FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :"

Transkripsi

1 FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :

2 PENDAHULUAN Anak memang merupakan golongan yang sangat rentan untuk menjadi korban kekerasan pada anak. Macammacam kasus kekerasan pada anak terjadi pada lingkungan disekitar. Baik itu dalam kekerasan fisik, kekerasan psikologis, ataupun kekerasan seksual. Segala bentuk perlakuan salah pada anak tidak dibenarkan karena meskipun anak berbuat salah tidak mesti diperlakukan dengan cara yang kasar dan orang tua yang memiliki kewajiban untuk menjaga dan mendidik anaknya dengan baik. Kasus-kasus perlakuan kekerasan pada anak semakin sering terjadi di lingkungan sekitar. Salah satu bentuk perlakuan kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada anak yang perlu diberikan perhatian yaitu seorang anak. Maraknya pemberitaan tentang KDRT pada anak adalah sebuah kisah horror untuk orang tua-orang tua lainnya. Kekerasan Terhadap Anak Kementrian Pemberdaiaan Perempuan, kasus kekerasan terhadap anak perempuan yang tidak terungkap jauh lebih banyak. seperti fenomena gunung es, data yang ada itu hanyalah puncak kecilnya. Banyak kasus tidak dilaporkan dengan berbagai alasan. Penyebab utama kasus kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada anak tidak muncul kedalam permukaan karena orang tua banyak menganggap kasus ini sebagai aib dan ada beberapa dampak yang timbul dari perlakuan KDRT pada anak adalah dampak fisik seperti luka dan dampak psikologis pada anak, Kekerasan orang tua terhadap anak dewasa ini kerap terjadi, tidak pernah berhenti dan sulit dihentikan. Angka kekerasan terhadap anak tidak pernah menunjukkan angka menurun, bahkan kecenderungannya selalu meningkat. Menurut Soepalarto Soedibjo, Asisten Deputi Urusan

3 Persoalan kekerasan dalam rumah tangga pada anak adalah kasus kekerasan berbasis paling sering dialami oleh seorang anak yang tidak bersalah. Data komnas anak menyebutkan kasus kekerasan dalam rumah tangga merupakan kasus yang menempati urutan tertinggi dalam dilaporkan. Pada tahun 2009 angka kasus kekerasan terhadap anak mencapai kasus, padahal pada tahun 2007 kekerasan terhadap anak hanya kasus. Fakta kekerasan terhadap anak ini didukung oleh pernyataan mantan menteri negara pemberdayaan perempuan Khofifah Indar Parawangsa yang mengatakan bahwa tingkat kekerasan yang dialami anak Indonesia sangat tinggi. Tindak kekerasan dominan yang dialami oleh anak di Indonesia adalah KDRT. Fenomena kekerasan pada anak tidak terlepas dari realitas yang ada pada masyarakat sekarang ini. Termasuk ke dalam fenomena seorang anak yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT) ini. Kehidupan dari seorang anak itu biasa dianggap sangat menyeramkan karena anak (seorang gadis) harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang paling kotor dan paling hina, diberi pakaian yang paling buruk, bahkan sering mukanya dicoreng-coreng agar kelihatan sangat jelek, diimaki-maki serta diperhinakan setiap hari, dan dipukuli (Kartini Kartono, 1992). Seperti contoh kasus nyata seorang anak berusia 17tahun, menjalani penderitaan panjang sejak ibunya menikah lagi dengan pria lain. Setiap hari sang anak menjalani berbagai siksaan, dari pukulan, tendangan, sampai pemberian pekerjaan berat. Keceriaan dan canda tawa, seperti yang terlihat di sebuah ruangan kelas sekolah menengah atas, di daerah Cianjur dimana seharusnya ia menjalani hari-harinya seperti anak seusianya. Any seorang anak yang baik dan sopan itu sudah duduk di sekolah menengah atas, mendapati lebam dan memar yang demikian mengejutkan yang di ketahui oleh gurunya, Any pun tidak menceritakan apa yang ia alami pada dirinya.

4 Perasaan geram, serta iba terhadap penderitaan yang di alami oleh Any, bercampur baur menjadi satu dalam hati seorang guru. Any tidak tahu harus bercerita kepada siapa, ia hanya diam menerima cobaan yang dialaminya, pada akhirnya. Kepastian bahwa memar dan lebam yang diderita Any, adalah karena pukulan yang dilakukan oleh ayah tirinya. Any pun tidak mengetahui mengapa dirinya diperlakukan seperti itu oleh ayah tirinya sebab ia merasa tidak pernah nakal ataupun mengganggu waktu istirahat ayah tirinya. Sering tubuh Any pun menerima hantaman benda tumpul secara bertubi tubi, hal ini terlihat jelas yang menyebabkan wajah Any dihiasi oleh lebam dan memar yang membiru. Pada saat kejadian Any dipukuli oleh ayah tirinya sang ibu pun melihatnya dan melerainya, sang ayah tiri selalu menghentikan perbuatannya itu dikala sang ibu melihatnya. Kesedihan sang ibu mungkin tidak bisa digambarkan seperti apa perasaannya mendapati sekujur tubuh anaknya dalam keadaan lebam dan memar. Anaknya hidup menderita dianiaya justru oleh orang yang diharapkan dapat melindunginya dan menyayangi seperti ayah kandungnya sendiri. Ibu korban tidak percaya, Any yang masih berusia 17tahun itu yang semestinya bisa menikmati masa remajanya tetapi harus mengalami seperti ini. Tanpa disadari oleh sang ibu korban, sejak kehadiran ayah tirinya, rumah sudah bukan lagi tempat yang nyaman bagi Any. Sementara Ibu korban membenarkan apa yang telah dialami oleh anaknya yaitu Any, yang diakui oleh ayah tirinya bahwa pemukulan itu selalu disebabkan oleh ketidaksadaran atau kehilafannya, yang sering membuatnya lepas kontrol, dan memicu dia memukul anak tirinya itu.

5 Any yang hanya bisa menangis kesakitan disekujur tubuhnya dan berharap sang ayah segera menghentikan aksi kekerasannya sempat terlintas dipikiran Any seandainya ibu tidak menikah dengan ayah tirinya itu mungkin ia tidak akan mengalami kekerasan seperti saat ini. Any hanya bisa terdiam tidak pernah melaporkan atas perbuatan ayah tirinya dikarenakan untuk sang ibu, Any melakukan pengorbanan diri agar sang ibu tidak bercerai untuk yang ke dua kalinya. Ibu Any hanya bisa tertegun dan kecewa, mengetahui buah hatinya telah mengalami penganiayaan yang begitu berat. Fungsi dari sikap Forgiveness dari diri Any ialah agar keluarganya tetap dapat terus hidup dinafkahi oleh ayah tirinya. Panjangnya derita Any dalam cengkraman ayah tirinya, tidak lepas dari kelengahan dari ibu korban sendiri yang dianggap tidak cepat tanggap akan situasi yang terjadi dan dialami anaknya. Any pun pernah berpesan kepada sang ibu, bahwa ia sangat menyayangi ibu dan ayah tirinya meskipun sudah diperlakukan seperti itu Any tetap mengalah untuk ibu, kekerasan yang ia alami selama ini telah dilupakannya, bahkan Any pun sudah memaafkan ayah tirinya tersebut, terlebih bahwa Any hanya ingin melihat keluarganya bisa hidup bahagia, sesuai yang diharapkan olehnya. Sikap dan pribadi subjek yang begitu baik dan santun yang pada akhirnya lebih memilih untuk mengorbankan perasaannya meskipun sudah diperlakukan sangat kasar oleh ayah tirinya tersebut dengan cara memberikan forgiveness kepada ayah tirinya. Subjek tidak pernah terlihat marah, kesal ataupun ingin membalas semua perlakuan kasar ayah tirinya dikarenakan masih tetap menghormati, subjek tidak ingin melaporkan sikap ayah tirinya kepada polisi ataupun tetangganya dikarenakan subjek tidak ingin ayah tirinya dimasukkan kedalam sel tahanan. Subjek lebih memilih untuk mengorbankan dirinya demi ibu dan adikadiknya, Serta subjek ikhlas menerima segala perlakuan ayah tirinya dan tidak ada rasa ingin membalas semua perlakuan dari ayah tirinya tersebut.

6 Anak itu tetap berada pada tanggung jawab orang tuanya, apabila didalam suatu perkawinan tersebut pihak isteri membawa anak yang di bawah umur (belum dewasa) dan menurut keputusan pengadilan anak itu masih mendapat nafkah dari pihak bapaknya sampai ia dewasa, maka keputusan itu tetap berlaku walaupun ibunya telah kawin lagi dengan pria lain. Kedudukan anak tiri ini baik dalam Hukum Islam maupun dalam Hukum Adat, Hukum Perdata Barat tidak mengatur secara rinci. Hal itu karena seorang anak tiri itu mempunyai ibu dan bapak kandung, maka dalam hal kewarisan ia tetap mendapat hak waris dari harta kekayaan peninggalan (warisan) dari ibu dan bapak kandungnya apabila ibu dan bapak kandungnya meninggal dunia Abu Ahmadi, (2004). Anak dapat didefinisikan sebagai seseorang yang dilahirkan dari perkawinan antara seorang perempuan dan seorang laki-laki. Anak merupakan cikal bakal lahirnya generasi penerus yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak itu aset berharga dari suatu bangsa. Semakin baik kepribadian anak, maka semakin baik pula kehidupan masa depan bangsa. Dalam hal di atas dapat disimpulkan bahwa anak adalah cikal bakal lahirnya generasi penerus yang merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dan memiliki cara pandang yang berbeda dengan anak laki-laki.

7 Dari perlakuan menyakiti tersebut selain dapat mengakibatkan perasaan negatif yang muncul dapat pula selanjutnya menghadirkan sisi positif lain yaitu kesediaan untuk melakukan forgiveness dari diri korban. Hal ini membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama dan mendalam. Memaafkan sendiri tidak dapat menghilangkan perasaan sakit, namun setelah memaafkan rasa sakit itu dapat ditahan. Setelah subjek melakukan forgiveness, subjek menyadari bahwa kemarahan dan kebencian dapat membuat keadaan menjadi lebih buruk. Banyak kasus kekerasan dalam rumah tangga pada anak dan pada akhirnya anak memaafkan ayah tirinya yang telah melakukan kekerasan karena ada beberapa faktor. Sikap forgiveness disini terlihat pada beberapa kasus yang banyak menjadi bahan pembicaraan, sikap ini pasti memiliki alasan yang sangat kuat dengan latar belakang tertentu dari korban, hingga memunculkan perasaan dapat melakukan forgiveness pada pelaku atau ayah tirinya. kehidupan yang dipengaruhi oleh masa lalu dan masa depan manusia. Kajian tentang forgiveness mulai menarik untuk diteliti, beberapa pakar psikologi pun telah turut serta mengkaji mengenai forgiveness secara ilmiah, banyak hal yang telah diteliti baik mengenai tipe kepribadian, kualitas hubungan, kesehatan, psikis, religiusitas, dan lain sebagainya. Pemaparan diatas mengenai tipe kepribadian juga didukung oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mahmud Dagun, (1990). Dapat disimpulkan bahwa terdapat keterikatan antara kepribadian seseorang dengan forgiveness. Menurut Mahmud Dagun, (1990) menjelaskan kepribadian manusia berdasarkan tujuannya dalam

8 Penelitian terdahulu yang mendukung kualitas hubungan dengan forgiveness dikemukakan oleh Fincham (2003) bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam bersikap memaafkan terhadap individu lain. Hal ini biasanya terjadi dikarenakan kualitas hubungan yang dekat antara individu satu dengan individu lainnya. dikarenakan kedekatan hubungan antara kedua individu tersebut, maka dapat memunculkan forgiveness dari dirinya. Religiusitas menurut Al-Jauziah, (2006) adalah apa yang diyakini seseorang sebagai kebenaran religius, apa yang seseorang lakukan sebagai bagian pengamalan keyakinan, melibatkan emosi atau pengalaman sadar dalam agama yang dianut, yang diketahui tentang keyakinan, dan bagaimana tingkah laku sehari-hari dipengaruhi agama. Didalam religiusitas terdapat beberapa dimensi yang akan diteliti juga dalam penelitian ini, yaitu dimensi-dimensi menurut Al-Jauziah, terdiri dari lima macam, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi. hanya islam, ada banyak agama lain dan semua agama berbeda-beda dalam mengajarkan mengenai forgiveness, baik agama kirsten, yahudi, hindu, budha, dan begitu pula pada agama katolik. Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa forgiveness merupakan salah satu cara yang dipilih agar seseorang yang disakiti dapat menyembuhkan luka hati akibat perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Cara yang ditempuh adalah dengan menurunkan perasaanperasaan negatif yang muncul dan meningkatkan motivasi positif, yaitu untuk berdamai atau memperbaiki hubungan dengan pelaku (McCullough dkk, dalam Worthington, 1998). Maka diketahui dari beberapa penelitian dalam terjadinya forgiveness terdapat bermacam-macam faktor yang mempengaruhi berlangsungnya dan bersedianya seseorang melakukan hal tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui dan merasa tertarik melakukan penelitian dengan judul Forgiveness Pada Anak yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Oleh Ayah Tirinya. Agama sendiri menurut Bachtiar, (2004) tidak

9 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dimana metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang bermaksud untuk memahami masalah-masalah manusia atau sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan dengan kata-kata, melaporkan pandangan terincinya yang diperoleh dari sumber informasi, serta dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (Creswell dalam Basuki, 2006). Stake (dalam Basuki, 2006) mengatakan bahwa studi kasus merupakan suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particularity), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.

10 PEMBAHASAN 1. Gambaran Forgiveness pada Anak yang Mengalami KDRT oleh Ayah Tirinya Faktor utama subjek memaafkan ayah tirinya adalah untuk kehidupan ibu dan kedua adik subjek. Subjek tidak memiliki rasa dendam ataupun sakit hati kepada ayah tirinya, hal ini karena subjek sudah dapat menerima semua perlakuan kasar ayah tiri dengan ikhlas dan tetap mampu menyayangi dan hormat kepada ayah tirinya. Subjek rela mengorbankan perasaannya. untuk kepentingan ibu dan adiknya yang masih sangat membutuhkan nafkah dari ayah tirinya. Oleh karena itu ibu subjek merasa sangat sedih ketika melihat subjek diperlakukan kasar oleh ayah tirinya. Meski demikian subjek merasa malu apabila orang lain mengetahui kondisi yang dialaminya tersebut. Saat ini subjek tetap dapat berperilaku sopan dan hormat kepada ayah tirinya selayaknya sikap anak terhadap orangtua kandungnya dengan cara berusaha untuk selalu menuruti semua perintah ayah tiri subjek. Subjek tetap menyayangi ayah tirinya. Subjek pun mengaku tidak pernah menyesal telah memiliki ayah tiri seperti itu. Selain itu ayah tiri subjek saat ini sudah mulai ada perubahan ke arah yang lebih baik. Menurut subjek bentuk maaf yang subjek lakukan untuk ayah tiri yaitu subjek benar-benar ikhlas subjek lakukan tanpa adanya rasa keterpaksaan. Bagi subjek, dengan semua pengalaman hidup yang telah subjek alami selama ini menjadikan subjek menjadi individu yang jauh lebih ikhlas dan lebih kuat dari sebelumnya. Subjek hanya berharap ayah tiri subjek kelak dapat memperlakukan subjek selayaknya anak kandung sendiri, di mana ayah tiri subjek dapat menyayangi subjek, adik-adik subjek dan ibu kandung subjek dengan tulus tanpa ada lagi bentuk kekerasan yang harus terjadi di dalam kehidupan keluarga mereka, karena subjek tidak ingin apa yang subjek alami tersebut dibawa ke jalur hukum. Hal ini sesuai dengan pendapat Worthington (1998), yang mengatakan dalam kombinasi ini, intrapsikis forgiveness dirasakan, namun tidak diekspresikan melalui perbuatan dalam hubungan intrapersonal (nointerpersonal forgiveness). Individu yang disakiti tidak lagi menyimpan perasaan marah, dendam, benci terhadap pelaku namun tidak diekspresikannya dan salah satu jenis forgiveness mengenai total forgiveness yaitu dalam kombinasi ini Intrapsychic, dan interpersonal forgiveness terjadi individu yang disakiti menghilangkan perasaan kecewa, benci, atau marah terhadap pelaku tentang pelanggaran yang terjadi, dan pelaku dibebaskan lebih lanjut dari perasaan bersalah dan kewajibannya.

11 Berdasarkan teori mengenai bentuk forgiveness di atas, maka peneliti menemukan bahwa subjek memiliki forgiveness yang positif terhadap perbuatan dan sikap kasar ayah tirinya, di mana subjek tetap dapat berperilaku sopan dan hormat kepada ayah tirinya selayaknya sikap anak terhadap orangtua kandungnya dengan cara berusaha untuk selalu menuruti semua perintah ayah tiri subjek. Subjek juga benar-benar ikhlas dengan semua pengalaman hidup yang telah subjek alami selama ini, subjek juga lebih kuat. Subjek hanya berharap ayah tiri subjek kelak dapat memperlakukan subjek selayaknya anak kandung sendiri, di mana ayah tiri subjek dapat menyayangi subjek. Namun demikian, peneliti menemukan bahwa sebenarnya bentuk pemaafan yang di miliki subjek lebih dari itu sebab, subjek rela mengorbankan perasaan dan hatinya untuk kepentingan ibu dan adiknya yang masih sangat membutuhkan nafkah dari ayah tirinya. Oleh karena itu ibu subjek merasa sangat sedih ketika melihat subjek diperlakukan kasar oleh ayah tirinya. Meski demikian subjek merasa malu apabila orang lain mengetahui kondisi yang dialaminya tersebut. Hal ini karena, pada teori hollow forgiveness Worthington (1998) mengatakan bahwa kombinasi ini terjadi pada saat orang yang disakiti dapat mengekspresikan forgiveness secara kongkrit melalui perilaku, namun individu yang disakiti belum dapat merasakan, dan menghayati adanya forgiveness didalam dirinya. Individu yang disakiti masih menyimpan rasa dendam, dan kebencian meskipun individu telah mengatakan forgiveness terhadap pelaku, namun justru yang peneliti temukan adalah subjek cenderung lebih menunjukan sikap atau bentuk pemaafan yang lebih positif di banding apa yang di sampaikan dalam teori, di mana jika teori mengatakan bahwa individu telah memaafkan namun sebenarnya individu tersebut masih memiliki rasa dendam dan kebencian meskipun individu telah mengatakan forgiveness terhadap pelaku, yang terjadi pada subjek adalah justru subjek benar-benar telah memaafkan tanpa adanya rasa dendam dalam hatinya. 2. Penyebab Terjadinya Forgiveness Subjek memiliki kepribadian yang positif di dalam dirinya, pada awalnya subjek tidak melihat terdapat tanda-tanda aneh dari ayah tirinya, hal ini karena pada awalnya ayah tiri subjek berperilaku baik kepada subjek layaknya sikap ayah kandung terhadap anak kandung pada umumnya, namun lambat laun sifat kasar ayah tiri subjek mulai nampak. Bagi subjek, dalam kondisi seperti itu peran keluarga sangat berarti dan sangat dibutuhkan oleh dirinya Subjek merupakan anak yang santun.

12 Subjek mampu memaafkan semua sikap kasar ayah tirinya. Hal ini sesuai pula dengan pendapat (Mc Cullough & Enright, 1998) yang mengatakan forgiveness merupakan suatu perubahan motivasional yang memperbaiki hubungan setelah tindakan mengecewakan. Maka tingkat kedekatan hubungan seharusnya berhubungan dengan pemaafan. Bentuk kekerasan yang sempat subjek terima dari ayah tirinya diantaranya seperti memukul atau melempar barang kepada subjek. Meski demikian ketika subjek memperoleh perlakuan kasar tersebut subjek hanya dapat diam, hal ini karena subjek khawatir apabila subjek bercerita kepada orang lain maka ayah tiri subjek akan dipenjara. Selain itu, subjek pun merasa tidak tega terhadap ibu kandung subjek apabila seandainya ayah tiri subjek dipenjara maka kelak tidak akan ada lagi yang dapat menafkahi keluarga subjek, namun ibu kandung subjek mengaku bahwa dirinya selalu menangis jika melihat subjek diperlakukan semena-mena dan diperlakukan sangat kasar oleh ayah tirinya. Hal ini sesuai pula dengan pendapat (Mc Cullough & Enright, 1998) yang mengatakan karakteristik kejadian ini yang Menyebabkan forgiveness adalah persepsi korban tentang tingkat luka dan intensi pelaku melakukannya, dapat dipercayanya atau tidaknya pelaku dan keberhasilan korban dalam memaafkan pelaku. subjek. Subjek tidak pernah membalas dendam semua perilaku kasar ayah tiri subjek karena menurut subjek kekerasa tidak perlu dibalas dengan kekerasan. Menurut subjek, dengan cara bersabar dan ikhlaslah subjek mampu memaafkan perbuatan ayah tiri subjek meskipun hingga saat ini belum ada bentuk permintaan maaf dari ayah tiri subjek kepada subjek. Subjek mengaku sempat merasa malu atas kondisi yang dialaminya sebab terdapat beberapa orang yang mengetahui mengenai kondisi tersebut. Hal ini sesuai pula dengan pendapat (Worthington, 1998) yang mengatakan beberapa faktor juga yang mendorong terjadinya forgiveness di antaranya dipengaruhi oleh adanya trait kerendahan hati, trait bersyukur (gratitude), empathicconcern (kepedulian), kepercayaan intrapersonal, keterbukaan, agreeableness (lebih baik), guilt proneness (perasaan yang bersalah). Subjek merupakan anak yang santun dan penyabar. Subjek mampu memaafkan semua sikap kasar ayah tirinya. Alasan subjek mampu memaafkan ayah tirinya salah satunya adalah untuk masa depan ibu dan adik-adik

13 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Gambaran Forgiveness pada Subjek Secara umum gambaran forgiveness pada subjek adalah subjek memiliki forgiveness yang positif terhadap perbuatan dan sikap kasar ayah tirinya, di mana subjek tetap dapat berperilaku sopan dan hormat kepada ayah tirinya selayaknya sikap anak terhadap orangtua kandungnya dengan cara berusaha untuk selalu menuruti semua perintah dan membantu segala keperluan ayah tiri subjek. Subjek juga benar-benar ikhlas dengan semua pengalaman hidup yang telah subjek alami selama ini, subjek juga lebih kuat, hal ini sesuai dengan teori hollow forgiveness menurut Worthington (1998). 2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Forgiveness pada Subjek Berdasarkan pernyataan subjek yang diperoleh dari hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan faktorfaktor yang menyebabkan forgiveness pada subjek adalah karena subjek khawatir apabila subjek bercerita kepada orang lain maka ayah tiri subjek akan dipenjara. Selain itu, subjek pun merasa tidak tega terhadap ibu kandung subjek apabila seandainya ayah tiri subjek dipenjara maka kelak tidak akan ada lagi yang dapat menafkahi keluarga subjek, namun ibu kandung subjek mengaku bahwa dirinya selalu menangis jika melihat subjek diperlakukan semena-mena dan diperlakukan sangat kasar oleh ayah tirinya. subjek mampu memaafkan ayah tirinya salah satunya adalah untuk masa depan ibu dan adik-adik subjek. Subjek tidak pernah membalas dendam semua perilaku kasar ayah tiri subjek karena menurut subjek kekerasa tidak perlu dibalas dengan kekerasan yang sesuai dengan teori faktor-faktor penyebab forgiveness menurut (Worthington, 1998). Dari hasil penelitian mengenai forgiveness pada anak yang mengalami KDRT oleh ayah tirinya, maka saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

14 1. Saran yang dapat peneliti berikan kepada subjek adalah agar subjek lebih meningkatkan ilmu agamanya agar bisa tetap bersabar dan kuat dalam menjalani masalah yang subjek alami selama ini, tetap semangat menjalani kehidupan kedepannya, dan harus tetap menghormati sang ayah tiri. Agar kedepannya, sang ayah tiri bisa melihat dan merasakan bahwa perlakuan kdrtnya selama ini sudah sangat salah karena subjek adalah seorang anak yang sangat baik dan santun. 2. Berdasarkan pernyataan subjek yang diperoleh dari hasil wawancara, dapat ditarik kesimpulan faktorfaktor yang menyebabkan forgiveness pada subjek adalah karena subjek khawatir apabila subjek bercerita kepada orang lain maka ayah tiri subjek akan dipenjara. Selain itu, subjek pun merasa tidak tega terhadap ibu kandung subjek apabila seandainya ayah tiri subjek dipenjara maka kelak tidak akan ada lagi yang dapat menafkahi keluarga subjek, namun ibu kandung subjek mengaku bahwa dirinya selalu menangis jika melihat subjek diperlakukan semena-mena dan diperlakukan sangat kasar oleh ayah tirinya. subjek mampu memaafkan ayah tirinya salah satunya adalah untuk masa depan ibu dan adik-adik subjek. Subjek tidak pernah membalas dendam semua perilaku kasar ayah tiri subjek karena menurut subjek kekerasa tidak perlu dibalas dengan kekerasan yang sesuai dengan teori faktor-faktor penyebab forgiveness menurut (Worthington, 1998). Dari hasil penelitian mengenai forgiveness pada anak yang mengalami KDRT oleh ayah tirinya, maka saran yang dapat diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Saran yang dapat peneliti berikan kepada subjek adalah agar subjek lebih meningkatkan ilmu agamanya agar bisa tetap bersabar dan kuat dalam menjalani masalah yang subjek alami selama ini, tetap semangat menjalani kehidupan kedepannya, dan harus tetap menghormati sang ayah tiri. Agar kedepannya, sang ayah tiri bisa melihat dan merasakan bahwa perlakuan kdrtnya selama ini sudah sangat salah karena subjek adalah seorang anak yang sangat baik dan santun. 2. Saran yang dapat peneliti berikan kepada masyarakat khususnya para orang tua, agar memperhatikan proses perkembangan yang sedang dialami anak-anak mereka khususnya dalam proses pembentukan jati diri. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu orang tua untuk memahami dampak kekerasan pada anak dan memberdayakan masyarakat untuk membantu apabila terjadi kekerasan dalam keluarga disekitar mereka. Membantu individu, khususnya anak yang pernah mengalami kekerasan, semakin memahami proses psikologis yang terjadi dan mendorong mereka untuk bangkit dan melanjutkan hidup serta dapat diterapkan bagi seorang ayah haruslah bersikap yang sewajarnya terhadap anak meskipun bukan anak darah dagingnya, untuk tidak memperlakukan anak dengan kasar apa lagi bersikap tidak berkemanusiaan seperti itu yang seharusnya menjaga dan menyayangi anaknya, agar tidak terjadinya permasalahan yang sama dan dapat

15 mengantisipasi terjadinya kekerasan didalam keluarga atau rumah tangga sehingga dapat menumbuhkan hubunganayah dan anak dengan baik dan harmonis. Bagi penelitian selanjutnya yang mengangkat tema forgiveness pada anak yang mengalami KDRT, peneliti menyarankan agar terus berusaha memperbaharui dan mengembangkan penelitian sehingga bisa menggali lebih mendalam tentang forgiveness pada anak yang mengalami KDRT. Dengan keragaman ini, diharapkan hasil yang diperoleh akan semakin mendalam serta dapat digeneralisasikan dalam lingkup yang lebih luas lagi.

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara terkait kasus-kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Indonesia, saat ini sudah tidak mengenal kata usai dan terus bertambah setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. anggota keluarga. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memerlukan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial

BAB V PENUTUP. A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pada Mantan Pekerja Seks Komersial Berbagai tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) pernah dialami oleh lima orang mantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menikah merupakan salah satu tujuan hidup bagi setiap orang. Usia dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal tersebut merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam sistem pranata sosial manusia. Individu akan lebih sering berinteraksi dalam keluarga dibandingkan dengan lingkungan

Lebih terperinci

FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK

FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK Nama : Yohana Yosephine NPM : 10507259 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Diana Rohayati, S.Psi., M.Psi PENDAHULUAN Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pendidikan yang terbaik yakni pendidikan yang mencangkup. kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan norma-norma kehidupan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah agen perubahan yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa ditantang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang dikenal oleh manusia dan merupakan salah satu tempat pembentukan kepribadian seseorang. Dalam keluarga, manusia belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi. Tindak kekerasan (violence)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden Responden dalam penilitian ini adalah keluarga yang tinggal di Wilayah Kelurahan Kaliawi Kecamatan Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung, yang melaporkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang pengasuh, orang tua, atau pasangan.

Lebih terperinci

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari tidak akan terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip definisi Gillian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus menerus menjadi kekasih, orang kepercayaan, penasihat, orang yang berkarier dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang mulai menginjak usia dewasa, pasti memiliki keinginan dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. Keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan kekerasan di lingkungan pendidikan atau sekolah ini telah menunjukkan angka yang sangat memprihatinkan, 16% siswa kelas akhir mengatakan bahwa mereka

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing PENGANTAR Konflik dalam Pernikahan Pernikahan melibatkan dua individu yang berbeda dan unik, baik dari kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing pasangan menuntut

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.

KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1. KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi

BAB V PENUTUP. yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Kesimpulan tersebut meliputi BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan setelah dikonfirmasikan dengan teori yang ada, peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai beberapa hal yang menjadi fokus dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran adalah masa persiapan menuju pernikahan. Masa saling mengenal lebih dalam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. (Gilbert Lumoindong, Menang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang

BAB I PENDAHULUAN. sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki keluarga yang utuh dan bahagia tidak hanya menjadi impian sepasang suami istri namun juga keinginan setiap anak di dunia ini, tidak seorang anakpun menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan (suami isteri) serta hubungan darah (anak kandung)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Definisi Perkawinan, Perceraian serta akibat-akibat Hukumnya. A.1. Perkawinan Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan, maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan

Lebih terperinci

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi wacana tersendiri dalam keseharian. Perempuan dan juga anak sebagai korban utama dalam kekerasan dalam rumah tangga, mutlak memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. talak sebanyak kasus dan cerai gugat sejumlah perkara

BAB I PENDAHULUAN. talak sebanyak kasus dan cerai gugat sejumlah perkara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka perceraian pasangan di Indonesia terus meningkat drastis. Badan Urusan Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung (MA) mencatat selama periode 2005 hingga 2010 terjadi

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama BAB III PENYAJIAN DATA A. Efektivitas Bimbingan Konseling Islam di (BP -4) Kementrian Agama Dalam Mengatasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Pekanbaru Dalam kehidupan kita berbagai konflik dan permasalahan

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

PENELITIAN KAJIAN WANITA

PENELITIAN KAJIAN WANITA PENELITIAN KAJIAN WANITA KUPAS TUNTAS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA/DOMESTIC VIOLENCE (Studi Kasus Perempuan-Perempuan Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Bandung) Selly Feranie,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 RINCIAN ALAT UKUR 1. Persepsi remaja awal tentang pola asuh otoriter orangtua

LAMPIRAN 1 RINCIAN ALAT UKUR 1. Persepsi remaja awal tentang pola asuh otoriter orangtua LAMPIRAN 1 RINCIAN ALAT UKUR 1. Persepsi remaja awal tentang pola asuh otoriter orangtua Peraturan Hukuman Kontrol Komunikasi Jadwal belajar saya di rumah, orangtua yang menentukan (+) (1) Saya merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak. Mereka lupa bahwa orangtua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang namanya seorang anak. Status seorang anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinasi yang inspirasinya berasal dari fenomena yang dialami atau terjadi di sekeliling pengarang. Karya sastra yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus

BAB I PENDAHULUAN. Komnas perempuan tahun 2014 yang dirilis pada 6 Maret Jumlah kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Meskipun telah ditetapkannya UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun kasus KDRT masih saja meningkat

Lebih terperinci

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Judul Skripsi : Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Pembimbing: Dr. Hendro Prabowo, S.Psi Oleh : Monica Lutfy Setyawan 14511602 Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi

Lebih terperinci