BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saran kesehatan, tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003). Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna,untuk menjalankan tugas, rumah sakit mempunyai fungsi (DepkesRI, 2009) : 1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. 2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. 3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik. Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik pemerintah baik Pusat, Daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara (MenKes, 1992). Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten Banyumas. 3

2 4 B. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Rumah Sakit dapat didefinisikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup perencanaan; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis, mencakup pelayanan langsung pada penderita dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2003). 1. Tugas dan Tanggung Jawab IFRS Tugas utama IFRS adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit baik untuk penderita rawat tinggal, rawat jalan maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar, 2003). Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat, untuk memenuhi kebutuhan berbagai unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan penderita yang baik (Siregar, 2003). 2. Lingkup Fungsi IFRS Instalasi Farmasi Rumah sakit mempunyai berbagai fungsi, yang dapat digolongkan menjadi sebagai berikut (Siregar, 2003) : a) Lingkup fungsi farmasi nonklinik meliputi perencanaan, penetapan spesifikasi produk dan pemasok, pengadaaan, pembelian, produksi, penyimpanan, pengemasan dan pengemasan kembali, distribusi, dan

3 5 pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan. b) Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup fungsi farmasi yang dilakukan dalam program rumah sakit, yaitu : pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), penanganan bahan sitotoksik, pelayanan di unit perawatan kritis, pemeliharaan formularium, penelitian, pengendalian infeksi di rumah sakit, sentra informasi, buletin terapi obat, program edukasi bagi apoteker, dokter, dan perawat, investigasi obat dan unit gawat darurat. 3. IFRS Sebagai Unit Pelayanan Instalasi farmasi merupakan suatu organisasi pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan produk bersifat nyata (tangible) dan pelayanan farmasi klinik bersifat tidak nyata (intangible) bagi konsumen. Dalam proses pelayanan tersebut farmasi klinik memiliki komponen dasar utama yaitu komunikasi-konseling-konsultasi. Oleh karena itu, pelayanan farmasi klinik mensyaratkan adanya kegiatan komunnikasi antara apoteker dan penderita, perawat dan profesional kesehatan, konseling obat kepada penderita, dan konsultasi mengenai obat oleh apoteker untuk profesional kesehatan lain (Siregar, 2003). 4. Tugas dan Fungsi Pokok Pelayanan kefarmasian Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 menjelaskan tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Depkes, 2006). a. Tugas pokok pelayanan kefarmasia, diantaranya yaitu : 1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal;

4 6 2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi; 3) Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE); 4) Memberikan pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi; 5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku; 6) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi; 7) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi; 8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit; b. Fungsi pokok pelayanan kefarmasian, diantaranya yaitu: 1) Fungsi pengolahan perbekalan farmasi, meliputi: a) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit; b) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal; c) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku; d) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit; e) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian; f) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit; 2) Fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan, meliputi: a) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien;

5 7 b) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan; c) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan; d) Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan; e) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga; f) Memberikan konseling kepada pasien atau keluarga; g) Melakukan pencampuran obat suntik; h) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral; i) Melakukan penanganan obat kanker; j) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah; k) Melakukan pencatatan setiap kegiatan; l) Melaporkan setiap kegiatan; C. Peran Apoteker di farmasi rumah sakit Farmasi rumah sakit merupakan departemen atau service di dalam rumah sakit yang dipimpin oleh Apoteker. Rantai hubungan tugas Apoteker di rumah sakit adalah Dokter-Apoteker-Perawat-Pasien. Adapun tanggung jawab Apoteker rumah sakit adalah (Anief, 2008) : 1. Mengawasi pembuatan obat-obat yang digunakan di rumah sakit. 2. Menyediakan dan mengawasi akan kebutuhan obat dan suplai obat ke bagian-bagian. 3. Menyelenggarakan sistem pencatatan dan pembukuan yang baik. 4. Merencanakan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah sakit. 5. Memberikan informasi mengenai obat (konsultan obat) kepada Dokter dan Perawat. 6. Merawat fasilitas apotek rumah sakit. 7. Ikut memberikan program pendidikan dan training kepada Perawat.

6 8 8. Melaksanakan keputusan komisi farmasi dan terapi. D. Kepuasan Pelanggan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi (Kotler, 1997). Pelanggan adalah orang yang menyampaikan keinginannya kepada perusahaan.tugas perusahaan adalah menanganinya supaya mendatangkan keuntungan. Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang mengakui pentingnya memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang ada. Para pelanggan yang puas biasanya akan terkait dengan bertahannya pelanggan (Kotler, 1997). Kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek yang sama. Kepuasan merupakan pengalaman yang akan mengendap di dalam ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan pembeli ulang produk yang sama (Rangkuti, 2011). Ada lima faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan konsumen atau pasien, yaitu (Anief, 2008) : a. Kualitas produk farmasi, yaitu kemampuan menyembuhkan penyakit. Hal ini menyangkut ketersediaan farmasi dan ketersediaan hayati, sehingga tercapai tujuan efek terapi. Persepsi konsumen atau pasien terhadap produk farnasi dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan sesungguhnya kualitas produk dan komunikasi. b. Kualitas pelayanan terhadap pasien. Pasien akan merasa puas bila mereka mendapat pelayanan yang baik, ramah, sesuai dengan yang diharapkan. c. Merupakan komponen emosional, yaitu pengaruh atau pertimbangan yang bersifat emosional seperti : karena sugesti, angan-angan, gambaran yang indah, perasaan bangga, agar kelihatan lain dari yang lain. Kepuasan tersebut membuat konsumen merasa puas terhadap produk farmasi tersebut.

7 9 d. Harga. Meskipun produk farmasi yang dipilih mempunyai kemajuan khasiat yang sama dengan produk farmasi yang lain tetapi harganya relative lebih murah. Hal tersebut juga merupakan faktor penting untuk menentukan tingkat kepuasan. e. Faktor biaya untuk memperoleh produk farmasi tersebut. Konsumen tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan juga tidak perlu membuang waktu untuk memperoleh obat tersebut. Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut (Kotler, 1997) : a. Keandalan (reabilitas) adalah kemampuan untuk melakukan pelayanan yang dijanjikan akurat dan terpercaya. b. Keresponsifan (responsiveness) adalah kesediaan untuk membentu konsumen dan menyediakan layanan yang disajikan. c. Keyakinan (assurance) adalah pengetahuan dan perilaku karyawan serta kemampuan untuk menginspirasikan kepercataan dan keyakinan. d. Empati (emphaty) adalah syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. e. Berwujud (tangibles) adalah fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari personil. Kepuasan konsumen dapat diukur dengan menggunakan beberapa skala pengukuran, yaitu: (1) Skala Likert, (2) Skala Guttman, (3) Skala Simantic Defferensial, dan (4) Skala Thurstone (Riduwan, 2009). a. Skala Likert Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dan persepsi seseorang terhadap sesuatu. Kepuasan yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi item pertanyaan yang dapat diukur. Skala Likert digunakan untuk jawaban dengan yang memiliki jarak (interval) : 1,2,3,4,5 yaitu dari tidak puas, kurang puas, cukup puas, puas dan sangat puas (Riduwan, 2009).

8 10 b. Skala Guttman Skala Guttman merupakan skala kumulatif dan merupakan skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Pada skala Guttman digunakan dua interval jawaban yaitu benar dan salah. c. Skala Differensial Semantic Skala Differensial Semantic atau skala perbedaan semantrik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub) yang berlawanan. Pada skala Differensial Semantic digunakan jawaban seperti panas-dingin, cerdasbodoh, buruk-baik. d. Skala Thurstone Skala Thurstone meminta responden untuk memilih pernyataan yang ia setujui dari beberapa pernyataan yang menyajikan pandangan-pandangan yang berbeda. Pada umumnya setiap item mempunyai nilai antar 1 sampai dengan 10, tetapi nilai tersebut tidak diketahui oleh responden ( Riduwan, 2009). E. Metode Analisis SWOT Analisi SWOT adalah indentifikasi barbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan. Dengan demikian perencana strategi (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi (Rangkuti, 2006).

9 11 BERBAGAI PELUANG III. Mendukung strategi turn around I. Mendukung strategi agresif KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL IV. Mendukung strategi defentif II. Mendukung strategi diversifikasi BERBAGAI ANCAMAN Gambar 1. Analisis SWOT (Rangkuti, 2006) SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan Eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses). Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grow oriented strategy). Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi divertifikasi. Kuadran 3 : Perusahaan mengahadapi peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kondisi pada kuadran 3 ini mirip dengan Question

10 12 Kuadran 4 Mark pada BCG matrik. Fokus strategi ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang yang lebih baik. : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. F. Kerangka Konsep Analisis Faktor Internal Eksternal Wawancara dengan Kepala IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ dan petugas IFRJ Kepuasan kerja karyawan di IFRJ Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ Pengamatan terhadap lingkungan luar IFRJ Analisis SWOT Alternatif Strategi Gambar 2 : Kerangka Konsep

11 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan an Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif observasional dengan rancangan penelitian yang besifat cross sectional (Notoatmodjo, 2010), dan dilengkapi dengan pendekatan penelitian mixed methode antara metode kualitatif yang digunakan untuk perumusan strategi dalam analisis SWOT serta kuantitatif digunakan dalam analisis kepuasan (Sugiyono, 2010). B. Waktu dan Tempat an dilaksanakan pada bulan Mei Juli 2013 dengan mengambil lokasi penelitian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. C. Definisi Variabel Operasional 1. Apoteker yaitu apoteker yang menjabat sebagai kepala IFRS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dan bersedia menjadi responden. 2. IFRJ yaitu bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan, pendistribusian perbakalan farmasi di rumah sakit. 3. Pelayanan kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berhubungan dengan sediaan farmasi, yang diberikan oleh tenaga farmasi di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 4. Kepuasan pasien yaitu keinginan pasien yang terpenuhi atas pelayanan jasa suatu instansi kesehatan yang dinilai dalam beberapa dimensi, diantaranya yaitu : a. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan suatu pelayanan pada masyarakat sesuai dengan yang diharapkan. 13

12 14 b. Keresponsifan (responsiveness) yaitu kemampuan IFRJ untuk membantu pasien dalam memberikan pelayanan yang disediakan. c. Keyakinan (assurance) yaitu kemampuan suatu IFRJ dalam memberikan kepercayaan dan keyakinan akan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada masyarakat. d. Empati (empathy) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan perhatian dan kepedulian kepada pasien. e. Berwujud (tangibles) yaitu kemampuan IFRJ dalam memberikan fasilitas fisik, peralatan dan penampilan dari tenaga kesehatan yang berada pada IFRJ. 5. Strategi yaitu suatu cara yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRS Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. a. Strategi SO yaitu suatu strategi yang diperoleh dari kekuatan yang ada dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya yang ada dalam IFRJ. b. Strategi ST yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman dari lingkungan luar IFRJ. c. Strategi WO yaitu strategi yang diperoleh dengan memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan kelemahan yang ada dalam lingkungan luar IFRJ. d. Strategi WT yaitu strategi yang diperoleh dengan meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada dalam lingkungan luar IFRJ. D. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil wawancara dengan Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas IFRJ. Serta didukung dengan hasil kuesioner tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diterima dan tingkat kepuasan kerja karyawan di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Kuesioner yang

13 15 digunakan dalam analisis kepuasan pasien diadaptasi dari penelitian yang dilakukan Manurung (2010), Harijono (2011) dan Azkha (2006). Sedangkan untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan diadaptasi dari penelitian yang dilakukan oleh Sahyuni (2009). 2. Alat Alat perekam suara berupa tipe recorder untuk merekam hasil wawancara dengan pihak Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ dan petugas IFRJ di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo dan kamera untuk mendokumentasikan gambar pada saat pelaksanaan wawancara dan pengambilan data di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. E. Cara an 1. Menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Alat yang digunakan untuk menentukan perumusan menggunakan analisia SWOT. Data yang digunakan dalam analisis SWOT dibagi menjadi dua yaitu data ekternal dan data internal. Setelah diperoleh datadata tersebut dimasukan ke dalam tabel Eksternal Factor Analysis SWOT (EFAS) dan Internal Factor Analysis SWOT (IFAS). Kemudian faktorfaktor yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, digunakan dalam matriks SWOT. Tabel 1. EFAS Faktor-faktor strategi Peluang Ancaman Total Bobot Rating Bobot X Rating Komentar (Rangkuti, 2006)

14 16 Tabel 2. IFAS Faktor-faktor Strategi Kekuatan Kelemahan Bobot Rating Bobot X Rating Komentar Total Tabel 3. Matriks SWOT IFAS EFAS OPPORTUNIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman STRENGTH (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman (Rangkuti, 2006) WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan-kelemahan dan menghindari ancaman (Rangkuti, 2006) 2. Kepuasan pasien a. Populasi dan Sampel Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh pupulasi ini disebut sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu pasien yang berobat ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, sedangkan sampel yang digunakan untuk menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yaitu pasien rawat jalan yang mendapatkan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Margono Soekarjo Purwokerto.

15 17 b. Cara pengambilan sampel Sampel yang digunakan dalam menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo yaitu pasien atau keluarga pasien yang sedang menebus obat di IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo yang memiliki beberapa kriterian inklusi sebagai berikut: 1) Kriteria inklusi a) Pasien yang datang untuk menebus obat ke IFRJ > 1 kali b) Pasien dengan usia tahun c) Keluarga pasien atau pengantarnya yang sedang menebus obat di IFRJ obat > 1 kali d) Pasien, keluarga pasien maupun pengantarnya yang dapat memebaca dan menulis e) Pasien yang bersedia menjadi responden 2) Kriteria eklusi a) Pasien yang belum pernah menebus obat di IFRJ Untuk memperolah jumlah sampel yang diinginkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Dahlan, 2006). Keterangan : N : Jumlah sampel P : Proporsi kategori Zα : Derivate baku alpha Q : 1-P D : Presisi Sampel yang diambil untuk menjadi responden dalam mengukur kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di

16 18 Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yaitu : Zα : 1,96 P : 50% = 0,5 (Manurung, 2010) Q : 50% = 0,5 d : 10% = 0,1 Sehingga jumlah responden yang diambil yaitu : Teknik pengambilan sampel untuk menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan menggunakan teknik purposive sampling, ini merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan peneliti (Arikunto, 2010). Pengambilan sampel tingkat kepuasan instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. c. Pengumpulan data Data penentuan strategi peningkatan pelayanan kefarmasian di IFRJ Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. Margono Soekarjo di peroleh dari hasil wawancara dengan kepala IFRS, kepala sub IFRS, pegawai Instalasi rawat jalan, kepala instalasi rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pengumpulan data kuisioner dilakukan dengan meminta konsumen pengunjung instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto untuk mengisi kuisioner yang peneliti ajukan.

17 19 F. Analisis Hasil 1. Analisis SWOT Data yang di dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data lingkungan eksternal dan data lingkungan internal. a. Data Eksternal Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Diantaranya: 1) Analisis pasien 2) Analisis pesaing Kemudian data-data yang telah diperoleh disusun untuk merumuskan faktor-faktor eksternal tersebut dalam kerangka opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006): a. Memberikan bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, KAa IRJ, Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing faktor dalam kolom 2 mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. b. Memberikan rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo. Pemberian rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya ( ancaman sangat besar rating 1, ancaman sedikit rating 4). c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

18 20 d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentudipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. e. Menjumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi instalasi farmasi rumah sakit yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternal. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo ini dengan instalasi farmasi rumah sakit lainnya dalam dalam kelompok yang sama. b. Data Internal Data internal merupakan data yang diperoleh dari dalam lingkungan dalam Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjdo Purwokerto. Kemudian data tersebut disusun untuk merumuskan faktor-faktor internal tersebut dalam kerangka Strength (kekuatan) dan Weakness (kelemahan). Tahap-tahapnya adalah (Rangkuti, 2006) : a. Memberi bobot yang dilakukan oleh Ka IFRS, Ka Sub IFRJ, Ka IRJ, Apoteker IRFJ dan Asisten Apoteker IFRJR pada masing-masing faktor dalam kolom 2 dengan skala mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). b. Memberi rating (dalam kolom 3) yang dilakukan oleh kepala IFRS untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pemberian rating untuk faktor kekuatan bersifat positif (kekuatan yang semakin besar diberi rating 4, tetapi jika peluangnya

19 21 kecil, diberi rating 1). Pemberian nilai rating kelemahan adalah kebalikannya (kelemahan sangat besar rating 1, kelemahan sedikit rating 4). c. Melakukan perkalian bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). d. Menggunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. e. Menjumlah skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukan bagaimana instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternal. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan instalasi farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo ini dengan instalasi farmasi rawat jalan rumah sakit lainnya dalam dalam kelompok rumah sakit yang sama. c. Penentuan Strategi Setelah diperoleh faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, faktor-faktor tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabel matriks SWOT, agar dapat diputuskan startegi apa saja yang digunakan oleh IFRJ RSUD Prof. Margono Soekarjo Purwokerto untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian. Macam-macam strategi yang diperoleh dari matriks SWOT yaitu (Rangkuti, 2006): a. Strategi SO Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

20 22 b. Strategi ST Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki IFRJ untuk mengatasi ancaman. c. Strategi WO Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ. d. Strategi WT Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada di IFRJ serta menghindari ancaman. 2. Analisis Kuesioner a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menujukan tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2009). Untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid digunakan analisis correlation product moment menggunakan software pengolah data dengan rumus (Arikunto, 2009): Keterangan r : Koefisien korelasi X : Skor pernyataan (butir) Y : Skor total (faktor) N : Jumlah responden Pengujian validitas item dengan korelasi person yaitu dengan cara mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian signifikansi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat

21 23 signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika nilai r positif dan r hitung > r tabel maka item dapat dinyatakan valid. Jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid (Priyatno, 2012). Sehingga pertanyaan tersebut harus diganti atau direvisi atau di drop (dihilangkan) (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki karakteristik responden dan tempat yang sama dengan tempat penelitian, dilakukan di IFRSUD Cilacap dengan jumlah 30 responden untuk kuesioner kepuasan pasien, sedangkan 20 responden untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan. b. Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kehandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2009). Untuk mengetahui apakah data dapat dipercaya atau tidak, menggunakan analisis Alpha-Cronbach menggunakan software pengolahan data dengan rumus (Arikunto, 2009) : Keterangan r11 : Reliabilitas instrument k : Banyaknya butir pertanyaan soal σb² : Jumlah varians butir σt² : Varians total untuk menentukan suatu instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai Alpha-Cronbach 0,6. Menurut Sekaran dalam Priyatno (2012), reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik. Untuk pertanyaan yang tidak valid dalam suatu kuesioner, maka dalam uji reliabilitas pertanyaan tersebut dikeluarkan (exclude) (Priyatno, 2012). Uji reliabilitas dilakukan ditempat berbeda yang memiliki karakteristik responden dan tempat yang sama dengan tempat penelitian, dilakukan di IFRSUD Cilacap dengan

