BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Balance Scorecard Robert S. Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton merupakan orang yang mengeluarkan metode Balanced Scorecard versi lengkap pertama kalinya dalam bentuk buku pada tahun 1996, yang berjudul The Balanced Scorecard : Translating Strategi Into Action. Dalam buku ini, Robert S. Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa perencanaan strategi dan sistem manajemen yang digunakan secara intensif dalam bidang usaha dan industri, pemerintahan, dan organisasi nirlaba diseluruh dunia digunakan untuk meluruskan / membenarkan aktivitas dari usaha untuk mencapai strategi dan visi dari organisasi nirlaba tersebut, mengembangkan komunikasi internal dan eksternal, dan mengamati kinerja organisasi terhadap tujuan dari strategi. Menurut Tangen (2005, p46), sistem pengukuran kinerja yang baik adalah sekumpulan ukuran kinerja yang menyediakan perusahaan dengan informasi yang berguna, sehingga membantu mengelola, mengontrol, merencanakan, dan melaksanakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dengan dilakukannya pengukuran kinerja pada perusahaan maka diharapkan perusahaan mampu bersaing dan mengikuti persaingan dan perkembangan yang selalu berubah dari jaman ke jaman.

2 10 Luis dan Biromo (2007, p16) mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai suatu alat manajemen kinerja (performance management tool) yang dapat membantu suatu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator fiansial dan nonfinansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat. Dari definisi yang dijabarkan tersebut, Balanced Scorecard sangat jelas berperan sebagai penerjemah atau pengubah visi dan strategi organisasi menjadi aksi. Oleh karena itulah, balanced scorecard tidak berhenti pada saat strategi selesai dibangun, tetapi harus terus menerus memonitor eksekusinya. Menurut Luis dan Biromo (2007, p19), dikutip dari Mulyadi (2001), Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yakni : 1) Kartu Skor (Scorecard) Pengertian kartu skor disini adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kerja dan juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan. Melalui kartu nilai ini, nilai yang hendak diwujudkan di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk melakukan evaluasi atas hasil kinerjanya.

3 11 2) Berimbang (Balanced) Berimbang yang dimaksudkan disini adalah untuk menunjukan bahwa kinerja diukur secara berimbang, yaitu antara indikator finansial dan non-finansial, indikator kinerja masa lalu, masa kini, dan masa datang, indikator-indikator internal dan ekternal, serta indikator yang bersifat Leading (Drivers) dan Lagging (Effect). Keunggulan Balanced Scorecard disbanding dengan konsep perencanaan strategi lainnya ialah bahwa Balanced Scorecard dapat menjadi keseimbangannya di antara indikator-indikator tersebut. Sedangkan menurut Chow (1998), mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai berikut Essentially, the Balanced Scorecard is a set of financial and non-financial measures relating to company critical success factors. What is innovative about that concept is that components of the other in indicating both the the current and future prospects of the company. Pendekatan baru untuk manajemen strategis pertama kali secara rinci dibuat dalam serangkaian artikel dan buku oleh Kaplan dan Norton (1996). Mereka menyadari beberapa kelemahan dan ketidakjelasan pendekatan manajemen sebelumnya, pendekatan balanced scorecard memberikan resep yang jelas untuk apa perusahaan harus mengukur dalam rangka untuk keseimbangan yang terdapat pada empat perspektif.

4 12 Kaplan dan Norton mendeskripsikan inovasi dari balanced scorecard sebagai berikut : "The balanced scorecard retains traditional financial measures. But financial measures tell the story of past events, an adequate story for industrial age companies for which investments in long-term capabilities and customer relationships were not critical for success. These financial measures are inadequate, however, for guiding and evaluating the journey that information age companies must make to create future value through investment in customers, suppliers, employees, processes, technology, and innovation." Metode Balanced Scorecard Kaplan dan Norton adalah pendekatan strategis dan kinerja sistem manajemen yang memungkinkan organisasi untuk menerjemahkan visi perusahaan dan strategi ke dalam impelemtation, bekerja dari 4 perspektif: 1. Perspektif Keuangan (Financial Perspectives) 2. Perspektif Pelanggan (Customer Perspectives) 3. Perspektif Proses Bisnis (Process Business Perspectives) 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (Learning and Growth Perspectives)

5 Perspektif Balanced Scorecard Di dalam Balanced Scorecard terdapat empat perspektif utama dalam mengukur kinerja perusahaan. Ke empat perspektif tersebut digambarkan pada gambar berikut : Adapted from Robert S. Kaplan and David P. Norton, Using the Balanced Scorecard as a Strategic Management System, Harvard Business Review (January-February 1996): 76. Gambar 2.1 Perspektif dalam Balanced Scorecard Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan (The Learning and Growth Perspective) Pembelajaran (Learning) itu berasal dari kata dasar ajar, dan lebih bertujuan memberitahukan, jadi hasil dari pembelajaran adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti.

6 14 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik, 1995 : 57) Menurut Briggs, Gagne, dan Wagner dalam kutipan Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadinya proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar 10 supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objek yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek efektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya

7 15 interaksi antara guru dengan peserta didik. (Wasty Soemanto, 1987, Psiokolgi Pendidikan. Jakarta : PT. Bina Aksara) Perspektif ini termasuk kedalam pelatihan karyawan dan sikap budaya perusahaan untuk menghubungkan kemampuan pengembangan keduanya, individu dan perusahaan. Di dalam ilmu pengetahuan, organisasi pekerja, manusia hanya tempat penyimpanan dari pengetahuan yang merupakan sumber daya utama. Di dalam era sekarang ini akibat dari perubahan teknologi yang sangat cepat, hal tersebut menjadikan kebutuhan pengetahuan pekerja untuk menjadikan cara belajar yang terus menerus. Intinya didalam segala permasalahan, perspektif ini merupakan asas dasar untuk sukses dalam berbagai ilmu pengetahuan pekerja di dalam organisasi. Instansi pemerintah sering menemukan diri mereka tidak mampu untuk menyewa tenaga teknis baru dan pada saat yang sama menunjukkan penurunan dalam pelatihan karyawan yang ada. Kaplan dan Norton (1996) menekankan bahwa 'belajar' lebih dari dari sekedar 'pelatihan', tetapi juga mencakup hal-hal seperti mentor dan tutor dalam organisasi, serta bahwa kemudahan komunikasi di antara pekerja yang memungkinkan mereka untuk mempercepat mendapatkan bantuan pada masalah yang dihadapi ketika dibutuhkan. Learning and Growth dalam Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton (2000) yakni mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Tujuan yang diterapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasikan

8 16 apa yang harus dikuasi oleh perusahaan untuk menghasilkan kinerja terbaik, serta dimana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan kinerja. Sementara tujuan dalam Learning and Growth ini adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya dapat tercapai Pelatihan dan Pengembangan (Growth) karyawan perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan, agar pengembagan dan pelatihan dapat terlaksana dengan baik, harus lebih dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan / pegawai. Program tersebut hendaknya disusun secara cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta berpedoman pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk masa depan. Pengembangan dan pelatihan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan kemampuan., keterampilan dan pengetahuan. Tetapi dilihat dari tujuan umumnya konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja. Pada hakikatnya tujuan dari pengembangan dan pelatihan diantaranya adalah :

9 17 - Produktivitas Kerja Produktivitas akan meningkat karena kualitas dan kuantitas produksi akan semakin baik, karena technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang semakin baik. - Moral Moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan keterampilannya sesuai dengan pekerjaannya sehingga antusias untuk menyelesaikan pekerjaannya akan semakin baik. - Karir Kesempatan untuk meningkatkan karir karyawan semakin besar, karena keahlian, keterampilan, dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang. - Konseptual Pimpinan semakin cakap dan cepat dalam mengambil keputusan yang lebih baik, karena technical skill, dan managerial skill nya lebih baik. - Kepemimpinan Dengan pelatihan dan pengembangan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human relations nya lebih luwes, motivasinya menjadi lebih terarah sehingga pembinaan kerja sama vertical dan horizontal semakin harmonis.

