KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN
|
|
- Surya Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Mengingat : 1. bahwa telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina; b. bahwa atas dasar hal tersebut di atas, sebagai acuan untuk produksi benih bina tanaman pangan, dipandang perlu ditetapkan Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043); 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5584); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 1
2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3616); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4020); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4347); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106); 10. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 12. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 85); 13. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun ; 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3599/Kpts/PD.390/10/2009 tentang Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2
3 MEMUTUSKAN: Menetapkan KESATU KEDUA KETIGA : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN : Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Keputusan ini. : Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan produksi benih bina tanaman pangan. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Pertanian RI; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian; 4. Gubernur Provinsi di seluruh Indonesia 5. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia 6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia. 7. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman Pangan di seluruh Indonesia 3
4 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 354/HK.130/C/05/2015 TANGGAL : 18 Mei 2015 PEDOMAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan, perbenihan sebagai salah satu komponen subsistem hulu mempunyai peranan yang cukup strategis, oleh karena berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas, mutu hasil dan sifat ekonomis produk agribisnis tanaman pangan. Pada proses penyediaan benih bina tanaman pangan yang diawali dari penyediaan Benih Penjenis (Breeder Seed) sampai dengan Benih Sebar (Extension Seed) melibatkan banyak lembaga terkait dengan perbenihan baik perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan produksi benih bina tanaman pangan. Agar produksi benih bina tanaman pangan dapat terlaksana dengan baik dan memberikan kontribusi optimal dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan, serta sebagai tindak lanjut penerapan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai produksi benih bina tanaman pangan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, maka disusun Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan untuk digunakan sebagai acuan produksi benih bina tanaman pangan. 2. Tujuan Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan bertujuan untuk memberikan acuan produksi benih bina tanaman pangan. 3. Pengertian Dalam Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan yang dimaksud dengan : a. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi dan peredarannya diawasi. b. Benih Tanaman Pangan yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman pangan. c. Produksi Benih adalah usaha yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk menghasilkan benih. 4
5 d. Produsen Benih Bina Tanaman Pangan adalah perseorangan, badan usaha, badan hukum atau instansi pemerintah yang melakukan produksi benih bina tanaman pangan. e. Rekomendasi adalah keterangan tertulis yang dikeluarkan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 5
6 BAB II KRITERIA DAN SYARAT-SYARAT PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Persyaratan Lokasi dan Lahan Produksi Benih Bina Tanaman Pangan a. Mudah dijangkau untuk memudahkan pemeliharaan dan pemeriksaan. b. Peruntukan lahan sesuai dengan jenis tanaman dan varietas yang benihnya akan diproduksi serta mendukung keberhasilan produksi benih bina tanaman pangan. 2. Pelaksana Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Produksi benih bina tanaman pangan dapat dilaksanakan oleh : a. Perseorangan b. Badan Usaha c. Badan Hukum d. Instansi Pemerintah 3. Persyaratan Pelaksana Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Produsen benih bina yang akan memproduksi benih bina tanaman pangan harus memenuhi persyaratan: a. Memiliki izin atau tanda daftar produksi benih bina tanaman pangan yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota. Untuk memperoleh izin atau tanda daftar dimaksud harus memiliki rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan yang diterbitkan oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. b. Memiliki dan/atau menguasai lahan produksi yang dapat dibuktikan dengan surat kepemilikan atau penguasaan lahan. c. Memiliki atau menguasai sarana pengolahan benih dan sarana penunjang yang memadai sesuai dengan jenis benihnya. d. Memiliki tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan di bidang perbenihan. e. Memiliki atau menguasai benih sumber. f. Mengajukan permohonan sertifikasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat, paling lambat 30 hari sebelum tabur/tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah ditentukan, kecuali bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah memiliki sertifikat sistem manajemen mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSM). g. Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian/analisis mutu benih sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6
