BAB IV STUDI KASUS, VALIDASI, DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV STUDI KASUS, VALIDASI, DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV STUDI KASUS, VALIDASI, DAN ANALISIS 4.1 Studi kasus Pesawat Flightship FS8 Pesawat Flightship FS8 adalah pesawat yang menggunakan tekonolgi Wing in ground efeect yang berkapsitas 8 penumpang. Uji terbang Flighship FS8 dilakukan pada tahun 2001 dan sertifikasi diperoleh pada tahun Pesawat WISE 8 menggunakan desain Flightship FS8 sebagai acuan atau referensi untuk membangun pesawat. Secara kasar terlihat desain WISE 8 mengikuti desain Flightship FS8. Oleh karena itu Flightship FS8 digunakan pula sebagai referensi analisis biaya pesawat WISE 8. Spesifikasi pesawat Flighship FS8 dapat dilihat pada tabel IV-1. Adapun gambar konfigurasi dari pesawat Flightship FS8 : Gambar IV-1 Flighship FS Pesawat WISE 8 Pesawat WISE 8 dikembangkan oleh BPPT, ITB dan ITS. Pesawat ini secara geometri memiliki desain yang mirip dengan Flightship FS8. Perbedaannya terletak pada berat pesawat yang lebih ringan, kapasitas sebesar 6 30

2 penumpang sehingga ukuran lebih kecil, kecepatan jelajah yang lebih kecil, jumlah propeler dan mesin yang digunakan. Pesawat WISE 8 dirancang dan dioperasikan sebagai alat transportasi laut sehingga sertifikasi pesawat menggunakan dasar sertifikasi perkapalan dan pesawat udara. Untuk wilayah indonesia, pesawat WISE 8 digunakan sebagai alat transportasi laut untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia. Selain itu, pesawat WISE dapat digunakan untuk kepentingan militer seperti patroli laut. Adapun spesifikasi teknis dan prestasi dari pesawat WISE 8 dan Flightship FS8.: Tabel IV-1 Spesifikasi WISE 8 dan Flightship FS8 Name Flightship FS8 WISE 8 Satuan Country Germany Indonesia Aircraft class Ship Ship Designed and built Airfoil Development GmbH BPPT/ITB/CBI Year tahun Capacity 8 pax,2 crew 6 pax,2 crew Price (US$) $700,000 (foxxaero.homestead.com) $400,000 (estimasi BPPT) US$ Dimension Wing span - overall ft Length Overall ft Height Overall ft Masses Crew 2 2 pax Passenger 8 6 Payload 1,850 1,323 lb Empty weight 7,870 4,795 lb MTOW 10,471 7,055 lb Operating Wave height, take off ft Operating height ft Range nm Cruise speed (Vc) knot Engine and propeller Engine power (hp) hp Number of engine 1 1 unit Number of propeller 2 1 unit 31

3 Konfigurasi pesawat WISE 8 memmpunyai desain yang mirip dengan pesawat Flightship, terlihat dari bentuk sayap yang digunakan. Konfigurasi pesawat WISE dapat dilihat pada gambar IV Harga pesawat terbang di pasar Gambar IV-2 WISE 8 Harga pesawat FS8 pada tahun 2001 berdasarkan referensi di website foxxaero.homestead.com (dikunjungi tanggal 2 mei 2007) adalah sebesar US$ 700,000 dan pada tahun 2007 harganya menjadi US$ 804,448 menggunakan CEF. Sedangkan harga pesawat sekelas WISE 8 belum ada di pasar pesawat terbang. Jika persamaan empiris referensi Roskam digunakan untuk menghitung harga pesawat, hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel IV-2 Airplane Marked Price Harga pesawat Satuan FS 8 WISE 8 Airplane market price 1989, Roskam US$ 1,503, ,132 Airplane market price 2001, Roskam US$ 2,146,807 1,035,653 Airplane market price 2007, Roskam US$ 2,467,136 1,190,184 Harga pesawat tahun 2001 (foxxaero.homestead.com) US$ 700, Harga pesawat tahun 2007 (foxxaero.homestead.com) US$ 804,

4 Dari tabel IV-3 diatas, terlihat harga pesawat FS8 tahun 2001 dari persamaan empiris Roskam berbeda cukup jauh dengan harga sebenarnya yaitu sebesar US$ 700,000, perbedaan ini 3 kali lipat lebih mahal Persamaan empiris Roskam dibuat berdasarkan berat take off pesawat antara 1,700-3,600 lbs dan persamaan ini berlaku untuk menghitung harga pesawat dengan berat 1,500-10,000 lbs. Jadi persamaan empiris yang baru dapat dibuat dengan rentang berat yang sama dengan persamaan empiris Roskam. Persamaan ini berdasarkan data harga pesawat single piston engine dari website gama.aero. Data harga pesawat pada website tersebut bersumber dari majalah AviationWeek Adapun grafik harga pesawat dari beberapa manufaktur pesawat, yaitu : Aircraft price 2004 $2,000,000 $1,800,000 $1,600,000 Price (U$$) $1,400,000 $1,200,000 $1,000,000 $800,000 $600,000 Cessna Cirrus Design Diamond EADS Socata New Piper Mooney $400,000 $200,000 $0 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 Weing Take Off (lbs) Gambar IV-3 Harga pesawat tahun 2004 Rentang berat take off pada gambar IV-3 terletak antara 1,700-5,000 lbs. Untuk memperoleh persamaan empiris yang baru, rentang berat take off disederhanakan menjadi 1,700-3,600 lbs. Hal ini menyesuaikan dengan asumsi persamaan empiris Roskam. Pada gambar IV-3, harga pesawat Flighship (refrensi foxxaero.homestead.com) sebesar US$ 700,000 berada pada rentang berat take off disekitar 4,000 lbs, jika pesawat flightship diasumsikan tidak sebagai pesawat ground effect tetapi pesawat singgle piston engine. Hal ini menunjukan trend harga pesawat ground effect berbeda dengan pesawat piston single piston engine, maka su bab harga pesawat di pasar dibuat untuk mevalidasi estimasi harga pesawat dengan metoda Nicolai, Raymer dan Roskam pada sub bab selanjutnya 33

5 Persamaan empiris yang baru dapat diperoleh dengan cara regresi power dari kurva aircraft price 2004 (gambariv-3), seperti pada gambar dibawah ini Grafik berat take off terhadap harga $600,000 Harga pesawat (US$) $500,000 $400,000 $300,000 $200,000 $100,000 $0 0 1,000 2,000 3,000 4,000 Berat Take off (lbs) harga tipe pesawat Power (harga tipe pesawat) y = x Gambar IV-4 Grafik regresi pesawat tahun 2004 Persamaan dari kurva diatas adalah persamaan regresi power, sedangkan referensi roskam berupa persamaan logaritmik maka persamaan tersebut harus ditransformasi ke dalam persamaan log sebagai berikut : Referensi roskam AMP = invlog( (logW )) AMP 2004 = Wto TO AMP 2004 = inv log( logwto) Maka harga pesawat FS 8 dan WISE 8 dapat diperoleh berdasarkan persamaan empiris AMP 2004 adalah sebagai berikut : Tabel IV-3 Airplane Marked Price persamaan empiris 2004 Harga Satuan FS 8 WISE 8 Airplane market price 2004 US$ 3,125,506 1,501,493 Airplane market price 2001 US$ 2,930,265 1,407,700 Airplane market price 2007 US$ 3,367,495 1,617,745 Harga pesawat tahun 2001 (foxxaero.homestead.com) US$ 700, Harga pesawat tahun 2007 (foxxaero.homestead.com) US$ 804, Tabel diatas memperlihatkan harga yang berbeda dengan harga pesawat dengan metode berdasarkan referensi roskam. Harga diatas menunjukan, jika pesawat WISE 8 diasumsikan sebagai pesawat terbang maka harganya US$ 1,617,745 yaitu harga amp tahun Sedangkan batas atas harga pesawat WISE 8 adalah US$ 804,