10 18 Pada perspektif ini ( mengidentifikasi infrastuktur apa yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Perspektif pelanggan dan proses bisnis internal mengidentifikasi faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa depan. Tiga sumber utama pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan datang dari manusia, sistem, dan prosedur perusahaan. Sedangkan dalam pengukuran utama yang berlaku umum perspektif ini memiliki tiga pengukuran yakni : 1. Kepuasan pekerja, 2. Retensi, 3. Produktivitas pekerja. Dalam kelompok pengukuran tersebut, tujuan kepuasan pekerja dipandang sebagai pendorong kedua ukuran lainnya, retensi pegawai dan produktivitas pegawai. Kepuasan Pekerja Kepuasan pekerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor tau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaanya. Faktor-faktor yang terkait dengan atau menentukan kepuasan pekerja atau ketidakpuasan pekerja adalah suatu hal yang sangat luas.

11 19 Hal tersebut menunjukan bahwa kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Para ahli mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerja yang berkaitan dengan beberapa aspek bukan hanya gaji, tetapi juga terkait dengan pekerjaan itu sendiri, dengan faktor lain seperti hubungan dengan atasan rekan sekerja, lingkungan kerja, promosi dan aturan-aturan. Untuk meningkatkan kepuasan pekerja, perusahaan harus merespon kebutuhan pegawai, namun tindakan lain masih perlu dilakukan dengan cara yang disebut peningkatan kualitas kehidupan kerja. Menurut Hariandja (Manajemen Sumber Daya Manusia, Grasindo, 2002) peningkatan kualitas kehidupan kerja diartikan sebuah proses yang merespon pada kebutuhan pegawai dengan mengembangkan suatu mekanisme yang memberikan kesempatan secara penuh pada pegawai dalam mengambil keputusan dan merencanakan kehidupan kerja mereka. Dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan kerja dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1. Pendekatan Struktural, adalah dengan melakukan perubahan sistem kerja pegawai yang dapat dilakukan, seperti mendisain ulang pekerjaan dan meningkatkan keterlibatan pegawai. 2. Pendekatan Proses, adalah melakukan berbagai proses keorganisasian untuk menciptakan keselarasan kerja, yang biasa dilakukan melalui peningkatan hubungan komunikasi, peningkatan disiplin kerja,

12 20 penanggulangan stress, pelatihan dan bimbingan, peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan kepuasan pekerja menjabarkan bahwa moral pekerja dan kepuasan pekerja secara keseluruhan saat ini dipandang oleh sebagian besar perusahaan. Pekerja yang puas merupakan pra-kondisi bagi meningkatnya produktivitas, daya tanggap, mutu, dan layanan pelanggan. Perusahaan yang ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi perlu memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpuaskan oleh perusahaan. Unsur-unsur dalam suatu survey kepuasan pekerja meliputi : a. Keterlibatan dalam mengambil keputusan. b. Penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik. c. Akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. d. Dorongan aktif untuk bekerja dan menggunakan inisiatif. e. Kepuasan keseluruhan dengan perusahaan. Retensi Tujuan retensi pekerja adalah untuk mempertahankan selama mungkin para pekerja yang diminati oleh perusahaan. Teori yang menjelaskan ukuran ini adalah bahwa perusahaan membuat investasi jangka panjang dalam diri

13 21 para pekerja sehingga setiap kali ada pekerja berhenti merupakan suatu kerugian dalam modal intelektual bagi perusahaan. Para pekerja yang bekerja dalam jangka yang lama dan loyal membawa nilai perusahaan, pengetahuan tentang berbagai proses organisasional dan diharapkan sensitivitasnya terhadap kebutuhan para pelanggan. Produktivitas Pekerja Produktivitas pekerja adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran yang terbaik. Ukuran produktivitas pekerja yang paling sederhana adalah pendapatan setiap pekerja. Dengan semakin reaktifnya pekerja dalam menjual lebih banyak produk dan jasa dengan nilai tambah yang meningkat, pendapatan setiap pekerja seharusnya juga meningkat. Meskipun merupakan ukuran yang sederhana dan mudah dipahami namun memiliki keterbatasan, terutama jika terlalu banyak tekanan untuk mencapai sasaran yang ambisius. Pendapatan setiap pekerja merupakan indikator diagnostik yang berguna selama struktur internal bisnis tidak berubah terlalu radikal. Jika pendapatan setiap pekerja digunakan untuk memotivasi produktivitas yang lebih tinggi,

14 22 ukuran ini harus di seimbangkan dengan ukuran keberhasilan ekonomis sehingga sasaran untuk ukuran tersebut tidak dicapai melalui cara-cara yang disfungsional. Faktor Pendorong Tertentu Learning and Growth Dalam Learning and Growth diperlukan faktor pendorong tertentu untuk menjadi driver yang berkaitan dengan tiga pengukuran utama, yakni : Kedisiplinan, Pelatihan dan Pengembangan dan Penempatan. Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan fungsi operatif yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi suatu organisasi perusahaan mencapai hasil yang optimal. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal tersebut mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan konsumen. Oleh karena itu, seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya jika para bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhi nya, contohnya tingkat absensi karyawan. Kedisiplinan

15 23 yang baik menurut Hasibuan (Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, 2002) didefinisikan sebagai berikut : - Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. - Kesadaran adalah sikap seseorang yang dengan sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Dengan kata lain, seseorang akan melakukan tugas nya denga baik tanpa ada unsur paksaan. - Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun yang tidak. Dalam kedisiplinan diperlukan peraturan sebagai bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja, efisiensi dan efektifitas kerja karyawan akan meningkat. Sehingga tujuan perusahaan, karyawan, dan konsumen akan tercapai. Kedisiplinan suatu perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan mentaati peraturan-peraturan yang ada. Oleh karena itu diperlukan Reward and Punishment untuk meningkatkan kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya mentaati semua peraturan perusahaan.

16 24 Penempatan Penempatan merupakan proses penugasan / pengisian jabatan atau penugasan kembali pegawai pada tugas / jabatan baru atau jabatan berbeda. Penugasan ini dapat berupa penugasan pertama untuk pegawai yang baru direkrut, tetapi dapat juga melalui promosi, pengalihan, dan penurunan jabatan, atau bahkan pemutusan kerja. Promosi adalah menaikan jabatan seseorang ke jabatan lain yang memiliki tanggung jawab yang lebih besar, gaji lebih besar, dan level organisasi yang lebih besar. Pengalihan merupakan pemindahan atau pengintegrasian pegawai dari satu jabatan ke jabatan lain yang memiliki tanggung jawab dan gaji yang sama dan level organisasi yang sama. Demosi adalah pemindahan pegawai dari jabatan lain yang memimiliki tanggung jawab, gaji, dan level organisasi yang lebih rendah. Penempatan kembali pegawai dilakukan dengan berbagai alasan yang berhubungan dengan perencanaan sumber daya manusia atau untuk memanfaatkan tenaga kerja secara lebih efektif dan efisien, yang dapat disebabkan oleh tantangan - tantangan yang dihadapi organisasi, supply dan ketersediaan pegawai secara internal dan eksternal, peningkatan karir dalam aspek pengembangan sumber daya manusia, kepuasan kerja, dan motivasi kerja.

17 25 Langkah Pengembangan Perspektif Learning and Growth Dalam membangun sebuah pengukuran berbasis Perspective Learning and Growth dilakukan beberapa langkah, dalam buku A Practical Guide to isong the Balanced Scorecard, langkah langkah membangun setiap perspektif dimodifikasi dari pembangunan metode Balanced Scorecard secara keseluruhan. Tabel 2.1 langkah Pembangunan Perspektif Learning and Growth Langkah Deskripsi Keterangan Mendefinisikan keadaan Membangun Perspektif Mengidentifikasian indikator dalam perspektif Learning and Growth Memaparkan keadaan perusahaan pada umumnya. Analisis organisasi pada Departemen Produksi Indikator yang dipilih disesuaikan dengan keadaan yang diharapkan oleh departemen Produksi (data & Survey) Mengidentifikasikan data indikator hasil penelitian antara actual dan target Departemen Mengembangkan firmulasi pengukuran, pengskalaan dan pembobotan Membangun rencana aksi 7 Implementasi Kriteria Pengukuran Data Hasil Penelitian dan Pengukuran Rencana Kegiatan (Inisiatif) Penerapan Perspektif Learning and Growth secara komprehensif

18 26 - Langkah 1 Mendefinisikan Keadaan (Defining Situation) Langkah ini merupakan pemaparan keadaan perusahaan pada umumnya, baik keadaan yang telah dicapai, hingga posisi perusahaan secara keseluruhan yang dijelaskan secara ringkas mengenai pencapaian, posisi, dan keadaan yang memungkinkan perusahaan dalam pengembangan kedepannya. Yang kemudian dari pemaparan perusahaan secara keseluruhan diarahkan pada tinjauan penelitian secara spesifik yakni dengan keadaan struktur organisasi pada Deparetmen Produksi yang ada saat ini. Hal ini dilakukan dengan wawancara perorangan terutama dengan manajemen puncak dan karyawan yang berkompeten dengan divisi / bagian departemen dalam perusahaan, juga dengan melakukan peninjauan pada actual report perusahaan yang ada sebagai salah satu referensi kuat dalam dasar wawancara dengan pihak manajemen. Masukan yang diperoleh adalah berupa pandangan terhadap perusahaan dan keadaan dari sebanyak mungkin sudut pandang. - Langkah 2 Membangun Perspektif (Developing Perspective) Langkah ini merupakan langkah keputusan pengambilan perspektif dalam penelitian, yang dilakukan dengan wawancara dengan pihak manajemen terhadap permasalahan yang sesuai dengan perspektif yang dipilih, selanjutnya dilakukan pemberian quisioner

19 27 pada pihak manajemen dengan karakter quisioner yang masih mendasar. Sehingga dari hasil quisioner dan wawancara dapat diketahui indikator-indikator yang secara spesifik menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam peningkatan kinerja Departemen. - Langkah 3 Mendefinisikan indikator dalam perspektif Learning and Growth (Identifying Indicator in Learning and Growth Perspective) Setelah perspektif dipilih dan indikator-indikator yang berkaitan terbentuk, selanjutnya dilakukan identifikasi indikator tersebut dengan mengetahui kriteria pengukuran dan pengolahan data. Ada enam indikator yang terbentuk dari hasil wawancara dan quisioner yakni berupa form dari pihak manajemen. Indikatorindikator dalam pembangunan Learning and Growth tersebut yakni : 1. Ketidakhadiran (Absenteeism) 2. Komposisi Kerja (Employees Composistion) 3. Retensi Pekerja (Turn Over) 4. Dasar-dasar Promosi (Promotion Bases) 5. Pelatihan (Training ) 6. Keanggotaan Asosiasi Profesi (Profesional Association Membership)

20 28 Pemilihan indikator ini didasarkan pada hubungan yang tegas dengan perspektif yang lain, yang dimana pengembangan indikator ini akan menjadi faktor modal intelektual bagi ketiga perspektif yang lain. Sehingga dalam penerapannya ditujukan untuk pencapaian pengukuran kinerja Departemen seutuhnya (macro) dapat dilakukan secara komprehensif dengan perspektif yang lain dalam membangun model Balanced Scorecard seutuhnya. - Langkah 4 Mengidentifikasi data indikator hasil penelitian antara aktual dan target Departemen (Identifying Indicator Data Result of Research) Langkah ini dilakukan pelaksanaan pengukuran tiap indikator dari hasil form yang didapat dari pihak manajemen, sehingga formulasi pengukuran dilakukan untuk mengidentifikasi ukuran target dan aktual yang telah dicapai perusahaan saat ini, hasil pengidentifikasian tersebut berupa parameter pengukuran yang untuk tahap selanjutnya menjadi input dalam pembuatan Scorecard.

21 29 - Langkah 5 Mengembangkan formulasi pengukuran, pengskalaan dan pembobotan / scoring (Developing Measurement Formulasi, Wight And Scale) Dari hasil pengukuran pada tahapan sebelumnya, kemudian dilakukan pengukuran lebih lanjut dengan mengembangkan formulasi pengukuran hingga diperoleh ukuran berupa Scorecard. Scorecard sebagai alat untuk formulasi dan implementasi strategi, maka tiap indikator Departemen menjadi instrument yang menterjemahkan target dan data aktual tiap indikator Departemen kedalam ukuran-ukuran dan tujuan spesifik. Dengan kata lain, Scorecard yang diformulasikan dengan baik merupakan repesentasi strategi Departemen saat ini yang menjadi gambaran strategi untuk kedepannya (jangka panjang) Scorecard tersebut direkomendasi untuk membuat prosedur pembuatan pemecahan ukuran-ukuran yang ada, guna memfasilitasi fase - fase berikutnya. Prosedur tersebut mengenai bagaimana menginterpretasikan scorecard ke dalam apa yang diharapkan masing - masing indikator.

22 30 - Langkah 6 Membangun Rencana Aksi (Developing Action Plan) Untuk melengkapi Scorecard tersebut kita harus mengekspresikan langkah untuk mencapai target-target indikator dari Departemen terkait. Langkah tersebut berupa rencana tidakan berupa evaluasi dan inisiatif / input yang biasa dilakukan manajemen pada tiap indikator. Rencana ini umumnya cenderung ambisius sehingga perlu teliti dengan berdasar pada faktor pendorong tertentu dalam pengukuran utama dalam perspektif Learning and Growth. Dalam kaitannya dengan ukuran-ukuran, inisiatif ini merupakan salah satu dokumen prinsip manajemen untuk melakukan pengontrolan. - Langkah 7 Mengimplementasikan Perspektif Learning and Growth (Implementation Perspective Learning and Growth) Dari Scorecard yang dihasilkan dalam perspektif ini, maka perlu menindak lanjutinya secara kontinyu yang dapat memenuhi fungsi-fungsi dalam metode Balanced Scorecard seutuhnya yang dinamis bagi Departemen terkait, yang kemudian dilakukan penyatuan secara komprehensif dengan keseluruhan perspektif dalam metoda Balanced Scorecard. Untuk ini solusi teknologi informasi yang relevan akan dibutuhkan dalam memfasilitasi pelaporan dan koleksi.