22 24 jumlah 30 responden untuk kuesioner kepuasan pasien, sedangkankan 20 responden untuk kuesioner kepuasan kerja karyawan. c. Customer Satisfaction Index (CSI) Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Indeks Satisfaction) dari tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat kinerja (Performance). Metode pengukuran CSI ini, meliputi tahap-tahap sebagai berikut (Starford dalam Rahmani, 2009) : a. Menentikan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS), nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan tiap responden (Starford dalam Rahmani 2009) : Dimana : n : jumlah responden Yi : nilai kepentingan atribut ke-i Xi : nilai kinerja atribut ke-i b. Menghitung Weighting Factor (WF), bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut (Starford dalam Rahmani 2009). Dimana : P : jumlah atribut kepentingan i : atribut ke-i c. Menghitung Weighting Score (WS), yaitu bobot ini merupakan perkalian antara Weigh Factor (WF) dengan rata-rata tingkat kepuasan (MSS) (Starford dalam Rahmani 2009). WSi = WFi MSSi Dimana : i : atribut ke-i

23 25 d. Menghitung Customer Satisfaction Index (CSI), yaitu jumlah WS dibagi dengan skala maksimal yang digunakan, kemudian dikali 100% (Starford dalam Rahmani 2009). Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan palanggan, dengan kriteria berikut (Starford dalam Rahmani 2009) : Table 4. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index Nilai CSI Kriteria CSI 0,00-0,34 Tidak Puas 0,35-0,50 Kurang Cukup Puas 0,51-0,65 Cukup Puas 0,66-0,80 Puas 0,81-1,00 Sangat Puas (Starford dalam Rahmani, 2009)

24 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validasi Instrumen 1. Kepuasan pasien Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid atau tidak. Uji validitas ini dengan menggunakan analisis correlation product moment menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir (item) yaitu dengan mengkorelasikan skor item dengan skor konstruk (construct) dan total skor seluruh item. Butir-butir pertanyaan pada kuesioner dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel. Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 30 responden yaitu 0,361 dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010). Uji validitas ini dilakukan di IFRS Cilacap pada tanggal April Tabel 5. Hasil Uji Validitas kuesioner kepuasan pasien No. Pertan yaan Tangi ble Ket. Relia bility Ket. Dimensi Respon sivenes Ket s Assur ance Ket Empha ty Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber: hasil olah data primer Dalam tabel di atas didapatkan bahwa semua item butir pertanyaan dalam kuesioner adalah valid. Nilai pearson colleration dari masing-masing ítem butir pertanyaan > 0, Ket

25 27 Uji reliabilitas menggunakan analisis Alpha-Cronbach menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo,2005). Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data dari tiap butir pertanyaan yang diajukan dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013). Tabel 6. Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan pasien Dimensi Cronbach α Keterangan Tangible Reliabel Reliability Reliabel Responsiveness Reliabel Assurance Reliabel Emphaty Reliabel Sumber: hasil olah data primer Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa semua dimensi pertanyaan dalam kuesioner adalah reliabel. Nilai Alhpa Cronbach > 0,6, dimana untuk dimensi tangible 0,931, dimensi reliability 0.927; dimensi responsiveness 0,920; dimensi assurance 0,950 dan dimensi emphaty 0, kepuasan kerja karyawan Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dipakai valid atau tidak, menggunakan analisis correlation product moment menggunakan software analisis statistik (Notoatmodjo, 2010). Tabel 7. Uji validitas dan Reliabilitas kuesioner karyawan Dimensi No. Resp Tangib Relia Assura Emp perta Ket Ket onsiv Ket Ket le bility nce haty nyaan eness Ket Valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid Valid valid valid valid Valid Valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid Valid valid valid valid Sumber: hasil olah data primer Dalam tabel diatas didapatkan bahwa semua item butir pertanyaan dalam kuesioner adalah valid. Nilai pada bagian pearson corellation

26 28 masing-masing indikator mempunyai koefisien korelasi > 0,44. Berdasarkan data statistik nilai r tabel untuk 20 responden yaitu 0,44 dengan taraf kepercayaan 95% (Sugiyono, 2010). Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari tiap butir pertanyaan itu dapat dipercaya atau tidak. Dikatakan reliabel apabila nilai Alpha Cronbach > 0,6 (Sunyoto, 2013). Tabel 8. Hasil Uji Reliabilitas kuesioner kepuasan kerja karyawan Dimensi Cronbach α Keterangan Tangibel Reliabel Rekiability Reliabel Responsiveness Reliabel Assurance Reliabel Emphaty Reliabel Sumber: hasil olah data primer Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa semua dimensi pertanyaan dalam kuesioner adalah reliabel. Nilai Alhpa Cronbach dari tiap dimensi > 0,6 yaitu dimensi tangible 0,863; dimensi reliability 0,874; dimensi responsiveness 0,787; dimensi assurance 0,939; dan dimensi emphaty 0,900. Uji validasi kuesioner terhadap karyawan ini dilakukan pada tanggl 26 Juni B. Hasil Pengukuran Kepuasan Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu pelayanan atau jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan atau instansi kepada pelanggan dari tingkat kepentingan (Importance) dan tingkat kinerja (Performance). Dalam penelitian ini, tingkat kepuasan pasien dan karyawan dianalisis berdasarakan tiap dimensi.

27 29 1. Tingkat kepuasan pasien Tabel 9. Kriteria Nilai CSI kepuasan pasien Nilai CSI Kriteria CSI Tangible Reliability Responsiveness Assurance Emphaty Puas Puas Puas Puas Puas Sumber: hasil olah data sekunder Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa pasien merasa puas dengan palayanan kefarmasian yang diberikan oleh instalasi farmasi rawat jalan RSMS. Adapun nilai CSI pada dimensi tertinggi hingga terendah secara berturut-turut yaitu : dimensi emphaty 0,7743; dimensi assurance 0,7718; dimensi responsiveness , dimensi reliability dan dimensi tangible 0, Tingkat kepuasan kerja karyawan Tabel 10. Kriteria Nilai CSI kepuasan kerja karyawan Nilai CSI Kriteria CSI Tangible Reliability Responsiveness Assurance Emphaty Puas Puas Sangat puas Sangat puas Puas Sumber: hasil olah data sekunder Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa karyawan instalasi farmasi rawat jalan RSMS merasa puas terhadap pekerjaan yang diberikan, pada dimensi tangible, reliability dan empathy dengan nilai CSI pada dimensi emphaty 0,7815; dimensi reliability 0,7646; dimensi tangible 0,7491 dan merasa sangat puas terhadap pekerjaan yang diberikan, pada dimensi assurance 0,8220; responsiveness 0,8169. C. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal 1. Lingkungan eksternal Data eksternal diperoleh dari lingkungan luar instalasi farmasi rawat jalan RSMS, yang merupakan data eksternal berupa peluang dan ancaman. Faktor-faktor ini merupakan hasil interpretasi wawancara

28 30 dengan kepala IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ dan petugas IRJ serta hasil pengataman peneliti di IFRJ. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni Selain itu juga faktor eksternal ini diperoleh dari hasil kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan oleh IFRJ RSMS. a. Peluang 1) RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di provinsi Jawa- Tengah bagian Barat-Selatan. 2) Terdapat banyak dokter spesialis 3) Memiliki alat-alat kedokteran diagnostik yang modern 4) Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ 5) Adanya hubungan kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan b. Ancaman 1) Adanya rumah sakit lain disekitar IFRJ 2) Adanya apotek di sekitar IFRJ 3) Antrian pasien yang panjang Setelah diperoleh data tersebut kemudian dibuat tabel EFAS (Eksternal Factor Analysis SWOT). Tabel dibawah ini merupakan tabel penilaian bobot dan rating dari masing-masing faktor peluang dan ancaman (Rangkuti, 2006). Pembobotan ini diperoleh dari 5 responden yang terdiri dari kepala IFRS, Ka sub IFRS, Ka IRJ, Apoteker dan Asisten Apoteker di IFRJ, untuk rating diproleh dari hasil diskusi dengan kepala IFRS.

29 31 Tabel 11. Eksternal Strategic Factor Analysis Summary Faktor-faktor Eksternal Bobot Rating Skor Komentar Peluang 1. SMS salah satu rumah sakit rujukan di provinsi Jawa- Tengah 2. Memiliki banyak dokter spesialis 3. Memiliki alat-alat kedokteran diagnostik yang modern 4. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ 5. Hubungan kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan Ancaman 1. Adanya rumah sakit lain di sekitar IFRJ 0, ,731 RSMS rumah sakit milik pemerintah 0, ,500 Menarik masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan 0, ,404 Menarik masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan 0, ,404 Meningkatkan reputasi IFRJ 0, ,461 Menarik masyarakat untuk menggunakan jasa pelayanan 0, ,260 Pasien akan keluar untuk berobat ke RS 2. Adanya apotek di sekitar IFRJ 0, ,115 Pasien akan keluar untuk menebus obat 3. Antrian pasien yang panjang 0, ,067 Pasien akan keluar dari IFRJ untuk menebus obat Total Skor 1 2,06 Sumber : hasil olah data primer 2. Lingkungan Internal Data-data lingkungan internal diperoleh dari dalam IFRJ, yang merupakan data internal yaitu: kekuatan dan kelemahan. Faktor-faktor ini merupakan hasil interpretasi wawancara dengan Ka. IFRS, Ka. Sub. IFRS, Ka. IRJ, dan Petugas IRJ, serta hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 15 Juni Selain itu juga data internal ini diperoleh dari hasil kepuasan kerja karyawan IFRJ. Adapun data-data tersebut yaitu: a. Kekuatan 1) Tenaga farmasi yang professional 2) Konseling yang rutin dilakukan terhadap pasien DM 3) Kekompakan kerja karyawan 4) Penggunaan tekhnologi modern 5) Kepuasan kerja karyawan

30 32 b. Kelemahan 1) Tenaga Apoteker kurang 2) Waktu tunggu pasien lama 3) Pekerjaan di IFRJ banyak 4) Ruang tunggu pasien kurang nyaman 5) Sistem birokrasi kurang sesuai dengan sistem pelayanan di IFRJ Setelah diperoleh data tersebut kemudian dibuat tabel IFAS (Internal Factor Analysis SWOT). Tabel dibawah ini merupakan tabel penilaian bobot dan rating dari masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan IFRJ (Rangkuti, 2006). Pembobotan ini diperoleh dari 5 responden yang terdiri dari kepala IFRS, Ka Sub IFRS, Ka IRJ, Apoteker dan Asisten Apoteker di IFRJ, untuk rating diperoleh dari hasil diskusi dengan kepala IFRS. Tabel 12. Internal Strategic Factor Analysis Summary Factor-faktor Internal Bobot Rating Skor Komentar Kekuatan 1. Tenaga farmasi professional 0, ,628 Meningkatkan kepuasan pasien 2. Konseling terhadap pasien DM 0, ,347 Meningkatkan kepuasan pasien 3. Kekompakan kerja 0, ,298 Meningkatkan pelayanan karyawan yang diberikan 4. Penggunaan teknologi 0, ,231 Mempercepat pelayanan modern 5. Kepuasan kerja karyawan 0, ,397 Meningkatkan pelayanan Kelemahan 1. Tenaga apoteker kurang 0, ,050 Pelayanan terhambat 2. Waktu tunggu pasien lama 0, ,132 Kepuasan pasien berkurang 3. Pekerjaan di IFRJ banyak 0, ,165 Pelayanan menurun 4. Ruang tunggu pasien kurang 0, ,149 Kepuasan pasien berkurang 5. Sistem birokrasi kurang 0, ,215 Pelayanan terhambat sesuai dengan sistem pelayanan di IFRJ Total Skor 1 1,19 Sumber : hasil data primer diolah

31 33 D. Penentuan posisi Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSMS Penentuan posisi IFRJ didasarkan pada analisis total skor faktor internal dan faktor eksternal ( Rangkuti, 2006). O (1.19, 2.06) W S T Gambar 3. Diagram analisis SWOT KETERANGAN: : PROFIL SWOT IFRJ RSMS : POSISI SWOT IFRJ RSMS Berdasarkan diagram pada gambar 1 menunjukan bahwa kekuatan yang dimiliki bobot skornya 1,901 nilai ini diperoleh dari jumlah skor yang termasuk dalam kekuatan (strength), kelemahan yang dimiliki bobot skornya -0,711 nilai ini diperoleh dari jumlah skor yang termasuk kedalam kelemahan (weakness), peluang (opportunies) yang dimiliki bobot skornya 2,500 ini diperoleh dari jumlah skor yang termasuk dalam peluang (opportunies), sedangkan untuk ancaman bobot skornya -0,442 nilai ini diperoleh dari jumlah skor yang termasuk dalam ancaman (threat). Dari keempat bobot skor tersebut kemudian dibuat gambar profil SWOT instalasi farmasi rawat jalan RSMS.

32 34 Dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman didapatkan koordinat ( 1.19 ; 2,01) : Skor kekuatan + skor kelemahan ; skor peluang + skor ancaman (Wibowo, 2003) 1,901 + (-0,711) ; 2,500 + (-0,442) ( 1,19 ; 2,01 ) Perolehan nilai koordinat ini digunakan untuk mengetahui lebih jelas posisi dari instalasi farmasi rawat jalan RSMS pada diagram analisis SWOT. Dengan mengetahui strength posture yang merupakan penjumlahan kekuatan dan kelemahan untuk sumbu X dan mengetahui competitive posture yang merupakan penjumlahan dari peluang dan ancaman untuk sumbu Y. Sehingga diperoleh koordinat ( 1,19 ; 2,01 ) dimana angka koordinat tersebut terdapat pada kuadran I, yakni strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif ( Grow oriented strategi ) (Rangkuti, 2006). Situasi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Instalasi farmasi rawat jalan RSMS memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Selain itu, pengembangan strategi yang bisa dilakukan besar kerena peluang yang dimiliki besar, sehingga instalasi farmasi rawat jalan RSMS ini lebih baik memanfaatkan peluang yang ada, dibandingkan dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki pada saat ini. Berdasarkan diagram tersebut kekuatan yang dimiliki cukup kecil. an ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmani (2012), dimana posisi instalasi farmasi RSUD Dr.Moewardi Surakarta dari hasil analisis SWOT berada pada posisi kuadran I.

33 35 E. Alternatif Strategi Setelah diperoleh faktor-faktor yang termasuk kedalam faktor peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan, faktor-faktor tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabel matriks SWOT sebagai berikut : Tabel 13. Matrik SWOT IFAS EFAS OPPORTUINIES (O) 1. Salah satu RS rujukan 2. Banyak macam dokter spesialis 3. Kepuasan pasien 4. Alat kedokteran diagnostic modern 5. Kerjasama dengan asuransi TREATH (T) 1. Adanya apotek lain 2. Adanya rumah sakit lain 3. Antrian pasien panjang STRENGTH (S) 1. Tenaga farmasi professional 2. Kepuasan kerja karyawan 3. Konseling terhadap pasien DM 4. Kerjasama karyawan 5. Tekhnologi modern STRATEGI SO Melakukan pelatihan berkala kepada tenaga farmasi (S 1- O 1, S 1- O 2, S 1- O 3, ) Meningkatkan komunikasi dan konseling dengan pasien (S 3- O 1, S 3- O 3 ) Melengkapi infrastruktur (S 5 -O 1, S 5 -O 4, ) Sinergis antara dokter dengan petugas farmasi (S 4 -O 2, S 2 -O 2 ) STRATEGI ST Meningkatkan fleksibelitas kerja (S 1 - T 1, S 4 -T 3 ) Komputerisasi skedjul pelayanan (S 4 -T 3, S 5 - T 3 ) WEAKNESS (W) 1. Tenaga apoteker kurang 2. Waktu tunggu pasien lama 3. Pekerjaan banyak 4. Ruang tunggu kurang nyaman 5. Birokrasi berbelit STRATEGI WO Menambah jumlah tenaga apoteker (W 1 - O 1, W 2 -O 2,) Rotasi jabatan dan tugas (W 2 -O 1 ) STRATEGI WT Melengkapi sarana dan prasarana (W 2 - T 2,W 3 - T 2,W 4 - T 2,) Pengawasan terhadap obat (W 1 -T 1, T 1 -W 5, W 1 -T 2, W 5 -T 2 ) Berdasarkan matrik SWOT tersebut maka strategi dalam upaya peningkatan pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi rawat jalan RSMS Purwokerto dapat dirumuskan sebagai berikut :

34 36 1. STRATEGI Strength-Opportunies a. Melakukan pelatihan berkala kepada petugas farmasi Pelatihan merupakan suatu proses atau upaya peningkatan pengetahuan dan pemahaman dibidang kefarmasian atau bidang yang berkaitan dengan kefarmasian secara berkesinambungan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dibidang kefarmasian (Depkes, 2006). Dengan memanfaatkan peluang yang dimilikin seperti salah satu rumah sakit rujukan, banyaknya dokter spesialis, dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang diberikan serta dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti tenaga farmasi yang professional. Sehingga hal yang diperlu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSMS dengan melakukan pelatihan secara berkala kepada petugas farmasi untuk dapat meningkatan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman tenaga farmasi di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Pelatihan yang dapat dilakukan secara berkala dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan alat kesehatan yang modern, perkembangan pengobatan yang ada. Di sisi lain untuk menjaga sustainable profesi dapat dilakuakn dengan memberikan pelatihan dan penyuluhan (Patrick, 2012). b. Meningkatkan komunikasi dan konseling terhadap pasien Strategi ini diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang miliki berupa konseling terhadap pasien DM, tenaga farmasi yang professional dan memanfaatkan peluang yang dimiliki berupa RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di privinsi Jawa-Tengah, banyaknya dokter spesialis. Tujuan umum dari KIE yaitu untuk meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan risiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi (CPFB, 2011).

