero cell in-vitro. Perlekatan toksin terjadi pada enterosit, dan akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada usus (Quinn et al. 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Eritrosit, Hemoglobin, Hematokrit dan Indeks Eritrosit Jumlah eritrosit dalam darah dipengaruhi jumlah darah pada saat fetus, perbedaan umur, perbedaan jenis kelamin, pengaruh parturisi

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan antibodi sebagai respon terhadap vaksinasi dapat dideteksi melalui pengujian dengan teknik ELISA. Metode ELISA yang digunakan adalah metode tidak langsung. ELISA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui 41 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Uji LD-50 Uji LD-50 merupakan uji patogenitas yang dilakukan untuk mengetahui kepadatan bakteri yang akan digunakan pada tahap uji in vitro dan uji in vivo. Hasil

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age

Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Immunology Pattern in Infant Born with Small for Gestational Age Dr. Nia Kurniati, SpA (K) Manusia mempunyai sistem pertahanan tubuh yang kompleks terhadap benda asing. Berbagai barrier diciptakan oleh

Lebih terperinci

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan profil leukosit (nilai total leukosit diferensiasi jenis leukosit, dan jumlah masing-masing jenis leukosit) kambing PE setelah vaksinasi iradiasi

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Escherichia coli Escherichia coli ( E. Coli) adalah organisme kelompok Gram negatif (Jawetz 1968). Bakteri ini pertama kali diisolasi oleh Esheric dari feses pada tahun 1885

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS

SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS SISTEM IMUN. ORGAN LIMFATIK PRIMER. ORGAN LIMFATIK SEKUNDER. LIMPA NODUS LIMFA TONSIL. SUMSUM TULANG BELAKANG KELENJAR TIMUS Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ

Lebih terperinci

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba 3 Diferensiasi SDP dilakukan berbasis preparat ulas darah total. Darah diulas di preparat kemudian difiksasi dengan metanol selama 2 menit. Preparat ulas darah diwarnai menggunakan pewarna giemsa selama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Tomat Tanaman tomat merupakan komoditas yang multiguna. Tidak hanya berfungsi sebagai sayuran dan buah saja, tomat juga sering dijadikan pelengkap bumbu, minuman

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah

BAB VI PEMBAHASAN. Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari. Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah BAB VI PEMBAHASAN Mencit Balb/C yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Yogyakarta. Banyaknya mencit yang digunakan adalah 24

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli

Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Morfologi dan Taksonomi Escherichia coli Bakteri ini termasuk flora normal tubuh yang berbentuk batang pendek (kokobasil) berukuran 0,4-0,7 μm x 1,4 μm. Bersifat Gram negatif. E. coli memiliki 150 tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

Gambar: Struktur Antibodi

Gambar: Struktur Antibodi PENJELASAN TENTANG ANTIBODY? 2.1 Definisi Antibodi Secara umum antibodi dapat diartikan sebagai protein yang dapat ditemukan pada plasma darah dan digunakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengidentifikasikan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan sisa zat warna lalu dikeringkan. Selanjutnya, DPX mountant diteteskan pada preparat ulas darah tersebut, ditutup dengan cover glass dan didiamkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Pedaging Klasifikasi biologis ayam (Gallus gallus) berdasarkan Rasyaf (2003) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordate Kelas : Aves Ordo : Galliformes

Lebih terperinci

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus

Sistem Imun. Organ limfatik primer. Organ limfatik sekunder. Limpa Nodus limfa Tonsil. Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Sistem Imun Organ limfatik primer Sumsum tulang belakang Kelenjar timus Organ limfatik sekunder Limpa Nodus limfa Tonsil SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA Fungsi Sistem Imun penangkal benda asing yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,

PENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi, PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Morfologi Escherichia coli Bakteri E. coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai

Lebih terperinci

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung

HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS. Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung 16 HEMATOLOGI KLINIK ANJING PENDERITA DIROFILARIASIS Menurut Atkins (2005), anjing penderita penyakit cacing jantung memiliki kelainan hematologi pada tingkat ringan berupa anemia, neutrofilia, eosinofilia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin pesat secara tidak langsung telah menyebabkan terjadinya pergeseran pola hidup di masyarakat. Kemajuan teknologi dan industri secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. xvii

TINJAUAN PUSTAKA. xvii xvii TINJAUAN PUSTAKA Daging Ayam Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala, kaki, darah, bulu serta organ dalam. Persentase bagian yang dipisahkan sebelum menjadi karkas adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitemia Hasil penelitian menunjukan bahwa semua rute inokulasi baik melalui membran korioalantois maupun kantung alantois dapat menginfeksi semua telur tertunas (TET). Namun terdapat

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan susu hasil sekresi dari payudara setelah ibu melahirkan. ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan tanpa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan

Lebih terperinci

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi dan Materi Kuliah Hewan 1 Homeostasis Koordinasi dan Pengendalian Kuliah Kontinuitas Kehidupan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata persentase diferensiasi leukosit pasien anjing di RSH-IPB Momo. Kronis 1-8. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Gambaran Umum Berikut ini disajikan tabel hasil pemeriksaan differensial leukosit pada pasien RSH-IPB. Secara umum dapat dikatakan bahwa gambaran leukosit pada semua pasien cenderung

Lebih terperinci

SISTEM PERTAHANAN TUBUH

SISTEM PERTAHANAN TUBUH SISTEM PERTAHANAN TUBUH Sistem Pertahanan Tubuh Sistem Pertahanan Tubuh Non spesifik Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik Jenis Kekebalan Tubuh Disfungsi sitem kekebalan tubuh Eksternal Internal Struktur Sistem