23 31 Juga penting menggunakan Scorecard di seluruh organisasi dalam aspek keseharian manajemen. Jika ini merupakan agenda dasar harian masing-masing unit, maka akan tercipta sebuah fungsi alami dalam pelaporan dan pengontrolan dampak Scorecard dalam operasional harian. Selanjutnya untuk ukuran-ukuran tertentu terutama untuk pengukran jangka pendek harus selalu terbuka untuk dipertanyakan dan siap diganti dengan lebih baik lagi Perspektif Proses Bisnis (The Business Process Perspective) Perspektif ini mengacu pada Proses Bisnis Internal perusahaan (Value Based Management, 2011). Perspektif ini berdasarkan pada metric yang memungkinkan manajer mengetahui bagaimana bisnis mereka sedang berjalan, dan menyesuaikan kedua aspek produk dan jasa kepada kebutuhan pelanggan (misi). Metric tersebut harus dibuat dengan sangat hati-hati oleh orang yang mengetahui proses tersebut dengan sangat baik. Selain proses manajemen strategis, dua jenis proses bisnis dapat diidentifikasi: A) Berorientasi Misi Proses B) Proses Pendukung Misi Proses ini yakni fungsi khusus dari kantor-kantor pemerintah, dan masalah unik banyak ditemui dalam proses ini. proses dukungan yang lebih

24 32 berulang-ulang di alam, dan karenanya lebih mudah untuk mengukur dan tolak ukur menggunakan metrik generik Perspektif Pelanggan (The Customer Perspective) Filosofi manajemen (Value Based Management, 2011), berpendapat belakangan ini telah menunjukan realisasi yang meningkat yang terpenting dari fokus pelanggan dan kepuasan pelanggan di dalam bisnis apapun. Beberapa indikator terpenting yakni, jika pelanggan tidak puas, mereka nantinya akan mencari pemasok lain yang mereka temui untuk memenuhi kebutuhannya. Kinerja yang buruk dari perspektif ini adalah menyebabkan indikator utama terjadi penurunan pada masa depan, meskipun gambaran keuangan saat ini mungkin terlihat baik. Menurut Richard F Gerson (2004, p3), kepuasan pelanggan merupakan persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jadi pelanggan bisa dikatakan puas jika produk yang diberikan perusahaan, baik barang ataupun jasa, memenuhi atau melampaui harapan dari pelanggan.

25 Perspektif Keuangan (The Financial Perspective) Kaplan dan Norton (Value Based Management, 2011), tidak mengabaikan kebutuhan dasar untuk data keuangan (financial). Waktu dan pendanaan yang akurat akan selalu menjadi prioritas yang utama bagi pencapaian target pada perusahaan. Dan manajer akan melakukan apapun yang diperlukan untuk kesuksesan pelaksanaannya. Kenyatannya, sering kali sudah cukup pada penanganannya dan pengolahan dari data keuangan dengan mengimplementasikan database dari perusahaan. Hal tersebut diharapkan bahwa kebanyakan pengolahan bisa menjadi terpusat dan otomatis. Tapi intinya adalah bahwa penekanan pada keuangan saat ini mengarah ke situasi "tidak seimbang" sehubungan dengan perspektif lain. Mungkin perlu menyertakan tambahan keuangan-data yang berhubungan, seperti penilaian risiko dan data biaya benerfit, dalam kategori ini. Pada Perspektif Keuangan ini, pengukuran kinerja keuangan akan menunjukan pakah perancangan strategi memberikan perbaikan yang mendasar pada pencapaian target margin perusahaan. Robert S. Kaplan dan David P. Norton yang di terjemahkan oleh Yuwono (2003, p31) berpendapat bahwa pengukuran kinerja keuangan akan pertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yakni :

26 34 a. Growth Merupakan tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara perkembangannya memiliki potensi pertumbuhan terbaik. b. Sustain Merupakan tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Didalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, dan jika mungkin akan berusaha mengembangkannya. c. Harvest Merupakan tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar menuai hasil dari investasi pada tahap-tahap sebelumnya. 2.2 Core Competency Menurut kamus kompetensi LOMA (1998), definisi dari kompetensi ialah sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Yang termasuk kedalam aspek tersebut yakni sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil dari kompetensi akan mengarahkan tingkah laku. Sedangkan hasil dari pengarahan tingkah laku akan menghasilkan kinerja.

27 35 Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi sebagai : An underlying characteristic of individual that is casually related to criterion refenced effective and / or superior performance in a job or situation. Dari definisi tersebut, makna dari kata underlying characteristic ialah bahwa kompetensi memiliki persyaratan yang dapat digunakan untuk memprediksi penyebab suatu keberhasilan. Sedangkan makna dari kata criterion referenced ialah kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik, yang diukur dari criteria atau standar yang digunakan. Dari beberapa kutipan kalimat diatas, dapat dijabarkan sebagai berikut : - Kompetensi Sebagai Karakteristik Yang Melekat (Underlying Characteristic) Sebagai karakteristik dari individu, kompetensi terlihat pada cara berperilaku di tempat kerja seseorang. Spencer (1993) mengemukakan bahwa kompetensi dapat berdasarkan dari lima jenis sumber kompetensi yang berbeda, yaitu : 1. Motif Motif dalam hal ini merupakan sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau keinginan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan muncul nya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi tindakan yang akan menwujudkan menjadi suatu tujuan, sehingga berbeda dari yang lain.

28 36 2. Karakter dan unsur bawaan Karakter dan unsur bawaan dari dalam diri seseorang dapat mempengaruhi prestasi di tempat kerja. Yang terdapat dalam karakter dan unsur bawaan ini berupa bawaan fisik (seperti postur tubuh, penglihatan yang baik, pendengaran yang baik, dan lain-lain) maupun bawaan sifat yang dimiliki seseorang (seperti kemampuan mengendalikan emosi dalam diri). 3. Konsep diri Konsep diri dari seseorang merupakan cakupan gambaran atas diri sendiri, sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. 4. Pengetahuan Pengetahuan dalam hal ini merupakan informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pada aspek ini dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan tes pengetahuan (knowledge test). Akan tetapi pada tes ini memiliki kelemahan karena hanya mampu mengukur seseorang dalam meimilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak mampu melihat apakah seseorang tersebut dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. 5. Keterampilan Keterampilan merupakan mampu melakukan tindakan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental.