7 BAB III IZIN DAN TANDA DAFTAR PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Produsen benih bina tanaman pangan wajib memiliki Izin Produksi Benih Bina Tanaman Pangan apabila : a. mempekerjakan paling sedikit 30 (tiga puluh) orang tenaga tetap; b. memiliki aset diluar tanah dan bangunan paling sedikit Rp ,- (lima milyar rupiah); atau c. hasil penjualan benih bina tanaman pangan selama 1 (satu) tahun paling sedikit Rp ,- (lima belas milyar rupiah) 2. Produsen benih bina tanaman pangan yang tidak memenuhi persyaratan di atas cukup memiliki tanda daftar yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota, dimana produsen benih bina tersebut berkedudukan. 3. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak pengajuan tanda daftar belum diterbitkan oleh Bupati/Walikota, maka produsen benih dapat melakukan produksi benih bina tanaman pangan dengan mengajukan permohonan sertifikasi berdasarkan rekomendasi yang diterbitkan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 7
8 BAB IV TATA CARA PENERBITAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Tata Cara memperoleh Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Pemohon mengajukan usulan rekomendasi kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan provinsi sebagaimana formulir model 1, yang dilampiri dengan: 1) Copy Kartu Tanda Penduduk; 2) Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar; 3) Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah); 4) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 5) Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); 6) Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan); 7) Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas); 8) Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih); 9) Jumlah dan kompetensi tenaga kerja dibidang perbenihan. b. Setelah menerima dokumen permohonan, dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja, petugas Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan selesai memeriksa kelengkapan dokumen tersebut dan memberitahukan hasil pemeriksaan dokumennya secara tertulis kepada pemohon. Daftar periksa permohonan sebagaimana formulir model 2. c. Dokumen yang tidak lengkap/tidak benar dapat dilengkapi/diperbaiki dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila dalam jangka waktu tersebut pemohon tidak melengkapi maka permohonan dianggap ditarik oleh pemohon. d. Dokumen yang lengkap dan benar akan ditindaklanjuti dengan peninjauan lapangan oleh petugas dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan berupa penilaian kelayakan terhadap pemohon yang ada di wilayah kerjanya, meliputi kelengkapan dan kebenaran persyaratan sebagaimana formulir model 3. 8
9 e. Apabila dari hasil penilaian dinyatakan layak maka Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan menerbitkan rekomendasi paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah selesai penilaian, berupa Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan sebagaimana pada formulir model 4. f. Apabila dari hasil penilaian dinyatakan tidak layak maka Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan memberikan jawaban penolakan secara tertulis paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung setelah selesai penilaian seperti tercantum pada formulir model 5. g. Masa berlaku rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan selama yang bersangkutan masih berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan pemeriksaan ulang terhadap kelayakan teknis setiap tahun. 2. Kewajiban Pemilik Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Mendokumentasikan data benih bina tanaman pangan yang diproduksi dan diedarkan. b. Bertanggung jawab atas mutu benih bina tanaman pangan yang diproduksi. c. Memberikan keterangan kepada Pengawas Benih Tanaman apabila diperlukan. d. Bersedia dilakukan pemeriksaan ulang kelayakan teknis oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. e. Melaporkan kegiatan produksi benih bina tanaman pangan selama satu tahun kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah melaksanakan sertifikasi sistem manajemen mutu harus melaporkan kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Benih Tanaman Pangan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat. 9
10 3. Pemeriksaan Ulang Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib melakukan pemeriksaan ulang kepada produsen benih bina tanaman pangan paling lama 1 (satu) tahun sejak diterbitkannya rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan atau sejak pemeriksaan ulang terakhir dilaksanakan. b. Terhadap hasil pemeriksaan ulang yang memenuhi syarat, Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan mengeluarkan surat pernyataan bahwa Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan masih berlaku dengan menggunakan formulir model 6. Hasil pemeriksaan ulang kelayakan produsen benih bina tanaman pangan diterbitkan paling lama 15 hari kerja setelah dilakukan pemeriksaan ulang. c. Terhadap hasil pemeriksaan ulang yang tidak memenuhi syarat, Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan harus melakukan teguran secara tertulis. d. Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, teguran tertulis tidak diindahkan, maka Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan dicabut oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. Setelah penerbitan surat pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib menyampaikan usulan pencabutan izin atau tanda daftar yang dimiliki oleh produsen benih tersebut kepada Bupati/Walikota. 4. Pencabutan Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan a. Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan dapat mencabut rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan apabila produsen benih : 1) melakukan pelanggaran/penyimpangan terhadap peraturan perbenihan yang berlaku. 2) tidak melaksanakan kewajiban sebagai produsen benih bina tanaman pangan. 3) sudah tidak layak memproduksi benih bina tanaman pangan. 4) mengundurkan diri dari usaha produksi benih bina tanaman pangan. 10