Lebih terperinci

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM

FIRST LINE DEFENCE MECHANISM Pengertian Sistem Pertahanan Tubuh Pertahanan tubuh adalah seluruh sistem/ mekanisme untuk mencegah dan melawan gangguan tubuh (fisik, kimia, mikroorg) Imunitas Daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kortikosteroid adalah derivat hormon steroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini memiliki peranan penting seperti mengontrol respon inflamasi. Hormon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Lebih terperinci

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

PATOGENISITAS MIKROORGANISME PATOGENISITAS MIKROORGANISME PENDAHULUAN Pada dasarnya dari seluruh m.o yg terdapat di alam, hanya sebagian kecil saja yg patogen maupun potensial patogen. Patogen adalah organisme yg menyebabkan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit.

menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing berupa antigen dan bibit penyakit. Bab 10 Sumber: Biology: www. Realm nanopicoftheday.org of Life, 2006 Limfosit T termasuk ke dalam sistem pertahanan tubuh spesifik. Pertahanan Tubuh Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan struktur dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu dari tujuh negara yang memiliki keanekaragaman hayatinya terbesar kedua setelah Brazil. Kondisi tersebut tentu sangat potensial

Lebih terperinci

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya SISTEM SIRKULASI Kompetensi Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya Suatu sistem yang memungkinkan pengangkutan berbagai bahan dari satu tempat ke tempat lain di dalam tubuh organisme Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring proses penuaan mengakibatkan tubuh rentan terhadap penyakit. Integritas sistem imun sangat diperlukan sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap ancaman,

Lebih terperinci

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr

Sistem Imun BIO 3 A. PENDAHULUAN SISTEM IMUN. materi78.co.nr Sistem Imun A. PENDAHULUAN Sistem imun adalah sistem yang membentuk kekebalan tubuh dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke tubuh. Fungsi sistem imun: 1) Pembentuk kekebalan tubuh. 2) Penolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan kepada manusia melalui makanan (Suardana dan Swacita, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Foodborne disease adalah penyakit yang ditularkan lewat makanan, dengan ciri berupa gangguan pada saluran pencernaan dengan gejala umum sakit perut, diare dan atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan terhadap diferensiasi leukosit mencit (Mus musculus) yang diinfeksi P. berghei, setelah diberi infusa akar tanaman kayu kuning (C. fenestratum) sebagai berikut

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011

Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan. Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 Pertemuan XI: Struktur dan Fungsi Hayati Hewan Program Tingkat Persiapan Bersama IPB 2011 1 Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan: Struktur Hewan Fungsi Hayati Hewan Energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi dan Persentase Parasit Darah Hasil pengamatan preparat ulas darah pada enam ekor kuda yang berada di Unit Rehabilitasi Reproduksi (URR FKH IPB) dapat dilihat sebagai berikut

Lebih terperinci

Migrasi Lekosit dan Inflamasi

Migrasi Lekosit dan Inflamasi Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk

Lebih terperinci

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal

Sistem Imun. Leukosit mrpkn sel imun utama (disamping sel plasma, 3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal Kuntarti, SKp Sistem Imun Fungsi: 1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan. Sistem Imunitas Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta

Lebih terperinci

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Jumlah Sel Darah Putih (Leukosit) Ikan Lele Dumbo Pada penelitian ini dihitung jumlah sel darah putih ikan lele dumbo untuk mengetahui pengaruh vitamin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Escherich 1885) dengan seluruh patogenitasnya di infeksi saluran pencernaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Escherichia coli Escherichia coli pertama kali diidentifikasikan oleh dokter hewan Jerman, Theodor Escherich dalam studinya mengenai sistem pencernaan pada bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Escherichia coli Taksonomi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Familia Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales

Lebih terperinci

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006

SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,

Lebih terperinci

NEISSERIA MENINGITIDIS

NEISSERIA MENINGITIDIS NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Ambing dan Mekanisme Pertahanannya Mastitis Subklinis

TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Ambing dan Mekanisme Pertahanannya Mastitis Subklinis 4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Ambing dan Mekanisme Pertahanannya Ambing merupakan bagian tubuh ternak yang berperan dalam sintesis dan sekresi susu. Ambing sapi terdiri dari dua bagian yaitu kiri dan kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia mempunyai kemampuan untuk melawan segala macam organisme pengganggu atau toksin yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Felis domestica

TINJAUAN PUSTAKA. : Carnivora. : Felis domestica 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Kucing Kucing termasuk keluarga Felidae, termasuk di dalamnya spesies kucing besar seperti singa, harimau dan macan. Kucing tersebar secara luas di seluruh Eropa, Asia Selatan

Lebih terperinci

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN

RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN BAB 10 RESPON PERTAHANAN TERHADAP MIKROBIA PATOGEN 10.1. PENDAHULUAN Virus, bakteri, parasit, dan fungi, masing-masing menggunakan strategi yang berbeda untuk mengembangkan dirinya dalam hospes dan akibatnya

Lebih terperinci

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari serangan epidemi cacar dapat menangani para penderita dengan

Lebih terperinci

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A) REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI Oleh : Rini Rinelly, 1306377940 (B8A) REAKSI ANTIGEN DAN ANTIBODI Pada sel B dan T terdapat reseptor di permukaannya yang berguna untuk

Lebih terperinci