29 37 Dari kelima karakteristik kompetensi diatas, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan cenderung bersifat lebih nyata dan mudah dikembangkan dengan pelatihan. Sedangkan motif, karakteristik atau unsur bawaan dan konsep diri cenderung lebih tersembunyi dan sulit untuk dinilai dan dikembangkan. - Kompetensi Sebagai Hubungan Sebab Akibat Spencer (1993) juga menjelaskan bahwa kompetensi dapat digunakan untuk memprediksi kinerja dengan lebih baik. Hal ini didasarkan pada teori perilaku klasik (kausalitas) yang menjelaskan sebab akibat antara niat, tindakan dan hasil seperti yang didapat pada gambar 2.2 berikut ini: Sumber : (Spencer & Spencer, 1993) Gambar 2.2 Model Kausalitas antara Niat, Tindakan dan Hasil Dari gambar diatas dapat diartikan bahwa tindakan seseorang berasal dari adanya keinginan atau niat untuk berbuat sesuatu yang dipengaruhi oleh motif, karakter atau unsur bawaan dan konsep diri serta pengetahuan dari individu. Jadi niat merupakan aspek yang mendorong seseorang melalukan

30 38 suatu tindakan. Tindakan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau permasalahan yang dihadapi didasari oleh keterampilan yang dimiliki. Perilaku terampil ini pada akhirnya memberikan hasil kerja yang sering kali digunakan sebagai ukuran kinerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Ian S. Hayes (2011) berpendapat bahwa Core Competence adalah kemampuan unik yang memberi beberapa jenis keunggulan kompetitif. Hal ini sesuai dengan proses bisnis, dan melibatkan keterampilan yang mendasari, fungsi, sistem dan pengetahuan. CK Prahalad dan Gary Hamel (1990) mendefinisikan istilah kompetensi inti, atau belajar keterampilan dan koordinasi kolektif belakang lini produk perusahaan. Mereka membuat kasus bahwa kompetensi inti merupakan sumber keunggulan kompetitif dan memungkinkan perusahaan untuk memperkenalkan berbagai produk dan layanan baru. Menurut Prahalad dan Hamel (1990), kompetensi inti mengarah pada pengembangan produk inti. Produk inti tidak langsung dijual ke pengguna akhir, melainkan mereka digunakan untuk membangun sejumlah besar pengguna akhir produk. Hal ini tidak selalu suatu usaha mahal untuk mengembangkan kompetensi inti. Bagian yang hilang dari kompetensi inti sering dapat diperoleh dengan biaya rendah melalui aliansi dan perjanjian lisensi. Dalam banyak kasus desain organisasi yang memfasilitasi pembagian kompetensi

31 39 dapat mengakibatkan pemanfaatan jauh lebih efektif dari mereka yang kompetensi untuk biaya tambahan sedikit atau tidak ada. Hal ini harus merupakan fokus strategi perusahaan. Pada tingkat ini, tujuannya adalah untuk membangun kepemimpinan dunia dalam desain dan pengembangan suatu kelas tertentu fungsionalitas produk. Prahalad dan Hamel (1990) menunjukkan bahwa korporasi harus diatur dalam portofolio kompetensi inti daripada portofolio unit bisnis independen. Manajer unit bisnis cenderung berfokus pada mendapatkan langsung produk akhir ke pasar dengan cepat dan biasanya tidak merasa bertanggung jawab untuk mengembangkan perusahaan di seluruh kompetensi inti. Akibatnya, tanpa insentif dan arah dari manajemen perusahaan untuk melakukan sebaliknya, unit bisnis strategis cenderung underinvest dalam membangun kompetensi inti. Jika unit bisnis tidak berhasil mengembangkan kompetensi inti sendiri dari waktu ke waktu, karena otonomi itu tidak mungkin berbagi dengan unit bisnis lainnya. Sebagai solusi untuk masalah ini, Prahalad dan Hamel (1990) menunjukkan bahwa manajer perusahaan harus memiliki kemampuan untuk mengalokasikan tidak hanya uang tunai, tetapi juga kompetensi inti antara unit-unit bisnis. Bisnis unit yang kehilangan karyawan kunci demi sebuah kompetensi inti perusahaan harus diakui atas kontribusi mereka. Coyne, Hall, and Clifford (1997) mengusulkan bahwa A core competence adalah kombinasi dari keterampilan komplementer dan basis

32 40 pengetahuan yang tertanam dalam sebuah kelompok atau tim yang menghasilkan kemampuan untuk menjalankan satu atau lebih proses yang penting ke standar kelas dunia Model Kompetensi Menurut Spenser & Spenser (1993), terdapat beberapa kelompok kompetensi, yakni yang terdapat didalam tabel berikut ini : Tabel 2.2 Tabel Kompetensi berdasarkan Spencer & Spencer (1993) No 1 2 Kelompok Kompetensi Achievement and Action Helping and Human Service 3 Impact and Influence 4 Managerial 5 Cognitive 6 Personal Effectiveness Kompetensi Achievement Orientation Concern for Order, Quality & Accurancy Initiative Information Seeking Interpersonal Understanding Customer Service Orientation Impact and Influence Organizational Awareness Relationship Building Developing Others Directiveness Teamwork and Cooperation Team Leadership Analytical Thinking Conceptual Thinking Expertise Self Control Self Confidence Flexibility Organizational Commitment

33 Personal Competencies (Unique Competencies) Unusual Personal Competencies Occupational Preference Acurate Self-Assesment Affiliative Interest Writing Skill Visioning Concentrete Style of Learning and Communication Low Fear or Rejection Troughness Positive Expectation of Others Dinamic Structural Visualization Broad-Based Technical Knowledge Berikut ini adalah penjelas mengenai kompetensi yang terdapat didalam tabel di atas, yakni sebagai berikut : 1) Achievement Orientation - Achivement Orientation Achivement Orientation merupakan derajat kepedulian seseorang terhadap pekerjaannya, sehingga terdorong untuk berusaha bekerja baik diatas standar yang telah ditentukan. Dibagi menjadi 3 dimensi, yakni : a. Intensitas dan kelengkapan tindakan b. Besarnya pengaruh dari usaha yang dilakukan c. Inovasi, yaitu usaha untuk membuat sesuatu yang baru, berbeda, baik berupa tindakan maupun ide dalam konteks pekerjaan dan organisasi.

34 42 - Concern for Order, Quality & Accurancy Kompetensi ini berkaitan dengan dorongan dalam diri sendiri untuk mengurangi ketidakpastian di lingkungan sekitarnya, khususnya berkaitan dengan pengaturan kerja, instruksi, informasi dan data. - Initiative Initiative merupakan dorongan bertindak untuk melebihi tindakan yang dibutuhkan atau yang dituntut dari pekerjaan, misalkan melakukan sesuatu dengan ide yang baru tanpa menunggu perintah terlebih dahulu. Tindakan yang dilakukan ini bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan hasil pekerjaan, menghindari timbulnya suatu masalah dan menciptakan peluang baru. Initiative dibagi menjadi 2 dimensi, yaitu : a. Dimensi waktu, berkisar dari keputusan yang diambil untuk waktu lampau, sekarang atau peluang yang akan dating. b. Usaha ekstra (Usaha lebih) yang dilakukan dalam hubungannya dengan tugas dalam suatu pekerjaan. - Information Seeking Information Seeking merupakan usaha tambahan yang dikeluarkan untuk mengumpulkan informasi yang lebih banyak.