35 37 Melaksanakan KIE merupakan salah satu dari tugas pokok dari standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. KIE yang dilakukan secara rutin di IFRJ RSMS yaitu terhadap pasien DM, selain itu KIE juga dilakukan oleh pasien-pasien penyakit kronis, pasien yang baru menggunakan alat kesehatan dalam pengobatannya seperti inhaler dan rotahaler. Hal ini membuktikan bahwa konseling yang dilakukan di IFRJ RSMS belum sepenuhnya dilakukan, hanya 2 kriteria kondisi pasien dari 6 kriteria kondisi pasien yang membutuhkan KIE, adapun kriteria kondisi pasien yang yang belum mendapatkan KIE seperti; pasien dengan kondisi khusus, pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, pasien yang menggunakan banyak obat, pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah. Hasil penelitian yang dilakukan sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husna (2011), dimana salah satu alternative strategi yang dapat digunakan untuk peningkatan pelayanan kepuasan pasien rawat jalan IFRS X Samarinda yaitu dengan pemberian informasi obat dan konseling. c. Melengkapi infrastruktur Pelengkapan infrastruktur ini terdiri dari struktur organisasi, prosedur pelayanan kefarmasian, proses pelayanan kefarmasian dan sumber perbekalan farmasi (CPFB, 2011). Tujuan dari pelengkapan infrastruktur ini membantu untuk mempercepat proses pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. RSMS merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa-Tengah, sehingga dijadikan peluang oleh IFRJ RSMS, agar paluang ini dapat dimanfaatkan bersamaan dengan kekuatan yang dimiliki berupa penggunaan teknologi modern oleh IFRJ, maka hal yang perlu dilakukan oleh IFRJ RSMS yaitu dengan melengkapi infrastruktur. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini memberikan banyak kemudahan pada berbagai aspek kegiatan

36 38 layanan medis. Peran teknologi informasi dalam berbagai aspek kegiatan layanan medis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitik beratkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, teknologi informasi ini dapat memenuhi kebutuhan informasi layanan medis dengan sangat cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat (Coiera, 2013). d. Sinergis antara dokter dengan petugas kefarmasian Strategi ini diperoleh dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki berupa kepuasan kerja karyawan, hubungan kerjasama antara karyawan IFRJ dengan peluang yang dimiliki berupa banyaknya dokter spesialis di RSMS. Hal yang perlu dilakukan oleh IFRJ yaitu menjalin hubungan kerjasama yang baik dan saling memahami antara petugas kefarmasian dengan dokter maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian di IFRJ, supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan. Walaupun hubungan kerjasama yang dilakukan sudah cukup baik. 2. STRATEGI Weakness-Opportunies a. Menambah jumlah tenaga kefarmasian kelemahan yang dimiliki IFRJ RSMS berupa tenaga apoteker kurang, waktu tunggu pasien lama, pekerjaan di IFRJ banyak sedangkan untuk peluang yang dimiliki IFRJ RSMS yaitu salah rumah sakit rujukan di Provinsi Jawa-Tengah dan banyaknya dokter spesialis di RSMS. Sehingga hal yang dapat dilakukan oleh IFRJ RSMS yaitu dengan penambahan tenaga kefarmasian. RSMS memiliki 15 poliklinik sedangkan instalasi farmasinya hanya ada 1 dengan jumlah tenaga farmasi sebanyak 10 orang sehingga pelayanan kafarmasiannya menjadi lama. Penambahan tenaga farmasi diharapkan akan mempercepat pelayanan kefarmasian sehingga pasien tidak akan keluar dari instalasi farmasi RSMS untuk

37 39 menebus obat. Selain itu pelayanan juga dapat diberikan secara maksimal. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011) yaitu hasil uji QSPM (quantitative strategic planning matrix) menunjukan bahwa untuk melakukan pengembangan IFRSIA Aisyiyah Klaten dapat dilakukan dengan penambahan jumlah apoteker sesuai dengan jumlah shift. b. Rotasi jabatan dan tugas Banyaknya pekerjaan di IFRJ dapat mengakibatkan pelayanan kefarmasian yang dilakukan tidak secara maksimal. Selain itu juga agar petugas tidak merasa jenuh dengan pekerjaan yang diberikan serta dapat meningkatkan pengetahuan dari masing-masing petugas. Maka hal yang perlu dilakukan untuk IFRS RSMS ini dengan melakukan rotasi jabatan dan tugas. 3. STRATEGI Strength-Treaths a. Meningkatkan fleksibilitas kerja Kekuatan yang dimiliki oleh IFRJ RSMS yaitu tenaga farmasi yang professional dan kerjasama antara karyawan IFRJ RSMS dapat dimanfaatkan untuk menghadapi ancaman yang dimiliki dengan cara melakukan peningkatan fleksibelitas kerja. Fleksibilitas merupakan kemampuan untuk merubah bentuk produksi sesuai dengan permintaan yang datang (Chopra, 2001). Fleksibilitas kerja merupakan kemampuan IFRJ untuk melakukan perubahan dalam pelayanan kefarmasian sesuai dengan permintaan pasien, sehingga pasien akan lebih merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan pasien akan mendapatkan pelayanan kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. b. Komputerisasi jadwal pelayanan kefarmasian Ancaman yang dimiliki IFRJ RSMS salah satunya yaitu antrian pasien yang panjang, ancaman dapat dihadapi dengan kekuatan yang dimiliki berupa kerjasama antara karyawan IFRJ dan penggunaan

38 40 teknologi modern. Maka hal yang dapat dilakukan dengan cara melakukan komputerisasi penjadwalan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSMS. Banyaknya pasien yang menebus obat di IFRJ membuat pelayanan kefarmasian yang diberikan tidak secara maksimal. Sehingga penjadwalan dalam melakukan pelayanan kefarmsian diperlukan, agar pelayanan yang diberikan dapat berlangsung secara maksimal, penjadwalan yang dilakukan secara komputerisasi juga dapat mempercepat dalam proses pelayanan kefarmasian. 4. STRATEGI Weakness-Treath a. Melengkapi sarana dan prasarana Sarana dan prasarana pelayanan kefarmasian harus dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian dengan baik, sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku (CPFB, 2011). Sarana dan prasarana juga dapat mempengaruhi pelayanan kefarmasian yang diberikan, untuk meningkatkan kepuasan pasien. Pada hasil pengukuran tingkat kepuasan pasien dimensi tangible memiliki nilai CSI paling rendah dibandingkan dimensi lainnya. Begitu juga dengan pengukuran kepuasan kerja karyawan IFRJ pada dimensi tangible memiliki nilai CSI yang paling rendah juga. b. Pengawasan terhadap persediaan obat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap petugas IFRJ kekosongan persediaan obat di IFRJ dapat menghambat pelayanan kefarmasian yang akan diberikan kepada pasien. Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan terhadap persediaan obat. Sistem pengawasan yang dilakukan sudah cukup baik, namun sistem birokrasi di IFRJ RSMS ini kurang sesuai dengan sistem pelayanan di IFRJ, sehingga dalam pengadaannya terhambat dan akibatnya mengganggu kelancaran pelayanan kefarmasian. Selain itu ancaman

39 41 yang dimiliki IFRJ seperti adanya rumah sakit lain, adanya apotek lain serta antrian pasien yang panjang akan memperngaruhi pasien dalam menebus obat, terutama untuk pasien umum. F. Keterbatasan an Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu wawancara yang dilakukan belum semuanya berdasarkan pedoman wawancara, hanya kepada kepala instalasi farmasi saja yang wawancaranya dilakukan berdasarkan pedoman wawancara. Wawancara ini seharusnya dilakukan juga terhadap tenaga apoteker, asisten apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, pihak yang berada disekeliling IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo diantaranya pasien, direktur RSUD, tenaga medis, dan pihak apotek maupun rumah sakit lain yang berada di lingkungan luar IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo. Sehingga informasi yang diperoleh masih bersifat obyektif.

40 42 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi farmasi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo berada pada posisi kuadran I. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grow Oriented Strategy). Alternatif strategi yang dapat digunakan yaitu : melakukan pelatihan berkala kepada petugas farmasi, meningkatkan komunikasi dan konseling terhadap pasien, melengkapi infrastruktur, serta sinergisme antara dokter dengan petugas pasien. B. SARAN Perlu dilakukan penambahan tenaga farmasi untuk meningkakan pelayanan kefarmasian di IFRJ, agar pasien dapat terus merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan. Untuk penelitian selanjutnya dengan tujuan yang sama, wawancara dilakukan terhadap kepala IFRS, tenaga apoteker, asisten apoteker yang melakukan pelayanan kefarmasian, pihak yang berada disekeliling IFRS diantaranya pasien, direktur RSUD, tenaga medis, dan pihak apotek maupun rumah sakit lain yang berada di lingkungan luar IFRS. 42

41 43 DAFTAR PUSTAKA Anief, M., 2008, Manajemen Farmasi, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press Arikunto. S., 2009, Manajemen an, Jakarta, PT. Rineka Cipta Azkha, N dan Deni E., 2006, Analisis Tingkat Kepuasan KlIEN Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Dalam Wilayah Kota Padang Tahun 2006 [Artikel penelitian], Fakultas kesehatan, Universitas Andalas Chopra, Sunil, Meindl, 2001, Supply Chain Management Strategy Planning and Operation, Prentice-Hall Upper Saddle River, New Jersey Coiera, B, MC Carthy, dan Lynn.M.W, 2013, Update On Factors Motivating Pharmachy Students To Purpose residency And Fellowship Training. Am J Health-Syst pharm-vol 70 Aug 15, 2013 Dahlan, S., 2006, Besar Sampel Dalam an Kedokteran Dan Kesehatan Seri 2, Jakarta, PT. Arkans [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Idonesia., 2006, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MenKes/SK/X/2004, TentangStandar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit (SK No. 1333/MenKes/SK/XII/1999), Jakarta : Depkes RI [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik (CPFB), Jakarta : Depkes RI, 2009, Undang-undang Republik Indonesia NO. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Jakarta, Depkes, 1992, Keputusan Mentri Kesehatan RI NO. 982/Menkes/SK/1992 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit, Jakarta, Depkes RI. Dewi, P.E.N., 2011, Perumusan Strategi Pengembangan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu Anak Aisyiyah Klaten Berdasarkan Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal [Abstrak Tesis], Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Harijino, H dan Bobby O. P. S., 2011., Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Farmasi RSK. ST Vincentius A Paulo Surabaya Dengan Menggunakan Metode Servqual dan QFD, Surabaya, Program Studi 43

42 44 Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November Husna, DN., 2011, Analisis SWOT Dalam Perumusan Strategi Peningkatan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Samarinada [abstraktesis], Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Kotler, P., 1997, Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Jakarta, PT. Indeks Kelompok Media Kotler, P., 1998, Manajemen Pemasaran (Terjemahan), Jakarta, PT. Indeks Kelompok Media Malasari, Y, Ibnu G. G, dan Sumarni, 2011, Analisis Kepentingan-Kinerja Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul (Menurut Persepsi Pelanggan Rawat Jalan). Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi No. 2 Vol. 1 Manurung, L. P., 2010, Analisis Hubungan Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Pelayanan Instalasi Farmasi Dengan Minat Pasien Menebus Kembali Resep Obat Di Instalasi Farmasi RSUD Budhi Asih Tahun 2010 [Tesis], Depok, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Notoatmodjo, S., 2010, Metodelogi an Kesehatan, Jakarta, PT. Rineka Cipta Priyatno, D., 2012, Cara Kilat Belajar Analis Data Dengan SPSS 20, Yogyakarta, Andi Rahmani, V. F., 2009, Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap Kualitas Pelayanan (Studi Kasus : RSU Bhakti Asih Tangerang), Bogor, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Teknologi Bogor Rangkuti, F., 2006, Analisis SWOT Tekhnik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama Rangkuti, F., 2011, Riset Pemasaran, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama Riduwan., 2009, Pengantar Statistika Sosial, Bandung, Alfabeta Rohmani,S., 2012, Strategi Pengembangan Mutu Di Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi Surakarta Berdasarkan Analisis SWOT [abstrak tesis], Yogyakarta, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada

43 45 Sahyuni, R, 2009, Kepuasan Kerja Karyawan, Analisis Swot Dan Rencana Strategik Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Di Rsud H. Abdul Aziz Marabahan Kalimantan Selatan Tahun 2009 [Tesis], Semarang, Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah, Universitas Diponegoro Siregar, C., 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori & Terapan, Jakarta, Buku Kedokteran EGC Sunyoto, D., 2012, Statistik Kesehatan Analisis Data Dengan Perhitungan Manual Dan Program SPSS, Yogyakarta, Nuha Medika Wibowo, S. H, S. Supriyanto, dan M. Zainuddin, 2003, Pengembangan Strategi Pemasaran Rumah Sakit Berdasarkan Analisis SWOT (Studi Kasus di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam). Jurnal Administrasi Kebijaksanaan Kesehatann No. 1 Vol. 1 : 21-28

44 46 LAMPIRAN 46

45 47 Lampiran 1. Surat Permohonan Responden UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS FARMASI PRODI FARMASI Jl. Raya DukuhWaluh PO. BOX 202 Purwokerto Website : Info@ump.ac.id SURAT PERMOHONAN RESPONDEN Assalamualaikum,Wr. Wb. Saya yang bertandatangan dibawah ini : Nama : Iin Atikah NIM : Alamat : Jalan Syekh Datul Kahfi 09/03 No 34 Desa Sarabau, Kec. Plered Cirebon- Jawa Barat Adalah mahasiswa Program S-1 Universitas Muhammadiyah Purwokerto, yang sedang melakukan penelitian dengan judul Perumusan Analisis SWOT Pelayanan Kefarmasian Instalasi Rawat Jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjdo Purwokerto. Oleh karena itu saya mohon kesediaan Saudara/Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden dalam kuesioner yang telah saya buat. Jawaban Saudara/Bapak/Ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum, Wr. Wb. purwokerto, April 2013 Iin Atikah

46 48 lampiran 2. Surat Persetujuan Sebagai Responden penelitian Pasien UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS FARMASI PRODI FARMASI Jl. Raya DukuhWaluh PO. BOX 202 Purwokerto Website : Info@ump.ac.id PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Dengan menandatangi lembar ini, saya : Nama : Nama Pasien : No. Rekam Medik : Tempat/tanggal lahir : Pekerjaan : Alamat : Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang sedang dilakukan yang bertujuan untuk dapat menentukan perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian instalasi rawat jalan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Saya telah diberitahu oleh peneliti bahwa jawaban kuesioner ini dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu saya dengan sukarela ikut berperan serta dalam penelitian ini. Purwokerto, April 2013 Responden (. )

47 26 48 Lampiran 3. Kuesioner Kepuasan Pasien KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSUD MARGONO Responden penelitian ini merupakan pasien rawat jalan/pengantarnya yang sudah pernah menerima pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Margono Soekarjo. Belum pernah mengisi kuesioner Hari : Tanggal :.. Jam :. No. Responden :... BAGIAN A : DATA IDENTITAS UMUM RESPONDEN Nama Alamat Petunjuk pengisian : : : Berilah tanda silang (x) pada kotak ( ) yang ingin di isi/atau isilah isian Jenis kelamin : Pria Wanita Usia :. Tahun Status pembiyaan kesehatan pasien : Umum ASKES JAMKESMAS JAM SOSTEK Pendidikan terakhir : Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Diploma Tamat S1 Tamat S2/S3 Pekerjaan : Tidak bekerja/ibu rumah tangga Wiraswasta PegawaiNegri/ABRI/Pensiunan Pegawai swasta Pendapatan per bln : Kurang dari Lebih dari

48 27 49 BAGIAN B : HARAPAN DAN KEPENTINGAN PELAYANAN Petunjuk pengisian : Berikut ini adalah isian mengenai harapan ideal Saudara/Bapak/Ibu mengenai pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUD Margono Soekarjo yang seharusnya. Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang ingin diisi. Nilai Kepuasan Pasien : STP = Sangat Tidak Puas TP = Tidak Puas CP = Cukup Puas P = Puas SP= Sangat Puas Nilai Kepentingan Pasien : STP = Sangat Tidak Penting TP = Tidak Penting CP = Cukup Penting P = Penting SP = Sangat Penting Kepuasan Pasien Kepentingan Pasien PERNYATAAN STP TP CP P SP STP TP CP P SP Tangibles (Sarana Fisik) Ruang tunggu IFRS sejuk ber AC Ruang tunggu IFRS bersih Ruang tunggu IFRS menarik Tempat duduk ruang tunggu IFRS nyaman

49 50 28 Kepuasan Pasien Kepentingan Pasien PERNYATAAN STP TP CP P SP STP TP CP P SP Tersedia obat yang lengkap baik macam maupun jumlahnya Letak IFRS strategis sehingga mudah dijangkau Penampilan IFRS sudah memberikan kenyamanan bagi pasien Ruang tunggu cukup luas Desain ruangan/bangunan instalasi farmasi yang kelihatan bersih dan menarik Penampilan petugas farmasi rapih dan bersih Penataan loket yang baik, jalur antrian teratur Reliability (Kemampuan) Pelayanan sebaiknya buka 24 jam sehari Kecepatan pelayanan obat racikan kurang dari 25 menit Kecepatan pelayanan non racikan kurang dari 15 menit Ketelitian petugas kasir dalam menangani masalah pembayaran Prosedur pelayanan mudah, cepat, tidak berbelit-belit Jam pelayanan sudah sesuai dengan kebutuhan Jam pelayanan sudah tepat waktu Waktu tunggu yang relatif singkat Obat yang diresepkan selalu tersedia Penyerahan obat teratur sesuai nomor antrian yang diberikan oleh kasir Responsiveness (Ketanggapan) Petugas farmasi menerima keluhan pasien atau keluarga pasien Petugas farmasi menanggapi keluhan pasien atau keluarga pasien dengan baik

50 51 29 Kepuasan Pasien Kepentingan Pasien PERNYATAAN STP TP CP P SP STP TP CP P SP Petugas farmasi menerima dan memproses resep dengan cepat Petugas farmasi memberikan informasi terkait obat yang diresepkan Petugas farmasi memberikan saran tentang obat yang diresepkan Waktu yang dibutuhkan petugas farmasi dalam memberikan pelayanan sudah cepat Petugas farmasi dapat menangani masalah dan memberikan solusi dengan cepat Petugas kasir farmasi cepat menyelesaikan masalah pembayaran Assurance (Jaminan) Penampilan dan pengetahuan petugas farmasi meyakinkan Kemampuan petugas farmasi menjawab pertanyaan dan menanggapi permasalahan pasien atau keluarga pasien terkait dengan obat yang di resepkan dengan tepat dan cepat Kemampuan petugas farmasi dalam menjalankan tugasnya Petugas farmasi meminta maaf apabila terjadi kesalahan Petugas farmasi memberikan informasi jika kemudian diketahui kesalahan mengenai pemberian resep (nama obat, jumlah obat, dosis, bentuk sediaan obat) Petugas farmasi memberikan informasi jika kemudian diketahui kesalahan mengenai harga obat Petugas farmasi menuliskan aturan pakai obat dengan dengan lengkap dan jelas Petugas farmasi mencocokan nomor antrian dengan nama pasien kembali Petugas farmasi meminta alamat dan nomor telepon pasien

51 5230 Kepuasan Pasien Kepentingan Pasien PERNYATAAN STP TP CP P SP STP TP CP P SP Obat yang diberikan dalam kondisi baik dan harga wajar Empathy (Kepedulian) Petugas farmasi mendengarkan keluhan pasien atau keluarga pasien dengan seksama Petugas farmasi memberikan perhatian kepada pasien dengan tulus Pelayanan petugas farmasi sopan dan ramah Pelayanan petugas farmasi sama tidak membedakan pasien Petugas farmasi dengan sabar mendengar pertanyaan dan keluhan Petugas farmasi memahami kebutuhan pasien dan memberikan solusi

52 53 26 Lampiran 4. Tabulasi Validasi Kepuasan Pasien Data Data Validasi Kepuasan Pasien RSUDRSUD Cilacap Resp Pernyataan Total

53 5427 Data Data Validasi Kepentingan Pasien RSUDRSUD Cilacap resp Pernyataan Total P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P

54 55 Lampiran 5. Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner Kepuasan Pasien a. Dimensi Tangible P1 P2 P3 P4 P5 valid Pearson s P1 P2 P3 P4 P5 valid **.782 ** **.803 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.730 ** ** **.840 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.782 **.873 ** *.541 **.872 ** Sig. (2-tailed) N Pearson * ** Sig. (2-tailed) N Pearson.659 **.700 **.541 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.803 **.840 **.872 **.510 **.695 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. is significant at the 0.05 level (2-tailed).

