Kata kunci : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu,MDF,Kapal barang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata kunci : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu,MDF,Kapal barang"

Transkripsi

1 ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGADAAN KAPAL BARANG UNTUK KAPET SERAM Jacobus Tupan 1, Wasis Dwi Aryawan 2, R.O. Saut Gurning 3 1 Staf Pengajar pada Fakultas Teknik Universitas Pattimura Ambon 2, 3 Pengajar pada Program Studi Teknologi Kelautan Teknik Transportasi Bidang Keahlian Teknik Transportasi Kelautan-Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jln. Raya ITS, Sukolilo Surabaya ABSTRAK Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Seram tahun 1998 yang kegiatannya baru dimulai tanggal 7 Agustus 2001 dengan terbentuknya Badan Pengelola KAPET Seram. Badan ini belum dapat berbuat banyak mengingat luas wilayahnya dan beragam masalah yang dihadapi diantaranya masalah transportasi laut. Berdasarkan data potensi daerah maupun sarana dan prasarana penunjang,analisis infrastruktur transportasi laut di KAPET Seram adalah untuk mendapatkan kapasitas sarana transportasi laut (kapal) khususnya kapal barang yang memadai untuk mengatasi permintaan jasa angkutan barang saat ini dan masa yang akan datang. Analisis dimulai dengan melihat hubungan permintaan dan penawaran jasa transportasi yang terjadi di KAPET Seram untuk mengetahui kuantitas komoditi masuk maupun keluar kawasan. Kemudian untuk mengetahui ketergantungan aktifitas perekonomian di KAPET Seram terhadap sektor kelautan /maritime digunakan salah satu indikator ekonomi yaitu MDF (Maritime Dependency Factor) untuk mengetahui GAP (perbedaan total jumlah barang) untuk 10 tahun mendatang. Selanjutnya dihitung kapasitas kapal barang DWT (Dead weight Tonnage) sesuai besarnya permintaan. DWT tersebut sebagai pembanding untuk menentukan ukuran utama kapal dengan menggunakan metode optimasi 256 variasi ukuran utama. Dari 256 variasi ukuran utama dipilih ukuran utama yang biaya pembuatan paling minimum. Dengan ditentukan ukuran utama kapal, selanjutnya dilakukan analisis ekonomis dengan menggunakan NPV (Net Present Value) untuk mempproyeksikan nilai dari keuntungan bersih yang akan datang dan IRR (Internal Rate of Return) digunakan untuk melihat tingkat pengembalian maksimal (dinyatakan dalam presentase) yang memuat total nilai sekarang (present worth). Setelah dilakukan kajian kelayakan dari aspek teknis dan ekonomis. Selanjutnya ditentukan dimensi armada (kapal barang) yang optimal untuk melayani permintaan jasa di KAPET Seram. Kata kunci : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu,MDF,Kapal barang LATAR BELAKANG Dalam rangka pengembangan Kawasan Timur Indonesia (KTI), berbagai pendekatan pembangunan telah ditempuh, antara lain dengan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan (growth centers), mengembangkan kawasan-kawasan khusus dan juga mengembangkan kerjasama ekonomi regional. Salah satu kebijakan pengembangan Kawasan adalah mengembangkan satu kawasan andalan. Kawasan andalan tersebut pengembangannya ditetapkan menjadi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) dengan Keputusan Presiden No

2 Dengan didasari oleh pertimbangan bahwa kawasan tersebut memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Memiliki potensi untuk cepat tumbuh 2. Mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi 3. Memerlukan investasi yang besar bagi pengembangannya. Pembentukan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Seram di Kabupaten Maluku Tengah ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden No , Kemudian ditindak lanjuti dengan pembentukan wadah Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Seram berdasarkan Keputusan Presiden No Selain ketiga syarat tersebut diatas, maka KAPET Seram dinilai mempunyai prospek bisnis, dan untuk mengembangkannya diperlukan dana yang cukup besar. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pada umumnya diikuti oleh pertumbuhan arus penumpang dan barang yang keluar atau masuk pada daerah tersebut. Berdasarkan pada kenyataan bahwa sumber daya yang dimiliki tiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda, maka dibutuhkan alat transportasi untuk men-sinergikan berbagai sumberdaya untuk menjadi suatu produk yang memiliki nilai tertentu maka perlu dilakukan ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PENGADAAN KAPAL BARANG UNTUK KAPET SERAM. Tujuan 1. Menghitung kapasitas dan jumlah permintaan armada angkut barang. 2. Menentukan ukuran utama kapal dengan menggunakan metode optimasi 256 variasi ukuran utama dengan memperhatikan konsep desain perencanaan kapal barang dan biaya pembuatan yang minimum. 3. Menghitung biaya awal pembuatan kapal, biaya operasional, pendapatan dan investasi kapal Permasalahan 1. Bagaimana menentukan kapasitas dan jumlah armada angkutan kapal barang dengan perhitungan maritime dependency factor (mdf) 2. Bagaimana menghitung ukuran utama kapal dengan menggunakan metode optimisasi variasi 256 ukuran utama 3. Bagaimana menghitung building cost, operational cost, total revenue, dan kelayakan investasi TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teknis Perencanaan Kapal Tujuan: mendapatkan ukuran utama kapal dengan memperhatikan konsep desain dan biaya minimum Langkah-langkah untuk mendapatkan ukuran utama adalah sebagai berikut: a. Menentukan kapal pembanding b. Perhitungan hambatan, propulsi dan besar motor induk c. Perhitungan berat dan titik berat kapal d. Perhitungan kapasitas ruang muat kapal e. Perhitungan stabilitas utuh (intact stability) f. Perhitungan freeboard D-1-2

3 Tinjauan Ekonomis Perencanaan Kapal Tujuan: untuk mendapatkan hasil yang diperlukan NPV dalam umur ekonomis kapal. MULAI IDENTIFIKASI & PERUMUSAN MASALAH SURVEY STUDI PUSTAKA DATA KAPAL PENGUMPULAN & PENGOLAHAN DATA POTENSI PERMINTAAN JASA TRANSPORTASI LAUT KAPET SERAM DATA ARUS TRANSPORTASI LAUT KAPET SERAM YANG DOMINAN - TYPE - DIMENSI - KECEPATAN PENETAPAN SKENARIO ANALISIS TEKNIS RUTE, FREKWENSI, JUMLAH ANALISIS EKONOMIS PEMILIHAN SKENARIO TERBAIK STOP Gambar 1. Flowchart Penelitian DASAR TEORI Maritime Dependency Factor (MDF) Untuk mengetahui ketergantungan aktifitas perekonomian di KAPET Seram terhadap sektor kelautan/maritim, digunakan salah satu indikator ekonomi yaitu MDF/Faktor Dependensi Maritim (Maritime Dependency Factor / MDF) Faktor ini merupakan suatu indikator besaran ketergantungan suatu wilayah terhadap aktivitas/jasa. Rasio tersebut membandingkan kuantifikasi secara volume dan nilai perdagangan lewat laut (seaborne trade) dengan total perdagangan yang dilakukan Perhitungan Maritime Dependency Factor ( MDF ) Formulanya diambil dari buku Ship Economics Design, dengan rumus dibuat oleh Stian Erichsen (Norwegian Technology University). D-1-3

4 Untuk menghitung Maritime Dependency Factor, pertama-tama harus diperoleh data pelengkap yang diperlukan, antara lain: a. Faktor Data Input Untuk Potensi Barang dan Penumpang 1. Life Time Kapal () 2. PDRB (Rp) 3. Pertumbuhan Penduduk (%) 4. Pertumbuhan Ekonomi (%) 5. Total Nilai Perdagangan (Rp) 6. Total Volume Perdagangan (Ton) 7. Volume Perdagangan Antar Pulau (Ton) 8. Nilai Perdagangan Antar Pulau (Ton) 9. Total Volume Perdagangan Lewat Pelabuhan Daerah (Ton) 10. Total Nilai Perdagangan Lewat Pelabuhan Daerah 11. Rata-rata Jumlah Penumpang per Kapal (Orang) 12. Faktor Seasonal (%) 13. Jumlah Kapal Pengangkut Barang dan Penumpang yang Eksis 14. Volume Barang Eksis yang Diangkut (Ton) 15. Rata-rata Umur Kapal Eksis () 16. Kapasitas Angkut Penumpang 17. Total Jumlah Penumpang Lewat Laut Antar Pulau (Orang) b. Faktor- Faktor Output Perhitungan Maritime Dependency Factor (MDF), yang dikembangkan oleh Erichsen S. (Norwegia Technology University) akan menghasilkan output sebagai berikut: 1. Persentase Peragangan Lewat Pelabuhan terhadap Antar Pulau = Total Volume Perdagangan lewat pelabuhan daerah (Ton) / total Volume Perdagangan 2. Tingkat Pertumbuhan Nilai Perdagangan Lewat Pelabuhan = Total Nilai Perdagangan lewat pelabuhan daerah (Rp)* Pertumbuhan ekonomi (%) / PDRB (Rp) 3. Tingkat Pertumbuhan Volume Nilai Perdagangan Lewat Pelabuhan = Pertumbuhan ekonomi (%)* total volu me perdagangan lewat pelabuhan daerah / Volume Perdagangan antar Pulau 4. Tingkat Pertumbuhan Penumpang Lewat Laut = Pertumbuhan Penduduk (%)* (faktor seasonal (%) + 100%) / 2 5. Nilai MDF (maritime dependency factor) untuk satuan nilai = Total Nilai Perdagangan Lewat Pelabuhan Daerah (Rp) / PDRB (Rp) 6. Nilai MDF (maritime dependency factor) untuk satuan volume = Total Nilai Perdagangan lewat peelabuhan daerah /total volume perdagangan (tonase) 7. Jumlah Potensi Barang = Nilai MDF (maritime dependency factor) untuk satuan nilai * total nilai perdagangan (tonase)* (1 + Tingkat pertumbuhan volume perdagangan lewat pelabuhan)^ 0,5, life time kapal (tahun) 8. Jumlah Potensi Penumpang (orang) / seaborne mobility = jumlah penumpang lewat laut antar pulau (or ang)* (1 + tingkat pertumbuhan lewat laut)^ 0,5, life time kapal (tahun) 9. Gap barang = jumlah potensi barang-volume barang yang diangkut eksis (tonase) D-1-4

5 10. Gap penumpang (orang) = Jumlah potensi penumpang (orang)/seaborne mobility - kapasitas angkut penumpang. Gap Barang untuk 10 tahun mendatang bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Carryng Capacity = Jumlah Trip x GT x Load Factor Eksis 2. % Cargo = ((% ekonomi + 1) x total perdagangan x MDF) x Carryng Capacity per kapal /Total Carryng Capacity per lintasan 3. GAP Barang = (% Cargo Carryng Capacity) Ukuran Utama Kapal Langkah-langkah menentukan ukuran utama adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kapal pembanding Kapal pembanding yang diperlukan sebanyak 15 kapal. Sebagai dasar pembandingnya adalah DWT kapal. Dengan toleransi -20% sampai +30% dari DWT yang direncanakan. 2. Mengoptimasi ukuran utama dengan cara: a. Data kapal pembanding Selanjutnya di cari kapal pembanding dengan tipe General Cargo yang memiliki DWT 20% lebih kecil sampai 30% lebih besar DWT diminta dari buku Register kapal. Jumlah kapal pembanding yang diperlukan dapat diambil sebanyak 15 kapal pembanding, b. Optimasi ukuran utama Froude Number (Fno). 1. Selanjutnya ditentukan 4 (empat) macam angka froude, sehingga akan di dapatkan 4 (empat) harga L, untuk kasus kali ini harga Froude Number adalah Fno = -5%, Fno = -1,667%, Fno = + 1,667% dan Fno = +5%. 2. Dari ukuran utama dasar dilanjutkan dengan perhitungan Lo/Bo, lalu diambil Lo/Bo = -5%, Lo/Bo = -1,667%, Lo/Bo = + 1,667% dan Lo/Bo = +5% sehingga untuk setiap L akan didapatkan 4 (empat) macam harga B sehingga ada 16 pasang ukuran. 3. Dari ukuran utama dasar dilanjutkan dengan perhitungan Bo/To, lalu diambil Bo/To = -5%, Bo/To = -1,667%, Bo/To = + 1,667% dan Bo/To = +5% sehingga untuk setiap B akan didapatkan 4 (empat) macam harga T sehingga ada 64 pasang ukuran. 4. Dari ukuran utama dasar dilanjutkan dengan perhitungan Bo/Ho, lalu diambil Bo/Ho = -5%, Bo/Ho = -1,667%, Bo/Ho = +1,667% dan Bo/Ho = +5% sehingga untuk setiap B akan didapatkan 4 (empat) macam harga H sehingga ada 256 pasang ukuran utama kapal pembanding. 5. Dari angka Froude dapat dihitung dengan menggunakan rumus sedangkan harga Cm dan Cwp dapat dicari di Parson Chapter XI, demikian juga letak LCB. Jadi, untuk setiap L ada satu Cb, satu Cm, satu Cwp dan satu LCB. 3. Perhitungan hambatan, propulsi dan besar motor induk Tujuan untuk mengetahu besar mesin induk. Perhitungan hambatan menggunakan metode holtrop, perhitungan propulsi dan besar motor induk diambil dari buku Principles of Naval Architecture Second Revision Volume II. Resistance, Propulsion and Vibration. D-1-5

6 4. Berat dan titik berat Tujuan untuk menentukan besarnya DWT, LWT dan titik berat kapal. Gabungan besarnya DWT dan LWT. Perhitungan ini merupakan Displasemen yaitu penjumlahan DWT dan LWTMengenai perhitungan titik berat gabungan kapal dapat kita cari menggunakan rumus : KG gab = (W*KG)/ W 5. Perhitungan kapasitas ruang muat kapal (GT) dan (NT) Tujuan untuk menentukan kapasitas kapal Perhitungan GT dan NT di peroleh dari buku Ship Design And Construction, oleh Robert Taggart, Chapter V, Section Perhitungan stabilitas utuh (intact stability) Stabilitas kapal harus memenuhi persyaratan IMO Beberapa aturan yang harus dipenuhi menurut IMO adalah: 1. Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 30 o >0.055 meter 2. Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 40 o >0.09 meter 3. Luas gambar dibawah kurva dengan lengan penegak GZ pada sudut 30 o - 40 o >0.03 meter 4. Lengan penegak GZ paling sedikit 0.2 meter pada sudut oleng 30 o atau lebih 5. Lengan penegak maksimum sebaiknya pada sudut oleng lebih dari 30 o dan tidak boleh kurang dari 25 o 6. Tinggi Metasentra awal GM0 tidak boleh kurang dari 0.15 meter Estimasi Investasi Menurut Harry Benford. perhitungan building cost merupakan penjumlahan dari harga item berikut ini 1. Structure Material Cost (CWst). 2. Structure Labor Cost (Csl) 3. Outfitting Material cost. 4. Outfitting Labor Cost (Col) 5. Machinery cost (Cme) 6. Over Head Cost. (Coh) Estimasi Biaya Operasional Kapal Biaya operasional kapal terbagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap hasil. Jenis-jenis biaya tetap adalah gaji ABK, perawatan, asuransi dan modal. Jenis-jenis biaya tidak tetap adalah: biaya tambat, biaya labuh, air tawar, biaya bahanbakar, biaya fuel oil dan biaya bahan makanan. Net Present Value (NPV) Sebagai salah satu model analisis yang digunakan dalam analisis ekonomis NPV adalah metode yang digunakan untuk memproyeksikan nilai dari keuntungan bersih yang akan datang dalam konvensi nilai saat ini atau dapat dikatakan sebagai Present Value dari selisih antara inversi dengan penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang (Husein Umar, 1997). Metode ini memerlukan variabel sebagai berikut: Investasi awal pada tahun 0 Suku bunga bank rata-rata Pengeluaran untuk operasi kapal dalam 1 tahun Penerimaan dari hasil operasi kapal dalam 1 tahun D-1-6

7 Perhitungan NPV untuk tahun ke N adalah : NPV = Pw j R j Y j Dimana : Pw = Present worth = y 1 i i = Suku bunga bank rata-rata R = Pemasukan dalam 1 tahun Y = Pengeluaran dalam 1 tahun y = 1,2,3,..., N dari hasil perhitungan dapat diketahui kelayakan usaha yang dievaluasi, yaitu jika nilai : NPV > 0; berarti investasi menguntungkan NPV < 0; berarti investasi tidak menguntungkan NPV = 0; berarti nilai perusahaan tetap waktu usulan proyek diterima ataupun ditolak. 1 ANALISIS TEKNIS KAPAL BARU Perhitungan Maritime Dependency Factor (MDF) Perhitungan Maritime Dependency Factor (MDF) Formulanya diambil dari buku Ship Economics Design, dengan rumus dibuat oleh Stian Erichsen (Norwegian Technology University). Perhitungan faktor ketergantungan maritime untuk KAPET Seram dilakukan untuk mengetahui seberapa besar ketergantungan wilayah ini terhadap transportasi laut. Volume perdagangan antar pulau dan total volume perdagangan lewat pelabuhan daerah merupakan variable utama pengukuran faktor ketergantungan maritime suatu wilayah. Volume perdagangan melalui pelabuhan daerah diukur dengan menggunakan pendekatan jumlah eksport komoditi unggulan dari suatu wilayah. Untuk perhitungan ini digunakan data volume perdagangan melalui pelabuhan daerah di KAPET Seram Tabel 1. Faktor-Faktor Keluaran MDF No. Faktor Keluaran MDF Nilai (1) (2) (3) a. Persentase Perdagangan lewat pel. terhadap antar pulau = Total Volume Perdagangan lewat pelabuhan daerah / 81,64 % Total Volume Perdagangan b. Tingkat pertumbuhan nilai perdagangan lewat pelabuhan = Total Nilai Perdagangan lewat pelabuhan daerah (Rp) * 0,70% Pertumbuhan ekonomi (%) / PDRB (Rp.) c. Tkt. Pertumbuhan volume perdagangan lewat pelabuhan = Pertumbuhan ekonomi (%) * Total Volume Perdagangan lewat 8,31% pelabuhan daerah / Volume Perdagangan Antar Pulau d. Tingkat pertumbuhan penumpang lewat laut = Pertumbuhan Penduduk (%) * (Factor Seasonal (%)+100%) / 2 0,67% e. Nilai MDF (Maritime Dependency Factor) untuk satuan nilai = Total Nilai Perdagangan lewat pelabuhan daerah (Rp.) / PDRB(Rp.) 30.49% D-1-7

8 No f. Nilai MDF (Maritime Dependency Factor) untuk satuan volume = Total Volume Perdagangan lewat pel. Daerah / Total volume 81.64% Perdagangan (tonase) g. Jumlah Potensi Barang = Nilai (Maritime Dependency Factor) untuk satuan nilai * Total Volume perdagangan (tonase) * (1 + Tkt. pertumbuhan vol. perdagangan Lewat pelabuhan) ^ 0.5 life time kapal (tahun) h. Jumlah potensi penumpang (orang) ( seaborne mobility) = Jumlah penumpang lewat laut antar pulau (orang) * (1 + tingkat pertumbuhan penumpang lewat laut) ^ 0.5 life time kapal (tahun) i. Gap barang = Jumlah potensi barang Volume barang yang diangkut eksis Diketahui selisih muatan barang yang belum terangkut untuk KAPET Seram sebesar Ton. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi supply belum memenuhi kapasitas produksi dalam wilayah ini. Sementara untuk 10 tahun kedepan GAP Barang meningkat hal ini terlihat pada tabel 2. yang merupakan tabel rekapitulasi, dari hasil perhitungan hingga tahun X yang dapat terlihat pada lampiran. Tabel 2. Rekapitulasi Peramalan GAP (perbedaan total jumlah barang) I X Lintasan I II III IV 1 Ambon-Amahai 393, , , , , , ,802 1,036,667 1,183,371 1,222,419 2 Ambon - Tehoru 28,934 34,137 40,485 47,540 55,381 64,096 73,770 84,521 96,482 99,666 3 Ambon - Wahai 112, , , , , , , , , ,455 4 Ambon - Bula 27,840 32,846 38,954 45,742 53,287 61,672 70,981 81,325 92,834 95,897 5 Ambon - Piru 97, , , , , , , , , ,786 V Dimana dari kelima pelabuhan. lintasan Ambon Amahai lebih banyak dihubungi kapal kapal yang eksis. Perhitungan MDF eksis sehingga rancangan kebutuhan dapat dilihat pada tabel 1 dengan asumsi Load factor (LF), Voyage time (VT), Port time (PT) Cargo Time(CT) dan Carrying capacity (CC). Jumlah trip kapal dapat dihitung dengan rumus: Trip = Waktu operasional x 24 jam 2 x VT PT CT Jumlah trip kapal untuk rute Ambon-Amahai sebesar 225 trip per tahun maka Cargo DWT (payload) diperoleh dari GAP dibagi jumlah trip per tahun maka diperoleh 3019 ton per trip Setelah. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 3. VI VII VIII IX X D-1-8

9 GAP Tabel 3. Rancangan Kebutuhan Kapal Pada Lintasan Ambon Amahai VT (jam) PT (jam) CT (jam) Trip Cargo DWT = GAP/Trip K1 DWT = Cargo DWT/K Ket 2 Kpl DWT kapal 1677 Perhitungan Ukuran Utama Kapal Langkah-langkah menentukan ukuran utama adalah sebagai berikut: 1. Menentukan kapal pembanding Kapal pembanding yang diperlukan sebanyak 15 kapal. Sebagai dasar pembandingnya adalah DWT kapal. Dengan toleransi -20% sampai +30% dari DWT yang direncanakan. Dengan menggunakan regresi sederhana dapat diperoleh dasar ukuran utama dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4. Dasar Ukuran Utama Kapal No Data Harga Units 1 Lo m 2 Bo m 3 Ho 5.97 m 4 To 4.81 m 5 Vs m/s Vo Froude Number Fno = = 0,25 gl 2. Mengoptimasi ukuran utama dengan cara: Dalam perhitungan ukuran utama yang dioptimasi adalah angka Froude Number (Fno), Lo/Bo, Bo/To, Bo/Ho harga tersebut di tambah -5%, -1,667%,1,667% dan 5% hasil perhitiungan tersebut dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5. Optimasi Ukuran utama X Fno + X% Lo/Bo + X% Bo/To + X% Bo/Ho + X% % % % % Sehingga dari 256 ukuran utama dapat diperoleh 4 macam harga L yang berbeda, 16 harga B yang berbeda, 64 pasang harga T yang berbeda dan 256 harga H yang berbeda. 3. Pemilihan Ukuran Utama kapal: Ukuran utama dipilih biaya pembangunan yang paling minimum dan mempertimbangkan aspek-aspek teknis. Hasil perhitungan 1 (satu) buah kapal General Cargo = Rp ,- Selain biaya minimum juga harus mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Nilai D - Wtot nilainya mendekati 0 2. Nilai payload terbesar 3. Nilai BHP terendah 4. Nilai Wst terkecil D-1-9

10 5. DWT paling besar 6. Nilai stabilitas memenuhi IMO 7. Nilai freeboard harus memenuhi aturan freeboard Dan ukuran utama yang di peroleh dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut. Tabel 6. Ukuran Utama Kapal yang diperoleh dari hasil perhitungan metode optimasi 256 variasi ukuran utam LPP B T H CB LCB ANALISIS EKONOMIS Estimasi Investasi Menurut Harry Benford. perhitungan building cost merupakan penjumlahan dari harga item berikut ini: 1. Structure Material Cost (CWst). 2. Structure Labor Cost (Csl) 3. Outfitting Material cost. 4. Outfitting Labor Cost (Col) 5. Machinery cost (Cme) 6. Over Head Cost. (Coh) Building Cost = CWst + Csl + Com + Col + Cme + Coh = Rp ,- jadi harga 1 (satu) buah kapal General Cargo = Rp ,- Estimasi Biaya Operasional Kapal Biaya operasional kapal terbagi atas biaya tetap dan biaya tidak tetap hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 7 dan 8 Tabel 7 Tabel 8 Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya berubah (Variable Cost) Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya berubah (Variable Cost) Gaji ABK Rp 398,400,000 Biaya tambat Rp 23,068,800 Perawatan dan Rp 1,215,273,409 Biaya labuh Rp 24,991,200 Asuransi Rp 243,054,682 Air tawar Rp 14,742,000 Modal Rp 5,061,256,310 Biaya bahan bakar Rp 3,168,000,000 Tatal 6,917,984,401 Biaya fuel oil Rp 5,244,750,000 Jadi total biaya operasinal kapal adalah : Rp ,- Biaya bahan makanan Rp 22,500,000 Tatal 8,498,052,000 Estimasi Pemasukan Operasional Kapal Perhitungan pemasukan dari operasi kapal didasarkan pada kapasitas angkut yang terpenui (dengan asumsi muatan penuh 100%) dengan asumsi untuk tarif didasarkan pada tarif Kapal yang beroperasi di daerah tersebut berikut pemasukan operasional kapal untuk per call Kapasitas muat kapal = 1510 x 1,4 = 2114 m 3 Maka pemasukan kapal per call D-1-10

11 Kapasitas barang 2114 m 3 pemasukan kapal :Rp ,-per call, dalam satu tahun terdapat 450 trip, maka total pemasukan kapal dalam setahun untuk load factor 100% adalah = Rp ,- x 450 trip =Rp ,- per tahun Analisa Hasil Evaluasi Untuk Load Factor Muatan 100% Dilihat dari proyeksi laporan arus kas pada tahun ke II menunjukan bahwa adanya keuntungan bersih sebesar Rp 17,445,355,644 Dari hasil proyeksi neraca jumlah kekayaan setelah mengalami penyusutan pada tahun ke I Rp 4,635,175,145,- Dilihat dari perhitungan NPV pay back terjadi pada 1 8 Bulan dengan nilai NPV sebesar Rp 55,557,652,123,- dan IRR > discount factor ini menunjukan investasi layak apabila muatan 100% Analisa hasil evaluasi dilakukan per hitungan hingga Load Factor Muatan hingga 50 % KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sistem transportasi yang ada saat ini masih menunjukan masih adanya ketergantungan maritim bila dilihat dari potensi barang sesuai tingkat pertumbuhan ekonomi yang diolah dengan menggunakan metode MDF atau (maritime dependency factor) memberikan perbedaan total jumlah barang (GAP) yang tidak terangkut sebesar ton dari data ini menunjukan adanya pertumbuhan ekonomi terhadap sistin transportasi arus barang di kapet Seram. Dari hasil permintaan angkutan untuk rute Ambon-Amahai diperoleh kapasitas kapal barang sebesar 1677 DWT dengan jumlah kapal sebanyak dua kapal 2. Spesifikasi teknis ukuran utama kapal barang yang diperoleh adalah: Lpp = 57.5 m B = 9.9 m T = 4 m H = 4.9 m V = 12 Knot CB = 0,7 3. Perhitungan building cost Biaya awal pembuatan kapal Rp 24,305,468,170,- Melihat nilai (NPV) dan (ROI) untuk kondisi muatan penuh (Load Factor = 100% ) yang tercapai pada satu tahun delapan bulan maka dapat memberikan gambaran secara global kemungkinan keberhasilan dalam pengoperasian kapal sehingga layak dapat dijadikan acuan untuk pengadaan armada kapal. Saran 1. Diperlukan pengkajian ulang terhadap pelayanan jasa angkutan barang perlu dilakukan secara kontinu dalam periode tertentu untuk mengetahui tingkat keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Hal ini perlu dilakukan mengingat jasa angkutan barang berfungsi sebagai alat transportasi layanan barang disamping fungsi ekonomis sebagai alat untuk menghasilkan laba. D-1-11

12 2. Analisis ekonomis dilakukan dengan catatan bahwa seluruh indikator ekonomi tidak berubah. Bila ada perubahan maka harus dilakukan perhitungan ulang dengan kerangka seperti dalam penulisan ini dengan menyesuaikan kebijaksanaan yang ada. DAFTAR PUSTAKA Watson, D. G. M. (1998). Practical Ship Design, Elsevier, Amsterdam. Saut Gurning, R.O. (2004) Data Primer dan Data Sekunder Tataran Transportasi Wilayah Propinsi Maluku. Manning, Giorgi ( 1956). Theory and Tecniques of Ship Design, University of Michigan, USA. BKI, [2001], Rules For Classification And Construction Of Seagoing Steel Ships, Volume II Rules For Hull. BKI, [1978], Peraturan Klasifikasi Dan Konstruksi Kapal Laut, Jilid II. Phoels, Herald. [1979], Lectures on Ship Design and Ship Theory, FTK ITS, Surabaya. Taggart, Robert [1980], Ship Design and Connstruction, SNAME. Kethagurov, [1973], Marine Auxiliary Machinery and Systems, Peace Publishing Moscow. De Haan, Ing J.P [1957], Practical Shipbuilding B, Company H Stam NV, Holland. Santosa, IGM [1999], Diktat Kuliah Perencanaan Kapal, FTK ITS, Surabaya. Andrianto, [19 ], Teori Bangunan Kapal I (Tonage), FTK ITS, Surabaya. Chapra, C Steven [1996], Metode Numerik, Jilid I, Erlangga, Surabaya. Lewis, E. V. (1989). Principles of Naval Architecture Volume II, SNAME, 601 Pavonia Avenue, Jersey City, USA. Parsons, M. G. (2001). Parametric Design, Chapter 11, Department of Naval Architecture and Marine Engineering, University of Michigan, USA. BPS (2004) Maluku Tengah dalam Angka Propinsi Maluku. M.Achmad Sofyan Kelian (2005).Analisis pengaruh Kapet Seram Terhadap Sistem Transportasi di Maluku.Program Pasca Sarjana Program Studi Teknologi Kelautan. ITS Surabaya. Suad Husnan (1996) Manajemen Keuangan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. D-1-12

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu

BAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu BAB V V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan

Lebih terperinci

ISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D

ISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D ISTA RICKY SURYOPUTRANTO (4108100093) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D Lahan semakin sempit Lahan semakin mahal Industri sepakbola semakin berkembang Pontensi besar Stadion apung lebih murah dari

Lebih terperinci

Estimasi Kebutuhan BBM

Estimasi Kebutuhan BBM Estimasi Kebutuhan BBM Hasil Estimasi Tahun Kunsumsi Total (Liter) Gayam Nonggunong Ra as Arjasa Kangayan Sapeken Masalembu Total 2013 1.985.587 228.971 2.180.642 4.367.677 365.931 3.394.745 3.462.689

Lebih terperinci

DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN

DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN Presentasi UJIAN TUGAS AKHIR (MN 091382) DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN MOHAMAD RIZALUL HAFIZ 4110 100 039 Dosen Pembimbing: Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc 1-35 Latar Belakang

Lebih terperinci

Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta

Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta 1 Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta Angger Bagas Prakoso dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Analisa Teknis Dan Ekonomis Pembangunan Fasilitas Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Kapal Di Galangan Tepian Mahakam

Lebih terperinci

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL

DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Sidang Tugas Akhir (MN 091382) DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Oleh : Galih Andanniyo 4110100065 Dosen Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT

DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Listrik ; satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III

Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III G130 Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Indonesia III Muhammad Sayful Anam, dan Hesty Anita Kurniawati Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal

Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal Galih Andanniyo (1), Wasis Dwi Aryawan (2). Jurusan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PRODUKSI KAPAL PENAMPUNG IKAN DI DAERAH SULAWESI UTARA Oleh: M. MARTHEN OKTOUFAN N. N.R.P. 4106 100 074 Dosen Pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM

ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM ANALISA KINERJA FASILITAS PELABUHAN AMAHAI DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) PULAU SERAM Tebiary LEPINUS 1 *, Setijo PRAJUDO 2 dan Edwin MATATULLA 1 1 Program

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL OPTIMAL DENGAN METODE BASIS SHIP MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTER

PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL OPTIMAL DENGAN METODE BASIS SHIP MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTER JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL OPTIMAL DENGAN METODE BASIS SHIP MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTER Robet Dwi Andrianto dan Djauhar

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT

EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

Perancangan Kapal LCT (Landing Craft Tank) Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Berbahan Bakar Gas di Daerah Kalimantan Timur

Perancangan Kapal LCT (Landing Craft Tank) Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Berbahan Bakar Gas di Daerah Kalimantan Timur JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Perancangan Kapal LCT (Landing Craft Tank) Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Berbahan Bakar Gas di Daerah Kalimantan

Lebih terperinci

OPTIMISASI BENTUK BULBOUS BOW DENGAN MENGGUNAKAN KONEKSI (LINK) ANTARA MAXSURF DAN MICROSOFT EXCEL (STUDI KASUS : KAPAL TANKER 6500 DWT)

OPTIMISASI BENTUK BULBOUS BOW DENGAN MENGGUNAKAN KONEKSI (LINK) ANTARA MAXSURF DAN MICROSOFT EXCEL (STUDI KASUS : KAPAL TANKER 6500 DWT) OPTIMISASI BENTUK BULBOUS BOW DENGAN MENGGUNAKAN KONEKSI (LINK) ANTARA MAXSURF DAN MICROSOFT EXCEL (STUDI KASUS : KAPAL TANKER 6500 DWT) Febriyanto (1) dan A Nasirudin, S.T., M.Eng (2) (1) Mahasiswa, Jurusan

Lebih terperinci

STUDI PEMBANGUNAN MARINA RESORT UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU LEMBONGAN-BALI

STUDI PEMBANGUNAN MARINA RESORT UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU LEMBONGAN-BALI STUDI PEMBANGUNAN MARINA RESORT UNTUK PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU LEMBONGAN-BALI TUGAS AKHIR Oleh : I Komang Adi Puja Sidartha 1004105062 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN Yudi Hermawan N.R.P. 4106 100 062 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi

Lebih terperinci

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok G92 Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok I Gede Hadi Saputra dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut L/O/G/O Contents PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI

Lebih terperinci

ANALISA EKONOMIS PEMBANGUNAN KAPAL IKAN FIBERGLASS KATAMARAN UNTUK NELAYAN DI PERAIRAN PANTAI TELUK PENYU KABUPATEN CILACAP

ANALISA EKONOMIS PEMBANGUNAN KAPAL IKAN FIBERGLASS KATAMARAN UNTUK NELAYAN DI PERAIRAN PANTAI TELUK PENYU KABUPATEN CILACAP ANALISA EKONOMIS PEMBANGUNAN KAPAL IKAN FIBERGLASS KATAMARAN UNTUK NELAYAN DI PERAIRAN PANTAI TELUK PENYU KABUPATEN CILACAP Samuel *, Jowis Novi B.K * * S1 Teknik Perkapalan Faktultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

SOFTWARE QUANTITAVE SYSTEM FOR BUSINESS (QSB)

SOFTWARE QUANTITAVE SYSTEM FOR BUSINESS (QSB) OPTIMASI DESAIN KAPAL IKAN MENGGUNAKAN SOFTWARE QUANTITAVE SYSTEM FOR BUSINESS (QSB) STUDI KASUS DAERAH PERAIRAN PROBOLINGGO Oleh : Defri Sumarwan 4106.100.011 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Djauhar Manfaat,

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL Dipresentasikan Oleh : MUHAMMAD KHARIS - 4109 100 094 Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio W.P.,

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)

PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382) PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382) Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember KONSEP DESAIN KAPAL PEMBERSIH SUNGAI : Studi Kasus Sungai Kepetingan Sidoarjo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang melimpah, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim yang bersahabat, dan potensi lahan yang besar. Pada

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( ) SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR Oleh : Windra Iswidodo (4107 100 015) Pembimbing : I G. N. Sumanta Buana, S.T., M.Eng. LATAR BELAKANG Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua

Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua G252 Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua Bimo Taufan Devara, Wasis Dwi Aryawan, dan Ahmad Nasirudin Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT

ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT Abstrak ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT GT Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman ), Sarwoko 3) 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis ) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN KAPAL CRUISE WISATA DENGAN BENTUK HULL KATAMARAN PADA RUTE PELAYARAN PELABUHAN MANADO-TAMAN NASIONAL BUNAKEN

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN KAPAL CRUISE WISATA DENGAN BENTUK HULL KATAMARAN PADA RUTE PELAYARAN PELABUHAN MANADO-TAMAN NASIONAL BUNAKEN ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PERANCANGAN KAPAL CRUISE WISATA DENGAN BENTUK HULL KATAMARAN PADA RUTE PELAYARAN PELABUHAN MANADO-TAMAN NASIONAL BUNAKEN Oky Dwi Mardianto 1, Prof. Ir. Djauhar Manfaat, Msc.,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper

Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Optimasi Skenario Bunkering dan Kecepatan Kapal pada Pelayaran Tramper Farin Valentito, R.O. Saut Gurning, A.A.B Dinariyana D.P Jurusan Teknik Sistem Perkapalan,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan program Maxshurft, besarnya power

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp: (022)

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

Desain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia

Desain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-261 Desain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia Deny Ari Setiawan Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PENENTUAN INVESTASI SARANA TAMBATDI PELABUHAN X DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIMULASI DISKRIT DAN ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Risa Rininta 1), Nurhadi Siswanto 2), dan Bobby O. P. Soepangkat 3) 1) Program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA

MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA MODEL PERENCANAAN TRANSPORTASI LAUT DISTRIBUSI BBM: DUMAI PONTIANAK BELAWAN - KRUENG RAYA Firmanto Hadi 1, Hasan Iqbal Nur 1, Irfa atil Karimah 1 *, Fara Putri Nur Hariadi 1 1 Jurusan Transportasi Laut,

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua

Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-241 Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua Bimo Taufan Devara, Wasis Dwi Aryawan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Penampung Ikan di Daerah Sulawesi Utara

Penampung Ikan di Daerah Sulawesi Utara JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Analisa Teknis dan Ekonomis Produksi Kapal Penampung Ikan di Daerah Sulawesi Utara M Marthen Oktoufan N. dan Sri Rejeki Wahyu Pribadi Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA

MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA Hasan Iqbal Nur 1) dan Tri Achmadi 2) 1) Program Studi Teknik Transportasi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAPAL GENERAL CARGO 1500 DWT RUTE PELAYARAN JAKARTA-SURABAYA

PERANCANGAN KAPAL GENERAL CARGO 1500 DWT RUTE PELAYARAN JAKARTA-SURABAYA PERANCANGAN KAPAL GENERAL CARGO 1500 DWT RUTE PELAYARAN JAKARTA-SURABAYA Parlindungan Manik 1, Deddy Chrismianto, Gigih Niagara 3 1,2,3 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean

Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: 2301-9271 1 Desain Konseptual dan Pola Operasi Kapal CNG (Compressed Natural Gas) untuk Mendukung Pembangunan PLTG di Pulau Bawean Yudiyana, Murdjito,

Lebih terperinci

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM

PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM Daeng PAROKA 1 dan Ariyanto IDRUS 1 1 Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea

Lebih terperinci

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN

KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 14, Nomor 1, Januari - Juni 2016 KLASTER TONASE KAPAL FERRY RO-RO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEBUTUHAN LAHAN PERAIRAN PELABUHAN PENYEBERANGAN Syamsul Asri

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI PROYEK PERLUASAN APRON BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA

ANALISA INVESTASI PROYEK PERLUASAN APRON BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA ANALISA INVESTASI PROYEK PERLUASAN APRON BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA Dosen Pembimbing: Farida Rachmawati, ST., MT. Christiono Utomo, ST., MT., Ph.D. RINDA IKA LESTARI 3109 100 127 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94 Bandung 40141 Tlp. (022)

Lebih terperinci

ANALISA INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

ANALISA INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Ujian Tugas Akhir 10 Agustus 2009 ANALISA INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Oleh: Robby Alson 4104.100.055 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Fakultas Teknologi Kelautan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

Desain Kapal Amfibi Water School Bus sebagai Sarana Transportasi Pelajar untuk Rute Pelayaran Kepulauan Seribu - Jakarta Utara

Desain Kapal Amfibi Water School Bus sebagai Sarana Transportasi Pelajar untuk Rute Pelayaran Kepulauan Seribu - Jakarta Utara JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 65 Desain Kapal Amfibi Water School Bus sebagai Sarana Transportasi Pelajar untuk Rute Pelayaran Kepulauan Seribu - Jakarta Utara Rainy

Lebih terperinci

TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBRANGAN SURABAYA-MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA

TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBRANGAN SURABAYA-MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA TUGAS AKHIR TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBRANGAN SURABAYA-MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA Agung Laksana Yustitia 6107030058 Indra Taufiqi Rahmat 6107030059 Dosen Pembimbing Ir. Bambang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Desain Water Bus Sebagai Alat Transportasi Dan Wisata Rute Probolinggo-Surabaya

Desain Water Bus Sebagai Alat Transportasi Dan Wisata Rute Probolinggo-Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: - 1 Desain Water Bus Sebagai Alat Transportasi Dan Wisata Rute Probolinggo-Surabaya Arif Billah dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

Oleh : Febriani Rohmadhana. Pembimbing : Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selasa, 16 Februari

Oleh : Febriani Rohmadhana. Pembimbing : Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selasa, 16 Februari Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tipe Ro-ro untuk Rute Ketapang (Kabupaten Banyuwangi) Gilimanuk (Kabupaten Jembrana) Oleh : Febriani

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T.

TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. TKS 7338 EKONOMI TRANSPORTASI Dr. GITO SUGIYANTO, S.T., M.T. Investment is not just about cold cash, BUT ALSO about imagination and innovation. Imagination to make better use of what we have already. Innovation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi,

BAB I PENDAHULUAN. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang semakin pesat berdampak pada pembangunan. Peranan industri pertambangan batu andesit penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam pembangunan

Lebih terperinci

Desain Water Bus Sebagai Sarana Penunjang Pariwisata Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat

Desain Water Bus Sebagai Sarana Penunjang Pariwisata Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-230 Desain Water Bus Sebagai Sarana Penunjang Pariwisata Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Riza Ramdhani Djamie,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

Perancangan Self Unloading Coal Carrier Untuk Alternatif Distribusi Batubara Dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa

Perancangan Self Unloading Coal Carrier Untuk Alternatif Distribusi Batubara Dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Perancangan Self Unloading Coal Carrier Untuk Alternatif Distribusi Batubara Dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa Dedik Eri Wibowo dan Djauhar

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL

PENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL Daeng PAROKA *1, Syamsul ASRI 1, Misliah 1, M. Ardi SARNA 1 and Haswar 1 1 Department of Naval Architecture, Faculty of Engineering, Unhas-Makassar.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI TERHADAP PELABUHAN SUMBA TENGAH Oleh: Ir. Hermawati Konsultan PT. Formasi Empat Pola Selaras Email: hermawati.santoso@yahoo.com ABSTRAK: Dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN WIRAUSAHA

ANALISIS KELAYAKAN WIRAUSAHA ANALISIS KELAYAKAN WIRAUSAHA Tahapan Analisis... Tahap penemuan ide Tahap formulasi tujuan Tahap analisis Tahap keputusan Tahap Penemuan Ide Memunculkan ide usaha dari... Hobi atau kesukaan Keahlian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didaerah Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat. Penulis juga meneliti sejak Bulan Februari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didaerah Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat. Penulis juga meneliti sejak Bulan Februari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam Penelitian ini penulis akan meneliti kelayakan pembukaan kantor cabang PT Trust Line Marine dalam bidang Keagenan kapal dan perluasan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL ASPHALT MIXING PLANT (Studi Kasus PT. Karya Maju Utama Barabai (HST))

ANALISA KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL ASPHALT MIXING PLANT (Studi Kasus PT. Karya Maju Utama Barabai (HST)) ANALISA KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIAL ASPHALT MIXING PLANT (Studi Kasus PT. Karya Maju Utama Barabai (HST)) Abdul Latief 1, Sutjipto Tantyonimpuno 2, Supani 3 1 Mahasiswa S2 Teknik Sipil FTSP - ITS 2,

Lebih terperinci