35 43 Information Seeking meliputi : a. Menggali atau menekankan pada informasi yang tepat dari ketidakpastian dengan mengajukan serangkaian pertanyaan. b. Meneliti peluang / kesempatan yang potensial atau mengamati informasi yang beraneka ragam yang mungkin berguna dimasa yang akan datang. 2) Helping and Human Service - Interpersonal Understanding Yakni kemampuan untuk memahami dan mendengarkan hal-hal yang tidak diungkapkan dengan perkataan, dan biasanya berupa pemahaman atas perasaan, keinginan atau pemikiran orang lain. Interpersonal Understanding terbagi atas 2 dimensi : a. Kedalaman dalam memahami orang lain, berkisar dari memahami alasan yang terungkapkan atau emosi yang jelas sampai yang tersembunyi, untuk perilaku terus menerus. b. Tanggapan terhadap keluhan, yakni sejumlah usaha yang dikeluarkan untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan terhadap masalah orang lain. - Customer Service Orientation Keinginan untuk menolong atau melayani pelanggan atau orang lain dalam memenuhi keinginannya.

36 44 Dimensi yang ada di kompetensi ini yakni : a. Intensitas dan kelengkapan dari usaha dan perhatian terhadap kebutuhan konsumen. b. Inisatif untuk membantu atau melayani kepentingan konsumen / orang lain. 3) Impact and Influence - Impact and Influence Kompetensi ini merupakan tindakan membujuk, meyakinkan dan mempengaruhi atau tindakan yang mengesankan sehingga orang lain mau mendukung rencana kerjanya. Kompetensi ini memiliki indikator, diantaranya : a. Mengantisipasi dampak dari tindakan atau detail lainnya akan citra orang lain terhadapnya b. Tertarik dengan alasan, data, fakta dan bilangan. c. Menggunakan contoh-contoh yang konkret, bantuan visual, peragaan, dan lain-lain. d. Mendukung terciptanya koalisi politik, membangun dukungan di belakang layar untuk ide-ide baru. e. Dengan sengaja memberikan atau menyembunyikan informasi untuk maksud-maksud tertentu.

37 45 f. Menggunakan kemampuan berkelompok untuk memimpin dan mengatur kelompok. Kompetensi ini tebagi menjadi 2 dimensi, yaitu : a. Jumlah dan tingkat kesulitan tindakan. b. Luasnya pengaruh yang ditimbulkan. - Organizational Awareness Organizational Awareness yaitu kemampuan untuk memahami kekuasaan atau posisi dalam organisasi tempat ia bekerja atau organisasi lain, seperti konsumen, pemasok, dan lain sebagainya. Terbagi terdiri dari 2 dimensi, yaitu : a. Kedalaman dan pemahaman mengenai organisasi b. Luasnya pemahaman organisasi - Relationship Building Relationship Building merupakan besarnya usaha untuk menjalin atau membina hubungan sosial agar tetap terjaga hangat dan akrab. Kompetensi ini terbagi dalam 2 dimensi : a. Intensitas yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain b. Luasnya dampak dalam membangun hubungan.

38 46 4) Managerial - Developing Others Developing Others merupakan tindakan untuk mengajarkan atau mendorong pengembangan orang lain. Terdiri dari dua dimensi, yaitu : a. Intensitas kearah pengembangan dan kelengkapan tindakan pengembangan. b. Jumlah dan level orang yang didorong pengembangannya. - Directiveness Directiveness merupakan kemampuan untuk memerintah dan mengarahkan orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan posisi dan kewenangannya. Kompetensi ini terbagi dalam 2 dimensi : a. Intensitas pengarahan b. Banyaknya dan tingkatan orang yang diarahkan - Teamwork and Cooperation Teamwork dan Cooperation didefiniskan sebagai dorongan dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, menjadi bagian dari suatu kelompok dalam melaksanakan suatu tugas. Kompetensi ini terbagi atas 3 bagian, yaitu : a. Intensitas dan kesungguhan dalam mendukung kerja sama. b. Ukuran tim atau kelompok

39 47 c. Besarnya usaha / inisiatif dalam membina kerja sama. - Team Leader Team Leader merupakan suatu keinginan dan kemampuan untuk berperan sebagai pemimpin kelompok, biasanya ditunjukan dalam posisi otoritas formal. Kompetensi ini terbagi menjadi 2 dimensi, yaitu : a. Kekuatan peran kepemimpinan b. Ukuran tim atau kelompok yang dipimpin. 5) Cognitive - Analytical Thinking Analytical Thinking merupakan kemampuan untuk memahami situasi dengan cara menguraikan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih rinci atau mengamati akibat suatu keadaan tahap demi tahap berdasarkan pengalaman masa lalu. Konsep ini terbagi atas 2 dimensi, yaitu : a. Kompleksitas analisis b. Ukuran permasalahan yang diamati. - Conceptual Thinking Conceptual Thinking merupakan kemampuan memahami suatu situasi atau masalah dengan cara memandangnya sebagai satu kesatuan yang terintegrasi mencakup kemampuan mengidentifikasi pola keterkaitan antara masalah yang tidak

40 48 terlihat dengan jelas, atau kemampuan mengidentifikasikan permasalahan utama yang mendasar dalam situasi yang kompleks. Kompetensi ini terbagi atas 2 dimensi, yaitu : a. Kompleksitas dan keaslian konsep / gagasan. b. Ukuran permasalahan yang dihadapi. - Expertise Expertise merupakan pengetahuan yang terkait dengan perjuangan (dapat berupa teknik, manajerial, dan professional) dan motivasi untuk menggunakan, mengembangkan dan membagikan pengetahuannya yang terkait dengan pekerjaannya kepada orang lain. Expertise terbagi atas 4 dimensi, yaitu : a. Kedalaman pengetahuan b. Lingkup kepakaran c. Penguasaan keilmuan d. Penyebaran pengetahuan / keahlian yang dimiliki. 6) Personal effectiveness - Self Control Self Control merupakan kemampuan mengendalikan emosi diri sehingga mencegah melakukan tindakan-tindakan yang negatif pada saat menghadapi tantangan atau penolakan orang lain pada saat bekerja dibawah tekanan.

41 49 - Self Confidence Self Confidence memiliki makna keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan. Self Confidence terbagi atas 2 dimensi : a. Kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan dan resiko. b. Tanggung jawab yang diambil dalam menghadapi kegagalan. - Flexibility Flexibility merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dan bekerja secara efektif pada berbagai situasi, dengan berbagai rekan atau kelompok yang berbeda, kemampuan untuk memahami dan menghargai perbedaan dan pandangan yang bertentangan atas suatu isu. Flexibility terbagi atas 2 dimensi, yaitu : a. Besarnya perubahan yang dilakukan untuk beradaptasi b. Kecepatan dalam bertindak - Organizational Commitment Otganizational Commitment merupakan kemampuan untuk mengartikan apa yang diperbuat dengan kebutuhan, prioritas, dan tujuan organisasi. Berbuat sesuatu untuk mempromosikan tujuan organisasi atau untuk memenuhi kebutuhan organisasi dan

42 50 menempatkan misi organisasi diatas keinginan sendiri atau peran pekerjaannya. 2.3 Analytic Hierarchy Process Menurut Saaty (1991, piv v), Metode Analytic Hierarchy Process merupakan suatu model yang cara kerjanya menggunakan pikiran yang teratur atau sekelompok pikiran untuk menghadapi kompleksitas yang ditangkapnya. Hal ini merupakan philosophi untuk mengatur kompleksitas tersebut dan membuat pengaturan tersebut untuk membuat suatu keputusan mengenai alternatif terbaik untuk dipilih dari beberapa alternatif yang lainnya. Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika, University of Pitsburgh di Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Menurut Saaty (1991, p 23-25), Metode AHP ini merupakan sebuah model luwes untuk membantu dalam mengambil keputusan. Metode AHP ini juga digunakan untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberikan nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada

43 51 situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993) Kekuatan dalam metode AHP ini terletak pada struktur hierarki nya sendiri yang memungkinkan sesseorang untuk memasukan semua faktor penting, nyata dan mengaturnya dari atas ke bawah, mulai dari yang paling tinggi ke bawah mulai dengan yang paling tinggi hingga ke tingkat yang berisi alternatif, untuk pemilihan alternatif mana yang terbaik. Menurut Samy (1990), metode AHP merupakan suatu alat untuk menentukan tingkat pengaruh suatu elemen terhadap sualu permasalahan melalui skala perbandingan fundamental atas kemampuan individu dalam membuat suatu perbandingan secara berpasangan terhadap beberapa elemen yang dibandingkan. Bourgeois (2005) berpendapat AHP pada umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif yang ada dan alternatif tersebut bersifat kompleks atau multi kriteria. Secara umum, dengan

44 52 menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori, logis, transparan, dan partisipatif. Model AHP hingga kini sudah mulai mengalami berbagai perkembangan dan perbaikan dari aspek yang sudah ditinjau oleh para ahli. Beberapa sifat atau karakter dari model AHP ini adalah : Pembobotan kriteriadilakukan dengan cara membandingkan sepasang kriteria (pairwise) yang diukur pada aspek nya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hubungan yang tegas atau pasti antara dua buah kriteria yang diperbandingkan. Hubungan antara kriteria yang diperbandingkan kemudian diberi nilai bobot. Pemberian nilai bobot antara 1 sampai dengan 9, penilaian tersebut menunjukan nilai satu lebih penting daripada nilai kriteria yang diperbandingkan. Dalam metode AHP, harus memasukan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi yang logis, karena hal tersebut merupakan faktor yang dapat memperngaruhi hasil keputusan. Proses ini berpengaruh pada daya imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hierarki pada suatu masalah dan logika, intuisi, dan pengalaman untuk memberikan suatu pertimbangan. AHP menunjukan bagaimana menghubungkan elemen-elemen dari bagian lain untuk memperoleh hasil dari yang digabungkan. Prosesnya adalah mengidentifikasi suatu masalah kompleks dan mengembangkan pertimbangan

45 53 sehat, AHP harus di coba-coba, di ulang-ulang terus menerus hingga mendapatkan hasil yang terbaik. Suatu hal kita sulit mengharapkan pemecahan yang segera atas persoalan yang rumit telah kita pikirkan begitu lama. Untuk hal itu, AHP cukup luwes untuk memungkan dilakukan nya revisi. Para pengambil keputusan dapat memperbanyak eleme-elemen suatu persoalan hierarki, dan mengubah beberapa pertimbangan yang mereka telah ambil. Mereka dapat pula memeriksa kepekaan hasil terhdap aneka macam perubahan yang dapat diantisipasi. Setiap dilakukan pengulangan pada AHP adlah seperti membuat hipotesis dan mengujinya, penghalusan hipotesis secara berangsur-angsur menambah pemahaman terhadap sistem. Di lihat dari sisi lain dari metode AHP bahwa proses ini memberi suatu kerangka bagi suatu partisipasi kelompok dalam pengambilan keputusan atau pemecahan persoalan. Bisa kita lihat bahwa gagasan dan pertimbangan dapat dipertanyakan dan diperkuat atau diperlemah oleh bukti yang dikeluarkan oleh orang lain. Cara menangani realitas yang tak terstruktur adalah melalui suatu partisipasi, tawar menawar, dan kompromi. Memang, pada dasarnya konseptualisasi setiap persoalan dengan AHP menuntut orang untuk menganggap gagasan, pertimbangan, serta fakta yang diterima oleh orang lain sebagai aspek esensial dari masalah itu. Partisipasi kelompok dpat berkontribusi pada validitas dari hasil keseluruhan, meski mungkin tidak mudah pelaksanaannya kalau sudut pandang yang diambil saling berbeda jauh. Jadi, pada dasar nya orang dapat memasukkan ke dalam proses itu

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seorang pilot pesawat terbang jet modern sedang menerbangkan pesawatnya. Pada saat pesawat dalam keadaan terbang, asisten juniornya menanyakan mengapa hanya

Lebih terperinci

(PSIKOLOGI SDM) MSDM

(PSIKOLOGI SDM) MSDM PSIKOLOGI PERSONEL (PSIKOLOGI SDM) PSIKOLOGI PERSONEL BERBASIS KOMPETENSI PSIKOLOGI PERSONEL PSIKOLOGI ORGANISASI PSIKOLOGI KONSUMEN PSIKOLOGI KEREKAYASAAN PSIKOLOGI SDM BERBASIS KOMPETENSI Serangkaian

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog

Prof. Dr. Irmawati, Psikolog Prof. Dr. Irmawati, Psikolog Underlying characteristics of individual that is causally related to criterion referenced effective and/or superior performance in a job or situation Spencer & Spencer Sifat-sifat

Lebih terperinci

TABEL DIMENSI TINGKAT KOMPETENSI (Sumber : Competence at Work, Spencer & Spencer 1993)

TABEL DIMENSI TINGKAT KOMPETENSI (Sumber : Competence at Work, Spencer & Spencer 1993) TABEL DIMENSI TINGKAT KOMPETENSI (Sumber : Competence at Work, Spencer & Spencer 1993) 1. KOMPETENSI : SEMANGAT UNTUK BERPRESTASI (ACHIEVEMENT ORIENTATION, ACH) : Derajat kepedulian seseorang terhadap

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 7 orang terapis dan 4

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 7 orang terapis dan 4 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 7 orang terapis dan 4 orang staff maka dapat diambil kesimpulan bahwa profil kompetensi yang muncul untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Model Kompetensi pada Guru di SMPN X Bandung. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai model kompetensi pada guru di SMPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian, Manfaat dan Tujuan Balanced Scorecard Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Robert

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:

Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut: Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kegiatan manusia dalam mencapai tujuan organisasi. Mulyadi (1997:419) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan yang terjadi, maka perusahaan mulai mencari

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan yang terjadi, maka perusahaan mulai mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompetisi di era globalisasi mengharuskan manusia untuk memiliki pengetahuan yang luas dan pengalaman yang cukup sebagai modal untuk menjadi manusia yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN 2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di era globalisasi sekarang ini, informasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di era globalisasi sekarang ini, informasi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup di era globalisasi sekarang ini, informasi merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam kesehariannya. Tidak heran apabila begitu banyak media penyedia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Di dalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia menuju era globalisasi memungkinkan kegiatan perekonomian berkembangan sedemikian rupa sehingga melewati batas-batas wilayah dan antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosiologis, teknologi, ekonomi dan

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Balanced Scorecard (BSC) BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. BSC merupakan sebuah Performance Management System yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha i ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai model kompetensi pada sales agent di PT. X Kota Bandung. Variabel penelitian ini adalah model kompetensi dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Hansen dan Mowen (2006:6), Tingkat konsitensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk. Kinerja merupakan penentuan