55 56 P6 P7 P8 p9 Pearson s P6 P7 P8 p9 p10 p11 valid **.773 **.738 **.656 **.795 **.879 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.868 ** **.887 **.801 **.836 **.937 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.773 **.881 ** **.768 **.696 **.837 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.738 **.887 **.714 ** **.717 **.840 ** Sig. (2-tailed) N p10 Pearson.656 **.801 **.768 **.702 ** **.830 ** Sig. (2-tailed) N p11 Pearson.795 **.836 **.696 **.717 **.723 ** ** Sig. (2-tailed) N valid Pearson.879 **.937 **.837 **.840 **.830 **.878 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

56 57 b. Dimensi Reliability P12 Pearson s P12 P13 P14 P15 P16 valid **.362 *.400 *.577 **.724 ** Sig. (2-tailed) N P13 Pearson.558 ** **.576 **.518 **.798 ** Sig. (2-tailed) N P14 Pearson.362 *.673 ** **.556 **.779 ** Sig. (2-tailed) N P15 Pearson.400 *.576 **.727 ** **.783 ** Sig. (2-tailed) N P16 Pearson.577 **.518 **.556 **.605 ** ** Sig. (2-tailed) N valid Pearson.724 **.798 **.779 **.783 **.792 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. is significant at the 0.05 level (2- tailed).

57 58 P17 P18 P19 P20 P21 valid Pearson s P17 P18 P19 P20 P21 valid **.414 *.402 *.613 **.759 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.711 ** **.561 **.671 **.810 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.414 *.713 ** *.555 **.745 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.402 *.561 **.419 * **.762 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.613 **.671 **.555 **.713 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.759 **.810 **.745 **.762 **.848 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. is significant at the 0.05 level (2- tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

58 59 c. Dimensi Responsiveness P22 P23 P24 P25 P26 Pearson s P22 P23 P24 P25 P26 valid **.486 **.587 **.628 **.776 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.648 ** * ** Sig. (2-tailed) N Pearson.486 ** **.553 **.710 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.587 **.399 *.684 ** **.915 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.628 ** **.884 ** ** Sig. (2-tailed) N Valid Pearson.776 **.581 **.710 **.915 **.891 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. is significant at the 0.05 level (2- tailed).

59 60 P27 P28 P29 Pearson s P27 P28 P29 valid **.784 **.902 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.741 ** **.822 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.784 **.776 ** ** Sig. (2-tailed) N Valid Pearson.902 **.822 **.830 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.920 8

60 61 d. Dimensi Assurance P30 P31 P32 P33 P34 valid Pearson s P30 P31 P32 P33 P34 valid **.717 **.736 **.776 **.868 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.800 ** **.668 **.874 **.902 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.717 **.840 ** **.772 **.904 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.736 **.668 **.808 ** **.844 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.776 **.874 **.772 **.726 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.868 **.902 **.904 **.844 **.877 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed).

61 62 P35 P36 P37 P38 valid Pearson s P35 P36 P37 P38 valid **.697 **.435 *.886 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.733 ** **.496 **.838 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.697 **.848 ** **.878 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.435 *.496 **.595 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.886 **.838 **.878 **.634 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.950 9

62 63 e. Dimensi Emphaty P39 P40 P41 P42 P43 valid Pearson s P39 P40 P41 P42 P43 valid **.663 **.707 **.761 **.824 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.809 ** **.840 **.805 **.928 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.663 **.852 ** **.831 **.909 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.707 **.840 **.893 ** **.936 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.761 **.805 **.831 **.917 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.824 **.928 **.909 **.936 **.952 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed).

63 64 P44 P45 valid Pearson s P44 P45 valid **.962 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.815 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.962 **.819 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.962 7

64 65 Lampiran 6. Data Induk Kepuasan Pasien data kepuasan pasien RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39 P40 P41 P42 P43 P44 P45 TOTAL

65

66 67 data pekentingan pasien RSUD Margono Soekardjo Purwokerto p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 p14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 p27 p28 p29 p30 p31 p32 p33 p34 p35 p36 p37 p38 p39 p40 p41 p42 p43 p44 p45 TOTAL

67

68 69 Lampiran 7. Hasil Kepuasan Pasien Dimensi Tangible Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % % % % Sum of 4, , % CSI = = = 71.30%

69 70 Dimensi Reliability Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % % % Sum of 4, , % CSI = = = 72.69%

70 71 Dimensi Responsiveness Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % Sum of 3, , % CSI = = = 74.07%

71 72 Dimensi Assurance Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % % % Sum of 4, , % CSI = = = 77.12%

72 73 Dimensi Emphaty Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % Sum of 2, , % CSI = = = 77.56%

73 74 Lampiran 8. Surat Persetujuan Responden Kepuasan Kerja Karyawan UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO FAKULTAS FARMASI PRODI FARMASI Jl. Raya Dukuh Waluh PO. BOX 202 Purwokerto Website : Info@ump.ac.id PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Dengan menandatangi lembar ini, saya : Nama : Tempat/tanggal lahir : Pekerjaan : Jabatan : Lama bekerja : Alamat : Memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian yang sedang dilakukan yang bertujuan untuk merumuskan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi rawat jalan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Saya telah diberitahu oleh peneliti bahwa jawaban kuesioner ini dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian. Oleh karena itu saya dengan sukarela ikut berperan serta dalam penelitian ini. Banyumas, Juni 2013 Responden (. )

74 75 Lampiran 9. Kuesioner Tingkat Kepuasan kerja Karyawan KUESIONER KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Responden penelitian ini merupakan karyawan/karyawati di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Belum pernah mengisi kuesioner Hari : Tanggal :.. Jam :. No. Responden :... BAGIAN A : DATA IDENTITAS UMUM RESPONDEN Nama : Alamat : Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (x) pada kotak ( ) yang ingin di isi/atau isilah isian Jenis kelamin : Pria Wanita Usia :. Tahun Jabatan :. Lama bekerja :.. Tahun Pendidikan terakhir : Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Diploma Tamat S1 Tamat S2/S3 Pendapatan per bln : Kurang dari Lebih dari

75 76 BAGIAN B : HARAPAN DAN KEPENTINGAN PELAYANAN Petunjuk pengisian : Berikut ini adalah isian mengenai harapan ideal Saudara/Bapak/Ibu mengenai pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang seharusnya. Berilah tanda centang ( ) pada kolom yang ingin diisi. Nilai Kinerja Karyawan : STP = Sangat Tidak Puas TP = Tidak Puas CP = Cukup Puas P = Puas SP= Sangat Puas Nilai Kepentingan Karyawan : STP = Sangat Tidak Penting TP = Tidak Penting CP = Cukup Penting P = Penting SP = Sangat Penting Kinerja Karyawan Kepentingan Karyawan ST T CP P SP PERNYATAAN STP TP CP P SP P P Tangibles (Sarana Fisik) Ruang kerja sejuk ber AC Ruang kerja bersih, menarik dan nyaman Suasana lingkungan kerja dengan sesama karyawan Sarana dan prasarana yang diberikan dalam bekerja Penataan obat teratur sesuai dengan abjad dan golongan obat Sarana dan prasana IFRS sudah memberikan kenyamanan bagi karyawan

76 77 ST P Kinerja Karyawan Kepentingan Karyawan T CP P SP PERNYATAAN STP TP CP P SP P Ruang kerja luas Desain ruangan atau bangunan instalasi farmasi kelihatan bersih dan menarik Reliability (Kemampuan) Petugas memiliki kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang berbeda dari waktu ke waktu dalam melakukan pekerjaannya Atasan mudah dan mampu dalam mengambil keputusan Pekerjaan yang dilakukan membuat sibuk dan merasa kurang waktu Dapat bekerja dengan baik karena beban kerja yang diberikan sesuai dengan kemampuan Tidak mengalami kesulitan karena ada prosedur/aturan/protap yang mudah dilaksanakan Termotivasi karena pekerjaan ini membuat lebih berkembang Diberikan kesempatan untuk mengambil keputusan sesuai dengan tugas dan wewenang Memiliki kesempatan untuk bekerja secara mandiri/tidak terlalu banyak bimbingan dari atasan Responsiveness (Ketanggapan) Melaksanakan pekerjaan dengan baik Bekerja dengan jumlah waktu dan jumlah pekerjaan secara tepat Bekerja ekstra keras jika atasan akan melakukan evaluasi pekerjaan Dapat menanggapi masalah yang di rasakan pasien Tanggap terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh atasan dan terhadap peraturanperaturan yang ada disini Dalam memberikan pelayanan menggunakan waktu yang cepat

77 78 ST P Kepuasan Karyawan PERNYATAAN Kepentingan Karyawan T P CP P SP STP TP CP P S P Assurance (Jaminan) Pekerjaan ini tidak bertentangan dengan hati nurani Pekerjaan ini dapat menjanjikan status kepegawaian yang lebih baik Insentif yang diterima sesuai dengan yang dikerjakan Mengerjakan pekerjaan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan Fasilitas karyawan yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan Jaminan kesehatan atau hari tua yang diperoleh Uang jasa yang diberikan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan Empathy (Kepedulian) Pengawasan yang dilakukan oleh atasan dilaksanakan dengan baik Memberikan perhatian kepada pasien dengan tulus Kebijakan promosi di instalasi farmasi Sistem pengawasn protap kerja yang dilakukan oleh pihak manajemen IFRS Atasan selalu menegur karyawan yang melakukan kesalahan Hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak manajemen IFRS selalu diberitahukan

78 79 Lampiran 10. Tabulasi Data Validasi Kepuasan Kerja Karyawan

79 80

80 81 Lampiran 11. Hasil Validasi kepuasan Kerja Karyawan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepuasan Karyawan a. Dimensi Tangible P1 P2 P3 P4 P5 valid Pearson s P1 P2 P3 P4 P5 valid ** * Sig. (2-tailed) N Pearson.892 ** * ** Sig. (2-tailed) N Pearson **.691 **.808 ** Sig. (2-tailed) N Pearson *.831 ** **.911 ** Sig. (2-tailed) N Pearson **.740 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.530 *.598 **.808 **.911 **.758 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. is significant at the 0.05 level (2-tailed). s P6 P7 P8 valid

81 82 P6 P7 P8 valid Pearson ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.765 ** *.833 ** Sig. (2-tailed) N Pearson * ** Sig. (2-tailed) N Pearson.766 **.833 **.621 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. is significant at the 0.05 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items b. Dimensi Reliability P9 P10 P11 Pearson s P9 P10 P11 P12 P13 valid **.674 **.461 *.464 *.832 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.705 ** ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.674 **.741 ** * **

82 83 P12 P13 Sig. (2-tailed) N Pearson.461 * * *.683 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.464 * * ** Sig. (2-tailed) N Valid Pearson.832 **.689 **.595 **.683 **.787 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. is significant at the 0.05 level (2-tailed). P14 P15 P16 valid Pearson s P14 P15 P16 valid **.609 **.698 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.730 ** **.838 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.609 **.855 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.698 **.838 **.740 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed).

83 84 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items c. Dimensi Responsiveness s P17 P18 P19 P20 P21 P22 valid P17 Pearson ** **.640 **.785 ** Sig. (2-tailed) N P18 Pearson.775 ** * Sig. (2-tailed) N P19 Pearson ** * Sig. (2-tailed) N P20 Pearson ** **.533 *.690 ** Sig. (2-tailed) N P21 Pearson.564 ** ** **.861 ** Sig. (2-tailed) N P22 Pearson.640 ** *.844 ** ** Val id Sig. (2-tailed) N Pearson.785 **.540 *.467 *.690 **.861 **.893 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. is significant at the 0.05 level (2- tailed).

84 85 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items d. Dimensi Assurance P23 P24 P25 P26 P27 Pearson s P23 P24 P25 P26 P27 valid *.542 * Sig. (2-tailed) N Pearson **.851 **.859 **.956 ** Sig. (2-tailed) N Pearson ** **.835 **.937 ** Sig. (2-tailed) N Pearson **.888 ** **.902 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.459 *.859 **.835 **.879 ** ** Sig. (2-tailed) N Valid Pearson.542 *.956 **.937 **.902 **.898 ** 1 Sig. (2-tailed) N *. is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. is significant at the 0.01 level (2-tailed).

85 86 P28 P29 Pearson s P28 P29 valid **.761 ** Sig. (2-tailed) N Pearson.827 ** ** Sig. (2-tailed) N Valid Pearson.761 **.945 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2-tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items e. Dimensi Emphaty P30 Pearson s P30 P31 P32 P33 P34 P35 valid **.745 **.798 ** ** Sig. (2-tailed) N P31 Pearson.755 ** **.819 ** ** Sig. (2-tailed) N P32 Pearson.745 **.803 ** ** **.955 ** Sig. (2-tailed)

86 87 N P33 Pearson.798 **.819 **.970 ** *.943 ** Sig. (2-tailed) N P34 Pearson **.642 ** Sig. (2-tailed) N P35 Pearson Vali d **.513 *.867 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson.772 **.848 **.955 **.943 **.642 **.699 ** 1 Sig. (2-tailed) N **. is significant at the 0.01 level (2- tailed). *. is significant at the 0.05 level (2- tailed). Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.900 6

87 88 Lampiran 12. Data Induk Kepuasan Kerja karyawan

88 89

89 91 Lampran 13. Hasil Analisis kepuasan Kerja Karyawan Dimensi Tangible Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % Sum of % CSI = = = 74.91%

90 92 Dimensi Reliability Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % % Sum of % CSI = = = 76.46%

91 93 Dimensi Responsiveness Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % Sum of % CSI = = = 81.69%

92 94 Dimensi Assurance Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % % Sum of % CSI = = = 82.20%

93 95 Dimensi Emphaty Atribut N CIS MIS CSS MSS WF i WS i % % % % % % Sum of % CSI = = = 78.15%

94 96 Lampiran 14. Pedoman Wawancara Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM TUGAS POKOK 1. Apakah di IFRS ini sudah melangsungkan pelayanan kefarmasian yang optimal? jika sudah, pelayanan apa sajakah yang telah dilakukan, jelaskan? Apakah IFRS ini menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 dan Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (Good Pharmachy Practice/GPP)? Apabila iya, pelayanan professional apa sajakah yang telah dilakukan, jelaskan? 3. Apakah IFRS ini melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi? Apabila iya, informasi apa sajakah yang diberikan kepada pasien, jelaskan? 4. Apakah IFRS memberikan pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi guna meningkatkan mutu pelayanan farmasi yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 dan Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (Good Pharmachy Practice/GPP)? Apabila iya, pelayanan bermutu apa saja yang telah dilakukan, jelaskan? Apakah IFRS telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi? Apabila iya, pelatihan dan pendidikan apa saja yang telah diberikan, jelaskan?

95 97 6. Apakah IFRS telah melangsungkan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi? Apabila iya, penelitian dan pengembangan apa saja yang telah di lakukan, jelaskan? 7. Apakah IFRS telah memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit? Apabila iya, fasilitas apa sajakah yang digunakan guna tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit? FUNGSI POKOK A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi 1. Bagaiman cara memilih perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit?. 2. Bagaimana cara merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal?.. 3. Bagaimana mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku?. 4. Bagaimana memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit?

96 98 5. Bagaimana menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku? 6. Bagaimana menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian? 7. Bagaimana mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit? B. Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat Dan Alat Kesehatan 1. Bagaimana cara mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien? 2. Bagaimana cara mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan? 3. Bagaimana memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan? 4. Bagaimana cara memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga?...

97 99 5. Bagaimana cara memberikan konseling kepada pasien atau keluarga? 6. Bagaimana cara melakukan pencampuran untuk pobat-obat suntik? 7. Bagaimana cara melakukan penyiapan nutrisi parenteral? 8. Bagaimana melakukan penanganan obat kanker? 9. Bagaimana menentukan kadar obat dalam darah? 10. Bagaimana cara melakukan pencatatan pada setiap kegiatan yang dilakukan? 11. Bagaimana cara melaporkan pada setiap kegiatan yang dilakukan?

98 100 Dari pertanyaan yang telah diajukan, point manakah yang menjadi kelebihan dari IFRS yang telah dilakukan? Bagaimana kondisi didalam maupun diluar lingkungan IFRS?

99 101 PEDOMAN WAWANCARA Kepala Sub Instalasi Farmasi Rawat Jalan dan Kepala Instalasi Rawat Jalan 1. Ceritakan kondisi pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan oleh IFRS selama ini? 2. Menurut anda, bagaimana keadaan internal IFRS ini? 3. Menurut anda, bagaimana keadaan eksternal IFRS ini?.. Petugas Instalasi Farmasi Rawat Jalan 1. Ceritakan kepuasan dan ketidakpuasan anda terhadap pekerjaan yang anda lakukan selama ini?.. Kepala Poliklinik 1. Ceritakan sejauh mana pelayanan yang telah dilakukan IFRS selama ini?