11 b. Tatacara pencabutan rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan : 1) untuk pelanggaran/penyimpangan terhadap peraturan perbenihan yang berlaku atau tidak dilaksanakannya kewajiban sebagai produsen benih bina tanaman pangan maka pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan setelah produsen benih bina tanaman pangan mendapat peringatan/teguran tertulis dari Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan sebanyak 2 (dua) kali dan tidak diindahkan dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja oleh produsen benih tersebut. 2) Untuk pernyataan sudah tidak layak memproduksi benih bina tanaman pangan maka pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap produsen benih bina tanaman pangan. Pelaksanaan pemeriksaan dapat dilaksanakan setiap tahun. 3) Pencabutan rekomendasi untuk produsen benih bina tanaman pangan yang sudah mengundurkan diri dari usaha produksi benih bina tanaman pangan dilakukan segera setelah Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan menerima surat pengunduran diri usaha produksi benih bina tanaman pangan dari produsen benih dimaksud. Pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan sebagaimana terlampir pada formulir model 7. 4) Setelah penerbitan surat pencabutan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan wajib menyampaikan usulan pencabutan izin atau tanda daftar yang dimiliki oleh produsen benih tersebut kepada Bupati/Walikota. 5) Apabila dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja usulan pencabutan izin atau tanda daftar tidak mendapat tanggapan dari Bupati/Walikota, maka Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan tidak melayani permohonan sertifikasi benih dari produsen benih bina tanaman pangan yang telah dicabut rekomendasinya. 6) Usulan pencabutan izin atau tanda daftar usaha produksi benih bina tanaman pangan bagi produsen benih bina tanaman pangan yang telah menerapkan sistem manajemen mutu, ditembuskan kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu (LSSM) yang memberikan sertifikat. 11
12 BAB V KELAS BENIH BINA TANAMAN PANGAN Benih bina tanaman pangan terdiri dari beberapa kelas. Klasifikasi kelas benih dibuat dengan tujuan agar ketersediaan benih mencukupi untuk kebutuhan para petani. Dengan klasifikasi ini produksi benih dilakukan secara berjenjang dan menjadi suatu alur produksi benih. Kelas benih bina yang dapat diproduksi ditentukan oleh alur produksi benih yang berbeda antar jenis benih. 1. Kelas benih bina tanaman pangan yang dapat diproduksi dari alur produksi benih inbrida. Alur produksi benih inbrida terdiri dari dua macam yaitu Alur Produksi Benih Tunggal/Single Generation Flow dan Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow. Untuk alur produksi benih tunggal, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari : a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) Benih Pokok (BP) adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Sebar (BR) Benih Sebar (BR) adalah adalah keturunan pertama dari BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. Alur produksi benih tunggal/single Generation Flow sebagaimana pada Gambar 1. 12
13 Benih Penjenis (Breeder Seed) Warna label kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Warna label putih Benih Pokok (Stock Seed) Warna label ungu Benih Sebar (Extension Seed) Warna label biru Gambar 1. Alur Produksi Benih Tunggal (Single Generation Flow) 13
14 Untuk alur produksi benih ganda, dibedakan menjadi alur benih ganda untuk benih aneka kacang dan aneka umbi, dan alur benih ganda khusus untuk benih kedelai. Untuk alur produksi benih ganda aneka kacang dan aneka umbi, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari : a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) BP adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Pokok 1 (BP1) BP1 adalah keturunan pertama dari BP yang memenuhi standar mutu kelas BP dan diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. e. Benih Sebar (BR) BR adalah keturunan pertama dari BP1, BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. f. Benih Sebar 1 (BR1) BR1 adalah keturunan pertama dari BR yang memenuhi standar mutu kelas BR1 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. g. Benih Sebar 2 (BR2) BR2 adalah keturunan pertama dari BR1 yang memenuhi standar mutu kelas BR2 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. Alur produksi benih ganda/poly Generation Flow untuk benih aneka kacang dan aneka umbi sebagaimana pada Gambar 2. 14
15 Benih Penjenis (Breeder Seed) Kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Putih Benih Pokok (Stock Seed) Ungu Benih Pokok 1 Ungu Benih Sebar (Extension Seed) Biru Benih Sebar 1 Biru Benih Sebar 2 Biru Gambar 2. Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow untuk Benih Aneka Kacang dan Aneka Umbi 15
