3.14 Pembahasan Penyusunan Pedoman Teknis Insentif LP2B Rapat Tim Kerja Harmonisasi Peraturan Perundang- Undangan Sumber Daya Alam...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3.14 Pembahasan Penyusunan Pedoman Teknis Insentif LP2B Rapat Tim Kerja Harmonisasi Peraturan Perundang- Undangan Sumber Daya Alam..."

Transkripsi

1 1

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari- Juni 2014) Kegiatan Utama FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional Workshop Knowledge Management Kegiatan Pendukung Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues Mengenai RZWP3K Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional Pembahasan Teknis Langkah- langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN Bidang TR dengan DJPR Kementerian PU Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi Milis, Portal dan Scribd Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Milis Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Portal Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Kick off Proyek Percontohan Pengembangan Kota Berketahanan (Resilient City) di Indonesia Persiapan kajian TAK mengenai reposisi peran dan fungsi Bappenas Workshop Penjaringan Prakarsa P2KPB Pembahasan RDTR Perbatasan Bengkulu Tengah dengan Kota Bengkulu dan RDTR Perkotaan Sungailiat Pembahasan Perwujudan Kota Berkelanjutan dan Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pembangunan Perkotaan Pelatihan Penelaahan RKA- K/L Online Rakor Polhukhankam Kawasan Perbatasan Negara Pembahasan Revisi Pagu Alokasi Anggaran Tahun 2014 BPN RI Pembahasan RT RPJMN untuk Kawasan Perbatasan, Daerah Tertinggal dan Kawasan Strategis dan Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat Sosialisasi Rancangan Teknokratik RPJMN Penanggulangan Kemiskinan FGD II Urban Land Policy Rapat Implementasi Sistem Perkotaan Nasional (SPN) dan Peran Kota dalam Sistem Pena- taan Ruang Nasional Sosialisasi Penyusunan Renstra K/L Tahun

3 3.14 Pembahasan Penyusunan Pedoman Teknis Insentif LP2B Rapat Tim Kerja Harmonisasi Peraturan Perundang- Undangan Sumber Daya Alam Rapat Klarifikasi Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh Tahun Rapat Pembahasan Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Medan Brainstorming Rencana Tata Ruang Laut Nasional Pra Workshop 6 koordinasi lintas sektor dalam upaya penanganan DAS Ciliwung Rapat Anggaran PPK dan Direktorat Pertemuan Klarifikasi Lakip Bappenas Brainstorming visi, misi dan strategi Renstra Kementerian PPN/Bappenas Rapat Presentasi Hasil Kajian Pengembangan Bandar Udara dan Pelabuhan Cilamaya Pertemuan Bilateral Tentang Rencana Induk UP4B Rapat Pengumpulan Data dan Informasi Perkotaan Penelahaan RKA- KL Dit FPRLH, Ditjen Bina Bangda, Kementerian Dalam Negeri TA Strategi dan Kebijakan Pembangunan Pariwisata di Pulau- Pulau Kecil BAB IV RENCANA KEGIATAN BULAN AGUSTUS BAB V PENUTUP LAMPIRAN

4 DAFTAR TABEL Tabel 1. Portal Tata Ruang dan Pertanahan Tabel 2. Rencana Kegiatan Bulan Agustus

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penyusunan Rancanagan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang Gambar 2. Penyusunan Rancangan Teknokratik Bidang Pertanahan Gambar 3. Workshop Knowlegde Management Gambar 4. Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional Gambar 5. Pembahasan Langkah- Langkah Pengelolaan Ruang Udara Nasional Gambar 6. Diagram Statistik Portal Tata Ruang dan Pertanahan

6 BAPPENAS BIG BKPRD BKPRN BNPB BP BPN DAS DDA DIRJEN DPD DPRD FGD IDI IKB INPRES INFOSOS JFP K/L KKDT KKP KLH KLHS KM KSN LP2B LAKIP LH LS MDF NSPK NSP PDF PERMEN PERPRES PK PMK POKJA PP PPK PPN PRB PRODA PRUN PU DAFTAR SINGKATAN : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Badan Informasi Geospasial : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional : Badan Nasional Penanggulangan Bencana : Badan Pengembangan : Badan Pertanahan Nasional : Daerah Aliran Sungai : Daerah Dalam Angka : Direktorat Jenderal : Dewan Perwakilan Daerah : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Focus Group Discussion : Indeks Demokrasi Indonesia : Indeks Kota Berlanjutan : Instruksi Presiden : Informasi dan Sosialisasi : Jabatan Fungsional Perencana : Kementerian/Lembaga : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal : Kementerian Kelautan dan Perikanan : Kementerian Lingkungan Hidup : Kajian Lingkungan Hidup Strategis : Knowlegde Management : Kawasan Strategis Nasional : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan : Laporan Akuntabilitas Kinerja : Lingkungan Hidup : Lungsum Salary : Municipal Development Fund : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria : Norma, Standar, Prosedur : Project Development Facility : Peraturan Menteri : PeraturanPresiden : Peninjauan Kembali : Peraturan Menteri Keuangan : Kelompok Kerja : Peraturan Pemerintah : Pejabat Pembuat Komitmen : Perencanaan Pembangunan Nasional : Pengurangan Resiko Bencana : Program Agraria Daerah : Pengelolaan Ruang Udara Nasional : Pekerjaan Umum 6

7 PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAINPRES : Rancangan Instruksi Presiden RAKORNAS : Rapat Koordinasi Nasional RAKORTEK : Rapat Koordinasi Teknis RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RENAKSI : Rencana Aksi RENSTRA : Rencana Strategis RKP : Rencana Kerja Pemerintah RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RTRWK : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi RUU : Rancangan Undang- Undang RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau- pulau Kecil SATKER : Satuan Kerja SDA : Sumber Daya Alam SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SOP : Standard, Operating and Procedure SPN : Sistem Perkotaan Nasional SPP : Standar Pelayanan Perkotaan TA : Tahun Anggaran TOL : Tanah Objek Landreform TOT : Training of Trainer TRP : Tata Ruang dan Pertanahan TUP : Tambahan Uang Persediaan UNDP : United Nations Development Programme UP : Uang Persediaan UP4B : Unit Percepatan dan Pembangunan Papua dan Papua Barat UU : Undang- Undang UUPA : Undang- Undang Pokok Agraria 7

8 BAB I PENDAHULUAN Pada Bulan Juli 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan kegiatan utama berupa, FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang dan Bidang Pertanahan, Workshop Knowledge Management, Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria. Selain kegiatan utama, terlaksana pula kegiatan pendukung yaitu Billateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues RZWP3K, Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas, Rapat Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, Pembahasan Teknis Langkah- Langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian, Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koorsinasi Reforma Agraria Nasional 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I, Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN Bidang Tata Ruang dengan DJPR Kementerian PU, dan Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi. Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa kegiatan yang sudah selesai dan ada pula kegiatan yang masih berlanjut. Kegiatan yang sudah dilaksanakan adalah FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang dan Bidang Pertanahan, Workshop Knowledge Management, Billateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues RZWP3K, Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas, Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koorsinasi Reforma Agraria Nasional 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I, Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN Bidang Tata Ruang dengan DJPR Kementerian PU. Sedangkan untuk kegiatan yang masih berlanjut antara lain Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria, Rapat Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional, Pembahasan Teknis Langkah- Langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian dan Pembahasan Penyelesaian Permasalahan Sertipikasi Tanah Transmigrasi. Selanjutnya, pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan- kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan Juli

9 BAB II KEGIATAN INTERNAL Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan- kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung. 2.1 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (Januari- Juni 2014) Selama periode Januari- Mei total anggaran yang dimiliki Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sebesar Rp ,- (RM) dengan target rencana anggaran Rp ,- (42%), kinerja penyerapan atau realisasi Rp ,- (32%). Disamping itu, terdapat kontribusi dari: (i) Kajian sebanyak 14%, (ii) Koordinasi penyusunan rencana sebesar 63%, (iii) Koordinasi strategis RAN sebanyak 22%, (iv) Koordinasi strategis Sekretariat BKPRN sebesar 41%, (v) Knowledge Management sebesar 32% dan (vi) Pemantauan dan evaluasi (39%). Berdasarkan hasil Raker Komisi XI tanggal 16 Juni 2014 terkait dengan pemotongan anggaran Kementerian PPN/Bappenas semula Rp. 108,01 miliar menjadi Rp. 46,47 miliar, maka PPK Kedeputian Regional dan Otda mendapat alokasi sebesar Rp ,-. Sehingga bagian untuk pemotongan dari Direktorat TRP yang semula penghematan sebesar 30% atau Rp ,- berubah menjadi 4% atau Rp ,- dari total kegiatan. Berdampak anggaran sedikit normal sehingga dapat dilakukannya kembali kegiatan perjalanan dinas, rapat konsinyasi, honorarium dan kegiatan yang memang belum terlaksana sampai akhir tahun 2014, dengan penyesuaian anggaran yang ada Rencana dan Penyerapan Anggaran Dit TRP % Rencana % Realisasi 9

10 2.2 Kegiatan Utama FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang FGD dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2014 di Hotel Akmani untuk mendapatkan masukan dan saran dari Pemerintah Daerah terhadap Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat meliputi: a. Arah kebijakan 1: Perlu pengaturan pembahasan substansi RDTR di tingkat provinsi. Perlu ada kebijakan secara nasional untuk melengkapi penanganan tata ruang dan sumber daya manusia yang (mempercepat proses penyusunan perundangan terkait penataan ruang, seperti penyediaan pedoman penetapan serta petunjuk penetapan insentif LP2B, penegasan KLHS sehingga daerah mendapat petunjuk dalam penerapannya, percepatan penerbitan persetujuan substansi RTRW Kab/Kota). Perlu pengaturan pembahasan substansi RDTR di tingkat provinsi. Perlunya kejelasan peraturan untuk ruang dibawah 12 mil, baik terutama mengenai kewenangan pemerintah pusat, provinsi, dan kab/kota. Sehubungan juga dengan keinginan untuk melakukan reklamasi. b. Arah kebijakan 2: Perlu diberikan pemahaman tentang tata ruang kepada DPRD. Perlu dimanfaatkan juga peran Satpol PP dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan diberikan pemahaman terkait tata ruang. BKPRD perlu dilengkapi tenaga ahli yang memahami bidang penataan ruang. Perlu mekanisme tata kerja BKPRD dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Perlu dilakukan sosialisasi secara intensif terhadap ketentuan tata ruang dalam rencana pembangunan kepada pihak- pihak terkait. Optimasi kinerja dan peningkatan kapasitas BKPRD. Memungkinan adanya pemberian dekon dari Kemdagri untuk sekretariat BKPRD. Dana dekon diperluas untuk pembahasan persetujuan substansi di tingkat provinsi. Perlu ada pola/mekanisme rekrutmen PPNS. Dilakukan sertifikasi dan diberikan insentif/penghargaan terhadap PPNS (tenaga fungsional). Promosi jabatan sekiranya dapat sesuai dengan latar belakang keilmuan/keahlian. c. Arah kebijakan 3: Perlu penyediaan citra tegak resolusi tinggi (1:5000) terutama untuk kebutuhan penyusunan RDTR. Penyiapan regulasi terkait RZWP3K. Penyiapan pedoman penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Adanya pedoman mekanisme pemberian ganti rugi/kompensasi. Misal: terkait pengadaan tanah untuk infrastruktur, dll. Memungkinan adanya pemberian dekon dari Kemdagri untuk sekretariat BKPRD. Dana dekon diperluas untuk pembahasan persetujuan substansi di tingkat provinsi. Adanya sistem informasi publik yang tidak hanya terintegrasi dengan sistem perizinan tetapi juga dengan sistem pengendalian pemanfaatan ruang. 10

11 d. Arah kebijakan 4: Masukan lebih rinci dijelaskan dalam paparan Bappeda provinsi. Usulan baru: Perda terhambat tanah ulayat, pemberdayaan satpol PP, CSR dalam mekanisme pendanaan; insentif (mekanisme ganti rugi); perlu petunjuk teknis yang disusun berdasarkan peraturan yang ada untuk memenuhi kebutuhan celah kosong peraturan dengan waktu penyusunan yang tidak lama. Penyiapan pedoman evaluasi dan mekanisme peninjauan kembali RTRW; untuk daerah tertinggal sebaiknya intervensi pemerintah lebih dominan dibanding swasta dalam hal pendanaan; adanya mekanisme pemberian ganti rugi; dalam kerangka kelembagaan dapat ditambahkan stakeholders Kementerian Kehutanan untuk kawasan hutan negara dan BPN (Badan Pertanahan Nasional); perlu petunjuk teknis yang disusun berdasarkan peraturan yang ada untuk memenuhi kebutuhan celah kosong peraturan dengan waktu penyusunan yang tidak lama. Pengembangan sistem informasi melalui sistem informasi online untuk melakukan monitoring penyelenggaraan penataan ruang. Diperlukan adanya sinergitas rencana pembangunan dengan rencana tata ruang yang dilakukan dengan pemetaan indikasi program dalam RTR dengan rencana pembangunan, kemudian menyampaikan masukan dari daerah terkait revisi RTRWN kepada Direktorat Tarunas Kemen- PU. Gambar 1. Penyusunan Rancanagan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang FGD Penyusunan Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan FGD dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2014 di Hotel Akmani untuk: (i) Mendapatkan masukan dan saran dari Kanwil BPN dan Pemerintah Daerah dalam penyusunan Draf- 0 Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan; dan (ii) Mensosialisasikan gambaran pokok- pokok kebijakan nasional di Bidang Pertanahan untuk Tahun Berikut beberapa permasalahan pengelolaan pertanahan yang disampaikan oleh narasumber dan peserta FGD terkait dengan arah kebijakan RPJMN Bidang Pertanahan, diantaranya: Jumlah petugas ukur dan pegawai yang mengelola layanan masih kurang memadai. Keterbatasan sarana dan prasarana fisik (komputer, ruang kantor dan arsip dokumen). Sulitnya mencari TOL baru. Kasus dengan kawasan hutan. Pungutan yang dilakukan di desa untuk pemenuhan pemberkasan, sehingga termasuk gratifikasi. Hasil IP4T belum ditindaklanjuti dengan sertipikat. 11

