LAPORAN KEGIATAN BULAN NOVEMBER
|
|
- Agus Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 0
2 LAPORAN KEGIATAN BULAN NOVEMBER DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS
3 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR GAMBAR... 7 DAFTAR SINGKATAN... 8 BAB I PENDAHULUAN BAB II KEGIATAN INTERNAL Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang PJMN Bidang Tata Ruang Profil Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah Sinkronisasi RTR dan RP Koordinasi Bidang Tata Ruang Penyusunan Laporan Akhir Tahun Rapat Pembahasan Buku III RPJMN Kedeputian Regional dengan DJPR PU Kegiatan Utama Subdit Pertanahan Penyusunan Buku Profil Pertanahan Perbaikan RT RPJMN Bidang Pertanahan Kajian Urban Land Policy (Bank Tanah) Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan Bidang Pertanahan Laporan Akhir Monitoring dan Evaluasi Bidang Pertanahan Revisi IKK Kementerian Agraria dan Tata Ruang Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi Kajian Materi Teknis (Pengarusutamaan PRB) Media Sosialisasi dan Informasi TRP e-performance (Kinerja) Direktorat dan Kedeputian Buletin TRP Musrenbang Regional Penyusunan Project Dokumen RIMBA Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Pengenalan Geopark dan Tata Ruang Percepatan Penyusunan RRTR Pertemuan Smart Planning Approach dan Keterkaitan dengan Penataan Ruang Penyusunan Laporan Koordinasi Strategis BKPRN
4 2.4.5 Pengelolaan Ruang Udara Nasional Kegiatan Utama Sekretariat RAN Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform Majalah Agraria Indonesia Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Kunjungan DPRD Kota Mojokerto FGD Arah Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Laut Banda Sosialisasi Usulan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk Dibahas dan Ditetapkan di Tahun Komunikasi stakeholders LULUCF tentang Penyusunan Dokumen FREL-REDD+ Indonesia yang akan disampaikan ke Sekretariat UNFCC Bimtek Pengelolaan Hibah Kunjungan DPRD Kabupaten Batang Pembahasan NSPK tentang Instrumen Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah Talkshow Hari Tata Ruang Nasional Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Pegunungan Arfak Puncak Peringatan Hari Tata Ruang Nasional Penentuan dan pembahasan tema dan subtema BUTARU Edisi V dan VI Rapat Direktur - Pra Musrenbang RPJMN di 5 Wilayah Konferensi Pers Standar Operasi dan Prosedur (SOP) Pemetaan Partisipatif, Satu Langkah Menuju Pengakuan Peta Wilayah Masyarakat Adat/Lokal ,14 Trilateral Meeting Kerangka Regulasi RPJMN dan RKP Temu Wicara dengan Media Green Cities National Visioning Workshop Pendalaman Materi untuk Kabupaten Manggarai Barat Pemberian Tanggapan dan/saran Terhadap Dokumen Final Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Kab. Batubara Konsolidasi Pengembangan 10 Kawasan Industri dalam RPJMN Rapat Konsinyering Pembangunan PLBN Sosialisasi dan Bimtek Penyusunan SK Kegiatan TA FGD RPJMN Bidang Kehutanan
5 3.23 Pembahasan Kerangka Regulasi Kementerian Perhubungan Workshop Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Rapat Koordinasi Triwulanan Pelaporan Berdasarkan PP 39/ FGD Revisi Perpres No. 54/2008 tentang Penataan Ruang KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur Persiapan Penyelenggaraan Hari Tata Ruang Nasional Diskusi Panel dengan tema Reformasi Pertanahan melalui Kementerian Agraria Diskusi Roadmap Program Green Growth Indonesia Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan Rapat Pimpinan Es I dan Es II Bappenas Seminar Background Study Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN Urban Land Policy Stakeholder Group Meeting dalam rangka Penyusunan Roadmap Kebijakan Sektor Perumahan Peluncuran Sistim Informasi Terpadu (Simpadu) Penanggulangan Kemiskinan Rapat Koordinasi Pembahasan Persiapan Hibah GEF RIMBA Pembahasan Manajemen Pengetahuan (MP) oleh Pusdatin Workshop 2 Kajian Formulasi Perhitungan KWT, KZB, dan KDB dalam KSN Perkotaan Training and Roundtable Meeting on Public Private Partnership (PPP) in Investing in Heritage Precinct Sosialisasi Kajian dan Strategi Pengadaan Tanah Perkotaan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum di Indonesia FGD Sosialisasi PP Penataan Wilayah Pertahanan Nasional Rapat Tindak Lanjut Klarifikasi Qanun Aceh Pembahasan Modul Penetapan LP2B dalam RTRW Konsultasi Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap Usulan KSN Seminar Nasional Peradilan Pertanahan Sebagai Solusi Penyelesaian Perkara Pertanahan? Kunjungan Kerja DPRD Kabupaten Bekasi Persiapan Trilateral Meeting Kerangka Regulasi Dalam RPJMN Rapat Pembahasan Buku III RT RPJMN dengan Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas dan Direktorat Penataan Ruang Nasional Kementerian PU Rapat Fasilitasi Penegakan Perda tentang RTRW FGD Pembahasan Draf Perpres KSPPN Revisi III Masukan Unit Kerja Terkait Penggunaan Naskah Dinas
6 3.51 Kick Off Meeting Pengembangan Peta Kebencanaan Indonesia Berbasis Perubahan Iklim di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat Rapat Pembahasan Raperda RTRW Provinsi Kalimantan Utara Konsultasi DPRD Provinsi Kalimantan Selatan Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Morowali Utara, Mamuju Tengah, dan Banggai Laut Evaluasi Penyeleggaraan Penataan Ruang Daerah Pembahasan Implementasi Perda RTR Berbasis Mitigasi Bencana FGD Penyusunan RPJMN Bidang Kehutanan Rapat Koordinasi Awal Penyusunan Kerangka Regulasi Rpjmn Bidang Pertanahan BAB IV RENCANA KEGIATAN BAB V PENUTUP LAMPIRAN
7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang Tabel 2. Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan Tabel 3. Rencana Kegiatan Subdit Informasi dan Sosialisasi Tabel 4. Rencana Kegiatan Sekretariat BKPRN Tabel 5. Rencana Kegiatan Sekretariat RAN
8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Rencana dan Penyerapan Anggaran Dit. TRP sampai Bulan November
9 DAFTAR SINGKATAN BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana BP : Badan Pengembangan BPN : BadanPertanahanNasional DIRJEN : Direktorat Jenderal FGD : Focus Group Discussion INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : InformasidanSosialisasi K/L : Kementerian/Lembaga KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KEMHUT : Kementerian Kehutanan KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSN : Kawasan Strategis Nasional LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup LS : Lungsum Salary MIT : Middle Income Trap NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria NSP : Norma, Standar, Prosedur PERMEN : Peraturan Menteri PERPRES : PeraturanPresiden PK : Peninjauan Kembali PMK : Peraturan Menteri Keuangan POKJA : Kelompok Kerja PP : Peraturan Pemerintah PPK : Pejabat Pembuat Komitmen PRB : Pengurangan Resiko Bencana PU : Pekerjaan Umum PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAINPRES : Rancangan Instruksi Presiden RAKORNAS : Rapat Koordinasi Nasional RAKORTEK : Rapat Koordinasi Teknis RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RENAKSI : Rencana Aksi RPI2JM : Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah 8