16 Untuk alur produksi benih ganda aneka kedelai, kelas benih yang dapat diproduksi terdiri dari: a. Benih Penjenis (BS) Benih Penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan di bawah pengawasan pemulia tanaman atau institusi pemulia. b. Benih Dasar (BD) Benih Dasar (BD adalah keturunan pertama dari BS yang memenuhi standar mutu kelas BD dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. c. Benih Pokok (BP) BP adalah keturunan pertama dari BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BP dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. d. Benih Pokok 1 (BP1) BP1 adalah keturunan pertama dari BP yang memenuhi standar mutu kelas BP dan diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. e. Benih Sebar (BR) BR adalah keturunan pertama dari BP1, BP, BD atau BS yang memenuhi standar mutu kelas BR dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standardisasi nasional. f. Benih Sebar 1 (BR1) BR1 adalah keturunan pertama dari BR yang memenuhi standar mutu kelas BR1 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. g. Benih Sebar 2 (BR2) BR2 adalah keturunan pertama dari BR1 yang memenuhi standar mutu kelas BR2 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. h. Benih Sebar 3 (BR3) BR3 adalah keturunan pertama dari BR2 yang memenuhi standar mutu kelas BR3 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. i. Benih Sebar 4 (BR4) BR4 adalah keturunan pertama dari BR3 yang memenuhi standar mutu kelas BR4 dan harus diproduksi sesuai dengan prosedur baku sertifikasi benih bina atau sistem standarisasi nasional. Alur produksi benih ganda/poly Generation Flow untuk benih kedelai sebagaimana pada Gambar 3. 16
17 Benih Penjenis (Breeder Seed) Kuning Benih Dasar (Foundation Seed) Putih Benih Pokok (Stock Seed) Ungu Benih Pokok 1 Ungu Benih Sebar (Extension Seed) Biru Benih Sebar 1 Biru Benih Sebar 2 Biru Benih Sebar 4 Biru Benih Sebar 3 Biru Gambar 3. Alur Produksi Benih Ganda/Poly Generation Flow untuk Benih Kedelai 17
18 2. Kelas benih bina tanaman pangan yang dapat diproduksi dari alur produksi benih hibrida Varietas hibrida adalah varietas yang diproduksi dari persilangan galur-galur tetua sesuai deskripsi galur-galur tetua yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pertanian tentang pelepasan suatu varietas hibrida. Kelas benih varietas hibrida yang dapat diproduksi hanya terdiri dari kelas Benih Sebar (BR) atau F1 Hibrida. Alur produksi benih hibrida sebagaimana pada Gambar 4. Induk Jantan x Induk Betina F1 Hibrida Gambar 4. Alur Produksi Benih Hibrida 18
19 BAB VI KRITERIA PRODUSEN BENIH SUMBER TANAMAN PANGAN Dalam rangka penyediaan benih bina tanaman pangan perlu produksi benih sumber yang memenuhi standar mutu dan tersedia secara berkesinambungan sesuai kebutuhan perbanyakan benih kelas dibawahnya. Produsen benih sumber harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Produsen benih kelas Benih Dasar adalah produsen benih yang telah memproduksi benih kelas Benih Pokok minimal 2 musim tanam untuk jenis benih yang sama, dan berdasarkan hasil penilaian Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan layak untuk melakukan produksi benih kelas Benih Dasar. 2. Produsen benih kelas Benih Pokok adalah produsen benih yang telah memproduksi benih kelas Benih Sebar minimal 2 musim tanam untuk jenis benih yang sama, dan berdasarkan hasil penilaian Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan layak untuk melakukan produksi benih kelas Benih Pokok. 3. Kriteria produsen benih sumber sebagaimana butir 1 dan 2 tidak berlaku bagi kelembagaan produksi benih milik Pemerintah yang memiliki tugas dan fungsi untuk menghasilkan benih sumber. 19
20 BAB VII KERJASAMA PRODUKSI DAN KERJASAMA PEMASARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Kerjasama Produksi Benih Bina Tanaman Pangan Dalam rangka memenuhi kebutuhan benih maka produsen benih dapat bekerjasama dengan produsen lain dalam bentuk kerjasama produksi benih bina tanaman pangan dengan persyaratan : a. Adanya kesepakatan diantara produsen benih bina tanaman pangan yang bekerjasama, yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama (MOU) dan dilaporkan kepada Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan setempat. b. Permohonan sertifikasi atas nama salah satu produsen benih bina tanaman pangan yang bekerjasama sebelum pelaksanaan produksi benih. c. Label dan kemasan menunjukkan identitas pemohon sertifikasi. d. Persyaratan sebagaimana butir a, b dan c tidak berlaku bagi produsen benih bina tanaman pangan yang sudah mendapatkan sertifikat Sistem Manajemen Mutu dari LSSM. 2. Kerjasama Pemasaran Benih Bina Tanaman Pangan Dalam rangka penyediaan benih bina tanaman pangan maka produsen benih dapat bekerjasama dengan produsen lain/pengedar benih dalam bentuk kerjasama pemasaran benih bina tanaman pangan dengan persyaratan : a. Adanya kesepakatan diantara produsen/pengedar benih bina tanaman pangan yang bekerjasama, yang dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama (MOU). b. Label menunjukkan identitas produsen yang memproduksi benih bina tanaman pangan sesuai dengan permohonan. c. Apabila benih bina tanaman pangan diedarkan oleh pihak lain dengan menggunakan kemasan dari produsen yang memproduksi benih bina tanaman pangan, maka pada kemasan tersebut dicantumkan tulisan Diproduksi oleh.. dan Dipasarkan oleh.(pihak lain yang tercantum di dalam MoU). 20
21 BAB VIII PENUTUP Pedoman Teknis Produksi Benih Bina Tanaman Pangan merupakan acuan teknis dalam produksi benih bina tanaman pangan. 21