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi  Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model kompetensi dari dosen Fakultas Ekonomi Universitas X Bandung. Fakultas Ekonomi ini mengalami kesulitan dalam menggambarkan kompetensi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh model kompetensi final dari CSO terkait dengan peran CSO yang masih menampilkan kerja belum optimal sesuai dengan tujuan perusahaan. Belum adanya kejelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam beberapa dasarwasa ini telah terjadi perubahan yang cepat dan terus menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari era

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat perkembangan yang saat ini terjadi dimana era globalisasi telah menyebabkan iklim kompetisi antar perusahaan semakin tajam dan ketat, juga ditambah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hanya memperhatikan prestasi dan sikap karyawan, tetapi juga BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins dalam buku Teori Organisasi, teori organisasi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan

Lebih terperinci

KUESIONER MODEL KOMPETENSI PADA PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM

KUESIONER MODEL KOMPETENSI PADA PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RAHASIA KUESIONER MODEL KOMPETENSI PADA PERAWAT PELAKSANA RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM Dalam kuesioner ini disajikan pernyataan yang menggambarkan berbagai kegiatan dalam pekerjaan sebagai perawat pelaksana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kompleksitas dunia bisnis yang ada sekarang baik dalam produk/jasa yang dihasilkan, proses dalam menghasilkan produk/jasa tersebut, sistem jual-beli yang ada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja merupakan suatu usaha memetakan strategi ke dalam tindakan untuk pencapaian suatu target tertentu. Sehingga pengukuran kinerja merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS Kuesioner ini dibuat untuk mengevaluasi nilai dan Risiko dalam investasi teknologi informasi (TI) yang diterapkan di PT TELKOM. Petunjuk:

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Terapi untuk anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu kebutuhan

BAB I. PENDAHULUAN. Terapi untuk anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu kebutuhan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Terapi untuk anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi, dengan diberikannya terapi sedari dini dapat membantu anak menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sehingga menimbulkan hasil yang sesuai dengan proses yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajaran

Lebih terperinci

MEMBANGUN KINERJA PEGAWAI

MEMBANGUN KINERJA PEGAWAI MEMBANGUN KINERJA PEGAWAI Dwi Heri Sudaryanto, S.Kom. *) ABSTRAK Kinerja yang terpelihara dan berkembang meningkat akan berdampak positif bagi organisasi atau unit kerja yang bersangkutan. Bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja adalah cara perseorangan atau kelompok dari suatu organisasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Menurut Robbins dalam Rai (2008:40), kinerja merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama.

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Pada penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang terkait dengan pembahasan sehingga dapat dijadikan sebagai suatu perbandingan. Pertama, berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK

ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK ANALISA KINERJA PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE BALANCE SCORECARD ( Study Kasus di PABRIK GULA X ) ABSTRAK Widhy Wahyuni Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya ( ITATS ) Jl. Arief Rahman Hakim 100, Surabaya

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh ahli Amerika Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Performance Management Taryana Suryana. M.Kom taryana@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Scorecard, Merupakan sebuah metrik kinerja yang digunakan dalam manajemen strategis untuk

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya faktor ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, teknologi, dan lain-lain. Dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/Menkes/SK/X/2002 mengenai Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS

Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS Majalah Ilmiah Unikom, Vol.6, hlm. 51-59 BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA Bidang Teknik BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA DAN ALAT PENGENDALI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIS ISNIAR BUDIARTI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja. dihasilkan oleh suatu perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Kinerja dan Pengukuran Kinerja Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dari pelaksanaan suatu program/kegiatan/kebijakan dalam

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN

INDEPT, Vol. 1, No. 1, Februari 2011 ISSN STUDI STRATEGI MELALUI PENDEKATAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE BALANCED SCORECARD Heni Puspita, ST., MT Ketua Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak dan secara psikologis membantu proses penyembuhan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas layanan gizi akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien yang pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan pasien dalam memilih pelayanan rumah sakit. Hal ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan abad

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan abad Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis telah mengalami pergeseran yang sangat ekstrim. Persaingan abad industri telah bergeser menjadi persaingan abad informasi.

Lebih terperinci

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA) 1 st Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART 2006 Yogyakarta, 27 April 2006 Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Erlinda Muslim 1 dan Setio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1. Kualitas Layanan Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna. Beberapa definisi yang kerap kali dijumpai antara lain : kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Kinerja Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi organisasi bisnis. Didalam sistem pengendalian manajemen pada suatu organisasi bisnis, pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghipun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana terbsebut kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dalam skala internasional, sehingga memudahkan barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dalam skala internasional, sehingga memudahkan barang-barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi sudah diterapkan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Era globalisasi ini membuka peluang bagi berbagi negara untuk melakukan perdagangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, karena pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan. Di Indonesia, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan atau organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Suatu perusahaan atau organisasi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan usaha dan kondisi sosial masyarakat agar dapat berkompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Di masa sekarang dan di masa depan, perusahaan-perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang kompleks. Kompleksitas bisnis tersebut terjadi dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi

Lebih terperinci

Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE

Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE 1 Kompetensi Sumber Daya Manusia Oleh: Indra Mulya, MSE K ita tentunya sering mendengar pernyataan bahwa Sumber Daya Manusia adalah aset terpenting di dalam perusahaan. Namun demikian pada pelaksanaannya

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD

PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN HUMAN RESOURCE PT EXTRUPACK DENGAN METODE HUMAN RESOURCE SCORECARD Didien Suhardini dan Citra Kurniawan Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek keuangannya saja. Masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kebutuhan akan sistem manajemen strategis yang komprehensif dan integratif di BUMIDA untuk mengatasi kelemahan financial control system yang selama ini digunakan,

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id POKOK BAHASAN : PERANAN STRATEGIS SDM DAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PERENCANAAN STRATEGI SDM SDM adalah faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang. Semakin sedikit perencanaan semakin sedikit kemungkinan untuk jaya. Jadi, bagaimana dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini, untuk menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, kinerja merupakan faktor penting yang harus selalu diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan David P. Norton pada tahun 1990, namun sistem penilaian kinerja ini mulai

BAB II LANDASAN TEORI. dan David P. Norton pada tahun 1990, namun sistem penilaian kinerja ini mulai BAB II LANDASAN TEORI A. Balanced Scorecard Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1990, namun sistem penilaian kinerja ini mulai popular pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan atau entitas didirikan dengan suatu tujuan tertentu. Tujuan ini menentukan ke arah mana suatu perusahaan atau entitas ini beroperasi. Namun secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan akan mampu bersaing dan berkembang dengan baik. perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi pada periode yang lalu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif, manajemen perusahaan yang baik merupakan faktor yang penting yang harus diperhartikan oleh perusahaan. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan, perubahan dan ketidakpastian akan semakin mewarnai kehidupan lingkungan bisnis. Persaingan bisnis semakin tajam dan beragam. Pada dunia era informasi,

Lebih terperinci

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC TESIS MM PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAERAH KOTA BLITAR DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) JAMHARI KASA TARUNA NRP 9106 201 307 DOSEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengukuran kinerja merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk dapat mengevaluasi kinerjanya sebagai bagian dari aktifitas perencanaan dan pengendalian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALTERNATIF ALAT UKUR KINERJA BKK KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA

PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALTERNATIF ALAT UKUR KINERJA BKK KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA PENGGUNAAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALTERNATIF ALAT UKUR KINERJA BKK KECAMATAN PASAR KLIWON SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci