Satu Tahun Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Satu Tahun Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah"

Transkripsi

1 Satu Menuju Dua Abad, Garut Terus Perkuat Infrastruktur Wilayah Secara umum, Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, berbagai dinamika pembangunan terus berlangsung baik bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya, sehingga berbagai perkembangan hampir terjadi pada semua sektor. Secara administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai jumlah kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 410 desa, RT dan RW, dengan luas wilayah Ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas Ha, sedangkan kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas Ha atau 0,54%. Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas, tentu saja Kabupaten Garut tidak terlepas dari permasalahan intern maupun ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut berusaha untuk menerapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Kabupaten Garut, berjuluk Swis Van Java, beriklim tropis basah (humid tropical climate), dimana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 0 C C. Garut memiliki ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, wilayah yang

2 berada pada ketinggian mdpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak didaratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 2% sebesar 10,51% atau Ha, kemiringan lahan antara 2 15% adalah seluas ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15 40% adalah seluas ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah seluas ha atau sebesar 41,06%. Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. 1. Potensi Agibisnis Sampai dengan tahun 2010, sektor andalan atau sektor yang memberi sumbangan terbesar didominasi oleh sektor Pertanian. Pada 2010 sektor pertanian diproyeksikan memberikan sumbangan nilai tambah mencapai sebesar Rp.11,379 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga berlaku dan sebesar Rp.5,108 trilyun (angka sangat sementara) yang dihitung atas dasar harga konstan tahun Apabila diperbandingkan atas dasar harga berlaku terhadap tahun 2009, terjadi peningkatan sebesar Rp.1,143 trilyun, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.10,236 trilyun (Angka Perbaikan). Selanjutnya apabila diperbandingkan atas dasar harga konstan tahun 2000, pada periode terdapat peningkatan sebesar Rp.241,245 milyar, dimana pada tahun 2009 diperoleh sebesar Rp.4,867 trilyun (Angka Perbaikan). Dalam kurun waktu , sektor pertanian diproyeksikan mengalami peningkatan sumbangan nilai tambah atas dasar harga berlaku sebesar Rp.4,524 Trilyun (angka sangat sementara) dari sebesar Rp.6,855 trilyun (Angka Perbaikan) pada tahun 2005, sementara atas dasar harga konstan diproyeksikan meningkat sebesar Rp.834,722 milyar dari sebesar Rp.4,273 trilyun (Angka Perbaikan) pada tahun Kondisi di atas dapat dipahami mengingat sektor pertanian saat ini menyerap lapangan kerja terbesar di Kabupaten Garut. Memang, Kabupaten Garut masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian, yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada tahun 2009 kontribusi sektor pertanian diproyeksikan sebesar 46,09% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Sektor ini telah berperan besar dalam

3 pembangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya. Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), beberapa komoditas dapat dikatagorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif. Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemukanya fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi karena pendekatan tersebut diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta pendapatan asli daerah. Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Garut ditetapkan berdasarkan program revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usahatani (on farm), hilir (agroindustri) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB sektor pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses petani terhadap sumberdaya produktif; dan peningkatan pendapatan petani. Unggulan daerah ini di bidang agribisnis padi sawah, salah satunya adalah beras, sebagai komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian kedepan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat, produksi padi tahun 2010 diproyeksikan sebesar ton GKG. Realisasi produksi padi tahun 2010 mencapai ton GKG atau naik sebesar 14,21 % bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 ( ton GKG). Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 5,03 % per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga tahun Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Dalam penggunaan varitas unggul, varitas Sarinah merupakan varitas unggul lokal Garut, penggunaan varitas ini tidak kurang dari 80 % dari total luas pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karang Pawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong.