22 Formulir 1 Nomor : Lampiran : Hal : Permohonan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan Yth. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi... di... Dengan ini kami : 1. Nama Perusahaan :.. 2. Nama Pimpinan :. 3. Alamat Usaha :.. 4. Alamat Pimpinan :.. 5. Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah * ) 6. NPWP :.. Mengajukan permohonan untuk memperoleh rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dengan kelengkapan sebagai berikut : a. Copy Kartu Tanda Penduduk; b. Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar; c. Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah); d. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); e. Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); f. Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan); g. Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas); h. Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih); i. Jumlah dan kompetensi tenaga kerja dibidang perbenihan. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih..,. Pemohon, Ttd Cap Materai Rp ,- Keterangan : *) Coret yang tidak perlu (Nama Lengkap) 22
23 Formulir 2 DAFTAR PERIKSA PERMOHONAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama Perusahaan :. 2. Nama Pimpinan : 3. Alamat Usaha : Alamat Pimpinan :. 5. Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/instansi Pemerintah *) No Persyaratan Ada Tidak Benar Benar Tidak Ada Keterangan 1. Surat Permohonan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan 2. Copy Kartu Tanda Penduduk 3. Foto ukuran 4x6 cm, 2 (dua) lembar 4. Copy Akte Pendirian Usaha dan perubahannya (untuk Badan Usaha, Badan Hukum dan Instansi Pemerintah) 5. Copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 6. Rencana kerja tahunan produksi benih bina tanaman pangan (jenis, varietas, kelas benih, dan jumlah benih); 7. Keterangan penguasaan lahan (luas dan status lahan) 8. Keterangan penguasaan sarana pengolahan benih (jenis, jumlah dan kapasitas) 9. Keterangan penguasaan sarana penunjang (alat transporasi, gudang/tempat penyimpanan benih) 10. Jumlah dan kompetensi tenaga kerja di bidang perbenihan Tanggal Verifikasi : Verifikator : Cap Instansi 23
24 Formulir 3 HASIL PENILAIAN KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN A. PETUGAS/PENILAI KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama/NIP : 2. Jabatan : B. PEMOHON REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN 1. Nama Perusahaan : 2. Nama Pemilik/Pimpinan : 3. Alamat/Lokasi Usaha : 4. Bentuk Usaha : C. PENILAIAN KELAYAKAN TEKNIS PRODUKSI BENIH BINA TANAMAN PANGAN DI LOKASI 1. Waktu Penilaian : Hari, Tanggal, Bulan, Tahun 2. Data Hasil Penilaian : a) Lahan produksi yang dikuasai : Alamat/lokasi Lahan : Dukuh/Dusun..Desa Kec.Kab Luas Lahan :.Ha Jenis Lahan : Sawah/Tegal/Pekarangan Jenis Irigasi : Teknis/Setengah Teknis/Pompa/ Tadah Hujan Status Lahan yang dikuasai : Milik Sendiri/Sewa/Kerjasama/ dll. b) Prasarana dan sarana produksi benih yang dimiliki/dikuasai : Gedung dan Bangunan yang dimiliki/dikuasai No Jenis Jumlah Kapasitas Peralatan dan Mesin yang dimiliki/dikuasai No Jenis Jumlah Kapasitas 24
25 c) Jumlah dan kompetensi tenaga kerja bidang perbenihan yang dimiliki : No Uraian Jumlah 1. Karyawan Tetap Jenis Kelamin Dasar Pendidikan Pengalaman Kerja 2. Karyawan Tidak Tetap d) Rencana kerja produksi benih : No Jenis Benih Kelas Benih Volume Benih (ton/thn) Waktu mulai Produksi Benih (bln/thn) Berdasarkan penilaian tersebut, maka perusahaan pemohon di atas layak/tidak layak *) sebagai produsen benih bina tanaman pangan. Demikian hasil penilaian kelayakan teknis produksi benih bina tanaman pangan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya..,. Koordinator/ Pengawas Benih Tanaman Keterangan : *) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 25
26 Formulir 4 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Nomor : Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) dan (2) pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, setelah dilakukan penilaian terhadap persyaratan kelayakan teknis, maka pemohon di bawah ini : Nama Perusahaan : Nama Pimpinan :... Alamat Lokasi Usaha : Alamat Pimpinan : Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah *) Jenis benih yang diusahakan :... Kelas Benih : Dinyatakan layak dan diberikan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman Pangan. 2. Rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan berlaku selama yang bersangkutan masih berprofesi sebagai produsen benih bina tanaman pangan. 3. Pemeriksaan ulang atas rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Pimpinan Perusahaan, Oleh, Pas Foto 4 x 6 Dikeluarkan di. Tanggal.. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. Keterangan : *) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 26
27 Formulir 5 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN Nomor :. Lampiran : Hal : Penolakan Rekomendasi sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan Yth. (Pemohon) Di... Sehubungan dengan surat permohonan Saudara Nomor tanggal hal permohonan rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan, dengan ini diberitahukan, bahwa sesuai dengan Pasal 10 Peraturan Menteri Pertanian Nomor 02/Permentan/SR.120/1/2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08/Permentan/SR.120/3/2015 tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina, permohonan Saudara ditolak dengan alasan : a..; b..; c..; d..; e..; Demikian disampaikan, agar menjadi maklum..,.. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. ( ) NIP. 27
