Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta
|
|
- Liani Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 Desain Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi Rute Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta Angger Bagas Prakoso dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia Abstrak - Pemenuhan kebutuhan sarana transportasi laut untuk komoditi daging sapi yang menghubungkan Nusa Tenggara Timur (NTT) Jakarta masih kurang memadai, sedangkan kebutuhan masyarakat Jakarta akan daging sapi semakin tinggi. Kapal pengangkut daging sapi diharapkan dapat menggantikan kapal ternak pengangkut sapi, karena kapal ini dapat mengangkut daging dengan jumlah lebih banyak untuk bobot yang sama, dengan tetap menjaga pengawetan daging dengan sistem pendinginan. Pada Tugas Akhir ini direncanakan sebuah kapal khusus pengangkut daging sapi dengan kapasitas muatan kapal yang didapat dengan menggunakan data dari kebutuhan daging sapi di Jakarta, kemudian mencari payload, rute pelayaran, kecepatan dinas dan ukuran utama yang optimal dari kapal. Dengan ukuran utama yang didapat kemudian dilakukan proses desain dari Rencana Garis dan Rencana Umum. Kata Kunci Kapal Khusus Pengangkut Daging Sapi, Palet, Rute NTT - Jakarta I. PENDAHULUAN Mengingat lebih dari 60% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa dan jumlahnya terus bertambah, tentunya di hal ini tidak memungkinkan untuk membangun lahan peternakan dalam jumlah besar demi mengatasi kebutuhan daging, terutama daging sapi, khususnya di Provinsi DKI Jakarta dan sekitarnya. Maka dari itu pemerintah berupaya untuk mendatangkan hewan potong dari luar pulau, salah satunya dengan menggunakan sarana pengangkutan melalui jalur laut. Kebutuhan masyarakat di DKI Jakarta dan sekitarnya akan daging sapi masih tergolong tinggi, sedangkan di Indonesia, Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi penghasil sapi potong terbaik dan terbesar keempat di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Namun kelangkaan daging sapi di DKI Jakarta dan sekitarnya masih terjadi karena kurangnya sarana transportasi laut yang dapat menghubungkan antara NTT dengan DKI Jakarta dan sekitarnya secara efisien. Kapal ternak yang mengangkut sapi hidup saat ini tergolong kurang efisien dan tidak ekonomis, karena selain harus mengkarantina sapi-sapi terlebih dahulu untuk memastikan kesehatan dari sapi yang akan dikirim untuk sebelum dimuat di dalam kapal, juga perlu disediakan beberapa ratus ton rumput selama perjalanan. Perlu dipertimbangkan juga sapi-sapi yang kondisi kesehatannya menurun atau bahkan mati karena stress ketika dalam perjalanan laut dan kurangnya kebersihan kapal, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas sapi itu sendiri. Pada dasarnya berat dari satu ekor sapi sangatlah lebih besar disbanding berat dagingnya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa kapal pengangkut daging sapi dapat menghemat ruang lebih banyak dan lebih efisien daripada kapal ternak pengangkut sapi. Secara teknis, tingkat kerusakan yang intensif pada penyimpanan muatan dapat diminimalisir dengan menjaga temperatur dan tingkat kelembaban yang sesuai dengan sifat muatan, yaitu daging sapi. Hal ini bisa didapatkan dengan menggunakan sistem pendingin dan ventilasi dalam ruang muat yang sesuai. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Muatan Daging Sapi Daging sapi adalah merupakan muatan yang tergolong sangat sensitif terhadap temperatur, karena dengan penanganan yang keliru maka daging akan cepat membusuk dan timbul bakteri di dalamnya. Daging sapi mempunyai masa jenis ton/m 3. Dan pada dasarnya berat sapi itu sendiri lebih besar dari berat dagingnya, yang lebih dikenal dengan istilah karkas (carcass). Karkas yaitu merupakan daging sapi yang telah dipisahkan dari bagian-bagian yang tidak diperlukan dari sapi seperti: kaki, kepala, ekor, jeroan, dan kulit. Daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 1. Jenis-Jenis Daging pada Sapi (culinaryarts.about.com) Seperti yang telah diketahui bahwa berat setiap ekor sapi berbeda tergantung dari kondisi kesehatan, penanganan makanan, dan siklus hidupnya. Namun pada umumnya berat seekor sapi layak potong adalah sekitar kg. Berat karkas dari seekor sapi adalah sekitar 47 57% dari berat sapi itu sendiri. Selanjutnya, berat daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia adalah
2 sekitar 75% dari berat karkas. Daging yang dapat dikonsumsi tersebut kemudian dapat dipotong untuk menyesuaikan keadaan penataan muatan pada kapal. Maka dari itu terdapat faktor karkas, dimana faktor terebut menunjukkan berapa daging yang dapat dikonsumsi oleh manusia ditinjau dari berat seekor sapi itu sendiri. Jika ketiga poin di atas diambil rata-rata maka: o o o Berat rata-rata seekor sapi layak potong adalah 450 kg atau 0.45 ton Berat rata-rata daging untuk seekor sapi adalah 52% dari berat sapi Berat rata-rata daging yang dapat dikonsumsi, atau berat karkas adalah 75% Sehingga faktor karkas dari seekor sapi adalah: % 75% = Sehingga dalam perhitungan selanjutnya faktor ini dapat berguna untuk menentukan secara umum berat daging yang dapat dikonsumsi dengan meninjau berat rata-rata sapi yang sedang diteliti serta jumlah dari sapi yang ada di daerah tersebut. Maka dari itu faktor ini berperan sangat penting untuk menentukan berapa besar muatan dari kapal yang akan didesain nantinya, karena pada dasarnya muatan dari kapal yang didesain adalah daging sapi itu sendiri. B. Refrigerated Ship Kapal yang akan didesain adalah merupakan kapal dengan jenis refrigerated ship atau reefer ship, yang fungsi dasarnya adalah untuk mempertahankan suhu muatan tetap stabil pada temperatur tertentu. Pada kapal ini terdapat ruang muat yang diberi insulasi atau suatu lapisan tambahan dengan bahan material yang dapat menjaga temperatur di dalam ruang muat agar muatan tidak terpengaruh oleh temperatur di luar kapal. Dan terkadang pada lantai dasar kapal ini didesain berbentuk ganda untuk sirkulasi udara yang maksimal selama proses pendinginan di ruang muat. Maka dari itu diperlukan suatu sistem control terintegrasi beserta generator dengan daya yang umumnya lebih tinggi agar dapat memenuhi kebutuhan sistem kelistrikan dan sistem pendinginan muatan pada kapal. Gambar berikut adalah salah satu contoh dari kapal berjenis refrigerated ship. Kapal yang didesain tidak lepas dari fungsi vitalnya yaitu sistem pendinginan pada muatan. Fungsi dari sistem pendingin adalah untuk mempertahankan suhu ruangan agar selalu tetap stabil pada temperatur tertentu. Dalam perencanaan sistem pendingin yang harus diperhatikan adalah: o Volume ruangan yang akan didinginkan. o Jenis dan ketebalan material dinding yang dipakai. o Temperatur yang diinginkan. o Jenis muatan dan sifat-sifatnya ketika didinginkan. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Perencanaan Muatan Langkah pertama dalam proses desain kapal adalah merencanakan owner s requirements, salah satunya adalah payload, atau muatan yang diangkut oleh kapal. Dalam hal ini, muatan yang dimaksud adalah daging sapi. Maka dari itu dibutuhkan data awal untuk merencanakan muatan kapal, yaitu data dari populasi sapi di NTT. Data tersebut diperoleh untuk kemudian diolah dalam bentuk grafik untuk memudahkan dalam melihat laju pertumbuhan di setiap tahunnya, seperti terlihat pada grafik berikut. Gambar 3. Grafik Populasi Sapi di NTT Dari grafik di atas didapatkan data bahwa pada pertumbuhan populasi sapi di NTT selalu meningkat setiap tahun, dengan penurunan yang tidak terlalu signifikan pada tahun Data-data ini akan dijadikan acuan untuk merencanakan muatan kapal yang akan beroperasi selama beberapa tahun kedepan, dengan mempertimbangkan adanya fluktuasi yang tidak signifikan. 2 Selanjutnya adalah menentukan daerah yang akan dipilih untuk pengoperasian kapal, yaitu daerah yang diperkirakan mempunyai potensi tertinggi untuk memproduksi daging sapi. Langkah pertama adalah untuk mendata jumlah populasi sapi di setiap kabupaten/kota, seperti yang terlihat pada tabel dibawah berikut. Gambar 2. Contoh Reefer Ship, M.V. Tropical Morn (
3 3 Tabel 1. Tingkat Konsentrasi Sapi per Kabupaten/Kota (ntt.bps.go.id) 546,368 0,1755 = 95, ton/tahun = ton/hari Maka didapat daging sapi yang dapat dimuat adalah sebesar ton/hari. Langkah selanjutnya adalah mengoreksi jumlah daging sapi yang dapat dimuat, dengan keadaan penduduk di Pulau Timor bagian barat. Maka dari itu dibutuhkan data dari jumlah penduduk di pulau tersebut, prediksi untuk tahun 2015, dan dikalikan dengan tingkat konsumsi daging sapi untuk penduduk tersebut. Berikut grafik jumlah penduduk di Pulau Timor Barat dari data yang didapat. Dari tabel diatas terlihat bahwa populasi sapi terbanyak cenderung berada pada Pulau Timor bagian barat, dengan total populasi sekitar lebih dari ekor. Namun untuk memastikannya maka Provinsi NTT terlebih dahulu harus dibagi menjadi beberapa bagian. Maka langkah selanjutnya adalah mencari prediksi untuk populasi sapi di Pulau Timor bagian barat untuk tahun Proses prediksi kali ini yaitu menggunakan regresi linier dari jumlah populasi yang ada di Pulau Timor bagian barat saja, dengan data yang didapatkan adalah dalam rentang tahun 2011 hingga Seperti yang dijelaskan pada gambar berikut. Gambar 5. Grafik Prediksi Penduduk di Pulau Timor Barat Dengan demikian telah diketahui bahwa jumlah penduduk di Pulau Timor bagian barat pada tahun 2015 adalah sebesar 1,678,139 jiwa. Langkah selanjutnya adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi daging sapi dari jumlah penduduk tersebut. Pada umumnya tingkat konsumsi daging sapi rata-rata untuk penduduk Indonesia adalah sebesar 1.87/kg/kapita/tahun. Sehingga konsumsi daging sapi untuk penduduk di Pulau Timor bagian barat adalah: ,678,139 = 3,138, kg/tahun = 3, ton/tahun = 8.6 ton/hari Maka presentase antara tingkat konsumsi daging sapi penduduk di Pulau Timor bagian barat terhadap payload awal adalah sebesar: = 3.2 % Gambar 4. Prediksi Sapi di Pulau Timor Barat Maka dapat dikatakan bahwa pada tahun 2015 populasi sapi di Pulau Timor bagian barat adalah sekitar 546,368 ekor. Selanjutnya adalah penentuan berat daging yang dapat dimuat oleh kapal, yaitu dengan menggunakan faktor karkas. Sehingga dapat dicari payload awal dari kapal yang sedang didesain adalah: % = ton/hari Maka payload awal yang didapatkan adalah sebesar ton/hari.
4 B. Perencanaan Rute Langkah selanjutnya adalah perencanaan rute, yaitu sebagai salah satu dari komponen-komponen owner s requirements. Dalam perencanaan rute hal pertama yang harus diketahui terlebih dahulu adalah pemilihan pelabuhan. Karena pulau di NTT yang digunakan untuk pengoperasian kapal adalah Pulau Timor bagian barat, maka pelabuhan yang dipilih adalah Pelabuhan Tenau, yang berada di Kota Kupang. Jarak dari Pelabuhan Tenau menuju ke Pelabuhan Tanjung Priok di DKI Jakarta adalah 1082 mil laut. C. Kecepatan Dinas dan Payload Akhir Dalam perencanaan kecepatan dinas maka hal terlebih dahulu yang akan dilakukan adalah membuat variasi dari berbagai kecepatan dalam satuan knot, terhadap waktu berlayar dalam satuan days. Namun dengan mempertimbangkan jenis kapal dan kondisi muatan kapal pada umumnya maka ditentukan pula batasan dari variabel kecepatan yang akan divariasikan, yaitu 10 knot hingga 14 knot. Dalam menentukan kecepatan dinas tentu tak lepas dari jumlah total waktu perjalanan (roundtrip) yang dibutuhkan oleh kapal, karena kedua hal tersebut berhubungan erat. Maka dari itu dibuatlah struktur pembagian waktu yang direncanakan oleh kapal yang didesain: o Sea Time Merupakan jumlah waktu yang dibutuhkan kapal untuk menempuh jarak dari pelabuhan keberangkatan menuju ke pelabuhan tujuan. o Port Time Adalah jumlah waktu yang dibutuhkan kapal selama berada di dalam pelabuhan. Port time terdiri dari: - Approach Time - Postpone Time - Effective Time - Not Operating Time - Waiting Time o Roundtrip Time Adalah waktu yang dibutuhkan oleh kapal mulai dari berangkat dari pelabuhan keberangkatan hingga kembali ke pelabuhan semula. Roundtrip time terdiri dari jumlah waktu dari dua kali sea time, ditambah dengan jumlah waktu port time pada masing-masing pelabuhan. Dengan dasar pemikiran bahwa jika kecepatan dipilih terlalu lambat maka proses pengiriman tidak efektif, karena jumlah payload yang terlalu banyak dan biaya operasional yang dibutuhkan akan lebih besar. Namun jika kecepatan dipilih terlalu cepat maka di sisi lain akan berdampak pada efek hambatan yang besar, membutuhkan daya mesin yang lebih besar, serta koefisien blok yang kecil, maka akan lebih banyak space yang terbuang di ruang muat. Berdasarkan data serta variasi pada tabel di atas dan dengan pertimbanganpertimbangan yang telah disebutkan, maka: Kecepatan dinas : 12 knot Waktu tempuh : hari Sehingga payload akhir dapat ditentukan dengan payload awal dikalikan dengan waktu tempuh = 2, 705 ton D. Perencanaan Sistem Bongkar Muat Selanjutnya untuk sistem penataan muatan adalah menggunakan palet, yang difungsikan sebagai alas dari rak tersebut, untuk memudahkan proses penataan pada ruang muat. Alat-alat yang digunakan dalam sistem bongkar muat adalah menggunakan crane dari kapal dan dari fasilitas pelabuhan untuk mengangkat muatan, dan menggunakan forklift sebagai alat penataan muatan di luar maupun di dalam ruang muat. Maka diambil palet dengan ukuran 1100 mm x 1100 mm. Dan pemotongan daging diambil dengan panjang x lebar x tinggi (tebal), yaitu 320 mm x 320 mm x 130 mm. Dengan mempertimbangkan tinggi manusia pada umumnya, maka tinggi rak didesain dengan tinggi 1800 mm di atas palet. Sehingga untuk setiap rak dapat menampung sebanyak 99 potong daging yang dibungkus dengan plastik. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada gambar berikut. 4 Dengan demikian maka didapatkan variasi antara kecepatan dinas, sea time, port time, dan roundtrip time dalam satuan jam dan hari. Maka akan seperti pada tabel berikut. Tabel 2. Variasi Kecepatan Dinas dengan Waktu Tempuh Gambar 6. Desain Rak dan Palet Dengan desain rak dan palet yang telah ada, maka dapat dibuat perhitungan berapa jumlah rak yang dibutuhkan. Sehingga dapat ditentukan layout awal dari kapal beserta ukuran utamanya. Perhitungan untuk menghitung jumlah dari rak adalah dengan merubah
5 payload dalam satuan volume untuk kemudian dihitung berapa volume yang dapat dimuat oleh setiap rak. Selanjutnya Membagi volume payload terhadap volume yang dapat dimuat oleh setiap rak tersebut. Maka perhitungannya adalah sebagai berikut: penampang samping ini dapat dilihat sistem penataan muatan secara menyeluruh. Gambar dari penampang atas dan penampang samping dapat dilihat pada gambar berikut. 5 Masa jenis daging sapi: ton/m 3 Payload akhir: 2705 ton Volume payload: = m 3 Volume tiap potong daging: = m 3 Volume tiap rak: = m 3 Jumlah rak yang dibutuhkan: = unit Maka kapal yang didesain dapat menampung rak sebanyak 1320 unit. E. Layout Awal Sehingga didesain layout awal sebagai berikut: Tinggi kapal dapat menampung sebanyak 3 tingkat rak, dengan menggunakan penutup palkah berupa pontoon, Lebar kapal dapat menampung 11 deret rak, Panjang kapal menyesuaikan dengan rasio dan sekat-sekat yang ada. Maka didapatkan ukuran utama awal sebagai berikut: Lwl : 83.2 m Lpp : m B : m H : 8.5 m T : m Sehingga layout awal didesain dengan gambar penampang melintang dibawah berikut. Gambar 8. Layout Top View dan Side View F. Pemeriksaan Teknis Dalam pemeriksaan teknis hal yang dilakukan adalah menghitung secara teknis desain kapal dalam beberapa aspek untuk memenuhi kriteria dan keselamatan dalam pengoperasian kapal. 1. Ukuran Utama Optimal Lwl : m Lpp : m B : m H : 8.5 m T : m Dengan koefisien-koefisien utama: Cb : Cp : Cm : Cwp : Displasemen: ton 2. Hambatan dan Propulsi Hambatan (Holtrop) : kn Total propulsi : 1450 HP Mesin Utama : Wartsila 6L20, 1470 HP 3. Hukum Archimedes LWT : ton DWT : ton Total berat kapal : Displacement : ton Persyaratan displacement harus lebih besar dengan margin 0 5 % dari berat total kapal. Maka: Selisih : ton Margin : 3.98 % (memenuhi) Gambar 7. Layout Melintang Kapal Dari penampang melintang yang telah didesain ini kemudian langkah selanjutnya adalah mendesain layout penampang atas atau top view, beserta penampang samping atau side view. Dalam penampang atas dan 4. Trim Kriteria mengharuskan trim buritan dengan selisih LCG dan LCB harus lebih kecil dari 0.05% dari Lpp. LCG : meter dari AP LCB Trim : meter dari AP : (LCG-LCB)/GML : ( )/ : 0.04 meter buritan (memenuhi)
6 5. Freeboard Kriteria mengharuskan freeboard aktual kapal harus lebih besar dari freeboard minimal dari regulasi. Freeboard minimal : meter Freeboard aktual : meter (memenuhi) 6. Tonase GT : NT : Kriteria mengharuskan: K2.Vc(4d/3D) GT NT 0.3GT (memenuhi) (memenuhi) 7. Stabilitas Kriteria dari IMO Intact Stability Code, 2008 yaitu: e : (memenuhi) e : (memenuhi) e 30, : (memenuhi) h : (memenuhi) f max 25 : 40 (memenuhi) GM : (memenuhi) G. Rencana Garis dan Rencana Umum 1. Rencana Garis Setelah didapatkan ukuran utama optimum dari hasil perhitungan, kemudian dilakukan pembuatan Rencana Garis. Rencana Garis merupakan gambar pandangan atau gambar proyeksi badan kapal yang dipotong secara melintang (pandangan depan), secara memanjang (pandangan samping), dan vertikal memanjang (pandangan atas). Rencana Garis berguna untuk memeriksa bentuk badan kapal yang baik, terutama pada bagian haluan dan buritan kapal. Rencana Garis merupakan gambar yang menyatakan bentuk potongan badan kapal dibawah garis air yang memiliki tiga sudut pandang yaitu, body plan (secara melintang), sheer plan (secara memanjang) dan half breadth plan (dilihat dari atas). 2. Rencana Umum Rencana Umum / General Arrangement dalam Ship Design and Cosntruction, Bab III didefinisikan sebagai perencanaan ruangan yang dibutuhkan sesuai dengan fungsi dan perlengkapannya. Pada Rencana Umum dari kapal ini didesain dengan memperhatikan kriteria yang sesuai dengan kapal reefer ship. Contoh dari kriteria yang dimaksud ialah: Adanya cooling room untuk membantu sistem kontrol dari pendinginan di ruang muat, Adanya cooling plant sebagai sumber tenaga utama beserta komponen-komponen untuk sistem pendinginan, Adanya sistem insulasi di tiap sisi lambung dan tiap sekat pada ruang muat kapal, Adanya crane di atas geladak cuaca untuk membantu dalam proses bongkar muat, dan Adanya sistem penutup palkah dengan menggunakan pontoon untuk memudahkan sistem bongkar muat. Setelah semua langkah tersebut telah terpenuhi maka desain rencan garis dapat dibuat dan didetailkan sesuai dengan standar dan regulasi yang berlaku. Berikut dilampirkan gambar dari rencana garis dan rencana umum. 6 Gambar 9. Desain Rencana Garis
7 7 Gambar 10. Desain Rencana Umum IV. Kesimpulan Setelah proses desain dari Tugas Akhir terselesaikan maka ini maka didapat kesimpulan dan saran sebagai berikut. o Bahwa didapatkan hasil ukuran utama optimal sebagai berikut: Lwl : m Lpp : m B : m H : 8.5 m T : m Displasemen : ton o Dengan rute pelayaran dari Pelabuhan Tenau di NTT menuju Pelabuhan Tanjung Priok di DKI Jakarta o Dengan payload kapal 2705 ton atau 1320 unit palet berukuran 1100 x 1100 mm DAFTAR PUSTAKA Kohli, Pawanexh. (2000). Refrigerated Ships. Oxford: Butterworth-Heinemann. BPS NTT. (2014) Retrieved March 25, 2014, from BPS Provinsi NTT: Hariyanto, Bagyo. (1982). Tugas Akhir. Kapal Khusus Pengangkut Daging dari Nusa Tenggara Jakarta. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. IMO. (2002). International Convention of Load Lines 1966 and Protocol International Maritime Organization. Lewis, E.W. (1989). Principles of Naval Architecture Volume II. Jersey City, USA: SNAME Panunggal, P. Eko. (2007). Diktat Kuliah Merancang Kapal I. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan Schneekluth, H and V. Bertram. (1998) Ship Design Efficiency and Economy, Second Edition. Oxford, UK: Butterworth-Heinemann
DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN
Presentasi UJIAN TUGAS AKHIR (MN 091382) DESAIN KAPAL PENUMPANG BARANG UNTUK PELAYARAN GRESIK-BAWEAN MOHAMAD RIZALUL HAFIZ 4110 100 039 Dosen Pembimbing: Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc 1-35 Latar Belakang
Lebih terperinciDesain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok
G92 Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok I Gede Hadi Saputra dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciISTA RICKY SURYOPUTRANTO ( ) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D
ISTA RICKY SURYOPUTRANTO (4108100093) PEMBIMBING: PROF. DJAUHAR MANFAAT. Ph,D Lahan semakin sempit Lahan semakin mahal Industri sepakbola semakin berkembang Pontensi besar Stadion apung lebih murah dari
Lebih terperinciDesain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-261 Desain Kapal Pembangkit Listrik 30 Megawatt untuk Perairan di Indonesia Deny Ari Setiawan Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas
Lebih terperinciC I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi
Lebih terperinciDESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL
Sidang Tugas Akhir (MN 091382) DESAIN ULANG KAPAL PERINTIS 200 DWT UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA KAPAL Oleh : Galih Andanniyo 4110100065 Dosen Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M.Sc., Ph.D. Jurusan Teknik
Lebih terperinciDesain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Pelabuhan Indonesia III
G130 Desain Self-Propelled Barge Pengangkut Limbah Minyak Di Kawasan Indonesia III Muhammad Sayful Anam, dan Hesty Anita Kurniawati Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Lebih terperinciOleh : Febriani Rohmadhana. Pembimbing : Ir. Hesty Anita Kurniawati, M.Sc. Selasa, 16 Februari
Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tipe Ro-ro untuk Rute Ketapang (Kabupaten Banyuwangi) Gilimanuk (Kabupaten Jembrana) Oleh : Febriani
Lebih terperinciDesain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua
G252 Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua Bimo Taufan Devara, Wasis Dwi Aryawan, dan Ahmad Nasirudin Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciDesain Trash Skimmer Amphibi-Boat di Sungai Ciliwung Jakarta
G60 Desain Trash Skimmer Amphibi-Boat di Sungai Ciliwung Jakarta Nurin Farras Adiba dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciDesain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-241 Desain Kapal Pembangkit Listrik Menggunakan Tenaga Gelombang Air Laut Untuk Daerah Papua Bimo Taufan Devara, Wasis Dwi Aryawan,
Lebih terperinciDesain Kapal Amfibi Water School Bus sebagai Sarana Transportasi Pelajar untuk Rute Pelayaran Kepulauan Seribu - Jakarta Utara
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 65 Desain Kapal Amfibi Water School Bus sebagai Sarana Transportasi Pelajar untuk Rute Pelayaran Kepulauan Seribu - Jakarta Utara Rainy
Lebih terperinciResizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-378 Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) 50.000 DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi Nurul Hidayah, Triwilaswandio W.P Jurusan
Lebih terperinciDesain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Desain Ulang Kapal Perintis 200 DWT untuk Meningkatkan Performa Kapal Galih Andanniyo (1), Wasis Dwi Aryawan (2). Jurusan
Lebih terperinciPENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM
PENGARUH ELEMEN BANGUNAN KAPAL TERHADAP KOREKSI LAMBUNG TIMBUL MINIMUM Daeng PAROKA 1 dan Ariyanto IDRUS 1 1 Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan salah satu
BAB V V.1. KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kondisi rute pelayaran perintis di Kepulauan Riau merupakan
Lebih terperinciDesain Kapal Pengangkut LPG dengan Memanfaatkan Teknologi ISO TANK Untuk Memenuhi Kebutuhan di Kepulauan Karimunjawa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-256 Desain Kapal Pengangkut LPG dengan Memanfaatkan Teknologi ISO TANK Untuk Memenuhi Kebutuhan di Kepulauan Karimunjawa Kanda
Lebih terperinciIstilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal
Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah
Lebih terperinciAnalisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Self-Propelled Oil Barge (SPOB)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) G-84 Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Self-Propelled Oil Barge (SPOB) Zainul Arifin Fatahillah
Lebih terperinciStudi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-346 Studi Eksperimental Tahanan dan Momen Melintang Kapal Trimaran Terhadap Variasi Posisi Dan Lebar Sidehull Mochamad Adhan Fathoni, Aries
Lebih terperinciPengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Pengembangan Software Loading Manual Tanker Ukuran Sampai Dengan 17.500 DWT Nur Ridwan Rulianto dan Djauhar Manfaat Jurusan Teknik Perkapalan,
Lebih terperinciDesain Kapal Pengangkut LPG dengan Memanfaatkan Teknologi ISO TANK Untuk Memenuhi Kebutuhan di Kepulauan Karimunjawa
G268 Desain Kapal Pengangkut LPG dengan Memanfaatkan Teknologi ISO TANK Untuk Memenuhi Kebutuhan di Kepulauan Karimunjawa Kanda Nur Diansah Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciEstimasi Kebutuhan BBM
Estimasi Kebutuhan BBM Hasil Estimasi Tahun Kunsumsi Total (Liter) Gayam Nonggunong Ra as Arjasa Kangayan Sapeken Masalembu Total 2013 1.985.587 228.971 2.180.642 4.367.677 365.931 3.394.745 3.462.689
Lebih terperinciPengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut
Pengaruh Pemasangan Vivace Terhadap Intact Stability Kapal Swath sebagai Fleksibel Struktur Hydropower Plan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut L/O/G/O Contents PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA METODOLOGI
Lebih terperinciDesain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 31 Desain Konsep Self-Propelled Backhoe Dredger untuk Operasi Wilayah Sungai Kalimas Surabaya Fajar Andinuari dan Hesty Anita Kurniawati
Lebih terperinciPENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL
PROSIDING 20 13 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGARUH BENTUK LAMBUNG KAPAL TERHADAP TAHANAN KAPAL Jurusan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar,
Lebih terperinciDESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT
DESAIN KAPAL TANKER 3500 DWT Marcel Winfred Yonatan 1 Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Ricky Lukman Tawekal 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR
JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji
Lebih terperinciModel Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten
Lebih terperinciFINAL KNKT Laporan Investigasi Kecelakaan Laut
FINAL KNKT-08-11-05-03 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Laporan Investigasi Kecelakaan Laut Terbaliknya Perahu Motor Koli-Koli Perairan Teluk Kupang NTT 09 Nopember 2008 KOMITE NASIONAL KESELAMATAN
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
. HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi
Lebih terperinciAnalisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan
Lebih terperinciPerancangan Kapal LCT (Landing Craft Tank) Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Berbahan Bakar Gas di Daerah Kalimantan Timur
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Perancangan Kapal LCT (Landing Craft Tank) Pengangkut CNG (Compressed Natural Gas) Berbahan Bakar Gas di Daerah Kalimantan
Lebih terperinciEVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT
EVALUASI PERBANDINGAN DRAFT KAPAL IKAN FIBERGLASS DAN KAYU BERDASARKAN SKENARIO LOADCASE, STUDI KASUS KAPAL IKAN 3GT Nurhasanah Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis, Indonesia Email: nurhasanah@polbeng.ac.id
Lebih terperinciPerancangan Self Propelled Container Barge (SPCB) Sebagai Alternatif Angkutan Container Pelayaran Pantura Untuk daerah Jawa Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 G-367 Perancangan Self Propelled Container Barge (SPCB) Sebagai Alternatif Angkutan Container Pelayaran Pantura Untuk daerah Jawa Timur Agdarita Teguh
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382)
PRESENTASI TUGAS AKHIR (MN091382) Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember KONSEP DESAIN KAPAL PEMBERSIH SUNGAI : Studi Kasus Sungai Kepetingan Sidoarjo
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT 200 GT
Abstrak ANALISIS TEKNIS STABILITAS KAPAL LCT GT Budhi Santoso 1), Naufal Abdurrahman ), Sarwoko 3) 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Politeknik Negeri Bengkalis ) Program Studi Teknik Perencanaan dan Konstruksi
Lebih terperinciHALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
Lebih terperinciDesain Water Bus Sebagai Alat Transportasi Dan Wisata Rute Probolinggo-Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. -, (2014) ISSN: - 1 Desain Water Bus Sebagai Alat Transportasi Dan Wisata Rute Probolinggo-Surabaya Arif Billah dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas
Lebih terperinciPresentasi Ujian Tugas Akhir (MN )
Presentasi Ujian Tugas Akhir (MN 091382) Disusun oleh: ARIF BILLAH (4110100045) JUDUL TUGAS AKHIR DESAIN WATER BUS SEBAGAI ALAT TRANSPORTASI DAN WISATA RUTE PROBOLINGGO-SURABAYA JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN
Lebih terperinciFINAL KNKT KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI REPUBLIK INDONESIA
REPUBLIK INDONESIA FINAL KNKT.17.03.05.03 Laporan Investigasi Kecelakaan Pelayaran Tenggelamnya KM. Sweet Istanbul (IMO No. 9015993) Area Labuh Jangkar Pelabuhan Tanjung Priok, DKI Jakarta Republik Indonesia
Lebih terperinciPerancangan Self Unloading Coal Carrier Untuk Alternatif Distribusi Batubara Dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Perancangan Self Unloading Coal Carrier Untuk Alternatif Distribusi Batubara Dari Pulau Kalimantan ke Pulau Jawa Dedik Eri Wibowo dan Djauhar
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II
FIELD PROJECT ANALISA PERUBAHAN SISTEM PROPULSI DARI SCHOTTLE MENJADI TWIN SCREW PADA KAPAL PENUMPANG KMP NIAGA FERRY II INDRA ARIS CHOIRUR. R 6308030015 D3 Teknik Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan
Lebih terperinci6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA
62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL
PENGARUH KARAKTERISTIK GEOMETRI TERHADAP STABILITAS KAPAL Daeng PAROKA *1, Syamsul ASRI 1, Misliah 1, M. Ardi SARNA 1 and Haswar 1 1 Department of Naval Architecture, Faculty of Engineering, Unhas-Makassar.
Lebih terperinciAnalisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tipe Ro-ro untuk Rute Ketapang Gilimanuk
G79 Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tipe Ro-ro untuk Rute Ketapang Gilimanuk Febriani Rohmadhana dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan
Lebih terperinciStudi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan
Lebih terperinciBIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Analisis Teknis dan Ekonomis Produksi Kapal Ikan Dengan Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi Sebagai Material Alternatif Pengganti Kayu Oleh : Sufian Imam Wahidi (4108100039) Pembimbing
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) 1
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Konversi Landing Craft Tank (LCT) Menjadi Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Tipe Ro-ro untuk Rute
Lebih terperinciPerencanaan Kapal Muatan Curah Tanpa Air Ballast
TUGAS AKHIR Perencanaan Kapal Muatan Curah Tanpa Air Ballast DISUSUN OLEH : Ronggo kusuma Wardhana 4104.100.042 Pembimbing : Ir. Wasis Dwi Aryawan, M,Sc. P,Hd. JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciOPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL TON
OPTIMISASI UKURAN UTAMA BULK CARRIER UNTUK PERAIRAN SUNGAI DENGAN MUATAN BERSIH MAKSIMAL 10000 TON Yopi Priyo Utomo (1), Wasis Dwi Aryawan (2). Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut
Lebih terperinciPengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan DWT
Pengembangan Software Loading Manual Kapal Tanker Ukuran Sampai Dengan 17500 DWT Oleh : NUR RIDWAN RULIANTO 4106100064 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Djauhar Manfaat M. Sc., Ph.D JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN
Lebih terperinciREVITALISASI ARMADA PELAYARAN RAKYAT DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL BAJA LAMBUNG PELAT DATAR
REVITALISASI ARMADA PELAYARAN RAKYAT DENGAN MENGGUNAKAN KAPAL BAJA LAMBUNG PELAT DATAR Trizkia Woro Astiti 1106007981 Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENGGUNAAN SKALA 1 : 100 DAN RUMUS PENGUKURAN SHIP SECTIONAL AREA
PENGGUNAAN SKALA 1 : 100 DAN RUMUS PENGUKURAN SHIP SECTIONAL AREA DALAM PENGGAMBARAN BENTUK BADAN KAPAL SECARA MANUAL DENGAN METODE RF. SCELTEMA DEHEERE Iswadi Nur Program Studi Teknik Perkapalan FT. UPN
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan
Lebih terperinciDesain High Speed Passenger Craft (Ferry Hydrofoil) untuk Daerah Pelayaran Batam - Singapura
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), 2337-3520 (2301-928X Print) G 59 Desain High Speed Passenger Craft (Ferry Hydrofoil) untuk Daerah Pelayaran Batam - Singapura Radityo Nugra Erlangga dan Wasis Dwi
Lebih terperinciAnalisa Hambatan Kapal dengan Bulous Bow dan tanpa Bulbous Bow di Perairan Dangkal. Dr. Ir. I Ketut Suastika, M. Sc.
Analisa Hambatan Kapal dengan Bulous Bow dan tanpa Bulbous Bow di Perairan Dangkal Disusun Oleh Dosen Pembimbing : Cornelius Tony Suteja : Ir. Murdjianto, M.Eng. Dr. Ir. I Ketut Suastika, M. Sc. PENDAHULUAN
Lebih terperinciDESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2013) ISSN: 2301-9271 E-33 DESAIN KONSEPTUAL PETI KEMAS UNTUK ALAT ANGKUT HEWAN TERNAK DARI KAWASAN INDONESIA TIMUR PADA KAPAL PENUMPANG 2 in 1 M. Zainuddin
Lebih terperinciPerancangan Kapal Layanan Perbankan Untuk Pulau Terpencil Di Kawasan Kepulauan Nusa Tenggara Timur
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Perancangan Kapal Layanan Perbankan Untuk Pulau Terpencil Di Kawasan Kepulauan Nusa Tenggara Timur Zendi Bayu Pradana dan
Lebih terperinciMODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)
MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi
Lebih terperinciSTABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA
III - 555 STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA Yopi Novita 1* dan Budhi Hascaryo Iskandar 1 * yopi1516@gmail.com / 0812 8182 6194 1 Departemen PSP FPIK IPB ABSTRAK Kapal merupakan bagian
Lebih terperinciMetode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf
Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf 1. Memasukkan Sample Design Setelah membuka Program Maxsurf, dari menu File pilih Open dan buka sample design yang telah disediakan oleh Maxsurf pada drive
Lebih terperinciANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL
PRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS KONVERSI KAPAL TANKER SINGLE HULL MENJADI DOUBLE HULL Dipresentasikan Oleh : MUHAMMAD KHARIS - 4109 100 094 Dosen Pembimbing : Ir. Triwilaswandio W.P.,
Lebih terperinciDesain Kapal Layanan Publik Di Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep
G66 Desain Kapal Layanan Publik Di Kepulauan Kangean, Kabupaten Sumenep Ahmad Rif an Nugraha Putra, dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi
Lebih terperinciMODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA
MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA Hasan Iqbal Nur 1) dan Tri Achmadi 2) 1) Program Studi Teknik Transportasi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciTESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010
TESIS JOHAN JOHANNES PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI TEKNIK TRANSPORTASI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Latar Belakang Listrik ; satu faktor penting dalam memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciPENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL OPTIMAL DENGAN METODE BASIS SHIP MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTER
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL OPTIMAL DENGAN METODE BASIS SHIP MENGGUNAKAN SISTEM KOMPUTER Robet Dwi Andrianto dan Djauhar
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN FERRY HEMAT BAHAN BAKAR UNTUK WILAYAH MALUKU
STUDI PERANCANGAN FERRY HEMAT BAHAN BAKAR UNTUK WILAYAH MALUKU Oleh : Aldomoro F B Sitorus NRP. 4105100077 Dosen Pembimbing : Aries Sulisetyono, S.T., M.A.Sc, Ph.D NIP. 19710320 199512 1 002 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciDAN. Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno. Tjetjep Nurasa
LAPORAN AKHIR TA. 2013 KAJIAN EFISIENSI MODA TRANSPORTASI TERNAK DAN DAGING SAPI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI Oleh: Nyak Ilham Edi Basuno Bambang Winarso Amar K. Zakaria Tjetjep Nurasa
Lebih terperinciDesain Landing Craft Utility (LCU) Guna Menunjang Program Pemerataan Pembangunan Di Daerah Tertinggal, Studi Kasus: Sungai Ketingan, Sidoarjo
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-99 Desain Landing Craft Utility (LCU) Guna Menunjang Program Pemerataan Pembangunan Di Daerah Tertinggal, Studi Kasus: Sungai
Lebih terperinciPERANCANGAN KAPAL GENERAL CARGO 1500 DWT RUTE PELAYARAN JAKARTA-SURABAYA
PERANCANGAN KAPAL GENERAL CARGO 1500 DWT RUTE PELAYARAN JAKARTA-SURABAYA Parlindungan Manik 1, Deddy Chrismianto, Gigih Niagara 3 1,2,3 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH Tembalang,
Lebih terperinciANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI
ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp
Lebih terperinciRendy Bagus Adhitya PRESENTASI TUGAS AKHIR ( ) Oleh:
PRESENTASI TUGAS AKHIR Oleh: Rendy Bagus Adhitya (6607040013) PROGRAM STUDI TEKNIK DESAIN DAN MANUFAKTUR POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2011 JUDUL :
Lebih terperinciSTUDI PERANCANGAN KAPAL PENGANGKUT SAPI DAN PAKAN TERNAK 100 GT PENYEBERANGAN SAPUDI - SITUBONDO
STUDI PERANCANGAN KAPAL PENGANGKUT SAPI DAN PAKAN TERNAK 100 GT PENYEBERANGAN SAPUDI - SITUBONDO Kenna Sani Saefuddin 1, Deddy Chrismianto 1, Parlindungan Manik 1 1) Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas
Lebih terperinciMetacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal
Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya
Lebih terperinciPENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2
SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PRODUKSI KAPAL PENAMPUNG IKAN DI DAERAH SULAWESI UTARA Oleh: M. MARTHEN OKTOUFAN N. N.R.P. 4106 100 074 Dosen Pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT
Lebih terperinciRencana garis (lines plan) merupakan salah
A.A. B. Dinariyana Jurusan TkikSi Teknik Sistem Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya 2011 Rencana garis (lines plan) merupakan salah satu bagianawal dalamperancangan kapal Perancangan kapal:
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan
Lebih terperinci3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut
3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2009. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk pengukuran
Lebih terperinciBUKU RANCANGAN PENGAJARAN
BUKU RANCANGAN PENGAJARAN Mata Ajaran Pengantar Teknik Peran Disusun oleh : Gerry Liston Putra Sunaryo Program Studi Teknik Peran Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2016 PENGANTAR
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)
5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata
Lebih terperinciPembuatan Konsep Desain Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Monitoring Wilayah Perairan Indonesia
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2337-3520 (2301-928X Print) G 65 Pembuatan Konsep Desain Unmanned Surface Vehicle (USV) untuk Monitoring Wilayah Perairan Indonesia Dwiko Hardianto, dan Wasis Dwi
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02
KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN
Lebih terperinciANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI
ANALISA KINERJA HULL FORM METODE FORMDATA KAPAL IKAN TRADISIONAL 28 GT KM. SIDO SEJATI Berlian Arswendo A, Wempi Abstrak Pada saat ini sebagian besar nelayan di Indonesia masih menggunakan kapal ikan tradisional.
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) G-61 Analisis Perbandingan Stabilitas Dinamis Barge Menggunakan Flounder Plate dengan Single Lead Pendant Pada Operasi Towing
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan program Maxshurft, besarnya power
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN & ANALISA
BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA 4.1 Data Utama Kapal Tabel 4.1 Prinsiple Dimention NO. PRINCIPLE DIMENTION 1 Nama Proyek Kapal 20.7 CATAMARAN CB. KUMAWA JADE 2 Owner PT. PELAYARAN TANJUNG KUMAWA 3 Class BV
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS KAPAL ISAP TIMAH MODEL KATAMARAN (CATAMARAN)
ANALISIS STABILITAS KAPAL ISAP TIMAH MODEL KATAMARAN (CATAMARAN) Firlya Rosa 1, I Wayan Suweca 2 Dosen Universitas Bangka Belitung 1, Dosen Institut Teknologi Bandung 2 Jalan Merdeka No.4 Pangkal Pinang
Lebih terperinciStudi Perancangan Trash-Skimmer Boat di Perairan Teluk Jakarta
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. -, No. -, (2013) ISSN: 2301-9271 1 Studi Perancangan Trash-Skimmer Boat di Perairan Teluk Jakarta Arifin Gustian Pramoko, Hesty Anita Kurniawati Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN
ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN Yudi Hermawan N.R.P. 4106 100 062 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi
Lebih terperinciStabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung
3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka
Lebih terperinciStabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung
3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat
Lebih terperinci5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama
5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5
Lebih terperinciDesain Water Bus Sebagai Sarana Penunjang Pariwisata Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-230 Desain Water Bus Sebagai Sarana Penunjang Pariwisata Di Pulau Biawak Kabupaten Indramayu, Jawa Barat Riza Ramdhani Djamie,
Lebih terperinciMODA TRANSPORTASI LAUT. Setijadi
5 MODA TRANSPORTASI LAUT Setijadi setijadi@supplychainindonesia.com 2015 1 PERKEMBANGAN ANGKUTAN LAUT Setiap tahun terdapat lebih dari 50.000 kapal besar yang membawa 40 persen perdagangan dunia yang dibawa
Lebih terperinciBAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)
BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + ( % x Lpp) 6, + ( % x,6) 8,8 m A.. Panjang Displacement (L Displ) untuk kapal berbaling-baling
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan
4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat
Lebih terperinciBAB V SHELL EXPANSION
BAB V SHELL EXPANSION A. PERHITUNGAN BEBAN A.1. Beban Geladak Cuaca (Load and Weather Deck) Yang dianggap sebagai geladak cuaca adalah semua geladak yang bebas kecuali geladak yang tidak efektif yang terletak
Lebih terperinci