4 Selain itu agribisnis jagung dalam beberapa tahun terakhir proporsi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50 % dari total kebutuhan nasional. Realisasi produksi jagung Kabupaten Garut tahun 2010 mencapai ton biji kering atau naik 21,15 % bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 ( ton). Beberapa daerah yang menjadi sentra produksi jagung di Kabupaten Garut adalah Kecamatan Wanaraja, Karangpawitan, Peundeuy, Caringin, Pamulihan, Cikajang, Banyuresmi, Cibalong, Samarang, dan Leuwigoong. Begitu pula dengan pertumbuhan permintaan kedelai selama 15 tahun terakhir cukup tinggi, namun tidak mampu diimbangi oleh produksi dalam negeri, sehingga harus dilakukan impor dalam jumlah yang cukup besar. Harga kedelai impor yang murah dan tidak adanya tarif impor menyebabkan tidak kondusifnya pengembangan kedelai di dalam negeri. Prospek pengembangan kedelai di dalam negeri umumnya dan di Kabupaten Garut khususnya untuk menekan impor cukup baik, mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia, serta sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani. Disamping itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar. Produksi kedelai tahun 2010 mencapai ton biji kering atau naik sebesar 47,08 % dari produksi kedelai tahun 2009 ( ton biji kering). Beberapa kecamatan yang potensial sebagai sentra produksi kedelai di Kabupaten Garut adalah Talegong, Pamulihan, Cikelet, Cibalong, Cisompet, Peundeuy, Bayongbong, Wanaraja, Tarogong Kidul, Cibatu, dan Karang Tengah. Dalam komoditas sayuran, sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Sedangkan komoditas sayuran lainnya masuk kedalam kelompok unggulan prioritas kedua, namun sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama tanaman sayuran adalah Kecamatan Cikajang, Bayongbong, Samarang, Cisurupan, dan Wanaraja. Produksi tanaman sayuran tahun 2010 mencapai mencapai ton atau meningkat 7,74% dari realisasi produksi tahun 2008 sebesar ton dan mencapai 119 % dari sasaran tahun 2009 sebesar ton. Kentang, misalnya, sebagai komoditas yang mempunyai syarat tumbuh yang cukup khusus sangat potensial di kembangkan di beberapa daerah Kabupaten Garut. Secara ekologis, faktor alam (tipe iklim dan ketinggian tempat) di beberapa daerah Kabupaten Garut sangat cocok untuk pengembangan kentang. Bentang alam yang dimiliki oleh Kabupaten Garut sangat mendukung untuk penanaman kentang, karena Garut mempunyai daerah dataran tinggi yang cukup luas. Dataran tinggi ini tersebar di beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Pamulihan, Cikajang, Cigedug, Bayongbong, Cisurupan, Samarang, Wanaraja, Pangatikan dan Pasirwangi. Produksi kentang 2010 mencapai ton atau mengalami peningkatan 19,40 % dari 2009 sebesar ton.

5 Komoditas cabe merah yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Produksi Cabe Besar tahun 2010 mencapai ton atau mengalami peningkatan 112,53 % dari 2009 sebesar ton. Sedangkan produksi Cabe Rawit 2010 mencapai ton atau mengalami penurunan 89,18 % dari 2009 sebesar ton. Selain kentang dan cabe, tomat juga merupakan komoditas unggulan Kabupaten Garut. Produksi tomat pada tahun 2010 mencapai ton atau mengalami peningkatan 99,34 % dari tahun 2009 sebesar ton. Komoditas tomat yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Penggunaan benih hibrida yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan benih dalam dan luar negeri menunjukan angka penggunaan yang tinggi. Kondisi ini disebabkan karena untuk melakukan perbanyakan benih tanaman tomat memerlukan teknologi berbiaya tinggi. Kemudahan mendapatkan benih tomat secara perlahan telah menciptakan suatu ketergantungan petani terhadap benih impor. Oleh karena itu pembinaan kepada petani penangkar perlu terus ditingkatkan, agar kebocoran (leakages) devisa dapat dikurangi. Garut mempunyai potensi keragaman agroklimat yang sesuai untuk pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, salah satu diantaranya adalah tanaman jeruk siam garut (citrus nobilis var.micocarpa) dan keprok garut (citrus nobilis var.chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var.raticula) serta jeruk manis (Citrus nobilis var.sinensis). Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok garut merupakan terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya. Produksi jeruk keprok/siam tahun 2010 mencapai ton atau mengalami penurunan 85,33 % dari tahun 2009 sebesar ton. Jeruk dapat tumbuh baik hampir di setiap jenis tanah kecuali pada lahan-lahan yang tergenang. Jeruk sebaiknya dibudidayakan pada tanah-tanah gembur berpasir hingga lempung berliat dengan ph tanah optimum antara 4,5 8,0. Kesesuaian agroklimat ini dapat ditemui di Kabupaten Garut, diantaranya tanaman jeruk Garut terdapat di Kecamatan Pasirwangi, Samarang, Cilawu, Cisurupan, Bayongbong dan Karangpawitan. Tujuan pasar untuk buah jeruk di Garut ditujukan untuk konsumen di wilayah Garut dan sekitar wilayah Jawa Barat serta Jakarta. Tingginya permintaan di Jawa Barat sendiri mengakibatkan harga jual di tingkat konsumen yang tinggi pula. Keadaan ini pula mengundang masuknya hasil produksi dari luar Jawa Barat dan produk jeruk impor untuk varietas-varietas tertentu. Keunguulan agrbisnis lainnya adalah Minyak akarwangi, sebagai sebuah komoditi ekspor nasional yang hanya dihasilkan dari Kabupaten Garut. Prospek pasar dunia minyak akarwangi cukup besar, antara lain ke Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Itali, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris, dan negara lainnya, permintaan atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton (tahun 2000) dan Indonesia hanya mampu memproduksi ton per tahun. Artinya, jika

6 seluruh produksinya diekspor ke luarnegeri, maka Indonesia hanya mampu mengisi pangsa pasar sekitar 24-30% dari pasar dunia. Produksi minyak akarwangi tahun 2010 mencapai 73,60 ton atau mengalami sedikit penurunan dari tahun 2009 yang mencapai 75 ton. Secara sosiologis dan agroekologis, daerah yang merupakan basis bagi pengembangan akar wangi di Kabupaten Garut adalah di Kecamatan Samarang (1.141 Ha), Pasirwangi (75 Ha), Leles (750 Ha), Bayongbong (112 Ha), dan Cilawu (240 Ha). 2. Potensi Kehutanan Kabupaten Garut mempunyai sumber daya hutan yang cukup luas yaitu ha (35%) dari luas wilayah Kabupaten. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 195/Kpts-II/2003, tanggal 4 Juli tahun 2003, fungsi hutan dan luasannya yang ada di Kabupaten Garut adalah: a. Hutan Konservasi : Ha (24,77 %) b. Hutan Lindung, : Ha (70,06 %) c. Hutan Produksi Terbatas : Ha (5,02 %) d. Hutan Produksi : 166 Ha (0,15 %). Selain kawasan hutan negara tersebut. Kabupaten Garut mempunyai lahan milik yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu. Populasi (tegakan) tanaman kayu pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat diharapkan menjadi sumber utama penghasil kayu mengingat Hutan Negara yang mempunyai fungsi produksi sudah semakin terbatas untuk dapat mensuplai kebutuhan hasil hutan berupa kayu. Saat ini, populasi tersebut sudah memiliki luasan Ha. Sampai dengan akhir tahun 2009 sisa lahan kritis yang belum tertangani adalah ,40 ha. Pada tahun 2010 telah dilakukan penanaman lahan kritis seluas ha. Kegiatan rehabilitasi ini berasal dari berbagai sumber anggaran yaitu DAK seluas ha, GRLK luncuran tahun 2009 seluas ha, GRLK tahun 2010 seluas ha, RHL lindung (APBN 2010) seluas 575 ha, bantuan provinsi tahun 2010 berupa hutan pantai seluas 20 ha, dan agroforestri seluas 75 ha. Dengan demikian sampai dengan akhir tahun 2010 sisa lahan kritis yang belum ditangani adalah ,40 ha. Upaya penanganan lahan kritis dilakukan melalui metode vegetatip atau penanaman dan sipil teknis. Selain itu dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa sekitar hutan dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Hasi Hutan Bukan Kayu (HHBK) berupa budidaya jamur kayu dan lebah madu. Pada tahun 2010 produksi jamur kayu yang tercatat oleh dinas kehutanan sebesar Kg, sedangkan produksi lebah madu sebesar 557,4 Liter. Pemberdayaan masyarakat sebagai suatu upaya dalam penanganan lahan kritis antara lain dilaksanakan dalam bentuk kegiatan Kebun Bibit Rakyat (KBR ) yang bersumber dari APBN. Setiap unit KBR menghasilkan minimal batang bibit yang ditujukan guna memenuhi kebutuhan bibit untuk penanaman dalam rangka rehabilitasi lahan kritis. Pada tahun 2010 ini telah dibangun 30 unit KBR yang tersebar di 21 kecamatan dan 30 desa.

7 Keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis tidak terlepas dari pembinaan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangannya. Adapun prestasi yang dicapai Dinas Kehutanan di 2010 adalah sebagai berikut : Juara Pertama Lomba Hutan Kota Tingkat Provinsi Jawa Barat dan masuk 10 besar tingkat nasional Pada tahun yang sama pemerintah Kabupaten Garut menjadi nominator dalam memperoleh Innovation Government Award (IGA) dan masuk 12 Kabupaten Kota se Indonesis. melalui Program Penghijauan Partisipatif Calon Pengantin dan Pasangan Suami Isteri yang Akan Bercerai Pemenang Kategori Lomba Kabupaten Peduli Kehutanan Peringkat II atas nama KH. Aceng Fikri Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Kelompok Tani Hutan / Penghijauan (KTH/KTP) Peringkat III atas nama Mukti/Abdalloh Desa Maroko Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Hutan Kota Peringkat I atas nama Kerkof (Ir. Usnadi) Jln. Merdeka Desa Haur Panggung Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Pelaku Usaha Peringkat I atas nama PT. Chevron Geothermal Indonesia Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Kader Konservasi Alam (KKA) Peringkat I atas nama Rudi Arifin, SE Desa Cikembulan Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Kelompok Pecinta Alam (KPA) Peringkat II atas nama Belantara (Yusuf Shidiq) Desa Pataruman Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Pemenang Kategori Lomba Penyidik Pegawai Sipil (PPNS) Peringkat I atas nama Untung Wartono Kabupaten Garut. Kategori Penerima Penghargaan dalam rangka Penghijauan Partisipatif Calon Pengantin dan Pasangan Suami Istri yang akan Bercerai Kabupaten Garut 2010 atas nama : a. Drs. H. Ade Saroni, M. Ag. Jln. Otista No. 63 Tarogong Kaler berupa Piagam Penghargaan. b. Drs. H. Rahmat Surur (Kepala KUA Kec. Cikajang Jln. Raya Cikajang berupa Piagam Penghargaan. 3. Potensi Industri Sektor industri pengolahan selama 5 (lima) tahun terakhir memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Garut setiap tahun meningkat secara signifikan. Proyeksi tahun 2009, sektor ini memberikan kontribusi sebesar 7,78 %, meningkat 0,27% dibanding tahun 2008 dan meningkat 1,32 % dibandingkan tahun Hal ini berarti kecepatan sektor industri pengolahan dalam pembentukan nilai tambah cukup tinggi, dan mampu menggeser struktur ekonomi Kabupaten Garut yang didominasi sektor pertanian. Sektor industri mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Kabupaten Garut, yaitu mampu menarik pertumbuhan sektor lain, terutama sektor pertanian sebagai sumber penyedia bahan baku

8 industri, serta mampu mendorong pertumbuhan sektor tersier, yaitu antara lain sektor perdagangan, pariwisata dan jasa lainnya. Sebagian besar pelaku industri di Kabupaten Garut merupakan Industri Kecil dan Menengah (IKM). Jumlah IKM di Kabupaten Garut tahun 2010 mencapai unit usaha, yang menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Potensi Industri kecil yang menjadi komoditas andalan Kabupaten Garut terdiri dari industri penyamakan kulit, jaket kulit, industri batik, sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industri kerajinan anyaman bambu. Dari berbagai komoditi yang ada, tercatat beberapa diantaranya telah menembus pasar ekspor seperti: teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera. 4. Potensi Perdagangan Perkembangan usaha ekspor ditandai dengan keragaman komoditas dan nilai ekspor. Jenis komoditas yang diekspor terdiri dari teh hitam, teh hijau, karet, bulu mata palsu, minyak akar wangi, jaket kulit, kulit tersamak dan kain sutera dengan negara tujuan ekspor yaitu: USA, Inggris, Belanda, Rusia, Mesir, Jepang, Singapura, Irak, Iran, Srilanka, India, Korea, Kanada, Jerman Taiwan, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Kegiatan perdagangan di Kabupaten Garut ditopang oleh 15 buah pasar kabupaten (tradisional) dan 53 pasar modern dan 3 unit STA (Sub Terminal Agribisnis) yang berada di Kec. Bayongbong, Kec. Cikajang dan Kec. Mekarmukti. Dilihat dari klasifikasi pedagang berdasarkan golongan, baik kecil, menengah maupun besar pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 14,51% yakni dari pedagang pada tahun 2009 menjadi pedagang pada tahun Sementara itu jumlah agen/grosir mengalami peningkatan sebesar 30,76 % dari kondisi tahun sebelumnya. Di tengah pelaksanaan otonomi daerah dan menyongsong diberlakukannya ACFTA (Asean China Free Trade Area), Kabupaten Garut menghadapi berbagai masalah yang harus segera ditangani baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Permasalahan yang masih nampak menonjol antara lain sistem perdagangan belum berjalan secara optimal, yang tercermin dari pola aliran barang dari Kabupaten Garut masih berkisar di seputar lokal, Jawa Barat dan luar Jawa Barat; 5. Pariwisata Kabupaten Garut memiliki sumberdaya alam, peninggalan budaya dan peninggalan sejarah yang potensial untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata yang menarik dan kompetitif. Beberapa peninggalan budaya yang menjadi tujuan wisata (ODTW) antara lain Cagar Budaya Situ Cangkuang dan Situs Ciburuy. Demikian pula potensi sumberdaya alam diantaranya, kawah Darajat yang merupakan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Dalam upaya pengembangan wilayah yang lebih merata, peranan sektor pariwisata cukup penting, mengingat panjangnya mata rantai kegiatan usaha kepariwisataan. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud meliputi: biro perjalanan,

9 pengangkutan, perhotelan, restoran pemandu wisata/ pramuwisata, kerajinan rakyat, kesenian daerah, pemeliharan dan pengembangan obyek wisata. Rantai kegiatan pariwisata ini jelas akan membutuhkan hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kerajinan cinderamata, bahan dan alat bangunan. Dengan demikian pengembangan sektor pariwisata dapat menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya atau dengan kata lain sektor ini mempunyai imbas secara multisektoral Potensi usaha pariwisata seperti usaha sarana, usaha jasa dan usaha obyek dan daya tarik wisata mengalami pertumbuhan yang cukup berarti. Salah satu keberhasilan yang dinilai adalah peningkatan jumlah wisatawan, yaitu pada tahun 2009 jumlah wisatawan sebanyak orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi orang. Perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara dilihat dari lama tinggal pada tahun 2010, kunjungan wisatawan mancanegara ke Hotel Berbintang selama 4 hari dan wisatawan nusantara selama 2 hari, dibandingkan tahun 2009 adalah 3 hari untuk wisatawan mancanegara dan 2 hari untuk wisatawan nusantara, hal ini terjadi kenaikan lama tinggal pada wisatawan mancanegara selama 1 hari. Pada tahun 2009, tersedia sarana akomodasi hotel sebanyak 87 buah, yang menyerap tenaga kerja sebanyak 584 orang. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada sektor pariwisata dari retribusi yang dikelola Disbudpar Kab. Garut pada tahun 2010 sebesar Rp ,- mengalami peningkatan dibanding target pada tahun 2009 yaitu Rp ,- 6. Ternak Domba Kabupaten Garut juga merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh wilayah. Beberapa kecamatan dengan populasi domba dan terbanyak berada di Kecamatan Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Cisurupan, Bungbulang, Cibalong, Singajaya, Samarang, Wanaraja, dan Malangbong. Di beberapa kecamatan seperti Cikajang, Cilawu, Bayongbong, Samarang dan Cisurupan, ternak domba berkembang dalam lokasi yang sama dengan peternakan sapi perah. Sebelum peternakan sapi perah berkembang di daerah ini, domba merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini, dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba Priangan. Populasi domba tahun 2010 mencapai ekor yang mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebanyak ekor. Secara umum domba-domba yang dipelihara di wilayah selatan berbeda dengan domba yang dipelihara di wilayah utara. Daerah Cibalong, Bungbulang, Singajaya sebagian besar jenis domba yang dipelihara adalah domba lokal, dengan performa badan yang lebih kecil dari domba Garut. Di daerah selatan, karena lahan yang relatif luas, pola pemeliharaan domba dilakukan dengan cara diangon (ekstensif) atau semi intensif. Dari semua kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Garut, hanya wilayah kecamatan Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan yang hampir semua pakan hijauannya sudah termanfaatkan, bahkan untuk kecamatan Cisurupan nilai

10 pemanfaatan hijauan mencapai 130%. Artinya di daerah tersebut sudah jenuh untuk tidak dilakukan pengembangan ternak ruminansia apabila tidak diimbangi dengan usaha penanaman hijauan pakan secara intensif atau pemenuhan kebutuhan ternak akan hijauan sudah mendatangkan dari wilayah kecamatan lain. Kecamatan Cikajang, Bayongbong dan Cisurupan merupakan daerah budidaya sapi perah. Ketiga wilayah kecamatan tersebut sangat kecil peluangnya untuk menambah lagi ternak ruminansia besar terutama apabila tidak usaha membuka lahan baru untuk penanaman rumput unggul. Dengan kata lain ke tiga kecamatan tersebut sudah jenuh untuk penambahan populasi ternak ruminansia. Tujuan akhir dari pengembangan produksi peternakan adalah untuk memenuhi penyediaan pangan produk peternakan bagi masyarakat dalam takaran yang cukup sesuai dengan norma kebutuhan gizi. Pangan produk peternakan yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah daging, telur dan susu. Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi, produk peternakan memberikan kontribusi nyata bagi kegiatan industri, yaitu produksi kulit sapi dan kerbau serta kulit domba dan kambing. Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kabupaten Garut No Uraian s.d * Proyeksi Pertum buhan IPM 68,7 69,50 69,99 70,52 70,98 71,51 0,75% INDEKS KESEHATAN Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Kematian Bayi (per 1000 kelahiran hidup) Angka Kematian Ibu (Per kasus kelahiran) INDEKS PENDIDIKAN Angka Melek Huruf (%) Rata-Rata Lama sekolah (tahun) INDEKS DAYA BELI Kemampuan Daya Beli (000 Rp) Jumlah penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Jumlah penduduk miskin (jiwa) PDRB berlaku (Trilyun Rp) 64,17 65,10 65,70 66, ,35 0,52% 63,5 64,10 64,42 64,80 65,2 65,41 0,32% 54,83 53,80 52,77 52,42 51,65 50,89-1,47% ,43 219,64 210,86-4,00% 80,44 81,70 81,70 81,71 82,15 82,48 0,40% 98 98,90 98,89 98,89 98,93 99,12 0,19% 6,8 7,10 7,10 7,10 7,29 7,38 1,23% 61,49 61,70 62,56 63,54 63,78 64,69 1,43% 626,1 626,90 630,72 634,95 636,01 639,92 0,61% ,53% 1,58 1,60 1,53 1,53 1,53 1,53 0,00% ,34% 13,70 15,890 17,72 20,361 22,271 24,862 11,63% 6 Inflasi Regional (%) 20,83 8,44 7,72 12,07 4,17 5,27 26,38% 7 8 Konsumsi pemerintah (juta Rp) Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) ,63% 4,16 4,11 4,76 4,69 5,57 5,31-4,67%

11 No Uraian PDRB Perkapita (Rp) * Proyeksi Pertum buhan ,95% 10 Investasi (Miliar) 1.983, , , , , ,76 11,63% 11 Laju Investasi (%) 10,43 15,63 7,35 12,16 8,55 11,63 36,02% 12 Jumlah Penduduk Yang Bekerja ,15% Ke Atas 13 Jumlah Pengangguran Terbuka (Jiwa) ,69% Sumber : BPS Kabupaten Garut, Februari 2011 *) Angka Sangat Sementara Dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Garut 2011, beberapa hal yang harus mendapatkan fokus dan dikategorikan sebagai permasalahan/hambatan mendesak yang dihadapi dalam pembangunan daerah sehingga penetapan kebijakan umum anggaran itu dapat tepat sasaran serta mampu menjawab permasalahan yang nyata dapat diidentifikasi setidaknya ada tujuh permasalahan yang mesti segera diupayakan, antara lain :masih rendahnya aksesibilitas dan pelayanan pendidikan dan kesehatan masyarakat, rendahnya kemampuan sosio-ekonomi masyarakat, terutama kemampuan daya beli serta masih tingginya angka pengangguran dan kemiskinan, rendahnya nilai tambah dan daya saing produk lokal karena faktor informasi dan kurangnya pemanfaatan teknologi. Di sektor pariwisata sebagai sektor unggulan belum memberikan kontribusi yang signifikan baik dalam pertumbuhan perekonomian maupun sebagai penggerak sektor-sektor lainnya, belum optimalnya kinerja aparatur pemerintah dan kualitas pelayanan publik, juga rendahnya kualitas dan kuantitas ketersediaan infrastruktur dan prasarana wilayah di Kabupaten Garut, bahkan dengan hampir 80 persen areal hutan sebagai kawasan hutan lindung, masih pula terdapat lahan kritis yang belum tertangani baik di luar maupun di dalam kawasan hutan serta kerawanan bencana alam. Berdasarkan hasil evaluasi pembangunan daerah pada tahun sebelumnya serta isue pembangunan di tingkat nasional maupun regional, maka teridentifikasi isue strategis pembangunan daerah yang perlu mendapat perhatian khusus pada tahun 2011, terutama dari sisi kebijakan anggaran, yaitu: 1. Aksesibilitas dan Pelayanan Pendidikan. 2. Aksesiblitas dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat. 3. Peningkatan Kemampuan Sosio-Ekonomi Masyarakat. 4. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). 5. Apresiasi dan Pengembangan Budaya Daerah serta Menggali Potensi Wisata. 6. Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, dan Penciptaan Lapangan Pekerjaan. 7. Peningkatan Kinerja Aparatur dan Kualitas Pelayanan Publik. 8. Kualitas Lingkungan dan Penanganan Bencana.

12 9. Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah. 10. Pemenuhan Kebutuhan Energi Berkelanjutan. Guna mendukung arah pembangunan Kabupaten Garut tahun 2011 sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat, maka ditetapkan tema pembangunan tahun 2011 yaitu Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Seluruh program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2011 secara langsung maupun tidak langsung, diarahkan untuk mendukung tema tersebut. Dalam upaya mewujudkan tema pembangunan tahun 2011 tersebut, dirumuskan 10 isu strategis dan 26 Prioritas Pembangunan 2011 yaitu : Peningkatan Kualitas Pendidikan, Diprioritaskan pada Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun tuntas paripurna dan pencanangan Wajar 12 tahun; Peningkatan partisipasi sekolah pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan pada semua jenjang dan jalur pendidikan; Pemberdayaan pemuda dan peningkatan prestasi olah raga; dan Peningkatan partisipasi SMK. Sedangkan dalam Peningkatan Kualitas Kesehatan diprioritaskan pada pemantapan kualitas tenaga dan fasilitas kesehatan dalam melakukan pelayananan kesehatan masyarakat; Intensifikasi penyuluhan, pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi; Implementasi kesetaraan gender dan peran pemuda dalam proses pembangunan. Untuk Peningkatan Sosio Ekonomi Masyarakat diprioritaskan pada peningkatan daya beli masyarakat. Isu lainnya yang menjadi prioritas pembangunan adalah Peningkatan Daya Saing Usaha dan Nilai Tambah Produk Lokal, diprioritaskan pada pembangunan Pusat Informasi Potensi, Produksi dan Pasar dan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk lokal. Disektor Pariwisata Pengembangan Budaya Daerah serta Menggali Potensi Wisata, di Kabupaten Garut belum sepenuhnya tergali, sehingga untuk mendukungnya diprioritaskan pada peningkatan daya tarik pariwisata. Meseki demikian, Kabupaten Garut dengan jumlah penduduk sekitar 2,4 juta jiwa masih menyandang julukan sebaghai daerah tertinggal, hal ini tidak terlepas dari kondisi masyarakat yang berbalut kemiskinan. Maka Penanggulangan Kemiskinan menjadi upaya nyata nantinya mengubah image sebagai daerah tertinggal. Penanggulangan kemiskinan ini diprioritaskan pada peningkatan pelayanan dan pemberdayaan fakir miskin, KAT, dan PMKS lainnya; Implementasi pemahaman nilai-nilai Agama, budaya dan kearifan lokal melalui keluarga; serta meningkatnya jumlah tenaga kerja yang bersertifikasi. Peningkatan Kinerja Aparatur dan Kualitas Pelayanan Publik sebagai upaya menjawab tuntutan masyarakat saat ini, tahun ini diprioritaskan pada profesionalisme aparatur untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang akuntabel; perwujudan pelayanan prima bagi masyarakat; serta menata sistem pengawasan internal pemerintah. Di bidang lingkungan, Pemkab Garut melalui isu Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Penanganan Bencana akan diprioritaskan pada pengurangan

13 risiko bencana, percepatan penanganan korban manusia dan penanggulangan akibat bencana serta pelestarian dan perluasan kawasan lindung. Guna mendukung tahun 2011 sebagai Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, maka isu Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah pun akan diprioritaskan pada pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan; pengembangan infrastruktur perumahan dan permukiman; pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; pengembangan infrastruktur perhubungan; dan penanganan infrastruktur wilayah akibat bencana; Isu lain yang menjadi perhatian seirus pemerintah adalah Pemenuhan Kebutuhan Energi Berkelanjutan, hal ini diprioritaskan pada pengembangan energi alternatif dan listrik perdesaan, serta infrastruktur penyedia air baku. Penguatan Infrastruktur Wilayah Terhadap Aksesibilitas Pengembangan Potensi Ekonomi Disertai Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, bukan hanya citacita pemerintah saja, namun mesti didukung seluruh komponen masyarakat, karena byukan tidak mungkin, selangkah menuju dua abad, Kabupaten Garut akan semakin memberikan daya pesona bagi mata dunia, seprti julukan Swiss Van Java yang kerap terngiang di telinga kita. SELAMAT HARI JADI GARUT KE-199 Untuk akses informasi : klik

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan

Lebih terperinci

Ekonomi Pertanian di Indonesia

Ekonomi Pertanian di Indonesia Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009 LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 1 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim, Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Salah satunya sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan Lahan Aktual Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7+ tahun 2009, di Kabupaten Garut terdapat sembilan jenis pemanfaatan lahan aktual. Pemanfaatan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam menyediakan berbagai potensi sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Manusia dengan alam berada dalam konteks keruangan

Lebih terperinci

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 32 Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi

DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi DAFTAR ISI Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii Daftar Gambar... v Daftar Lampiran... vi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Hubungan dokumen RKPD dengan dokumen perencanaan lainnya...

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1. INDIKASI DAN PROGRAM PRIORITAS Program prioritas perlu ditetapkan untuk mengarahkan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, sektor industri merupakan sektor yang sedang dikembangkan untuk membantu meningkatkan

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015

LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 2015 NO LAMPIRAN Capaian Kinerja Sasaran Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan Tahun 05 Kehidupan yang kondusif bagi umat beragama. tercapai Mewujudkan tatanan sosial keagamaan 00% Penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE

PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE PENYUSUNAN RANCANGAN KALENDER TANAM BAWANG MERAH DAN CABE Perubahan iklim global yang berimbas terhadap pola hujan dan menjadi kendala bagi Program Peningkatan Produksi Sayuran terutama cabai dan bawang

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN. rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah, maka strategi dan arah kebijakan pembangunan jangka menengah

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun BAB 2 PERENCANAAN KINERJA 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun 2013-2018 Pemerintah Kabupaten Bogor telah menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan amanat dari Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 06 Kabupaten Tahun Anggaran : 06 : Hulu Sungai Selatan TUJUAN SASARAN INDIKATOR SASARAN 4 Mewujudkan nilai- nilai agamis sebagai sumber

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah

Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Halaman 1 Peluang Investasi Agrobisnis Padi Sawah Dalam kehidupan sehari-hari karbohidrat merupakan salah satu zat yang sangat penting bagi tubuh dan sangat mutlak diperlukan setiap hari. Karbohidrat merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi didefinisikan sebagai suatu kondisi ideal masa depan yang ingin dicapai dalam suatu periode perencanaan berdasarkan pada situasi dan kondisi saat ini.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih memegang peranan penting di dalam perekonomian Indonesia, karena alasan-alasan tertentu yaitu: sektor pertanian mampu meyediakan lapangan kerja

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis menjadi salah satu faktor pendukung peternakan di Indonesia. Usaha peternakan yang berkembang

Lebih terperinci