28 Formulir 6 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN HASIL PEMERIKSAAN ULANG REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Dengan ini kami menerangkan bahwa : Nama Produsen Benih Nama Pimpinan Alamat Lokasi Usaha Alamat Pimpinan Bentuk Usaha Nomor Rekomendasi Sebagai Produsen Benih Bina Tanaman Pangan : :. : :.... : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah * ) : Berdasarkan pemeriksaan ulang, dinyatakan layak/tidak layak * ) memproduksi benih bina tanaman pangan dengan jenis benih., kelas benih.dan bahwa rekomendasi sebagai produsen benih bina tanaman pangan dengan nomor.tetap berlaku/tidak berlaku *). Pemeriksaan ulang berikutnya paling lambat dilaksanakan pada bulan..tahun Pimpinan Perusahaan, Pas Foto 4 x 6 Dikeluarkan di. Tanggal.. Oleh, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. Keterangan : * ) Coret yang tidak perlu ( ) NIP. 28
29 Formulir 7 KOP UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH YANG MENYELENGGARAKAN TUGAS DAN FUNGSI PENGAWASAN DAN SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN KETERANGAN PENCABUTAN REKOMENDASI SEBAGAI PRODUSEN BENIH BINA TANAMAN PANGAN Dengan ini kami menerangkan bahwa : Nama Perusahaan : Nama Pimpinan : Alamat Lokasi Usaha :.... Alamat Pimpinan :.... Bentuk Usaha : perseorangan/badan usaha/badan hukum/ Instansi Pemerintah *) Jenis benih yang diusahakan :.. Kelas Benih :.. Nomor Rekomendasi :, dinyatakan Sebagai Produsen Benih dicabut dan tidak berlaku. Bina Tanaman Pangan Alasan pencabutan : pelanggaran terhadap peraturan perbenihan Rekomendasi Sebagai yang berlaku/tidak melaksanakan kewajiban Produsen Benih Bina sebagai produsen benih bina tanaman pangan/ Tanaman Pangan mengundurkan diri *) Demikian disampaikan, agar menjadi maklum..., Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah yang menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengawasan dan Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan Provinsi.. ( ) NIP. Keterangan : *) Coret yang tidak perlu 29
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2015 KEMENTAN. Benih Bina. Produksi. Sertifikasi. Peredaran. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56/Permentan/PK.110/11/2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DAN TANAMAN HIJAUAN PAKAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 356/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH BINA TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci1 FPMB 01-01 Permohonan Pendaftaran Produsen Benih Hortikultura. 2 FPMB 01-02 Tanda Daftar Produsen Benih Hortikultura
33 2012, No.818 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/SR.120/8/2012 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI DAN PENGAWASAN PEREDARAN BENIH HORTIKULTURA No Kode Tentang 1 FPMB
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.818, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/Permentan/SR.120/8/2012
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.199, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pemasukan. Pengeluaran. Benih Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1322, 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN. Benih Hortikultura. Produksi. Sertifikasi. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/Permentan/SR.120/11/2013
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA Menimbang: a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa dengan diundangkannya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR: 129.1/Kpts/HK.320/12/07 TENTANG
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKEBUNAN NOMOR: 129.1/Kpts/HK.320/12/07 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI TEKNIS USAHA PERKEBUNAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH
PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEMANDIRIAN BENIH PERKEBUNAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un
No.836, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Budidaya. Hortikultura. Perizinan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, SERTA LAMPIRAN
Lebih terperinciPEDOMAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN
PEDOMAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN I. PENDAHULUAN Benih unggul bermutu merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan pembangunan perkebunan, untuk itu ketersediaan
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1017/Kpts/TP.120/12/98 TENTANG IZIN PRODUKSI BENIH BINA, IZIN PEMASUKAN BENIH DAN PENGELUARAN BENIH BINA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.37/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/7/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG
REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 38/Permentan/OT.140/8/2006 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, SERTA LAMPIRAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 56/Menhut-II/2007 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN TELUR ULAT SUTERA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan persuteraan alam nasional terutama
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 38/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENDAFTARAN VARIETAS TANAMAN HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang:
Lebih terperinciSebagai bahan pertimbangan kami lampirkan persyaratan sebagai berikut :
Formulir Model- 1 Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Izin Usaha Produsen/Importir/Eksportir*) Kepada Yth. : Kepala Pusat Perizinan dan Investasi Departemen Pertanian Jl. Harsono RM. No.3 Ragunan Pasar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.
No.288, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/OT.140/6/2010 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA
Lebih terperinci=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG
=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN KETENTUAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 505/Kpts/SR.130/2/12/2005 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Izin Usaha. Obat Hewan. Pemberian. Pencabutan.
No.92, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Izin Usaha. Obat Hewan. Pemberian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Pengeluaran Benih Hortikultura sudah tidak sesuai lagi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
No.715, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Benih Hortikultura. Pemasukan dan Pengeluaran. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH MENTERI PERTANIAN, Menimbang: a. Mengingat : 1. bahwa pupuk organik dan pembenah tanah sangat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...
Formulir Model 1 Nomor : Lampiran : Perihal : Pendaftaran Pakan Kepada Yth.: Kepala Pusat Perizinan dan Investasi Departemen Pertanian Jl. Harsono RM. No.3 Ragunan Pasar Minggu, Jakarta Selatan Yang bertanda
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGUJIAN DAN PEMBERIAN SERTIFIKAT ALAT DAN MESIN BUDIDAYA TANAMAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 28/Menhut-II/2010 TENTANG PENGAWASAN PEREDARAN BENIH TANAMAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI
Lebih terperinciFORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR DITANDATANGANI OLEH
LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 FORMULIR PERMOHONAN PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG. No KODE NAMA FORMULIR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN, DAN PENGGUNAAN ALAT DAN ATAU MESIN PERTANIAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa alat dan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciMENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENERBITAN
Lebih terperinciSISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH. Disampaikan Pada :
SISTEM PERBENIHAN SERTIFIKASI BENIH Disampaikan Pada : PELATIHAN AGRIBISNIS KEDELAI BERBASIS KAWASAN Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan, 25-31 Maret 2008 PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PERTANIAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.
No.93, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa semakin terbatasnya ketersediaan
Lebih terperinciPERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN / PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
Formulir 1 PERMOHONAN SERTIFIKAT PRODUKSI ALAT KESEHATAN / PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA Saya yang bertanda tangan di bawah ini mengajukan permohonan Sertifikat Produksi Alat Kesehatan / Perbekalan
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)
DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN NOMOR : 02/Kpts/PD.430/F/01.07 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi.
No.396, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Kosmetika. Izin Produksi. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/Permentan/HK.140/2/2016 TENTANG PEDOMAN SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDAFTAR PEMASUKAN JENIS TERNAK POTONG
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/9/2011 TANGGAL : 7 September 2011 DAFTAR PEMASUKAN JENIS TERNAK POTONG No Pos Tarif/HS Jenis Ternak 1 01.02 Binatang jenis lembu, hidup
Lebih terperinciBersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin Penyalur Alat Kesehatan dengan data-data sebagai berikut
Formulir 1 Nomor Lampiran. lembar Perihal Permohonan Izin Penyalur Alat Kesehatan. Kepada Yth, Direktur Jenderal... Kementerian Kesehatan RI JI. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 di - JAKARTA. Bersama ini
Lebih terperinci2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 322); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL TENT
No.821, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BSN. Tanda SNI. Tanda Kesesuaian Berbasis SNI. PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN TANDA SNI DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Surat Keputusan Menteri
Lebih terperinciNOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.44/MEN/2004 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN/KOTA Menimbang MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, : a. bahwa
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA
DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 08/V-PTH/2007 PEDOMAN PEMASUKAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1175/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG IZIN PRODUKSI KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO. 3, GEDUNG C PASAR MINGGU, JAKARTA 12550 TELEPON (021) 7815380-4, FAKSIMILI (021) 7815486-7815586 WEBSITE
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 31/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 31/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG SYARAT DAN TATACARA VERIFIKASI TENAGA AHLI PERTANIAN PADA PERUSAHAAN AGRIBISNIS POLA KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 46/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/M-DAG/PER/9/2007
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 26/Permentan/HK.140/4/2015 TENTANG SYARAT, TATA CARA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN REKOMENDASI TEKNIS IZIN USAHA DI BIDANG PERTANIAN DALAM