100 102 Lampiran 15. Transkip Asli Wawancara TRANSKIP WAWANCARA KEPALA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. Ehhmm Tentang.. : Lanjut saja.. : Tentang tugas dan fungsi pokok itu pak, yang di instalasi farmasi. : Tugas dan Fungsi pokok? : iya.. :Kenapa? : Ehmm.Apakah IFRS ini sudah melangsungkan pelayanan yang optimal? Jika sudah pelayanan kefarmasian apa sajakah yang telah dilakukan? Ka IFRS : yaa kalau menurut saya, Iya, sudah. Dari mulai apa hmmmm apa managering drug suplay, suplai obat dan alat kesehatan, iyaa kan. sampai hhmm apa namanya dengan penggunaan, bahkan ada.. ada.kita punya biopasif, terus kemudian apa namanya mulai dari perencanaan, hmmm pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi. : Hhmmm Apakah IFRS telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi? Jika iya, pelatihan dan pendidikan apa saja yang telah diberikan, jelaskan?

101 103 Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Iya, kalau untuk pendidikan dan pelatihan ada yang internal khusus karyawan dan ada juga yang eksternal untuk mahasiswa PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) dan D3 farmasi. : Hmm... Apakah IFRS ini menyelengggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi? Apabila iya, pelayanan professional apa sajakah yang telah dilakukan, jelaskan? : Hhhm...iya, ee..anu.. yaa.. saya fikir tenaga farmasi di IFRS ini sangat kompeten dan sangat berpengalaman, sehingga dalam melakukan pelayanannya mereka itu udah professional yaa.. : Kemudian hmm.. apakah IFRS ini memberikan pelayanan yang bermutu melalui analisa, dan evaluasi guna meningkatkat mutu pelayanan kefarmasian? Apabila iya, Pelayanan mutu apa saja yang telah dilakukan, jelaskan? : Eehhmmm... iya.untuk anu... apa namanya.. evaluasi kita adakan setahun 2 kali, dari semua kegiatan di baik farmasi klinik maupun persediaan obat. : untuk pertanyaan selanjutnya...apakah IFRS ini telah melangsungkan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi? Apabila iya, pengembangan dan penelitian apa saja yang telah dilakukan? Ka IFRS : ee...iyaa, itu..anu..apa namanya...seperti farmasi klinik dan farmasi manajemen. : Kan untuk tugas dan fungsi pokokny itu banyak yaa pak, dari semua point itu tuh apakah ada pelayanan yang paling baik yang pernah dilakukan? Kayak misalkan ada tentang KIE. Untuk KIE nya di IFRS itu berjalan dengan baik atau tidak?

102 104 Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Iya, yang rutin selalu kita adakan itu anu apa namanya pelayanan asuhan farmasi pada pasien yang penyakin DM terutama menjelang bulan puasa di rawat jalan, nanti bulan Juni, akhir Juni ini hhmmm apa namanya akan, sorry bulan Juli, awal Juli akan kita langsungkan. Asuhan kefarmasiannya itu tentang bagaimana cara meminum obatnya ketika bulan Ramadhan. : Apakah IFRS ini melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi? Apabila iya informasi apa sajakah yang diberikan kepada pasien? : Kepada Mereka? : Iya : Yaa.artinya, ini kan forentir, pasiennya mau ikut apa tidak. Jika dia mau ikut pertama kita wawancara dulu kepada pasiennya bagaimana pola makannya sebelum puasa dan diwaktu puasa apakah ada perubahan atau tidak, apakah kalorinya bertambah naik atau turun. Jika kalorinya bertambah naik maka obat kita atur supaya waktu minumnya tepat, sehingga tidak akan mengalami hiperglikemik maupun hipoglikemik pada saat puasa. Jika turun maka kita modifikasi dosisnya, kita kurangi dosisnya ketika sahur, apaa hmm..seharian kan dia tidak makan, sehingga pasien itu dijaga benar keadaannya biyar tidak drop atau kelebihan. Kalau sekarang ini kan jarang yaa.. pasien-pasien yang seperti itu, untuk edukasi. : kalau untuk pasien yang rawat inap itu, untuk informasinya itu? : hmm itu apa kita biasanya yang dirawat inap kita itu seringnya anu.. apa namanya hhmmm kita tentukan

103 105 prioritas, kalau ada yang Drug Releated Problem kita ambil karena jumlah tenaga apotekernya kita belum cukup yaa..untuk melakukan asuhan kefarmasian secara total. Emang Akhir tahun 2013 ini katanya siih kita akan mau anu..apa namanya. Karena akreditasi versi 2012 itu kan sudah mensyaratkan melakukan asuhan kefarmasian kepada pasien. Ka IFRS Ka IFRS : Kalau untuk yang rawat jalannya sendiri siih pak? : Untuk yang rawat jalan kita juga tentukan prioritas, kalau konseling kalau dibutuhkan oleh pasien-pasien yang kronis, pasien yang menggunakan alat kesehatan untuk pengobatannya yang baru saja menggunakan, misalkan inhaler atau rotaheler dan lain sebagainya itu sifatnya membutuhkan priority. Kalau memang di rawat jalan tidak semuanya membutuhkan konseling. : Jadi untuk tugas dan fungsi pokoknya itu sudah melakukan semua pak? : Iyaa sudah semuanya : Terus kemudian tentang kondisi internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki IFRS itu bagaimana pak? Ka IFRS : Kalau kekuatannya itu, saya kira anuu yaa apa namanya difarmasi ini memiliki hhmmm tenaga professional yang sangat berpengalaman yaa..dari segi kompetensinya sangat kompeten ada apoteker farmasi klinik kita punya, sementara ini farmasi kliniknya ada 2 orang, hhmmm maaf..saya, mbak vina,yang PNS, terus sama yang dari bandung, jadi ada 3. Bu farida ini lagi sekolah, farmasi klinik juga. Jadi ada 4. S2 manajemen ada bu Aris 1, itu untuk apotekernya, asisten apotekernya juga sudah sangat berpengalaman, TTK (tenagateknik-kefarmasian) kita juga sudah cukup melakukan tugas yang

104 106 baik. Saya kira itu kekuatan kita itu. Hubungan antaranya juga ini sudah cukup baik. Untuk yang kelemahannya barang kali apa yaa..hmmm..mungkin jumlah kali yaa..jumlah rasionya masih kurang yaa.590 hampir 600 tempat tidur di 2 rumah sakit, jumlah tenaganya itu sangat jomplang yaa.. apotekernya seharusnya kalau ngukur 600. Seharusnya kalau 1 apoteker 30 pasien yaa jadi butuh 20 apoteker, 20 itu yang dirawat inap tok..belum rawat jalan, rawat jalan kita tuuh sekitar 400 resep/hari kalau kita ambil untuk rawat jalan 50 pasien hhmmm untuk 1 apoteker bearti 8 apoteker, minimal kita harus ada 28 apoteker di pelayanan iyaa kan. Hmmm managerial mungkin berapa laah 2 sudah cukup. Yaa.. paling tidak yaa 30 kita dan kita punya apoteker baru apa namanya ada 7 tambah, yang BKBT baru kemarin ada 6 jadi 13 sangat jauh banget separohnya aja belum, 28 kan 14, separohnya aja belum, ini sangat istilahnya apa yaa ngos-ngosan, kalau disuruh sesuai dengan standart apa namanya akreditasi versi 2012 itu dari menkes belum bisa ngoyak itu. Mungkin eehhmmm. Kalau ¾ saja laah yaa dari jumlah ideal barang kali sudah mulai bisa ini mengcover yaa.belum tenaga asistennya, tenaga TTK nya, yang belum banyak mencukupi juga. Untuk kelemahan kita itu jumlah dari kuantitas yang kurang. : Ehhmm kemudian untuk yang kondisi eksternalnya seperti peluang dan ancaman yaitu bagaimana? Ka IFRS : kalau peluang ini anu apa ehhmm.sebetulnya sangat berpeluang karena di daerah jawa barat, eehhmm.sorry jawa bagian barat-selatan ini itu rumah sakit rujukan itu milik provinsi cuma satu ini, rumah sakitnya kalau B itu sudah B+ yaa jumlah tenaga dokternya itu sudah banyak, kita punyan bedah arkeologi, kita punya ahli ehhmmm retina, ada sub spesialis retina, yaa bedah orkeologi kita sudah punya sub spesialis orkologi,

105 107 hemokologi juga kita sudah punya, sehingga peluangnya tuh sangat besar, bedah saraf juga kita punya, ehhmm apa namanya alatalat yang modern juga sudah sangat banyak gitu yaah kita punya ehhmm alat canggih-canggih itu untuk diagnostik maupun untuk terapi, dan radioterapi itu yaah tidak semua rumah sakit punya radioterapi yaa ehhmm kita punya disini. Jadi paling tidak ini rujukan yaa.. rumah sakit rujukan itu peluangnya sangat besar yaa dan asuransi-asuransi banyak bekerja sama dengan rumah sakit milik pemerintah ini. Kemudian ehm itu buktinya dari ini, dari ehhmm..tempat tidur yang selalu penuh yaa.. dari pasien jamkesmas, VIP, VVAIP selalu penuh berbagai kelas yaa jadi eehhmm bordital itu sebernarnya tidak ideal, bordital itu harusnya yaa kita 90 lebih, artinya penuh terus eehhmmm rumah sakitnya penuh terus itu peluang. Kemudian ancaman saya kira, satu lagi HD, kita punya unit HD, ST scand, HD. Dan ancamannya barang kali yang tampak nyata itu..ehhmm yaa.. hampir banyak disekitar margono itu.. dipurwokerto itu.. yaa..banyak rumah sakit yaah.. rumah sakit yang bagus-bagus, rumah sakit yang sudah memiliki apa namanya.. peralatan yang canggih-canggih juga yaa kayak rumah sakit apa namanya.. elisabet ini juga gede, DKT, DKT ini juga sudah mulai berkembang yaa.. jadi..ehhmm banyak.. rumah sakit Banyumas yaa itu mungkin kalau disebut ancaman bisa juga gitu mbak. Ka IFRS : Untuk ancamannya adanya rumah sakit yaa pak : Yaa.. saya kira itu, karna ini rumah sakit, ancaman..apa namanya.. saingan. : Ehhmm untuk memilih perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit itu bagaimana pak?

106 108 Ka IFRS Ka IFRS : Eehhmm. Apa.. kita harus kalau perbekalan farmasi sesuai dengan siklus di sini yaa.. managering drug suplai yaa, harus melihat eehhmm.. anu ehhmm pola penyakit dengan prevalensi yang tertinggi itu apa.., yang diteori-teori itu, kita pakai itu juga, tapi kalau sekarang rumah sakitnya sudah jalan ehhmm.. apa namanya.. ehhmm kita pakainya metode konsumsi yaa..untuk perencanaan itu konsumsi, karena pola itu penyakit kita sudah tahu dan sudah berpengalaman dan melihat dari dokternya juga sudah tahu, eehhmm ada, ada PRD juga yang ikut membuat standar-standart obat dan standar-standar terapinya dari situlah kita tahu kebutuhan ininya, perawat-perawat juga kita libatkan untuk pemasokan alat kesehatan. : Untuk cara merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal seperti apa pak? : Yaa kita sementara ini yang paling cepat kita pakai itu anu apa.. metode konsumsi, rumah sakit pemerintah itu eehhmm dalam hal pengadaan tidak lepas dari barbagai macam peraturan atau birokrasi peraturan, ada PER-PRES no 70 tahun 2012 tetang pengadaan yang harus begini-begini iyaa kan?, tapi Alhamdulillah ehhm.. obat tidak perlu tender sekarang, bisa di lakukan pengadaan sebulan sekali ini sudah perkembangan yang jauh lebih baik dari pada PER-PRES no 80 tahun itu apa yaa..itu, yang sekarang 2012 sudah sangat bagus sudah sangat terbantu, tinggal tender alat kesehatan saja, kalau alat kesehatan satu kali pakai tidak melihat pola penyakit, kalau obat liyat pola penyakitnya, kalau apa.. orang sakit tifoid, orang sakit malaria. Artinya orang sakit ini alat kesehatannya cuma 1, yaa speet 1 jenis, ehhm.. infusa juga 1 jenis yaa.. jadi alat kesehatan tidak terlalu banyak variasinya sehingga bisa di tenderkan, tapi kalau obat kita pengadaannya, perencanaannya perbulan, setahun ada, perencanaan bulanan juga

107 109 ada. Sehingga pengadaan kita sudah bulanan. Dan sudah bisa 6 bulan langsung. Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Kemudian bagaimana mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan yang berlaku? : Yaa.. pengadaannya kita sistemnya ini kita pakai tetap mengacu pada peraturan-peraturan pemerintah yang ada yaa.., itu untuk yang ALKES kita pakai tender 6 bulan sekali misalnya, kemudian untuk apa.. obat kita bisa menentukan langsung, perencanaannya setahun ada, sebulan ada.itu sama juga eehhmmm.. sudah bulanan. : Ehhmmm Untuk obat-obat yang ehhm askes gitu seperti apa pak, pengadaannya? : Ehhmm yaa.. seperti biasa, sama dengan obat-obat umum, hanya saja surat pesanannya di cap oleh askes, kita sesuai dengan harga DPHO di askes yaa itu sama. : Bagaimana memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit? : ee..itu anu apa namanya... semua perbekalan farmasi kita punyanya dari pabrik, tapi untuk obat-obat kanker kita melakukan pengoplosan yang dilakukan oleh 3 orang farmasis. : ee.. bagaimana menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku? : ee..setelah kita melakukan SP ke distributor, kemudian barang datang, kemudian kita cek satu persatu apakah sudah sesuai dengan SP apa belum.

108 110 Ka IFRS : kemudain bagaimana menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian? : Penyimpanan dilakukan sesuai dengan suhu dari masing-masing bentuk sediaan, dan tersusun secara alfabetis. : Untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit? Ka IFRS : Ehhmm..distribusi kita apa namya..eehhmmm kita kan punya 2 rumah sakit yaa.., eehhmm semua manajeman farmasi, perbekalan farmasi dijadikan satu di gudang belakang itu, semua setelah pengadaan masuknya di gudang belakang, kemudian sesuai kebutuhan nanti di RS yang sini geriatrik sesuai dengan kebutuhan dan permintaan biasa mingguan dan bulanan. Kita biasanya secara mingguan, seminggu kita kirim kesana 2x jadi hari Senin dan Kamis untuk hari eehhmm yang rutin yaa.. Senin dan Kamis. Kalau yang dibutuhkan CITO bisa suatu saat di inikan, tapi jarang sekali yang CITO, CITO biasanya kalau pas lagi pemakaian meningkat untuk obat-obat yang eehhmm apa namanya. Kemudian eehhmmmada mobil yang setiap 1 minggu sekali jalan kesana. Kemudian ada distribusi yang ke outlet-outlet, total kita punya 10 outlet di sini dan sana, kulon dan wetan, yang adiyasa geriatrik, ehmm kita didistribusikan apa namanya.. kalau yang di sini saja menggunakan tenaga manusia yaa.. didistribusikan saja seperti biasa tanpa mengurangi syarat-syarat stabilitas masing-masing obat, yaa.. bisa liyat sendiri kan yaa kalau ada obat-obat yang disimpan ditempat dingin maka distribusinya pakai cool box yaa.. yang dalamnya da esnya, jadi kita harus menjaga dalam distribusi itu obat dalam kondisi prima seperti yang diminta dari pabrik obat.

109 111 Ka IFRS : Bagaimana cara mengkaji intrusksi pengobatan atau resep pasien? : Maksudnya bagaimana? : Ehmm untuk mengkaji instruksi, jadi dari. Kan misalkan karyawannya mendapat resep, kayak skrinning resep kayak gitu? Ka IFRS : Yaa.. kita Skrining pada dasar-dasarnya itu ada apa..pharmaceutical, ada skrinning klinis, ehhmm..administrative yaa.., sama seperti teori yang ada, teori itu dibuat karena ada prakteknya, terus juga ketersediaaan obatnya ada apa tidaknya kalau tidak ada kita diskusikan jika perlu dengan dokternya, tapi kita sudah punya eehhmm..sk eehhmm dari direktur yang sampai sekarang belum dicabut kalau kita ingin mengganti dengan obat generik yang zat aktifnya sama tidak perlu kontak dengan dokter langsung kita ganti seadanya, jadi artinya misal dokternya menulis obat paten. Misal contohnya pasien askes yaa.. dilalah dokternya lupa, menulis eehhmm.. di luar askes sementara pasiennya meminta, kita carikan atau kita tawarkan masuk askes bagaimana. Soalnya askeskan pengennya kan tercover semua yaa.. kalou saya kan sudah bayar, alas an mereka, jadi kalau sudah bayar saya harus. Jadi harus tercover semuanya. Terus adakah DRP kita skrining juga, kemudian interaksi obat atau apa. Kemudian kaitannya dengan ibu menyusui itu juga tidak ngomong dengan dokternya, tapi ngomong ke apotek, ke farmasi, ke instalasi farmasi itu kita lakukan skrinning. Ka IFRS : Bagaimana cara mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan? : Yaa.. ehm..biasanya kita skrining melalui ini dulu, melalui apa.. resep yang kita terima, kemudian apabila ada sesuatu yang kita mencurigai adanya DRP kita conform, langsung conrofm kalau di

110 112 rawat inap ke perawat untuk meminta diagram catatan medisnya, kalau apa untuk rawat jalannya kita tanya langsung pada pasiennya betul atau tidak kondisinya seperti ini kemudian kita lakukan interpensi. Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Bagaimana memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan? : Kalau eehhmm efektifitas itu biasanya keliyatannya kalau pasien itu kontrol kembali yaa, pengertian efektifitas itukan luas, pengertiannya banyak, jadi ehhmm ranahnya bukan hanya ranahnya farmasi tok yaa, ntu biasanya eehmm semua tenaga kesehatan dari mulai dokter sampai klinik harus memantau, jadi secara terus terang saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. : Bagaimana cara memberikan koseling kepada pasien atau keluarga pasien? Itu sudah yaa.. pak yang tadi. : Yaa Yang di rawat inap kita tentukan prioritas. Untuk pasien rawat jalan konseling dilakukan untuk pasien-pasien yang kronis, pasien dengan menggunakan alat kesehatan yang baru saja memakai misalkan inhaler atau rotahaler dan sebagainya, sifatnya itu bagi yang membutuhkan yang diprioritaskan, karena memang di rawat jalan itu tidak semuanya membutuhkan konseling. : Bagaimana cara melakukan pencampuran untuk obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral? : Nutrisi parenteral biasanya dilakukan oleh kita tidak punya resep yang nutrisi parenteral, kita punyanya yang sudah jadi dari pabrik yaa.., apa namanya..ehhm.. paling kita melakukan edukasi kepada perawat, sering, beberapa kali kita melakukan edukasi, oh ini dicampr dengan ini, tapi pelakunya biasanya perawat. : Bagaiaman cara melakukan penanganan obat kanker?

111 113 Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Yaa Khusus untuk pananganan obat kanker ada unitnya yang dilakukan oleh farmasis ada 3 orang ehhmm.. TTK kita yang di sana, yang dikoordinir oleh 1 orang Apoteker. Ehhmm untuk ini apa unit pengoplosan obat kanker. : Untuk..ehhm.. apa bagaimana menentukan kadar obat dalam darah? : Oh Kita tidak pake, karna tidak punya alatnya, alatnya itu mahal. Beberapa Rumah Sakit yang memiliki alat TDM itu ehhmm juga sering anu apa menemui kesulitan yaa.. karena pemakaiannya belum rutin yaa.. terus sekali masuk perporsinya mahal, tapi sekali masuknya barengan itu perporsinya murah. Tapi jarang sekali dokter yang menyuruh untuk di TDM. : Bagaimana cara melakukan pencatatan pada setiap kegiatan yang dilakukan? : yaa.. ehhmm Kita punya beberapa dokumentasi termasuk monitoring pasien, kita lakukan secara anu apa namanya tentang efektifitas, biasanya kita pantau yang DRP nya cukup berat yaa.., kemudian biasanya ada dari rawat inap itu, dibantu oleh adik-adik dari mahasiswa PKPA untuk membantu memonitoring. : Kalau untuk rawat jalannya sendiri siih pak? Ka IFRS : Rawat jalan nya ehmm apa namanya dokumentasinya, dokumentasi resep saja tidak sampai ke farmasi klinik yang memonitoring, seperti itu tidak. Karena sulit yaa rawat jalan, kan memang tidak mudah yaa.. kalau rawat inap kan pasiennya ada disitu jadi gampang. : Bagaimana cara melaporkan pada setiap kegiatan yang dilakukan?

112 114 Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Kita lakukan secara bulanan, semua kegiatan baik farmasi klinik ehhmm.. apa namanya maupun penyediaan persediaan apa perbekalan farmasi, ehhmm.. apa namanya kita lakukan bulanan. kemudian kita lakukan evaluasi, setahun 2 kali, kita lakukan stock opname yaa, kemudian kita laporkan keuangan ini kan milik provinsi yaa.. laporkan ke pemerintah provinsi. Setahun 2 kali akhir Juni dan 31 Desember pasti stock opnam. : Apakah IFRS telah memfasilitasi dan mendorong tersusunnya atandar pengobatan dan formularium rumah sakit? Apabila iya, fasilitas apa saja yang digunakan untuk tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit? : Iya, formularium kita namanya DORS mbak Daftar Obat Rumah Sakit. Yang sudah dilengkapi juga dengan beberapa nama merk dagang, dan dilakukan evaluasi 1 tahun sekali, ehhmm itu untuk pasien umum. Kalau pasien askes ada DPHO, kalau jamkesmas itu standart obat jamkesmas, jamsostek juga sudah ada sendiri standarnya. : Yaa.. udah pak, segitu dulu nanti saya kelompokkan yang termasuk kekuatan dan kelemahan, sama hasil pengamatan dilapangan, kemudian nanti saya kembali ke bapak. : Untuk konfirmasi? : iyaa, pak. Sama pemberian bobot dan rating : oke : Terima kasih pak, untuk waktunya : Sama-sama

113 115 TRANSKIP WAWANCARA KEPALA SUB INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Ka Sub Ka Sub : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. : Ceritakan kondisi pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan oleh IFRS selama ini? : Ehhmm.. yaa. Kalau menurut saya sih pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan sudah cukup baik ya.. : Menurut anda bagaimana keadaan internal seperti kekuatan dan kelemahan IFRS ini? : Ehhmm..untuk kondisi interlnya yaa.. Kita berusaha membuat situasi dan kondisi yang kompak, yaa.. karna dengan kekompakan ini memperlancar dan mempermudah dalam pekerjaan, sehingga tidak terasa capek walaupun pekerjaan disini banyak yaa, sehingga pekerjaan yang berat akan terasa ringan, atau membuat kondisi yang lebih baik untuk menjadi lebih baik.

114 116 Ka sub : Menurut anda bagaimana keadaan eksternal IFRS ini? : Ehhmmm yaa..sistem birokrasi kurang sesuai dengan sistem pelayanan, sehingga dalam pengadaan terhambat, akibatnya mengganggu kelancaran pelayanan. Mengetahui, Kepala Sub. IFRSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Drs. Deni Henandar, Apt

115 117 TRANSKIP WAWANCARA PETUGASINSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Petugas : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. : Bisakah anda Ceritakan kepuasan dan ketidakpuasan anda terhadap pekerjaan yang anda lakukan? : Gimana yaa kalau menurut saya sih puas, pelayanan menggunakan sistem komputer dalam resep, permintaan barang, stock obat. Tetapi seringnya kekosongan membuat pelayanan terhadap pasien kurang maksimal. Mengetahui, Petugas IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Widhi Wijayasari

116 118 TRANSKIP WAWANCARA KEPALA INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Ka IRJ Ka IRJ : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. Sejauh mana pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan di instalasi farmasi rawat jalan? : Selama ini, selama saya menjabat sebagai kepala IRJ tidak ada permasalah yang serius, baik-baik saja. : Eehmm yang bapak ketahui bagaimana keadaan internal seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki instalasi, kalau di rawat jalan? : Yaa.. ini di rawat jalan, yaa.. kalau untuk keadaan internalnya mungkin perlu adanya penambahan tenaga, karna kami berfikir begini karena di rawat jalan itu jumlah polikliniknya banyak, tidak cuma 1, ada 15 poliklinik, Saya dengan pak Budi, pak Deni dan ibu Aris waktu itu, bahwa harusnya ada satelit di masing-masing beberapa poliklinik dijadikan satu, misalnya di poliklinik penyakit dalam dengan poliklinik bedah, ada 1 satelit farmasi sehingga pelayanan terhadap pasien lebih efektif dan juga obat-obatnya. Nah tau sendirikan instalasi farmasinya cuma ada 1. di satu tempat central, di satu sisi memang bagus, tetapi di sisi lain membuat pelayanannya menjadi lama karena semua poliklinik yang ada di Rawat Jalan, ngambil obatnya di instalasi farmasi rawat jalan di central. Sehingga kelemahan yang saya katakana lama ya.. waktu tunggu pasien menunggu terlalu lama.

117 119 Kekuatan yang dimiliki itu tenaga farmasis yang professional, lebih cekatan dalam memberikan pelayanan dan insya Allah ramah terhadap pasien. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Farmasi kalau dibuat satelit di masing-masing poliklinik akan mempercepat waktu. Ka IRJ Ka IRJ : Untuk keadaan eksternal seperti ancaman dan peluang yang dimiliki IFRJ ini? : Kalau ancaman siih berhubungan dengan central tadi yaa.. seperti yang saya katakana tadi, sehingga pelayanannya lama, sehingga pasien akan timbul keluar untuk menebus obat yang lebih mudah, apalagi kalau pasien yang eehhmm.. bukan askes, pasien umum yaa. Kita disini menggunakan peresepan elektronik, kalau seandainya lepas, menggunakan loket manual kemungkinan pasien akan keluar, jadi artinya pasien akan keluar dari farmasi margono, pasien akan meminta beli obat diluar karena lebih mudah, lebih cepat dan sama-sama bayar. Untuk peluangnya, kalau aksesnya lebih cepat dari masing-masing pasien atau seperti dibuat satelit farmasi di masing-masing poliklinik maka akan cepat. Seperti di rumah sakit Fatmawati, Harapan Kita, saya pernah liyat beberapa kali di sana, mereka punya satelit farmasi, seperti di poli anak dan poli lain diantara poli itu di tengah-tengah ada satelit, sehingga obat-obatan yang tersedia spesifik untuk kedua poli tersebut, bisa poli bedah dengan poli lain. sehingga pasien tidak harus menunggu lama. : Yaa.. udah pak, gituh aja, nanti besok saya kesini lagi buat konfirmasi hasil wawancara yang sekarang. : Besok sabtu yaa kira-kira jam setengah 9 yaa. : Terima kasih pak, buat waktunya

118 120 Ka IRJ : Iyaa sama-sama Mengetahui, Kepala IRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Wahyu Jatmiko, S.Kep, Ners

119 121 Lampiran 16. Interpretasi Hasil Wawancara TRANSKIP WAWANCARA KEPALA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. Ehhmm Tentang.. : Lanjut saja.. : Tentang tugas dan fungsi pokok itu pak, yang di instalasi farmasi. : Tugas dan Fungsi pokok? : iya.. :Kenapa? : Ehmm.Apakah IFRS ini sudah melangsungkan pelayanan yang optimal? Jika sudah pelayanan kefarmasian apa sajakah yang telah dilakukan? Ka IFRS : yaa kalau menurut saya, Iya, sudah. Dari mulai apa hmmmm apa managering drug suplay, suplai obat dan alat kesehatan, iyaa kan. sampai hhmm apa namanya dengan penggunaan, bahkan ada.. ada.kita punya biopasif, terus kemudian apa namanya mulai dari perencanaan, hmmm pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian perbekalan farmasi. Interpretasi: Pelayanan kefarmasian yang optimal telah dilakukan dari mulai manajemen obat sampai pendistribusian perbekalan farmasi

120 122 Ka IFRS : Hhmmm Apakah IFRS telah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan dibidang farmasi? Jika iya, pelatihan dan pendidikan apa saja yang telah diberikan, jelaskan? : Iya, kalau untuk pendidikan dan pelatihan ada yang internal khusus karyawan dan ada juga yang eksternal untuk mahasiswa PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) dan D3 farmasi. Interpretasi: Pendidikan dan pelatihan dilakukan terhadap karyawan dan mahasiswa PKPA Ka IFRS : Hmm... Apakah IFRS ini menyelengggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi? Apabila iya, pelayanan professional apa sajakah yang telah dilakukan, jelaskan? : Hhhm...iya, ee..anu.. yaa.. saya fikir tenaga farmasi di IFRS ini sangat kompeten dan sangat berpengalaman, sehingga dalam melakukan pelayanannya mereka itu udah professional yaa.. Interpretasi: Pelayanan kefarmasian yang professional telah diberikan. Ka IFRS : Kemudian hmm.. apakah IFRS ini memberikan pelayanan yang bermutu melalui analisa, dan evaluasi guna meningkatkat mutu pelayanan kefarmasian? Apabila iya, Pelayanan mutu apa saja yang telah dilakukan, jelaskan? : Eehhmmm... iya.untuk anu... apa namanya.. evaluasi kita adakan setahun 2 kali, dari semua kegiatan di baik farmasi klinik maupun persediaan obat.

121 123 Interpretasi: Evaluasi dilakukan setahu 2 kali untuk semua kegiatan di IFRS. : untuk pertanyaan selanjutnya...apakah IFRS ini telah melangsungkan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi? Apabila iya, pengembangan dan penelitian apa saja yang telah dilakukan? Ka IFRS : ee...iyaa, itu..anu..apa namanya...seperti farmasi klinik dan farmasi manajemen. Interpreatsi: Pengembangan dan penelitian yang telah dilakukan di farmasi klinik dan farmasi manajemen. Ka IFRS Ka IFRS : Apakah IFRS ini melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi? Apabila iya informasi apa sajakah yang diberikan kepada pasien? : Kepada Mereka? : Iya : Yaa.artinya, ini kan forentir, pasiennya mau ikut apa tidak. Jika dia mau ikut pertama kita wawancara dulu kepada pasiennya bagaimana pola makannya sebelum puasa dan diwaktu puasa apakah ada perubahan atau tidak, apakah kalorinya bertambah naik atau turun. Jika kalorinya bertambah naik maka obat kita atur supaya waktu minumnya tepat, sehingga tidak akan mengalami hiperglikemik maupun hipoglikemik pada saat puasa. Jika turun maka kita modifikasi dosisnya, kita kurangi dosisnya ketika sahur, apaa hmm..seharian kan dia tidak makan, sehingga pasien itu dijaga benar keadaannya biyar tidak drop atau kelebihan.

122 124 Kalau sekarang ini kan jarang yaa.. pasien-pasien yang seperti itu, untuk edukasi. Interpretasi: Pengaturan dosis pada pasien DM, menjelang bulan Ramadhan Ka IFRS : kalau untuk pasien yang rawat inap itu, untuk informasinya itu? : hmm itu apa kita biasanya yang dirawat inap kita itu seringnya anu.. apa namanya hhmmm kita tentukan prioritas, kalau ada yang Drug Releated Problem kita ambil karena jumlah tenaga apotekernya kita belum cukup yaa..untuk melakukan asuhan kefarmasian secara total. Emang Akhir tahun 2013 ini katanya siih kita akan mau anu..apa namanya. Karena akreditasi versi 2012 itu kan sudah mensyaratkan melakukan asuhan kefarmasian kepada pasien. Interpretasi: Kurangnya jumlah tenaga apoteker untuk melakukan asuhan kefarmasian secara total. Ka IFRS : Kalau untuk yang rawat jalannya sendiri siih pak? : Untuk yang rawat jalan kita juga tentukan prioritas, kalau konseling kalau dibutuhkan oleh pasien-pasien yang kronis, pasien yang menggunakan alat kesehatan untuk pengobatannya yang baru saja menggunakan, misalkan inhaler atau rotaheler dan lain sebagainya itu sifatnya membutuhkan priority. Kalau memang di rawat jalan tidak semuanya membutuhkan konseling. Interpretasi: KIE dilakukan terhadap pasien kronis dan pasien yang menggunakan alat kesehatan dalam pengobatannya, tidak semua pasien butu konseling.

123 125 Ka IFRS : Apakah IFRS telah memfasilitasi dan mendorong tersusunnya atandar pengobatan dan formularium rumah sakit? Apabila iya, fasilitas apa saja yang digunakan untuk tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit? : Iya, formularium kita namanya DORS mbak Daftar Obat Rumah Sakit. Yang sudah dilengkapi juga dengan beberapa nama merk dagang, dan dilakukan evaluasi 1 tahun sekali, ehhmm itu untuk pasien umum. Kalau pasien askes ada DPHO, kalau jamkesmas itu standart obat jamkesmas, jamsostek juga sudah ada sendiri standarnya. Interpretasi: Formularium yang dimiliki namanya DORS untuk pasien umum, pasien askes DPHO, jamkesmas itu standar obat jamkesmas. Ka IFRS : Kan untuk tugas dan fungsi pokokny itu banyak yaa pak, dari semua point itu tuh apakah ada pelayanan yang paling baik yang pernah dilakukan? Kayak misalkan ada tentang KIE. Untuk KIE nya di IFRS itu berjalan dengan baik atau tidak? : Iya, yang rutin selalu kita adakan itu anu apa namanya pelayanan asuhan farmasi pada pasien yang penyakin DM terutama menjelang bulan puasa di rawat jalan, nanti bulan Juni, akhir Juni ini hhmmm apa namanya akan, sorry bulan Juli, awal Juli akan kita langsungkan. Asuhan kefarmasiannya itu tentang bagaimana cara meminum obatnya ketika bulan Ramadhan. Interpretasi: Asuhan pelayanan farmasi yang rutin dilakukan pada pasien DM, terutama menjelang bulan Ramadhan

124 126 Ka IFRS : Jadi untuk tugas dan fungsi pokoknya itu sudah melakukan semua pak? : Iyaa sudah semuanya Interpretasi: Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo telah melakukan semua tugas dan fungsi pokok. : Terus kemudian tentang kondisi internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki IFRS itu bagaimana pak? Ka IFRS : Kalau kekuatannya itu, saya kira anuu yaa apa namanya difarmasi ini memiliki hhmmm tenaga professional yang sangat berpengalaman yaa..dari segi kompetensinya sangat kompeten ada apoteker farmasi klinik kita punya, sementara ini farmasi kliniknya ada 2 orang, hhmmm maaf..saya, mbak vina,yang PNS, terus sama yang dari bandung, jadi ada 3. Bu farida ini lagi sekolah, farmasi klinik juga. Jadi ada 4. S2 manajemen ada bu Aris 1, itu untuk apotekernya, asisten apotekernya juga sudah sangat berpengalaman, TTK (tenagateknik-kefarmasian) kita juga sudah cukup melakukan tugas yang baik. Saya kira itu kekuatan kita itu. Hubungan antaranya juga ini sudah cukup baik. Untuk yang kelemahannya barang kali apa yaa..hmmm..mungkin jumlah kali yaa..jumlah rasionya masih kurang yaa.590 hampir 600 tempat tidur di 2 rumah sakit, jumlah tenaganya itu sangat jomplang yaa.. apotekernya seharusnya kalau ngukur 600. Seharusnya kalau 1 apoteker 30 pasien yaa jadi butuh 20 apoteker, 20 itu yang dirawat inap tok..belum rawat jalan, rawat jalan kita tuuh sekitar 400 resep/hari kalau kita ambil untuk rawat jalan 50 pasien hhmmm untuk 1 apoteker bearti 8 apoteker, minimal kita harus ada 28 apoteker di pelayanan iyaa kan. Hmmm managerial mungkin berapa laah 2 sudah cukup. Yaa.. paling tidak yaa 30 kita dan kita punya apoteker baru apa