6 Keseluruhan hasil estimasi harga pesawat pada tahun 2007 dapat dibuat sederhana dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel IV-4 Harga pesawat terbang di pasar tahun 2007 Referensi Jenis pesawat Wto (lbs) Harga foxxaero.homestead.com FS8 10, ,448 Persamaan empiris roskam single piston engine 10,471 2,467,136 Persamaan empiris tahun 2004 single piston engine 10,471 3,367,495 BPPT WISE 8 7, ,000 Persamaan empiris roskam single piston engine 7,055 1,190,184 Persamaan empiris tahun 2004 single piston engine 7,055 1,617,745 Tabel diatas memperlihatkan harga WISE 8 tahun 2007 mempunyai batas atas sebesar US$ 804,448. Jika pesawat WISE 8 dibuat dengan asumsi sebagai pesawat single piston engine, maka rentang harganya antara US$ 1,190,184 - US$ 1,617, Estimasi parametrik Estimasi parametrik menggunakan beberapa variasi kuantitas produksi dari 100 hingga 500 pesawat untuk menghitung harga pesawat. Persamaan empiris yang digunakan berdasarkan tiga referensi, yaitu Nicolai, Raymer dan Roskam. Ketiga referensi ini menggunakan data masukan yang cukup banyak. Adapun ringkasan data masukan metode parametrik, yaitu Tabel IV-5 Data Masukan Name Flightship FS8 WISE 8 Unit Year Price , ,000 US$ Passenger 8 6 Unit Empty weight Lbs MTOW Lbs Cruise speed (Vc) Knots Engine power Hp Number of engine 1 1 Unit Number of propeller 2 1 Unit Number of airplanes produced 3 3 for the RDTE phase Labor rate US (1989) - Engineering US$/hr - Tooling US$/hr - Manufacturing US$/hr - Quality Assurance US$/hr Labor rate Indonesia (2007) - Engineering US$/hr - Tooling US$/hr - Manufacturing US$/hr - Quality Assurance US$/hr 35

7 CEF Unit Unit Data-data tabel diatas diperoleh dari berbagai sumber seperti harga pesawat dan spesifikasi pesawat berdasarkan website FS 8 (referensi 12) dan laporan BPPT (referensi 6), labor rate berdasarkan referensi Roskam serta CPI berdasarkan website departemen tenaga kerja US (referensi 23) dan Industrial and Financial System (referensi 22). Persamaan empiris dalam estimasi parametrik menggunakan variabel yang berkaitan dengan fisik dan prestasi pesawat serta variabel yang berkaitan dengan proses manufaktur. Variabel yang berkaitan dengan fisik dan prestasi pesawat adalah variabel berat pesawat, kapasitas penumpang, jenis mesin dan kecepatan cruise pesawat. Sedangkan variabel yang berkaitan dengan proses manufaktur adalah jumlah produksi, laju produksi, material yang digunakan, financing, upah tenaga kerja dan tahun estimasi harga pesawat. Untuk melihat variabel yang berpengaruh, maka dibuatlah beberapa estimasi harga pesawat sehingga dapat diketahui faktor faktor yang berpengaruh di dalam persamaan empiris yang menghasilkan harga pesawat Pesawat Flightship FS8 tahun 2001 dan tahun 2007 dengan tempat produksi di United States (US) dan menggunakan komposit sebagai material pesawat. Estimasi yang dilakukan dengan spesifikasi pesawat Flighship FS 8 pada tahun yang berbeda. Estimasi ini untuk melihat variabel dengan spesifikasi pesawat Flighship FS8 akan menghasilkan harga pesawat sebenarnya, yaitu US$ 700,000 (foxxaero.homestead.com, 2004) atau harga pesawat single pistone engine di pasar. Selain itu untuk mengetahui pengaruh penggunaan tahun estimasi terhadap harga pesawat. Hasil estimasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 36

8 Harga pesawat (us$) 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 Harga pesawat Flightship FS Produksi pesawat (unit) Raymer (2001) Roskam (2001) Nicolai (2001) Raymer (2007) Roskam (2007) Nicolai (2007) Gambar IV-5 Grafik pesawat Flighship tahun 2001 dan 2007 Dari grafik diatas terlihat harga pesawat FS 8 mempunyai harga paling rendah US$ 1,320,832 dan harga paling tinggi US$ 4,146,198. Rentang harga ini masih memenuhi harga pesawat single piston engine di pasar. Tetapi berbeda cukup jauh dengan harga pesawat FS 8 sebenarnya (foxxaero.homestead.com) yaitu US$ 804,448 tahun 2007 dan US$ tahun Maka variabel berat pesawat cukup dominan karena hasil estimasi parametrik berada dalam rentang harga pesawat di pasar yang dihitung berdasarkan persamaan empiris harga pesawat dengan variabel berat take off. Perbedaan tahun estimasi menghasilkan perbedaan harga pesawat karena menggunakan variabel CEF yang berbeda. Tetapi persentase perbedaan harga pesawat ini sama dengan persentase variabel CEF yang digunakan, sebagai contoh perbandingan harga pesawat Flightship FS8 tahun 2007 dan harga pesawat Flightship FS8 tahun 2001 sama dengan CEF 2007 dan CEF Pesawat WISE 8 tahun 2007 dengan tempat produksi di United States (US) serta menggunakan alumunium dan komposit sebagai material pesawat. Estimasi ini dibuat untuk melihat besarnya pengaruh penggunaan material terhadap harga pesawat. Material utama yang digunakan airframe pesawat WISE 8 sama dengan pesawat Flighship FS8, yaitu komposit. Proses manufaktur airframe komposit lebih lama karena dibuat bertahap setiap layernya dan masih menggunakan tenaga kerja manusia langsung. Sedangkan 37

9 airframe alumnum dapat dibuat langsung melalui proses permesinan dan dapat dikerjakan otomatis oleh komputer. Hasil estimasi parametrik dengan dua jenis material yang berbeda dapat dilihat pada grafik di bawah ini 3,500,000 Harga pesawat WISE 8 tahun 2007 Harga pesawat (US$) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 Raymer (alumunium) Roskam (alumunium) Nicolai (alumunium) Raymer (komposit) Roskam (komposit) Nicolai (komposit) Jumlah produksi (unit) Gambar IV-6 Harga pesawat WISE 8 dengan variasi material Dari gambar di atas, harga pesawat WISE 8 dengan material alumunium dan komposit mempunyai rentang harga US$ 895,822 US$3,193,876. Harga tersebut melewati batas atas harga pesawat WISE 8, yaitu harga pesawat Flighship FS8 sebesar US$ 804,448, tetapi masih dalam rentang harga pesawat single piston engine antara US$ 1,190,184- US$1,617,745. Hal ini menunjukan variabel berat takeoff dominan pada persamaan empiris metoda parametrik karena pesawat WISE 8 dengan material yang digunakan alumunium menghasilkan harga pesawat pada rentang harga pesawat single piston engine, yaitu antara US$ 895,822 US$2,423,753. Perbedaan penggunaan material pesawat menghasilkan perbedaan harga pesawat antara US$74,362- US$ 1,192,995. Perbedaan ini bervariasi karena faktor jumlah produksi dan faktor material yang digunakan. Semakin banyak pesawat yang diproduksi, selisih harga pesawat material komposit dengan material alumunium semakin kecil. Hal ini menunjukan biaya produksi pesawat dengan material komposit akan semakin kecil dan mendekati biaya alumunium dengan meningkatkan jumlah produksi pesawat. Seperti penggunaan cetakan airframe komposit pada fase RDTE dirancang untuk satu kali, sedangkan cetakan untuk serial production lebih mahal pada awal 38

10 produksi dibandingkan RDTE karena dapat digunakan berkali-kali. Tetapi biaya tersebut akan disebar ke seluruh pesawat yang diproduksi, sehingga biaya produksi tiap pesawat menjadi lebih murah. Selain itu faktor learning curve berperan dengan menurunnya biaya produksi per unit dengan efesiensi dan keahlian manufaktur bertambah seiring jumlah produksi bertambah Pesawat WISE 8 tahun 2007 menggunakan komposit sebagai material pesawat serta tempat produksi di Indoesia dan United States(US). Persamaan empiris metoda parametrik diperoleh berdasarkan data-data biaya RDTE dan manufaktur di United States. Sehingga estimasi ini dibuat untuk melihat besarnya pengaruh tempat produksi pesawat terhadap harga pesawat. Dari hasil estimasi sebelumnya dengan spesifikasi pesawat Flightship FS8 dan WISE 8, harga pesawat yang diperoleh melewati batas atas harga pesawat WISE 8. Grafik hasil estimasi dapat dilihat pada gambar dibawah Harga pesawat (us$) 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Harga pesawat WISE 8 tahun 2007 Raymer (united states) Roskam (united states) Nicolai (united states) Raymer (Indonesia) Roskam (Indonesia) Nicolai (Indonesia) 500, Produksi pesawat (unit) Gambar IV-7 Harga pesawat WISE 8 dengan variasi tempat produksi Dari gambar diatas, hasil estmasi dengan tempat produksi di Indonesia sebagian besar dibawah harga pesawat Flighship FS8. Rentang harga yang diperoleh antara US$ 361,511 hingga US$ 1,193,028., hanya referensi Roskam yang memberikan harga diatas pesawat Flighship FS8. Sedangkan hasil estimasi dengan tempat produksi di united states sebagian besar diatas US$ 1,000,000. Perbedaan tempat produksi, menghasilkan perbedaan harga pesawat realatif besar. Perbedaan ini disebabkan bedanya upah tenaga kerja yang digunakan. Pesawat WISE 8 dirancang dengan bekerja sama bersama institusi pendidikan (ITB) dan diproduksi pada perusahaan manufaktur kapal 39

11 laut dimana upah tenaga kerjanya lebih murah dibandingkan upah tenaga kerja manufaktur pesawat. Upah tenaga kerja yang digunakan pesawat WISE 8 antara US$3-US$6 per jam, sedangkan industri manufaktur pesawat di Inonesia (PT DI) antara US$ 15-US$ 22. Jadi faktor yang membuat harga pesawat lebih murah adalah upah tenaga kerja berdasarkan tempat produksi, jenis industri perusahaan manufaktur yang memproduksi dan institusi yang merancang pesawat. 4.4 Estimasi kerekayasaan (engineering) Estimasi kerekayasaan mengacu pada data aktual yaitu data pesawat WISE 8. Data yang digunakan adalah data RDTE pesawat WISE 8 tahun Pesawat dalam tahap pembuatan prototype dan pada akhir tahun akan dilakukan flight testing. Hasil estimasi dinyatakan dalam dua bentuk dasar yaitu mata uang dan jam kerja (hours). Penerapan jam kerja menyesuaikan dengan data yang tersedia yaitu pada elemen biaya engineering. Jam kerja (hours) memiliki kecendrungan semakin menurun per unitnya jika produksi semakin banyak. Menurunnya jam kerja yang dikeluarkan disebabkan semakin ahlinya tenaga kerja untuk melakukan pekerjaaannya atau dengan kata lain akibat learning curve. Jumlah jam kerja yang diperoleh dirubah kedalam bentuk mata uang dengan mengalikan terhadap upah tenaga verja atau labor rate. Biaya yang dinyatakan dalam bentuk mata uang seperti biaya material cenderung menurun yang disebabkan pula oleh learning curve effect. Sebagai contoh, semakin banyak kuantitas produksi maka proses manufaktur dapat dilakukan bertambah cepat dan material yang terbuang semakin sedikit sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin menurun. Untuk estimasi kerekayasaan dibagi menjadi tiga elemen utama, yaitu RDTE, manufacturing dan AEP. Elemen utama terbentuk atas beberapa biaya, yaitu biaya engineering hingga biaya finance. Untuk menghitung biaya engineering dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan faktor learning curve effect dan faktor tanpa learning curve. Bentuk penulisan estimasi engineering terbagi dua yaitu data engineering dan pengolahan data. Data engineering merupakan perencanaan pengeluaran biaya pesawat WISE dan biaya yang telah dikeluarkan untuk program WISE. Sedangkan 40

12 pengolahan data dibagi tiga menjadi pengolahan untuk fase RDTE, manufacturing dan AEP Data engineering Perkembangan WISE 8 memasuki tahap pembuatan prototype yang pertama atau dikenal dengan W1, sehingga estimasi pembuatan prototype berikutnya sampai tahap manufacturing and acquisition dilakukan menggunakan learning curve dari data RDTE. Data-data estimasi engineering, yaitu : a. Data airframe engineering and design cost. Proses engineering WISE 8 dilakukan sejak fase pertama yaitu planning and conceptual design. Proses engineering melibatkan banyak pihak sepeerti BPPT, ITB dan PT DI. Data engineering diperoleh berdasarkan kontrak kontrak kerjasama antara BPPT dengan pihak lain. Adapun biaya engineering sebagai berikut : Tabel IV-6 Airframe engineering and design cost Tahun Perincian Kontrak Institusi Biaya (US$) 2,002 Detail Desain Prototype Kendaraan WiGE versi Udara Laut (1-2 Penumpang) PT DI 37,222 2,003 Test Konfigurasi prototype Kendaraan WiGE 1-2 Penumpang PT DI 36,111 2,003 Perhitungan Prestasi, Dinamika dan Kendali Terbang Kendaraan ITB 16,111 2,004 Kajian Prestasi dan Kendali Terbang WiGE Penumpang ITB 25,556 2,006 Design & analysis WISE 8 ITB 199,800 2,006 Manufacturing Engineering WISE 8 ITB 188,722 2,006 Test R/C WISE 8 ITB 25,956 2,006 Engineering Belibis B2 ITB 49,944 Airframe engineering and design cost Caed,r 579,422 Biaya total engineering pada tabel diatas mencakup biaya engineering sampai tahun 2006 dan Sedangkan tahap RDTE belum selesai karena pesawat WISE baru memasuki tahap perakitan prototype pertama, yaitu pesawat WISE W1. Jika proses engineering RDTE selanjutnya diketahui, maka biaya total yang diperoleh akan lebih mahal. Untuk estimasi awal, biaya total engineering adalah hingga kontrak tahun Biaya RDTE akan lebih kecil dari biaya yang sebenarnya. Biaya RDTE sebenarnya diestimasi dengan menggunakan persentase terhadap biaya RDTE estimasi awal. Jika biaya RDTE sebenarnya lebih mahal dari estimasi awal, maka dapat diketahui harga 41

13 pesawat yang diperoleh akan melewati atau tidak melewati batas atas harga pesawat Flightshhip FS8. b. Data development support and testing cost. Data yang dianalisis melibatkan data pengujian seperti uji aerodinamika dan uji hidrodinamika termasuk biaya pembuatan model uji. Adapun biaya yang dianalisis, yaitu Tabel IV-7 Development support and testing cost Uraian biaya Biaya Development support and testing cost (US$) Aerodynamic test/wind tunnel 38,889 Aerodynamic Test Model 27,778 Hydrodynamic test 13,333 Hydrodynamic Test Model 3,333 Static test 55,556 Material coupon test 11,111 Specimen 1,667 Jumlah biaya 151,667 c. Data biaya prototype pesawat WISE 8. Prototype yang dibuat terdiri atas 3 buah pesawat yaitu prototype W1, B2 dan W2. Prototype W1 adalah pesawat WISE dengan kapasitas 6 penumpang, sedangkan prototype B2 memiliki desain yang sama dengan prototype W1 tetapi dengan ukuran skala yang lebih kecil sehingga hanya untuk 2 kursi yaitu pilot dan co pilot. Hasil dari pengembangan dan perbaikan desain prototype W1 dan B2 diterapkan pada prototype W2 dengan kapasitas 6 penumpang. Prototype W2 merupakan penyempurnaan dari prototype WISE sebelumnya. Biaya prototype terbagi dua yaitu biaya manufaktur dan biaya instalasi/ perakitan prototype. Biaya tersebut diperoleh dari PT CBI yang melakukan proses manufaktur dan perakitan pesawat WISE 8. Adapun ringkasan kontrak biaya prototype pesawat sebagai berikut : Tabel IV-8 Nilai kontrak prototype WISE 8 Biaya prototype Rupiah US$ Manufaktur Prototype WISE W1 4,000,000, ,444 Installation and assembly W1 2,750,000, ,556 Manufaktur and installation Prototype B2 2,100,000, ,333 Manufaktur Prototype WISE W2 4,000,000, ,444 Installation and assembly W2 2,750,000, ,556 Biaya total 15,600,000,000 1,733,333 42

14 Dari tabel diatas terlihat nilai batas atas dari kontrak manufaktur prototype W1 sebesar US$ 444,444 (empat milyar rupiah) dan instalasi sebesar US$ 305,556 (2,75 milyar). Karena konfigurasi W2 tidak jauh berbeda dengan prototype W1, maka biaya prototype W2 dapat diasumsikan sama dengan biaya prototype W1. Sedangkan biaya prototype B2 jika akumulasikan sebesar (2,1 milyar rupiah). Keseluruhan biaya prototype diatas meliputi biaya finance, sedangkan format biaya prototype dengan metode parametrik tidak mencakup biaya finance sehingga harus dipisahkan antara biaya finance dan biaya prototype. Maka biaya prototype WISE W1 tanpa biaya finance adalah : Tabel IV-9 Nilai kontrak prototype WISE W1 tanpa biaya finance Biaya Rupiah US$ Biaya prototype dengan biaya finance 15,600,000,000 1,733,333 Biaya finance 840,404,040 93,378 Biaya prototype tanpa biaya finance 14,759,595,960 1,639,955 Detail biaya manufaktur prototype W1 antara BPPT dengan PT CBI sebesar US$ 424,288 untuk masa kerja tenaga kerja selama 3 bulan. Sedangkan proses pengerjaaan prototype membutuhkan waktu 7 bulan, oleh karena itu biaya tersebut disesuaikan menjadi batas atas kontrak US$ 444,444 untuk masa kerja 7 bulan Adapun rincian biaya manufaktur prototype W1 untuk masa kerja 3 bulan, yaitu : Tabel IV-10 Biaya manufaktur W1 untuk masa kerja 3 bulan NO URAIAN MATERIAL Biaya (US$) I PEMBELIAN MATERIAL 1.1 Glass 36, Matriks 81, Material Lain 12,628 II PEMBELIAN PROPULSI 102,883 III PEMBELIAN ENGINE ACCESSORIES 5,411 IV PEMBELIAN SYSTEM EQUIPMENT 4.1 System Navigasi 31, System Komunikasi 7,844 V PEMBELIAN SAFETY EQUIPMENT 6,111 VI PEMBELIAN SHIP EQUIPMENT 3,636 VII PEMBELIAN PERALATAN PRODUKSI 2,372 VIII BAHAN PEMBUATAN MOULDING (PLUG) 2,510 IX BIAYA TENAGA KERJA 43

15 9.1 Biaya Langsung Tenaga Ahli 23, Biaya Langsung Teknisi 34, Biaya Langsung Tenaga Administrasi 2, Biaya Sertifikasi clan Supervise 22,222 X PEMBELIAN PERALATAN PRODUKSI 1 Molding & Vacuum Bagging Supplies 8,222 2 Epoxy Application Tools 1,333 XI PPn 10% 38,572 Biaya total 424,288 Data diatas merupakan estimasi BPPT terhadap nilai kontrak dan besarnya biaya tenaga kerja langsung untuk 3 bulan sehingga perlu direvisi menjadi waktu kerja 7 bulan, yaitu : Tabel IV-11 Biaya manufaktur W1 untuk masa kerja 7 bulan NO URAIAN MATERIAL Biaya 3 bulan Biaya 7 bulan BIAYA TENAGA KERJA (US$) (US$) a. Biaya Langsung Tenaga Ahli 23,778 55,481 b. Biaya Langsung Teknisi 34,667 80,889 c. Biaya Langsung Tenaga Administrasi 2,756 6,430 Hasil revisi ini dijumlahkan dengan biaya lainnya (material, propulsi, engine, system, safety, peralatan, moulding) sehingga diperoleh biaya total prototype sebesar US$ 514,048. Biaya ini melebihi dari nilai kontrak sehingga direvisi kembali dengan membuat prosentase antara biaya total dengan nilai batas atas kontrak, yaitu 86 %. Persamaan yang digunakan adalah : nilai kontrak % = biaya prototype selang waktu 7 bulan x100 % Maka biaya prototype hasil revisi dengan waktu kerja 7 bulan dan batas atas nilai kontrak adalah sebagai berikut : Tabel IV-12 Revisi biaya manufaktur W1 untuk masa kerja 7 bulan NO URAIAN MATERIAL Biaya(US$) I PEMBELIAN MATERIAL (US$) 1.1 Glass 31, Matriks 70, Material Lain 10,918 II PEMBELIAN PROPULSI 88,953 III PEMBELIAN ENGINE ACCESSORIES 4,678 44

16 IV PEMBELIAN SYSTEM EQUIPMENT 4.1 System Navigasi 26, System Komunikasi 6,782 V PEMBELIAN SAFETY EQUIPMENT 5,284 VI PEMBELIAN SHIP EQUIPMENT 3,143 VII PEMBELIAN PERALATAN PRODUKSI 2,051 VIII BAHAN PEMBUATAN MOULDING (PLUG) 2,170 IX X BIAYA TENAGA KERJA 9.1 Biaya Langsung Tenaga Ahli 47, Biaya Langsung Teknisi 69, Biaya Langsung Tenaga Administrasi 5, Biaya Sertifikasi clan Supervise 19,213 PEMBELIAN PERALATAN PRODUKSI 1 Molding & Vacuum Bagging Supplies 7,109 2 Epoxy Application Tools 1,153 XI PPn 10% 40,404 Biaya total 444,444 Selain pembuatan prototype, pesawat WISE 8 membutuhkan integrasi dan instalasi untuk membentuk pesawat menjadi satu kesatuan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses ini selama 5 bulan. Waktu keseluruhan pembuatan prototype hingga pesawat siap terbang membutuhkan waktu 1 tahun atau 12 bulan. Adapun data data yang diberikan dari BPPT untuk prototype pertama pesawat WISE W1, yaitu : Tabel IV-13 Biaya integrasi dan instalasi W1 Uraian biaya Biaya(US$) Sub jumlah (US$) Manufacturing labor cost 83,333 a. Integrasi dan instalasi Labor 83,333 Tooling cost 222,222 a. Integrasi dan instalasi material 111,111 b. Integrasi dan instalasi Labor 111,111 Jumlah biaya 305,556 Untuk menyesuaikan dengan metode sebelumnya yaitu metode parametrik, maka biaya pembuatan prototype dan biaya integrasi dan instalasi digabung menghasilkan flight test airplane cost. Data yang diperoleh adalah flight test airplane cost satu buah pesawat prototype pertama yaitu pesawat WISE W1. Format data flight test airplane cost prototype pesawat WISE W1 dapat disajikan sebagai berikut : 45

17 Tabel IV-14 Format standar biaya prototyope W1 Uraian biaya Biaya(US$) Sub jumlah (US$) Flight test airplanes cost - Cost of engines and avionics 106,537 a. Pembelian propulsi 72,818 b. System Navigasi 26,937 c. Sistem Komunikasi 6,782 - Manufacturing labor cost 142,241 a. Biaya Langsung Tenaga Ahli 47,969 b. Biaya Langsung Teknisi 5,380 c. Biaya Langsung Tenaga Administrasi 5,559 d. Integrasi dan instalasi Labor 83,333 - Manufacturing material cost 142,343 a. Glass 31,718 b. Matriks 70,467 c. Material Lain 10,918 d. PEMBELIAN PROPULSI 16,134 e. PEMBELIAN ENGINE ACCESSORIES 4,678 f. PEMBELIAN SAFETY EQUIPMENT 5,284 g. PEMBELIAN SHIP EQUIPMENT 3,143 - Tooling cost 299,262 Tooling material a. PEMBELIAN PERALATAN PRODUKSI 2,051 b. BAHAN PEMBUATAN MOULDING (PLUG) 2,170 c. Molding & Vacuum Bagging Supplies 7,109 d. Epoxy Application Tools 1,153 e. Integrasi dan instalasi material 111,111 Tooling labor a. Biaya Langsung Teknisi 64,557 Integrasi dan instalasi Labor 111,111 - Quality control cost 19,213 a. Biaya Sertifikasi dan Supervisi 19,213 Finance cost 40,404 a. Biaya finance 40,404 Jumlah biaya 750,000 d. Data flight test cost. Data yang diperoleh berupa total flight test, yaitu Tabel IV-15 Biaya flight test WISE 8 Flight test cost Biaya (US$) Total fligh test 555,556 46

18 4.4.2 Pengolahan data Data-data estimasi engineering merupakan biaya-biaya tahap RDTE, sedangkan biaya tahap manufacturing diolah menggunakan learning curve effect dari data RDTE. Hasil akhir yang diperoleh dari pengolahan data adalah harga pesawat dengan jumlah produksi tertentu. a. RDTE Fase RDTE mencakup proses perancangan, pengujian hingga pembuatan prototype WISE 8 dan sertifikasi. Salah satu kegiatan pengujian yang membutuhkan fasilitas khusus adalah uji hdirodinamik, tetapi pengujian ini dikerjakan oleh pihak ketiga (ITS) yang mempunyai fasilitas tersebut. Sehingga biaya fasilitas khusus atau test and simulation facilities menjadi tidak ada, tetapi biaya uji hidrodinamik yang dikerjakan oleh pihak ketiga menjadi biaya development support and testing. Jumlah prototype yang dibuat sebanyak 3 pesawat yaitu WISE W1, WISE B2 dan WISE W2. Saat ini, fase RDTE masih dalam tahap pembuatan prototype yang pertama dan belum melakukan flight testing. Adapun perhitungan biaya pada fase RDTE secara keseluruhan, yaitu : Tabel IV-16 Biaya RDTE Biaya Simbol US$ 1 RDTE cost CRDTE 3,251,777 Airframe engineering and design cost Caed,r 579,422 Development support and testing cost Cdst,r 151,667 Flight test airplanes cost Cfta,r 1,639,955 - Cost of engines and avionics C(e+a),r 246,219 - Manufacturing labor cost Cman,r 331,399 - Manufacturing material cost Cmat,r 328,970 - Tooling cost Ctool,r 688,963 - Quality control cost Cqcr,r 44,404 Flight test operation cost Cfto,r 555,556 Test and simulation facilities cost Ctsf,r 0 Finance cost Cfin,r 325,178 b. Manufacturing Kuantitas produksi pada tahap manufaktur metode parametrik, yaitu 100 hingga 500 pesawat. Perbedaan fase RDTE dengan fase manufacturing yaitu fase ini tidak menghitung biaya development support and testing cost karena tidak melakukan pengujian di fase manufacturing. 47

19 Besarnya biaya untuk fase manufacturing untuk kuantitas produksi yang bervariasi dapat ditentukan menggunakan learning curve. Besarnya learning curve factor menggunakan harga yang diperoleh dari persamaan empiris metode parametrik dan referensi paper pdf presswilcox (referensi 9), yaitu: Referensi Tabel IV-17 Learning curve factor Engineer cost Tooling cost Manufacturing Labor cost Material cost Quality control cost Nicolai 57% 57% 72% 87% 72% Roskam 57% 57% 72% 87% 72% Raymer 56% 60% 78% 87% 78% Markish % 95% 85% Typical LC(paper presswilcox) % 98% 83% Estimasi engineering 70% 85% 85% 91% 85% Harga learning curve factor estimasi engineering untuk biaya material diperoleh berdasarkan rata rata harga learning curve factor biaya material dari referensi lainnya. Sedangkan learning curve factor biaya tooling, quality control dan manufacturing labor adalah harga tertinggi learning curve factor biaya engineer, tooling, quality control dan manufacturing labor dari referensi lainnya. Learning curve factor biaya engineering referensi nicolai roskam dan raymer terlalu kecil, maka harga untuk estimasi engineering diperoleh dengan rata rata harga maksimum dan minimum learning curve factor biaya engineering, tooling dan manufacturing labor dari referensi lainnya. Harga learning curve factor estimasi engineering diharapkan dapat memperoleh hasil yang tidak melewati batas atas harga pesawat WISE 8.. Salah satu contoh perhitungan learning yang akan ditampilkan adalah perhitungan biaya material yang meliputi biaya material mentah dan purchased equipment yang dikeluarkan untuk membangun prototype WISE 8. Biaya material secara keseluruhan adalah sebesar US$ 142,343 untuk satu buah prototype. Learning curve factor yang digunakan sebesar 91%. Adapun persamaan learning curve yang digunakan : Yx=Yo. X n, dimana : Yx = Biaya material x pesawat 48

20 Yo = Biaya material 1 pesawat X = Jumlah produksi x pesawat n = logb /log2 b = learning curve factor, 91%. Dengan memasukan persamaan diatas maka diperoleh tabel biaya material per unit pesawat dengan learning curve sebagai berikut : Tabel IV-18 Biaya material per unit pesawat dengan learning curve Produksi pesawat Biaya per unit pesawat US$ Rupiah 1 142,343 1,281,084, ,003 1,161,026, ,787 1,096,082, ,913 1,052,219, ,268 1,019,409, , ,362, , ,859, , ,610, , ,797, , ,874, , ,293, , ,457, , ,825, , ,163, , ,379, , ,872, , ,711, , ,307, , ,477, , ,312, , ,243, , ,907, , ,189, , ,998, , ,261, , ,920, , ,927, , ,240, , ,552, , ,246, , ,659, , ,725,167 Dari data biaya per unit pesawat dapat di buat kurva biaya material yang disebabkan pengaruh learning curve, yaitu 49

21 Learning curve cost material 150,000 Biaya produksi per uni (U$$) 130, ,000 90,000 70,000 50, Cost Produksi pesawat Gambar IV-8 Kurva learning curve cost material Gambar 4.5 memperlihatkan biaya material yang semakin berkurang seiring bertambahnya kuantitas produksi. Sedangkan perhitungan biaya engine, avionik, interior, flight test dan finance diperoleh berdasarkan kuantitas produksi tanpa learning curve, seperti biaya finance adalah 10% dari biaya manufacturing. Adapun hasil perhitungan biaya manufacturing sebagai berikut : Tabel IV-19 Biaya manufacturing WISE Kuantitas produksi Manufacturing cost 36,276,813 65,070,675 91,666, ,978, ,402,874 Airframe engineering and design 2,762,036 4,097,265 5,123,903 5,989,611 6,752,188 Airplane priogram production 29,687,095 54,066,343 76,775,636 98,491, ,510,399 - engines and avionics 7,012,795 14,025,591 21,038,386 28,051,181 35,063,976 - the airplanes interior 467, ,317 1,401,476 1,868,634 2,335,793 - Manufacturing labor 4,650,877 8,043,882 11,049,107 13,825,970 16,444,089 - Manufacturing material 7,264,158 13,261,936 18,835,674 24,149,208 29,276,781 - Tooling 9,668,938 16,722,822 22,970,531 28,743,489 34,186,427 - Quality control 623,168 1,077,794 1,480,463 1,852,533 2,203,333 Production flight test operation 200, , , ,000 1,000,000 Cost of finance the manufacturing program 3,627,681 6,507,068 9,166,615 11,697,847 14,140,287 c. AEP Setelah biaya RDTE dan biaya manufacturing diperoleh, maka harga pesawat WISE per unitnya dapat diperoleh pada tabel dibawah : 50

22 Tabel IV-20 AEP engineering Kuantitas produksi RDTE cost 3,658,249 3,658,249 3,658,249 3,658,249 3,658,249 2 Manufacturing cost 36,276,813 65,070,675 91,666, ,978, ,402,874 3 Profit 3,627,681 6,507,068 9,166,615 11,697,847 14,140,287 4 Acquisition cost 39,904,494 71,577, ,832, ,676, ,543,162 5 Airplane estimated price 435, , , , ,403 Dari tabel IV-25 terlihat semakin besar kuantitas produksi menyebabkan harga pesawat WISE semakin murah. Hasil estimasi haraga WISE 8 yang diperoleh antara US$318,403 hingga US$ 435,627. Harga pesawat ini baru estimasi awal harga pesawat karena laju produksi tahap manufacturing mengikuti laju produksi tahap RDTE dan biaya RDTE yang digunakan bukan biaya RDTE sebenarnya. Sehingga harga sebenarnya akan lebih besar dari estimasi awal, teteapi diharapkan harga yang diperoleh akan dibawah harga FS 8 sebesar US$ 804,448. Perhitungan harga sebenarnya akan ada di sub bab selanjutnya, dengan melihat tren biaya pada metoda parametrik akibat laju produksi. Setelah tren biaya metoda parametrik diketahui dan diterapkan ke dalam metoda engineering, persentase perubahan biaya RDTE dimasukan ke estimasi awal untuk melihat harga pesawat masih dibawah harga pesawat Flightship FS Perbandingan estimasi engineering dengan estimasi parametrik Hasil yang diperoleh dari kedua estimasi diatas memberikan biaya yang perbedaannya cukup mencolok, detail biaya dapat dilihat pada lampiran. Analisis yang dapat diambil dari kedua estimasi diatas berupa hasil akhir yaitu harga pesawat dan trend dari biaya terhadap kuantitas produksi. Perbandingan estimasi yang digunkan dengan asumsi pesawat WISE 8 tahun 2007 dan tempat produksi di Indonesia Biaya RDTE dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut : 51

23 Gambar IV-9 Grafik RDTE cost beserta metodanya Gambar IV-6 memperlihatkan perbedaan biaya yang cukup mencolok, terutama antara metoda raymer dan metoda roskam dengan metoda nicolai dan metoda engineering. Biaya RDTE yang besar akan memberikan biaya manufaktur yang lebih kecil, hal ini dapat dilihat pada biaya manufaktur. Biaya manufaktur setiap metode estimasi dapat dibuat grafik sebagai berikut 450,000,000 Manufacturing cost terhadap jumlah produksi manufacturing cost (US$) 400,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 Nicolai Method Roskam method Raymer method Engineering Jumlah produksi (unit) Gambar IV-10 Grafik manufacturing cost beserta metodanya Gambar IV-7 menunjukan kesamaan pola biaya manufaktur antara metoda engineering dan metoda nicolai dengan metoda raymer. Perbedaannya terletak pada besarnya biaya manufaktur setiap jumlah produksi. Pada metoda raymer memperlihatkan biaya manufaktur menjadi lebih kecil dibandingkan dengan metoda Roskam. Hal ini sesuai dengan biaya RDTE yang cukup besar. Perbandingan airplane estimated price (AEP) dapat dibuat grafik sebagai berikut : 52

24 Grafik AEP terhadap Jumlah Produksi 1,400,000 1,200,000 Nicolai Method AEP (US$) 1,000, , ,000 Roskam method Raymer method Engineering method 400, , Jumlah produksi (unit) Gambar IV-11 Grafik AEP beserta metodanya Airplane estimated price (AEP) pada gambar IV-8 mempunyai trend yang hampir sama. Rentang harga dan trend yang mirip adalah metoda nicolai dengan metoda engineering. Selain harga, biaya RDTE dan manufacturing kedua metoda ini mempuyai pola yang mirip. Sehingga kedua metoda ini bisa dianalogikan untuk saling memperbaiki, terutama metoda engineering yang menghitung harga pesawat dengan laju produksi pada tahap manufacturing bersumber dari laju produksi tahap RDTE sebesar 1 pesawat per tahun. Sedangkan pada tahap manufacturing, pada umumnya laju produksi pesawat antara 1 hingga 5 pesawat per bulan untuk memenuhi permintaan pasar. Hasil dari metoda engineering belum mencakup besarnya perubahan biaya akibat perubahan laju produksi. Semakin besar laju produksi akan menambah biaya manufacturing. Penambahan biaya disebabkan oleh semakin luasnya tempat untuk produksi pesawat seperti gedung dan lahan, selain itu alat produksi/tool semakin banyak karena pesawat yang diproduksi semakin cepat. Sehingga bertambahnya laju produksi akan menambah biaya investasi di awal-awal produksi. Besarnya biaya manufacturing yang ditambahkan dapat diperoleh dengan menghitung persentase perubahan biaya manufaktur pada metoda Nicolai akibat perubahan laju produksi. Dengan mengalikan persentase ini terhadap biaya manufacturing metoda engineering akan diperoleh besarnya penambahan biaya manufaktur akibat perubahan laju produksi. Sehingga harga pesawat WISE 8 dengan laju produksi tertentu dapat diperoleh. 53

25 Untuk membuat persentase ini membutuhkan biaya manufaktur referensi yaitu biaya manufacturing dengan laju produksi 1 unit / 12 bulan. Adapun tabel persentase perubahan biaya manufaktur pada metoda Nicolai akibat perubahan laju produksi, yaitu : Tabel IV-21 Persentase perubahan biaya manufaktur metoda Nicolai Laju produksi 1 unit/12 bulan Unit Biaya manufacturing referensi (US$) 39,375,884 71,893, ,546, ,110, ,920,733 Laju produksi 2 unit/bulan Unit Persentase perubahan biaya manufacturing Terhadap biaya referensi Pada tabel diatas terlihat nilai persentase akan semakin kecil jika jumlah produksi semakin banyak, hal ini disebabkan learning curve effect. Setelah nilai persentase akibat perubahan laju produksi diperoleh, maka biaya manufacturing tambahan pada metoda engineering dapat diperoleh. Biaya tambahan tersebut sebagai berikut : Tabel IV-22 Biaya tambahan akibat laju produksi metoda engineering Laju produksi 1 unit/12 bulan Unit Biaya referensi (manufacturing) 36,276,813 65,070,675 91,666, ,978, ,402,874 Laju produksi 2 unit/bulan Unit Biaya tambahan akibat laju produksi 178, , , , ,868 Biaya Manufacturing 36,455,670 65,268,941 91,876, ,197, ,628,742 Dari tabel diatas terlihat biaya tambahan akibat laju produksi jauh lebih kecil dibandingkan biaya manufacturing itu sendiri. Walupun kecil, biaya tambahan ini menjadi penting karena akan menjadi biaya investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi pesawat dengan laju produksi tertentu, seperti alat produksi (tooling) dan bangunan (tempat produksi). Dengan adanya perubahan biaya manufacturing, maka harga pesawat WISE 8 dengan laju produksi tertentu dapat diperoleh, yaitu : Tabel IV-23 Harga pesawat dengan laju produksi tertentu Unit AEP(laju produksi 1unit/12bulan) 434, , , , ,240 AEP(laju produksi 2unit/bulan) 436, , , , ,737 54

26 Dari tabel terlihat, laju produksi tidak berpengaruh cukup banyak terhadap harga pesawat. Hal ini disebabkan biaya manufacturing tambahan disebar terhadap jumlah unit pesawat yang diproduksi. Harga pesawat/aep metoda engineering belum mencakup seluruh biaya RDTE. Diasumsikan biaya RDTE sebenarnya lebih besar 10%-30% dari estimasi awal, maka akan diperoleh grafik sebagai berikut Grafik harga WISE terhadap variasi RDTE Harga pesawat (US$) 440, , , , , , ,000 Harga WISE dengan 100% RDTE Harga WISE dengan 110% RDTE Harga WISE dengan 120% RDTE Harga WISE dengan 130% RDTE 300, Jumlah produksi (unit) Gambar IV-12 Grafik harga Wise terhadap variasi RDTE Dari gambar diatas terlihat jika biaya RDTE lebih besar 30% dari biaya RDTE, biaya RDTE yang ditambahkan sebesar US$ 975,533. Penambahan biaya ini berupa aktivitas-aktivitas engineering yang belum diestimasi dan biaya lainnya, seperti biaya flight test yang besarnya menjadi diatas biaya perencanaan awal. Harga pesawat dengan asumsi biaya RDTE seperti ini masih dibawah harga pesawat Flighship FS8, yaitu antara US$319,453 US$440,359. Dengan rentang harga ini, pesawat WISE mempunyai harga yang kompetitif. 4.6 Titik impas pesawat WISE 8 Titik impas pesawat WISE 8 adalah kondisi dimana pemasukan dari penjualan pesawat lebih besar dari biaya produksi. Asumsi yang digunakan untuk menentukan titik impas adalah laju produksi manufacturing pesawat WISE 8 sebesar 2 unit per bulan, biaya RDTE lebih mahal 30% dari estimasi awal dan harga jual pesawat per unitnya sebesar US$ 382,229. Adapun grafik dari titik impas pesawat WISE 8 55

27 Harga jual per unit US$ 382,229 Gambar IV-13 Titik impas pesawat WISE 8 Dari grafik terlihat titik impas pesawat WISE 8 dapat tercapai saat jumlah produksi pesawat sebesar 76 unit. Dengan laju produksi sebesar 2 unit per bulan, maka titik impas ini akan tercapai dalam waktu 3,2 tahun. 56

BAB III METODA ESTIMASI HARGA PESAWAT UDARA

BAB III METODA ESTIMASI HARGA PESAWAT UDARA BAB III METODA ESTIMASI HARGA PESAWAT UDARA 3.1. Pendahuluan Harga pesawat ini mencakup estimasi biaya yang dikeluarkan untuk riset hingga sertifikasi dan produksi pesawat udara yang akan diserahkan ke

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pendahuluan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pendahuluan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Pesawat terbang dalam daur hidupnya melewati beberapa proses, seperti perancangan, pengujian dan produksi. Keseluruhan proses yang dilewati dinamakan airplane program.

Lebih terperinci

ESTIMASI HARGA PESAWAT WING IN SURFACE EFFECT BERKAPASITAS 8 KURSI (WISE-8)

ESTIMASI HARGA PESAWAT WING IN SURFACE EFFECT BERKAPASITAS 8 KURSI (WISE-8) ESTIMASI HARGA PESAWAT WING IN SURFACE EFFECT BERKAPASITAS 8 KURSI (WISE-8) Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Sarjana Oleh : HARRY MUNANDAR 13602024 Pembimbing : Dr. Ir. Hisar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal penerbangan, pilot telah merasakan dan menggunakan ground effect tanpa mengetahui penyebab terbentuknya efek tersebut. Sebagai contoh pada perang dunia ke

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA 1. Roskam, Jan., Airplane Design Part VIII, The University of Kansas, Kansas, United States, 1990. 2. Nicolai, Leland, Fundamentals of Aircraft Design, University of Dayton Press, Dayton,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. HALAMAN PENGESAHAN. PERNYATAAN. MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMBANG

Lebih terperinci

INDEPT, Vol. 4, No. 1 Februari 2014 ISSN

INDEPT, Vol. 4, No. 1 Februari 2014 ISSN ANALISIS OPTIMASI TEBAL RIB SAYAP PESAWAT WIG IN GROUND EFFECT 2 SEAT DENGAN FEM Bayu Handoko 1, H. Abu Bakar 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1. Komponen Berat Pesawat Udara Berat pesawat udara, pada umumnya, terbagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu APS (Aircraft Prepared for Service) weight, payload, dan berat bahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 57 BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA 5.1. TINJAUAN UMUM Pada bab sebelumnya telah dibahas evaluasi dan analisis kondisi eksisting Bandara Babullah sesuai dengan tipe pesawat yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONSEPTUAL PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 4 ORANG PENUMPANG

PERANCANGAN KONSEPTUAL PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 4 ORANG PENUMPANG PERANCANGAN KONSEPTUAL PESAWAT AMPHIBI KAPASITAS 4 ORANG PENUMPANG Ardian 1, Ir. FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada tugas akhir ini,

Lebih terperinci

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance Pelabuhan Udara Gibraltar Airport Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. Desain Fasilitas Sisi Udara Sistem Bandar Udara ARFL dan ARC Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari sisi geografisnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang sangat luas dari Sabang sampai Merauke dan pulau-pulau tersebut dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1. Perhitungan Dengan Cara Manual Data yang diperlukan dalam perencanaan tebal perkerasan metode FAA cara manual adalah sebagai berikut: 1. Nilai CBR Subbase : 20% 2. Nilai CBR

Lebih terperinci

Variabel-variabel Pesawat

Variabel-variabel Pesawat Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Impact of Aircraft Characteristics on Airport Design Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Variabel-variabel Pesawat Berat (weight) diperlukan

Lebih terperinci

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF 6.1. Hasil Analisis Fasa Terbang Setelah tiap tahap analisis selesai dilakukan, tahap selanjutnya adalah melakukan penggabungan hasil-hasil tersebut

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional khusus

Tujuan Instruksional khusus Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mengetahui berbagai tujuan dari kegunaan estimasi biaya konstruksi, sehingga dapat memperkirakan biaya suatu konstruksi secara tepat sesuai dengan tujuan dan sasarsn

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PLATFORM UAV RADIO CONTROL KOLIBRI-08v2 DENGAN MESIN THUNDER TIGER 46 PRO Bagus

Lebih terperinci

PA U PESAW PESA AT A T TER

PA U PESAW PESA AT A T TER PERENCANAAN PANJANG LANDAS PACU PESAWAT TERBANG Didalam merencanakan panjang landas pacu, dipakai suatu standar yang disebut Aeroplane Reference Field Length (ARFL) Menurut ICAO (International Civil Aviation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang

Lebih terperinci

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT

PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT PENENTUAN SUBCLASSES BERDASARKAN TIPE PESAWAT Charles, AN STMT Trisakti stmt@indosat.net.id Nadya Sartika nadya.sartika@gmail.com ABSTRACT Based on Break Event Point (BEP) in this article, the most effective

Lebih terperinci

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP

ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP ANALISA EFEKTIVITAS SUDUT DEFLEKSI AILERON PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) ALAP-ALAP Gunawan Wijiatmoko 1) 1) TRIE, BBTA3, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Kawasan PUSPIPTEK Gedung 240, Tangerang

Lebih terperinci

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE

BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang tugas akhir, identifikasi tugas akhir, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir berdasarkan maslah yang timbul dari latar belakang, lingkup tugas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP)

BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) BAB II PROFIL UMUM BALAI KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN (BKFP) 2.1. Latar Belakang Balai Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BFKP) Sejak diwujudkannya Flingt Inspection Unit atau satuan udara kalibrasi tumbuh

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik 126 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

DESIGN FOR MANUFACTURING

DESIGN FOR MANUFACTURING DESIGN FOR MANUFACTURING Design for Manufacturing (DFM) : Merupakan salah satu dari metoda Design for X (DFX) dimana X mungkin berhubungan dengan satu dari lusinan kriteria seperti reliability, robustness,

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA Bab 4 Perencanaan Panjang Landas Pacu dan Geometrik Landing Area 4-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 4 Tujuan Instruksional Umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, transportasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu transportasi darat, udara dan laut.

Lebih terperinci

ENME Matematika Teknik Lanjut Advanced Engineering Mathematics 4 Wajib Peminatan Specialization Course 8 Subtotal 12

ENME Matematika Teknik Lanjut Advanced Engineering Mathematics 4 Wajib Peminatan Specialization Course 8 Subtotal 12 Struktur Kurikulum Program Studi Teknik Mesin S2 1st SEMESTER ENME801001 Matematika Teknik Lanjut Advanced Engineering Mathematics 4 Wajib Peminatan Specialization Course 8 SEMESTER 2 2nd SEMESTER Wajib

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN Yasruddin Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin ABSTRAK Bandar Udara

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB III STATISTIK KECELAKAAN BOEING 737

BAB III STATISTIK KECELAKAAN BOEING 737 BAB III STATISTIK KECELAKAAN BOEING 737 3.1 Perkembangan Tingkat Kecelakaan 737 Sejak dioperasikan pertama kalinya pada 10 Februari 1968 tercatat sebanyak 275 kasus pesawat 737 dalam database Aviation

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN STANDAR TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG MENGELOLA PEKERJAAN PEMELIHARAAN Kode Unit Judul Unit : KTL.IH.1.6001.1.2016 : Pekerjaan Pemeliharaan Sistem

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang memperlihatkan adanya suatu hubungan kerja diantara setiap bagian, serta menggambarkan hubungan tanggung jawab

Lebih terperinci

NANCI ADRIANI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009

NANCI ADRIANI Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009 Perancangan Perhitungan Direct Maintenance Cost dengan menggunakan Relational Database Studi Kasus di Engineering Service, GMF- Aero Asia NANCI ADRIANI 2505100163 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot

Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot Perencanaan Water Jet Sebagai Alternatif Propulsi Pada Kapal Cepat Torpedo 40 M Untuk Meningkatkan Kecepatan Sampai 40 Knot Disusun Oleh : Akmal Thoriq Firdaus - 4211105012 Dosen Pembimbing : 1. Ir. H.

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Perkiraan Kebutuhan Energi PT. Garuda Indonesia sampai dengan Tahun 2015 Energy Consumption Estmation In PT. Garuda Indonesia Until Year 2015 MindaMora

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 39 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA DAN FORMULASI PERHITUNGAN BIAYA OPERASI PENERBANGAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA

BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA BAB III PERANGKAT LUNAK X PLANE DAN IMPLEMENTASINYA Penjelasan pada bab ini akan diawali dengan deskripsi perangkat lunak X-Plane yang digunakan sebagai alat bantu pada rancang bangun sistem rekonstruksi

Lebih terperinci

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

(LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL ORGANISASI LAPAN PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN 2011 - SEKARANG PUSAT TEKNOLOGI PENERBANGAN Lab. Avionik Lab. Propulsi Gedung Utama Lab. Aerostruktur Lab.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Runway digunakan untuk kegiatan mendarat dan tinggal landas pesawat terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum take off weight terbesar

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG

ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG ANALISIS AERODINAMIKA SUDUT DEFLEKSI SPOILER PESAWAT TERBANG Gunawan Wijiatmoko 1 1 Staf Sub Bidang Teknik Rekayasa Informatika dan Elektronik (TRIE), Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan

Lebih terperinci

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna Muhammad Ihsan dan I Made Londen Batan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri manufaktur pesawat terbang semakin berkembang, baik pesawat untuk penumpang maupun barang. Hal ini mendasari pelanggan mengharapkan produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN

BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN BAB III. EVALUASI DATA KEANDALAN 3.1 PENDAHULUAN Pada Bab ini dievaluasi data keandalan APU. Evaluasi yang dilakukan adalah melihat kecenderungan laporan kegagalan APU, pengoperasian APU dan pencatatan

Lebih terperinci

DESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM

DESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM DESAIN KONSEPTUAL PTTA NUR SOLAR KAPASITAS PAYLOAD 1.2 KILOGRAM Yoga Yulasmana 1, FX. Djamari 2 Program Studi Teknik Penerbangan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio Bandung ABSTRAKSI Pada beberapa tahun

Lebih terperinci

MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN

MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN MENTERJKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA &ALINAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69/PMK.05/2017 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR KALIBRASI FASILITAS PENERBANGAN PADA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Analisis Kapasitas Runway 3 Mulai Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka Pengumpulan Data 1. Data penumpang pesawat tahun 2005-2015 2. Data Pergerakan Pesawat

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN

ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 05 ERP: Produksi ERP: PRODUKSI Ditujukan untuk mendukung proses produksi atau manufakturing Sistem produksi adalah Sistem yang menyediakan aplikasi manufaktur dalam berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK

PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT. Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK PENGARUH SUDUT BLADE TERHADAP THRUST FORCE PADA HOVERCRAFT Dadang Hermawan 1) Nova Risdiyanto Ismail (2) ABSTRAK Indonesia juga sebagai Negara yang memiliki iklim tropis yang sangat rentan terhadap bencana

Lebih terperinci

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 154 BAB. IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang 113 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Estimasi Biaya Penawaran Kontraktor Kecil: Praktek dan Kebutuhan Implementasi dalam Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi

Estimasi Biaya Penawaran Kontraktor Kecil: Praktek dan Kebutuhan Implementasi dalam Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi Estimasi Biaya Penawaran Kontraktor Kecil: Praktek dan Kebutuhan Implementasi dalam Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi Muhamad Abduh dan Usman Sukmana Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang

BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI. yang siap beroperasi termasuk untuk start up dan modal kerja. Suatu pabrik yang BAB IX INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAS (unmanned aircraft systems) atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard).

Lebih terperinci

[ Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS-BPPT)] 2012

[ Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS-BPPT)] 2012 [ F1.134] [ Aplikasi Material Komposit Untuk Peningkatan Kehandalan Struktur Landing Gear Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)] [ Ir. Andi Muhdiar Kadir,MT] [ Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS-BPPT)]

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN 1. Tujuan Perencanaan Sistem Bandara (Airport System), adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan masa kini dan mendatang dalam mengembangkan pola pertumbuhan wilayah

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

ANALISA PENGEMBANGAN GEOMETRI LANDASAN (STUDI KASUS BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA)

ANALISA PENGEMBANGAN GEOMETRI LANDASAN (STUDI KASUS BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA) ANALISA PENGEMBANGAN GEOMETRI LANDASAN (STUDI KASUS BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA) Rindu Twidi Bethary 1), M. Fakhruriza Pradana 2), Elina Tri Wardany 3) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) 171 KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU (Studi Kasus Bandar Udara Tjilik Riwut Palangka Raya) Oleh: Oktosuyono 1), Robby 2), dan Mohamad Amin 3) Bandar Udara

Lebih terperinci

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana atau

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 125 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN NOMOR: PK.14/BPSDMP-2017 TENTANG KURIKULUM PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMBENTUKAN DI BIDANG MANAJEMEN PENERBANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015

PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 PANDUAN PENYUSUNAN LAPORAN UNTUK EVALUASI TAHAP 2 KRTI 2015 Evaluasi tahap 2 KRTI 2015 ini meliputi Laporan Tertulis dan Video Terbang. 1. Ketentuan Laporan Tertulis Laporan tertulis diketik dengan font

Lebih terperinci

AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR

AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR AIRBLEED INDICATOR FAULTILLUMINATE AKIBAT GANGGUAN PADA PRESSURE REGULATOR PADA SISTEM DE-ICING PESAWAT ATR 42-500 Reza 1, Bona P. Fitrikananda 2 Program Studi Motor Pesawat Terbang Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI 163 IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain keamanan terjamin dan dapat mendatangkan keuntungan. Investasi pabrik merupakan dana

Lebih terperinci

Estimasi Kebutuhan BBM

Estimasi Kebutuhan BBM Estimasi Kebutuhan BBM Hasil Estimasi Tahun Kunsumsi Total (Liter) Gayam Nonggunong Ra as Arjasa Kangayan Sapeken Masalembu Total 2013 1.985.587 228.971 2.180.642 4.367.677 365.931 3.394.745 3.462.689

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA

BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR 3.2 PENGUMPULAN DATA BAB 3 METODOLOGI 3.1 LANGKAH PENYUSUNAN TUGAS AKHIR Analisis yang dilakukan dalam studi ini merupakan gabungan antara studi kelayakan dengan simulasi operasi atau analisis komputasi menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik,

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi di Indonesia terutama kendaraan pribadi terus mengalami peningkatan jumlah setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, jumlah kendaraan

Lebih terperinci

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT

PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT PERENCANAAN WATER JET SEBAGAI ALTERNATIF PROPULSI PADA KAPAL CEPAT TORPEDO 40 M UNTUK MENINGKATKAN KECEPATAN SAMPAI 40 KNOT Akmal Thoriq Firdaus 1),Agoes Santoso 2),Tony Bambang 2), 1) Mahasiswa : Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA

BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA BAB II PERSYARATAN DAN TARGET RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bab ini akan dijelaskan mengenai persyaratan persyaratan yang dibutuhkan dalam rancang bangun sistem rekonstruksi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PESAWAT UDARA

PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNOLOGI PESAWAT UDARA Kompetensi Keahlian: 1. Kelistrikan Pesawat Udara 2. Elektronika Pesawat Udara 3. Pemeliharaan dan Perbaikan Instrumen Elektronika Pesawat Udara 4. Pemeliharaan dan Perbaikan Motor Rangka Pesawat Udara

Lebih terperinci

PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA

PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA PROSEDUR PENERBITAN SERTIFIKAT PENDAFTARAN DAN SERTIFIKAT KELAIKAN UDARA PERTAMA DI INDONESIA A. Dasar hukum : 1. UU No. 15 Tahun 1992, tentang Penerbangan. 2. PP No. 3 Tahun 2001, tentang Keselamatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA

EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA EVALUASI PENERAPAN METODE JOB ORDER COSTING DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. DITA DAYA GUNA Isna Afriyanih Komp. DPR Kelapa Dua No.30A Rt 006 Rw 03 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 021-5322422 Isna_afri@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 072 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS OPERASIONAL PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini persaingan di setiap bidang usaha sangat tinggi dengan semakin banyaknya jumlah perusahaan atau pengusaha yang terlibat di setiap bidang usaha tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan dengan pesawat terdiri dari 3 (tiga) fasa, yaitu lepas landas (take-off), menempuh perjalanan ke tujuan (cruise to destination), dan melakukan pendaratan

Lebih terperinci

Ucok Mulyo Sugeng*, Razul Harfi*,

Ucok Mulyo Sugeng*, Razul Harfi*, PERANCANGAN DAN ANALISA BIAYA ALAT PENGUJI KEKUATAN TEKAN GENTENG KERAMIK BERGLAZUR Ucok Mulyo Sugeng*, Razul Harfi*, Program Studi Teknik Industri Institut Sains dan Teknologi Nasional Email:ucok@istn.ac.id

Lebih terperinci

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8

BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 BAB III Penerapan Prosedur Penilaian Keselamatan pada Pesawat WiSE 8 3.1. Pendahuluan Pada tahap pelaksanaan tugas akhir ini, dilakukan penerapan penilaian keselamatan pada suatu proses pengembangan pesawat

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Struktur Hirarki BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Struktur Hirarki Pada penelitian ini menggunakan Metoda Fuzzy AHP untuk mengukur kinerja supplier pada kategori catering di PT Garuda Indonesia. Adapun saat ini PT Garuda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.723, 2015 KEMENHUB. Pesawat Udara. Tanpa Awak. Ruang Udara. Indonesia. Pengoperasian. Pengendalian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 90 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (resource) yang ada. Yang dimaksud dengan sumber daya (resource) di sini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI MANAJEMEN PROYEK Pengertian sederhana dari manajemen proyek adalah proses dalam pencapaian suatu tujuan yang telah disepakati dan dibatasi dengan waktu dan sumber daya

Lebih terperinci

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.561, 2014 KEMENHUB. Penetapan. Biaya. Navigasi Penerbangan. Formulasi. Mekanisme. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 17 TAHUN 2014 TENTANG FORMULASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan operasi merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (atau sering disebut

Lebih terperinci