Lebih terperinci2015, No DAG/PER/3/2007 tentang Standardisasi Jasa Bidang Perdagangan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib terhadap Barang da
No.1518, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Barang dan Jasa. SNI. Pengawasan. Jasa Bidang Perdagangan. Standardisasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/M-DAG/PER/9/2015
Lebih terperinci2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.680, 2015 KEMENTAN. Izin Usaha. Pertanian. Penanaman Modal. Rekomendasi Teknis. SOP. Tata Cara. Syarat. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/Permentan/HK.140/4/2015
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu
No.236, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Alih Teknologi Pertanian. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/LB.200/2018 TENTANG PEDOMAN ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN DENGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
No.704, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU
PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/PMK.03/2014 TENTANG KONSULTAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/7/2011 TANGGAL : 14 Juli 2011
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/7/2011 TANGGAL : 14 Juli 2011 No Formulir Tentang Ditandatangani oleh 1 model-1 Permohonan Pendaftaran Varietas Tanaman Hortikultura Pemohon
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.427, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Produksi. Peredaran. Benih. Bibit. Ternak. Pengawasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KANPUS KEMENTERIAN PERTANIAN JALAN HARSONO RM NO. 3, GEDUNG C PASAR MINGGU, JAKARTA 12550 TELEPON (021) 7815380-4, FAKSIMILI (021) 7815486-7815586 WEBSITE
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/Permentan/HK.310/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 119/Permentan/HK.310/11/2013 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGANGKATAN KONSULTAN PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2009
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PENGUJIAN EMISI SUMBER BERGERAK KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN Formulir Model-01
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN Formulir Model-01 Nomor : Kepada Yth. Lampiran : Kepala Badan Penelitian dan Perihal : Permohonan Izin Eksplorasi SDG Pengembangan Pertanian Up. Kepala Pusat Perlindungan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015
PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak DIREKTORAL JENderal peternakan dan kesehatan hewan Kementerian pertanian 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN PENETAPAN
Lebih terperinciMenteri Perdagangan Republik Indonesia
Menteri Perdagangan Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 33/M-DAG/PER/8/2008 TENTANG PERUSAHAAN PERANTARA PERDAGANGAN PROPERTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 12/M-DAG/PER/3/2006 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENERBITAN SURAT TANDA PENDAFTARAN USAHA WARALABA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TANGGAL : 31 Agustus 2006
DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 38/Permentan/OT.140/8/2006 TANGGAL : 31 Agustus 2006 NO. KODE NAMA FORMULIR 1. Formulir Model - 1 Surat Permohonan Izin Pemasukan Benih ke dalam Wilayah
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 302MPP/Kep/10/2001 TENTANG PENDAFTARAN LEMBAGA PERLINDUNGAN KONSUMEN SWADAYA MASYARAKAT MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
Lebih terperinci2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/SR.120/8/2012 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1315, 2017 KEMENTAN. Benih Hortikultura. Produksi, Sertifikasi dan Pengawasan Peredaran. Perubahan Kedua. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PERMENTAN/HR.060/9/2017
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG SYARAT DAN TATACARA VERIFIKASI SARANA DAN/ATAU FASILITAS SERTA STUDI KELAYAKAN USAHA PERUSAHAAN AGRIBISNIS POLA KONTRAK INVESTASI
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
- 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Surat Izin Usaha Perdagangan. Perubahan.
No.326, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Surat Izin Usaha Perdagangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 46/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.91 TAHUN 2011 TANGGAL : 31 OKTOBER Kepada. di...
45 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.91 TAHUN 2011 TANGGAL : 31 OKTOBER 2011 Contoh 1 (KOP INSTANSI BADAN USAHA) Nomor : Jakarta/, tgl bln thn Perihal : Permohonan Persetujuan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR 16/KPA/SK.310/C/2/2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SUBSIDI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014
PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PENETAPAN RUMPUN ATAU GALUR TERNAK TAHUN 2014 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1316/HK.150/C/12/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 355/HK.130/C/05/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin akuntabilitas jasa pengujian parameter
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG
KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 73/MPP/Kep/3/2000 TENTANG KETENTUAN KEGIATAN USAHA PENJUALAN BERJENJANG MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 81/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BENIH TANAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci