BAB 6. PROSES DESAIN, FAR DAN TEKNOLOGI
|
|
- Yandi Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 6. PROSES DESAIN, FAR DAN TEKNOLOGI 6.1. JENIS - JENIS PESAWAT TERBANG Sampai saat ini terdapat begitu banyak jenis aircraft, sehingga perlu adanya pengelompokan, baik menurut berat, jumlah sayap, maupun menurut kelasnya. Menurut kelasnya aircraft dapat dibagi menjadi : 1. Sailplane-unpowered Sailplane unpowered merupakan pesawat layang (gantole) tanpa mesin, yang digunakan untuk olah raga kedirgantaraan yang berupa glider dengan aspect ratio tinggi untuk menghasilkan lift to drag ratio yang tinggi. Jenis tersebut merupakan single seat, dengan satu atau dua roda pendarat. Untuk takeoff diperlukan pesawat penarik. Contoh: glider Scheizer SGS Sailplane powered Sailplane powered mirip dengan sailplane unpowered, hanya saja menggunakan mesin ( biasanya pistonprop ) sehingga mampu melakukan takeoff sendirl. 3. Homebuilt-metal/wood. Merupakan aircraft yang dirakit secara perorangan dengan bahan metal atau kayu, yang berdasarkan direct copies atau modifikasi aircraft yang sudah ada. Aircraft jenis ini menggunakan engine pistonprop dan menggunakan single seat. 4. Homebulit-composite Sama seperfi homebuilt-metal-wood, hanya saja menggunakan bahan komposit. Contohnya: Rutan Varieze. 5. General aviation-single engine Pembagian jenis ini terasa sangat umum karena tidak membatasi fungsi dan misi aircraft, ataupun jenis engine yang digunakan. Namun pembagian ini berguna untuk menghindari kesulitan menentukan kelas jika kita tidak tahu spesifikasinya secara lengkap. Contoh : Cessna 140 (1940) dan Cessna 152 (1981).
2 6. General aviation-twin engine Pada dasarnya sama dengan point 5 diatas, hanya saja menggunakan dua engine. Contoh. Beechcraft King Air F Agricultural aircraft Merupakan aircraft dipergunakan dalam bidang pertanian seperti spraying, seeding (pembenihan), predator y animal control, dan lain-lain. Aircraft tersebut dilengkapi dengan sprayer dan pump mount. Contoh : Embraer EMB 201 A. 8. Twin turboprop Merupakan pesawat dengan menggunakan mesin turboprop ganda, dengan tipe engine tractor atau phusser. Contoh - C 130 Hercules, Beech Starship. 9. Flying boat Flying boat ( turboprop engine ) merupakan pesawat amphibi dengan bagian bawah fuselage berfungsi sebagai lunas perahu sewaktu mendarat di air. Untuk menghindarkan engine terkena air, maka pesawat tersebut menggunakan tipe high wing. Contoh : Martin M-130 China Cliper. 10. Jet trainer Jet trainer merupakan pesawat jet yang digunakan untuk melatih pilot pesawat tempur. Kemampuannya di bawah pesawat tempur, namun memiliki kelebihan dalain hal efisiensi dan segi ekonomis. Contoh: BAE Hawk TMKI. 11. Military cargo/bomber Military cargo/bomber merupakan pesawat kargo/pembom dengan kemampuan utama membawa kargo atau born dengan Jarak jelajah yang jauh. Pesawat tersebut dirancang khusus untuk misi-misi kemiliteran. Kebanyakan pesawat jenis ini menggunakan dua atau empat engine turboprop dan bertipe high wing. Untuk pesawat -bomber modern sudah menggunakan jet engine. Contoh : C 130 Hecules ( produksi Locheed -USA) dan C 5A Galaxy. 12. Jet transport Jet transport merupakan pesawat transportasi dengan tujuan utama kecepatan jelajah yang tinggi, dengan menggunakan jet engine sebagai tenaga dorongnya. Contoh: Concorde, Boeing 747, DC-10.
3 Dilihat dari beratnya (WTO ), aircraft dapat dibagi menjadi -dua, yaitu 1. Light/smali aircraft, dengan berat W TO lb. 2. Great/heavy aircraft, dengan berat WTO lb. Sedangkan menurut jumlah sayapnya aircraft dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : 1. Biplane ( dua pasang sayap ) 2. Monoplane ( sepasang sayap ) 3. Sesquiplane, mirip dengan biplane hanya saja span dari masing-masing pasang sayap berbeda ukurannya JET TRANSPORT 1. Permulaan Transport Aircraft Tahun 1920 dikatakan sebagai permulaan dari commercial transport aviation. Diawali oleh British Handley-Page Company yang membuat twin engine aircraft berkapasitas 12 penumpang (1920), yang disusul versi penyernpurnaan W8b (1922). Perancis dan Jerman dengan Junker F-13 (4 penumpang) dan Junkers Ju 52 (17 penumpang, 1932). Di tahun 1924, Anthony Fokker (Holland) membuat Fokkers FVIIb- 3M, berkapasitas 10 penumpang. Di United States, perkembangan transportasi udara selama tahun 1920-an berjalan lebih lambat. Sebagai perintisnya adalah Fairchild FC-2W (4 penumpang), yang disusul Ford 4AT Trimotor. Ditahun 1928 Boeing Company mengawali karimya dengan membuat Model 80A (18 penumpang). Lalu disusul Boeing 247 (10 penumpang, 1933 ), dengan cruise speed 155 mph. Keunggulan Boeing 247 ini adalah drag berkurang dan efisiensi yang lebih besar dad pada pendahulunya. Tidak lama berselang, Dauglas Corp. memproduksi DC-1 dan DC-2, yang mengungguli Boeing 247 dalam kecepatan, kenyamanan dan segi ekonomisnya. Kemudian disusul DC-3 (21 penumpang, 1936). Ditahun 1982, DC -3 masih dapat dilihat dalam service pada berbagal airport dunia. Kecuali Boeing Stratoliner (33 penumpang, 1940), pesawa t transport bertekanan tinggi pertama, tidak ada aircraft yang dapat menandingi DC-3 hingga setelah PD II.
4 2. Pasca Perang Dunia II Memasuki akhir Perang Dunia II, teknologi maju yang dikembangkan untuk keperluan peperangan, mulai diterapkan pada commercial aircraft. Dimulai dengan diproduksinya Lockheed Constellation dan Douglas DC-6 ( 52 penumpang, 1946 ). Keduanya menawarkan kenyamanan yang lebih dari generasi sebelumnya, karena didapat keuntungan dari penerapan pressurized cabins, dan cruise altitude yang lebih tinggi sehingga memungkinkan terbang di atas dan di sekitar aliran udara turbulen. Biaya operasional jugs berkurang. Kemudian disusul Convair 240 ( turboprop ) dan Martin 404, dengan ukurannya yang lebih kecil dan short range. Memasuki awal tahun 1950 diproduksilah DC-6B, DC-7, DC-7C, dan Super Constellation. Pesawat-pesawat tersebut diperpanjang sehingga mernuat payload yang lebih banyak, clan memperbaiki segi ekonomisnya. Keempat aircraft tersebut menjadi barisan terdepan sebagai transport aircraft sampai posisinya. digeser oleh keberadaan Boeing 707 dan Dauglas DC-8 (jet transport). 3. Kemunculan Jet Transport Tidak lama setelah penerapan jet pada military aircraft, para desainer commercial aircraft mulai meneliti teknik dan segi ekonomis karakteristik jet transport. Selama penelitian tersebut mereka mendapatkan berbagai permasalahan, antara lain * 1. Meskipun jet transport diterbangkan dengan cepat dan lebih tinggi, hanya berpengaruh sedikit terhadap fuel consumption. 2. Kepercayaan awal yang menyebutkan bahwa jet berguna hanya untuk very long range, ternyata salah. 3. Jet operating cost jauh lebih besar dibandingkan transport aircraft yang telah ada yang bertenagakan reciprocating piston engine. 4. Diperlukan cabin pressurization yang penting ketika jet aircraft melakukan cruise di ketinggian ft, sementara aircraft sebelumnya jarang yang terbang diatas ft. Sementara. perusahaan-perusahaan Amerika mengkhawatirkan masalahmasalah tersebut di atas, British de Havilland Company bekerja sama dengan British Overseas Airways Corporation ( BOAC ), mulai merancang jet transport pertama di dunia yaitu Comet I 36 penumpang, 1949 ). Sayangnya terjadi tiga kecelakaan yang dialami Comet I antara Mei '953 hingga April 1954, yang membuat karirnya mendadak terhenti.
5 Di Inggris sibuk dengan Comet-nya, sementara di Amerika mulai mempelajari secara ntensif struktural dan aerodinamika pada jet transport, Di tahun 1954, muncullah Boeing penumpang ), yang memulai service-nya pada tahun Kemudian disusul Douglas DC-8 ( 135 penumpang ). Dan secara keseluruhan dimulailah era jet. Kedua pesawat tersebut segera memenuhi berbagi maskapai penerbangan di seluruh dunia. Kenyamanannya jugs bertambah karena adanya pengurangan yang sangat besar dalam hal noise, vibration, dan ride roughness. Perkembangan maskapai penerbangan di tahun 1960-an menghasilkan persyaratan untuk aircraft yang lebih besar, sehingga menambah jumlah penumpang yang dapat diangkut. Tak lama berselang diproduksilah Boeing 727 (1964), DC-8-61, DC-8-62, DC-8-63 ( 200 penumpang, 1966 ), DC -9 ( 1966 ), Boeing 737 ( 1968 ), Boeing (1969), Boeing ( 1970 ) yang tergolong wide body aircraft, Boeing (1982). Kemudian muncullah Lockheed L dan Douglas DC-10 ( 1971 ), yang berukuran 25 30% lebih kecil dari Boeing
6 Aircraft lain dengan tingkatan teknologi yang sama adalah A-300B ( 230 penumpang ) yang diproduksi oleh Airbus Industrie. Untuk mampu bersaing, Boeing Company merancang Boeing 757 ( 180 penumpang ) dan Boeing 767 ( 210 penumpang, 1980), yang memperbaiki segi struktur dan aerodinamikanya. 4. Perspektif Pekembangan Transport Aircraft Dari perkembangan ilmu aerodinamika diperoleh suatu analisa bahwa untuk mencapai kesuksesan maka suatu aircraft harus memenuhi 3 kriteria, yaitu performance yang lebih baik, biaya operasional yang Iebih rendah, dan ukuran yang proporsional dengan pendahulunya. Dalam transport aircraft, kemajuan teknik lanjutan yang sangat cepat, biasanya menyajikan ketiga kriteria tersebut.
7 Sejarah perkembangan transport aircraft diringkas dalam Gambar 1 dan 2. Dalam Gambar 1, ditunjukkan bahwa dari tahun terjadi kenaikan cruising speed sampai lima kali lipat. Era jet dimulai sekitar tahun Meski demikian, level kecepatannya hanya sedikit mengalami perubahan sampai 20 tahun berikutnya. Para desainer mengetahui bagaimana cars untuk menaikkan kecepatan misalnya dari 0,80 M menjadi 0,84 M, tetapi belum mengetahui bagaimana hal itu dilakukan bersaingan dengan penurunan cost baik operasional ataupun produksinya. Sedangkan perkembangan kapasitas penumpang dan aircraft ada pada Gambar DESAIN PESAWAT TERBANG Pembuatan aircraft merupakan suatu proses yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Proses perancangan tersebut dapat dibagi menjadi tiga fase utama yang berurutan dan secara keseluruhan bisa memakan waktu bertahun-tahun. Para perancang berpikir bahwa untuk memulai proses perancangan tersebut dimulal dengan konsep airplane yang baru. Para sizing specialist mengetahui bahwa tidak akan dapat memulainya hingga sebuah estimasi awal dari berat ditentukan. Customer balk sipil maupun militer, merasa bahwa desain dimulai dg requirement (persyaratan-persyaratan). Memang benar. Pada kenyataannya, desain merupakan usaha ( eff ort yang berulang-ulang, sebagaimana yang ditunjukkan dalam "design wheel". Persyaratanpersyaratan tersebut ditentukan oleh design trade studies sebelumnya. Design analysis sering kali merupakan titik menuju teknologi dan konsep baru, yang mana dapat memulai suatu usaha desain baru secara menyeluruh. Kesemua aktifitas tersebut sama pentingnya dalam menghasilkan "good aircraft concept". Gambar 3. Design wheel.
8 Proses perancangan tersebut dapat dilihat dalam gambar konfigurasi dan pengembangan pada Gambar Conceptual Design Conceptual design merupakan proses perancangan yang paling awal dari serangkaian proses pembuatan aircraft. Dalam fase ini terdapat persoalan-persoalan mendasar yang harus dipecahkan, balk mengenai pemilihan konfigurasi, dimensi, berat dan unjuk kerja ( performance ). Conceptual design merupakan proses yang "very fluid", proses yang berkelanjutan (selalu berubah), dimana akan muncul ide -ide dan masalah-masalah baru seiring dengan proses desain yang semakin mendetail. Setiap scat desain terbaru perlu diukur dan dianalisa. Dan kesemuanya diredrawn untuk mengetahul ( menunjukkan ) harga yang baru dari berat total, berat bahan bakar, dimensi sayap, engine dan berbagai perubahan lainnya. Aspek strukturalnya dianalisa secara garis besar dan semua pekerjaan pada fase ini sebatas pada kertas 3.2. Preliminary Design Fase ini bisa dikatakan dimulai ketika perubahan-perubahan yang mendasar telah berakhir. Permasalahan-permasalahan pokok seperti apakah menggunakan ekor tipe canard atau tipe aft, har-us sudah ditentukan. Susunan konfigurasi aircraft diharapkan tidak berubah, tetap seperti yang ditunjukkan dalarn gambar terbaru, walaupun mungkin masih diperlukan sedikit revisi. Selama fase preliminary design, khususnya untuk struktur, landing gear dan sistem kontrol, akan didesain dan dianalisa porsi mereka pada aircraft. Pengujian dimulal dari bagian-bagian aircraft, seperti aerodinamik, propulsi, struktur, stabilitas dan kontrol. Selain itu, dihitung besarnya major load, defleksi stress, desain struktur, aerostatic, fatigue dan analisa flutter (kibasan sayap), Sampai tahap ini, sebuah mockup ( model pesawat ) dapat dibuat. Aktifitas utama selama preliminary design adalah lofting. Lofting adalah proses pembuatan model matematis dari kulit luar aircraft dengan keakurasian yang cukup inggi, untuk memastikan kelayakan dari parts yang berbeda, yang dirancang oleh desainer-desainer yang berbeda dan kemungkinan diukur didaerah ( titik ) yang perbeda pula.
9
10 Dibagian akhir preliminary design, tidak ada lagi berbagai macam perubahan termasuk perubahan kecil sekalipun. Semua itu dituiukan untuk membakukan konfigurasi. Tujuan akhir preliminary design adalah mempersiapkan perusahaan untuk menuju fase detail design yang jugs disebut "full-scale development" ( pengembangan skala penuh ). Jadi akhir dari fase preliminary design adalah proposal pengembangan skala penuh. Dan preliminary design harus memastikan bahwa aircraft dapat diproduksi sesuai schedule yang telah ditentukan dan sesuai dengan biaya produksi yang diperkirakan Detail Design Bila telah diperoleh keputusan untuk memulai fase full-scale development, berarti fase detail design telah dimulai, dimana bentuk-bentuk nyata ( actual pieces ) mulai didesain dan difabrikasi. Contoh, selama conceptual design Clan preliminary design, wing box telah didesain dan dianalisa secara keseluruhan ( garis besar ). Dan selama detail design, akan dipecah menjadi ribs ( rangka ), spars ( tiang penyangga dan skin ( kulit ), yang masing-masing harus didesain dan dianalisa secara terpisah. Bagian penting yang lain pada detail design adalah production design. Para ahli menentukan bagaimana aircraft akan difabrikasi, dimulai dengan sub-assembly yang paling kecil dan sederhana hingga pada proses final assembly. Para designer produksi sering kali melakukan modifikasi rancangan yang bertujuan untuk memudahkan manufacturing, yang berdampak besar pada performance ataupun berat. Hal tersebut dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah keperluan aslinya. Selama fase detail design, upaya pengujian dilakukan secara intensif Actual structure dari aircraft mulai dibuat dan diuji. Aturan-aturan kontrol untuk flight control system diuji didalam "Iron bird simulator", sebuah model keria dari "actuator and flight control surface". Detail design diakhiri dengan produksi ( frabrication ) aircraft. Meskipun demikian, sering kali proses fabrikasi dari masing-masing part sudah dimulai sebelum upaya detail design secara keselur-uhan dilengkapi. Dengan harapan, perubahanperubahan pada parts yang telah dibuat dapat dihindari. 4. CIVIL AIRWORTHINESS DAN OPERATIONAL RULES Peraturan-peraturan civil airwothiness dan operational rules ditetapkan oleh pemerintah suatu negara dan diberlakukan pada produsen aircraft. Peraturanperaturan tersebut dibuat tidak lain adalah untuk memberi jaminan keselamatan pada
11 calon pembeli (customer) dan penumpang. Peraturan-peraturan ini memberi pengaruh yang besar pada perancangan aircraft dalam hal struktur, sistem, instalasi, unjuk kerja dan kualitas penerbangan, serta sertifikasi. Pada airworthiness bagian tertulis tak seorangpun boleh menerbangkan aircraft sebelum aircraft tersebut mendapat sertifikat airworthiness. Begitu pentingnya sertifikasi ini hingga tiap produsen aircraft harus benar-benar memperhatikannya. Ada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing negara. Diantara peraturan-peraturan tersebut yang sering dipakal sebagal standar adalah FAR dan BCAR Federal Aviation Regulation i FAR Peraturan ini dikeluarkan oleh Federal Aviation Administration FAA ), suatu badan di bawah departemen transportasi Amerika. Ada beberapa. jenis FAR yang berhubungan dengan proses sertifikasi, seperti : FAR Part 21 Prosedur sertifikasi untuk produk dan part. FAR Part 25 Airworthiness standard untuk kategori tran-sport aircraft. FAR Part 33 Airworthiness untuk aircraft engine British Civil Airworthiness Requirement (BCAR) Peraturan ini dikeluarkan oleh Civil Aviation Authority ( CAA) di Inggris. Negara-negara lain menggunakan peraturan yang hampir sama. Namun demikian selalu ada perbedaan yang membuat bingung dan memakan biaya yang besar jika ingin memenuhi semua ketentuan tersebut secara keseluruhan.
12 CONTOH PEMILIHAN KOMPONEN AIRCRAFT FEDERAL AVIATION REGULATION (FAR) FAR 23 utility, normal, aerobatic FAR 25 transport, aircraft FAR 27 utility, normal, aerobatic FAR 29 transport, rotocraft TEKNOLOGI: - komposit - turbofrop propfan (GE & PW) -DC-9-30 (1992)? - 6 bilah - airfoil NACA (double slotted) DASAR PERANCANGAN:
13
14
Desain pesawat masa depan
Desain pesawat masa depan Flying Wing = Sayap Terbang? Itu memang terjemahan bebasnya. Dan arti yang sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda. Flying Wing sebenarnya merupakan istilah untuk desain
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG
Lebih terperinciBAB 9. ENGINE dan LANDING GEAR
BAB 9. ENGINE dan LANDING GEAR 9.1. PEMILIHAN ENGINE ENGINE Fungsi utama engine adalah memberikan gaya dorong. Aircraft engine dibagi menjadi dua tipe, yaitu piston engine dan jet engine. Keduanya mempunyai
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS. dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut :
BAB IV PENGOLAHAN DATA &ANALISIS 4.1 Hasil Perencanaan Program COMFAA 3.0 Data sekunder yang merupakan hasil perhitungan tebal perkerasana kaku dengan menggunakan Program COMFAA 3.0 adalah sebagai berikut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal penerbangan, pilot telah merasakan dan menggunakan ground effect tanpa mengetahui penyebab terbentuknya efek tersebut. Sebagai contoh pada perang dunia ke
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1. Nama Kuliah : Aerodinamika 2. Kode/SKS/Semester : TKM 518/3 SKS/VIII 3. Prasya rat : Mekanika Fluida, Termodinamika 4. Status Mata Kuliah :
Lebih terperinciBAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP)
BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) Sejak diwujudkannya Flingt Inspection Unit atau satuan udara kalibrasi tumbuh
Lebih terperinci2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 4
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1593 2015 KEMENHUB. Perawat Udara. Niaga. Armada. Peremajaan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 160 TAHUN 2015 TENTANG PEREMAJAAN ARMADA PESAWAT
Lebih terperinciPERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1
PERENCANAAN BANDAR UDARA Page 1 SISTEM PENERBANGAN Page 2 Sistem bandar udara terbagi menjadi dua yaitu land side dan air side. Sistem bandar udara dari sisi darat terdiri dari sistem jalan penghubung
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN
ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO Bagus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, transportasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu transportasi darat, udara dan laut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara merupakan industri yang memiliki kaitan erat dengan ekonomi global. Peningkatan 1% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara global akan meningkatkan
Lebih terperinciJURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012
Rifdia Arisandi 3108100072 Dosen Pembimbing Ir. Hera Widiyastuti, MT., Ph.D JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012 Peningkatan kebutuhan
Lebih terperinciBAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA
BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA Penjelasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi perangkat lunak X-Plane yang digunakan sebagai alat bantu pada rancang bangun sistem rekonstruksi
Lebih terperinciBAB 8. AERODINAMIKA, GEOMETRI SAYAP DAN EKOR
BAB 8. AERODINAMIKA, GEOMETRI SAYAP DAN EKOR 8.1. AERODINAMIKA 8.2. AIRFOIL AND WING GEOMETRY 1. Airfoil Dalam proses desain beberapa parameter harus ditentukan terlebih dahulu nilainya. Parameter-parameter
Lebih terperinci2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubung
No.93, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Batas Usia Pesawat Udara. Kegiatan Angkutan Udara Niaga. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 155 TAHUN 2016 TENTANG BATAS USIA
Lebih terperinciBoeing atau Airbus? Berdiri : 1970 (Airbus Industrie) pekerja : 57,000. Airbus
Boeing atau Airbus? Liburan ke luar kota atau ke luar negeri pasti membutuhkan moda transportasi, baik itu darat laut maupun udara. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya membangun dan merenovasi berbagai
Lebih terperinciPERANCANGAN KONSEPTUAL PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 4 ORANG PENUMPANG
PERANCANGAN KONSEPTUAL PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 4 ORANG PENUMPANG Ardian 1, Ir. FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada tugas akhir ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang
Lebih terperinciBeban Pesawat. Dipl.-Ing H. Bona P. Fitrikananda 2013
Beban Pesawat Dipl.-Ing H. Bona P. Fitrikananda UA MTC Introduction Beban Pesawat / Aircraft Loads 2 Pendahuluan Wilbur Wright: I am constructing my machine to sustain about five times my weight and I
Lebih terperinciINDEPT, Vol. 4, No. 1 Februari 2014 ISSN
ANALISIS OPTIMASI TEBAL RIB SAYAP PESAWAT WIG IN GROUND EFFECT 2 SEAT DENGAN FEM Bayu Handoko 1, H. Abu Bakar 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN
PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN Yasruddin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRAK Bandar Udara
Lebih terperinciBAB III METODA ESTIMASI HARGA PESAWAT UDARA
BAB III METODA ESTIMASI HARGA PESAWAT UDARA 3.1. Pendahuluan Harga pesawat ini mencakup estimasi biaya yang dikeluarkan untuk riset hingga sertifikasi dan produksi pesawat udara yang akan diserahkan ke
Lebih terperinciBAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA
57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan akan penerbangan sebagai salah satu moda transportasi di Indonesia terus meningkat tajam. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta memerankan peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.
Lebih terperinciANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS
ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS Oleh:Dedi Sutrisna, Drs., M.Si. Abstrak Bandar Udara Nusawiru merupakan bandara kelas perintis yang terletak di pantai
Lebih terperinciPERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN
PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah manufaktur pesawat terbang, desain dan analisis awal sangatlah dibutuhkan sebelum pesawat terbang difabrikasi menjadi bentuk nyata sebuah pesawat yang
Lebih terperinciBAB II STUDI LITERATUR
BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Komponen Berat Pesawat Udara Berat pesawat udara, pada umumnya, terbagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu APS (Aircraft Prepared for Service) weight, payload, dan berat bahan
Lebih terperinciPEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL
PEMILIHAN TIPE PESAWAT TERBANG UNTUK RUTE YOGYAKARTA JAKARTA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA OPERASIONAL Didik Prihananto Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto, Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN PT DI didirikan dengan tujuan untuk melakukan usaha di bidang perhubungan, komunikasi, pertahanan dan keamanan dalam bentuk industri dan perdagangan produk dan jasa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012
MENTERI KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 707 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA ASING PADA KATEGORI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN GOLONGAN POKOK ANGKUTAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota Padang, yang menempati lahan seluas ± 427 hektare merupakan pintu gerbang utama Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang tugas akhir, identifikasi tugas akhir, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir berdasarkan maslah yang timbul dari latar belakang, lingkup tugas
Lebih terperinciGambar 1.1 Skema kontrol helikopter (Sumber: Stepniewski dan Keys (1909: 36))
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umunya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang memiliki
Lebih terperinci2.4. Pertentangan dengan Standar Lainnya 2.5. Penggunaan Kode Referensi Bandar Udara ICAO untuk Menetapkan Standar
kesesuaian dengan standar yang berlaku saat ini dapat dicapai. 2.3.3. Standar yang mengandung frasa seperti jika dapat diterapkan, jika secara fisik dapat diterapkan, dll., tetap membutuhkan pengecualian
Lebih terperinciDengan visi, misi dan tujuan tersebut, secara bertahap semua program studi di UNSURYA akan berbasis pada industri penerbangan.
atau UNSURYA adalah universitas swasta, yang berawal dari Institut Teknologi Dirgantara (ITD) yang didirikan pada tahun 1988. Pada tahun 1989, ITD berubah menjadi Sekolah TinggiTeknologi Dirgantara (STTD).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bandar udara merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu
PENDAHULUAN BAB I I.1 Latar Belakang Transportasi adalah usaha untuk memindahkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dalam aktivitas sehari hari dengan menggunakan alat trasportasi. Indonesia
Lebih terperinciBAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai persyaratan persyaratan yang dibutuhkan dalam rancang bangun sistem rekonstruksi
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBllK INDONESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBllK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 7 TAHUN 2016 TENT ANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 160 TAHUN 2015 TENTANG PEREMAJAAN
Lebih terperinciIII ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN
ASPEK ORGANISASI, ISSUE-ISSUE DAN PERMASALAHAN DALAM INDUSTRI PENERBANGAN ASPEK ORGANISASI DALAM INDUSTRI PENERBANGAN 1. Organisasi Menurut Stoner Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
Lebih terperinciBandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM
Bandar Udara Eddi Wahyudi, ST,MM PENGERTIAN Bandar udara atau bandara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya-Gaya pada pesawat terbang Gaya-gaya utama yang berlaku pada pesawat terbang pada saat terbang dalam keadaan lurus dan datar (straight and level flight). Serta dalam keadaan
Lebih terperinciANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP
ANALISA AERODINAMIK PENGARUH LANDING GEAR PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang
Lebih terperinciMetoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235)
WARTA ARDHIA Jurnal Perhubungan Udara Metoda Short Takeoff Landing (Studi Kasus Prestasi Terbang Takeoff-Landing Pesawat Udara Turbo Prop CN235) The Short Takeoff Landing Method (CN235 Turbo Prop Field
Lebih terperinciANALISIS BUCKLING PADA WING PESAWAT KT-1B STA 1920 SAMPAI 2500
ANALISIS BUCKLING PADA WING PESAWAT KT-1B STA 190 SAMPAI 500 ANALISIS BUCKLING PADA WING PESAWAT KT-1B STA 190 SAMPAI 500 Dwi Hartini Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl.
Lebih terperinciBAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF
BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF 6.1. Hasil Analisis Fasa Terbang Setelah tiap tahap analisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan hasil-hasil tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan jumlah pengguna angkutan transportasi udara baik domestik maupun internasional setiap tahunnya mengalami peningkatan yang pesat, hal ini disebabkan oleh
Lebih terperinciBoks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi
Boks 2. Kesuksesan Sektor Jasa Angkutan Udara di Provinsi Jambi Perekonomian Jambi yang mampu tumbuh sebesar 5,89% pada tahun 2006 merupakan prestasi tersendiri. Pada awal tahun bekerjanya mesin ekonomi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 51 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 57 TAHUN 2010 TENTANG
Lebih terperinciDESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM
DESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM Yoga Yulasmana 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada beberapa tahun
Lebih terperinciPA U PESAW PESA AT A T TER
PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian
Lebih terperinciPerhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. ANALISA PANJANG LANDASAN Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari advisory circular AC: 150/ 5325-4A dated 1/ 29/ 90, persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Tengah. Kota Semarang memiliki prospek untuk berkembang dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN AIRLINER
PERKEMBANGAN AIRLINER Walaupun awal perkembangannya memberi kesan kurang meyakinkan, tetapi setelah melewati pematangan dalam dua Perang Dunia, pesawat terbang menjadi moda transportasi yang paling tangguh,
Lebih terperinciJurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan
Lebih terperinciVariabel-variabel Pesawat
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan
Lebih terperinci2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI
Lebih terperinciPENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9
PENGARUH PAYLOAD TERHADAP CLIMB PERFORMANCE HELIKOPTER SYNERGY N9 Raden Gugi Iriandi 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAK Ketika helikopter
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar udara (Airport) merupakan salah satu infrastruktur penting yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Bandar udara (Airport) berfungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi baik darat, laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin pesat perkembangan industri penerbangan membuat kompetisi antar perusahaan penerbangan semakin ketat. Penumpang transportasi udara terus meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menuju lokasi yang sangat jauh. Khususnya transportasi udara saat ini banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini alat transportasi masa mengalami pergeseran dari masa ke masa, manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun menuju
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR
Lebih terperinciAIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR
AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR 42-500 Reza 1, Bona P. Fitrikananda 2 Program Studi Motor Pesawat Terbang Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent
No.689, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sistem Tanpa Awak. Pesawat Udara. Pengendalian. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 47 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciJurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA
Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Perkiraan Kebutuhan Energi PT. Garuda Indonesia sampai dengan Tahun 2015 Energy Consumption Estmation In PT. Garuda Indonesia Until Year 2015 MindaMora
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang 1.2 Pengertian Penerbangan dan Bandar Udara serta Keberadaannya dalam Masyarakat yang Berkembang
DAFTAR lsi KAlA PENGANlAR DAFTAR lsi v vii BAB I BAB II BAB III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pengertian Penerbangan dan serta Keberadaannya dalam Masyarakat yang Berkembang PERANAN DAN FUNGSI TRANSPORTASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pembangunan disegala bidang khususnya bidang ekonomi pada dewasa ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat penting didalam menunjang aktifitas
Lebih terperinciESTIMASI HARGA PESAWAT WING IN SURFACE EFFECT BERKAPASITAS 8 KURSI (WISE-8)
ESTIMASI HARGA PESAWAT WING IN SURFACE EFFECT BERKAPASITAS 8 KURSI (WISE-8) Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Sarjana Oleh : HARRY MUNANDAR 13602024 Pembimbing : Dr. Ir. Hisar
Lebih terperinciBERKURANGNYA KINERJA AIR CONDITIONING SYSTEM PESAWAT AIRBUS A PK-AXU
BERKURANGNYA KINERJA AIR CONDITIONING SYSTEM PESAWAT AIRBUS A320-200 PK-AXU Adhit Gyta Prasditya 1, Ir. Herry Hartopo., MT 2 Program Studi Rangka Pesawat Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU
PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 171 KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU (Studi Kasus Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya) Oleh: Oktosuyono 1), Robby 2), dan Mohamad Amin 3) Bandar Udara
Lebih terperinciStandar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan
Lebih terperinciNOMOR: PM 17 TAHUN 2014
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI DAN MEKANISME PENETAPAN BIAYA PELAYANAN JASA NAVIGASI PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG KEAMANAN DAN KESELAMATAN PENERBANGAN UMUM Keamanan dan keselamatan penerbangan memiliki peranan yang penting dan strategis
Lebih terperinciAERODINAMIKA SUPERCRITICAL AIRFOIL
AERODINAMIKA SUPERCRITICAL AIRFOIL Dalam kedua artikel pendahuluan, telah dengan jelas ditunjukkan keterkaitan yang erat antara perkembangan pesawat (aircraft) dengan sistem propulsi (engine). Pada pesawat,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.741, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Stasiun Penerbangan. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 59 TAHUN 2016 TENTANG SERTIFIKASI STASIUN PENERBANGAN
Lebih terperinciBAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE
BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota besar di Indonesia dan juga merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah. Kota dengan julukan Kota Lumpia ini merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Pendahuluan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Pesawat terbang dalam daur hidupnya melewati beberapa proses, seperti perancangan, pengujian dan produksi. Keseluruhan proses yang dilewati dinamakan airplane program.
Lebih terperinciPRINSIP KERJA GAS TURBIN ENGINE TURBOFAN
PRINSIP KERJA GAS TURBIN ENGINE TURBOFAN DISUSUN OLEH : NAMA : IRWANSYAH NIM : 16050032 KELAS : TP A SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUCIPTO TEKNIK PENERBANGAN 2017 A. PENGERTIAN MESIN TURBO FAN Mesin turbofan
Lebih terperinciANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING
ANALISIS PERFORMA ENGINE TURBOFAN PESAWAT BOEING 737-300 Sri Mulyani Jurusan Teknik Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto Yogyakarta srimulyani042@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis penerbangan khususnya untuk penerbangan berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC), terjadi persaingan bisnis yang cukup signifikan. Untuk di Indonesia
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II
35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II Bandar Udara Radin Inten II adalah bandara berkelas umum yang penerbangannya hanya domestik. Bandara ini terletak di kecamatan Natar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan global diproyeksikan tumbuh sebesar 3,5 % pada 2012,seperti yang tercantum pada theglobal-review.com menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia
Lebih terperinciANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG
ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG Gunawan Wijiatmoko 1 1 Staf Sub Bidang Teknik Rekayasa Informatika dan Elektronik (TRIE), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan
Lebih terperinciPRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG
PRINSIP DASAR MENGAPA PESAWAT DAPAT TERBANG Oleh: 1. Dewi Ariesi R. (115061105111007) 2. Gamayazid A. (115061100111011) 3. Inggit Kresna (115061100111005) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1773, 2015 KEMENHUB. Pengoperasian Sistem. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Dilayani Indonesia. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pada Zaman modern ini alat transportasi sangatlah penting, baik untuk mengangkut barang ataupun manusia. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang
Lebih terperinciKAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2018 ISSN 2085-4218 KAJIAN PENENTUAN INCIDENCE ANGLE EKOR PESAWAT PADA Y-SHAPED TAIL AIRCRAFT Gunawan Wijiatmoko 1) Meedy Kooshartoyo 2) 1,2
Lebih terperinciBAB IV STUDI KASUS, VALIDASI, DAN ANALISIS
BAB IV STUDI KASUS, VALIDASI, DAN ANALISIS 4.1 Studi kasus 4.1.1 Pesawat Flightship FS8 Pesawat Flightship FS8 adalah pesawat yang menggunakan tekonolgi Wing in ground efeect yang berkapsitas 8 penumpang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini alat transportasi masal mengalami pergeseran dari masa ke masa, manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aerodinamika merupakan ilmu dasar ketika membahas tentang prinsip pesawat terbang. Dan salah satu pembahasan dalam ilmu aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Proses desain pesawat udara merupakan proses yang panjang dan sangat kompleks. Berbagai cabang ilmu yang berkaitan dengan struktur, aerodinamika, mekanika terbang,
Lebih terperinci