10 RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RUU : Rancangan Undang-Undang RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SARBAGITA : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan SATKER : Satuan Kerja SCDRR : Safer Community through Disaster Risk Reduction SDA : Sumber Daya Alam SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP : Standard, Operating and Procedure TA : Tahun Anggaran TOL : Tanah Objek Landreform TRP : Tata Ruang dan Pertanahan TUP : Tambahan Uang Persediaan UKM : Usaha Kecil Menengah UKP4 : Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan UP : Uang Persediaan UU : Undang-Undang UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria 9
11 BAB I PENDAHULUAN Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki 2 (dua) jenis kegiatan, yang dibagi menjadi: 1) kegiatan internal; dan 2) kegiatan eksternal. Kegiatan internal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sesuai dengan rencana kegiatan direktorat yang telah disusun pada awal tahun Kegiatan internal ini dijelaskan ke dalam bentuk kegiatan utama dan sub-kegiatan. Kegiatan eksternal adalah kegiatan yang merupakan undangan untuk Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Umumnya, kegiatan ini bersifat koordinasi lintas sektor. Di Bulan November 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelenggarakan kegiatan, yaitu: (i) rapat pembahasan Buku III RPJMN ; (ii) pengenalan geopark dan tata ruang; (iii) percepatan penyusunan RRTR; (iv) pertemuan Smart Planning Approach dan keterkaitan dengan penataan ruang. Kegiatan yang masih berlanjut pelaksanaan kegiatannya, antara lain: (i) penyusunan RPJMN ; (ii) penyusunan profil tata ruang dan pertanahan; (iii) koordinasi perencanaan; (iv) pembahasan perubahan IKK BPN; (v) pembahasan RUU pengelolaan ruang udara; (vi) pending issues RZWP3K; (vii) penerapan KM; dan (viii) pilot project Reforma Agraria Nasional. Secara umum, kegiatan yang selesai pelaksanannya menghasilkan capaian yang memuaskan. Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan November 2014 oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Laporan ini merupakan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam mengelola perencanaan pembangunan bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang dijabarkan ke dalam kegiatan Sub Direktorat Tata Ruang, Sub Direktorat Pertanahan, Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), dan sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN). 10
12 BAB II KEGIATAN INTERNAL Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa mendatang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung. 2.1 Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang PJMN Bidang Tata Ruang Dalam proses penyusunan RPJMN Bidang Tata Ruang, selama Bulan November telah dilakukan penyusunan terhadap RT RPJMN untuk Buku I, Buku II, dan Buku III. Subdit Tata Ruang telah menyusun perbaikan Buku I, Buku II, dan Buku III RPJMN Bidang Tata Ruang, dan telah melakukan koordinasi dengan PU terkait penyusunan masukan Buku III. Adapun kendala dari kegiatan ini adalah belum dilakukannya Musrenbang karena masih melakukan penyusunan terhadap Buku III RPJMN Profil Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah Sampai bulan November, target profil penyelenggaraan penataan ruang daerah dalam mengkonfirmasikan dan memastikan agar daerah segera mengisi dan mengirim kuesioner, belum dapat dilakukan karena belum adanya tenaga teknis tambahan Sinkronisasi RTR dan RP Telah dilakukan rapat koordinasi dan pemberian masukan terkait RTR dan RP kepada Bangda, Kementerian Dalam Negeri. Sesuai arah Bappenas, akan dilakukan sinkronisasi lanjutan. Adapun kendala dari kegiatan ini adalah kajian yang dilakukan Bangda bersifat sempit. Selanjutnya akan dilakukan persiapan penyusunan kajian sinkronisasi pada tahun Koordinasi Bidang Tata Ruang Pada bulan November direncanakan akan dilakukan 2 (dua) kegiatan terkait koordinasi bidang tata ruang, yaitu: (i) pertemuan dengan Dit. Bina Program dan Kemitraan DJPR; (ii) pertemuan dengan Dit. Binda 1, 2 dan Perkotaan DJPR, dan iv) Pusdata. Namun kegiatan tersebut belum dapat terealisasi karena masih adanya restrukturisasi Kementerian ATR. 11
13 2.1.5 Penyusunan Laporan Akhir Tahun Dalam penyusunan laporan akhir tahun, telah tersusun laporan pemantauan, sedangkan laporan koordinasi perencanaan dan penyusunan laporan evaluasi belum dapat dilakukan karena terkendala dengan penyelesaian RPJMN Untuk penyelesaiannya, direncanakan pada bulan Desember Rapat Pembahasan Buku III RPJMN Kedeputian Regional dengan DJPR PU Rapat ini diselenggarakan pada 3 November 2014, di Hotel Grand Kemang dengan pimpinan rapat Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Rapat bertujuan untuk menyamakan persepsi mengenai substansi pada Buku III RT RPJMN Kedeputian Regional dengan DJPR PU serta menyusun Rencana Kerja Rapat Bilateral untuk memperbaiki Buku III RT RPJMN Beberapa poin penting dalam diskusi, yaitu: Berbagai sasaran dalam RT-RPJMN perlu disinkronkan dengan yang telah dimuat dalam RTRWN, khususnya dalam hal jumlah dan prioritas lokasi PKN (Kawasan) Perkotaan dan PKW yang akan dikembangkan (diusulkan). Semua referensi dalam buku III RT RPJMN harus merujuk pada visi dan visi serta Nawacitta. Perlunya melakukan pembahasan mendalam mengenai struktur ruang RTRWN dan RTR Pulau dan memastikan agar materi tersebut dapat terakomodir di dalam RT RPJMN Menurut Kementerian PU, Direktorat KKDT perlu memasukkan terkait kawasan minapolitan dan kawasan rawan bencana. Untuk KSN akan dilebur dengan kawasan pertumbuhan ekonomi. Hal-hal besar lainnya yang harus dipertimbangkan di dalam Buku III RT RPJMN adalah persebaran kawasan industri, geopark, dsb. Penataan ruang kawasan strategis nasional bidang ekonomi diarahkan untuk mencegah agar tidak semakin besar terjadinya backwash effect sumber daya alam dengan adanya Koridor Ekonomi, tapi memanfaatkan KE sebagai pintu memperlancar pemasaran produk hulu. RDTR di kawasan perbatasan negara adalah kewenangan pemerintah pusat menurut UU No. 23/2014. Perlunya penambahan program/kegiatan prioritas infrastruktur berdasarkan indikasi program dalam RTR Pulau dan indikasi program KSN-KSN yang belum tercantum dalam draft RT RPJMN (BUKU III). Perbaikan-perbaikan secara teknis akan dilakukan bersama-sama oleh Kedeputian Bidang Pengembangan Regional Otonomi Daerah, Bappenas dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, terutama yang berkaitan dengan aspek Perkotaan dan Perdesaan, Kawasan Strategis, serta Infrastruktur (MP3EI). 12