125 127 namanya ada 7 tambah, yang BKBT baru kemarin ada 6 jadi 13 sangat jauh banget separohnya aja belum, 28 kan 14, separohnya aja belum, ini sangat istilahnya apa yaa ngos-ngosan, kalau disuruh sesuai dengan standart apa namanya akreditasi versi 2012 itu dari menkes belum bisa ngoyak itu. Mungkin eehhmmm. Kalau ¾ saja laah yaa dari jumlah ideal barang kali sudah mulai bisa ini mengcover yaa.belum tenaga asistennya, tenaga TTK nya, yang belum banyak mencukupi juga. Untuk kelemahan kita itu jumlah dari kuantitas yang kurang. Interpretasi : Kekuatan yang dimiliki yaitu tenaga farmasi yang professional. Kelemahan yan dimiliki yaitu jumlah tenaga apoteker kurang : Ehhmm kemudian untuk yang kondisi eksternalnya seperti peluang dan ancaman yaitu bagaimana? Ka IFRS : kalau peluang ini anu apa ehhmm.sebetulnya sangat berpeluang karena di daerah jawa barat, eehhmm.sorry jawa bagian barat-selatan ini itu rumah sakit rujukan itu milik provinsi cuma satu ini, rumah sakitnya kalau B itu sudah B+ yaa jumlah tenaga dokternya itu sudah banyak, kita punyan bedah arkeologi, kita punya ahli ehhmmm retina, ada sub spesialis retina, yaa bedah orkeologi kita sudah punya sub spesialis orkologi, hemokologi juga kita sudah punya, sehingga peluangnya tuh sangat besar, bedah saraf juga kita punya, ehhmm apa namanya alatalat yang modern juga sudah sangat banyak gitu yaah kita punya ehhmm alat canggih-canggih itu untuk diagnostik maupun untuk terapi, dan radioterapi itu yaah tidak semua rumah sakit punya radioterapi yaa ehhmm kita punya disini. Jadi paling tidak ini rujukan yaa.. rumah sakit rujukan itu peluangnya sangat besar yaa dan asuransi-asuransi banyak bekerja sama dengan rumah sakit milik pemerintah ini. Kemudian ehm itu buktinya dari ini,

126 128 dari ehhmm..tempat tidur yang selalu penuh yaa.. dari pasien jamkesmas, VIP, VVAIP selalu penuh berbagai kelas yaa jadi eehhmm bordital itu sebernarnya tidak ideal, bordital itu harusnya yaa kita 90 lebih, artinya penuh terus eehhmmm rumah sakitnya penuh terus itu peluang. Kemudian ancaman saya kira, satu lagi HD, kita punya unit HD, ST scand, HD. Dan ancamannya barang kali yang tampak nyata itu..ehhmm yaa.. hampir banyak disekitar margono itu.. dipurwokerto itu.. yaa..banyak rumah sakit yaah.. rumah sakit yang bagus-bagus, rumah sakit yang sudah memiliki apa namanya.. peralatan yang canggih-canggih juga yaa kayak rumah sakit apa namanya.. elisabet ini juga gede, DKT, DKT ini juga sudah mulai berkembang yaa.. jadi..ehhmm banyak.. rumah sakit Banyumas yaa itu mungkin kalau disebut ancaman bisa juga gitu mbak. Interpretasi: Peluang yang dimiliki yaitu : Satu-satunya rumah sakit rujukan di Jawa Tengah bagian Barat-Selatan memiliki banyak macam dokter spesialis banyaknya alat-alat kedokteran diagnostic yang modern banyak kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan. Interpretasi: Ancaman yang dimiliki yaitu adanya rumah sakit lain yang bagusbagus, Ka IFRS : Untuk ancamannya adanya rumah sakit yaa pak : Yaa.. saya kira itu, karna ini rumah sakit, ancaman..apa namanya.. saingan.

127 129 Ka IFRS : Ehhmm untuk memilih perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit itu bagaimana pak? : Eehhmm. Apa.. kita harus kalau perbekalan farmasi sesuai dengan siklus di sini yaa.. managering drug suplai yaa, harus melihat eehhmm.. anu ehhmm pola penyakit dengan prevalensi yang tertinggi itu apa.., yang diteori-teori itu, kita pakai itu juga, tapi kalau sekarang rumah sakitnya sudah jalan ehhmm.. apa namanya.. ehhmm kita pakainya metode konsumsi yaa..untuk perencanaan itu konsumsi, karena pola itu penyakit kita sudah tahu dan sudah berpengalaman dan melihat dari dokternya juga sudah tahu, eehhmm ada, ada PRD juga yang ikut membuat standar-standart obat dan standar-standar terapinya dari situlah kita tahu kebutuhan ininya, perawat-perawat juga kita libatkan untuk pemasokan alat kesehatan. Interpretasi: Pemilihan perbekalan farmasi sesuai dengan siklus manajeman suplai obat, seperti metode pola penyakit dan metode konsumsi. Ka IFRS : Untuk cara merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal seperti apa pak? : Yaa kita sementara ini yang paling cepat kita pakai itu anu apa.. metode konsumsi, rumah sakit pemerintah itu eehhmm dalam hal pengadaan tidak lepas dari barbagai macam peraturan atau birokrasi peraturan, ada PER-PRES no 70 tahun 2012 tetang pengadaan yang harus begini-begini iyaa kan?, tapi Alhamdulillah ehhm.. obat tidak perlu tender sekarang, bisa di lakukan pengadaan sebulan sekali ini sudah perkembangan yang jauh lebih baik dari pada PER-PRES no 80 tahun itu apa yaa..itu, yang sekarang 2012 sudah sangat bagus sudah sangat terbantu, tinggal tender alat kesehatan saja, kalau alat kesehatan satu kali pakai tidak melihat pola penyakit, kalau obat liyat pola penyakitnya, kalau apa.. orang

128 130 sakit tifoid, orang sakit malaria. Artinya orang sakit ini alat kesehatannya cuma 1, yaa speet 1 jenis, ehhm.. infusa juga 1 jenis yaa.. jadi alat kesehatan tidak terlalu banyak variasinya sehingga bisa di tenderkan, tapi kalau obat kita pengadaannya, perencanaannya perbulan, setahun ada, perencanaan bulanan juga ada. Sehingga pengadaan kita sudah bulanan. Dan sudah bisa 6 bulan langsung. Interpretasi: Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan secara 1 bulan sekali dengan menggunakan metode konsumdi, sedangkan untuk alat kesehatan dilakukan dengan cara tander. Ka IFRS : Kemudian bagaimana mengadakan perbekalan farmasi yang berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan yang berlaku? : Yaa.. pengadaannya kita sistemnya ini kita pakai tetap mengacu pada peraturan-peraturan pemerintah yang ada yaa.., itu untuk yang ALKES kita pakai tender 6 bulan sekali misalnya, kemudian untuk apa.. obat kita bisa menentukan langsung, perencanaannya setahun ada, sebulan ada.itu sama juga eehhmmm.. sudah bulanan. Interpretasi: Pengadaan untuk ALKES dilakukan 6 bulan sekali, untuk obat dilakukan sebulan sekali dan setahun sekali. Ka IFRS : Ehhmmm Untuk obat-obat yang ehhm askes gitu seperti apa pak, pengadaannya? : Ehhmm yaa.. seperti biasa, sama dengan obat-obat umum, hanya saja surat pesanannya di cap oleh askes, kita sesuai dengan harga DPHO di askes yaa itu sama.

129 131 Interpretasi: Pengadaan perbekalan farmasi untuk pasien askes sama dengan obat- obat uu, harga obat sesuai dengan DPHO di askes. Ka IFRS : Bagaimana memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit? : ee..itu anu apa namanya... semua perbekalan farmasi kita punyanya dari pabrik, tapi untuk obat-obat kanker kita melakukan pengoplosan yang dilakukan oleh 3 orang farmasis. Interpretasi: Semua perbekalan farmasi berasal dari pabrik. Ka IFRS : ee.. bagaimana menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku? : ee..setelah kita melakukan SP ke distributor, kemudian barang datang, kemudian kita cek satu persatu apakah sudah sesuai dengan SP apa belum. Interpretasi: Penerimaan perbekalan farmasi dengan mencocokkan SP dengan barang yang diterima. Ka IFRS : kemudain bagaimana menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian? : Penyimpanan dilakukan sesuai dengan suhu dari masing-masing bentuk sediaan, dan tersusun secara alfabetis. Interpetasi: Penyimpanan dilakukan sesuai dengan suhu dari masingmasing bentuk sediaan.

130 132 : Untuk mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit? Ka IFRS : Ehhmm..distribusi kita apa namya..eehhmmm kita kan punya 2 rumah sakit yaa.., eehhmm semua manajeman farmasi, perbekalan farmasi dijadikan satu di gudang belakang itu, semua setelah pengadaan masuknya di gudang belakang, kemudian sesuai kebutuhan nanti di RS yang sini geriatrik sesuai dengan kebutuhan dan permintaan biasa mingguan dan bulanan. Kita biasanya secara mingguan, seminggu kita kirim kesana 2x jadi hari Senin dan Kamis untuk hari eehhmm yang rutin yaa.. Senin dan Kamis. Kalau yang dibutuhkan CITO bisa suatu saat di inikan, tapi jarang sekali yang CITO, CITO biasanya kalau pas lagi pemakaian meningkat untuk obat-obat yang eehhmm apa namanya. Kemudian eehhmmmada mobil yang setiap 1 minggu sekali jalan kesana. Kemudian ada distribusi yang ke outlet-outlet, total kita punya 10 outlet di sini dan sana, kulon dan wetan, yang adiyasa geriatrik, ehmm kita didistribusikan apa namanya.. kalau yang di sini saja menggunakan tenaga manusia yaa.. didistribusikan saja seperti biasa tanpa mengurangi syarat-syarat stabilitas masing-masing obat, yaa.. bisa liyat sendiri kan yaa kalau ada obat-obat yang disimpan ditempat dingin maka distribusinya pakai cool box yaa.. yang dalamnya da esnya, jadi kita harus menjaga dalam distribusi itu obat dalam kondisi prima seperti yang diminta dari pabrik obat. Interpretasi: Pendistribusian perbekalan farmasi untuk RS Geriatrik dilakukan setiap hari Senin dan kamis. Sedangkan untuk di otlet-otlet dilakukan oleh manusia tanpa mengurangi persyaratan dari stabilitas obat. : Bagaimana cara mengkaji intrusksi pengobatan atau resep pasien?

131 133 Ka IFRS : Maksudnya bagaimana? : Ehmm untuk mengkaji instruksi, jadi dari. Kan misalkan karyawannya mendapat resep, kayak skrinning resep kayak gitu? Ka IFRS : Yaa.. kita Skrining pada dasar-dasarnya itu ada apa..pharmaceutical, ada skrinning klinis, ehhmm..administrative yaa.., sama seperti teori yang ada, teori itu dibuat karena ada prakteknya, terus juga ketersediaaan obatnya ada apa tidaknya kalau tidak ada kita diskusikan jika perlu dengan dokternya, tapi kita sudah punya eehhmm..sk eehhmm dari direktur yang sampai sekarang belum dicabut kalau kita ingin mengganti dengan obat generik yang zat aktifnya sama tidak perlu kontak dengan dokter langsung kita ganti seadanya, jadi artinya misal dokternya menulis obat paten. Misal contohnya pasien askes yaa.. dilalah dokternya lupa, menulis eehhmm.. di luar askes sementara pasiennya meminta, kita carikan atau kita tawarkan masuk askes bagaimana. Soalnya askeskan pengennya kan tercover semua yaa.. kalou saya kan sudah bayar, alas an mereka, jadi kalau sudah bayar saya harus. Jadi harus tercover semuanya. Terus adakah DRP kita skrining juga, kemudian interaksi obat atau apa. Kemudian kaitannya dengan ibu menyusui itu juga tidak ngomong dengan dokternya, tapi ngomong ke apotek, ke farmasi, ke instalasi farmasi itu kita lakukan skrinning. Interpretasi: Skrinning resep yang dilakukan sesuai dengan teori-teori pada skrinning resep seperti skrinning farmasetikal, klinik dan administratif. : Bagaimana cara mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan?

132 134 Ka IFRS : Yaa.. ehm..biasanya kita skrining melalui ini dulu, melalui apa.. resep yang kita terima, kemudian apabila ada sesuatu yang kita mencurigai adanya DRP kita conform, langsung conrofm kalau di rawat inap ke perawat untuk meminta diagram catatan medisnya, kalau apa untuk rawat jalannya kita tanya langsung pada pasiennya betul atau tidak kondisinya seperti ini kemudian kita lakukan interpensi. Interpretasi: Cara mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan dengan melakukan skrinning resep terlebih dahulu, apabila ada yang dicurigai adanya DRP kita conform untuk di rawat inap, kalau rawat jalan ditanyakan langdungpada pasien. Ka IFRS : Bagaimana memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan? : Kalau eehhmm efektifitas itu biasanya keliyatannya kalau pasien itu kontrol kembali yaa, pengertian efektifitas itukan luas, pengertiannya banyak, jadi ehhmm ranahnya bukan hanya ranahnya farmasi tok yaa, ntu biasanya eehmm semua tenaga kesehatan dari mulai dokter sampai klinik harus memantau, jadi secara terus terang saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Interpretasi: Tidak dapat menjawab peranyaan ini Ka IFRS : Bagaimana cara memberikan koseling kepada pasien atau keluarga pasien? Itu sudah yaa.. pak yang tadi. : Yaa Yang di rawat inap kita tentukan prioritas. Untuk pasien rawat jalan konseling dilakukan untuk pasien-pasien yang kronis, pasien dengan menggunakan alat kesehatan yang baru saja

133 135 memakai misalkan inhaler atau rotahaler dan sebagainya, sifatnya itu bagi yang membutuhkan yang diprioritaskan, karena memang di rawat jalan itu tidak semuanya membutuhkan konseling. Interpretasi: Konseling di rawat inap dilakukan dengan menentukan prioritas, untuk di rawat jalan dilakukan untuk pasien yang membutuhkan saja. Ka IFRS : Bagaimana cara melakukan pencampuran untuk obat suntik dan penyiapan nutrisi parenteral? : Nutrisi parenteral biasanya dilakukan oleh kita tidak punya resep yang nutrisi parenteral, kita punyanya yang sudah jadi dari pabrik yaa.., apa namanya..ehhm.. paling kita melakukan edukasi kepada perawat, sering, beberapa kali kita melakukan edukasi, oh ini dicampur dengan ini, tapi pelakunya biasanya perawat. Interpretasi: Nutrisi parenteral yang dimiliki sudah dalambentuk sediaan dari pabrik. Ka IFRS : Bagaiaman cara melakukan penanganan obat kanker? : Yaa Khusus untuk pananganan obat kanker ada unitnya yang dilakukan oleh farmasis ada 3 orang ehhmm.. TTK kita yang di sana, yang dikoordinir oleh 1 orang Apoteker. Ehhmm untuk ini apa unit pengoplosan obat kanker. Interpretasi: Penanganan obat kanker dilakukan oleh 3 orang farmasis. : Untuk..ehhm.. apa bagaimana menentukan kadar obat dalam darah?

134 136 Ka IFRS : Oh Kita tidak pake, karna tidak punya alatnya, alatnya itu mahal. Beberapa Rumah Sakit yang memiliki alat TDM itu ehhmm juga sering anu apa menemui kesulitan yaa.. karena pemakaiannya belum rutin yaa.. terus sekali masuk perporsinya mahal, tapi sekali masuknya barengan itu perporsinya murah. Tapi jarang sekali dokter yang menyuruh untuk di TDM. Interpretasi: Tidak melakukan TDM Ka IFRS : Bagaimana cara melakukan pencatatan pada setiap kegiatan yang dilakukan? : yaa.. ehhmm Kita punya beberapa dokumentasi termasuk monitoring pasien, kita lakukan secara anu apa namanya tentang efektifitas, biasanya kita pantau yang DRP nya cukup berat yaa.., kemudian biasanya ada dari rawat inap itu, dibantu oleh adik-adik dari mahasiswa PKPA untuk membantu memonitoring. Interpretasi: Pemantauan dilakukan pada pasien yang mengalami DRP berat. : Kalau untuk rawat jalannya sendiri siih pak? Ka IFRS : Rawat jalan nya ehmm apa namanya dokumentasinya, dokumentasi resep saja tidak sampai ke farmasi klinik yang memonitoring, seperti itu tidak. Karena sulit yaa rawat jalan, kan memang tidak mudah yaa.. kalau rawat inap kan pasiennya ada disitu jadi gampang. Intrepretasi: Dokumentasi pada pasien rawat jalan hanya resep saja.