12 Adanya pengenaan BPHTB membebani masyarakat. Adanya alas hak yang dimiliki masyarakat beragam. Adanya tumpang tindih perizinan sehingga berpotensi menimbulkan konflik. Munculnya klaim hak adat. RTRW belum disahkan karena tidak sepakat dengan Kemenhut. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian. Dokumen arsip tanah belum tersedia dengan baik. Data arsip BPN tidak tersedia pasca terjadinya kerusuhan. Masih minimnya sarana khusus untuk daerah kepulauan untuk pelayanan pertanahan. Kesulitannya karena adanya pungutan yang tidak resmi yang tidak bisa disediakan oleh Pemda karena terkait dengan aturan penggunaan anggaran oleh peraturan Kemendagri. Terkait dengan adanya permasalahan HGU yang sudah berakhir, berdasarkan aturan setelah berakhir kembali menjadi tanah negara, sedangkan masyarakat meminta dikembalikan kepada masyarakat. Selain itu, terdapat pula beberapa usulan yang disampaikan oleh narasumber dan peserta FGD terkait dengan arah kebijakan RPJMN Bidang Pertanahan, diantaranya: Peningkatan layanan pertanahan meliputi semua jenis legalisasi aset untuk access reform bukan hanya redistribusi. Untuk penambahan SDM diusulkan juga selain penambahan juru ukur, perlu juga penambahan pegawai peneliti dokumen yuridis, karena setiap lembar harus dibaca (tidak bisa disubstitusi). Terkait dengan salah satu lumbung pangan di Provinsi Gorontalo perlu adanya pembatasan konversi lahan pertanian menjadi non pertanian melalui pemberian insentif dan disinsentif, misalnya untuk hunian vertikal dan perbaikan infrastruktur. Peningkatan sistem pengelolaan arsip/dokumen pertanahan untuk menunjang sistem publikasi positif. Salah satu kekalahan BPN di pengadilan karena dokumen yang tersedia di BPN tidak tersedia dengan baik. Agar mempercepat kegiatan sertipikasi Barang Milik Negara (BMN) di Provinsi Jatim. Mempercepat penentuan tata batas administrasi daerah untuk menghindari konflik antar kab/kota. Mempercepat penataan batas wilayah dengan luar negeri. Pembentukan lembaga penjamin hak atas tanah untuk mendukung perubahan sistem pendaftaran tanah menjadi stelsel positif. Perlu sinkronisasi pedoman anggaran antara Kemendagri dan Kemenkeu tertutama untuk pengurusan alas hak. Pada awal pemberian HGU perlu dilakukan sosialisasi dengan baik. Pemda Kaltim memberikan bantuan untuk pelaksanaan sertipikasi tanah kepada kab/kota namun belum ada payung hukum yang jelas sehingga ke depan perlu disiapkan payung hukum untuk mempercepat pelaksanaan sertipikasi tanah. Beberapa inovasi kegiatan yang telah dilakukan Kanwil BPN Jatim dalam pelayanan pertanahan: one day service, layanan tujuh menit (SOP 8 jam, dilayani hanya 7 menit), layanan hari Sabtu, BPN go mobile. 12

13 Secara umum, permasalahan dan masukan dari peserta FGD sudah sejalan dan mendukung kebijakan yang telah disusun dalam Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan. Untuk selanjutnya akan dilaksanakan beberapa hal antara lain: Mengidentifikasi dan memetakan berbagai permasalahan dan masukan yang disampaikan peserta FGD terkait dengan rancangan teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan. Selain itu, memilah masukan yang dapat dimasukan kedalam RPJMN atau akan menjadi bagian dari Renstra BPn untuk hal- hal yang tidak bersifat strategis mendukung prioritas nasional. Menyempurnakan rancangan teknokratik RPJMN Bidang Pertanahan sesuai dengan masukan dari peserta FGD. Terkait dengan SDM akan berkoordinasi dengan BPN untuk menyusun roadmap penyediaan SDM tersebut. Gambar 2. Penyusunan Rancangan Teknokratik Bidang Pertanahan Konsinyering Persiapan Pembahasan Laporan Antara Tim Koordinasi Reforma Agraria Nasional 2014 Rapat dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2014 di Hotel Oria dengan tujuan untuk menyiapkan draf rancangan laporan antara tim koordinasi strategis reforma agraria nasional dan menyiapkan draf outline Profil Data Dasar Pertanahan. Rancangan laporan antara koordinasi strategis reforma agraria nasional yang disiapkan memuat capaian- capaian pelaksanaan kegiatan sampai dengan Bulan Juni 2014 antara lain sebagai berikut: Pembaruan Informasi Cakupan Peta Dasar Pertanahan. Sampai dengan Bulan Juni Tahun 2014, telah dilakukan pengumpulan data spasial cakupan peta dasar pertanahan seluas 29,89 juta hektar yang merupakan hasil pengolahan data dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun Pembaruan Informasi spasial Cakupan Wilayah Bersertipikat. Tim telah memperoleh data spasial per persil sebanyak 18 juta bidang untuk memperbarui peta yang telah disusun berdasarkan data indeks (37 juta bidang) pada Tahun Jumlah Luas bidang sertifikasi yang diperoleh dari luas tertulis sejumlah ,397 Ha atau 20,59% dari luas wilayah budidaya Indonesia yang seluas ,01 Ha. Publikasi Tata Batas Kawasan Hutan. Sampai dengan Bulan Juni telah dilakukan 3 (tiga) kali pertemuan koordinasi dengan Kementerian Kehutanan dan BPN untuk membahas rencana pelaksanaan pilot project, namun masih menunggu kesepakatan mengenai mekanisme teknis penganggaran untuk pelaksanaan pilot project. Pelaksanaan kegiatan redistribusi tanah dan access reform. Sampai dengan Bulan Juni tahun 2014 telah dilaksanakan identifikasi tanah objek landreform (TOL) pada lokasi pilot project dan data kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh K/L, namun pelaksanaan pilot 13

14 project belum dapat dilaksanakan karena masih memerlukan koordinasi teknis dengan BPN (Kanwil dan Kantah) dan Dinas terkait. Kebijakan pembentukan kamar khusus pertanahan pada Pengadilan Negeri. Telah dilakukan rapat koordinasi bersamaan dengan rapat penyusunan RPJMN yang melibatkan Direktorat terkait di Bappenas. Hasil rapat tersebut disepakati bahwa tidak perlu dilakukan pembentukan kamar khusus pertanahan, dan dilakukannya optimalisasi program dan kegiatan BPN yang mendukung penyelesaian kasus dan sengketa pertanahan, maka segala kegiatan yang berhubungan dengan pembentukan kamar khusus pertanahan ditunda sampai RUU Pertanahan selesai Kebijakan Sumber Daya Manusia Bidang Pertanahan. Koordinasi terkait dengan pemenuhan SDM bidang pertanahan belum dapat dilaksanakan dan akan diagendakan kembali pada bulan- bulan mendatang. Sertipikasi tanah transmigrasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan sertipikasi atas bidang- bidang tanah transmigrasi. Upaya yang perlu dilakukan adalah menyusun langkah- langkah diskresi atas wilayah transmigrasi yang telah dilaksanakan sebelum tahun Salah satu hasil rapat koordinasi diperlukan penelitian terhadap permasalahan dari masing- masing wilayah transmigrasi. Namun memerlukan sumberdaya yang besar karena kompleksnya permasalahan dan banyak unit- unit lokasi transmigrasi yang harus dikaji. Koordinasi Program Agraria Daerah (PRODA) Provinsi Kalimantan Timur. Telah dilakukan rapat koordinasi untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan pelaksanaan PRODA di Kalimantan Timur, antara lain: Belum adanya sosialisasi kepada Kabupaten/Kota mengenai sertipikasi Proda, sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota belum melakukan pendataan dan verifikasi clean and clear kepada masyarakat setempat; Terdapat kesalahan penempatan kegiatan pada SKPD di beberapa Kabupaten/Kota; Keterbatasan tenaga pengukur pertanahan di Kabupaten/Kota; Terdapat lahan pertanian (objek) yang tumpang tindih dengah Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hak Penguasaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI), dan kawasan lainnya. Dalam rapat tersebut dibahas juga rancangan Profil Data Dasar Pertanahan. Profil tersebut memuat data dan informasi mengenai bidang pertanahan seperti: ketersediaan peta dasar pertanahan, cakupan bidang tanah yang telah bersertipikat, redistribusi tanah, kasus pertanahan, jumlah dan nilai transaksi tanah, beberapa program dan proyek yang telah dilaksanakan terkait dengan pertanahan, serta isu- isu spesifik lainnya. Secara umum kegiatan tim koordinasi strategis reforma agraria nasional telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Namun, demikian terdapat beberapa kegiatan dan kajian yang tidak dapat dilakukan ataupun perlu penyesuaian rencana. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan sesuai rencana adalah: (i) pengumpulan data spasial cakupan peta dasar pertanahan dan bidang tanah bersertipikat; (ii) koordinasi pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan hutan; (iii) koordinasi pembentukan kamar khusus pertanahan di Pengadilan Negeri; dan (iv) koordinasi persiapan pelaksanaan reforma agraria. Beberapa kegiatan yang perlu penyesuaian rencana yaitu: (i) pembentukan kamar khusus pertanahan pada pengadilan negeri; dan (ii) pelaksanaan pilot project publikasi tata batas kawasan hutan dan untuk kegiatan yang belum terlaksana dan perlu penyesuaian waktu akan dilakukan koordinasi lebih lanjut dengan pihak terkait. 14

15 2.2.4 Workshop Knowledge Management Workshop dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 2014 di Hotel Oria dengan tujuan untuk Diseminasi kebijakan, roadmap, dan tool/media penerapan Knowledge Management di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, dan b) Launching sistem aplikasi Knowledge Management di Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat antara lain: Perkuat terlebih dahulu informasi dan pengetahuan secara internal, lalu sistem KM tersebut dapat dibuka keluar. Untuk perkiraan waktu selama dua tahun penguatan di internal dirasa sudah cukup. Setelahnya sistem tersebut dapat dibuka ke Direktorat lain di Bappenas. Sistem yang telah disusun dapat direplikasi dan digunakan oleh Direktorat lain, namun demikian untuk masing- masing Direktorat akan berbeda, disesuaikan dengan konten/substansi dan struktur yang dimiliki oleh masing- masing Direktorat yang ada. K- Map yang disusun saat ini bukan final, melainkan bisa berubah- ubah disesuaikan dengan pengetahuan yang didapatkan oleh masing- masing Subdit/Sekretariat. Sistem KM berbeda dengan portal, website, maupun milis, karena berfokus pada pengetahuan dan prosesnya, serta memiliki lingkup yang lebih luas. Sementara untuk portal, website, dan milis lebih kepada tools untuk menyebarluaskan pengetahuan tersebut. Untuk mendatang, bahan- bahan dari hasil rapat disarankan untuk diupload di sistem aplikasi KM, kecuali untuk BTOR yang diupload melalui naskah dinas. Untuk memasukkan informasi/pengetahun mengenai buku- buku, disarankan untuk membuat grup baru yakni administrasi dan perpustakaan. Untuk perwakilan dari Dit. KKDT akan dibuatkan username khusus yang dapat melihat dan mendownload pengetahuan di TRP, namun tidak dapat mengupload. Username yang akan diberikan sementara bersifat sementara, dengan nama Tamu TRP. Kesimpulan yang didapat dari workshop tersebut, yakni: Sistem KM TRP sudah dapat berjalan dan diharapkan sudah digunakan oleh seluruh staf TRP sejak 18 Agustus Batas waktu diusulkan 2 (dua) hari kerja untuk upload bahan- bahan di sistem KM TRP. Perlu penambahan satu grup lagi yakni administrasi dan perpustakaan. Untuk perwakilan dari Direktorat di luar TRP, dapat diberikan username Tamu TRP. Tindak lanjut dari workshop tersebut, yakni: Perbaikan sistem KM TRP akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Penyusunan laporan akhir KM. Tim KM akan melakukan diskusi dan sharing dengan Dit. Perumahan dan Permukiman setelah Lebaran mengenai sistem informasi/km yang dimiliki oleh mereka (waktu akan ditentukan kemudian). Gambar 3. Workshop Knowlegde Management 15

16 2.3 Kegiatan Pendukung Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional Rapat dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2014 di SS 4 Bappenas dalam rangka menjelaskan kembali konsep koordinasi lokasi berdasarkan skema yang telah disepakati untuk pelaksanaan Pilot Project Reforma Agraria kepada BPN sebagai pelaksana teknis kegiatan ini. Beberapa hal penting yang disampaikan antara lain: Kegiatan Pilot Project Reforma Agraria merupakan kegiatan pemanasan/kegiatan pembangkit sehingga dapat diduplikasi dan diteruskan secara berkesinambungan oleh BPN. Untuk itu perlu dibentuk Sekretariat Teknis Reforma Agraria di BPN sebagai tim teknis yang fokus terhadap kegiatan ini. Konsep Reforma Agraria yang diterapkan dalam kegiatan ini secara utuh memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui tanah dengan meningkatkan akses permodalan melalui pemanfaatan tanah. Secara keseluruhan kegiatan ini memiliki tahapan dalam pelaksanaannya, tahapan pertama merupakan tahapan koordinasi lokasi dalam pelaksanaan kegiatan, diikuti dengan pengembangan teknologi pangan hingga pembentukan jaringan industri untuk mendukung pemasaran produk yang dihasilkan melalui kegiatan ini. Namun dikarenakan keterbatasan penganggaran dan kebijakan yang ada pelaksanaan kegiatan pilot project reforma agaria pada tahun 2014 ini hanya sampai pada tahapan koordinasi pemeberian aset oleh BPN yang diikuti oleh program pemberdayaan sebagai akses oleh K/L dengan bantuan koordinasi yang dilakukan oleh Bappenas. Secara keseluruhan rencana pelaksanaan kegiatan Reforma Agraria dapat dilihat dalam White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan yang disusun oleh Bappenas pada tahun Pelaksanaan pilot project Reforma Agraria di Bangka Belitung dan Jawa Tengah diharapkan dapat menghasilkan best practise sehingga dapat melengkapi skema pelaksanaan kegiatan pilot agar dapat disusun pedoman pelaksanaan kegiatan yang dapat diaplikasikan dengan mudah oleh daerah. Pelaksanaan kegiatan ini juga melibatkan Bappeda setempat sehingga dibutuhkan koordinasi, sebagai persiapan pelaksanaan pada minggu ke- 3 Juli akan dilakukan rapat koordinasi di daerah dengan melibatkan Bappenas, BPN, Bappeda dan Dinas Teknis setempat. Kegiatan Reforma Agraria juga telah masuk kedalam salah satu program pemberantasan kemiskinan dalam RPJMN yang diusung oleh Direktorat Kemiskinan Bappenas. Diharapkan kedepan lebih banyak lagi pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatan ini terlebih reforma agraria telah menjadi salah fokus dalam visi misi kedua cawapres untuk periode pemerintahan kedepan. Tindak lanjut dari pelaksanaan rapat, perlu dilakukan penambahan slide yang menjelaskan rencana reforma agraria secara utuh sehingga tidak menimbulkan persepsi yang salah sebagai bahan paparan di daerah maupun dalam rapat koordinasi di pusat. Untuk persiapan pelaksanaan koordinasi di daerah perlu dilakukan pertemuan sekali lagi dengan BPN guna membahas teknis pelaksanaan koordinasi dan peninjauan lapangan agar dapat terlaksana dengan lebih efektif. 16

17 Gambar 4. Rapat Koordinasi Pilot Project Reforma Agraria Nasional Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Pembahasan Pending Issues Mengenai RZWP3K Rapat dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2014 di Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membahas pending issues RZWP3K. Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain: a. Kedalaman Materi RZWP- 3- K Berdasarkan revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008, RZWP- 3- K Provinsi memuat arahan pemanfaatan ruang yang meliputi: i) Kawasan Pemanfaatan Umum; ii) Kawasan Konservasi; iii) Kawasan Strategis Nasional Tertentu; dan iv) Alur Laut serta zona pemanfaatan masing- masing kawasan tersebut. Sedangkan RZWP- 3- K Kabupaten/Kota memuat arahan pemanfaatan ruang yang dirinci hingga sub zona. Kedalaman susbtansi dan skala peta yang digunakan RZWP- 3- K sama dengan RTRW, namun penuangan informasi struktur dan pola ruang dalam peta RZWP- 3- K lebih detail daripada RTRW. b. Kedudukan RZR dan RDTR Walaupun skala peta yang digunakan RZR sama dengan RDTR (skala 1: hingga 1: 5.000), namun materi muatan keduanya berbeda. RZR memuat arahan daya dukung dan daya tampung pemanfaatan ruang yang selanjutnya digunakan sebagai dasar pemebrian izin pengelolaan ruang. c. Kebutuhan data dan peta dalam penyusunan RZWP- 3- K Dalam Pemberian Tanggapan dan/atau Saran dipersyaratkan agar Dokumen Final RZWP- 3- K disusun berdasarkan 12 set data yang terdiri dari Baseline Dataset (Terestrial dan Bathimetri) dan Thematic Dataset (Geologi dan Geomorfologi, Oseanografi, Ekosistem pesisir dan Sumberdaya Ikan, Penggunaan Lahan dan Status Lahan, Pemanfaatan Wilayah Laut Eksisting, Sumberdaya Air, Infrastruktur, Sosial Budaya, Ekonomi Wilayah, dan Risiko Bencana dan Pencemaran). Secara umum, waktu pengumpulan data dalam penyusunan RZWP- 3- K adalah ±2 tahun. Dalam melakukan pengumpulan data diusulkan agar melakukan teknik sampling dan ground check. d. Saat ini Direktorat TRP- 3- K, KKP sedang menyusun Renstra yang didalamnya memuat lokasi prioritas penyusunan RZWP- 3- K untuk periode Lokasi prioritas tersebut merupakan lokasi tata ruang laut yang ditangani Pemerintah Pusat seperti tata ruang laut nasional, tata ruang laut kawasan strategis dan lintas wilayah, tata ruang laut khusus daerah terisolir dan daerah rawan bencana. Pengaturan pada wilayah kecamatan pesisir Pengaturan pada wilayah kecamatan pesisir disepakati mengacu pada ketentuan RTRW. 17

18 Pengaturan pada pulau- pulau kecil e. RZWP- 3- K akan memuat pengaturan pulau- pulau kecil dengan rincian: i) untuk perairan pulau- pulau kecil mengikuti rezim matra laut, sedangkan ii) pengaturan pada pulau- pulau kecil mengikuti matra darat. f. Perihal perizinan juga mengikuti rezim pengaturan ruang tersebut, tetapi untuk pemanfaatan pulau- pulau kecil dan perairan sekitarnya akan diterbitkan Surat Keputusan Penunjukan Lokasi oleh Mentri KP kepada Kepala Daerah sebagai dasar penerbitan Izin Lokasi. Hal ini sebagaimana termuat dalam Rancangan PP Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan Perairan Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (amanat UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- pulau Kecil). g. Pengintegrasian RTRW dan RZWP- 3- K Pengintegrasian disesuaikan dengan kebutuhan daerah tetapi Pemerintah Pusat perlu menyiapkan NSPK baik terhadap muatan RZWP- 3- K yang terintegrasi ke dalam RTRW dan RZWP- 3- K yang disusun terpisah dengan RTRW. Penggantian peran Pokja RZWP- 3- K dengan BKPRD Revisi Permen KP No. 16 Tahun 2008 telah memuat ketentuan penggantian peran Pokja RZWP- 3- K dengan lembaga yang mengkoordinasikan penataan ruang dalam penyusunan RZWP- 3- K. h. Pemberian Tanggapan dan/atau Saran Pemberian Tanggapan dan/atau Saran yang diterbitkan Menteri KP terhadap RZWP- 3- K dapat melibatkan forum BKPRN/BKPRD dan ketentuan ini telah termuat dalam Revisi Permen KP No. 16 Tahun Hingga saat ini, KKP belum dapat menyampaikan contoh dokumen RZR yang disusun daerah. Pembahasan pending issues dalam rangka mengakselerasi penyusunan RZWP- 3- K akan dilakukan secara simultan dengan K/L terkait seperti Kementerian PU, BIG, BPN, Kementerian Perhubungan, Kemendagri dan Dishidros TNI AL sebelum dilakukan pembahasan dalam forum BKPRN Eselon II Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas Rapat dilaksanakan pada 3 Juli 2014 di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN untuk mengetahui kegiatan KM yang ada selama ini di Pusdatin. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat tersebut antara lain: KM Pusdatin Tahun 2013 baru sebatas teori dan konsep KM yang mengkaji mengenai KM secara keseluruhan untuk Bappenas. Sementara Tahun 2014 rencana akan dilanjutkan dengan kegiatan pada penguatan instrumen teknologi informasi untuk KM. KM yang ada di Pusdatin berpedoman pada tiga unsur utama, yakni: people, process dan technology. Sementara untuk kebijakan dan peraturan masih menjadi hal yang harus dipikirkan bersama, terkait dengan kejelasan KM yang akan disusun ke depan. Proses KM yang ada masih terkendala pada bagaimana proses pengumpulan pengetahuan itu sendiri pada setiap orang bisa agar dapat dilakukan dan menjadi kebiasaan (habit) sehingga diperoleh pengetahuan baru dan dapat dishare ke orang lain. KM Pusdatin dibantu oleh tenaga konsultan juga. Perlu dipikirkan siapa yang bertanggungjawab terhadap KM Bappenas nantinya. 18

19 Selanjutnya, diperlukan memo ke Pusdatin untuk rapat lanjutan (koordinasi lebih detil) terkait materi KM dengan Staf Pudatin bertemu dg Konsultan KM TRP (Bp. Haitan) dan Staf TRP pada hari Selasa, 8 Juli 2014 jam pagi Rapat Koordinasi Knowledge Management dengan Pusdatin Bappenas Rapat koordinasi dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2014 merupakan lanjutan dari rapat tanggal 3 Juli Pelaksanaan rapat bertujuan untuk berbagi informasi mengenai penerapan KM di TRP dan KM di Pusdatin, serta sejauh mana kedua sistem KM tersebut dapat saling mendukung antara satu dengan yang lain. Beberapa hal yang disampaikan dalam rapat antara lain: a. Reviu singkat mengenai KM di TRP: KM TRP yang telah berjalan saat ini lebih fokus kepada proses pengumpulan pengetahuan/substansi yang dimiliki oleh Direktorat TRP. KM TRP yang disusun memiliki fungsi untuk mendukung aktivitas Direktorat. KM TRP yang tersusun didasarkan pada pemetaan pekerjaan yang dilakukan oleh setiap subdit/sekretariat di Direktorat, yang kemudian disesuaikan dengan kepakaran masing- masing subdit dan kepakaran masing- masing personal. Sistem KM TRP yang dibangun merupakan langkah awal dari aplikasi untuk berbagi pengetahuan/substansi dari masing- masing subdit/sekretariat di Direktorat TRP. Rencana roadmap untuk 5 tahun mendatang, Sistem KM TRP diharapkan dapat dikembangkan dengan baik hingga tingkatan Bappenas. Namun demikian, prosesnya perlu dilakukan secara bertahap. Untuk tahun 2015 akan dicoba untuk dikenalkan di lingkup Deputi. Terkait dengan pelaksanaan sistem KM ini, harus didukung oleh kebijakan dan SOP serta dukungan dan komitmen dari pimpinan, sehingga dapat diaplikasi ke seluruh staf yang ada di Direktorat. b. Reviu singkat mengenai KM di Pusdatin: Pusdatin memiliki tupoksi untuk mensupport data informasi dan teknologi informasi. Untuk itu, Pusdatin mencoba mencuri start dengan menyusun KM di lingkup Bappenas. Pusdatin telah memulai kegiatan KM dari tahun 2013, yakni Kajian tentang Keseluruhan KM untuk di Bappenas. Tahun 2014, kegiatan KM Pusdatin yakni Penguatan Instrumen Teknologi Informasi untuk KM. KM yang coba disusun oleh Pusdatin secara makro meliputi RPJMN dan RKP di seluruh Bappenas. Saat ini Pusdatin memiliki 3 aplikasi yang bernaung di bawah kegiatan KM, yakni: (i) Hasil Rapat Bappenas, yang didapat dari hasil rapim; (ii) Buka Warung, pengumpulan data dari setiap Direktorat; dan (iii) e- monev, yang merupakan implementasi dari PP 39 yang memberikan informasi mengenai program kegiatan K/L. Sebelumnya, Pusdatin pernah membuat aplikasi Jejaring Kerja yang merupakan bagian dari pemetaan kompetensi, namun aplikasi tersebut kurang mendapat respon yang baik. Untuk aplikasi KM yang meliputi RPJMN dan RKP tersebut, Pusdatin menggunakan aplikasi timeline sederhana yakni SMILE WIDGETS. Terkait dengan kegiatan KM, Pusdatin mendapatkan kesulitan karena kurangnya respon dari pimpinan untuk kegiatan ini. Untuk mendatang, harapannya dukungan dan komitmen dari pimpinan terkait kegiatan ini dapat memberi peranan penting untuk perkembangan KM tersebut. 19

20 Kesimpulan yang didapat dari rapat tersebut, antara lain: Secara umum, KM di TRP dan KM di Pusdatin memiliki konsep yang sama. Perbedaaannya jika di Pusdatin lebih kepada support untuk bagian teknologi informasi yang memiliki cakupan luas se- Bappenas. Sementara KM TRP fokus kepada substansi dengan cakupan yang lebih kecil untuk lingkup Direktorat. Dilihat dari ruang lingkupnya, KM di TRP dapat menjadi sub- bagian dari KM Pusdatin untuk lingkup Bappenas. KM TRP dapat menjadi Pilot Project KM Pusdatin untuk lingkup Bappenas. Untuk penerapan KM sendiri, diperlukan standardisasi yang dapat diaplikasikan ke setiap pengguna KM, sehingga KM satu dengan yang lainnya saling mendukung. Perlu adanya kebijakan dan regulasi yang jelas jika mendatang KM akan diberlakukan di lingkup Bappenas. Dukungan dan komitmen dari pimpinan memiliki peranan penting untuk penerapan kegiatan KM. Perlunya dibuat semacam komunitas khusus untuk pengguna KM, atau dibangun semacam Knowledge Café. Selanjutnya, Dit. TRP akan melakukan perbaikan dan pemutakhiran dari sistem KM yang telah disusun dan mengadakan workshop pada tanggal 21 Juli Pada workshop tersebut akan diundang perwakilan dari masing- masing Direktorat di bawah Kedeputian Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Persiapan Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional Rapat dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 di Ruang 203 Bappenas untuk membahas langkah- langkah persiapan penyusunan rancangan undang- undang pengelolaan ruang udara nasional (RUU PRUN). Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat, antara lain: Sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014 tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN, sebelum disususn naskah akademis peraturan perundang- undangan, terlebih dahulu perlu dilakukan/disusun kajian. Kajian tersebut bertujuan untuk memperjelas arah kebijakan untuk 5 tahun yang akan datang. Bappenas (dalam hal ini Sekretariat BKPRN, Dit. APP, dan Dit. Hankam) memiliki peran penting dalam meperjelas arah kebijakan pengelolaan ruang udara nasional tersebut. Kajian akan dilakukan dalam lima tahap: (i) Pemetaan masalah pengellaan ruang udara nasional; (2) Penentuan target/langkah- langkah komprehensif yang harus dilakukan termasuk di dalamnya pelibatan pakar- pakar di setiap sektor yang berkaitan dengan pengelolaan ruang udara nasional; (iii) In deep analysis berupa cost benefit analysis; (iv) Perumusan alternatif kebijakan (apakah akan membuat satu UU pokok sebagai payung seluruh aturan sektoral pengelolaan ruang udara nasional atau merevisi UU sektoral terkait ruang udara yang sudah ada); dan (v) Penyusunan naskah akademik (update naskah akademik yang telah disusun oleh LAPAN pada tahun 2006). Proses kajian dilakukan oleh tim teknis yang terdiri dari perwakilan Sekretariat BKPRN, Dit. APP, dan Dit. Hankam. Melalui hasil kajian ini, diharapkan Bappenas dapat menyampaikan ke sektor- sektor terkait mengenai permasalahan yang menyangkut pengelolaan ruang udara nasional, sehingga awareness dari sektor lain dapat terbangun. Terkait dengan pengelolaan ruang udara nasional, terdapat banyak hal yang perlu didetailkan lebih lanjut seperti: (1) Pemahaman mengenai pengelolaan yang merupakan 20

21 konteks pengaturan dalam RUU PRUN; (2) Batasan ruang udara yang diatur; (3) Isu- isu penataan ruang yang berkaitan dengan pertahanan, khususnya mengenai keterkaitan penataan ruang darat dan udara; (4) Perbedaan udara dengan antariksa; serta (5) Penyesuaian pengelolaan ruang udara dengan perkembangan teknologi serta kebijakan internasional. Dari pelaksanaan rapat, perlu dilakukan pengkajian/penelitian serta perumusan langkah- langkah dalam proses penyusunan RUU PRUN. Sebagai bahan pertimbangan dalam pertemuan tim teknis kajian, maka: Sekretariat BKPRN akan menelaah mengenai pemahaman pengelolaan dalam konteks penataan ruang; Dit. APP akan menelaah mengenai prosedur dan substansi penyusunan kebijakan serta mereview peraturan/regulasi ruang udara yang berlaku di negara- negara lain; dan Dit. Hankam akan menelaah mengenai aspek hankam (khususnya konflik- konflik) dalam pengelolaan ruang udara. Inisiasi mengenai penyusunan RUU PRUN ini akan disampaikan dalam Rakor BKPRN Tingkat Eselon I pada 18 Juli 2014, termasuk juga di dalamnya penyampaian mengenai pemrakarsa dan hasil pertemuan tim teknis kajian Pembahasan Teknis Langkah- langkah Penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional dan Pembahasan Rencana Kerja Tim Teknis Kajian Rapat dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2014 di Ruang Direktur TRP untuk membahas langkah- langkah kajian penyusunan RUU PRUN yang lebih dititikberatkan pada pembahasan metode cost benefit analysis (CBA) serta penyampaian draf rencana kerja tim kajian teknis sampai dengan tahun Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain: a. Perlu dipahami perbedaan antara regulasi dan kebijakan. Regulasi merupakan instrumen untuk mengoperasionalkan kebijakan, dimana isi dari regulasi adalah kebijakan yang ingin dilaksanakan. Ketika kebijakan diintegrasikan ke dalam regulasi, maka harus diidentifikasi sektor- sektor yang terkait (agar regulasi yang dikeluarkan tidak bersifat sektoral). b. Dalam penyusunan undang- undang perlu diperhatikan mengenai: (1) Tujuan disusunnya undang- undang (hal yang ingin dicapai melalui implementasi undang- undang); serta (2) Hal- hal yang ingin diatur dalam undang- undang. c. Berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Nomor 2/Juklak/Sesmen/03/2014 tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN, penyusunan RUU PRUN agar mengikuti tahap- tahap sebagai berikut: Evaluasi regulasi yang sudah ada (penting dilakukan agar nantinya tidak ada aturan yang tumpang tindih); Kajian mengenai: (i) identifikasi masalah; (ii) penetapan tujuan; dan (iii) identifikasi regulasi yang ada; Penelitian yang meliputi kegiatan indepth analysis, termasuk di dalamnya cost benefit analysis (CBA); Perumusan alternatif kebijakan: (i) Membuat UU sebagai payung seluruh aturan sektoral pengelolaan ruang udara nasional; (ii) Merevisi UU sektoral terkait ruang udara yang sudah ada; atau (iii) Menyempurnakan UU sektoral yang ada melalui penyusunan regulasi turunan; 21

22 Penyusunan naskah akademik oleh pemrakarsa; Penyusunan RUU PRUN; dan Pembahasan dan legalisasi RUU PRUN menjadi UU PRUN. d. Untuk tahap 1) sampai 4) akan dilaksanakan oleh Tim Kajian Teknis yang terdiri dari perwakilan Dit. TRp, Dit. APP, dan Dit. Hankam. e. Terkait dengan CBA perlu: (1) Dipetakan semua pihak yang terkait (yang mendapat manfaat dan terkena dampak); dan (2) Diidentifikasi besaran manfaat dan dampak dari tiap- tiap pihak. f. CBA merupakan salah satu bentuk analisis, nanti analisis yang dilakukan bisa menyesuaikan dengan permasalahan. Mengingat sifat RUU PRUN yang lebih mengarah pada penjagaan kedaulatan negara, diperkirakan nanti bentuk CBA yang dilakukan lebih berfokus pada manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan dampak yang diakibatkan bagi tiap pihak. Sebagai tindak lanjut pertemuan ini, akan dilaksanakan: Rapat Koordinasi Tingkat Eselon I BKPRN dengan agenda pelaporan inisiasi penyusunan RUU PRUN pada 18 Juli 2014; sertapertemuan lanjutan tim teknis kajian penyusunan RUU PRUN untuk melakukan exercise CBA sederhana terkait urgensi pengelolaan ruang udara nasional. Gambar 5. Pembahasan Langkah- Langkah Pengelolaan Ruang Udara Nasional Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon I Rapat dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2014 di Hotel Borobudur dalam rangka menerima laporan dari BKPRN tingkat eselon II BKPRN dan memberikan arahan mengenai Inisiasi Penyusunan Rancangan Undang- undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN) dan Penyusunan Laporan BKPRN semester I Tahun Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain: 1. Penyusunan Laporan BKPRN Semester I Tahun 2014: a. Penyampaian status penyelesaian: PP Penataan Wilayah Pertahanan Negara dalam proses penandatanganan oleh Menteri Dalam Negeri, yang kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan oleh Menko Perekonomian dan Menko Politik, Hukum, dan HAM. Penyelesaian Perpres RTR Pulau/Kepulauan: Telah ditetapkannya 2 Perpres terbaru yaitu Perpres Nomor 57 Tahun 2014 tentang RTR Pulau Papua dan Perpres Nomor 56 Tahun 2014 Tentang RTR Kepulauan Nusa Tenggara. Penyelesaian Perpres KSN: Telah ditetapkannya Perpres Nomor 58 Tahun 2014 tentang RTR KSN Borobudur. Sementara, Perpres KSN yaitu Perpres KSN Danau Toba dan Perpres KSN Kawasan Perbatasan Negara sedang dalam proses pengesahan Presiden. b. Penyelesaian RTRW: Provinsi: telah ditetapkanya 25 perda RTRW Provinsi dari 34 provinsi 22

23 Kab: telah ditetapkanya 302 perda RTRW Kabupaten dari 398 kabupaten Kota: telah ditetapkanya 77 perda RTRW Kota dari 93 kota Untuk laporan BKPRN Semester kepada Presiden, diusulkan penyampaian rekap laporan kegiatan BKPRN Semester kepada Presiden mulai tahun 2011 hingga Inisiasi Penyusunan RUU PRUN c. Aspek yang menjadi pertimbangan penting dalam penyusunan RUU PRUN: Aspek pertahanan dan keamanan (kedaulatan negara); Aspek keselamatan dan keamanan penerbangan; Aspek teknis dan operasional; Aspek regulasi internasional; Aspek lingkungan (termasuk di dalamnya aspek mitigasi bencana); dan Aspek pembagian kewenangan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. d. Perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai pihak yang akan menjadi pemrakarsa RUU PRUN. Penentuan pihak pemrakarsa RUU PRUN ini didasarkan pada dominasi kepentingan sektor dalam PRUN. Jika dalam pembahasan tidak ada sektor yang mendominasi, maka pihak pemrakarsa akan ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. e. Penyusunan PRUN tidak sederhana (kompleks), karena itu keterlibatan pakar sangat penting. Diperlukan keahlian yang tinggi dan dibutuhkan best practise dari negara lain. Oleh sebab itu, diusulkan perlunya dukungan dari development partner. f. Perlu disepakati pula mengenai pendanaan, apakah akan didanai dari dana sektoral (APBN) atau dapat melibatkan pihak lembaga donor (terkait dengan keterlibatan development partner). Beberapa tindak lanjut dari rapat tersebut antara lain: Konfirmasi pelaksanaan Agenda Kerja BKPRN dari K/L anggota BKPRN (bahan penyusunan laporan Semester BKPRN) disampaikan kepada Sekretariat BKPRN selambatnya 21 Juli 2014 Akan dilakukan rapat permohonan konfirmasi dari K/L anggta BKPRN terhadap draft laporan pada minggu III Agustus Teridentifikasi kendala waktu penyampaian Laporan Semester BKPRN kepada Presiden sehingga Kemenko Perekonomian mengusulkan penyampaian Rekap Laporan Akhir Semester BKPRN ( ). Inisiasi Penyusunan Rancangan Undang- undang Pengelolaan Ruang Udara Nasional (PRUN): Akan diadakan FGD untuk penelaahan lebih lanjut mengenai urgensi penyusunan RUU PRUN pada Minggu I Agustus 2014 dengan mengundang para pakar Rapat Pembahasan Substansi RT RPJMN Bidang TR dengan DJPR Kementerian PU Rapat dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2014 di Ruang 204 untuk mendapatkan masukan dan saran atas materi Rancangan Teknokratik RPJMN Bidang Tata Ruang dan mensosialisasikan gambaran pokok- pokok kebijakan nasional di Bidang Tata Ruang untuk Tahun Beberapa hal penting yang disampaikan dalam rapat antara lain: 23

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan program kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan proses

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

2.3.8 Penyusunan Laporan Triwulan II Direktorat TRP Tahun Penyusunan Laporan Kegiatan TRP Bulan Agustus

2.3.8 Penyusunan Laporan Triwulan II Direktorat TRP Tahun Penyusunan Laporan Kegiatan TRP Bulan Agustus 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 I. PENDAHULUAN... 8 II. EVALUASI KEGIATAN... 9 2.1. SUB DIREKTORAT TATA RUANG... 13 2.1.1 Penyusunan RT RPJMN 2015-2019...

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013 OUTLINE PAPARAN

Lebih terperinci

2.4.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Roadmap Penyelesaian RTRW...

2.4.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Roadmap Penyelesaian RTRW... 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 3 DAFTAR GAMBAR... 4 DAFTAR SINGKATAN... 5 I. PENDAHULUAN... 7 II. EVALUASI KEGIATAN TRIWULAN II DAN RENCANA KEGIATAN TRIWULAN III... 8 2.1 SUB DIREKTORAT TATA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa 1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 6 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 9 BAB II KEGIATAN INTERNAL...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 6 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 9 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 6 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 9 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 10 2.1 Review Anggaran Dit. Tata Ruang dan Pertanahan (Januari-

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : MENTERI DALAM NEGERI Pada Acara: Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH _ LAPORAN KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI JAWA TENGAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. DIAH INDRAJATI, M.Sc Plt.

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 SEKRETARIAT TIM PKSP-2017 HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA TAHUN 2016

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH O l e h : M e n t e ri A g r a r i a d a n Ta t a R u a n g

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) TIM PENYUSUN Penanggungjawab: Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) Ketua Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan (TPRK): Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP (Direktur

Lebih terperinci

BKPRN. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING. Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN. Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014

BKPRN. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING. Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN. Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014 BKPRN Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional PROSIDING Pilot Survey Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN Nusa Tenggara Barat, 23 Desember 2014 Jakarta, Januari 2015 Daftar Isi I. PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Bulan Mei

Laporan Kegiatan Bulan Mei Laporan Kegiatan Bulan Mei 2014 1 LAPORAN KEGIATAN BULAN MEI DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS 2014 Laporan Kegiatan Bulan Mei 2014 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN BULAN OKTOBER

LAPORAN KEGIATAN BULAN OKTOBER LAPORAN KEGIATAN BULAN OKTOBER DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS 2014 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 9 2.1. Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang...

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN Hotel Aryaduta Manado, 10 November 2017

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

Peran Peta Partisipatif dalam Perencanaan Tata Ruang

Peran Peta Partisipatif dalam Perencanaan Tata Ruang Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Peran Peta Partisipatif dalam Perencanaan Tata Ruang Oleh: Oswar Muadzin Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - 1 Arah Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2018 DAK TA.2018 DAK REGULER DAK AFIRMASI DAK PENUGASAN Untuk penyediaan pelayanan

Lebih terperinci

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014

LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014 LAPORAN Pemantauan dan Evaluasi Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria Tahun Anggaran 2014 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Kementerian PPN/Bappenas i Penyusun Rekomendasi Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL

ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc. Deputi Bidang Pengembangan Regional Kementerian PPN/Bappenas RAPAT KERJA REGIONAL BKPRN 2016

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN FERRY INDARTO, ST DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR Malang, 24 Oktober 2017 DEFINISI KLHS : RANGKAIAN ANALISIS

Lebih terperinci

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL

ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL ESENSI KOORDINASI PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc. Deputi Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN SATU PETA DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN SATU PETA DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN SATU PETA DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN IKLIM PUSAT PEMETAAN INTEGRASI TEMATIK Badan Informasi Geospasial Workshop Nasional Menterjemahkan Transparency Framework Persetujuan Paris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION. Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014

BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION. Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014 BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014 Pencapaian target 100 % 14 Capaian Ukuran Keberhasilan No UKURAN KEBERHASILAN / INDIKATOR OUTPUT UKURAN KEBERHASILAN

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN ARAHAN UMUM MKP Jakarta, 21 April 2015 I. PENDAHULUAN 1. Hasil kajian KPK (Gerakan Nasional Penyelamatan SD Kelautan) merupakan

Lebih terperinci

Urusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan

Urusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan Urusan Pemerintahan yang Dilaksanakan pada Masing-masing Tingkatan PUSAT: Membuat norma-norma, standar, prosedur, monev, supervisi, fasilitasi, dan urusan-urusan pemerintahan dengan eksternalitas Nasional

Lebih terperinci

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Oleh : Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama selaku Plt. Sekretaris

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN Oleh RR. Rita Erawati, S.H., LL.M. Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, Kedeputian Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet Makassar,

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO Hotel Grand Sahid Jaya - Jakarta, 11 Maret 2016 ABSOLUT 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLITIK LUAR NEGERI 6. MONETER & FISKAL 1. PENDIDIKAN 2. KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN LATAR BELAKANG BKPRD merupakan lembaga ad-hoc lintas sektor yang dibentuk sebagai respon atas kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah

Lebih terperinci