14 2.2 Kegiatan Utama Subdit Pertanahan Penyusunan Buku Profil Pertanahan Tujuan penyusunan profil pertanahan adalah terkumpulnya data dan informasi dari 33 Provinsi serta tersusunnya buku oleh peserta KP. Kendala dari kegiatan penyusunan ini adalah terbatasnya data dan informasi buku profil pertanahan serta keengganan daerah untuk mengumpulkan data. Sampai bulan November ini, masih dalam tahap pengumpulan data dan informasi serta penyusunan buku oleh peserta KP. Terbatasnya data dan informasi buku profil serta keengganan daerah untuk mengumpulkan data menjadi kendala kegiatan ini. Akan dilakukan penyusunan buku profil untuk provinsi dengan data yang telah tersedia pada Minggu ke-4 Desember Perbaikan RT RPJMN Bidang Pertanahan Pada bulan November telah dilaksanakan 2 (dua) kegiatan, yaitu: (i) Trilateral Meeting kerangka regulasi RPJMN bidang pertanahan; (ii) internalisasi visi-misi dan program prioritas Presiden-Wapres (Nawacita) ke dalam RT RPJMN Kajian Urban Land Policy (Bank Tanah) Belum dapat dilaksanakan workshop kajian dengan World Bank dan sosialisasi internal BPN terkait Land Bank karena terdapat perbedaan fokus kajian antara Bappenas dengan World Bank sehingga sepertinya workshop tidak dapat dilaksanakan. Selanjutnya, untuk sosialisasi terkait land bank kepada internal BPN dijadwalkan minggu ke-4 Desember Laporan Akhir Koordinasi Perencanaan Bidang Pertanahan Untuk penyusunan draft final laporan akhir koordinasi perencanaan bidang tata ruang, sampai bulan November masih dalam tahap finalisasi penyusunan laporan akhir. Adapun kendala kegiatan ini adalah padatnya jadwal kegiatan penyusunan RPJMN dan pelaksanaan Rakorbangpus serta kunjungan lapangan. Penyusunan laporan akhir diagendakan selesai pada minggu ke 3 Desember Laporan Akhir Monitoring dan Evaluasi Bidang Pertanahan Untuk penyusunan laporan monitoring dan evaluasi bidang pertanahan, hingga bulan November masih dalam tahap finalisasi. Adapun kendala kegiatan ini adalah belum tersedianya data dari BPN terkait dengan penyusunan laporan evaluasi. Agar laporan akhir monitoring dan evaluasi bidang pertanahan segera tersusun, akan dilakukan koordinasi permohonan data evaluasi ke BPN pada minggu ke 1 Desember, dan finalisasi laporan evaluasi pada minggu ke 3 Desember Revisi IKK Kementerian Agraria dan Tata Ruang 2015 Untuk dapat disepakatinya pembahasan perubahan IKK Kementerian Agraria dan Tata Ruang 2015, pada bulan November direncanakan untuk diselenggarakannya rapat koordinasi, namun belum dapat terlaksana karena padatnya agenda Subdit Pertanahan. Akan dijadwalkan kembali pada minggu ke 2 Desember. 13
15 2.3 Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi Kajian Materi Teknis (Pengarusutamaan PRB) Hingga bulan November, draft laporan akhir telah dikoreksi. Laporan tersebut sedang dalam proses pencetakan, direncanakan akan dicetak sejumlah 150 eksemplar. Lamanya proses perbaikan dan pencetakan oleh pihak UNDP menjadi kendala dalam proses penyusunan laporan akhir. Follow up kepada pihak UNDP akan dilakukan dan ditargetkan akan selesai Minggu ke-2 Desember Media Sosialisasi dan Informasi TRP Kegiatan rutin Subdit Infosos adalah memperbaharui berita pada situs TRP setiap harinya dan menginformasikan berita, kegiatan TRP, dan informasi lainnya di dalam milis dan FB. Sampai bulan November, anggota milis telah mencapai 141 anggota, dan telah menambahkan menu RAN dalam situs TRP. Media informasi TRP akan dikelola dengan lebih baik lagi secara rutin e-performance (Kinerja) Direktorat dan Kedeputian Pada bulan November, target dan realisasi kinerja dan kegiatan Dit. TRP telah selesai dilaporkan. Pelaporan kinerja dan kegiatan Kedeputian Regional dan Otda belum dapat dilaksanakan. Pengisian e-performance secara berkala (tiap triwulan) masih ada beberapa kendala, yaitu kurangnya arahan dan mekanisme yang jelas dari Biro Renortala, dan belum seluruh direktorat di Kedeputian melaporkan kegiatannya. Untuk pengisian target dan realisasi Triwulan IV akan dilaksanakan pada Bulan Januari Buletin TRP Bahan yang telah terkumpul, pada bulan November telah dimasukan semua ke dalam layout dan sedang dalam proses review, kecuali untuk 2 (dua) materi dengan narasumber BPN dan Direktur LH, materinya belum terkumpul. Adapun kendala dari kegiatan ini adalah dari pihak eksternal, yaitu adanya kesibukan narasumber sehingga pengumpulan materi terus mundur. Untuk mencapai target pengumpulan materi, akan dilakukan follow up kepada narasumber Musrenbang Regional Kegiatan Musrenbang Regional RPJMN akan dilaksanakan di 5 (lima) lokasi dengan pembagian wilayah Sumatera, Jawa-Bali, dan NTB, Kalimantan, Sulawesi dan wilayah Maluku pada tanggal 6 15 Desember. Direktorat TRP sebagai koordinator Musrenbang Regional di Provinsi Palu. Untuk susunan acara sudah ada kejelasan dan telah dilaksanakan kunjungan awal ke Palu pada 20 November 2014, serta telah dilaksanakan 3 (tiga) kali rapat koordinasi. Hasil dari rapat koordinasi tersebut adalah sudah siapnya kegiatan teknis di lapangan, telah disebarkannya undangan, dan kesiapan dari sisi akomodasi. Waktu persiapan Musrenbang daerah sangat terbatas karena pelaksanaan Musrenbang daerah dilaksanakan lebih cepat dari rencana. 14
16 2.3.6 Penyusunan Project Dokumen RIMBA Telah dilaksanakan rapat koordinasi penyusunan logframe dan rapat koordinasi tindak lanjut kesepakatan 10 (sepuluh) gubernur. Masukan resmi terhadap draft logframe dan project document sudah disampaikan dalam rapat koordinasi dan melalui surat resmi. Adapun kendala dalam kegiatan ini adalah Kemendagri kurang berkoordinasi dengan K/L terkait sehingga penyelesaian progres terkesan lambat. Perbaikan dan penyelesaian project document oleh konsultan dan Kemendagri ditargetkan harus sudah disampaikan pada UNEP 16 Desember Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Pengenalan Geopark dan Tata Ruang Pada tanggal 12 November 2014 di ruang SS-4 Bappenas, telah diselenggarakan Rapat BKPRN Tingkat Eselon II terkait pengenalan geopark dan tata ruang. Rapat ini bertujuan untuk mensosialisasikan mengenai konsep pengembangan geopark dan keterkaitanya dengan penataan ruang. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat: a. Geopark di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun 2000an. Saat ini telah diidentifikasi sekitar 36 warisan geologi yang dapat dikembangkan menjadi geopark, dimana 1 (satu) diantaranya telah menjadi Geopark Internasional (tergabung ke dalam Global Geopark Network), yaitu Geopark Kaldera Batur, dan 4 (empat) diantaranya termasuk ke dalam Geopark Nasional, yaitu Kawasan Geopark Merangin, Kawasan Geopark Sewu, Kawasan Kaldera Toba, dan Kawasan Gunung Rinjani. Pengaturan mengenai geopark ini secara implisit sudah diatur dalam regulasi. UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang telah mengamanatkan warisan alam sebagai modal pembangunan. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN, tepatnya pada pengaturan mengenai kawasan lindung geologi, memasukkan Kawasan Cagar Alam Geologi (KCAG) sebagai kawasan lindung yang dapat dikembangkan secara terbatas sebagai obyek wisata (implisit mengizinkan kegiatan geowisata, termasuk didalamnya geopark). b. Geopark dapat dimasukkan ke dalam aset nasional, melalui KSN dari aspek ekologi atau sosial budaya dan dapat diusulkan dalam peninjauan kembali RTRWN yang tengah berlangsung. Namun perlu diperhatikan bahwa pengawalan geopark yang sudah disetujui sebagai KSN perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana rinci sebagai kendali pemanfaatan ruang. c. Perlu diperhatikan bahwa selain kepastian dalam RTR, keberlanjutan dari geopark ini sangat bergantung kepada pengelolaan yang baik: Perlu penjelasan program kegiatan, manajemen dan pembiayaan. Perlu dipikirkan mekanisme pengelolaan geopark (akan dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat atau melibatkan pihak swasta). Pemerintah perlu juga meningkatakan kesadaran masyarakat sekitar untuk tetap menjaga kelangsungan geopark. d. Terkait dengan KLHS perlu dipastikan terlebih dahulu penetapan geopark dalam RTR, kemudian baru dapat dilakukan KLHS saat penyusunan RTR yang telah menetapkan geopark tersebut (KLHS embedded dan melekat pada dokumen rencana). 15
17 e. Diperlukan payung hukum kelembagaan karena itu dibutuhkan dukungan penuh dari BKPRN, karena geopark bukan tugas dan fungsi satu Kementerian/Lembaga, namun sudah lintas sektor. Sehingga perlu dipikirkan kebijakan penetapan geopark di level nasional guna meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia Percepatan Penyusunan RRTR Rapat ini diselenggarakan pada 26 November 2014 di ruang Rapat SS 1-2, Bappenas. Rapat dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas. Beberapa hal penting yang dibahas dalam pertemuan ini antara lain: a. Program penyediaan peta skala besar baru berjalan selama dua tahun di BIG, adapun kendala utama terletak pada keterbatasan dana untuk penyedian peta serta SDM yang ahli di bidang perpetaan. Penyediaan peta skala besar (skala 1:5.000) membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Untuk kebutuhan peta RRTR membutuhkan ketelitian peta tiga dimensi (hingga memperlihatkan kontur untuk menunjukkan profil kemiringan lahan), namun ini sangat mahal (biayanya sekitar dua kali lipat penyediaan peta dua dimensi). BIG kemudian menyiasati penyediaan peta skala besar dengan kualitas dua dimensi (tanpa kontur), profil kemiringan lahan disiasati dengan menggunakan kontur dari peta RBI skala 1: UKP4 telah menentapkan target kepada BIG untuk menyelesaikan citra tegak seluas km 2 (sekitar 1/3 luas daratan Indonesia) pada tahun Sementara itu BIG memiliki dana untuk penyediaan peta skala besar 1:5.000 sebesar 60 Milyar Rupiah. Jika diperhitungkan anggaran tersebut cukup untuk memenuhi penyediaan peta skala rinci seluas km 2 jika peta yang dihasilkan berbentuk dua dimensi. Penyediaan peta skala besar ini terkendala masalah teknis yaitu lambatnya aliran data citra tegak dari LAPAN. Kendala lain berupa ketersediaan pesawat untuk pelaksanaan foto udara yang jika diperhitungkan hanya mampu untuk menghasilkan Ha luas foto udara per tahun. Namun dengan perkiraan bahwa luasan kawasan untuk RRTR ± Ha maka setiap tahunnya dapat dihasilkan sekitar 100 peta skala rinci. Sehingga target penyelesaiaan RRTR sesuai dengan data kebutuhan peta tahun optimis dapat terselesaikan. Perlunya peningkatan SDM yang ahli di bidang perpetaan dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan kepada daerah: (i) perlu menjadi salah satu target dalam roadmap percepatan penyelesaiaan RDTR (skenario penguatan kapasitas daerah); dan (ii) perlu diperhitungkan dalam anggaran penyediaan peta. b. Kementerian PU telah menyampaikan data prioritas penyediaan peta terbaru (per November 2014). Usulan kriteria prioritas penyediaan peta skala besar 2015 yaitu untuk: i) KSN dan Kawasan Perkotaan; ii) penyusunan RTRW; dan iii) penyediaan peta mandiri oleh daerah, diprioritaskan pada daerah-daerah yang telah mengalokasikan penyusunan peta skala rinci dalam RKPDnya. Adapun kendala dari kegiatan ini adalah roadmap Percepatan Penyusunan RRTR baru disampaikan oleh Kemen PUPR pada tanggal 28 November 2014 setelah dilakukan beberapa kali fasilitasi oleh Sekretariat BKPRN mulai Bulan Juli 2014 (3x pertemuan dan 2x penyampaian 16
18 surat). Selanjutnya, Sekretariat BKPRN akan memfasilitasi penyampaian langkah - langkah percepatan penyediaan peta skala besar untuk penyusunan RRTR dari Kemen PUPR kepada BIG. Proses penyampaian dijadwalkan pada Minggu I Desember Pertemuan Smart Planning Approach dan Keterkaitan dengan Penataan Ruang Pertemuan yang terselenggara dari kerjasama Sekretariat BKPRN dan Tim Dana Mitra Lingkungan ini dipimpin oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas dan dihadiri oleh Prof. Budi Prayitno-UGM, Ir. Steef Buijs-PUM senior expert, Tim Dana Mitra Lingkungan, serta perwakilan dari Dit. Perkotaan, Kemen PUPR; Kemenhut dan LH, Bappeda Semarang, BPPT dan Dit. Perkotaan dan Pedesaan, Bappenas pada 27 November 2014 di Ruang Spirna, Fave Hotel. Beberapa pokok penting dalam pertemuan ini yaitu: a. Sesuai hasil penelitian, bumi akan overload di tahun 2050 dimana lebih dari 2/3 populasi manusia tinggal di perkotaan. Untuk itu, kita harus bisa menentukan prioritas antara kebutuhan, keperluan, dan demand yang perlu didukung oleh sistem IT/ keterbukaan online. b. Atribut kunci dalam penerapan Smart Planning meliputi Smart Economy, Smart Governance, Smart Citizent, Smart Way Of Live, Smart Mobility, dan Smart Environment. c. Perlu roadmap penerapan smart planning jangka pendek dan jangka panjang hingga tahun Jika ada kesempatan, perlu juga dibuat pilot project. d. Perlu dibedakan antara Smart City dengan Intelegent City. Smart City yaitu kota yang menggunakan ICT untuk menggerakan banyak orang. Sementara Intelegent City hanya menggunakan ICT dalam kehidupan sehari-hari. e. Dukungan penerapan Smart Planning dapat dilakukan dalam penyusunan dokumen tata ruang (RTRW, RDTR, RTBL, dan tapak site ). Selama ini, pemerintah pusat masih berfokus pada penyusunan RTRW, RDTR dan RTBL. Sementara untuk site, perlu diperjelas siapa stakeholders yang menyusun dan memonitor. f. Usulan bagi pemerintah pusat: i) membangun desain program berbasis Smart Planning; dan ii) mendesain lokus dan bentuk kontribusi sektoral dalam setiap kegiatan. g. Perubahan perilaku adalah dasar keberhasilan penerapan konsep Smart Planning, sehingga tidak menjadi konsep semata. Demi mendukung implementasinya, pemerintah perlu mengalokasikan kegiatan dan dana melalui RPJMD/RPJMN dan APBD/APBN. Smart Planning Approach merupakan konsep masa depan yang fokus pada keterbukaan informasi. Kendala belum dapat dipahaminya konsep Smart Planning Approach dan keterkaitannya dengan penataan ruang adalah koodinasi tim Sekretariat BKPRN dengan tim dari DML dilakukan pada waktu yang terlalu dekat dengan waktu penyelanggaraan acara. DML akan menemui Sekretariat BKPRN untuk merencanakan agenda pertemuan selanjutnya Penyusunan Laporan Koordinasi Strategis BKPRN 2014 Hingga bulan November, telah tersusun outline dan garis besar muatan Laporan Koordinasi Strategis BKPRN Untuk penyusunan laporan tersebut akan dilakukan oleh Sekretariat BKPRN pada bulan Desember
19 2.4.5 Pengelolaan Ruang Udara Nasional Dua kegiatan yang telah direncanakan untuk mendukung Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN), sampai bulan November ini masih tertunda. Adapun kegiatannya, yaitu: (i) FGD isu dan ii) pemetaan masalah sektoral regulasi PRUN. Kegiatan ini direncanakan dapat mendukung terhimpunnya isu dan permasalahan sektor pertahanan dan keamanan terkait PRUN, namun sampai sekarang masih tertunda karena adanya gagasan peralihan pemrakarsa penyusunan regulasi PRUN. Untuk menindaklanjuti kegiatan ini, akan dilaksanakan Trilateral Meeting Internal Bappenas pada 24 November 2014; (ii) Trilateral Meeting Internal Bappenas (Dit. TRP, Dit. APP dan Dit. Hankam). Penyepakatan terkait regulasi PRUN dalam kerangka regulasi (penentuan pemrakarsa penyusunan regulasi dan tahun pelaksanaan) sampai bulan November ini masih tertunda karena belum ditemukan waktu pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan jadwal para direktur. Pertemuan akan dijadwalkan kembali pada bulan Desember Kegiatan Utama Sekretariat RAN Kebijakan Sistem Pendaftaran Tanah Publikasi Positif Pada Bulan November telah dilakukan rapat koordinasi dengan BPN, untuk cakupan peta dasar telah disepakati dengan beberapa penyesuaian sebelum dilakukan penandatanganan pada peta tersebut dan telah dilakukan rapat koordinasi terkait dengan cakupan wilayah bersertipikat telah disepakati namun pihak BPN tidak berkenan untuk menandatangani. Namun belum disepakati dan ditandatanganinya peta cakupan peta dasar dan wilayah bersertipikat, karena adanya kendala dari BPN (Pusdatin) yang tidak berkenan untuk melakukan penandatanganan sebagai bukti kebenaran penggunaan data dalam penyusunan peta tersebut. Selanjutnya, akan dilakukan rapat koordinasi penyepakatan dan penandatangan peta cakupan peta dasar dan wilayah bersertipikat pada tanggal 2 Desember Beberapa kegiatan lain yang belum dapat dilaksanakan, yaitu: (i) rapat koordinasi untuk publikasi cakupan peta dasar dan wilayah bersertipikat dalam Musrenbang. Rapat belum dapat terselenggara karena data peta, serta cakupan peta dasar dan wilayah bersertipikat belum ditandatangani oleh BPN. Akan dijadwalkan kembali untuk pelaksanaan koordinasi pada minggu ke III Desember; (ii) pelaksanaan Pilot Project Tata Batas Kawasan Hutan pada tahun anggaran 2015, belum dapat terlaksana karena padatnya kegiatan pada bulan November serta sulitnya menyesuaikan jadwal pelaksanaan rapat dengan Dit. Kehutanan. Dijawalkan kembali untuk pelaksanaan pilot project dilaksanakan pada 3 Desember Kebijakan Redistribusi Tanah dan Access Reform Telah diselenggarakan rapat koordinasi pelaksanaan pilot project di Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 21 November 2014 dan di Bangka Belitung pada tanggal 25 November Namun data belum dapat terhimpun karena SKPD, Bappeda dan BPN baru memahami urgensi pelaksanaan pilot project. Adapun kendala kegiatan ini adalah belum dilakukannnya identifikasi data aset dan access oleh BPN dan SKPD Provinsi. Tindak lanjut kegiatan ini direncanakan untuk koordinasi pelaksanaan reforma agraria pada minggu ke-3 Desember untuk mengambil data yang dibutuhkan. 18
20 2.5.3 Majalah Agraria Indonesia Majalah Agraria Indonesia Edisi I Tahun 2014 telah terbit secara online sebagai media informasi Bidang Keagrariaan yang didalamnya menyangkut isu dan konsep, rancangan kegiatan serta data informasi seputar Agraria Nasional. Pada November ini sedang dilakukan pencetakan majalah dalam bentuk hardcopy sebanyak 4 (empat) eksemplar Laporan Akhir Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Telah dilakukan penyusunan draft dan outline laporan akhir Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, namun beberapa kegiatan yang belum selesai sehingga belum dapat dilaporkan. Draft Laporan Akhir Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional diagendakan selesai pada tanggal 7 Desember dan difinalisasi pada minggu ke 2 Desember. 2.6 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Berdasarkan kinerja penyerapan sebagai realisasi anggaran dari PPK Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah pada pertengahan November 2015 (15 Oktober 2014) hanya sebesar 47% atau sebesar Rp ,- Sumbangan terbesar berasal dari Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yaitu penyerapan anggaran Direktorat TRP pada Bulan November ini mencapai sebesar 75 persen atau setara dengan sebesar Rp ,- Realisasi anggaran di Bulan November ini merupakan pencapaian dari beberapa kegiatan antara lain: perjalanan dinas, rapat koordinasi sekretariat BKPRN dan kegiatan Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional. Realisasi angka tersebut dikontribusikan dari pelaksanaan kegiatan yang meliputi: (i) kajian sebesar 81 persen, (ii) koordinasi penyusunan rencana sebesar 96 persen, (iii) Koordinasi Reforma Agraria sebesar 62 persen, (iv) koordinasi Strategi BKPRN sebesar 79 persen, (v) Knowledge Management (KM) sebesar 92 persen dan (vi) pemantauan dan evaluasi sebesar 70 persen. Perkembangan kegiatan bulan November 2014 ini, PPK Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah telah meminta unit kerja mengajukan usulan kegiatan Pengadaan Jasa Konsultasi khususnya melalui pengadaan lelang. Direktorat TRP di tahun 2015, telah mengajukan 1 (satu) orang tenaga konsultan untuk kegiatan Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Tata Ruang dan Rencana Pembangunan untuk masa kontrak 12 bulan. Untuk kegiatan pemantauan dan evaluasi akan dilakukan pengajuan anggaran untuk rekruitmen tenaga ahli 1 orang selama 2 bulan dalam rangka membantu penyelesaian laporan hasil pemantauan dan evaluasi bidang tata ruang dan pertanahan. Berikut merupakan diagram rencana dan realisasi penyerapan anggaran Direktorat TRP sampai dengan bulan November 2014: 19
21 Gambar 1. Rencana dan Penyerapan Anggaran Dit. TRP sampai Bulan November
22 BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Pada bab ini dijelaskan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas ataupun kementerian/lembaga lain, pada Bulan November Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf. 3.1 Kunjungan DPRD Kota Mojokerto Pada tanggal 4 November 2014 di Ruang Rapat SG 3, Pemerintah Kota Mojokerto melaksanakan konsultasi dengan Direktorat TRP, Direktorat Perkotaan Kementerian PU, dan Direktorat Pengembangan Wilayah Bappenas terkait dengan Penyediaan Peta Skala Rinci untuk RDTR, Penyediaan Kebutuhan RTH Kota, serta Batas Ketinggian Bangunan. Kunjungan DPRD Kota Mojokerto ini bertujuan untuk melakukan konsultasi terkait dengan penyediaan peta skala rinci untuk RDTR, penyediaan kebutuhan RTH kota, serta batas ketinggian bangunan dalam RTRW. Beberapa poin penting yang disampaikan DPRD Kota Mojokerto: a. Penyediaan Peta Skala Rinci untuk RDTR Pemkot Mojokerto mengalami kesulitan dalam pengadaan peta skala rinci untuk penyusunan RDTR. Pemkot merasa proses yang ditemui di lapangan terlalu rumit. Pemkot Mojokerto telah mengajukan permohonan peta skala rinci kepada BIG dan LAPAN, namun peta yang diberikan adalah peta tahun b. Penyediaan Kebutuhan RTH Kota Kota Mojokerto mengalami kendala dalam penyediaan RTH khususnya RTH publik dikarenakan keterbatasan lahan kota. Dalam penetapan peruntukan lahan untuk RTH pada RTRW Kota Mojokerto ternyata tidak memperhatikan kondisi eksisting yang telah terbangun, sehingga Pemkot mengalami kesulitan dalam penyediaan RTH karena terkendala kepemilikan lahan oleh privat. Terkait dengan RTH ini, Pemkot telah mengirimkan surat kepada BKPRN untuk pembahasan di tingkat pusat namun belum mendapatkan respon. Usul Pemkot Mojokerto: Apakah bisa dilakukan penyediaan RTH di daerah yang bukan diperuntukkan untuk RTH sehingga peruntukan lahan eksisting saat ini yang seharusnya merupakan RTH tidak perlu diubah peruntukannya. Usulan Perubahan Batas Ketinggian Bangunan dalam RTRW c. Pemkot Mojokerto mengusulkan perubahan batas ketinggian lantai bangunan Kota Mojokerto yang tercantum dalam RTRW Kota Mojokerto, yang semula setinggi 6 lantai, agar diubah melebihi ketinggian tersebut sebelum waktu PK RTRW Kota Mojokerto (tahun 2017) melalui persetujuan DPRD. Direktorat Perkotaan Kementerian PU yang berwenang melakukan pengendalian dan pengembangan kota, akan melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai batas ketinggian bangunan, dan akan menyampaikan tanggapan tertulis terkait dengan pertanyaan dari DPRD Kota Mojokerto melalui surat elektronik. 21
23 3.2 FGD Arah Kebijakan Penataan Ruang Kawasan Laut Banda Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 5 November 2014 di Hotel Ambhara. FGD yang dipimpin oleh Kasubdit Pengaturan, Dit Penataan Ruang Wilayah Nasional, Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU ini bertujuan sebagai diskusi awal dalam rangka penyusunan materi teknis RTR KSN Laut Banda, yang akan dikerjakan oleh DJPR PU secara swakelola. Beberapa hal yang mengemuka dalam rapat ini adalah: RTR KSN Laut Banda dan sekitarnya akan mengatur wilayah darat dan laut. Untuk wilayah laut (yang merupakan bagian besar dalam lingkup KSN ini), harus memperhatikan dan sinkron dengan RZWP-3-K yang akan disusun oleh Pemda. Kepulauan Banda yang merupakan bagian dari Laut Banda dan sekitarnya terdiri dari 10 pulau. Sebagian dari pulau-pulau tersebut berukuran kecil, sehingga harus dipastikan pola dan struktur ruangnya akan diatur dalam RTR KSN ini atau RZWP-3-K, terutama dengan banyaknya bangunan-bangunan warisan sejarah seperti benteng di beberapa pulau utama. KKP mengusulkan harus adanya delineasi yang jelas dalam KSN Laut Banda ini, karena terkait dengan kewenangan menteri dalam memberikan ijin. Harus ada kriteria misalnya kriteria konservasi, sehingga izin tidak serta merta dapat diberikan oleh gubernur. KKP akan menyusun RTR Laut Nasional yang juga akan menjelaskan kriteria KSN dan KSNT untuk laut. Perlu juga adanya sinkronisasi dengan KSN dan KSNT tersebut. Harus ada penetuan prioritas dalam menyusun berbagai rencana ini, jangan sampai menimbulkan kebingungan di daerah. Selanjutnya, akan diadakan pertemuan lanjutan, khususnya secara bilateral antara DJPR PU dengan KKP dalam harmonisasi perencanaannya. 3.3 Sosialisasi Usulan Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas untuk Dibahas dan Ditetapkan di Tahun 2015 Rapat ini diselenggarakan pada 5 November 2014 di Hotel Grand Cemara. Pertemuan ini bertujuan untuk: a) membahas usulan RPP dan Rperpres dari unit kerja; b) mensosialisasikan daftar rencana penyusunan Permen Bappenas; c) mensosialisasikan hasil evaluasi Permen Tahun ; dan d) fasilitasi konsultasi kebutuhan unit kerja berkaitan dengan pengusulan RPP, RPerpres, dan Rpermen. Catatan penting dari pertemuan ini: Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Biro Hukum, terdapat beberapa Permen Bappenas yang diusulkan untuk dicabut atau dilakukan perubahan atau dipertahankan. Misalnya seperti Permen PPN No. 2 Tahun 2013 tentang Pengaturan Kinerja Pegawai di Kementerian PPN/Bappenas perlu dipertahankan, tapi perlu dilakukan perbaikan, juga perlu penyusunan Permen tentang Tunjangan Prestasi Kerja, yang saat ini belum disusun. Ini menjadi tugas dan tanggungjawab dari Biro SDM Bappenas. Dalam mengusulkan dan menyusun PP, Perpres, dan Permen, hal hal yang harus diperhatikan, antara lain: a) jelas apa yang akan diatur, bagaimana urgensi dan pokok pikirannya; b) sesuai dengan tugas dan fungsi Bappenas; c) tidak bertentangan dengan regulasi yang lebih tinggi; d) untuk penyusunan dan pengusulan Rapermen, perlu ada 22
24 kajian yang dilakukan, tidak perlu hingga menyusun naskah akademik karena dirasa rumit dan sulit, terkecuali untuk pengusulan UU. Jadi penyusunan Rapermen lebih mudah untuk dilaksanakan. Meskipun pelaksanaan Musrenbang tidak ada diatur dalam peraturan perundangan, keberjalannya cukup baik. Tapi untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan baik di pusat maupun di daerah, sebaiknya tata caranya ditetapkan melalui Permen Bappenas. Ini menjadi hal yang diusulkan oleh Biro Hukum kepada Kedeputian Regional dan Otonomi Daerah. Perihal Musrenbang, sejauh ini Bappenas hanya mengatur aplikasi e-musrenbang (usulan Dit. PW) dan Kemdagri hanya mengatur tata kelola dokumen perencanaan. Dalam mengusulkan Permen, terlebih dahulu perlu dilakukan kajian substansi, pengusulan Permen sesuai dengan tupoksi, dan persetujuan dari pimpinan (Menteri PPN/Bappenas) sehingga perlu justifikasi/penjelasan detail berkaitan dengan urgensi dan pokok pikiran. 3.4 Komunikasi stakeholders LULUCF tentang Penyusunan Dokumen FREL- REDD+ Indonesia yang akan disampaikan ke Sekretariat UNFCC Rapat diselenggarakan oleh BP REDD+ pada tanggal 5 November 2014 di Kantor BP REDD+, Gd. Mayapada Tower II, Lt.15, Jakarta. Pokok-pokok Presentasi Rancangan FREL-REDD+, antara lain: Forest reference emission level (FREL) akan disubmit 8 Desember 2015 di COP 20 di Lima. Technical assessment akan dilaksanakan pada Bulan Februari FREL bertujuan untuk menetapkan data yang dibutuhkan, metode dan teknologi yang digunakan serta identifikasi kebutuhan capacity building. Data spasial untuk kehutanan yang digunakan adalah data Baplan yang telah dipublikasi di nfms.dephut.go.id. Data spasial gambut didapatkan dari Kementerian Pertanian. Data yang telah dikumpulkan tersebut digunakan untuk memprediksi emisi dari kedua sektor tersebut. Proyeksi emisi pada tahun 2020 menjadi baseline untuk penurunan emisi yang telah menjadi komitmen Pemerintah Indonesia. Pada saat perubahan pemerintahan saat ini, termasuk target baru distribusi tanah sebanyak 9 juta hektar. Perubahan kebijakan ini akan berdampak besar pada perubahan proyeksi pada periode pemerintahan dan berpotensi untuk meningkatkan emisi di akhir tahun baseline di Disarankan perubahan kebijakan masuk ke dalam analisis proyeksi yang disusun. Usulan perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan perlu menjadi perhatian dalam penyusunan proyeksi emisi di masa yang akan datang. Perubahan tutupan hutan berkorelasi erat dengan perubahan fungsi dan peruntukan kawasan hutan. Sampai dengan saat ini, data fungsi kawasan tidak digunakan dalam penyusunan proyeksi ini. 3.5 Bimtek Pengelolaan Hibah Pertemuan ini diselenggarakan pada 6 November 2014 di Hotel Akmani. Rapat dipimpin oleh Karo Hukum dengan narasumber Direktur Perencanaan Pendanaan Pembangunan (Tuti Riyati), Agus Sutarman dari Biro Renortala dan perwakilan staf di UKE I dan II terutama direktorat yang 23
25 mempunyai kegiatan Hibah atau PHLN. Tujuan rapat ini sebagai pembelajaran untuk mengetahui mekanisme pengelolaan pemberian hibah khususnya di Kementerian PPN/Bappenas. Selain paparan rapat dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi dan sharing pengalaman dari UKE I dan II yang memang selama ini menangani hibah tersebut. Kesimpulan dari rapat ini, yaitu: 1. Identifikasi Permasalahan Hibah Bappenas. 2. Perencanaan kegiatan: Belum semua kegiatan hibah langsung dikonsultasikan rencana penerimaannya. 3. Nilai hibah: Total nilai hibah yang dikelola oleh Bappenas sangat besar; Masih ada hibah yang belum teridentifikasi besaran nilainya; dan Bappenas hanya menjadi koordinator pada beberapa hibah. Besaran nilai hibah yang dikelola oleh Bappenas, pada sebagian kegiatan belum teridentifikasi. 4. Hibah yang sekarang tidak adanya bluebooknya yang ada hanya rencana tahunan saja. Pembagian hibah menjadi langsung dan yang direncanakan sebenarnya untuk mempermudah dalam pelaksanaannya saja. Jika ada hibah yang akan dilaksanakan sebaiknya harus ada persetujuan dari Menteri. 5. Pemantauan dan Evaluasi kegiatan hibah dilakukan secara bersama oleh Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas. 6. Kementerian PPN/Bappenas melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja pelaksanaan hibah. 7. Cakupan pemantauan dan evaluasi: realisasi penyerapan dana, perkembangan pencapaian pelaksanaan fisik, perkembangan proses pengadaan barang dan jasa, permasalahan/kendala yang dihadapi dan langkah tindak lanjut yang diperlukan. Selanjutnya, Biro Hukum akan mengirimkan hasil pembahasan dan diskusi dalam notulensi untuk disampaikan ke Unit Kerja Eselon I dan II. 3.6 Kunjungan DPRD Kabupaten Batang Rapat koordinasi dan konsultasi tersebut dibuka oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, serta didampingi oleh perwakilan dari Direktorat Otonomi Daerah. Kunjungan DPRD Kabupaten Batang ini bertujuan untuk melakukan koordinasi dan konsultasi terkait dengan rencana pembangunan Pasar Batang. Beberapa poin penting yang disampaikan DPRD Kabupaten Batang: Sesuai dengan visi misi Bupati yang menjabat, Pemerintah Kabupaten Batang berencana untuk membangun pasar Batang dengan alokasi anggaran yang diusulkan sejumlah 85 M. Namun, rencana pembangunan pasar Batang tersebut belum masuk di dalam RPJMD sehingga dirasa perlu ada penyesuaian revisi RPJMD dan pembangunan pasar tersebut ditunda. Terkait dengan pembiayaan pembangunan pasar tersebut, dirasa sangat besar jika dana harus digelontorkan dari APBD, sementara sekitar 65% APBD dianggarkan untuk belanja pegawai. Pembangunan pasar tersebut mengundang pro dan kontra, karena kondisi infrastruktur di Kabupaten Batang pun sangat memprihatinkan. Dikhawatirkan jika alokasi APBD 24
26 dikucurkan seluruhnya untuk pembangunan pasar, maka kegiatan lain tidak mendapat alokasi pembiayaan. Terkait dengan hal ini, Bappeda Kabupaten Batang telah melakukan konsultasi dengan Kemendagri dan Badan Anggaran mengenai KUA PPA. Rencana pembiayaan KUA PPAS mengenai pembangunan Pasar Batang tersebut telah disusun namun belum masuk ke dalam RPJMD. Adapun FS (Feasibility Study) mengenai pembangunan pasar masih dalam proses dan belum selesai. Untuk pembiayaan sendiri, Bappeda Kabupaten Batang telah berkonsultasi dengan beberapa bank yang memberikan pinjaman seperti BRI dan BNI. Pihak Bappeda pun telah menyampaikan hibah proposal ke Kementerian Keuangan, namun belum mendapat respon. Perda RPJMD Pemerintah Kabupaten Batang telah disusun. Saat ini telah dilakukan revisi RPJMD mengenai keseluruhan rencana Pemkab Batang dan tercantum di dalamnya mengenai revitalisasi pasar dengan usulan anggaran 200 juta. Pemerintah Daerah perlu menyelesaikan Kajian FS (Feasibility Study) program pembangunan pasar untuk mengetahui apakah program tersebut masih layak untuk dilakukan atau tidak, terutama kelayakan dari segi finansialnya. 3.7 Pembahasan NSPK tentang Instrumen Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah Rapat ini diselenggarakan pada 6 November 2014 di Hotel The Mirah, Bogor. Rapat dipimpin oleh Henry Erafat (Bina Bangda Kemdagri), dan diawali dengan pemaparan rancangan instrumen monev penyelenggaraan PR daerah dan instrumen penilaian BKPRD oleh tenaga ahli, Irman Herry. Pertemuan ini bertujuan untuk: a) membahas NSPK tentang Instrumen Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan Penataan Ruang Daerah; dan b) instrumen penilaian kinerja BKPRD. Pada kesempatan tersebut, Dit TRP menyampaikan beberapa masukan, antara lain: Sepakat perlu dilakukan monev bersama anggota BKPRN. Untuk Bappenas sendiri, melakukan monev pada tataran outcome dengan menggunakan data BPS hingga tingkat rumah tangga, dengan merujuk pada tujuan penataan ruang (UU 26/2007). Metode ini menggunakan sedikit indikator dan melakukan pemeringkatan terhadap penyelenggaraan PR Daerah. Lingkup monitoring dan evaluasi, seharusnya tidak hanya terhadap pelaksanaan penataan ruang, tapi juga terhadap pembinaan penataan ruang karena Daerah melakukan pembinaan seperti pengembangan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat (PP 68/2010). Untuk pembobotan perlu diskusi lebih mendalam. Perlu dilihat ulang bobot yang diberikan kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota karena keduanya memiliki kewenangan yang berbeda, Pemprov memiliki wewenang untuk mengkoordinasikan/membina Pemerintah Kab/Kota. Indikator yang disusun sangat banyak. Sebaiknya indikator dilihat kembali dan disaring sehingga indikator output yang digunakan adalah indikator yang benar-benar penting/esensial. Indikator harus lebih presisi lagi, sejauh ini baru kuantitas. Izin yang baik adalah izin yang keluar sesuai dengan RTR, bukan hanya jumlah rekomendasi dan tersedianya 25
Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN
Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan
Lebih terperinciKonsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN
Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan program kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan proses
Lebih terperinciPAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS
PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI
Lebih terperinciKOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN
KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun
Lebih terperinciLaporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL
Lebih terperinciKONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016
KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***
Lebih terperinci2.3.8 Penyusunan Laporan Triwulan II Direktorat TRP Tahun Penyusunan Laporan Kegiatan TRP Bulan Agustus
1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 I. PENDAHULUAN... 8 II. EVALUASI KEGIATAN... 9 2.1. SUB DIREKTORAT TATA RUANG... 13 2.1.1 Penyusunan RT RPJMN 2015-2019...
Lebih terperinciOptimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN
Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018
RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret
Lebih terperinciTINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri
TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI
Lebih terperinciKata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa
1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN
Lebih terperinciPROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)
PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara
Lebih terperinci2.4.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Roadmap Penyelesaian RTRW...
0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR GAMBAR... 4 DAFTAR SINGKATAN... 5 I. PENDAHULUAN... 7 II. EVALUASI KEGIATAN TRIWULAN II DAN RENCANA KEGIATAN TRIWULAN III... 8 2.1 SUB DIREKTORAT TATA
Lebih terperinciStrategi Sanitasi Kabupaten Malaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN BULAN OKTOBER
LAPORAN KEGIATAN BULAN OKTOBER DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS 2014 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 9 2.1. Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang...
Lebih terperinciProgram Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi
Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban
Lebih terperinciPENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)
SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciPenataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu
Lebih terperinciPAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN
MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK
SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI
Lebih terperinciCATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B
CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Bulan Mei
Laporan Kegiatan Bulan Mei 2014 1 LAPORAN KEGIATAN BULAN MEI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS 2014 Laporan Kegiatan Bulan Mei 2014 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL...
Lebih terperinciPAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017
PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG
Lebih terperinciBKPRN. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING. Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN. Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014
BKPRN Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014 Jakarta, Januari 2015 Daftar Isi I. PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar
Lebih terperinciOleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22
Lebih terperinciBAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG
RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN
Lebih terperinci2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK
Lebih terperinciKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah
Lebih terperinciKesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata
Lebih terperinciLombok, 26 November 2013 Disampaikan oleh Prof. Ir. H. M. ALAMSYAH, HB. Wakil Ketua/Kepala Pelaksana Harian BP KAPET Khatulistiwa
FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Kebijakan Dan Arah Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu (KAPET) Dalam Mendukung Implementasi Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Lombok, 26 November 2013
Lebih terperinci3.14 Pembahasan Penyusunan Pedoman Teknis Insentif LP2B Rapat Tim Kerja Harmonisasi Peraturan Perundang- Undangan Sumber Daya Alam...
1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 9 2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-
Lebih terperinciPENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal
Lebih terperinciKAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis
BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Lebih terperinciIMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. DIAH INDRAJATI, M.Sc Plt.
Lebih terperinciIMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA
IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi
Lebih terperinciSINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH
SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.
BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018
KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL
ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc. Deputi Bidang Pengembangan
Lebih terperinciPENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT
PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT Dr. Ir. M. Basuki Hadimulyono, MSc Direktur Jenderal Penataan Ruang Disampaikan pada : Focus Group Discussion (FGD) Tata Ruang Pada Lahan Gambut K E M E N T E R I A N P E
Lebih terperinciKementerian Kelautan dan Perikanan
Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis
Lebih terperinciBUPATI MALUKU TENGGARA
SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU
Lebih terperinciKEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan
Lebih terperinciOne Map And One Data Informasi Geospasial Tematik
One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan
Lebih terperinciSetyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI
Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI Disampaikan dalam Konsultasi Badan Anggaran DPRD Kabupaten Sleman Jakarta, 29 Januari 2014 2/10/2014 BIRO ANALISA APBN SETJEN DPR RI
Lebih terperinciPERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru
PERCEPATAN PENYELESAIAN (Rencana Tata RTRW Ruang Wilayah) Oleh: Redaksi Butaru Proses penyusunan RTRW, baik Propinsi, Kabupaten dan Kota terus berjalan sampai Peta RTRWN Perencanaan tata ruang ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan
BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciWALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON
WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPenyusunan Rencana Kerja dan Pembagian Tugas Pokja Hasil rencana kerja terlampir,
Kick of Meeting Pokja Sanitasi Kab/Kota Kick off meeting atau Rapat Perdana secara formal belum dilaksanakan, namun komunikasi dan pertemuan non formal antar beberapa anggota Pokja sudah dilaksanakan.
Lebih terperinciBUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,
1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,
Lebih terperinciPada Acara Lokakarya Pelaksanaan 5 Koridor Sumatera di Hotel Bidakara Jakarta tanggal 3 Oktober 2012
DISAMPAIKAN OLEH: Dr. Sjofjan Bakar, M.Sc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri Pada Acara Lokakarya Pelaksanaan 5 Koridor Sumatera
Lebih terperinciESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL
ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc. Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas RAPAT KERJA REGIONAL BKPRN 2016
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN
Lebih terperinciBUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,
B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya
Lebih terperinciMateri : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN
Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Oleh : Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama selaku Plt. Sekretaris
Lebih terperinciKEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH
_ LAPORAN KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciMODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Modul Pelaksanaan Pemahaman Dasar SPPIP dan RPKPP MODUL PEMAHAMAN DASAR STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) DAN RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS (RPKPP)
Lebih terperinciTENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN/KOTA
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH
Lebih terperinciKnowledge Management Forum April
DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang
Lebih terperinciTABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD
NO. 1. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN Mewujudkan Sinergitas Pembangunan antar SKPD dan Kabupaten/ 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1. Terlaksananya Sinergitas Pembangunan antara dan 1. Jumlah SKPD
Lebih terperinciEvaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN
Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan 2013 i Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah:
Lebih terperinciDisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan
REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciOleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan
Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan Outline Paparan 1. Kinerja Pelaksanaan Rencana Kerja Kemenkes 2014-2015 - Capaian Indikator
Lebih terperinciMODUL 6 : PENILAIAN KELENGKAPAN SUBSTANSI MATERI TEKNIS, RAPERDA, DAN PETA UNTUK STANDAR REKOMENDASI GUBERNUR
0 2 5 12 15 24 25 PENDAHULUAN EVALUASI MATERI TEKNIS EVALUASI RAPERDA EVALUASI PETA PEMBENTUKAN TIM UNTUK PENILAIAN KEAN SUBSTANSI REFERENSI DASAR HUKUM PENILAIAN KEAN SUBSTANSI TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciPEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah
Lebih terperinciMekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAK TAHUN 2018
KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
Lebih terperinciPENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH O l e h : M e n t e ri A g r a r i a d a n Ta t a R u a n g
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1
BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Lebih terperinciLAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 25 2.1 RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG D alam lingkup pembangunan nasional, Undang-Undang Nomor 25 tahun
Lebih terperinciINPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017
INPRES NO. 10 TAHUN 2016 AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI TAHUN 2016 DAN TAHUN 2017 OUTLINE PAPARAN PENDAHULUAN INPRES NO. 10 TAHUN 2016 PEMANTAUAN DAN PELAPORAN LATAR BELAKANG Permen PPN No 1
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program
Lebih terperinciD I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T
Pedoman Layanan Informasi dan Konsultasi Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Berbasis Web D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN
Lebih terperinciLAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011
LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas
Lebih terperinci[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara
Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.
Lebih terperinci