135 137 Ka IFRS : Bagaimana cara melaporkan pada setiap kegiatan yang dilakukan? : Kita lakukan secara bulanan, semua kegiatan baik farmasi klinik ehhmm.. apa namanya maupun penyediaan persediaan apa perbekalan farmasi, ehhmm.. apa namanya kita lakukan bulanan. kemudian kita lakukan evaluasi, setahun 2 kali, kita lakukan stock opname yaa, kemudian kita laporkan keuangan ini kan milik provinsi yaa.. laporkan ke pemerintah provinsi. Setahun 2 kali akhir Juni dan 31 Desember pasti stock opnam. Interpretasi: Semua kegiatan dilaporkan setiap bulan, kemudian di evaluasi setahu 2 kali. Ka IFRS Ka IFRS Ka IFRS : Yaa.. udah pak, segitu dulu nanti saya kelompokkan yang termasuk kekuatan dan kelemahan, sama hasil pengamatan dilapangan, kemudian nanti saya kembali ke bapak. : Untuk konfirmasi? : iyaa, pak. Sama pemberian bobot dan rating : oke : Terima kasih pak, untuk waktunya : Sama-sama

136 138 TRANSKIP WAWANCARA KEPALA SUB INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Ka Sub Ka Sub : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. : Ceritakan kondisi pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan oleh IFRS selama ini? : Ehhmm.. yaa. Kalau menurut saya sih pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan sudah cukup baik ya.. : Menurut anda bagaimana keadaan internal seperti kekuatan dan kelemahan IFRS ini? : Ehhmm..untuk kondisi interlnya yaa.. Kita berusaha membuat situasi dan kondisi yang kompak, yaa.. karna dengan kekompakan ini memperlancar dan mempermudah dalam pekerjaan, sehingga tidak terasa capek walaupun pekerjaan disini banyak yaa, sehingga pekerjaan yang berat akan terasa ringan, atau membuat kondisi yang lebih baik untuk menjadi lebih baik. Kekuatan 3: Kekompakan ini akan memeperlancar dan mempermudah dalam pekerjaan Kelemahan 3: Pekerjaan di sini banyak

137 139 Ka sub : Menurut anda bagaimana keadaan eksternal IFRS ini? : Ehhmmm yaa..sistem birokrasi kurang sesuai dengan sistem pelayanan, sehingga dalam pengadaan terhambat, akibatnya mengganggu kelancaran pelayanan. Kelemahan 5: System birokrasi kurang sesuai dengan system pelayanan

138 140 TRANSKIP WAWANCARA PETUGASINSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO Petugas : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. : Bisakah anda Ceritakan kepuasan dan ketidakpuasan anda terhadap pekerjaan yang anda lakukan? : Gimana yaa kalau menurut saya sih puas, pelayanan menggunakan sistem komputer dalam resep, permintaan barang, stock obat. Tetapi seringnya kekosongan membuat pelayanan terhadap pasien kurang maksimal. Kekuatan: Pelayanan menggunakan system komputer

139 141 TRANSKIP WAWANCARA KEPALA INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO : Assalamualaikum. Wr. Wb. Nama saya Iin Atikah, saya mahasiswa farmasi dari UMP, saya ingin mewawancarai bapak untuk kepentingan penelitian skripsi saya yang berjudul perumusan analisis SWOT pelayanan kefarmasian di instalasi farmsi rawat jalan RSUD Prof. Dr. Margono Purwokerto ini. Sejauh mana pelayanan kefarmasian yang telah dilakukan di instalasi farmasi rawat jalan? Ka IRJ : Selama ini, selama saya menjabat sebagai kepala IRJ tidak ada permasalah yang serius, baik-baik saja. Interpretasi: Pelayanan kefarmasian yang dilakukan selama ini tiak ada permasalahan yang serius. : Eehmm yang bapak ketahui bagaimana keadaan internal seperti kekuatan dan kelemahan yang dimiliki instalasi, kalau di rawat jalan? Ka IRJ : Yaa.. ini di rawat jalan, yaa.. kalau untuk keadaan internalnya mungkin perlu adanya penambahan tenaga, karna kami berfikir begini karena di rawat jalan itu jumlah polikliniknya banyak, tidak cuma 1, ada 15 poliklinik, Saya dengan pak Budi, pak

140 142 Deni dan ibu Aris waktu itu, bahwa harusnya ada satelit di masing-masing beberapa poliklinik dijadikan satu, misalnya di poliklinik penyakit dalam dengan poliklinik bedah, ada 1 satelit farmasi sehingga pelayanan terhadap pasien lebih efektif dan juga obat-obatnya. Nah tau sendirikan instalasi farmasinya cuma ada 1. di satu tempat central, di satu sisi memang bagus, tetapi di sisi lain membuat pelayanannya menjadi lama karena semua poliklinik yang ada di Rawat Jalan, ngambil obatnya di instalasi farmasi rawat jalan di central. Sehingga kelemahan yang saya katakana lama ya.. waktu tunggu pasien menunggu terlalu lama. Kekuatan yang dimiliki itu tenaga farmasis yang professional, lebih cekatan dalam memberikan pelayanan dan insya Allah ramah terhadap pasien. Hanya itu yang bisa saya sampaikan. Farmasi kalau dibuat satelit di masing-masing poliklinik akan mempercepat waktu. Interpretasi: Kekuatan yang dimiliki tenaga farmasi yang professional, kelemahan yang dimiliki waktu tunggu pasien terlalu lama. : Untuk keadaan eksternal seperti ancaman dan peluang yang dimiliki IFRJ ini? Ka IRJ : Kalau ancaman siih berhubungan dengan central tadi yaa.. seperti yang saya katakana tadi, sehingga pelayanannya lama, sehingga pasien akan timbul keluar untuk menebus obat yang

141 143 lebih mudah, apalagi kalau pasien yang eehhmm.. bukan askes, pasien umum yaa. Kita disini menggunakan peresepan elektronik, kalau seandainya lepas, menggunakan loket manual kemungkinan pasien akan keluar, jadi artinya pasien akan keluar dari farmasi margono, pasien akan meminta beli obat diluar karena lebih mudah, lebih cepat dan sama-sama bayar. Untuk peluangnya, kalau aksesnya lebih cepat dari masing-masing pasien atau seperti dibuat satelit farmasi di masing-masing poliklinik maka akan cepat. Seperti di rumah sakit Fatmawati, Harapan Kita, saya pernah liyat beberapa kali di sana, mereka punya satelit farmasi, seperti di poli anak dan poli lain diantara poli itu di tengah-tengah ada satelit, sehingga obat-obatan yang tersedia spesifik untuk kedua poli tersebut, bisa poli bedah dengan poli lain. sehingga pasien tidak harus menunggu lama. Interpretasi: Pelayanan yang dilakukan lama, sehingga mengakibatkan antrian yang panjang. Penggunaan peresepan elektronik. : Yaa.. udah pak, gituh aja, nanti besok saya kesini lagi buat konfirmasi hasil wawancara yang sekarang. Ka IRJ : Besok sabtu yaa kira-kira jam setengah 9 yaa. : Terima kasih pak, buat waktunya Ka IRJ : Iyaa sama-sama

142 144 Lampiran 17. Tabel Faktor Internal Dan Eksternal Hasil Interpretasi Wawancara Kekuatan Tenaga farmasi yang professional Konseling yang rutin dilakukan terhadap pasien DM Kekompakan kerja karyawan Penggunaan tekhnologi modern Kelemahan: Jumlah tenaga apoteker kurang Waktu tunggu pasien lama Pekerjaan di IFRJ banyak System birokrasi kurang sesuai dengan system pelayanan

143 145 Lampiran 18. Tabel Diskusi Bobot dan Rating Internal Faktor Analisis SWOT (IFAS) PERNYATAAN Bobot Rating Kekuatan 1. Tenaga farmasi yang professional 2. Konseling yang rutin terhadap pasien DM 3. Kekompakan kerja karyawan 4. Penggunaan tekhnologi modern 5. Tingkat kepuasan kerja karyawan Kelemahan 1. Jumlah tenaga Apoteker kurang 2. Waktu tunggu pasien menebus obat lama 3. Pekerjaan di IFRJ banyak 4. Ruang tunggu pasien kurang 5. System birokrasi kurang sesuai dengan system pelayanan jumlah Pemberian bobot berdasarkan tinggkat kepentingan pernyataan terhadap peningkatan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Pemberian rating berdasarkan pengaruh untuk peningkatan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Ket. Nilai bobot : 1 = tidak penting 2 = kurang penting 3 = penting 4 = sangat penting Ket. Nilai Rating: Kekuatan: 1 = tidak berpengaruh kelemahan: 1 = sanagt berpengaruh 2 = cukup berpengaruh 2 = berpengaruh 3 = berpengaruh 3 = cukup berpengaruh 4 = sangat berpengaruh 4 = tidak berpengaruh

144 146 Eksternal Faktor Analisis SWOT (EFAS) PERNYATAAN Bobot Rating Peluang 1.RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo satu-satunya rumah sakit rujukan di Jawa Tengah 2. Terdapat banyak dokter spesialis 3. Adanya alat-alat kesehatan yang modern 4. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di IFRJ 5.kerjasama dengan asuransi-asuransi kesehatan 6. Mempunyai 15 poliklinik Kelemahan 1. Adanya rumah sakit lain di sekitar 2. Adanya apotek di sekitar rumah sakit 3. Antrian pasien yang panjang Jumlah Pemberian bobot berdasarkan tingkat kepentingan pernyataan terhadap peningkatan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Pemberian rating berdasarkan pengaruh untuk peningkatan pelayanan kefarmasian di IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Ket. Nilai bobot : 1 = tidak penting 2 = kurang penting 3 = penting 4 = sangat penting Ket. Nilai Rating: Peluang : 1 = tidak berpebgaruh Ancaman : 1 = sanagt berpengaruh 2 = cukup berpengaruh 2 = berpengaruh 3 = berpengaruh 3 = cukup berpengaruh 4 = sangat berpengaruh 4 = tidak berpengaruh

145 147 Lampiran 19. Tabulasi Bobot Dan Rating

146 148 Lampiran 20. Surat Permohonan Izin an di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

147 149 Lampiran 21. Surat Izi an Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

148 150 Lampiran 22. Surat Izin Melakukan Validasi Di RSUD Cilacap

149 151 Lampiran 23. Surat Izin Validasi Dari RSUD Cilacap

150 152 Lampiran 24. Surat Selesai Uji Validasi Di RSUD Cilacap

151 153 Lampiran 25. Surat Selesai an Di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

152 154 Lampiran 26. Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara Kepada Kepala IFRS RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

153 155 Lampiran 27. Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara Kepada Kepala Sub IFRS RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

154 156 Lampiran 28. Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara Kepada Petugas IFRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

155 157 Lampiran 29. Surat Pernyataan Telah Melakukan Wawancara Kepada kepala IRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

156 158 Lampiran 30. Daftar Nama Karyawan IFRJ Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

157 159 Lampiran 31. Bukti Validasi

158 160 Lampiran 32. Bukti Responden Pasien Bukti Responden Yang Mengisi Kuesioner

159 161

160 162 Lampiran 33. Dokumentasi Wawancara Dengan Ka IRJ RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto Dokumentasi Wawancara dengan Ka Sub IFRS RSMS Wawancara dengan petugas IFRJ

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif observasional dan bersifat cross sectional. Menurut Dahlan (2006) penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Rebublik Indonesia (Kepmenkes RI) No. 1332/Menkes/SK/X/2002, tentang perubahan atas peraturan Menkes RI No.922/Menkes/PER/X/1993 mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI Oleh : MUTTI ATUN HAFSAH K 100 050 213 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian PT. BMI, Tbk memiliki visi, menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual dan dikagumi di pasar rasional. Visi tersebut harus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, menyebutkan bahwa yang disebut dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Sesuai

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD UPAYA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN FARMASI RSK. ST VINCENTIUS A PAULO SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SERVQUAL DAN QFD Hilda Harijono dan Bobby Oedy P. Soepangkat Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di RSIFC khususnya di gudang Instalasi Farmasi. Hasil penelitian meliputi tahap penyimpanan dan analisis SWOT untuk mengetahui posisi Instalasi Farmasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 00:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini dilakukan di wifi corner area PT. Telkom Kotabaru milik PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Witel Yogyakarta, dengan objek yang diteliti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Faktor paling penting dalam pelayanan kesehatan di RS adalah kepuasan pasien. Kepuasan pasien terpenuhi jika harapan-harapan pasien akan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan desain cross sectional yaitu penelitian yang bertujuan untuk memebrikan gambaran atau seskriptif

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I Oleh : NILA HIDAYATI K100040056 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pelanggan PO Maju Lancar. Jumlah kuisioner yang disebarkan dihitung dengan Z E

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pelanggan PO Maju Lancar. Jumlah kuisioner yang disebarkan dihitung dengan Z E 33 BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1. Pengumpulan Data Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Pada penelitian kali ini dilakukan uji validasi dengan dilanjutkan uji realibilitas pada instrumen penelitian. Instrumen penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif observasional dan pendekatan mixed method ( kualitatif dan kuantitatif). Metode kualitatif adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Semakin ketatnya persaingan dalam industri perhotelan, maka untuk meningkatkan daya saingnya maka Sahira Butik Hotel Bogor melakukan peningkatkan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi mendorong masyarakat umtuk memperhatikan derajat kesehatan demi menaikkan kualitas hidupnya melalui lembaga penyedia layanan kesehatan. Salah

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. Peningkatan target Penyaluran KUR Bank BNI. Persaingan Penyaluran Kredit KUR. BNI UKC Karawang

III. METODE KAJIAN. Peningkatan target Penyaluran KUR Bank BNI. Persaingan Penyaluran Kredit KUR. BNI UKC Karawang 41 III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Kajian Meningkatnya target penyaluran BNI KUR setiap tahunnya dan ketatnya persaingan antar perbankan mengharuskan bank BNI untuk mengetahui karakteristik dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penyuluhan Pertanian bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petani dan kelompok tani, mengubah perilakunya dalam usaha taninya sehingga mampu menghasilkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 40 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data 3.1.1 Penelitian Kepustakaan 1. Study literatur atau studi kepustakaan, yaitu dengan mendapatkan berbagai literatur dan referensi tentang manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Salah satu aspek mendasar yang perlu dipahami oleh Perum Perhutani adalah karakter konsumen sebagai pengguna minyak kayu putih hasil produksinya, yaitu kepuasan. Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Rosliana Dewi

Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi. Rosliana Dewi Analisis Tingkat Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Baros Kota Sukabumi Rosliana Dewi roslianadewi@ymail.com ABSTRAK Kepuasan pasien menjadi bagian integral dan menyeluruh dari mutu

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI

EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI EVALUASI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT NIRMALA SURI SUKOHARJO SKRIPSI Oleh PRATIWI K 100060070 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode, teknik dan sumber. Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini objek pengamatan dan penelitian adalah menganalisa tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa yang diberikan di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Azwar (2008 : 7) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat menjadi hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya dalam pembangunan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Banyaknya perusahaan jasa pengiriman, menyebabkan persaingan diantara perusahaan tersebut semakin meningkat. Hal ini didasari semakin dibutuhkan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah merupakan serangkaian prosedur dan langkah-langkah dalam penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan tahapan yang terstruktur

Lebih terperinci

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara

Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara Pengaruh Mutu Pelayanan Terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen Apotek Non Praktek Dokter di Kuta Utara Dewi, N. P. A. T. 1, Dewantara, I. G. N. A. 1, Setyawan, E. I. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 28 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Setelah melakukan studi literatur, langkah selanjutnya adalah pengambilan data dengan menggunakan kuisioner yang diisi oleh pengunjung Cito

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kelompok Tani Kelompok tani diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian non eksperimental deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian non eksperimental deskriptif 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam desain penelitian non eksperimental deskriptif analitik dengan metode survey. Data dikumpulkan secara concurrent sampling.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran KOGUPE SMAN 46 Jakarta merupakan koperasi konsumen di kawasan Jakarta Selatan yang bergerak di bidang usaha pertokoan dan simpan pinjam. Dalam upaya memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan asosiatif. Menurut (Sugiyono2007, p11), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Berikut ini merupakan diagram alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan subyek penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian (kuesioner)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Strategi Pemasaran Strategi Pemasaran ialah paduan dari kinerja wirausaha dengan hasil pengujian dan penelitian pasar sebelumnya dalam mengembangkan keberhasilan strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat deskriptif karena menggambarkan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di SMAK St. Petrus Comoro

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1 Kuesioner tahap I (Uji Coba) Kuesioner tahap I ini dibagikan kepada 30 responden. Hasil kuesioner yang didapat terhadap penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di pedagang ikan hias jalan Peta Kota Bandung. Penelitan berlangsung pada bulan April sampai dengan Juni 2013. 3.2 Metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Pelayanan Menurut Dewantara dan Magetan (2013) Mutu atau kualitas merupakan tingkat baik buruknya sesuatu. Dengan demikian jika suatu objek dengan keadaan baik, maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/ Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah UMKM Kipas Bambu yang terletak di Desa Jipangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Kemudian subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pikir Kepuasan pengguna yang menjadi tujuan dari perusahaan dituangkan dalam strategi dan rencana kerja yang diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran dan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan semua pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan ratarata penduduk

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Penelitian

Bab 3 Metodologi Penelitian Bab 3 Metodologi Penelitian 3.1. Kerangka Pemecahan Masalah Metodologi penelitian merupakan rangkaian proses yang terkait secara sistematik Setiap tahap merupakan bagian yang menentukan tahapan berikutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan untuk menyelesaikan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan.

Kata Kunci : Kepuasan pasien, Tingkat kepuasan pasien, dan lima dimensi kualitas pelayanan. TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RSIA DI KOTA KUPANG TAHUN 2015 Ni Nyoman Yuliani 1, Jefrin Sambara 2, Hermanus Isman 3 Abstrak Kepuasan pasien merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A Pe P ngumpulan Data Wawancara Observasi a. Data Primer

III. METODE KAJIAN A Pe P ngumpulan Data Wawancara Observasi a. Data Primer 18 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai metode, teknik dan sumber, yang dapat diuraikan sebagai berikut : a. Metode pengumpulan data meliputi : 1) Wawancara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dengan adanya metode penelitian ini diharapkan agar setiap langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini dibuat berdasarkan permasalahan penelitian yaitu mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

METODE PENELITIAN. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi : 3.1.1 Data Primer Merupakan data yang langsung didapatkan melalui penyebaran kuisioner

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk mengetahui keinginan konsumen akan minuman kesehatan, kepuasan konsumen merupakan salah satu faktor terpenting yang harus diperhatikan oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat dimana peneliti akan memperoleh atau mencari suatu data yang berasal dari responden yang akan diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Pelayanan Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Proses pelayanan kesehatan menguraikan interaksi antara penderita dan praktisi kesehatan dalam suatu medis. Seringkali, dilupakan suatu kenyataan bahwa kegiatan-kegiatan itu dipengaruhi

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) TIRTAULI PEMATANGSIANTAR

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) TIRTAULI PEMATANGSIANTAR Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM ( PDAM ) TIRTAULI PEMATANGSIANTAR Bersama ini saya mohon kesediaan anda untuk mengisi daftar kuesioner

Lebih terperinci

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS Kiki Alibasah Dosen Jurusan Sistem Informasi STMIK Sumedang Email : kikialibasah78@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kepuasan Pasien Kepuasan merupakan persepsi atau perasaan pasien yang timbul terhadap pelayanan

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Kepuasan Pasien Kepuasan merupakan persepsi atau perasaan pasien yang timbul terhadap pelayanan BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kepuasan Pasien Kepuasan merupakan persepsi atau perasaan pasien yang timbul terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya, oleh karena itu kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, dunia usaha khususnya di Indonesia sedang dilanda

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, dunia usaha khususnya di Indonesia sedang dilanda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, dunia usaha khususnya di Indonesia sedang dilanda kelesuan yang diakibatkan krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pada tahun 1997. Krisis ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data valid dengan tujuan menemukan, mengembangkan, dan membuktikan suatu pengetahuan tertentu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa perkreditan motor PT. Summit Oto Finance Cabang Bogor harus bersaing dengan perusahaan perkreditan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, pesatnya teknologi kedokteran serta kondisi sosial ekonomi masyarakat, kesadaran tentang pentingnya

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA DI KOTA MEDAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA DI KOTA MEDAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENGURUSAN PASPOR PADA KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA DI KOTA MEDAN I. KATA PENGANTAR Dengan hormat, Sehubungan dengan penyelesain tugas akhir

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional non eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan sebuah rancangan bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Rancangan tersebut digunakan untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indikator WHO 1993 Indikator WHO 1993 adalah suatu metode untuk melihat pola penggunaan obat dan dapat secara langsung menggambarkan tentang penggunaan obat yang tidak sesuai.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci